MODUL PERKULIAHAN
W322100016 -
Teori Akuntansi
Konsep Laba dan Laba Per
Saham
Abstrak Sub-CPMK
Teori akuntansi tentang laba akan melibatkan pengukuran dan penyajian laba
yang dapat memenuhi berbagai tujuan di atas. Untuk melayani berbagai kebutuhan di
atas, ada dua pendekatan yang harus dipertimbangkan dalam akuntansi laba yaitu satu
laba untuk berbagai tujuan (single income for different purposes) atau beda tujuan beda
laba (different incomes for different purposes). Pendekatan pertama berusaha untuk
memformulasi konsep laba tunggal (umum) dan menyajikannya untuk memenuhi
Atas dasar tujuan dan kelemahan laba akuntansi di atas, bab ini membahas dua
aspek pokok teori laba yaitu
(1) Interpretasi laba dan implikasinya dalam tiap tataran teori,
(2) Lingkup laba atas dasar kegiatan operasi dan teori entitas
Pengukur Kinerja
Karena investor dan kreditor merupakan pihak yang dituju dalam pelaporan
keuangan, dianggap bahwa mereka berkepentingan dengan informasi masa lalu untuk
mengevaluasi prospek perusahaan di masa datang. FASB, misalnya, menetapkan salah
satu tujuan pelaporan keuangan sebagai berikut:
Makna Laba
Pembahasan dalam seksi ini masih merupakan bagian dari konsep laba pada
tataran semantik. Pemaknaan laba sebagai pengukur efisiensi, konfirmasi harapan
ivestor, dan estimator laba ekonomik merupakan gagasan-gagsan untuk menemukan
definisi (konsep atau makna) laba yang tepat untuk tujuan akuntansi. Secara simantik,
belum terdapat kesepakatan tentang makna laba yang mantap yang menjadi basis
akuntansi dalam jangka panjang. Hendriksen dan van Breda (1992) mengemukakan kritik
terhadap laba akuntansi sebagai berikut :
Kritik di atas didasarkan pada kenyataan bahwa terdapat banyak definisi atau
makna yang dilekatkan pada simbol laba oleh berbagai sumber. Akan tetapi, masih belum
diidentifikasi secara mantap makna manakah yang sebenarnya dianut atau harus dianut
akuntansi. Sebagai basis pembahasan dan pencarian konsep laba. FASB menetapkan
laba (disebut laba komprehensif) sebagai elemen statemen keuangan dan mendefinisinya
sebagai berikut (SFAC No.6, prg.70):
It is the reward paid by the individuals to business entities for their productivity
which represents business income and therefore it is the reward … which acts as the
motivating force in a free market economy (hlm.475).
The figure of income, in turn, expresses the amount of resources which may be
drawn upon (if in disposible form) to meet the interest charges, income taxes, and
dividen appropriations without impairment of capital and surplus as of the beginning
of the period (hlm.48).
Laba adalah kenaikan aset dalam suatu perioda akibat kegiatan produktif yang
dapat dibagi atau didistribusi kepada kreditor, pemerintah, pemegang saham (dalam
bentuk bunga, pajak, dan dividen) tanpa mempengaruhi keutuhan ekuitas berarti bahwa
pengaruh perubahan ekuitas akibat transaksi modal (the effects of any additional capital
contribution or withdrawals by owners) harus dikeluarkan dari perhitungan laba.
Pemikiran semacam itu sejalan dengan implikasi konsep dasar kontinuitas usaha.
Kapital dapat diasosiasi dengan sediaan atau potensi jasa (stock concept). Jadi, kapital
dapat dipandang sebagai sediaan kemakmuran pada saat tertentu. Sementara itu, laba
dapat diasosiasikan dengan aliran kemakmuran (flow concept). Jadi, laba adalah aliran
potensi jasa yang dapat dinikmati dalam kurun waktu tertentu dengan tetap
mempertahankan tingkat potensi jasa mula-mula.
Bila dianalogi dengan tanki air (reservoar), kapital adalah kandungan air sampai
level tertentu pada suatu saat. Dalam suatu perioda, air dalam tangki akan diisi dan
sekaligus juga digunakan. Laba adalah aliran air yang keluar dari tangki (digunakan atau
dinikmati untuk berbagai keperluan rumah tangga) dalam suatu perioda dengan tetap
mempertahankan kandungan air di tangki pada level semula. Dalam kegiatan hal usah,
pengertian “dinikmati” (to be enjoyed) adalah dikonsumsi, didistribusi, atau ditarik untuk
keperluan pribadi atau noninvestasi.
Berbeda dengan tangki air yang kapasitasnya terbatas, kegiatan usaha biasanya
berkembang terus. Oleh karena itu, laba tidak harus selalu dinikmati tetapi dapat terus
tertanam di perusahaan sehingga menambah tingkat investasi. Kalau laba harus dinikmati
maka hal tersebut hanya dapat dilakukan sejauh tidak melampaui tingkat kapital semula.
Pengertian laba semacam ini disebut laba atas dasar konsep mempertahankan kapital
atau kemakmuran (capital atau wealth maintenance concept). Karakteristik umum laba
ketiga yang dibahas sebelumnya merupakan konsekuensi dianutnya konsep ini.
Atas dasar berbagai uraian di atas, laba kemudian dapat didefinisi secara umum,
formal, dan semantik sebagai berikut:
Definisi di atas bersifat umum karena tidak membatasi entitas pada pemegang
saham saja tetapi entitas dapat berupa kreditor, badan usaha, individual, atau kesatuan
usaha. Definisi di atas juga menuntut pengukuran atau penilaian kapital pada dua titik
waktu (awal dan akhir perioda) tetapi tidak membatasi bagaimana kapital dinilai. Ini berarti
pemaknaan laba berbeda dan terpisah dengan pengukuran laba.
Makna semantik laba yang dikembangkan akhirnya harus dapat dijabarkan dalam
tataran sintaktik. Ini berarti konsep laba harus dioperasionalkan dalam bentuk standar dan
prosedur akuntansi yang mantap dan objektif sehingga angka laba dapat diukur dan
disajikan dalam statemen keuangan. Salah satu bentuk penjabaran makna laba secara
sintaktik adalah mendefinisi laba sebagai selisih pengukuran dan penandingan antara
pendapatan dan biaya.
Masalah teoretis pendapatan dan biaya adalah definisi dan pengukuran dalam arti
luas. Definisi merupakan masalah pada tataran semantik. Pengukuran dalam arti luas
yang meliputi pengakuan, saat pengakuan, dan prosedur pengakuan ditambah cara
mengungkapkan (disclosures) merupakan masalah pada tataran sintaktik. Bila laba
didefinisi sebagai pendapatan dikurangi biaya, masalahnya adalah kapan laba timbul
sehingga harus diukur dan diakui? Paralel dengan masalah pengukuran pendapatan,
terdapat dua kriteria atau pendekatan dalam pengukuran laba yaitu pendekatan transaksi
(transactions approach) dan pendekatan kegiatan (activities approach).
Pendekatan Transaksi
Dengan pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinnya transaksi
(terutama transaksi eksternal) yang kemudian terakumulasi sampai akhir perioda. Karena
laba didefinisi sebagai pendapatan dikurangi biaya, pengukuran dan pengakuan
pendapatan dan biaya dalam suatu perioda sebenarnya juga merupakan pengukuran dan
pengakuan laba. Oleh karena itu, pengukuran dan pengakuan laba juga akan paralel
dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya. Dengan demikian, pengakuan laba
atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan pendapatan atas dasar kriteria
terrealisasi (realized/realizable) dan sama dengan pengakuan biaya atas dasar kriteria
konsumsi manfaat (consumption of benefit). Beberapa transaksi berikut sebenarnya
merefleksi pengakuan laba.