Anda di halaman 1dari 10

ELEMEN LAPORAN KEUANGAN “KEWAJIBAN” PADA

LAPORAN TAHUNAN PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY AND


TRADING COMPANY TBK.
TEORI AKUNTANSI

DISUSUN OLEH:

KARTICA IRMA JINGGA

5150111445

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2018
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Menurut Suwardjono, seperti aset, kewajiban merupakan elemen neraca
yang akan membentuk informasi sematik berupa posisi keuangan bila
dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu aset dan ekuitas atau pos-pos
rinciannya. Kewajiban merespresentasikan sebagian sumber dana dari aset badan
usaha berupa potensi jasa (manfaat) fisik dan non-fisik yang memampukannya
untuk menyediakan barang dan jasa.
Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari
kontrak mengingat atau atau peraturan perundangan. Tugas atau tanggung jawab
untuk bertindak atau melakukan sesuatu pengorbanan ekonomis yang harus
dilakukan perusahaan karena tindakan atau transaksi sebelumnya. Pengorbanan
ekonomis dapat berbentuk penyerahan utang, aktifa lain jasa-jasa, atau melakukan
pekerjaan tertentu.tindakan atau transaksi sebelumnya itu dapat berupa uang,
barang atau jasa, diakuinya suatu beban atau kerugian.

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kewajiban ?


2. Bagaimana pengakuan dalam kewajiban ?
3. Bagaimana pengukuran atau penilaian dalam kewajiban ?
4. Bagaimana penyajian atau pengungkapan dalam kewajiban ?
5. Bagaimana kewajiban pada PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY AND
TRADING COMPANY (2017) ?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Kewajiban
Menurut Financial Accounting Standards Board (FASB), Kewajiban adalah
pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang timbul dari
keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransferk aset atau
menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa datang sebagai
akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Menurut International Accounting Standards Committee (IASC), Liabilitas
adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar dari sumber daya
peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.
Menurut Australian Accounting Standars Board (AASB), Kewajiban adalah
pengorbanan masa depan atas potensi jasa atau manfaat ekonomi masa depan
bahwa entitas saat ini wajib kepada entitas lain sebagai akibat transaksi masa lalu
atau peristiwa masa lalu lainnya.
Menurut Accounting Principle Board (APB), Kewajiban adalah kewajiban
ekonomi perusahaan yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Kewajiban juga mencakup kredit tangguhan tertentu yang tidak
kewajiban tapi yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Menurut International Financial Reporting Standards (IFRS) (PSAK 57) :
Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul dari peristiwa masa
lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar dari sumber
daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.

2. Pengakuan dalam Kewajiban


Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat
transaksi yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus
dievaluasi atas dasar kaidah pengakuan (recognition rules). Kriteria pengakuan
lebih berkaitan dengan pedoman umum dalam rangka memenuhi karakteristik
kualitatif informasi sehingga elemen statemen keuangan hanya dapat diakui bila
kriteria definisi, keberpautan, keterandalan, dan keterukuran dipenuhi. Kriteria
umum ini tidak operasional sehingga diperlukan kaidah pengakuan sebagai
penjabaran teknis kriteria pengakuan umum. Dalam hal kewajiban, kaidah
pengakuan berkaitan dengan saat atau apa yang menandai bahwa kewajiban dapat
diakui (dibukukan). Kriteria pengakuan kewajiban:
a. Ketersediaan dasar hukum
Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan keberpautan informasi. Faktur
pembelian (invoice) dan tanda penerimaan barang (receiving report) merupakan
dasar hukum yang cukup meyakinkan untuk mengakui kewajiban. Telah
disebutkan bahwa ketersediaan dasar hukum yang menimbulkan daya paksa hanya
merupakan karateristik pendukung definisi kewajiban. Jadi, kaidah ini tidak
mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui bila terdapat bukti substantif adanya
keharusan konstruktif atau demi keadilan.
b. Keterterapan konsep dasar
Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan. Keadaan-keadaan
tertentu yang menjadikan konsep konservatisma terterapkan dapat memicu
pengakuan kewajiban. Implikasi dianutnya konsep konservatisma adalah rugi
dapat segera diakui tetapi tidak demikian dengan untung. Ini berarti kewajiban
dapat diakui segera sedangkan aset tidak.
c. Ketertentuan substansi ekonomik transaksi
Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi informasi. Utang sewaguna (lease
obligations) dapat diakui pada saat transaksi meskipun tidak ada transfer hak
milik dalam transaksi sewaguna tersebut. Dalam hal ini, kewajiban dapat atau
bahkan harus diakui kalau secara substantif sewaguna tersebut sebenarnya adalah
pembelian angsuran (yaitu memenuhi salah satu kriteria kapitalisasi).
d. Keterukuran nilai kewajiban
Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas keterandalan
informasi. Definisi kewajiban mengandung kata cukup pasti (probable) yang
mengacu tidak hanya pada terjadinya pengorbanan sumber ekonomik masa datang
tetapi juga pada jumlah rupiahnya.

3. Pengukuran dan Penilaian dalam Kewajiban


Pengakuan dilakukan setelah suatu kewajiban terukur dengan cukup pasti.
Penentuan kos kewajiban pada saat terjadi paralel dengan pengukuran aset.
Terjadinya kewajiban pada umumnya disertai dengan pemerolehan aset atau
timbulmnya biaya. Pemerolehan aset dapat berupa penguasaan barang
dagangannya atau aset nonmoneter lainnya yang terjadi dari transaksi pembelian.
Pemerolehan aset dapat juga berupa kas yang terjadi dari transaksi peminjaman
(penerbitan obligasi) atau penerimaan uang muka untuk barang atau jasa. Oleh
karena itu pengukur yang paling objektif untuk menentuka kos kewajiban pada
saat terjadinya adalah penghargaan sepakatan (meansured considerations) dalam
transaksi-transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa
datang. Hal ini berlaku khususnya untuk kewajiban jangka panjang.
Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup
material sehingga jumlah rupiah kewajiban yang diakui akan sama denga jumlah
rupiah pengorbanan sumber ekonimik (kas) masa datang. Dengan kata lain, untuk
kewajiban jangka pendek, kos pendanaan (financing cost) atau kos penundaan
(bunga sebagai nilai waktu uang) dianggap material.
Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksi nilai setara tunai atau
nilai sekarang (current value) kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber
ekonomik seandainya kewajiban dilunasi pada saat terjadinya. Dengan demikian,
bisnis pencatatan kewajiban adalah nilai setara tunai bukan nilai nominal utang.

Penilaian
Jika pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada
saat terjadinya, penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada
setiap saat terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban. Makin mendekati
saat jatuh tempo, nilai kewajiban akan makin mendekati nilai nominal.
Jadi, penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah penentuan jumlah
rupiah yang harus dikorbankan seandainya pada saat tersebut kewajiban harus
dilunasi.

4. Penyajian atau Pengungkapan dalam Kewajiban


Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan
kelancarannya sejalan dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar
disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan
jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada
kewajiban jangka panjang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca
untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan. PSAK No. 1 menentukan bahwa
semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kriteria tersebut adalah (a)
diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
perusahaan, atau (b) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal
neraca.
a. Penyajian kewajiban lancar, dalam praktek, kewajiban lancar biasanya
dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada
nilai penuh jatuh temponya. Karena singkatnya priode waktu yang terlibat,
yang sering kali kurang dari satu tahun. Akun kewajiban lancar biasanya
disajikan sebagai klasifikasi pertama dalam kelompok kewajiban dan ekuitas
pemegang saham di neraca. Dalam kelompok kewajiban lancar akun-akun itu
dapat dicantumkan menurut jatuh temponya, dalam jumlah yang menurun,
atau menurut prefensi likuiditasnya.
b. Penyajian utang jangka panjang, perusahaan yang mempunyai banyak
terbitan hutang jangka panjang dalam jumlah besar seringkali hanya
melaporkan satu akun dalam neraca dan mendukungnya dengan komentar
serta skedul dalam catatan yang menyertainya. Pengungkapan catatan
umumnya berisi dari kewajiban, tanggal jatuh tempo, suku bunga, provisi
penarikan, pembatasan yang dilakukan oleh kreditor, dan aktiva yang
disepakati atau digadaikan sebagai jaminan.
5. Kewajiban pada T ULTRAJAYA MILK INDUSTRY AND TRADING
COMPANY (2017)

Total Liabilitas

2017 2016
(dalam milyar rupiah)
Rp Rp
a. Total Liabilitas Lancar 820.6 593.5

b. Liabilitas Jangka Panjang:

Liabilitas Pajak Tangguhan 25.6 39.0

Liabilitas Imbalan Kerja 73.3 45.5

Utang Bank (bagian Jangka Panjang) - -

Utang Sewa (bagian Jangka Panjang) 1.9 -

Utang Mesin (bagian Jangka Panjang) 56.8 72.0

Total Liabilitas Jangka Panjang 157.6 156.5

Total Liabilitas 978.2 750.0

Total Liabilitas tahun buku 2017 meningkat sebesar 30,4% senilai Rp. 228,2 milyar, yaitu
dari Rp. 750,0 milyar per 31 Desember 2016 menjadi Rp. 978,2 milyar per 31 Desember
2017. Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain adalah :

a. Total Liabilitas Lancar meningkat 38,3% senilai Rp. 227,1 milyar yaitu dari Rp.
593,5 per 31 Desember 2016 menjadi Rp. 820,6 per 31 Desember 2017.

b. Total Liabilitas Tidak Lancar meningkat 0,8% senilai Rp. 1,2 milyar yaitu dari Rp.
156,4 milyar per tanggal 31 Desember 2016 menjadi Rp. 157,6 milyar per tanggal
31 Desember 2017.
Hal ini antara lain sebagai akibat dari :
- Liabilitas Pajak Tangguhan menurun sebesar 34,4% senilai Rp. 13,4 milyar, yaitu dari
Rp. 39,0 milyar per tanggal 31 Desember 2016 menjadi Rp. 25,6 milyar per tanggal 31
Desember 2017
- Liabilitas imbalan paska kerja karyawan untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember
2016 dan 2017 dihitung oleh aktuaris independen yaitu PT Sienco Aktuarindo Utama.
- Utang Mesin Bagian Jangka Panjang menurun 21,1% atau senilai Rp. 15,2 milyar
yaitu dari Rp. 72,0 milyar per tanggal 31 Desember 2016 menjadi Rp. 56,8 milyar
per tanggal 31 Desember 2017. Perseroan mempunyai utang jangka panjang
kepada suplier mesin yang harus diangsur mulai tahun 2018 sebesar Rp. 26,5
milyar, tahun 2019 sampai dengan 2020 masing-masing sebesar Rp. 23,2 milyar,
dan tahun 2021 sebesar Rp. 11,3 milyar.
Seluruh kewajiban dan utang Perseroan, kecuali sebagian Utang Usaha, merupakan
hutang dalam mata uang Rupiah.

BAB III
PENUTUPAN

Kesimpulan
Kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu pengorbanan manfaat
ekonomi masa datang, menjadi keharusan sekarang dan timbul akibat transaksi
atau kejadian masa lampau. Kewajiban menjadi lebih tegas adanya bila didukung
oleh keharusan membayar kas, teridentifikasinya terbayar, dan terpaksakan secara
hukum. Pengertian kewajiban merupakan bayangan cermin pengertian aset.
Transaksi atau kejadian masa lalu menimbulkan penguasaan sekarang perolehan
manfaat ekonomik masa datang untuk aset
sedangkan untuk kewajiban hal tersebut menimbulkan keharusan sekarang
pengorbanan manfaat ekonomik masa datang

Daftar Pustaka

Suwardjono. 2014. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan.


Yogyakarta: BPFE.
http://www.ultrajaya.co.id/uploads/AR2017ULTRAJAYA.pdf diakses tanggal 25
September 2018

Anda mungkin juga menyukai