Anda di halaman 1dari 14

1

MODUL PERKULIAHAN

W322100016 -
Teori Akuntansi
Konsep Laba dan Laba Per
Saham

Abstrak Sub-CPMK

Dalam Bab Ini Dibahas Agar mahasiswa dapat menjelaskan


Tentang konsep laba dan dan memahami konsep laba dan laba
laba per saham per saham

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

Shinta Melzatia, S.E., M.Ak


FEB S1.Akuntansi
10
Tujuan Pelaporan Laba
Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba yang
merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya secara akrual. Pengertian
semacam ini akan memudahkan pengukuran dan pelaporan laba secara objektif.
Perekayasa akuntansi mengharapkan bahwa laba semacam itu bermanfaat bagi para
pemakai statemen keuangan khususnya investor dan kreditor. Pendefinisian laba seperti
ini jelas akan lebih bermakna sebagai pengukur kembalian atas investasi (return on
investment) daripada sekadar perubahan kas. Hal ini ditegaskan oleh FASB dalam SFAC
No. 1 (prg. 44) sebagai berikut:

Information about enterprise earnings and its components measured by


accrual accounting generally provides a better indication of enterprise
performance than information about current cash receipts and payments.

Dalam kenyataannya, para pemakai mempunyai konsep laba dan model


pengambilan keputusan yang berbeda-beda. Apapun pengertian dan cara
pengukurannya, laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat
digunakan antara lain sebagai:
a. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of return on invested capital).
b. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
c. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
d. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.
e. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik.
f. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
g. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
h. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
i. Dasar pembagian dividen.

Teori akuntansi tentang laba akan melibatkan pengukuran dan penyajian laba
yang dapat memenuhi berbagai tujuan di atas. Untuk melayani berbagai kebutuhan di
atas, ada dua pendekatan yang harus dipertimbangkan dalam akuntansi laba yaitu satu
laba untuk berbagai tujuan (single income for different purposes) atau beda tujuan beda
laba (different incomes for different purposes). Pendekatan pertama berusaha untuk
memformulasi konsep laba tunggal (umum) dan menyajikannya untuk memenuhi

2021 Teori Akuntansi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


2 Shinta Melzatia, SE, M.Ak. http://pbael.mercubuana.ac.id/
berbagai tujuan secara umum. Inilah pendekatan yang ingin dicapai dalam merekayasa
pelaporan keuangan umum (general purpose financial reporting).
Walaupun teori tentang konsep laba lebih berkaitan dengan pendekatan ini,
akuntansi juga berusaha untuk menyediakan informasi agar tujuan khusus dapat dipenuhi
dengan menyediakan informasi yang memungkinkan pemakai untuk menentukan konsep
laba sesuai dengan kebutuhan spesifiknya. Pendekatan kedua menggunakan berbagai
konsep laba dan menjajikannya secara jelas berbagai konsep laba tersebut secara
khusus. Kebutuhan khusus ini dapat dilayani dengan menyertai statemen keuangan
umum (khususnya statemen laba-rugi) dengan berbagai laporan pelengkap.

Konsep Laba Konvensional


Teori tentang laba masih harus dikembangkan dan dimantapkan agar dicapai
interpretasi yang tepat secara intuitif maupun ekonomik sehingga angka laba akuntansi
mempunyai manfaat yang tinggi khususnya bagi investor dan kreditor. Hendriksen dan
van Breda (1992) mengemukakan bahwa laba akuntansi yang sekarang berjalan
(konvensional) masih problematik secara teoretis. Laba akuntansi mempunyai beberapa
kelemahan berikut (hlm. 309):
a. Laba akuntansi belum didefinisi secara semantik dan jelas sehingga laba tesebut
secara intuitif dan ekonomik bermakna.
b. Penyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada pemegang saham biasa atau
residual.
c. Prinsip akuntansi berterima umum (PABU) sebagai pedoman pengukuran laba masih
memberi peluang untuk terjadinya ketaktaatasasan (inkonsistensi) antarperusahaan.
d. Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara umum belum
memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan harga.
e. Dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, investor dan kreditor
memandang informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat atau bahkan lebih
bermanfaat sehingga ketepatan laba akuntansi belum menjadi tuntutan yang
mendesak.

Atas dasar tujuan dan kelemahan laba akuntansi di atas, bab ini membahas dua
aspek pokok teori laba yaitu
(1) Interpretasi laba dan implikasinya dalam tiap tataran teori,
(2) Lingkup laba atas dasar kegiatan operasi dan teori entitas

2021 Teori Akuntansi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


3 Shinta Melzatia, SE, M.Ak. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Konsep Laba dalam Tataran Semantik
Akuntansi dapat dibahas dari sudut semiotika yang terdiri atas tataran semantik,
sintaktik, dan pragmatik. Karena karakteris- tik laba, tia dapat dibahas dalam tiga tataran
ini. Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa yang
harus dilekatkan oleh perekayasa pelaporan pada simbol atau elemen laba sehingga laba
bermanfaat (useful) dan bermakna (meaningful) sebagai informasi. Pada tataran ini, teori
berusaha untuk menjawab pertanyaan apakah yang harus direpresentasi oleh laba.
Seperti teori tentang aset, realitas atau kegiatan entitas apa yang harus direpresentasi
oleh angka laba. Makna yang dikandung dalam laba akhirnya harus diinterpretasi oleh
pemakai. Pemaknaan laba secara semantik akhirnya akan menentukan pemaknaan laba
secara sintaktik yaitu pengukuran dan penyajiannya.

Pengukur Kinerja
Karena investor dan kreditor merupakan pihak yang dituju dalam pelaporan
keuangan, dianggap bahwa mereka berkepentingan dengan informasi masa lalu untuk
mengevaluasi prospek perusahaan di masa datang. FASB, misalnya, menetapkan salah
satu tujuan pelaporan keuangan sebagai berikut:

Financial reporting should prouide information about an enterprise's financial


performance during a period. … The primary focus of financial reporting is
information about an enterprise's performance provided by measures of
earnings and its components. … Financial reporting should provide
information about how management of an enterprise has discharged its
stewardship responsibility to owners (stockholders) for the use of
enferprise resources entrusted to it.

Tujuan di atas mensyiratkan bahwa laba perioda (earnings) dimaknai sebagai


informasi tentang kinerja masa lalu yang meliputi daya melaba (earning power),
akuntabilitas, dan efisiensi. Daya melaba dan efisiensi merupakan konsep yang saling
berkaitan. Kinerja perusahaan merupakan manifestasi dari kinerja manajemen sehingga
laba dapat pula diinterpretasi sebagai pengukur keefektifan dan keefisienan manajemen
dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Hal ini dikemukakan oleh
Paton dan Littleton (1967) sebagai berikut:

2021 Teori Akuntansi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


4 Shinta Melzatia, SE, M.Ak. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Accounting exists primarily as a means of computing a residuum, a balance, the
difference between cost (as efforts) and revenues (as accomplishment) for individual
enterprises. The difference reflects managerial effectiveness and is of particular
significance to those who furnish the capital and take the ultimate responsibility (hlm. 16).

Pelaporan keuangan berkepentingan dengan informasi tentang kemampuan atau


daya melaba suatu kesatuan usaha dengan sumber daya (aset) yang dikuasainya dalam
suatu perioda. Daya melaba merupakan informasi semantik yang diharapkan dibawa oleh
informasi akuntansi melalui statemen keuangan yaitu objek (element), ukuran (size), dan
hubungan (relationship). Daya melaba akan mempunyai makna kalau laba dikaitkan
dengan perioda dan sumber daya yang digunakan. Jadi, untuk menentukan daya melaba,
tiga komponen harus diketahui yaitu laba, perioda, dan tingkat sumber daya (investasi).
Laba dapat diinterpretasi sebagai pengukur keefisienan (efisiensi) bila dihubungkan
dengan tingkat investasi karena efisiensi secara konseptual merupakan suatu hubungan
atau indeks.
Secara umum, efisiensi adalah kemampuan menciptakan keluaran (output)
tertinggi dengan sumber daya tertentu sebagai masukan (input). Bila keluaran atau
sasaran tertentu telah ditentukan, efisiensi adalah kemampuan mencapai keluaran
tersebut dengan sumber daya terendah (minimum) yang dimungkinkan. Dalam akuntansi,
laba dimaknai dan diinterpretasi sebagai pengukur efisiensi oleh investor dalam bentuk
kembalian atas investasi (return on investment atau ROI). Bagi manajemen, efisiensi
dapat diinterpretasi sebagai pengukur efisiensi penggunaan sumber daya dalam bentuk
kembalian atas aset (return on assets atau ROA). Bagi kreditor, efisiensi dapat
ditunjukkan dengan tingkat bunga (return on loan atau ROL). Jadi, angka laba itu sendiri
tidak bermakna kalau tidak dihubungkan dengan tingkat investasi atau tolok ukur atau
patok duga (benchmark) tertentu misalnya pendapatan/penjualan. Efisiensi perusahaan
akan bermakna kalau dihubungkan dengan tolok ukur di luar perusahaan misalnya
efisiensi perusahaan lain yang sejenis atau standar industri.
Jadi, laba dapat merepresentasi kinerja efisiensi karena laba menentukan ROI,
ROA, dan ROL sebagai pengukur efisiensi. Karena kegiatan usaha sangat kompleks, laba
dipandang cukup kaya (komprehensif) untuk merepresentasi pengukur efisiensi. Namun,
validitas pengukur efisiensi tersebut bergantung pada bagaimana laba dan tingkat
investasi diukur serta dari sudut pandang siapa informasi efisiensi ditujukan. Sebagai
analogi, indeks prestasi atau IP mahasiswa dipandang cukup kaya untuk merepresentasi
kinerja belajar mahasiswa. Akan tetapi, validitas indeks tersebut sangat bergantung pada
bagaimana IP tersebut diperoleh dan diukur.

2021 Teori Akuntansi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


5 Shinta Melzatia, SE, M.Ak. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Konfirmasi Harapan Investor
Perekayasa pelaporan juga berusaha menyediakan informasi untuk meyakinkan
bahwa harapan-harapan investor atau pemakai lainnya di masa lalu tentang kinerja
perusahaan memang terrealisasi. Dengan demikian, laba dapat diinterpretasi sebagai
sarana untuk mengkonfirmasi harapan-harapan tersebut. Asumsinya adalah para investor
telah menggunakan segala informasi yang tersedia secara publik sebagai basis
keputusan investasinya melalui prediksi laba. Bila diasumsi bahwa pasar cukup efisien,
laba yang diprediksi investor harus mendekati atau sama dengan laba yang dilaporkan.
Bila hal ini terjadi, laba merupakan sarana untuk mengkonfirmasi harapan investor dan
investor diharapkan tidak berreaksi terhadap pengumuman laba.
Bila pasar tidak cukup efisien, angka laba justru ditunggu-tunggu oleh para
investor sebagai basis untuk mengambil atau mengubah keputusan. Dengan kata lain,
laba diinterpretasi sebagai sarana untuk menyampaikan informasi privat perusahaan
sehingga laba harus mempunyai kandungan informasi (information content) baru lebih
dari apa yang telah ditangkap oleh pasar. Dengan demikian, pasar diteorikan akan
berreaksi terhadap pengumuman laba.

Estimator Laba Ekonomik


Akuntansi menganut asas akrual untuk mendapatkan suatu angka yang lebih
bermakna secara ekonomik daripada sekadar kenaikan atau penurunan kas dalam suatu
perioda. Angka laba akan bermakna kalau merepresentasi perubahan kemakmuran
(wealth) atau penciptaan nilai (value creation) sebagai hasil kinerja ekonomik suatu
kesatuan usaha. Secara teknis, perubahan kemakmuran atau nilai diwujudkan dalam
kegiatan produktif (menghasilkan barang dan jasa).
Dengan asas akrual, pengakruan (accruing) dan penangguhan (deferring) atas
dasar konsep upaya dan hasil serta konsep kos historis merupakan proses yang sangat
lekat dengan penentuan laba akuntansi. Perekayasa akuntansi mengharapkan bahwa
laba akuntansi akan mendekati laba ekonomik atau paling tidak merupakan estimator
yang baik untuk laba ekonomik. Artinya, perubahan laba akuntansi diharapkan merefleksi
pula perubahan ekonomik perusahaan. Dengan demikian, laba akuntansi masih tetap
bermanfaat bagi investor yang mungkin lebih berkepentingan dengan laba ekonomik.
Laba akuntansi adalah laba dari kaca mata perekayasa akuntansi atau kesatuan
usaha karena keperluan untuk menyajikan informasi secara objektif dan terandalkan.
Oleh karena itu, laba akuntansi didasarkan pada data yang telah terjadi bukanya data
hipotetis yang dapat berupa kos kesempatan (opportunity cost). Pengertian ekonomik dari
segi akuntansi adalah kelayakan ekonomik (economic reasonableness) jangka panjang

2021 Teori Akuntansi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


6 Shinta Melzatia, SE, M.Ak. http://pbael.mercubuana.ac.id/
dan bukan penilaian ekonomik (economic valuation) jangka pendek. Oleh karena itu,
depresiasi dalam akuntansi merupakan proses alokasi dan bukan proses penilaian.

Makna Laba
Pembahasan dalam seksi ini masih merupakan bagian dari konsep laba pada
tataran semantik. Pemaknaan laba sebagai pengukur efisiensi, konfirmasi harapan
ivestor, dan estimator laba ekonomik merupakan gagasan-gagsan untuk menemukan
definisi (konsep atau makna) laba yang tepat untuk tujuan akuntansi. Secara simantik,
belum terdapat kesepakatan tentang makna laba yang mantap yang menjadi basis
akuntansi dalam jangka panjang. Hendriksen dan van Breda (1992) mengemukakan kritik
terhadap laba akuntansi sebagai berikut :

There is no long-run theoretical basis for the computation and presentation of


accounting income (hlm.309).

Kritik di atas didasarkan pada kenyataan bahwa terdapat banyak definisi atau
makna yang dilekatkan pada simbol laba oleh berbagai sumber. Akan tetapi, masih belum
diidentifikasi secara mantap makna manakah yang sebenarnya dianut atau harus dianut
akuntansi. Sebagai basis pembahasan dan pencarian konsep laba. FASB menetapkan
laba (disebut laba komprehensif) sebagai elemen statemen keuangan dan mendefinisinya
sebagai berikut (SFAC No.6, prg.70):

Comprehensif income is the change in equity of a business enterprise during


a period from transaction and other events and circumstances from nonowner
sources. It includes all changes in equity during a period except those
resulting from investment by owners and distributions to owners.

Sejalan dengan definisi diatas adalah apa yang dimungkinkan Barton


sebagaimana dikutip oleh Godfrey, Hodgson, dan Holmes (1997) sebagai berikut :

After removing the effects of any additional capital contributions or withdrawals


by owners from the initial capital investment, the increase in the net wealth is
the income of the period (hlm.475)

2021 Teori Akuntansi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


7 Shinta Melzatia, SE, M.Ak. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dua definifi diatas membatasi laba dari sudut pandang pemegang saham residual
sehingga laba didefinisi sebagai perubahan/kenaikan ekuitas atau aset bersih atau
kemakmuran bersih pemilik (pemegang saham) dalam suatu periode yang berasal dari
transaksi operasi dan bukan transaksi modal (setoran dari dan distribusi ke pemilik). Dari
sudut pandang perusahaan sebagai entitas, Godfrey, Hodgson, dan Holmes (1997) juga
mengutip makna laba dari Bedford sebagai berikut :

It is the reward paid by the individuals to business entities for their productivity
which represents business income and therefore it is the reward … which acts as the
motivating force in a free market economy (hlm.475).

Laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang


atau jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan di atas biaya (kos total yang
melekat kegiatan produksi dan penyerahan barang/jasa). Pengertian ini sejalan dengan
konsep kesatuan usaha yang dikemukakan Paton dan Littleton (1967) yang memandang
laba sebagai kenaikan aset perusahaan seperti berikut :

The figure of income, in turn, expresses the amount of resources which may be
drawn upon (if in disposible form) to meet the interest charges, income taxes, and
dividen appropriations without impairment of capital and surplus as of the beginning
of the period (hlm.48).

Laba adalah kenaikan aset dalam suatu perioda akibat kegiatan produktif yang
dapat dibagi atau didistribusi kepada kreditor, pemerintah, pemegang saham (dalam
bentuk bunga, pajak, dan dividen) tanpa mempengaruhi keutuhan ekuitas berarti bahwa
pengaruh perubahan ekuitas akibat transaksi modal (the effects of any additional capital
contribution or withdrawals by owners) harus dikeluarkan dari perhitungan laba.

Laba dan Kapital


Pembahasan laba tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan kapital tetapi
makna keduanya harus dibedakan. Dengan mendasarkan diri pada pengertian kapital
yang dikemukakan oleh Irving Fisher, Hendriksen dan Van Breda (1992) membedakan
laba dan kapital sebagai berikut :

2021 Teori Akuntansi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


8 Shinta Melzatia, SE, M.Ak. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Capital is a stock of wealth at an instant time. Income is a flow of services through
time. Capital is the embodiment of future services, and income is the enjoyment of these
services over a specific period of time (hlm.279).

Pemikiran semacam itu sejalan dengan implikasi konsep dasar kontinuitas usaha.
Kapital dapat diasosiasi dengan sediaan atau potensi jasa (stock concept). Jadi, kapital
dapat dipandang sebagai sediaan kemakmuran pada saat tertentu. Sementara itu, laba
dapat diasosiasikan dengan aliran kemakmuran (flow concept). Jadi, laba adalah aliran
potensi jasa yang dapat dinikmati dalam kurun waktu tertentu dengan tetap
mempertahankan tingkat potensi jasa mula-mula.
Bila dianalogi dengan tanki air (reservoar), kapital adalah kandungan air sampai
level tertentu pada suatu saat. Dalam suatu perioda, air dalam tangki akan diisi dan
sekaligus juga digunakan. Laba adalah aliran air yang keluar dari tangki (digunakan atau
dinikmati untuk berbagai keperluan rumah tangga) dalam suatu perioda dengan tetap
mempertahankan kandungan air di tangki pada level semula. Dalam kegiatan hal usah,
pengertian “dinikmati” (to be enjoyed) adalah dikonsumsi, didistribusi, atau ditarik untuk
keperluan pribadi atau noninvestasi.
Berbeda dengan tangki air yang kapasitasnya terbatas, kegiatan usaha biasanya
berkembang terus. Oleh karena itu, laba tidak harus selalu dinikmati tetapi dapat terus
tertanam di perusahaan sehingga menambah tingkat investasi. Kalau laba harus dinikmati
maka hal tersebut hanya dapat dilakukan sejauh tidak melampaui tingkat kapital semula.
Pengertian laba semacam ini disebut laba atas dasar konsep mempertahankan kapital
atau kemakmuran (capital atau wealth maintenance concept). Karakteristik umum laba
ketiga yang dibahas sebelumnya merupakan konsekuensi dianutnya konsep ini.

Konsep Pemertahanan Kapital


Konsep ini dilandasi oleh gagasan bahwa entitas (perusahaan atau investor)
berhak mendapatkan kembalian/imbalan atau return dan menikmatinya setelah kapital
(invostasi) dipertahankan keutuhannya atau pulih seperti sedia kala (recovered). Harapan
umum dalam kegiatan bisnis adalah kapital atau investasi yang tertanam selalu
berkembang. Konsep ini mempunyai arti penting atau konsekuensi dalam beberapa hal
yang saling berkaitan sebagai berikut:
a. Membedakan antara kembalian atas investasi (return on investment) dan
pengembalian investasi (return of investment).
b. Memisahkan dan membedakan transaksi operasi (produktif) dalam arti luas dengan
transaksi pendanaan dari pemilik (owner transactions).

2021 Teori Akuntansi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


9 Shinta Melzatia, SE, M.Ak. http://pbael.mercubuana.ac.id/
c. Menjamin agar laba yang dapat didistribusi tidak mengandung pengembalian
investasi. Artinya, kalau laba suatu perioda harus dikonsumsi / didistribusi
seluruhnya, jumlah tersebut harus benar-benar merefleksi jumlah yang memenuhi
definisi laba sehingga entitas mempunyai kemampuan ekonomik yang sama dengan
kemampuan mula-mula.
d. Memungkinkan penentuan jumlah penyesuaian kapital (capital adjustment) untuk
mempertahankan kemampuan ekonomik (kapital) awal perioda akibat perubahan
harga dan daya beli sehingga laba ekonomik akan terukur pula.
e. Memungkinkan penggunaan berbagai dasar penilaian untuk menentukan tingkat
kapital pada saat tertentu (awal dan akhir).
f. Memungkinkan penerapan pendekatan aset-kewajiban (asset-liability approach)
secara penuh dalam pemaknaan laba sehingga angka laba akuntansi akan
mendekati angka laba ekonomik. Laba didefinisi sebagai perubahan aset bersih
bukan sebagai selisih antara pendapatan dikurangi biaya. Dengan kata lain, laba
merupakan selisih pengukuran/penilaian aset bersih pada dua titik waktu yang
berbeda.

Atas dasar berbagai uraian di atas, laba kemudian dapat didefinisi secara umum,
formal, dan semantik sebagai berikut:

Laba adalah tambahan kemampuan ekonomik yang ditandai dengan kenaikan


kapital dalam suatu perioda yang berasal dari kegiatan produktif dalam arti
luas yang dapat dikonsumsi atau ditarik oleh entitas penguasa/pemilik kapital
tanpa mengurangi kemampuan ekonomik kapital mula-mula (awal perioda).

Definisi di atas bersifat umum karena tidak membatasi entitas pada pemegang
saham saja tetapi entitas dapat berupa kreditor, badan usaha, individual, atau kesatuan
usaha. Definisi di atas juga menuntut pengukuran atau penilaian kapital pada dua titik
waktu (awal dan akhir perioda) tetapi tidak membatasi bagaimana kapital dinilai. Ini berarti
pemaknaan laba berbeda dan terpisah dengan pengukuran laba.

2021 Teori Akuntansi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


10 Shinta Melzatia, SE, M.Ak. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Konsep Laba dalam Tataran Sintaktik

Makna semantik laba yang dikembangkan akhirnya harus dapat dijabarkan dalam
tataran sintaktik. Ini berarti konsep laba harus dioperasionalkan dalam bentuk standar dan
prosedur akuntansi yang mantap dan objektif sehingga angka laba dapat diukur dan
disajikan dalam statemen keuangan. Salah satu bentuk penjabaran makna laba secara
sintaktik adalah mendefinisi laba sebagai selisih pengukuran dan penandingan antara
pendapatan dan biaya.
Masalah teoretis pendapatan dan biaya adalah definisi dan pengukuran dalam arti
luas. Definisi merupakan masalah pada tataran semantik. Pengukuran dalam arti luas
yang meliputi pengakuan, saat pengakuan, dan prosedur pengakuan ditambah cara
mengungkapkan (disclosures) merupakan masalah pada tataran sintaktik. Bila laba
didefinisi sebagai pendapatan dikurangi biaya, masalahnya adalah kapan laba timbul
sehingga harus diukur dan diakui? Paralel dengan masalah pengukuran pendapatan,
terdapat dua kriteria atau pendekatan dalam pengukuran laba yaitu pendekatan transaksi
(transactions approach) dan pendekatan kegiatan (activities approach).

Pendekatan Transaksi
Dengan pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinnya transaksi
(terutama transaksi eksternal) yang kemudian terakumulasi sampai akhir perioda. Karena
laba didefinisi sebagai pendapatan dikurangi biaya, pengukuran dan pengakuan
pendapatan dan biaya dalam suatu perioda sebenarnya juga merupakan pengukuran dan
pengakuan laba. Oleh karena itu, pengukuran dan pengakuan laba juga akan paralel
dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya. Dengan demikian, pengakuan laba
atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan pendapatan atas dasar kriteria
terrealisasi (realized/realizable) dan sama dengan pengakuan biaya atas dasar kriteria
konsumsi manfaat (consumption of benefit). Beberapa transaksi berikut sebenarnya
merefleksi pengakuan laba.

2021 Teori Akuntansi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


11 Shinta Melzatia, SE, M.Ak. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Kas 100.000
Penjualan (Pelanggan Y) 100.000
Kos Barang Terjual (Produk K) 60.000
Sediaan Barang Dagangan 60.000
Biaya Gaji Administratif 10.000
Biaya Gaji Pemasaran 11.500
Biaya Bunga 2.500
Kas 24.000
Kas 2.000
Depresiasi Akumulasi-Mesin (X) 24.000
Mesin (X) 25.000
Untung Penjualan Mesin (X) 1.000

Karena laba melekat pada pendapatan (penjualan), dengan pendekatan transaksi


dapat dikatakan bahwa laba timbul dan diakui pada saat penjualan atau pertukaran
terjadi. Laba akan terhitung setelah biaya yang diperkirakan mendatangkan pendapatan
juga diakui (konsep penandingan). Dengan contoh transaksi di atas, dapat dilihat
beberapa keuntungan pendekatan transaksi bagi akuntansi untuk pelaporan laba yaitu
antara lain:
a. Komponen pembentuk laba bersih dapat dirinci dengan berbagai basis antara lain
atas dasar produk atau pelanggan untuk kepentingan manajerial.
b. Laba yang berasal dari berbagai sumber/jenis transaksi (utama, tambahan, dan luar
biasa) dapat dipisahkan dan dilaporkan untuk kepentingan eksternal.
c. Perubahan aset dan kewajiban merupakan perubahan nilai yang diakui secara
objektif pada saat perubahan terjadi akibat transaksi penjualan (pendapatan) dan
biaya dengan pihak eksternal.
d. Jumlah rupiah serta jenis aset dan kewajiban secara automatis tersedia pada akhir
perioda. Jumlah rupiah yang tersedia (kos historis) dapat dijadikan basis untuk
penilaian berbagai aset dan kewajiban tanpa harus melakukan mempertimbangkan
perubahan nilai.
e. Karena perubahan nilai pasar aset tidak diakui, artikulasi antarstatemen keuangan
dapat dipertahankan. Ini berarti, pendapatan dikurangi biaya akan sama dengan
perubahan ekuitas pemegang saham. Namun demikian, perubahan nilai pasar aset
(misalnya sediaan) bila perlu dapat diakui pada tiap akhir perioda sebagai
penyesuaian. Hal ini merefleksi penerapan konsep pemertahanan kapital.

2021 Teori Akuntansi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


12 Shinta Melzatia, SE, M.Ak. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pendekatan Kegiatan
Dengan pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya
kegiatan atau kejadian bukan sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu.
Pendekatan ini paralel dengan konsep penghimpunan atau pembentukan pendapatan
(earning process) sebagai basis pengakuan pendapatan. Dengan konsep ini, pendapatan
(dengan sendirinya laba) dapat dinyatakan telah terbentuk (earned) bersamaan dengan
telah dilakukannya kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas (produksi, penjualan, dan
pengumpulan kas).
Pendekatan ini mempunyai keunggulan dalam membantu manajemen melakukan
analisis internal. Berbagai konsep laba dapat diciptakan untuk mengukur efisiensi dan
profitabilitas tiap kegiatan/bagian operasi, mengendalikan perilaku manajer divisi dengan
sistem pengendalian manajemen, dan menentukan kompensasi. Dalam aplikasinya,
kedua pendekatan di atas tidak berdiri sendiri tetapi saling melengkapi. Laba tidak dapat
diakui hanya atas dasar salah satu pendekatan. Itulah sebabnya, kriteria pendapatan
adalah terrealisasi dan terbentuk. Artinya, kedua kriteria harus dipenuhi. Oleh karena itu,
praktik akuntansi (dalam kaitan dengan laba) yang sekarang banyak dianut sebenarnya
merupakan kombinasi dari pendekatan transaksi dan pendekatan kegiatan.

Pendekatan Pemertahanan Kapital


Dua pendekatan yang dibahas sebelumnya sebenarnya mengikuti pendekatan
pendapatan-biaya (revenue-expense approach) dalam pengukuran dan penilaian elemen
neraca (aset dan kewajiban). Nilai aset dan kewajiban merupakan konsekuensi dari
pengukuran pendapatan dan biaya atas dasar konsep penandingan.
Dengan konsep pemertahanan kapital, laba merupakan konsekuensi dari
pengukuran kapital pada dua titik waktu yang berbeda. Dengan konsep ini, elemen
statemen keuangan diukur atas dasar pendekatan aset-kewajiban. Jadi, dapat dikatakan
bahwa laba adalah perubahan atau kenaikan kapital dalam suatu perioda. Dengan kata
lain, laba adalah perbedaan nilai kapital pada dua saat yang berbeda. Masalah teoretis
dalam hal ini adalah bagaimana kapital diukur atau dinilai dan bagaimana laba ditentukan.

2021 Teori Akuntansi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


13 Shinta Melzatia, SE, M.Ak. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

1 Schooeder, R.G., M.W. Clark, Jack M. Cathay. (2016). Financial Accounting


Theory and Analysis. 12th edition.
2 Scott, William R. (2019). Financial Accounting Theory. 8th edition.
3 Godfrey, J., A. Hodgson, A. Tarca. (2010). Accounting Theory. 7th edition. John
Wiley.
4 Belkaoui, Ahmed Riahi. (2011). Accounting Theory. 6th edition. Salemba Empat.
Jakarta
5 Soewardjono. (2016). Teori Akuntansi. Edisi 3. YKPN.
6 Standar Akuntansi Keuangan. 2019. Ikatan Akuntan Indonesia

2021 Teori Akuntansi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


14 Shinta Melzatia, SE, M.Ak. http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai