Anda di halaman 1dari 10

Provisi, Liabilitas

Kontinjensi, dan
aset Kontinjensi

PSAK 57
Kelompok 1

Hariri Apriyanti
Ririn Hanfirs Chichi Nurul Maryam
Hurasan

Nurhalida Abubakar Nirina Dianty Istiqamah Yusuf


Ani
Our Jaina Abdul Nur’amria A R Hukum
Azwaranny Hafisyah
M.
team Susi Safar

Novani Junaid Susiati La Munja Desi Tiara Faradila

Awalia Ramadani Sania Putri Muardila Putri Aprilia Ahmad


Definisi
 Provisi adalah kewajiban yang waktu dan banyak yang belum pasti.

 Liabilitas adalah kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
diperkirakan dan mengakibatkan pengeluaran sumber daya entitas.

 Liabilitas Kontinjensi adalah:


1. Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaanya menjadi pasti dengan terjadi
atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam
kendali entitas; atau
2. Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak pada akun karena:
a) Tidak ada kemungkinan entitas besar mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat
ekonomis (selanjutnya disebut sebagai “sumber daya”) untuk menyelesaikan kewajibannya; atau
b) Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.

 Aset Kontinjensi adalah aset potensi yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaanya menjadi pasti
dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya
berada dalam kendali entitas.
Lanjutan…
 Provisi dan Liabilitas Lainnya
Provisi dapat dibedakan dari liabilitas lain seperti utang usaha dan akrual, karena pada provisi terdapat
kewajiban mengenai waktu atau jumlah yang harus dikeluarkan pada masa depan untuk menyelesaikan
provisi tersebut. Sebaliknya
 Utang usaha adalah kewajiban untuk membayar utang atau jasa yang telah diterima atau dipasok
dan telah ditagih melalui faktur atau secara formal sudah disepakati dengan pemasok
 Akrual adalah kewajiban membayar barang atau jasa yang telah diterima atau dipasok, tetapi belum
dibayar, ditagih atau secara formal disepakati dengan pemasok, termasuk jumlah yang masih harus
dibayar kepada para pegawai (misalnya jumlah tunjanga cuti)

 Hubungan Antara Provisi dan Liabilitas Kontinjensi


Semua ketentuan bersifat kontinjensi karena tidak pasti dalam jumlah atau waktu. Tetapi, dalam
pernyataan ini istilah “kontinjensi” digunakan untuk pertanggungjawaban dan aset yang tidak diakui
karena keberadaanya harus dapat dipastikan dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau
lebih yang tidak pasti pada masa datang dan tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas. Disamping
itu, istilah “liabilitas kontinjensi” diguankan untuk liabilitas yang tidak memenuhi pengakuan-pengakuan.
Pengakuan

Provisi Kewajiban Kontinjensi

Provisi diakui jika:  Entitas tidak diperkenankan mengakui


• Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat kewajiban kontinjensi
hukum maupun bersifat konstruktif) sebagai  Kewajiban kontinjensi diungkapan, seperti
akibat peristiwa masa lalu ditentukan dalam paragraf 87, kecuali
• Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban kemungkinan arus keluar sumber daya kecil
tersebut mengakibatkan arus keluar sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomik, Paragraf 87 “kewajiban diestimasi harus
dan ditelaah setiap tanggal neraca dan disesuaikan
• Estimasi yang andal mengenai jumlah untuk mencerminkan estimasi terbaik yang
kewajiban tersebut dapat dibuat. Jika kondisi paling kini. Jika arus keluar sumber daya untuk
diatas tidak memang atau alias provisi tidak menyelesaikan kewajiban kemungkinan besar
di akui. tidak terjadi, kewajiban diestimasi tersebut
harus dibatalkan”
Lanjutan…

Aset Kontinjensi

 Entitas tidak diperkenankan mengakui adanya kontinjensi aset


 Aset kontinjensi tidak diakui dalam laporan keuangan karena
dapat menimbulkan pengakuan penghasilan yang mungkin
tidak pernah terealisasi. Akan tetapi, jika realisasi penghasilan
sudah bisa dipastikan, aset tersebut bukan merupakan aset
kontinjensi, melainkan diakui sebagai aset atau aktiva.
 Aset kontinjensi diungkapkan apabila terdapat kemungkinan
besar arus masuk manfaat ekonomis akan diperoleh
perusahaan sebagaimana diatur dalam paragraf 90.
Pengukuran

Rencana Pelepasan
Estimasi Terbaik 1 5 Aset

Risiko dan Penggantian Oleh


Ketidakpastian 2 6 Pihak Ketiga
8
pengukuran
Nilai Kini 7 Perubahan Provisi
3

Peristiwa Masa
8 Penggunaan Provisi
Datang 4
Pengungkapan

 Untuk setiap jenis kewajiban diestimasi, perusahaan harus mengungkapkan:


 Nilai tercatat pada awal dan akhir periode
 Kewajiban diestimasi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk peningkatan jumlah
pada kewajiban diestimasi yang ada
 Jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada kewajiban diestimasi selama
periode bersangkutan
 Jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode bersangkutan, dan
 Peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang timbul karena berlalunya waktu
dan dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto
 Untuk setiap jenis kewajiban diestimasi, perusahaan harus mengungkapkan pula:
 Uraian singkat mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan saat arus keluar sumber daya terjadi
 Indikasi mengenai ketidakpastian saat atau jumlah arus keluar tersebut jika diperlukan dalam rangka
menyediakan informasi yang memadai, perusahaan harus mengungkapkan asumsi utama yang
mendasari perkiraan peristiwa masa datang sebagaimana diatur dalam paragraf 50, dan
 Jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan menyebutkan jumlah aktiva yang telah diakui
untuk estimasi penggantian tersebut.
Lanjutan…

 Perusahaan harus mengungkapkan, untuk setiap jenis kewajiban kontinjensi pada tanggal neraca, uraian ringkas
mengenai karakteristk kewajiban kontinjensi, dan apabila praktis:
 Estimasi dari dampak finansialnya yang diukur sesuai dengan ketentuan paragraf 37-52
 Indikasi tentang ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu arus keluar sumber daya, dan
 Kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga
Pengungkapan diatas tidak perlu dilakukan apabila kecil kemungkinan terjadi arus keluar sumber daya dalam
penyelesaian kewajiban.
 Apabila besar kemungkinan terjadinya arus masuk manfaat ekonomis, perusahaan harus mengungkapkan uraian singkat
mengenai karakteristik aktiva kontinjensi pada tanggal neraca dan apabila praktis, estimasi dampak finansialnya diukur
sesuai dengan prinsip yang berlaku bagi kewajiban diestimasi sebagaimana diatur dalam paragraf 37-52
 Apabila informasi yang diatur dalam paragraf 85 dan 87 tidak diungkapkan karena tidak praktis dilakukan, kenyataan
tersebut harus diungkapkan
 Pada kasus yang sangat jarang terjadi, pengungkapan sebagian atau seluruh informasi yang diatur dalam paragraf 85-90
diperkirakan dapat menyulitkan perusahaan dalam perselisihan dengan pihak lain mengenai hal yang menjadi subjek
kewajiban diestimasi, kewajiban kontinjensi atau aset kontinjensi. Dalam hal demikian, perusahaan tidak perlu
mengungkapkan informasi tersebut, tetapi harus mengungkapkan uraian umum perselisihan, berikut kenyataan dan
alasan bahwa informasi tersebut tidak diungkapkan.
Arigato
guzaimasu

Ada Pertanyaan ?

Anda mungkin juga menyukai