Anda di halaman 1dari 54

Tugas Kelompok : Dosen Pengampu :

Akuntansi Keuangan Menengah II Jasmina Syafe’I, S.E., M.Ak.Ca

LIABILITAS JANGKA PENDEK, PROVINSI,

DAN KONTINJENSI

DI SUSUN OLEH

ANNISA TRI PERMATA (12170323209)

ALFIYYAH ARSITA (12170320906)

SUCI RAHMADHANI (12170321770)

VINDA ADELIA PUTRI (12170321969)

AKUNTANSI / III E

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia - Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagaimana mestinya.
Shalawat dan salam tak lupa pula kita kirimkan kepada baginda Rasulullah SAW,
yang telah menjadi suri tauladan bagi umat manusia dan selaku tokoh reformasi yang
menjadi panutan untuk kita semua dalam menjalani kehidupan dengan syariat dan
kaidah yang berlaku di dalam masyarakat dengan baik. Juga kepada keluarganya,
sahabatnya, dan kepada seluruh pengikutnya yang senantiasa patuh atas ajaran –
ajaran Allah SWT sampai akhir zaman.

Makalah ini dibuat guna memenuhi kewajiban kami sebagai mahasiswa dalam
rangka memenuhi tugas yang telah diberikan oleh Ibu Jasmina Syafe’I, S.E.,
M.Ak.Ca selaku dosen pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah II. Makalah
ini disusun berdasarkan pada referensi yang ada, yang mana inti dari makalah ini
adalah membahas tentang “Liabilitas Jangka Pendek, Provinsi, dan Kontinjensi”.

Kami menyadari apabila makalah yang kami susun masih banyak kekurangan,
tetapi kami sudah berusaha menyajikan yang terbaik. Sudilah kiranya bagi para
pembaca memberikan kritik dan saran membangun mengenai makalah yang kami
susun ini, agar kedepannya bisa lebih baik lagi dan bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 24 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

1. PERANAN DAN DEFINISI..............................................................................1


1.1 Peranan Liabilitas.............................................................................................1
1.2 Jenis dan Klasifikasi....................................................................................4
2. UTANG BERBUNGA DALAM JANGKA PENDEK......................................5
2.1 Utang Bank.......................................................................................................5
3. Wesel Bayar......................................................................................................11
4. Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo pada periode berikutnya.....11
Pengungkapan liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam dua belas
bulan mendatang..................................................................................................15
3. LIABILITAS JANGKA PENDEK TERKAIT DENGAN KEGIATAN
OPERASI ENTITAS...............................................................................................16
Utang Usaha.........................................................................................................16
Beban yang Masih Harus Dibayar.......................................................................18
Pendapatan Diterima di Muka..............................................................................21
Utang Terkait Imbalan Kerja................................................................................22
Utang Pajak Pihak Ketiga....................................................................................25
Utang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.........26
Utang Pajak Penghasilan......................................................................................29
PROVISI DAN KONTINJENSI..............................................................................30
Definisi.................................................................................................................30
Pengakuan dan Pengukuran.................................................................................32
Garansi.................................................................................................................35
Kewajiban Pengelolaan Lingkungan....................................................................38
Litigasi Hukum.....................................................................................................40
Liabilitas Kontinjensi..................................................................................................41
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN................................................................44
Penyajian..............................................................................................................44
Pengungkapan......................................................................................................45

ii
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN....................................................................46
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................48

iii
1

BAB 11 : LIABILITAS JANGKA PENDEK, PROVISI, DAN


KONTINJENSI

1. PERANAN DAN DEFINISI

1.1 Peranan Liabilitas

Manfaat berutang sering diistilahkan dengan kemampuan menghasilkan


leverage, yaitu kemampuan meningkatkan imbal hasil tanpa harus mengeluarkan
investasi. Penggunaan liabilitas dari sisi pemegang saham juga lebih disukai, karena
tambahan liabilitas akan memberikan tambahan imbal hasil bagi pemegang saham
tanpa tambahan investasi. Pembiayaan dengan ekuitas akan menyebabkan tambahan
saham beredar. Selain mengharuskan investor menambah investasi, ada potensi yang
menyebabkan saham terdilusi sehingga harga saham dan laba per lembar saham
menjadi lebih kecil. Entitas menggunakan prinsip matching dalam memutuskan
penggunaan liabilitas. Prinsip matching mengharuskan entitas memadankan antara
bentuk investasi dan jenis pendanaan yang digunakan. Jika entitas membutuhkan dan
untuk mendanai ekspansi produksi guna memenuhi tambahan permintaan produksi
maka entitas akan menggunakan liabilitas jangka pendek. Sebaliknya jika entitas akan
melakukan ekspansi untuk membangun pabrik maka memilih menggunakan liabilitas
jangka panjang.

Liabilitas menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan


(KDP2LK) adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang
mengandung manfaat ekonomi. PSAK 1 (Revisi 2009) mengharuskan entitas menyajikan
liabilitas jangka pendek terpisah dari liabilitas jangka panjang. Namun untuk industry
perbankan atau keuangan, entitas dapat menyajikan berdasarkan urutan likuiditas, tanpa
memisahkan liabilitas jangka pendek dan jangka panjang. Pemisahan jangka pendek dan
jangka panjang menggunakan jangka waktu 12 bulan atau satu siklus operasi perusahaan.
2

PSAK 1 (Revisi 2009) menjelaskan klasifikasi liabilitas jangka pendek jika


memenuhi kriteria :

1. Entitas mengaharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi


normalnya
2. Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan
3. Entitas memiliki liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka
waktu 12 bulan setelah periode pelaporan atau
4. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas
selama sekuirang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan. Entitas mengklasifikasi
liabilitas yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai liabilitas jangka panjang tersebut
diatas.

Berdasarkan ketentuan diatas, liabilitas jangka pendek dapat diartikan sebagai liabilitas
entitas kini, yang timbul akibat peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus kas keluar dari sumber daya entitas yang akan diselesaikan dalam
jangka waktu satu siklus operasi atau 12 bulan mana yang lebih panjang atau untuk tujuan
diperdagangkan. Liabilitas keuangan yang merupakan pembiayaan jangka panjang (bukan
bagian dari modal kerja yang digunakan dalam siklus operasional normal) dan tidak jatuh
tempo dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan merupakan liabilitas jangka
panjang. Bentuk liabilitas keuangan ini antara lain utang bank jangka panjang dan obligasi.
Liabilitas jangka pendek lainnya tidak diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah
periode pelaporan atau dimiliki untuk tujuan diperdagangkan. Misalnya, liabilitas keuangan
yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan sesuai dengan PSAK 55
(Revisi 2013) instrumen keuangan : pengakuan dan pengukuran, cerukan bank, bagian
jangka pendek dari liabilitas keuangan jangka panjang, dividen terutang, pajak penghasilan
terutang dan utang non usaha lainnya. Entitas mengklasifikasikan liabilitas keuangan
tersebut sebagai liabilitas jangka pendek jika liabilitas tersebut akan jatuh tempo dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah periode pelaporan.
3

Liabilitas jangka pendek dapat berbentuk utang bank atau utang kepada pihak lain yang
akan dibayarkan dalam waktu kurang dari dua belas. Untuk utang bentuk ini sering kali ada
bunga, sehingga bunga yang telah terjadi dan belum dibayarkan harus diakui sebagai
liabilitas juga. Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu dua belas
bulan, akan disajikan dalam sebagai liabilitas jangka pendek. Psak 1 (Revisi 2009)
menjelaskan item-item minimum dari liabilitas jangka pendek yang harus disajikan dalam
laporan keuangan, menurut PSAK 1 (Revisi 2009), jika entitas memiliki liabilitas tersebut
dalam jumlah material maka entitas harus menyajikan sebagai unsur yang terpisah. Item
minimum yang diharuskan menurut PSAK 1 (Revisi 2009) untuk liabilitas jangka pendek
adalah :

1. Utang dagang dan terutang lainnya;


2. Provisi
3. Liabilitas keuangan jangka pendek (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam
provisi)
4. Liabilitas dan aset pajak kini sebagai didefinisikan dalam PSAK 46 (Revisi 2013)
Akuntansi pajak penghasilan
5. Liabilitas dan aset pajak tangguhan; sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46
(Revisi 2013)
6. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan
sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58 (Revisi 2010) aset lancer yang
tersedia untuk dijual dan operasional yang dihentikan.

Liabilitas jangka pendek lainnya dapat berupa liabilitas yang tidak diselesaikan dalam
siklus operasional normal. Tetapi jatuh tempo dan diselesaikan dalam waktu dua belas
bulan setelah periode pelaporan atau dimiliki untuk tujuan diperdagangkan. Misalnya
PSAK 55 (Revisi 2013) cerukan bank, bagian jangka pendek dari liabilitas keuangan
jangka panjang, deviden terutang, pajak penghasilan terutang, dan utang non usaha lainnya.
Jika suatu informasi detail diperlukan oleh pengguna laporan keuangan, maka entitas
sebaiknya menyajikan dalam komponen yang terpisah. Atau dapat juga entitas menyajikan
4

dalam kelompok minimal sesuai dengan PSAK 1 (Revisi 2009) dan melengkapinya dengan
rincian dalam catatan atas laporan keuangan. PSAK 1 (Revisi 2009_) hanya menjelaskan
tentang bagaimana menyajikan liabilitas dalam laporan keuangan. Pengakuan, pengukuran,
penyajian dan pengungkapan liabilitas jangka pendek dan jangka panjang diatur lebih lanjut
dalam PSAK instrumen keuangan yaitu PSAK 50 (Revisi 2013) penyajian instrument
keuangan PSAK 55 (Revisi 2013) pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan dan
PSAK 60 (Revisi 2013) pengungkapan instrumen keuangan. untuk liabilitas diestimasi atau
sekarang dikenal dengan istilah provisi diatur dalam PSAK 57 (Revisi 2009) provisi,
liabilitas kontinjensi, dan aset kontinjensi.

1.2Jenis dan Klasifikasi

PSAK 1 (Revisi 2009) hanya memberikan aturan umum dalam penyajian item dalam
laporan keuangan didasarkan pada relevansi informasi bagi pengguna laporan keuangan.
jika informasi tersebut dianggap relevan maka sebaiknnya diklasifikasikan secara terpisah.
Liabilitas juga dapat diklasifikasikan berdasarkan asal terjadinya. Liabilitas dapat terjadi
sebagai konsekuensi kegiatan operasi perusahaan dan liabilitas yang berdasarkan kontrak
formal. Liabilitas yang terjadi sebagai konsekuensi operasi misalnya utang dagang, uitang
pajak, beban yang masih harus dibayarkan, pendapatan diterima dimuka. Liabilitas
berdasrkan kontrak formal misalnya wesel bayar, utang bank, atau liabilitas jangka panjang
yang akan jatuh tempo dalam dua belas bulan.

Jenis Liabilitas penjelasan


Utang dagang ( account receivable/ Utang yang timbul ketika entitas melakukan pembelian secara
Trade receivable) tunai

Uatang bank jangka pendek Utang yang diperoleh dari bank dengan jangka waktu satu ta
5

atau kurang
Wesel bayar Kontrak yang menyatakan bahwa satu pihak akan melakukan
Pembayaran sejumlah tertentu kepada pihak lain di masa
Mendatang
Utang pajak Pajak yang belum dibayarkan ke kas Negara

Utang dividen Dividen yang telah diumumkan nbamun belum dibayar


Beban yang masih harus dibayar Beban yang telah terjadi namun sampai tanggal pelaporan belu
Dibayarkan
Pendapatan diterima dimuka Pendapatan ang telah diterima secara tunai tapi nam
pendapatannya belum diperoleh
Utang terkait gaji karyawan Utang gaji adalah beban gaji yang telah terjadi namun belum
Dibayarkan
Uang muka pelanggan (deposit) Uang yang dibayarkan pelanggan sebagai deposit dan a
diberikan kembali kepada pelanggan sesuai dengan ketentuan
ditetapkan

2. UTANG BERBUNGA DALAM JANGKA PENDEK

2.1 Utang Bank

Utang berbunga jangka pendek yang umumnya dijumpai adalah utang bank dan wesel
bayar (promissory note). Utang bank lebih sering dijumpai dalam laporan keuangan entitas
dibandingkan dengan wesel bayar. Utang bank jangka pendek adalah utang suatu entitas
kepada bank dengan jangka waktu satu tahun atau kurang. Utang bank jangka pendek
biasanya berbunga. Utang bank jangka pendek ditarik oleh entitas untuk memenuhi
operasional perusahaan. Pemenuhan kebutuhan modal kerja permanen, tetap akan dipenuhi
dengan liabilitas jangka panjang. Utang bank jangka pendek ditarik oleh entitas pada saat
6

membutuhkan untuk jangka waktu tertentu dan akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian
kredit.

Contoh 11.1 Utang bank jangka pendek

PT Merapi pada tanggai 1 november 2015 menarik dari Bank buana sebesar Rp.
200.000.000 dengan Bunga 15% untuk jangka waktu 150 hari. Tidak ada provisi yang
dikenakan oleh bank atas utang ini. Pokok dan Bunga akan dibayarkan pada saat jatuh
tempo.

Jurnal yang dibuat pada saat menerima utang tanggal 15 november 2015

Kas Rp. 200.000.000

Utang Bank Rp. 200.000.000

Jurnal penyesuaian pada 31 desember 2015 atas bunga yang terutang dan

belum dibayarkan.
Beban Bunga Rp. 5.000.000

Utang bunga Rp. 5.000.000

Hari selama tahun 2015 = 30 – 1 = 29 hari dibulan November 2015

31 hari di bulan desember

Total 60 hari = 2 bulan

Perhitungan bunga = Rp. 200.000.000 x 15% x 60/360 = Rp. 5.000.000


7

Jurnal saat utang Jatuh tempo pada tanggal 60 + 31 + 29 + 30 = 150. Jatuh tempo
pada tanggal 30 maret 2016 (asumsi 2016 tahun kabisat).

Beban bunga Rp. 7.500.000

Utang bunga Rp. 5.000.000

Utang Bank Rp. 200.000.000

Kas Rp. 212.500.000

Perhitungan bunga dibayarkan = Rp. 200.000.000 x 15% x 150/360 = Rp.


12.500.000

Perhitungan beban bunga 1 jan – 30 maret = Rp. 200.000.000 x 15% x


90/360 = Rp. 7.500.000.

Contoh 11.2 Utang bank jangka pendek : bunga dibayar didepan (zero
coupon)

PT Lawu pada tanggal 2 oktober 2015 menarik utang jangka waktu 6 bulan dari
bank mega sebesar RTp. 400.000.000 dengan Bunga 15% per tahun dari pokok yang
dipotong pada awal. Pada saat jatuh tempo PT Lawu membayar sebesar Rp.
400.000.000. jumlah kas yamg diterima sebesar Rp. 400.000.000 – (400 x 15% x
6/12) = Rp. 370.000.000

Jurnal yang dibuat pada saat menerima utang 2 oktober 2015

Kas Rp. 370.000.000

Diskon utang bank Rp. 30.000.000

Utang bank Rp. 400.000.000


8

bunga yang dibayarkan sekali di akhir sehingga perhitungan bunga efektif dengan
membagi bunga dengan pokok utang. Bunga = Rp. 30.000.000/Rp. 370.000.000 =
8,11% untuk 6 bulan atau 16,22% setahun.

Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 desember 2015 untuk pengakuan bunga yang
dihitung dengan bunga efektif.
Beban bunga Rp. 15.000.000

dDiskon utang bank Rp. 15.000.000

Bunga dihitung dengan bunga efektif 16,22% x 3/12 x Rp. 370.000.000 = Rp.
15.000.000 (pembulatan)

Jurnal saat utang jatuh tempo 30 maret 2016

Beban bunga Rp. 15.000.000

Utang bank Rp. 400.000.000

Diskon utang bank Rp. 15.000.000


Contoh 11.3 Utang bank jangka pendek dengan provisi
Kas Rp. 400.000.000
PT semeru pada tanggal 1 november 2015 menarik dari bank mulia utang sebesar
Rp. 100.000.000 dengan bunga 12% per tahun dari pook yang akan dibayarkan
bersamaan dengan pelunasan tanggal 30 januari 2016. Bank mulia mengenakan biaya
admninistrasi sebesar 1,5% dari jumlah utang yang ditarik, sehingga kas yang
diterima oleh PT Semeru sebesar Rp. 100.000.000 – 1.500.000 = 98.500.000

Jurnal yang dibuat pada saat menerima utang 1 november 2015

Kas Rp. 98.500.000

Diskon utang bank Rp. 1.500.000

Utang bank Rp. 100.000.000


9

Utang bank yang sebenarnya diterima adalah Rp. 98.500.000 namun PT Semeru
harus melunasi pada saat jatuh tempo bunga Rp. 3.000.000 dan pokoknya Rp.
100.000.000. untuk itu bunga efektif atas utang tersebut sebenarnya bukan 12% tapi
Rp. 4.500.000 / Rp. 98.500.000 x 12/3 = 18,274%. Bunga dihitung dari bunga yang
dibayar dan provisi. Tingkat bunga efektif menjadi lebih tinggi karena entitas
menrima utang yang lebih sedikit.

Beban bunga Rp. 3.000.000

Utang bunga Rp. 2.000.000

Diskon utang bank Rp. 1.000.000

Beban bunga dihitung dari bunga efektif 18,2741% x 2/12 x 98.500.000 = Rp.
3.000.000. amortisasi diskon beban bunga dikurangi utang bunga = Rp. 3.000.000 –
Rp. 2.000.000

Jurnal saat utang jatuh tempo , 30 januari 2016


Beban bunga Rp. 1.500.000

Utang bunga Rp. 2.000.000

Utang bank Rp. 100.000.000

Diskon utang bank Rp. 500.000

Contoh 11.4 Line line of credit atau standby loan


10

PT Kelud pada tanggal 1 desember 2015 mendapatkan fasilitas line of credit dari
bank Arta, 1 miliar selama jangka waktu 5 tahun. Kredit tersebut dapat ditarik sesuai
kebutuhan entitas. Bunga sebesar 12% pertahun dikenakan atas kredit yang ditarik.
Untuk setiap penarikan bank mengenakan biaya transaksi sebesar 2% dari dana yang
ditarik. Bank hanya mengenakan atas tarikan utang yang belum dilunasi sampai
dengan akhir bulan pelaporan. Jika penarikan telah dilunasi pada bulan yang sama,
maka tidak akan dikenakan bunga. Bunga akan dihitung dari tanggal penarikan atau
saldo utang terakhir sampai dengan tanggal jatuh tempo pelaporan. Setiap bulan akan
disampaikan laporan penggunaan line of credit, yang memperlihatkan saldo akhir
utang, mutasi kredit, termasuk jumlah bunga, dan biaya (charges) yang dikenakan.

Informasi ringkas untuk pemakaian line of credit bulan desember adalah :

02- penarikan 300.000.000 300.000.000


des
02- Biaya penarikan 6.000.000 306.000.000
des
16- Penarikan 400.000.000 706.000.000
des
16- Biaya penarikan 8.000.000 714.000.000
des
30- Pembayaran 300.000.000 414.000.000
des
31- bunga 2.069.260 416.069.260
des

Jurnal yang akan dibuat adalah


2 Desember

Kas Rp. 300.000.000

Beban bunga Rp. 6.000.000

Utang bank Rp. 306.000.000


16 Desember

11

3. Wesel Bayar

Wesel bayar atau sering disebut sebagai notes payable atau promissory notes.
Wesel bayar merupakan janji dari pihak penarik wesel untuk membayarkan sejumlah
uang pelunasan utang dagang, pembayaran suatu transaksi atau ditarik untuk
mendapatkan uang tunai. Akuntansi untuk wesel bayat tidak berbeda dengan
akuntansi untuk utang bank, perbedaan yang mendasari hanyalah dokumen
transaksinya. Dokumen transaksi wesel adalah surat wesel atau promissory notes,
sedangkan bukti transaksi utang bank adalah dokumen kredit bank. Bunga atas wesel
bayar biasanya dihitung berdasarkan nilai nominal yang tertera dalam wesel. Jika
dalam penerbitan wesel bayar, pihak penerbit mengeluarkan biaya transaksi maka
biaya transaksi tersebut akan diperhitungkan menambah biaya bunga sehingga bunga
efektif wesel akan menurun.

4. Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo pada periode


berikutnya.
Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas
bulan setelah periode pelaporan, diklasifikasikan dalam jangka pendek, meskipun :

1. Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua
belas bulan dan
2. Perjanjian untuk pembiayaan kembali, atau penjadwalan kembali pembayaran,
atas dasar jangka panjang telah diselesaikan setelah periode pelaporan dan sebelum
tanggal penyelesaian laporan keuangan) untuk tidak mensyaratkan pembayaran
sebagai konsekuensi atas pelanggaran tersebut.

Entitas mengklasifikasikan liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka pendek


karena (pada akhir periode pelaporan) entitas tidak memiliki hak untuk menunda
12

penyelesaian liabilitas tersebut dalam jangka waktu sekurang-kurangnya dua belas


bulan setelah tanggal pelaporan. Jika entitas melakukan usaha untuk memperpanjang
liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo, atau melakukan pendanaan liabilitas
jangka pendek menjadi liabilitas jangka panjang, namun dilakukan antara akhir
periode pelaporan dan tanggal penyelesaian laporan keuangan, maka peristiwa
tersebut diungkapkan sebagai peristiwa yang tidak memerlukan penyesuaian (non-
adjusting events) sesuai dengan PSAK 8 (Revisi 2009) peristiwa setelah periode
pelaporan antara lain :

1. Pembiayaan kembali berbasis jangka panjang


2. Perbaikan pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang dan
3. Pemberian tenggang waktu pembayaran oleh pemberi pinjaman untuk
memperbaiki pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang yang berakhir
sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.
13

Contoh 11.5 Liabilitas Jangka Panjang yang Jatuh Tempo dalam Dua Belas Bulan

PT Wilis memiliki beberapa liabilitas jangka panjang untuk mendanai usahanya. Berikut
informasi yang diperoleh pada saat penyusunan laporan keuangan tanggal 31 Desember 2015.

1. Obligasi seri A, senilai Rp400.000.000.000, diterbitkan 1 Maret 2007, jangka waktu 10


tahun, bunga sebesar 10% dibayar setiap tahun.

2. Obligasi seri B, senilai Rp800.000.000.000, diterbitkan 1 Juni 2015, bunga 11% per
tahun dibayar setiap tahun, jatuh tempo setiap tahun sebesar Rp 100.000.000.000.

3. Obligasi seri C senilai Rp 100.000.000.000, diterbitkan 1 Desember 2006, jatuh tempo 10


tahun, bunga 10%. Atas obligasi ini entitas sedang mengajukan pendanaan kepada Bank Mitra
untuk mengambil alih obligasi tersebut dan diganti dengan utang bank jangka panjang dengan
jangka waktu 5 tahun tingkat bunga 12%. Entitas sudah melakukan detail pembicaraan dengan
bank Mitra. Secara prinsip Bank Mitra menyetujui namun proses administrasi baru akan
diselesaikan pada tahun 2016 mengingat obligasi tersebut baru akan jatuh tempo 1 Desember
2016. Proses administrasi perjanjian yang menyatakan Bank Mitra akan mendanai utang obligasi
dan menggantinya dengan utang Bank Mitra diselesaikan pada 25 Maret sebelum laporan
keuangan selesai diaudit.

4. Utang Bank Kriya ditarik pada 1 September 2011 sebesar Rp 100.000.000.000, jangka
waktu 5 tahun bunga 12%. Atas utang ini entitas telah melakukan perjanjian untuk melakukan
pendanaan kembali dengan utang jangka panjang dengan bank yang sama, namun dengan bunga
yang lebih rendah sebesar 11%.

5. Utang Bank Permata ditarik pada tanggal 1 Juni 2014 sebesar 300 miliar, bunga 12%
dibayar setiap tahun. Pelunasan akan dimulai 1 Juni 2015 secara angsuran Rp50.000.000.000 per
tahun.

Saat ini entitas sedang memproses penerbitan obligasi seri D sebesar Rp300.000.000.000.
Obligasi tersebut rencananya akan diterbitkan pada 1 Juni 2016. Obligasi tersebut telah
mendapat persetujuan RUPS untuk diterbitkan. Saat ini sedang proses untuk mengurus
persyaratan penerbitan. Obligasi tersebut diterbitkan untuk mendanai ekspansi pembukaan pabrik
baru dan membayar utang yang jatuh tempo.
14

Buatlah reklasifikasi untuk utang tersebut yang harus disajikan menjadi liabilitas jangka
pendek, buatlah penyajian dan pengungkapan yang diperlukan untuk kelima utang tersebut jika
ada.

1. Obligasi seri A tidak perlu direklasifikasi, tetap menjadi liabilitas jangka panjang karena
jatuh tempo tahun 2017.

Penyajian dalam laporan posisi keuangan


15

Liabilitas jangka pendek

Liabilitas jangka pendek yang akan jatuh tempo dalam dua bulan (lihat pengungkapan)

Utang Obligasi Seri B 100.000.000.000

Utang Obligasi Seri C 100.000.000.000 (lihat pengungkapan)

Utang Bank Kriya 50.000.000.000

Utang Bank Permata 50.000.000.000

Liabilitas jangka panjang

Utang Obligasi Seri A 400.000.000.000

Utang Oblligasi Seri B 600.000.000.000

Utang Bank Kriya 100.000.000.000

Utang Bank Permata 200.000.000.000

Pengungkapan liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam dua belas
bulan mendatang.

Obligasi seri C akan jatuh tempo pada 1 Desember 2016, namun perusahaan telah
melakukan negosiasi dengan Bank Mitra untuk mendanai pelunasan obligasi tersebut, sehingga
akan berubah menjadi utang bank jangka panjang pada 1 Desember 2016, entitas tetap
melakukan reklasifikasi dalam jangka pendek, karena meskipun pendanaan ini telah disetujui
pemegang saham, secara prinsip telah disetujui Bank Mitra namun proses administrasi baru
diselesaikan pada 25 Maret 2016, sesuai dengan PSAK I (Revisi 2009) tetap harus
direklasifikasi.

Atas liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo pada tahun 2016, perusahaan telah
akan menerbitkan obligasi yang saat ini masih dalam proses penerbitan. Direncanakan obligasi
tersebut san diterbitkan pada Juni 2016.
16

Penarikan kredit mengharuskan debitur untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan


oleh kreditur. Persyaratan dapat juga berbentuk larangan untuk menerbitkan utang baru,
membayar dividen atau melakukan aktivitas tertentu. Pelanggaran persyaratan kredit dapat
menyebabkan reklasifikasi liabilitas jangka panjang menjadi liabilitas jangka pendek. Jika
pelanggaran persyaratan tersebut terkait dengan kelangsungan usaha entitas, auditor dapat
mempertimbangkan kejadian tersebut dalam opini yang diberikan.

3. LIABILITAS JANGKA PENDEK TERKAIT DENGAN KEGIATAN OPERASI


ENTITAS
Liabilitas jangka pendek terkait kegiatan operasi timbul karena konsekuensi kegiatan
operasi entitas. Utang ini biasanya tidak berbunga dan muncul karena entitas menangguhkan
pembayaran kepada pihak lain. Penundaan pembayaran ini dapat dilakukan sampai dengan
tanggal jatuh tempo yang telah disepakati. Penggunaan utang operasi menguntungkan bagi
entitas, karena entitas dapat menggunakan dana pembayaran tersebut untuk aktivitas yang lain
sebelum digunakan. Semakin efisien entitas memanfaatkan utang operasi dan mengatur kas,
kebutuhan modal kerja untuk kegiatan operasinya semakin kecil atau bahkan tidak memerlukan
dana untuk modal kerja karena modal kerja didanai oleh pemasok atau pihak lain.

Utang Usaha

Utang usaha atau utang dagang adalah utang terkait dengan kegiatan utama entitas. Utang
dagang timbul saat entitas melakukan pembelian kepada pemasok secara kredit. Entitas biasanya
akan memilih membeli kredit jika harga antara membeli kredit dan tunai harganya sama.
Pembelian secara tunai dilakukan jika pemasok tidak membolehkan membeli secara kredit, atau
membeli secara tunai lebih murah dibandingkan secara kredit. Pembelian kredit sering dituliskan
dalam term: 2/10, n/60. FOB Shipping Point. Artinya pembelian akan diberikan diskon 2% jika
dilunasi sampai dengan 10 hari, utang jatuh tempo dalam waktu 60 hari dan titik pengakuan di
gudang penjual.

Utang dagang diakui saat entitas telah menerima barang atau jasa dari pemasok. Untuk
pembelian dengan syarat pembelian FOB Shipping Point (franko gudang penjual) maka titik
17

pengakuan pembelian di gudang penjual, utang akan diakui saat barang telah masuk kendaraan
angkutan untuk diantar ke gudang pembeli. FOB Destination Point (franko gudang pembeli) titik
pengakuan di gudang pembeli, utang diakui saat barang telah diterima oleh pembeli, selama
dalam perjalanan barang ini merupakan barang pembeli. Risiko dalam perjalanan akan menjadi
pihak pembeli atau penjual tergantung persyaratan jual belinya.

Pemasok sering kali memberikan insentif kepada pembeli untuk melakukan pelunasan
lebih cepat. Tingkat diskon yang diberikan dapat dihitung imbal hasil (return) per tahunnya.
Imbal hasil dari diskon ini kemudian dibandingkan dengan alternatif investasi yang tersedia, jika
imbal hasil diskon lebih besar dibandingkan dengan imbal hasil investasi maka entitas harusnya
mengambil diskon ini.

Pengembalian diskon = 100% - diskon x 360


100% Jangka waktu – jangka diskon

Diskon penjualan 2/10, n/30 setara dengan bunga (100% - 2% )/100% x 360 / (30-10) =
17,64%. Dengan cara perhitungan yang sama term perjanjian 2/15, n/45 sama dengan 11,76%,
perjanjian kredit 3/10, n/45 sama dengan 9,98%.

Entitas dapat mencatat utang dagang sebesar nilai faktur pembelian. Jika utang dibayar
pada periode diskon maka diskon akan dicatat sebagai diskon pembelian, mengurangi pembelian
(menggunakan metode pencatatan persediaan periodik). Untuk metode pencatatan persediaan
dengan perpetual, diskon pembelian akan dicatat mengurangi nilai persediaan.

Contoh 11.6 Pencatatan Utang Dagang

Selama bulan Desember 2015 PT Slamet memiliki beberapa transaksi kepada para
pemasoknya.

 12 Desember membeli barang secara kredit kepada PT Delima senilai Rp200.000.000


ditambah nilai PPN 10% sehingga total Rp220.000.000. Persyaratan jual beli 2/10;n/30. FOB
Shipping point. PT Slamet membayar utang pada PT Delima pada 22 Desember 2016.
18

 29 Desember membeli barang secara kredit kepada PT Mawar senilai Rp330.000.000


setelah nilai PPN. Persyaratan jual beli n/30. FOB Shipping Point. Barang sampai 31 Desember
belum sampai di gudang PT Slamet dan diketahui baru diterima di gudang pada 2 Januari 2016.
Pembelian ini dibayar dengan wesel bayar yang akan jatuh tempo 30 hari tanpa bunga.

Berdasarkan Contoh 11.6, nilai persediaan dicatat sebesar nilai pembelian, namun nilai
utang ditambahkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sesuai dengan PSAK 14 (Revisi 2013)
Persediaan, pajak yang dapat dikreditkan tidak menambah nilai persediaan, namun pajak yang
tidak dapat dikreditkan akan menambah persediaan. Untuk PPN yang tidak dapat dikreditkan
atau Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) yang tidak dapat dikreditkan, maka pajak akan
dicatat menambah nilai perolehan persediaan dan tidak dicatat terpisah. PPN masukan akan
diperhitungkan dengan PPN keluaran entitas di akhir bulan.

Beban yang Masih Harus Dibayar

Beban yang telah terjadi namun belum dibayar sampai periode pelaporan, entitas harus
mengakui beban dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain serta beban yang
masih harus dibayar pada laporan posisi keuangan. Entitas belum membayar beban tersebut
karena kesepakatan kontrak menyatakan pembayaran tidak dilakukan pada saat beban terjadi
19

atau karena keterlambatan waktu penagihan. Beban yang masih harus dibayar yang sering
muncul di laporan posisi keuangan antara lain.

1. Beban gaji. Karyawan telah berhak atas gaji karena sudah bekerja namun tidak belum
dibayarkan oleh perusahaan.

2. Bunga yang masih harus dibayar/utang bunga. Bunga sudah menjadi beban dengan
berlalunya waktu namun baru dibayarkan sesuai dengan tanggal dalam perjanjian kredit.

3. Beban operasi yang masih harus dibayar. Beban atas jasa pihak lain kepada perusahaan
atas kegiatan operasinya, namun belum dibayarkan oleh perusahaan.
20

Konsep pengakuan mengharuskan entitas membuat jurnal penyesuaian sehingga


pengakuan dilakukan pada saat terjadinya. Namun pertimbangan biaya dan manfaat serta
materialitas terkadang mengabaikan penyesuaian di akhir periode dan mencatatnya pada saat
pembayaran. Misalnya pembayaran gaji, langganan listrik, air, telpon. Pembayaran tersebut
21

Jumlahnya dari bulan ke bulan jumlahnya relatif sama, dibayarkan tiap bulan atau dua belas kali
dalam setahun. Entitas dapat mencatatnya secara konsisten pada saat pembayaran, sehingga
pembayaran bulan Januari dianggap sebagai pemakaian bulan Januari, pembayaran bulan
Desember dianggap sebagai pemakaian bulan Desember dan selanjutnya. Untuk kasus itu, entitas
dapat mengabaikan jurnal penyesuaian asalkan secara konsisten pembayaran dilakukan dua belas
kali dalam setahun.

Pendapatan Diterima di Muka

Pelanggan sering kali melakukan pembayaran di depan atas jasa yang akan diselesaikan
atau barang yang baru akan dikirim. Pembayaran tersebut tidak boleh diakui sebagai pendapatan
tetapi diakui sebagai pendapatan diterima di muka. Pendapatan diterima di muka termasuk
komponen liabilitas. Jika pendapatan tersebut akan direalisasikan dalam satu tahun atau satu
siklus operasi akan diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek dan jika direalisasikan lebih
dari satu siklus operasi akan diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka panjang. Pada saat kas
diterima dari pelanggan, entitas akan mencatat pendapatan diterima di muka. Jika pekerjaan telah
diselesaikan atau barang telah dikirimkan, pendapatan diterima di muka tersebut akan didebit
dan diakui sebagai pendapatan (kredit).

Contoh 11.8 Pencatatan Pendapatan Diterima di Muka

PT Ciremai mulai tahun 2015 menjual tiket keanggotaan (membership) golf kepada
pelanggan pribadi dan perusahaan. Tiket tersebut dijual dalam bentuk paket tahunan dan lima
tahunan. Untuk paket tahunan harganya Rp6.000.000 dapat digunakan main golf selama satu
tahun. Paket tiga tahun dijual dengan harga Rp16.200.000. Keanggotaan tersebut tidak
didasarkan pada jumlah kedatangan, pemegang kartu keanggotaan bebas datang jika kartu
keanggotaannya masih aktif. Setiap tahun harga kartu keanggotaan meningkat, sehingga menjadi
anggota jangka panjang memberikan banyak keuntungan bagi anggota.
22

Utang Terkait Imbalan Kerja

Imbalan kerja diberikan dalam bentuk gaji, tunjangan, bonus, pensiun, dan lainnya. Gaji
dibayarkan kepada karyawan dan manajemen dalam suatu entitas. Gaji menurut UU Pajak
Penghasilan merupakan penghasilan bagi pihak yang menerima gaji dan entitas yang
membayarkan harus memotong pajak saat pembayaran gaji dilakukan. Pajak yang dipotong oleh
badan atas gaji dan penghasilan lain yang diterima oleh pekerja disebut PPh Pasal 21. Seluruh
penghasilan karyawan, termasuk tunjangan asuransi, tunjangan transportasi yang diterima
kecuali diterima dalam bentuk natura (misal beras seragam, pelayanan kesehatan) merupakan
objek pajak penghasilan. Atas penghasilan akan dikurangkan dengan iuran pensiun, biaya
jabatan, dan penghasilan tidak kena pajak. Gaji per bulan tersebut disetahunkan, kemudian
dikalikan dengan tarif yang berlaku (PPh Pasal 17 untuk wajib pajak pribadi) untuk mendapatkan
pajak setahun. Pajak yang dipotong tiap bulan dihitung dari pajak setahun dibagi dua belas. Jika
pada satu bulan tertentu karyawan menerima lembur, bonus atau penghasilan lain, pajak dihitung
dan dipotong pada saat gaji tersebut dibayarkan tidak menunggu akhir tahun. Menurut UU PPh,
23

pajak penghasilan yang dipotong oleh badan, harus disetorkan ke kas negara paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya.

Entitas juga berkewajiban untuk membayarkan beberapa perlindungan minimal kepada


karyawan seperti; asuransi kecelakaan kerja, asuransi kesehatan, jaminan hari tua, dan pesangon.
Iuran ini biasanya akan dipotong dari gaji karyawan dan dibayarkan pada akhir bulan atau bulan
berikutnya.

Pensiun adalah penghasilan yang diterima oleh karyawan pada saat karyawan tidak lagi
bekerja. Pensiun akan diakui sebagai beban pada saat karyawan bekerja biasanya diakui
bersamaan dengan pengakuan gaji. Pensiun dapat diberikan sebagai pesangon saat karyawan
berhenti bekerja, atau diberikan per bulan seperti gaji sampai karyawan meninggal atau dapat
juga kombinasi dari keduanya. Iuran pensiun tersebut dapat dikelola oleh program dana pensiun
umum seperti Jamsostek atau dapat dikelola perusahaan sendiri dengan membentuk program
dana pensiun entitas.

Pemotongan yang dikaitkan dengan gaji karyawan dapat langsung disetorkan pada saat
yang bersamaan dengan pembayaran gaji atau baru dibayarkan pada tanggal tertentu. Entitas
yang memperhatikan manajemen kas, biasanya akan membayar pada batas akhir pembayaran
dan memanfaatkannya untuk kepentingan operasi entitas. Jika pembayaran dilakukan pada bulan
berikutnya, maka dalam laporan keuangan akan muncul utang terkait dengan pemotongan gaji
karyawan misalnya PPh 21, asuransi, iuran pensiun, iuran pihak lain, zakat, dan lain sebagainya.

Contoh 11.9 Pembayaran Gaji

Mutiara adalah pegawai PT Salak, pada bulan Desember 2015 menerima gaji sebesar
Rp6.000.000 per bulan ditambah tunjangan rumah Rp500.000 dan tunjangan transportasi
Rp1.000.000. Selain itu, PT Salak membayarkan asuransi kecelakaan kerja Rp150.000, asuransi
kematian Rp50.000, dan iuran tunjangan hari tua Rp250.000. Mutiara juga melakukan iuran
pensiun ke pengelola dana pensiun sebesar Rp300.000 yang dipotongkan dari gajinya. Mutiara
membayar melalui pemotongan oleh PT Salak, zakat ke LAZ sebesar Rp187.500 dan angsuran
rumah ke Bank CMN sebesar Rp 1.500,000. PPh 21 yang dipotong oleh PT Salak Rp425.200.
24

Gaji dibayarkan tiap akhir bulan dan semua pemotongan dibayarkan pada tanggal 10 bulan
berikutnya.

Jurnal yang dibuat pada 31 Desember 2015.

Tunjangan menambah gaji. Asuransi dan pensiun yang ditanggung entitas menambah beban
gaji.

Beban gaji = Rp6.000.000 + Rp500.000 + Rp1.000.000 + Rp150.000 + Rp50.000 +


Rp250.000 = Rp7.950.000.

Kas = Rp7.000.000 - Rp425.200 - Rp187.500 - Rp300.000 = Rp5.087.300.

Entitas ada yang memberikan bonus atau imbalan lain selain gaji. Menurut PSAK 24
(Revisi 2013) Imbalan Kerja, imbalan terkait dengan karyawan diakui pada saat karyawan
memberikan jasanya kepada entitas. Salah satu bentuk imbalan yang diberikan kepada karyawan
adalah cuti berimbalan. Pada saat seorang mengambil cuti, perusahaan memberikan uang kepada
karyawan yang mengambil cuti tersebut.

Cuti berimbalan yang tidak dapat diakumulasi (digunakan pada periode lain), diakui pada
saat terjadinya. Sedangkan cuti berimbalan yang dapat diakumulasi pada saat pekerja
memberikan jasa yang menambah hak cuti berimbalan di masa depan. Entitas akan mengestimasi
perkiraan biaya cuti berimbalan yang boleh diakumulasi sebagai liabilitas pada akhir periode
pelaporan.
25

Bonus tahunan yang diberikan terkait dengan kinerja entitas dalam satu periode diakui
pada periode di mana kinerja tersebut diberikan. Praktiknya bonus ini baru dibayarkan pada
periode berikutnya. Entitas akan mengakui utang bonus dan beban bonus pada akhir periode
pelaporan ketika jumlah bonus dapat diestimasi dengan andal. Pada awal periode berikutnya
kinerja entitas telah dapat ditentukan (laba diketahui), sehingga bonus dapat secara andal
ditentukan.

Utang Pajak Pihak Ketiga

Entitas diwajibkan dalam peraturan untuk melakukan pemotongan pajak yang diterima
oleh pihak lain. Pajak yang dipotong di antaranya adalah PPh 21 atas gaji yang diterima pekerja,
PPh 26 atas penghasilan yang diterima wajib pajak luar negeri, PPh 23 atas jasa, sewa, bunga
royalti. Pada saat entitas membayarkan beban kepada pihak yang menerima, entitas memotong
pajak, sehingga kas yang dibayarkan akan berkurang karena pajaknya akan dibayarkan oleh
entitas ke kas negara. Jika pembayaran pajak tidak dilakukan bersamaan dengan pembayaran
kepada pihak ketiga maka akan timbul utang pajak penghasilan.

Contoh 11.10 Akuntansi Utang Pajak Pihak Ketiga

PT Salak melakukan beberapa pembayaran atas jasa atau kegiatan yang telah dilakukan
beberapa rekanan selama Desember 2015. Jasa tersebut dikenakan pajak, seperti dijelaskan
dalam informasi di soal. Pajak yang telah dipotong akan dibayar perusahaan pada masa pajak
periode berikutnya.

15 Desember 2015 Membayar jasa konsultan manajemen sebesar Rp80.000.000


dipotong PPh 23 sebesar 2%

20 Desember 2015 Membayar gaji pada seorang konsultan asing sebesar


Rp50.000.000 dipotong PPh 26 sebesar 20%

30 Desember 2015 Membayar bunga kepada PT Kinibalu atas utang sebesar Rp


100.000.000 yang akan jatuh tempo 2014, bunga 10% dibayar tahunan
setiap 30 Desember. Pajak atas bunga yang dipotong 15%.
26

Jurnal yang dibuat selama Desember 2015 atas transaksi di atas.

Utang atas pajak pihak ketiga terutang untuk satu masa pajak, karena pada bulan
berikutnya pajak ini harus dibayarkan ke kas negara. Kelalaian memotong pajak menyebabkan
entitas tidak dapat mengurangkan beban tersebut sebagai pengurang penghasilan untuk
kepentingan fiskal, sehingga entitas harus membayar pajak penghasilan lebih besar. Jika entitas
telah memotong pajak dari pihak ketiga, namun tidak menyetorkan ke kas, maka atas pajak yang
belum disetorkan akan dikenakan sanksi. Sanksi tersebut akan diterapkan jika entitas diketahui
melakukan pelanggaran oleh pihak fiskus, setelah dilakukan proses pemeriksaan pajak.

Utang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Atas penyerahan barang atau jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajak akan dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai
yang diciptakan oleh perusahaan. PPN sebenarnya ditanggung oleh konsumen sebagai pemakai
barang atau jasa, namun pengusaha kena pajak atau entitas yang bertugas melakukan
pemungutan pajak. PPN dikenakan pada setiap tingkat distribusi barang dari mulai importir atau
produsen, pedagang besar, grosir,dan peritel. Menurut UU PPN, saat terutang PPN adalah pada
27

saat penyerahan barang atau jasa, kecuali jika kas diterima terlebih dahulu sebelum penyerahan
barang atau jasa, maka saat terutang pajak adalah saat penerimaan kas.

PSAK 14 (Revisi 2010) Persediaan dan PSAK 16 (Revisi 2011) Aset Tetap menyatakan
bahwa pajak yang dapat dikreditkan tidak boleh menambah harga perolehan persediaan dan aset
tetap. Pajak akan langsung dicatat terpisah dalam akun tersendiri. Untuk menghindari pajak
berganda, maka setiap penjualan akan dikenakan pajak (PPN keluaran) dan pada setiap
pembelian entitas akan membayar pajak (PPN masukan). Selisih pajak keluaran dan pajak
masukan dibayarkan ke kas negara pada masa pajak berikutnya Jika PPN keluaran lebih besar
dari PPN masukan, maka akan muncul utang PPN di akhir masa/bulan. Jika PPN masukan lebih
besar, maka kelebihan pembayaran PPN ini akan dikompensasi pada pembayaran pajak periode
berikutnya atau dimintakan restitusi. Sebelum restitusi diberikan, pihak pajak akan melakukan
pemeriksaan.

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan atas
penjualan barang mewah. Pajak ini hanya dikenakan pada importir dan produsen barang mewah.
PPnBM tidak dapat dikreditkan. Bagi produsen barang mewah, PPnBM yang dikenakan harus
disetorkan ke kas negara. Bagi importir barang mewah, PPnBM dibayarkan ke kas negara
bersamaan dengan pembayaran pajak impor dan bea masuk. PPnBM akan dicatat oleh pembeli
sebagai penambah nilai persediaan karena tidak boleh dikreditkan.
28

Bagi importer barang mewah. PPnBm dibayarkan ke kas Negara bersaman dengan
pembayaran pajak impor dan bea masuk. PPnBM akan dicatat oleh pembeli sebagau penambah
nilai persediaan karena tidak boleh dikreditkan.

Contoh 11.11 Akutansi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak penjualan atas Barang
Mewah

PT Gede melakukan transaksi berikut ini.

5 Desember Melakukan pembelian persediaan untuk tahun produksi senilai Rp.


300.000.000 dikenakan PPN 10%
10 Desmber Menjual barang mewah secara kredit sebesar Rp. 900.000.000. atas
penjualan
tersebut dikenakan PPn 10% dan PPnBm 20%. Harga pokok barang yang
dikirim nilainya Rp.600.000.000
15 Desember Membeli peralatan secara kredit untuk pabrik sebsar
Rp.600.000.000
dikenakan PPN 10%. Atas peralatan ini pajaknya boleh dikreditkan.
25 Desember Menerima uang muka dari pelanggan sebesar Rp132.000.000 atas
pesanan
yang akan dikirimkan pada bulan Januari 2016. Nilai uang muka termasuk
nilai PPn 10% akan dikirimkan pada bulan Januari 2016. Nilai uang muka
termasuk nilai PPN 10%
Buatlah jurnal selama Desember 2015 atas transaksi ddi atas.

5 Desember

Persediaan

300.000.00
0

PPn
Masukan

30.000.000
29

Penyajian Irabilitas jangka pendek terkait PPn dan PPnBM sebagai berikut.

Liabilitas Jangka Pendek


Utang PPN 12.000.000
Utang PPnBm 180.000.000

Utang Pajak Penghasilan

Entitas termasuk subjek pajak, dalam UU Pajak Penghasilan disebut Badan. Atas
penghasilan yang diperoleh dalam satu tahun pajak dikenakan pajak. Penghasilan kena
pajak dihitung dari penghasilan kotor dikurangi beban yang boleh dikurangkan.
Penghasilan kotor menurut akutansi tidak semuanya boleh menjadi beban menurut pajak.
Perbedaan antara akutansi dan pajak diklafikasikan menjadi dua. Perbedaan temporer
yang terjadi karena perbedaan pengakuan dan perbedaan permanen. Atas perbedaan
tersebut entitas harus membuat rekonsiliasi fiskal.

Beban pajak penghasilan terdiri dari dua yaitu pajak kini dan pajak tangguhan. Pajak
kini adalah pajak yang dihitung menurut ketentuan pajak atas penghasilan yang diperoleh
entisitas alam satu periode. Pajak kini merupakan pajak terutang dalam satu tahun fiskal
yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan ditambah pajak final jika ada.
Beban pajak kini tersebut akan dilunasi dengan angsuran pajak, pemotongan pajak oleh
pihak lain dan pembayaran pajak akhir tahun.

Atas penghasilan yang telah diterima entisitas ada yang telah dipotong pajak oleh
pihak lain. Entisitas merncatat pajak yang telah dipotong pihak lain sebagai PPh dibayar
di muka. Pajak yang telah dibayar ini dapat menjadi kredit (penguranga) pajak dalam
menghitung pajak akhir tahun. Pajak terutang dalam satu tahun fisikal dikurangi pajak
30

yang telah dipotong pihak lain akan menghasilkan pajak kurang (PPh 29) atau lebih bayar
akhir tahun (PPh). PPh 29 atay pajak kurang bayar akan disajikan sebagai utang pajak
kini. Pajak ini akan dibayarkan paling lambat sebelum SPT disampaikan.

Contoh 11.12 Utang Pajak Penghasilan

PT. Gandul untuk tahun pajak yang berakhir 31 Desember 2015 menghitung jumlah
pajak terutang sebesar Rp. 430.000.000. pajak yang telah dibayar melalui angsuran PPh
25 sebesar Rp.360.000.000 dan dipotong oleh pihak lain PPh Rp. 20.000.000. perusahaan
mencatatnya sebagi pjak dibayar di muka. Berapakah utang pajak penghasilan untuk
tahun 2015, buatkan jurnal penyesuaian!

Beban Pajak 430.000.000


Pajak Dibayar di Muka PPh 23 20.000.000
Pajak Dibayar di Muka PPh 24 360.000.000
Utang PPH Badan (29) 50.000.000

Utang pajak penghasilan akan disajikan di laporan posisi keuangan sebesar Rp.
50.000.000

Utang PPh Badan yang muncul dalam laporan keuangan merupakan pajak kurang
bayar dala satu tahun fisikal atau sering dikenal sebagai pajak rampung atau PPh 29.
Utang bayar dalam satu tahun fisikal atausering dikenal sebagai pajak rampung atau PPH
29. Utang PPh Badan merupakan utang yang terkait dengan beban pajak entisitas. Utang
pajak yang lain sehigga tidak akan memengaruhi nilai beban pajak. Entisitas dapat
menyajikan dalam laporan posisi keuangan hanya satu utang pajak dan rincian jenis-jenis
pajaknya dicatat atas laporan keuangan, atau menampilkan rincian utang pajak dalam
laporan posisi keuangan.

PROVISI DAN KONTINJENSI

Definisi
31

Istilah umum yang digunakan untuk sesuatu yang memiliki ketidakpastian dari sisi
kejadian dan jumlah adalah kontinjiensi. Dalam akuntansi, kontinjensi lebih dapat
muncul sebagai liabilitas kontijensi atau set kontinjensi. Liabilitas kontinjensi dan kehati-
hatian menyebabkan kontinjensi tidak akan pernah diakui sampai asset tersebut
diperoleh.

Istilah provisi dibedakan dari kontinjensi untuk menjelaskan terminology yang


berbeda. Dalam PSAK-57 (Revisi 2004)provisi disebut sebagai kewajibab diestimasi.
Provisi bentuk kontinjensi yang disajikan dalam laporan keuangan (on balance sheet),
sedangkan liabilitas kontinjensi hanya diungkapkan dalam laporan keuangan. Istilah
provisi dapat juga diartikan sebagai pencadangan suatu penurunan yang merupakan akun
lawan aset seperti penurunan nilai, depresiasi.

Perbedaan antara provisi dan liabilitas lain, terletak pada kepastiandari sisi jumlah
dan waktu. Namun provisi telah memenuhi definisi umum liabilitas yaitu, merupakan
kewajiban kini, timbul dari peristiwa masa lalu dan mengakibatkan keluarnya sumber
daya esntisitas. “belum pasti” atas waktu diartikan bahwa liabilitas tersebut akan terjadi,
namun waktunya tidak dapat ditentukan. “Belum pasti” dari sisi jumlah diartikan bahwa
berpa besar sumber daya yang akan dikeluarkan jumlahnya belum dapat dipastikan,
namun pasti akan keluar sejumlah sumber daya.

Liabilitas kontinjensi menurut PSAK 57 (Revisi 2009) adalah :

1. Liabilitas potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya terjadi patsi
dengan terjadi atau tidakk terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa dating yang tidak
sepenuhnya berada dalam kendali entitas, atau
2. Liabilitas kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena:
a. Tidak terdapat kemungkinan besar (Probable) entitas mengeluarkan sumber daya unutk
menyelesaikan liabilitasnya, atau
b. Jumlah liabilitas tersebut tidak dapat diukur secara andal.

Liabilitas kontinjensi tidak diakui dalam laporan keuangan. Liabilitas ini hanya perlu
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
32

Liabilitas kontinjensi terdiri dari dua kelompok, keajibab potensial dan kewajiban
potensial dan kewajiban kini yang tidak diakui karena tidak terdapat kemungkinan
pengeluaran sumber daya atau tidak dapat diukur dengan andal. Dikatan kewajibab
potensial karena baru berbentuk kemungkinan, namun jika terjadi akan menyebabkan
pengeluaran sumber daya. Probabilitas tidak terjadinya lebih besar dibandingkan dengan
probabilitas terjadi. Kewajibab potensial dengan berlalunya waktu dapat berubah menjadi
“kemungkinan besar terjadi” sehingga diakui sebagai liabilitas kini.

Peristiwa masa lalu yang menimbulkam liabilitas kini disebut peristiwa mengikat.
Provisi dan kontinjensi dapt muncul karena munculnya peristiwa yang mengikat, yaitu
peristiwa yang menimbulkan kewajiban hukun atau kewajiban konstruktif yang
mengakibatkan entitas tidak memiliki alternative lain kecuali menyelesaikan kewajiban
tersebut. Kewajiban hukum adalah kewajiban yang timbul dari suatu kontrak (secara
eksplisit); peraturan perundang-undangan; atau pelaksanaan produk hukum lainnya.
Kewajiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari tindakan entisitas berdasarkan
praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah dipublikasi atau pernyataan spesifik yang
memberikan indikasi kepada pihak lain akibatnya menimbulkan ekspektasi kuat dan sah
kepada pihak lain bahwa entisitas memberatkan, yaitu kontrak di mana biaya tidak
terhindar untuk memnuhi kewajiban kontraknya melebihi manfaat ekonomis yang akan
diterima kontrak tersebut.

Undang-Undang Lingkungan Hidup mengatur kewajiban entitas untuk melakukan


reklamasi berkas galian tambang. Entitas yang bergerak di bidang tambang memiliki
kewajiban hukum untuk melakukan reklamasi berkas tambang

Pengakuan dan Pengukuran

Provinsi diakui jika memenuhi tiga syarat, yaitu:

1. Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum, konstruktif) sebagai akibat
peristiwa masa lalu;
2. Kemungkinan besar (probable) penyelesasian liabilitas tersebut mengakibatkan arus
keluar sumber daya; dan
33

3. Estimasi yang andal mengenai jumlah Irabilitas nilainya dapat diukur dengan andal dapat
dibuat.

Jika tidak memenuhi ketiga syarta tersebut provinsi tidak dapat diakui. Ketika tidak
memenuhi ketiga persyaratan tersebut, kemungkinan liabilitas tersebut cukup
diungkapkan sebagai liabilitas kontijensi tergantung materialitas dan kemungkinan
terjadinya.

Pengukuran provisi didasarkan pada hasil estimasi terbaik dari pengeluaran yang
diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan.estimasi
terbaik pengeluaran yang diperlukan unutk menyelesaikan kewajiban kini adalah jumlah
yang secara rasional akan dibayar entitas unutk menyelesaikan dan mengalihkan
kewajiban.

Estimasi hasil dan dampak keuangan ditentukan dengan pertimbangan manjemen dan
dilengkapi dengan pengalaman mengenai transaksi serupa serta dalam beberapa kasus
dilengkapi dengan laporan ahli independen. Diantara bukti yang dipertimbangkan adalah
peristiwa setelah periode pelaporan.

Contoh 11.13 Pengukuran dan Provisi

Entitas menjual produk dengan memberikan garansi selama 1 tahun dan tanggal
penjualan. Jika kerusakan terdeteksi cacat ringan biaya perbaikan atas seluruh produk
yang dijual Rp. 100.000.000, jika cacat berat biaya yang dikeluarkan Rp. 500.000.000.
pengalaman entitas di masa lalu memberikan indikasi bahwa dalam tahun mendatang
kemungkinan 80% produk terjual tanpa cacat, 15 % cacat ringa, dan 5% cacat berat.

Berdasarkan pengalaman masa lalu tersebut, estimasi biaya perbaikan didasarkan


pada nilai yang diharapkan (expected volue) = (80% x 0) + (15% x Rp100.000.000) =
Rp40.000.000.

Entitas akan mengakui garansi tersebut.

Beban Garansi 40.000.000


Utang Garansi 40.000.000
34

Dalam menentukan estimasi terbaik suatu provinsi, entitas mempertimbangkan


berbagai risiko dan ketidakpastian. Risiko menimbulakn hasil yang bervariasi, sehingga
dapat menyebabkan kenaikan nilai kewajiban yang diukur. Jika terdapat unsur
ketidakpastian, entitas harus berhati-hati sehingga pendapatan atau aset tidak menjadi
terlalu besar dan beban atau kewajiban tidak menjadi terlalu kecil.

Jika dampak nilai waktu uang cukup material, maka jumlah provinsi merupakan nilai
kini dari perkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan liabilitas di masa
mendatang. Tingkat diskonto adalah tingkat diskonto sebelum pajak yang mencermnkan
penilaian pasar atas nilai waktu uang dan risiko yang terkait dengan kewajiban yang
bersangkutan. Tingkat diskonto tidakboleh mencerminkan risiko yang sudah
diperhitungkan dalam estimasi arus kas masa medatang.

Jika sebagian atau seluruh pengeluaran untuk menyelesaikan liabilitas digamti oleh
pihak ketiga. Pengganti itu diakui hanya pada saat rimbul keyakinan bahwa pengganti
pasto diterima pada saat entitas menyelesaikan kewajibannya. Pengganti tersebut diakui
sebagai aset yang terpisah. Jumlah yang diakui sebagai penggantian tidak boleh melebihi
nilai provisi. Dalam laporan laba rugi komprehensif, beban yang berkaitan dengan provisi
dapat disajikan secara bersih setelah dikurangi jumlah yang diakui sebagai
penggantiannya.

Provisi ditelaah pada setiap akhir periode pelaporan dan disesuaikan untuk
mencerminkan estimasi terbaik yang paling kini. Jika arus keluar sumber daya untuk
menyelesaikan kewajiban kemungkinan besar tidak terjadi, maka provisi tersebut
dibatalkan. Jika provisi ini terkait dengan kegiatan utama entitas missal garansi, maka
pembalikan provisi akan diakui sebagai pengurang beban garansi yang diakui.

Provisi hanya dapat digunakan untuk pengeluaran yang berhubungan langsung


dengan tujuan pembentukan provisi tersebut. Provisi tidak dapat digunakan untuk tujuan
lain atau dibebankan pada pos lain yang tidak berhubungan dengan provisi tersebut.

Entitas dapat mengakui provisi karena kontrak memberatkan. Jika entitas terikat
dalam suatu kontrak memberatkan, maka kewajiban kini menurut kontrak tersebut diukur
dan diakui sebagai provisi. Kontrak yang dapat dibatalkan tanpa membayar kompensasi
35

atau denda tidak perlu pengakuan provisi. Jika terjadi peristiwa yang mengakibatkan
kontrak memberatkan sehingga menimbulkan biaya yang tidak dapat dihindarkan, maka
provisi harus diakui.

Bentuk provinsi yang terjadi dalam bisnis dan disajikan dalam laporan keuangan
antara lain, tuntutan hukum yang menimbulkan kerugian bagi entitas, garansi produk atau
premi produk kewajiban pengelolaan lingkungan, kontrak yang memberatkan, dan
restrukturisasi usaha yang menjanjikan suatu kewajiban di masa mendatang. Masing-
masing kasus memiliki ciri spesifik baik dari sisi perhitungan dan dasar penilaian maupun
pertimbangan untuk disajikan sebagai provinsi, diungkapkan sebagai kontijensi atau tidak
diungkapkan dalam laporan keuangan, judgement profesional seorang akuntan dalam
menerapkan konsep keandalan, relevansi, dan materialitas diperlukan untuk menentukan
keberadaan dan nilai provisi.

Provisi tidak sama dengan penyisihan dana untuk membayar utang atau melakukan
aktivitas tertentu. Provisi merupakan pengakuan liabilitas dan beban. jika atas provinsi
tersebut entitas menyiapkan atau menyisihkan dana khusus untuk mendanai provisi yang
telah diakui, maka akan dicatat secara terpisah.

Garansi

Pada saat entitas menjual produk, sering kali memberikan garansi/jaminan bahwa
produk yang dibeli tidak rusak dan dapat berfungsi dengan baik. Garansi dapat dibedakan
menjadi dua yaitu garansi jaminan (assurance type warranty) dan garansi jasa (service
type warranty) kedua bentuk garansi ini memiliki pendekatan berbeda.

Garansi jasa merupakan bentuk pelayanan tambahan yang diberikan kepada


pelanggan karena permintaan pelanggan. Tambahan pelayanan purna jual ini, akan
menambah harga jual. Sehingga penjual dapat membedakan produk yang dijual dengan
36

pelayanan purna jual tambahan dan tidak. Atas garansi jasa ini, penjual akan mengakui
pendapatan ditangguhkan pada saat penjualan dan mengakui sebagai pendapatan saat
layanan purna jual diberikan kepada pelanggan. Garansi jasa akan menimbulkan
pendapatan jasa dan akan diakui saat waktu berlalu atau secara proporsional dengan jasa
yang diberikan.

Garansi jaminan merupakan bentuk kewajiban penjual untuk memastikan bahwa


produk yang diberikan tidak rusak. Atas garansi jaminan, entitas harus mengakui
liabilitas karena kontrak untuk memberikan pelayanan. Produk-produk elektronik atau
peralatan merupakan contoh produk yang dijual dengan memberikan garansi. Sesuai
dengan kontrak garansi, entitas penjual akan memberikan layanan perbaikan atau
penggantian produk dalam jangka waktu tertentu. Pelanggan akan meminta klaim
perbaikan atau penggantian produk kepada penjual dalam jangka waktu jaminan.

Garansi jaminan produk merupakan contoh dari kontinjensi karena jumlah dan
waktunya tidak pasti. Garansi merupakan bentuk kewajiban kontraktual, karena garansi
diberikan berdasarkan perjanjian jual beli yang tertera dalam dokumen jual beli. Garansi
memenuhi kriteria provisi karena merupakan bentuk kewajiban kini, entitas akan
mengeluarkan sumber daya di masa mendatang akibat jaminan produk tersebut. Jumlah
utang memang tidak diketahui namun entitas dapat melakukan estimasi dengan amdal
berdasarkan pengalaman masa lalu atau pengalaman dan perusahaan dalam industri
serupa.

Pengakuan timbulnya provisi pada saat terjadi penjualan, karena saat penjualan
terjadi berarti entitas telah memiliki liabilitas untuk memberikan garansi produk.
Sehingga garansi dibebankan pada saat penjualan terjadi bukan pada dasar garansi
diberikan kepada pelanggan. konsep pengakuan ini juga sejalan dengan konsep matching
principles beban garansi diakui pada saat penjualan karena garansi merupakan
konsekuensi dari penjualan tersebut.

Beban garansi akan diakui bersamaan dengan penjualan dengan mendebit beban
garansi dan kredit provisi garansi. Pada saat entitas mengeluarkan sumber daya untuk
37

memberikan garansi akan didebit provisi garansi dan kredit kas atau sumber daya yang
dikeluarkan.

Atas provisi yang sudah kadaluwarsa (provisinya masih ada namun jangka waktu
garansi telah berakhir), maka provisi tersebut harus dihapuskan dengan mendebit provisi
dan kredit beban garansi. Atau dapat terjadi sebaliknya provisi yang dibentuk kurang,
jumlah klaim pelanggan lebih besar dari provisi yang dibentuk, maka akan dibuat jurnal
menambah beban garansi. Entitas harus memperhatikan kedua kondisi tersebut, karena
deviasi yang besar antara jumlah provisi dan aktual klaim mencerminkan ketidakakurat
estimasi provisi.

Contoh 11.14 Garansi Produk

PT kendeng menjual produk dengan memberikan garansi perbaikan selama dua


tahun. Berdasarkan pengalaman beberapa tahun terakhir, hasil analisis teknis dan
pengalaman dari industri diketahui bahwa hanya 5% pelanggan datang meminta garansi.
Dari pelanggan yang meminta garansi tersebut 70% meminta garansi di tahun pertama
dan sisanya di tahun kedua. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk memberikan garansi
tiap produk sebesar Rp100.000.

Pada tahun 2015 penjualan sebanyak 20.000 unit dan tahun 2015 penjual sebanyak
26.000 unit. Total garansi aktual yang dikeluarkan di tahun 2010 sebesar Rp65.000.000
dan tahun 2015 sebesar Rp125.000.000. Buatlah jurnal yang diperlukan untuk mencatat
garansi di dua tahun tersebut!

jurnal yang dibuat tahun 2015

Pengakuan beban garansi.


Beban garansi 100.000.000
Provisi Garansi 100.000.000
(5% x 20.000 x Rp100.000=Rp100.000.000)
Pemberian garansi tahun 2015.
Provisi Garansi 65.000.000
Kas 65.000.000
38

Provisi garansi yang disajikan pada laporan keuangan 31 Desember 2015 sebesar
Rp.35.000.000

Jurnal yang dibuat tahun 2016.

Pengakuan beban garansi.


Beban garansi 130.000.000
Provisi Garansi 130.000.000
(5% x 26.000 x Rp100.000=Rp130.000.000)
Pemberian garansi tahun 2016
Provisi Garansi 125.000.000
Kas 125.000.000

Provisi garansi yang disajikan pada laporan keuangan 31 Desember 2016 sebesar
Rp40.000.000.

Entitas dapat mencatat jurnal pemberian garansi, baru dia akhir periode pelaporan
mencatat provisi dengan jurnal penyesuaian. Jika pendekatan tersebut digunakan maka
jurnal yang dibuat.

Jurnal tahun 2015

Pemberian beban garansi.


Beban garansi 65.000.000
Kas 65.000.000

Tambahan pengakuan beban garansi tahun 2015.


Beban garansi 35.000.000
Provisi Garansi 35.000.000
5% x 20.000 x Rp100.000=Rp100.000.000
Beban garansi tambahan Rp100.000.000-Rp65.000.0000=Rp35.000.000

Contoh 11.15 Garansi Jaminan Produk dan Jasa

PT prahu menjual mobil pada 2 Januari 2015 dengan memberikan garansi atas 36.000
km pertama atau selama tiga tahun mana yang lebih dahulu. Harga jual mobil
39

Rp300.000.000. Entitas mengestimasi biaya garansi yang akan diberikan selama 3 tahun
selama Rp7.000.000. Pelanggan juga membeli garansi jasa senilai Rp9.000.000 sehingga
ada tambahan pelayanan untuk servis mobil tersebut dari standar jaminan yang diberikan
selama tahun 2015 biaya terkait dengan jaminan asuransi yang dikeluarkan sebesar
Rp5.000.000 dan tahun 2016 sebesar Rp1.000.000. Atas garansi jasa perusahaan
mengakui dengan metode garis lurus.

Jurnal yang dibuat oleh perusahaan pada saat melakukan penjualan adalah:
Kas 309.000.000
Beban garansi 7.000.000
Provisi garansi 7.000.000
Pendapatan ditangguhkan garansi jas 9.000.000
Penjualan 300.000.000

Jurnal pada 2015, saat memberikan garansi jaminan dan pengakuan garansi jasa

Dalam praktik, seringkali entitas penjual tidak mau menangani sendiri pemberian
garansi produknya entitas mendirikan anak perusahaan atau mengalihkan pelayanan
purna jual produknya kepada pihak lain. Sehingga sering dijumpai saat membeli produk
kepada PT ABC namun saat pelayanan purna jual pelanggan datang kepada PT XYZ.
Beberapa produk dengan merek tertentu biasanya mendirikan satu entitas tersendiri untuk
menangani pemberian garansi ini. Untuk mekanisme pemberian garansi melalui pihak
lain, entitas penjual akan mengakui beban garansi saat penjualan dan mengakui provisi.
Dana yang ditransfer kepada entitas yang memberikan garansi dicatat sebagai pengurang
provisi. Entitas yang menangani garansi akan mencatatnya sebagai penerimaan
pendapatan jasa saat menerima dana dari entitas penjual produk.

Kewajiban Pengelolaan Lingkungan

Perusahaan pada industri pertambangan diwajibkan oleh pemerintah untuk melakukan


kegiatan restorasi lingkungan sekitar kegiatan operasi perusahaan. Kewajiban untuk
melakukan restorasi lingkungan tersebut ada yang bersifat umum berupa pengelolaan
lingkungan selama selama atau paska kegiatan produksi. Namun ada juga yang kewajiban
40

pengelolaan lingkungan tersebut terkait dengan pembongkaran atau pemindahan aset


tertentu.

Biaya lingkungan bersifat umum misalnya biaya reklamasi lingkungan tambang,


biaya pengelolaan areal tambang. Biaya ini lebih sering muncul pada perusahaan
pertambangan terbuka misalnya penambangan batubara, nikel, emas, timah. Biaya
tersebut harus diakui pada saat produksi sebagai beban dan liabilitas
lingkungan/reklamasi. Biaya lingkungan yang bersifat umum akan dicatat sebagai biaya
dan tidak dikapalitasi dalam aset tertentu. Jika kegiatan reklamasi telah dilakukan maka
liabilitas akan dikurangi. Perusahaan industri pertambangan biasanya diawasi dengan
ketat oleh regulator sehingga besarnya biaya reklamasi dapat ditentukan dengan andal
nilainya. Kegiatan reklamasi dilakukan secara terprogram dan di monitor oleh regulator.
Sebagai contoh pada perusahaan tambang batu bara akan kita jumpai beban reklamasi
penutupan tambang dan provinsi reklamasi penetapan tambang.

Menurut PSAK 16 (Revisi 2011) AsetTetap, termasuk komponen biaya perolehan


adalah estimasi awal biaya pembongkaran, pemindahan dan restorasi lokasi aset tetap
(dismantling cost). Pembongkaran dan restorasi lokal aset tetap biasanya terkait dengan
kewajiban lingkungan untuk mengembalikan lokal lokasi seperti kondisi awal, sehingga
semua peralatan yang di atas dan tertanam harus dipindahkan. Kewajiban lingkungan
terkait hal ini harus diestimasi besarnya pada awal perolehan aset dan dimasuki sebagai
perolehan aset tetap. Pembebanan biaya ini dilakukan bersamaan dengan pembebanan
depresiasi aset tersebut. Karena kewajiban diukur dengan nilai estimasi pengeluaran yang
didiskontokan, maka dengan berlalunya waktu akan diakui beban bunga untuk
menyesuaikan nilai habilitas. Dalam industri pertambangan dan minyak kewajiban ini
dikenal dengan istilah asset retirement obligation (ARO).

Contoh 11.16 Akuntasi Liabilitas Pembongkaran Aset

PT Kapuas pada 2 Januari 2015 memulai penggunaan peralatan penambangan


(Drilling) disebuah areal tambang yang dimiliki. Regulasi pemerintah mengharuskan
perusahaan melakukan pembongkaran peralatan tersebut di akhir masa manfaatnya. Masa
manfaat drilling tersebut 10 tahun dengan estimasi biaya sebesar Rp2.000.000.000.
41

dengan tingkat diskon 6% selama masa manfaat, nilai wajar kewajiban lingkungan
tersebut adalah Rp1.116800.000 (Rp2.000.000.000 x 0.5584).

Jurnal Pengakuan liabilitas sebagai penambah nilai peralatan drilling.

Peralatan Drilling 1.116.800.000


Liabilitas Pembongkaran Aset 1.116.800.000

Jurnal pengakuan depresi peralatan drilling


Beban Depresiasi 1.116.800.000
Akumulasi Depresiasi - Drilling 1.116.800.000

Depresiasi ini akan dilakukan bersamaan dengan nilai peralatan drilling sebagai satu
kesatuan, tidak didepresiasikan secara terpisah.

Jurnal pengakuan bunga atas liabilitas pembongkaran aset.


Beban Bunga 67.008.000
Liabilitas Pembongkaran Aset 67.008.000
Beban bunga=6% x Rp1.116.800.000=Rp67.008.000

Litigasi Hukum

Litigasi hukum merupakan tuntutan perkara terkait suatu entitas yang sedang berjalan
proses hukumnya. Kasus hukum entitas dapat berakibat timbulnya liabilitas yang harus
diselesaikan oleh sebuah entitas. Ada tidaknya liabilitas yang harus diselesaikan oleh
sebuah entitas. Ada tidaknya liabilitas yang diakui dipengaruhi oleh kasusnya dan
estimasi atas potensi munsulnya liabilitas. Suatu kasus dapat saja mengindikasikan suatu
entitas kalah dan memiliki liabilitas di masa mendatang.
42

Kasus litigasi dapat terjadi karena kasus pencemaran lingkungan,


kecelakaan kerja yang dialami oleh karyawan, perselisihan masalah pajak,
kecelakaan dalam pengiriman barang sehingga ada pihak yang menuntut
perusahaan dan kasus lainnya. Kasus litigasi tidak semua dalam posisi
menimbulkan utang, karena kasus litigasi juga dapat terjadi karena entitas
berada dalam pihak yang dirugikan sehingga justru akan menerima ganti rugi.
Litigasi yang diakui dan diungkapkan adalah litigasi yang berkaitan dengan
potensi kerugian entitas sehingga menimbulkan potensi liabilitas baik provisi
maupun kontinjensi bagi entitas.

Contoh 11.17 Akuntansi Litigasi

PT Merbabu memiliki dua kasus yang saat ini sedang dalam proses di
pengadilan.

1. Entitas menerima klaim dari seorang pelanggan atas proyek yang tidak
dapat diselesaikan oleh perusahaan Akibat kegagalan tersebut, pelanggan
mengajukan klaim ganti rugi sebesar Rp 100.000.000.000. Pada saat
penyusunan laporan keuangan 31 Desember 2015 proses hukum sedang
berlangsung. Menurut pendapat konsultan hukum entitas, kemungkinan
entitas dapat kalah. Namun jika kalah masih ada upaya lagi untuk melakukan
banding. Konsultan belum dapat memastikan berapa jumlah kerugian yang
harus dibayar oleh perusahaan akibat tuntutan tersebut.
43

2. Entitas menerima klaim dari seorang ahli waris pekerja akibat


kecelakaan pekerja yang berakibat pekerja mengalami cacat seumur hidup.
Pihak perusahaan sudah memberikan semua santunan asuransi kecelakaan
kerja sesuai dengan ketentuan ketenagakerjaan. Namun ahli waris menuntut
jumlah yang lebih besar yaitu Rp300.000.000, karena kesalahan tersebut
terkait dengan tindakan entitas yang memberikan pengamanan pada pekerja.
Proses pengadilan berlangsung selama 2013. Pada Februari 2016 saat audit
laporan keuangan belum selesai, diperoleh keputusan, entitas dinyatakan
bersalah dan harus membayar Rp250.000.000. Entitas tidak ingin
memperpanjang masalah ini, sehingga tidak berniat melakukan banding.

Jurnal yang dibuat.

Kerugian Tuntutan Hukum Pekerja 250.000.000

Utang Tuntutan Hukum 250.000.000

1. Tidak diakui sebagai beban dan liabilitas, informasi merupakan


liabilitas kontinjensi. Entitas cukup menjelaskan dalam catatan atas laporan
keuangan kasus litigasinya dan potensi kerugian yang harus dibayarkan jika
pengadilan menyatakan perusahaan bersalah.

2. Entitas mengakui beban dan liabilitas.

Pelanggaran kontrak dapat mengakibatkan entitas harus melakukan


pembayaran denda kepada pihak lain. Untuk menentukan apakah pelanggaran
kontrak perlu diakui sebagai provisi atau hanya diungkapkan dalam laporan
44

keuangan, perlu dilakukan evaluasi perjanjian kontrak yang ada dan juga
dampak dari pelanggaran kontrak tersebut. Jika kewajiban untuk membayar
denda menjadi sesuatu yang tidak dihindari maka entitas harus mengakui
liabiltias tersebut pada saat pelanggaran kontrak terjadi.

Liabilitas Kontinjensi

Entitas tidak diperkenankan mengakui liabilitas kontinjensi. Artinya


liabilitas kontinjensi tidak pernah diakui dalam laporan posisi keuangan.
Keberadaannya hanya perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan, kecuali jika kemungkinan arus keluar sumber daya kecil, maka
liabilitas kontinjensi tidak perlu diungkapkan. Jika liabilitas kontinjensi terkait
dengan tanggung jawab masing-masing atau bersama- sama dengan pihak lain
(tanggung renteng), bagian kewajiban yang diharapkan akan dipenuhi oleh
pihak lain diberlakukan sebagai liabilitas kontinjensi. Bagian dari liabilitas
kontinjensi,kemungkinan besar terjadi dan dapat diestimasi dengan andal,
akan diakui sebagai provisi.

Liabilitas kontinjensi dapat berubah dari perkiraan semula. Untuk itu


liabilitas kontinjensi perlu dikaji ulang untuk menentukan kemungkinan arus
keluar sumber daya bertambah sehingga menjadi kemungkinan terjadinya
besar, dapat berubah menjadi provisi jika dapat diukur dengan andal. Namun,
jika kemungkinan terjadinya semakin kecil maka liabilitas kontinjensi tidak
perlu diungkapkan.

Litigasi dievalusi apakah berubah menjadi provisi, tetap menjadi


kontinjensi atau tidak perlu diungkapkan lagi. Entitas tidak diperkenankan
mengakui aset kontinjensi. Aset kontinjensi timbul dari peristiwa tidak
terencana yang menimbulkan kemungkinan arus masuk manfaat ekonomis
45

bagi entitas, misal kemungkinan klaim yang diperoleh karena proses hukum.
Pengakuan aset kontinjensi tidak diperkenankan, agar tidak menimbulkan
pengakuan penghasilan yang tidak pernah direalisasi. Jika sudah dapat
dipastikan akan langsung diakui sebagai aset. Aset kontinjensi diungkapkan
jika terdapat kemungkinan besar arus ekonomi akan diperoleh. Seperti halnya
liabilitas kontinjensi, aset kontinjensi juga dikaji ulang terus-menerus untuk
memastikan kemungkinan terjadinya menjadi lebih pasti atau menjadi tidak
mungkin terjadi.

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Penyajian

Liabilitas jangka pendek menurut PSAK 1 (Revisi 2009) dalam laporan


keuangan disajikan pada bagian atas sebelum liabilitas jangka panjang.
Penyajian menurut PSAK ini berbeda dengan penyajian menurut IAS 1 yang
menempatkan liabilitas jangka pendek setelah liabilitas jangka panjang.
Namun ada perusahaan di Indonesia yang meletakkan liabilitas jangka pendek
liabilitas ekuitas dan liabilitas jangka panjang misalnya PT PLN (Persero).
Contoh di awal bab menunjukkan penyajian liabilitas jangka pendek dalam
laporan keuangan yang dilakukan oleh PT PLN (Persero) untuk laporan
keuangan tahun yang berakhir 31 Desember 2013.

PSAK tidak menjelaskan klasifikasi dan jenis liabilitas jangka pendek


yang harus disajikan dalam laporan keuangan. Perusahaan yang harus
46

menentukan informasi apa yang material dan signifikan bagi pembaca


sehingga perlu diklasifikasikan secara terpisah. Umumnya liabilitas jangka
pendek diklasifikasikan atas utang usaha, utang pajak, utang jangka panjang
yang jatuh tempo dalam satu tahun, biaya yang masih harus dibayar,
pendapatan diterima di muka, dan utang jangka pendek lainnya. PSAK 7
(Revisi 2010) Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi mengharuskan entitas
memisahkan utang yang berasal dari pihak berelasi dan tidak berelasi. Untuk
itu utang harus diklasifikasikan atas dua kelompok tersebut. Pilihan antara
apakah pemisahan pihak berelasi dan tidak berelasi sebenarnya tidak
diharuskan disajikan dalam laporan keuangan pokok, namun dapat
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan dalam rincian utang.
Namun regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menentukan bahwa penyajian
utang menjadi komponen berelasi tidak disajikan dalam laporan keuangan.

Pengungkapan

Pengungkapan liabilitas jangka pendek berisikan rincian dan tambahan


penjelasan. Misalnya untuk utang usaha, pengungkapan menjelaskan detail
utang usaha berdasarkan pemasok dengan nilai material, utang berdasarkan
klasifikasi umur, dan pengungkapan utang berdasarkan mata uang asing.
Untuk utang pajak pengungkapan berisikan informasi jenis jenis pajak.

Kontinjensi yang sering muncul dalam laporan keuangan adalah kasus


litigasi atau perkara hukum yang dihadapi perusahaan. Contoh berikut
menjelaskan contoh beberapa litigasi yang terdapat dalam laporan keuangan
PLN tahun 2013.

Pada tahun 2012, Perusahaan menghadapi gugatan perbuatan


melawan hukum di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang diajukan oleh PT
47

Meta Epsi sehubungan dengan Penggugat meminta bank Garansi di Bank


Niaga untuk tidak dicairkan kepada Perusahaan. Nilai gugatan sebesar Rp83,3
miliar dan US$5.000.000. Pada tanggal 14 Maret 2013. Pengadilan Negeri
Jakarta selatan menerima gugatan penggugat. Pada tanggal 19 Maret 2013.
Perusahaan menyatakan banding ke Pengadilan Tinggi Jakarta Selatan.
Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasian, perkara
ini masih dalam proses di Pengadilan Tinggi Jakarta Selatan.

Pada tanggal 26 Desember 2012 Perusahaan menghadapi gugatan


perbuatan melawan hukum yang diajukan oleh PT Modaco Enersys & PT
Angkasa Buana Cipta terkait Penggugat merasa dirugikan karena Tergugat
memberikan rancangan pekerjaan pembangunan PLTU Nusa Tenggara Barat
(2 x 10 MW) Bima yang keliru sehingga Penggugat tidak dapat melanjutkan
pembangunannya. Nilai tuntutan ganti rugi sebesar Rp 62 miliar. Sampai
dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasian, perkara ini masih
dalam proses di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
48

Ilustrasi 11.2 Pengungkapan Litigasi Sumber: Laporan keuangan PLN


tahun 2013.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Entitas melakukan analisis liabilitas jangka panjang dengan melihat
kemampuannya untuk membayar utang yang akan jatuh tempo. Rasio yang
digunakan adalah rasio lancar (current ratio), rasio kas (cash ratio), atau rasio
cepat (quick ratio). Semakin besar jumlah utang lancar akan memperbesar
risiko perusahaan untuk kesulitan membayar utangnya.

Rasio lancar merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas


jangka pendek dengan menggunakan aset lancar yang dimilikinya. Semakin
49

tinggi rasio lancar menunjukkan entitas memiliki kemampuan yang lebih


tinggi dalam membayar liabilitas jangka pendeknya. Namun jika rasio ini
sangat besar menunjukkan entitas memiliki aset lancar misal kas yang tidak
dimanfaatkan untuk investasi.

Rasio cepat merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas


jangka pendek dengan menggunakan aset yang sangat likuid. Aset likuid
(cepat) merupakan aset lancar dikurangkan dengan persediaan dan biaya
dibayar di muka. Persediaan untuk dapat menjadi kas harus dijual dahulu
menjadi piutang, baru kemudian ditagih mendapatkan kas. Beban dibayar di
muka tidak dapat dicairkan menjadi kas sehingga tidak dapat digunakan
sebagai alat pembayar liabilitas jangka pendek.

Rasio kas kemampuan perusahaan membayar liabilitas jangka pendek


dengan menggunakan kas yang dimiliki entitas. Rasio ini merupakan ukuran
kemampuan membayar segera, karena diasumsikan semua liabilitas jangka
panjang akan dibayar dalam waktu yang sangat dekat. Ukuran rasio kas
merupakan ukuran yang lebih ketat karena menganggap bahwa semua utang
harus disediakan kas untuk melunasinya.
50

DAFTAR PUSTAKA

Dwi Martani, S. V. (2019). Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK 2. Jagakarsa,


Jakarta Selatan: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai