Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

AUDIT OF CAPITAL ACQUISITION AND REPAYMENT


CYCLE

DISUSUN OLEH:

Regina Elsa Monica Situmorang (2019031081)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI Y.A.I

JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita, karena atas rahmat-Nya
kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Audit Of
Capital Acquisition And Repayment Cycle”.
Makalah ini, disusun guna memenuhi salah satu tugas Akuntansi
sebagaimana telah disebutkan diatas, pemakalah berusaha mengupas penjelasan
tentang “Audit Of Capital Acquisition And Repayment Cycle” melalui makalah
ini. Dalam menyusun makalah ini semoga kami dapat meningkatkan pengetahuan
kami dan juga pengetahuan pembaca.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang
telah memberikan kami arahan dan panduan dalam menyelesaikan tugas mata
kuliah ini. Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, penulis
meminta maaf sebesar-besarnya karna makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran dalam rangka
penyempurnaan makalah ini. Dengan ini kami dari pemakalah berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menerima hasil yang diharapkan.

Jakarta, 18 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Pengertian Modal dan Klasifikasi Modal.................................................................3
2.1.1 Ekuitas perusahaan perseorangan.............................................................................3
2.1.2 Ekuitas perusahaan persekutuan...............................................................................3
2.1.3 Klasifikasi Ekuitas Pemegang Saham......................................................................3
2.1.4 Pencatatan Pengurangan Modal Disetor Perseroan..................................................5
2.1.5 Penebusan / Penarikan Kembali Modal Saham Perseroan........................................6
2.1.6 Deviden Perseroan...................................................................................................7
2.1.7 Penyajian Dan Pengungkapan..................................................................................8
2.1.8 Penyajian Dan Pengungkapan Saldo Laba...............................................................9
2.1.9 Pengungkapan Kerugian Pt 50% Dari Modal...........................................................9
2.2 Pengaruh Tax Amnesty dalam Audit Akuisisi modal............................................10
2.3 Akun – Akun Dalam Siklus Akuisisi Modal Dan Penerimaan Kembali................11
2.4 Wesel Bayar...........................................................................................................13
2.5 Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Atas Transaksi........................15
2.5.1 Prosedur Analitis....................................................................................................15
2.5.2 Pengujian Perincian Saldo......................................................................................16
2.6 Ekuitas Pemilik......................................................................................................16
2.7 Pengendalian Internal.............................................................................................17
2.8 Audit Modal Saham Dan Modal Disetor................................................................19
2.8.1 Audit Atas Dividen................................................................................................22
2.8.2 Audit Saldo Laba...................................................................................................23
2.8.3 Audit Atas Laba Ditahan........................................................................................24
2.9 Istilah- Istilah Dalam Audit Akuisisi Modal Dan Pembayaran Kembali................25
2.9.1 Saham Treasury.....................................................................................................25

iii
2.9.2 Agio Dan Disagio Saham.......................................................................................26
BAB III PENUTUP........................................................................................................28
3.1 Kesimpulan............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................29

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Able Construction Company yang terlibat dalam kontrak konstruksi
jangka panjang, mengakui laba dengan menggunakan metode persentase
penyelesaian. Untuk membiayai operasinya, able meminjam dana dari Bank
dan setuju menaati akad pinjaman restriktif yang tergantung pada laba yang
dilaporkan dari kontrak jangka panjang itu. Metode persentase penyelesaian
mewajibkan, salah satunya suatu perjanjian dengan persyaratan yang baik dan
dapat diberlakukan., metode estimasi biaya yang dapat diandalkan untuk
menyelesaikan kontrak, dan pengakuan kerugian pada saat kerugian itu
terjadi. Sebagai bagian dari audit Able, auditor membaca kontrak atas semua
proyek yang berlangsung, menguji biaya yang dikeluarkan hingga tanggal
tersebut, dan meniali profitabilitas akhir dari kontrak, termasuk membahasnya
dengan manajemen . bagian yang signifikan dari memverifikasi laba menurut
metode persentase penyelesaian adalah mengaudit biaya yang dikeluarkan.
Pada tahun berjalan, catatan dan skedul manajemen berkenaan dengan
proyek mengindikasikan bahwa semua proyek akan menghasilkan laba, untuk
setiap proyek, terdapat skedul terpisah yang menunjukkan estimasi total
pendapatan dari proyek tersebut, biaya yang dikeluarkan dalam periode
berjalan, biaya yang dikeluarkan hingga saat ini, estimasi total biaya,
persentase penyelesaian, dan laba yang diakui pada periode berjalan. Auditor
membahas setiap proyek dengan manajemen, melaksanakan pengujian audit
untuk mendukung skedul , dan menyimpulkan bahwa pendapatan , beban,
serta laba telah dinyatakan secara layak. Laba yang dilaporkan akan
memungkinkan Able untuk memenuhi beberapa akad restriktif dalam
perjanjian pinjamannya di bank
Pada makalah ini akan membahas audit siklus akuisisi modal
danpembayaran kembali. Au d i to r d ala m me lak u k an au d it ad alahg u n
a memp er o leh keyakinan bahwa apa yang disajikan olehperusahaan yang
menjadi cliennya merupakan suatu kebenaran dankeharusan yang memang
perlu untuk disajikan serta sesuai denganstandar peraturan yang dianut
sehinggamenjadi bahanpertimabangan yangakuntablebagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Karena Auditor bekerja guna memberikan jasaassurance
yaitu meningkatkan kepercayaan dari pengguna informasimelalui kesimpulan
yang umumnya dalam bentuk opini. Dalam siklusini, membahas tentang
akuisisi sumber daya modal melalui utangberbunga dan ekuitas pemilik serta

1
pembayaran kembali sampaipembayaran bunga dan dividen. Siklus akuisisi
modal danpembayaran kembali memiliki karakteristik-karakteristik unik yang
akan mempengaruhi audit atas akun-akunya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1. Apakah Pengertian Modal dan Klasifikasinya ?
2.  Bagaimana Pengaruh Tax Amnesty pada Akuisisi Modal ?
3. Apakah Akun- akun dalam siklus akuisisi modal dan pembayaran
kembali?
4. Apakah yang dimaksud audit Wesel Bayar ?
5. Bagaimana Pengujian Pengendalian dan Pengujian substantive atas
Transaksi?
6. Apakah Ekuitas Pemilik dalam Audit?
7. Bagaimana Audit Modal Saham dan Modal disetor ?
8. Apakah istilah dalam akuisisi modal dan penerimaan kembali
1.3 Tujuan Masalah
Adapun tujuan penulis dalam membuat makalah ini adalah :
1. Memahami Pengertian Modal dan Klasifikasinya
2. Memahami Pengaruh Tax Amnesty pada Akuisisi Modal
3. Memahami Akun- akun dalam siklus akuisisi modal dan pembayaran
kembali
4. Memahami yang dimaksud audit Wesel Bayar
5. Memahami Pengujian Pengendalian dan Pengujian substantive atas
Transaksi
6. Memahami Ekuitas Pemilik dalam Audit
7. Memahami Audit Modal Saham dan Modal disetor
8. Memahami Istilah dalam akuisisi modal dan penerimaan kembali

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Modal dan Klasifikasi Modal
2.1.1 Ekuitas perusahaan perseorangan
Ekuitas perusahaan perseorangan adalah kepemilikan usaha pemilik
yang pada umumnya disajikan dalam satu jumlah tertentu, dimana tidak
diperlukan penyajian subklasifikasi ekuitas karena pemilik tidak membatasi
mengenai berapa banyak yang harus diinvestasikan atau ditarik dari
bisnis.  Dalam hal likuidasi atau insolvensi, kreditor dapat mengambil aktiva
pribadi si pemilik, dan laba yang timbul dihitung secara berkala dan
ditambahkan pada akun modal pada setiap akhir periode.  Transaksi modal
(penarikan dan investasi tambahan) dicatat langsung dalam akun modal, dan
semua perubahan diikhtisarkan dalam laporan perisahaan yang terpisah.
2.1.2 Ekuitas perusahaan persekutuan
serupa dengan ekuitas perorangan, kecuali bahwa hal itu
diklasifikasikan sesuai kepentingan sekutu, yang memiliki nilai :
1) Harus diakui bahwa klasifikasi ini hanya menunjukkan kepentingan
dalam aktiva bersih perusahaan
2) Setiap kepentingan sekutu dalam laba perusahaan dapat seluruhnya
berbeda menurut syarat perjanjian.
Akun pengambilan terpisah dapat digunakan untuk menetapkan
pengendalian atas pengambilan atau untuk memaksakan ketaatan pada
perjanjian pengambilan. Kreditor tidak berkepentingan dalam saldo modal
sekutu karena mereka berada dalam ekuitas pemilik total dan aktiva pribadi
karena setiap sekutu dapat menjadi berutang untuk setiap/semua utang
perusahaan.
2.1.3 Klasifikasi Ekuitas Pemegang Saham
Tujuan paling mendasar dari klasifikasi ekuitas pemegang saham
adalah untuk memberikan informasi kepada pemegang saham, investor,
kreditor, dan kepentingan lain mengenai efisiensi dan pengurusan

3
manajemen. Klasifikasi juga harus memberikan informasi mengenai
kepentingan ekonomi historiis dan prospektif dari kelompok-kelompok yang
memegang kepentingan ekonomi. Dalam memenuhi tujuan ini, informasi
dalam laporan keuangan harus mengungkapkan hal sebagai berikut :
1) Sumber-sumber modal yang dipasok kepada perusahaan
2) Pembahasan hukum pada distribusi modal yang diinvestasikan kepada
pemegang saham
3) Pembatasan hukum, kontraktual, manajerial, dan keuangan pada
distribusi dividen pemegang saham  
4) Prioritas beberapa kelas pemegang saham dalam likuidasi
Sumber utama dari ekuitas pemegang saham perseroan adalah
sebagai berikut:
1) Jumlah yang disetorkan oleh pemegang saham
2) Kelebihan laba bersih atas deviden yang dibayarkan kepada pemegang
saham
3) Sumbangan selain dari pemegang saham
atau dikenal juga sebagai berikut :
1) Modal dasar (authorized capital),
2) Modal ditempatkan ( Issued Capital ) dan
3) Modal Disetor ( Paid Up Capital ).
Adapun yang dimaksud dengan ketiga klasifikasi modal tersebut, yang
diperlukan dalam kegiatan usaha Perseroan Terbatas adalah 
1) Modal Dasar/Authorized Capital merupakan jumlah keseluruhan saham
yang dapat dikeluarkan oleh Perseroan Terbatas, sehingga modal dasar
adalah seluruh nominal saham. Total Modal dasar inilah dijadikan
penilaian suatu perseroan terbatas yang  digolongkan dalam kategori
tertentu, yaitu Apakah merupakan Perseroan Terbatas dalam skala kecil,
menengah atau besar.
2) Modal Ditempatkan/Issued Capital merupakan saham yang telah
diambil dan dijual kepada pemegang saham Perseroan Terbatas maupun
para pendiri. Pendiri mempunyai kewajiban untuk mengambil sejumlah
saham tertentu Perseroan Terbatas.
3) Modal disetor/Paid Up Capital merupakan saham yang sudah
disetorkan atau dibayar secara menyeluruh kepada Perseroan Terbatas,
baik oleh Pemegang Saham maupun Pendiri. Perseroan Terbatas harus
punya modal dasar paling sedikit Rp 50.000.000 ( lima puluh juta
rupiah ), sebagaimana ketentuan pasal 32 ayat 1 Undang-Undang no 40

4
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Namun pasal 32 ayat 2
memberikan pengecualian terhadap ketentuan jumlah minimal modal
dasar, yang menyebutkan Undang-Undang yang mengatur kegiatan
usaha tertentu dapat menentukan jumlah minimum modal Perseroan
yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar sebagaimana
dimaksud pada ayat 1
2.1.4 Pencatatan Pengurangan Modal Disetor Perseroan
Akun tambahan modal disetor terdiri atas berbagai macam unsur
penambahan modal, seperti agio saham, tambahan modal dari perolehan
kembali saham dengan harga lebih rendah daripada jumlah yang diterima
pada saat pengeluaran, tambahan modal dari penjualan saham yang
diperoleh kembali dengan harga diatas jumlah yang dibayarkan pada saat
perolehannya, tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor, dan lain
sebagainya. Akun tambahan modal disetor tidak boleh didebet atau di kredit
dengan pos L/R usaha maupun L/R luar biasa.
a. Pencatatan Penambahan Modal Disetor PT
Penambahan modal disetor dicatat berdasarkan :
a) Jumlah uang yang diterima
b) Setoran saham dalam bentuk uang, sesuai transaksi nyata. Untuk
jenis saham yang diatur dalam bentuk rupiah dalam akta pendirian,
setoran saham tunai, dalam bentuk mata uang asing dinilai dengan
kurs berlaku tanggal setoran. Untuk jenis saham yang diatur dalam
mata uang asing dalam akta pendiriannya, setoran tunai baik rupiah
atau mata uang asing lain harus dikonversi ke mata uang asing dalam
akta ppendirian sesuai kurs resmi yang berlaku pada tanggal setoran,
kecuali akta pendirian atau keputusan pemerintah menentukan kurs
tetap. Selisih kurs mata uang asing yang timbul sehubungan dengan
transaksi modal, harus dibukukan sebagai bagian dari modal dalam
akun selisih kurs atas modal disetor dan bukan merupakan unsur L/R
c) Besarnya tagihan yang timbul atau utang yang dikonversi menjadi
modal.
d) Setoran saham dalam deviden saham dilakukan dengan harga wajar
saham, yaitu harga pasar tanggal transaksi untuk PT.  yang
sahamnya terdaftar di bursa efek, atau nilai wajar  yang disepakati
RUPS untuk saham yang tidak ada harga pasarnya
e) Nilai wajar asset bukan kas yang diterima
f) Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), menggunakan nilai
wajar asset nonkas yang diserahkan, yaitu nilai appraisal tanggal

5
transaksi yang disetujui Dewan Komisaris untuk PT  yang sahamnya
terdaftar di bursa efek , atau nilai  kesepakatan Dewan Komisaris
dan penyetor bentuk barang.
b. Pencatatan pengurangan modal disetor perseroan
Pengurang modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan :
a) Jumlah uang yang dibayarkan atau
b) Besarnya utang yang timbul atau
c) Nilai wajar asset buku kas yang diserahkan
Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang
bersagkutan. Bila jumlah yang diterima dari pengeluaran saham tersebut
lebih besar daripada nilai nominalnya, selisih yang terjadi dibukukan
pada akun agio saham.
Bila ketentuan hukum yang ada memungkinkan penarikan saham
biasayang telah dikeluarkan, maka pencatatan transaksi ini dilakukan
dengan mendebit akun modal saham dan mengkredit Modal saham yang
diperoleh kembali sebesar jumlah yang dibukukan pada saat perolehan
kembali saham yang bersangkutan.
Saham yang dikeluarkan sehubungan penyertaan modal dalam
bentuk penyerahan asset bukan kas atau pemberian jasa umumnya dinilai
sebesar nilai wajar asset/jasa tersebut atau nilai wajar saham yang
bersangkutan, tergantung mana yang lebih jelas
2.1.5 Penebusan / Penarikan Kembali Modal Saham Perseroan
a. Perolehan kembali saham beredar dengan Cost Method
Jika perusahaan memperoleh kembali saham yang telah dikeluarkan
selisih antara jumlah yang dibayarkan pada saat prolehan kembali dengan
jumlah yang diterima pada saat pengeluaran saham tidak diakui sebagai
Laba atau rugi perusahaan. Perolehan kembali saham yang telah dikeluarkan
dapat dicatat menggunakan metode biaya (cost method) atau metode nilai
nominal (per value method). Dengan metode biaya, saham yang diperoleh
kembali dicatat sebesar harga perolehan kembali dan disajikan sebagai
pengurang atas jumlah modal.
Saham yang dibeli kembali dicatat sesuai dengan harga perolehan
kembali, disajikan sebagai pengurang akun modal saham, untuk saham
sejenis, disajikan dalam jumlah lembar dan nilai nominal. Kemudian, selisih
harga perolehan kembali dengan nilai nominal disajikan sebgai pengurang
atau penambah akun agio saham, disajikan per jenis saham dan rupiah,
dengan judul tambahan (pengurang) agio modal dari perolehan kembali

6
saham. Apabila agio saham menjadi deficit (disagio) karena transaksi
perolehan kembali, deficit tersebut dibebankan pada saldo laba.
b. Perolehan kembali saham beredar dengan per value method
Metode ini nominal lazimnya digunakan dalam hal saham yang
diperoleh kembali tersebut akan dikeluarkan lagi dikemudian hari. Dengan
metode nilai nominal, saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar nilai
nominal sham yang bersangkutan dan disajikan sebagai pengurang akn
modal saham. Apabila saham yang diperoleh kembali tersebut semua
dikeluarkan dengan harga diatas nilai nominal, akun agio saham akan
didebet dengan agio saham yang bersangkutan
Dalam jumlah yang dibayarkan lebih besar daripada jumlah yang
diterima pada saat pengeluarannya, selisih tersebut dibukukan dengan
mendebit akun saldo laba. Sebaliknya bila jumlah yang dibayarkan lebih
kecil, selisihnya dianggap sebagai unsur penambah modal dan dibukukan
dengan mengkredit akun tambahan modal dari perolehan kembali saham.
Metode ini lazimnya digunakan bila perolehan kembali dilakukan dalam
rangka penarikan saham
c. Perolehan kembali saham sumbangan
Saham yang kembali dari sumbangan lazimnya dicatat sebesar
jumlah yang diterima pda saat pengeluarannya dengan mendebit akun modal
saham yang diperoleh kembali dengan mengkredit akun modal yang berasal
dari sumbangan. Pada saat saham tersebut dijual kembali, selisih antara
jumlah yang tercatat dengan harga jualnya ditambahkan pada akun modal
yang berasal dari sumbangan.
2.1.6 Deviden Perseroan
a. Bentuk pembagian deviden
Kewajiban perusahaan untuk membagi dividen timbul pada saat
deklarasi dividen, dan dengan demikian pada saat tersebut saldo laba akan
dibebani dengan jumlah deviden termaksud. Kewajiban yang timbul
lazimnya disajikan dalam kelompok kewajiban lancar. Bila dividen
dibagikan dalam bentuk asset bukan kas, maka saldo laba akan dikredit
sebesar nilai wajar asset yang diserahkan. Dasar pencatatan untuk
pembagian dividen dalam bentuk asset bukan kas dan saham harus
diungkapkan delam catatan kas atas LK
b. Deviden Saham
Pembagian dividen termasuk dividen saham berasal dari saldo laba.
Pembagian dividen saham adalah pembagian saldo laba kepada pemegang
saham. Yang diinvstasikan kembali oleh mereka dalam bentuk modal

7
disetor. Pembagian dividen saham dicatat berdasarkan nilai wajar saham.
Termasuk dalam pengertian nilai wajar adalah harga psar saham PT yang
sebelumnya terdaftar di bursa efek, dengan syarat telah disetujui RUPS serta
tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku
c. Konversi Agio Menjadi saham
Konversi agio menjadi saham digolongkan sebagai modal disetor
sebesar nilai nominal. Konversi agio menjadi saham tidak boleh
digolongkan sebagai pembagian dividen
2.1.7 Penyajian Dan Pengungkapan
Penyajian modal saham dalam neraca harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan pada akta pendirian perusahaan dan peraturan yang berlaku serta
menggambarkan hubungan keuangan yang ada. Modal dasar, modal yang
ditempatkan dan modal yang disetor, nilai nominal dan banyaknya saham
untuk setiap jenis saham harus dinyatakan dalam neraca. Bila terdapat lebih
dari stau jenis saham, hak preferen dari suatu golongan saham atas dividend
dan pelunasan modal pada saat likuidasi harus dicantumkan dalam LK.
Dalam hal terdapat tunggakan dividen atas saham preferen dengan
hak dividen komulatif, jumlah tunggakan tiap saham dan keseluruhan
dividen peiode sebelumnya harus diungkapkan dalam catatan atas LK.
Perubahan atas modal yang ditanam dalam tahun berjalan harus
diungkapkan dalam catatan atas LK.
Modal disajikan dalam neraca setelah kewajiban. Bentuk
penyajiannya sesuai akta pendirian Badan Usaha tersebut, misalnya saham
adalah penyertaan modal dalam kepemilikan PT. Pada perusahaan yang
terdaftar di bursa efek saham dapat ditempatkan dengan dasar pesanan.
Dengan dasar ini, saham hanya akan dikeluarkan jika pemesan telah
mebayar penuh harga saham yang bersangkutan. Pesanan saham dicatat
dengan mendebit akun piutang kepda pemesan saham dan mnegkredit akun
modal saham yang dipesan. Akun modal saham yang dipesan disajikan
dlaam kelompok modal dibawah akun modal saham.
Akun piutang kepada pemesan saham sebesar sisa harga saham
yang belum dilunasi dalam transaksi semacam ini lazimnya disajikan dalam
kelompok asset lancar. Apabila piutang ini tidak dimasukkan untuk ditagih
dalam waktu dekat, akun ini dapat disajikan dalam kelompok mengurangi
akun modal saham yang dipesan. Pada saat harga saham sudah dibayar
penuh, akun modal saham yang dipesan akan didebet dan akun modal
saham dikredit. Dalam hal pemesan gagal melunasi sisa pembayarannya
maka bergantung pada kebijakan perusahaan dan dilandaskan pada

8
peraturan hukum yang berlaku, perusahaan dapat mengambil salah satu
tindakan dibawah ini :
a. Mengembalikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan;
b. Mengembalikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan dikurangi
dengan jumlah tertentu;
c. Jumlah pembayaran yang telah dilakukan diakui sebagai unsure oenambha
modal dan disajikan sebagai tambahan modal dari pembatalan penjualan
saham;
d. Mengeluarkan saham yang sebanding dengan pembayaran yang telah
dilakukan.
2.1.8 Penyajian Dan Pengungkapan Saldo Laba
Saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha perodik setelah
memperhitungkan pembagian dividend an koreksi L/R periode lalu. Akun
ini harus dinyatakan terpisah dari akun modal saham. Seluruh saldo laba
dianggap bebas untuk dibagikan sebagai dividen, kecuali jika diberikan
indikasi mengenai pembatasan terhadap saldo laba, misalnya dicadangkan
untuk perluasan pabrik atau untuk memenuhi ketentuan undang-undang
meupun ikatan tertentu.
Saldo laba tidak tersedia dibagikan dividen karena pembatasan-
pembatasan tersebut, dilaporkan akun tersendiri yang menggambarkan
tujuan pencadangkan termaksud; pembatasan-pembatasan yang ada harus
diungkapkan dalam catatan atas LK. Saldo laba tidak boleh dibebani atau
dikredit dengan pos-pos yang seharusnya diperhitungkan pada laporan laba
rugi tahun berjalan. Pengungkapan laba tersebut meliputi :
a. Pengungkapan penjatahan (apropriasi) dan pemisahan saldo laba,
menjelaskan jenis penjatahan dan pemisahan, tujuan penjatahan dan
pemisahan saldo laba, serta jumlahnya. Perubahan akun-akun
penjatahan atau pemsahan saldo laba harus pula diungkapkan
b. Peraturan, perikatan, batasan, dan jumlah batasan disekitar saldo laba,
harus dingkapkan. Misalnya selama perjalanan kredit berlangsung ,
perusahaan tidak diizinkan membagi saldo laba tanpa seizin kreditur
c. Perubahan saldo laba karena penggabungan usaha degan metode
penyatuan kepemilikan (pooling of investasi).
d. Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setalah pajak.
e. Pengungkapan jumlah dividend an deviden per lembar saham,
pengunglapan keterbatasan saldo laba tersedia bagi dividen.
f. Tunggakan dividenb

9
g. Pengungkapan deklarasi dividen setelah tanggal neraca, sebelum
tanggal penerbitan LK
h. Pengungpan dividen saham dan pecah-pecah saham (stock split),
pengungkapan jumlah yang dikapitalisasi, dan saji ulang laba per saham
(EPS) agar laporan keuangan berdaya banding.
2.1.9 Pengungkapan Kerugian Pt 50% Dari Modal
Apabila perseroan menderita kerugian sebesar 50% dari modalnya,
kewajiban untuk diumumkan dalam Register Kepaniteraan Pengadilan
Negeri dan dalam Berita Negara. Diungkapkan dalam caatatan atas LK
selama UU yang terkait masih berlaku.
Bila persyaratan modal minimum yang ditentukan oleh peraturan
perundangan yang berlaku atau akta pendirian tidak atau belum dipenuhi ,
maka harus diungkapkan.
2.2 Pengaruh Tax Amnesty dalam Audit Akuisisi modal
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI, yang diketuai
oleh Djohan Pinnarwan dan Team, Pak Djohan yang juga bekerja di PwC ,
telah meluncurkan Explosure Draft PSAK 70 Akuntansi Aset dan Liabilitas
Pengampunan Pajak. PSAK ini memberikan panduan bagi entitas untuk
menyusun pelaporannya pasca pemberlakuan Undang-Undang Tax
Amnesty.
PSAK 70 ini akan memandu wajib pajak yang mengikuti Tax
Amnesty, agar terhindar dari berbagai kesalahan akuntansi dan pelaporan
keuangan yang mungkin timbul di kemudian hari. Ketua DPN IAI, Prof.
Mardiasmo dalam launching PSAK 70 di BEI mengatakan, sebagai asosiasi
profesi yang menaungi akuntan di seluruh Indonesia, IAI senantiasa
meningkatkan peran profesi akuntan dalam upaya mencapai pertumbuhan
ekonomi nasional untuk kesejahteraan rakyat. Sebagai organisasi profesi
dan standard setter, IAI selalu berupaya memberikan sumbangsih terbaiknya
dalam mendukung setiap program pemerintah yang bertujuan memberikan
kemaslahatan bagi rakyat Indonesia. Sementara itu Ketua DSAK IAI,
Djohan Pinnarwan menyatakan, peluncuran PSAK 70 ini juga sebagai
bentuk tanggung jawab yang diamanahkan kepada DSAK IAI selaku badan
penyusun standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Tujuan
dari PSAK 70 adalah memberikan pengaturan perlakuan akuntansi atas aset

10
dan liabilitas pengampunan pajak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak.

11
2.3 Akun – Akun Dalam Siklus Akuisisi Modal Dan Penerimaan Kembali
Siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali , yang berkenaan
dengan akuisisi sumber daya modal melalui utang berbunga dan ekuitas
pemilik serta pembayaran kembali modal. Siklus ini juga mencakup
pembayaran bunga dan deviden. Empat karakteristik siklus akuisisi modal
dan pembayaran kembali yang akan mempengaruhi audit atas akun – akun
adalah sebagai berikut :
a. Secara relative hanya ada segelintir transaksi yang mempengaruhi saldo
akun, tetapi setiap transaksi itu sering kali sangat material.
b. Pengecualian atau salah saji satu transaksi dapat bersifat material.
Akibatnya sering kali auditor lebih menekankan pada tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo ( kelengkapan dan keakuratan ) ketika mengaudit
akun – akun tersebut.
c. Ada hubungan legal antara entitas klien dan pemegang saham, obligasi
atau dokumen kepemilikan yang serupa.
d. Ada hubungan langsung antara akun deviden dan bunga serta utang dan
ekuitas. Dalam audit atas utang berbunga, auditor harus memverifikasi
secara simultan beban bunga dan utang berbunga terkait.
Akun – akun dalam siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali
tergantung pada jenis bisnis yang dioperasikan perusahaan dan bagaimana
perusahaan tersebut dibiayai. Semua perusahaan memiliki modal saham dan
laba ditahan, tetapi beberapa mungkin juga memiliki saham preferen, modal
disetor tambahan, dan saham treasuri. Karakteristik unik dari siklus akuisisi
modal dan pembayaran kembali mempengaruhi cara auditor memverifikasi
akun – akun dalam siklus. Siklus ini sering kali melibatkan akun – akun
berikut :
a. Wesel bayar
b. Modal saham – biasa
c. Laba ditahan
d. Utang kontrak
e. Modal saham – preferen
f. Utang dividen
g. Utang hipotik

12
h. Saham treasuri
i. Utang obligasi
j. Dividen yang diumumkan
k. Beban bunga
l. Agio saham
m. Bunga akrual
n. Modal sumbangan
o. Apropriasi laba ditahan
p. Persekutuan – akun modal
q. Kas di Bank
r. Perusahaan Perseorangan – akun
Metodologi untuk mendesain pengujian perincian saldo dalam siklus
akuisisi modal dan pembayaran kembali sama dengan yang diaplikasikan
pada akun lainnya. Tabel dibawah ini mengilustrasikan metodologi yang
diaplikasikan pada wesel bayar, tetapi metode tersebut dapat diaplikasikan
juga pada akun lain dalam siklus ini. Dalam menentukan pengujian
perincian saldo untuk wesel bayar, auditor harus mempertimbangkan risiko
bisnis, salah saji yang dapat diterima, risiko bawaan, risiko pengendalian,
hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi dan
hasil prosedur analitis.
Auditor seringkali menetapkan salah saji yang dapat diterima pada
tingkat rendah karena mereka hampir selalu dapat mengaudit saldo akun dan
transaksi yang memengaruhi saldo wesel bayar secara keseluruhan.
Khususnya, mereka juga menetapkan risiko bawaan pada tingkat rendah
karena nilai akun yang benar biasanya mudah ditentukan. Auditor biasanya
paling memperhatikan tujuan pengungkapan wesel bayar, seperti jaminan
dan batasan wesel bayar.
Oleh karena itu siklus ini biasanya terdiri atas sedikit transaksi, maka
risiko pengendalian dan hasil pengujian substantive atas transaksi tidak
terlalu penting dalam mendesain pengujian perincian saldo akun seperti

13
wesel bayar. Untuk kebanyakan transaksi dalam siklus, pertimbangan utama
auditor adalah bahwa setiap transaksi diotorisasi dengan benar.
Metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo wesel
bayar dengan menentukan pengujian  atas rincian saldo wesel bayar, auditor
mempertimbangkan risiko bisnis, salah saji yang dapat ditoleransi, risiko
inheren, risiko pengendalian, hasil pengujian pengendalian dan pengujian
substantive atas transaksi, serta hasil prosedur analitis. Auditor sering kali
menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi pada tingkat yang rendah
karena biasanya saldo akun dan transaksi yang mempengaruhi saldo akun
wesel bayar dapat diaudit sepenuhnya.
Pada umumnya auditor juga menetapkan risiko inheren pada tingkat
yang rendah karena nilai akun yang benar biasanya mudah ditentukan.
Untuk memahami dengan baik prosedur audit atas banyak akun dalam
siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali, akun representative yang
merupakan bagian signifikan dari siklus bagi bisnis yang tipikal.
2.4 Wesel Bayar
Wesel bayar (note payable ) adalah kewajiban hokum kepada
kreditor, yang mungkin dijamin atau tidak dijamin oleh aktiva, dan
menggunakan bunga. Pada umumnya wesel diterbitkan selama satu periode
antara satu bulan dan satu tahun, tetapi ada juga yang leboh lama.
Wesel diterbitkan untuk tujuan yang berbeda, dan property yang
diberikan sebagai jaminan untuk mencakup berbagai aktiva, seperti
sekuritas , piutang usaha, persediaan dan aktiva tretap. Pembayaran  pokok
dan bunga atas wesel harus dilakuakn sesuai dengan persyaratan dalam
perjanjian pinjaman. Untuk pinjaman jangka pendek, pembayaran pokok
dan bunga biasanya hanya akan di lakukan ketika pinjaman itu jatuh tempo.
Untuk pinjaman berjangka lebih dari 90 hari, biasanya wesel mengharuskan
pembayaran secara bulanan atau kuartalan.
Tujuan dari audit wesel bayar adalah untuk menentukan apakah :
a. Pengendalian internal terhadap wesel bayar sudah memadai

14
b. Transaksi pembayaran pokok dan bunga yang melibatkan wesel bayar
diotorisasi secara layak serta dicatat sesuai dengan enam tujuan audit
yang berkaitan dengan transaksi.
c. Kewajiban untuk wesel bayar dan beban bunga terkait serta kewajiban
akrual telah dinyatakan secara layak seperti yang didefenisikan oleh
tujuh dari delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. ( Nilai
realisasi tidak dapat diterapkan pada akun kewajiban).
Terdapat empat pengendalian yang penting terhadap wesel bayar :
a. Otorisasi yang tepat atas penerbitan wesel baru
Pertanggungjawaban atas penerbitan wesel baru harus dipegang oleh
dewan direktur atau personel manajemen level atas. Biasanya,
dibutuhkan dua tanda tangan personel yang bertanggungjawab untuk
seluruh jenis penrjanjian utang, yang selalu menyebutkan jumlah utang,
tingkat bunga, termin pembayaran kembali, dan asset yang dijaminkan.
Jika wesel diperbarui, maka diperlukan prosedur otorisasi sama seperti
penerbitan wesel baru.
b. Pengendalian yang memadai terhadap pembayaran kembali pokok dan
bunga.
Pembayaran bunga dan pokok secara periodic harus menjadi subjek
pengendalian dalam siklus akuisisi dan pembayaran. Pada saat wesel
diterbitkan, departemen akuntansi harus nenerima salinan wesel itu,
seperti faktur penjualan dan laporan penerimaan. Departemen utang
dagang secara otomatis menerbitkan cek atau transfer dana elektronik
untuk wesel saat jatuh tempo, dengan cara yang sama seperti
departemen ini menyiapkan pembayaran untuk pembelian barang dan
jasa. Salinan wesel merupakan dokumen pendukung untuk pembayaran.
c. Dokumen dan catatan yang memadai
Mencakup catatan pembantu dan pengendalian terhadap wesel kosong
serta wesel yang telah dibayar oleh orang yang berwenang atau orang
yang mengotorisasi. Wesel yang dibayar harus dibatlkan dan disimpan
di bawah pengawasan pejabat yang berwenang.

15
d. Verifikasi independen periodic
Secara periodic, pencatatan wesel yang terinci harus direkonsiliasi
dengan buku besar umum dan dibandingkan dengan catatn pemegang
wesel oleh karyawan yang tidak bertanggung jawab menyimpan catatan
yang terinci. Pada waktu yang sama, seseorang yang independen harus
menghitung ulang beban bunga atas wesel untuk menguji keakuratan
penyimpanan catatan.
2.5 Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Atas Transaksi
2.5.1 Prosedur Analitis
Prosedur analitis merupakan hal yang penting bagi wesel bayar
karena pengujian atas rincian saldo untuk beban bunga dan bunga akrual
sering kali dapat dieleminasi apabila hasilnya menguntungkan.
Prosedur analitis untuk wesel bayar
Prosedur Analitis Kemungkinan Salah Saji
Menghitung ulang beban bunga atas Salah saji beban bunga dan bunga
dasar suku bunga rata – rata dan akrual       atau penghapusan wesel
wesel bayar bulanan secara bayar yang beredar
keseluruhan
Membandingkan setiap wesel yang Penghapusan atau salah saji wesel
beredar dengan tahun sebelumnya bayar
Membandingkan total saldo wesel Salah saji beban bunga dan bunga
bayar, beban bunga, dan bunga akrual atau wesel bayar
akrual dengan saldo tahun
sebelumnya
Prediksi independen auditor mengenai beban bunga, dengan
menggunakan rata – rata wesel bayar yang beredar dan rata – rata suku
bunga, akan membantu auditor mengevaluasi kelayakan beban bunga dan
juga menguji wesel bayar yang dihilangkan. Jika beban bunga actual secara
material jauh lebih besar dari estimasi auditor, salah satu penyebab yang
mungkin adalah pembayaran bunga yang dicatat atas wesel bayar yang
belum dicatat.

16
2.5.2 Pengujian Perincian Saldo
Titik awal yang biasa digunakan dalam audit wesel bayar adalah
skedul wesel bayar dan utang bunga, yang diperoleh dari klien . Gambar 1,
terdiri atas 2 halaman, mengilustrasikan skedul tersebut termasuk informasi
terperinci untuk seluruh transaksi yang terjadi sepanjang tahun atas pokok
pinjaman dan bunga, saldo awal dan saldo akhir untuk wesel bayar dan
utang bunga, dan informasi yang menjelaskan tentang wesel, seperti tanggal
jatuh tempo, tingkat bunga dan asset yang dipakai sebagai jaminan.
Jika terdapat banyak transaksi wesel selama tahun tersebut, maka
skedul ini tidak lagi dipakai oleh auditor. Dalam situasi tersebut, auditor
akan meminta klien membuat skedul yang hanya berisi wesel dengan saldo
yang belum dibayar pada akhir tahun. Yang berisi deskripsi setiap wesel,
saldo akhir, dan utang bunga pada akhir tahun termasuk jaminan dan tingkat
bunga. Dua tujuan audit yang berkaitan dengan saldo yang paling penting
dalam wesel bayar adalah :
1) Wesel bayar yang ada  telah dicantumkan ( kelengkapan ).
2) Wesel bayar dalam skedul telah dicatat secara akrual ( keakuratan )
Tujuan ini penting karena salah saji mungkin material jika satu
wesel tidak dimasukkan atau jumlahnya salah. Tabel 2 menunjukkan
prosedur yang dapat digunakan untuk menguji kelengkapan wesel bayar.
Jika pengendalian internal atas wesel bayar tidak memadai, maka auditor
perlu melakukan prosedur lain untuk menguji adanya wesel bayar tidak
tercatat. Misalnya auditor dapat mengirimkan konfirmasi kepada kreditur
yang memiliki atas klien dimasa lampau, tetapi tidak ada dalam daftar wesel
bayar. Auditor juga dapat menganalisis beban bunga untuk pembayaran
kepada kreditur yang tidak termasuk dalam daftar wesel bayar dan menelaah
notulensi pertemuan dewan direksi untuk mendeteksi kemungkinan adanya
wesel bayar yang tidak tercatat.
2.6 Ekuitas Pemilik
Terdapat perbedaan yang penting dalam audit atas ekuitas pemilik
antara perusahaan terbuka dan perusahaan tertutup.

17
a) Perusahaan tertutup
Dalam sebagian perusahaan tertutup , yang umumnya memiliki sedikit
pemegang saham, sering kali terjadi transaksi, jika ada berkenaan
dengan akujn modal saham selama tahun berjalan. Satu – satunya
transaksi yang dimasukkan dalam bagian ekuitas pemilik kemungkinan
adalah perubahan ekuitas pemilik akibat laba atau rugi tahunan dan
pengumuman dividen. Perusahaan tertutup jarang membayar dividen,
sehingga auditor hanya akan menghabiskan waktu yang sedikit untuk
memverifikasi ekuitas pemilik, walaupuin harus mjenguji catatan
perusahaan.
b) Perusahaan terbuka
Bagi perusahaan terbuka verifikasi atau ekuitas pemilik jauh lebih
kompleks karena banyaknya jumlah pemegang saham dan individu
yang memiliki saham sering berubah. Pengujian untuk memverifikasi
akun ekuitas pemilik yang utama dalam suatu perusahaan terbuka, yang
mencakup:
 Modal dan saham bias
 Agio saham
 Laba ditahan dan dividen yang terkait
Menyajikan suatu tinjauan mengenai akun ekuitas  pemilik khusus yang
akan dibahas. Tujuan dari setiap akun itu adalah untuk menentukan
apakah :
a) Pengendalian internal terhadap modal saham dan dividen terkait
sudah memadai
b) Transaksi ekuitas pemilik telah dicatat dengan benar , seperti
didefenisikan oleh enam tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi
c) Saldo ekuitas pemilik telah dicatat secara layak, seperti
didefenisikan oleh delapan tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo, dan disajikan serta diungkapkan secara layak, seperti
didefenisikan oleh empat tujuan audit yang berkaitan dengan
penyajian dan pengungkapan untuk akun ekuitas pemilik.
2.7 Pengendalian Internal
Beberapa pengendalian internal sangatlah penting bagi aktivitas
ekuitas pemilik yang penting. Beberapa dari pengendalian tersebut dalam
bagian berikut :
1) Otorisasi Transaksi yang Tepat

18
karena setiap transaksi ekuitas pemilik umumnya bersufat material,
banyak dari transaksi tersebut harus disetujui oleh dewan direksi. Jenis
transaksi ekuitas pemilik berikut biasanya memerlukan otorisasi
khusus:
a) Penerbitan modal saham ; otorisasi itu termasuk jenis ekuitas yang
akan diterbitkan ( seperti saham preferen atau saham biasa ),
jumlah saham yang akan diterbitlkan, nilai pari saham, kondisi
privilege bagi setiap saham selain saham biasa, dan tanggal
penerbitan.
b) Pembelian kembali modal saham ; pembelian kembali saham biasa
atau saham preferen, penetapan waktu pembelian kembali, dan
jumlah yang akan dibayar atau saham semuanya harus disetujui
oleh dewan direksi.
c) Pengumuman dividen ; dewan direksi harus mengotorisasi bentuk
dividen ( seperti tunai atau saham ), jumlah dividen per saham, dan
catatan serta tanggal pembayaran dividen.
2) Penyimpanan Catatan dan Pemisahan Tugas yang Tepat
Jika suatu perusahaan menyimpan catatan miliknya sendiri mengenai
transaksi saham dan saham yang beredar, pengendalian internal harus
memadai untuk memastikan bahwa :
a) Pemilik actual saham diakui dalam catatan perusahaan
b) Jumlah dividen yang benar dibayar kepemegang saham yang
memiliki saham pada tanggal pencatatan dividen
c) Potensi misapropriasi aktiva telah diminimalisasi
3) File Induk Modal Saham Pemegang Saham
File Induk Modal Saham Pemegang Saham adalah catatan saham yang
beredar pada suatu waktu tertentu. File induk berfungsi sebagai
pengecek terhadap keakuratan catatan sertifikat modal saham dan saldo
saham biasa dalam buku besar umum. File tersebut juga digunakan
sebagai dasar bagi pembayaran dividen.
4) Pencatat dan Agen Transfer Saham  Independen
Setiap perusahaan yang sahamnya terdafrtar di bursa saham diwajibkan
memiliki panitera independen  sebagai pengendali untuk mencegah
penerbitan sertifikat saham yang tidak tepat. Tanggung jawab panitera
independen adalah memastikan bahwa saham diterbitkan oleh

19
perusahaan sesuai dengan provisi modal saham dalam akta perusahaan
dan otorisasi dewan direksi.
2.8 Audit Modal Saham Dan Modal Disetor
Auditor sangat memperhatikan empat hal berikut ketika mengaudit
modal saham dan agio saham :
1) Transaksi modal saham yang ada telah dicatat
Auditor dapat mengkonfirmasikan apakah setiap transaksi modal saham
memang terjadi serta keakuratan transaksi yang ada dengan mereka dan
kemudian menentukan apakah semua transaksi telah dicatat
2) Transaksi modal saham yang dicatat memang terjadi dan dicatat secara
akurat
Auditor dapat segera memverifikasi keakuratan pencatatan transaksi
modal saham secara tunai dengan mengkonfirmasi jumlahnya dengan
agen transfer dan menelusuri jumlah transaksi modal saham yang
tercatat ke penerimaan kas. ( Dalam kasus saham treasuri, jumlahnya
ditelusuri ke jurnal pengeluaran kas ). Selain itu, auditor juga harus
memverifikasi apakah jumlah yang benartelah dikredit ke modal saham
dan agio saham dengan mengacu ke akta perusahaan untuk menentukan
nilai pari atau ditetapkan modal saham.
3) Modal saham dicatat secara akurat
Auditor memverifikasi saldo akhir akun modal saham dengan
menentukan terlebih dahulu jumlah saham yang beredar pada tanggal
neraca. Konfirmasi dari agen transfer merupakan cara yang paling
sederhana untuk memperoleh informasi ini. Jika agen transfer tidak ada,
auditor harus mengandalkan pemerikasaan atas catatan saham dan
akuntansi untuk semua saham yang beredar dalam catatan sertifikat
saham, pemeriksaan semua sertifikat yang dibatalkan, serta akuntansi
untuk sertifikat kosong.
4) Modal saham disajikan dan diungkapkan secara layak
Sumber informasi yang paling penting untuk menentukan apakah
keempat tujuan yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan

20
bagi aktivitas modal saham telah dipenuhi adalah akta perusahaan,
notulen rapat dewan direksi, dan analisis auditor mengenai transaksi
modal saham. Keenam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi,
tujuan yang paling penting, termasuk yang berkenaan dengan utang
dividen.
Dua hal pertama meliputi pengujian pengendalian dan pengendalian
substantive atau transaksi, dan dua hal berikutya mencakup pengujian
perincian saldo.
1) Pencatatan Modal saham dilakukan atas transaksi yang benar- benar ada
Tujuan ini akan mudah dipenuhi dengan adanya jasa pencatat dan agen
transfer. Auditor dapat melakukan konfirmasi kepada pencatat dan agen
transfer saham atas transaksi modal saham yang terjadi dan akurasi
transaksi yang ada, kemudian menentukan apakah seluruh transaksi
sudah dicatat. Untuk dapat mengungkap penerbitan dan pembelian
kembali modal saham, auditor juga menelaah notulensi pertemuan
dewan direksi, terutama mendekati tanggal neraca, dan memeriksa buku
klien yang berkaitan dengan saham.
2) Pencatatan transaksi modal saham benar- benar dilakukan dan dicatat
secara akurat
Audit yang luas diperlukan atas transaksi yang mencakup
penerbitan modal saham, seperti pernerbitan modal saham baru atas
kas, penggabungan usaha dengan perusahaan lain melalui pertukaran
saham karena materialitas dan pencatatannya permanen. Tujuan terkait
keterjadian transaksi dapat diuji melalui pemeriksaan notulensi
pertemuan dewan direksi.
Auditor dapat melakukan verifikasi akurasi pencatatan transaksi
modal saham atas kas dengan mengonfirmasi jumlahnya kepada agen
transfer dan menelusuri jumlah yang tercatat dalam modal saham
sebagai pengeluaran kas. (Dalam kasus saham treasuri, jumlah
ditelusuri ke dalam jurnal pengeluaran kas). Sebagai tambahan, auditor
harus melakukan verifikasi apakah jumlah yang benar sudah

21
dikreditkan ke dalam modal saham dan tambahan modal atas kelebihan
nilai par dengan merujuk pada anggaran dasar perusahaan untuk
menentukan nilai par atau nilai yang ditentukan atas modal saham.
Audit transaksi modal saham seprti dividen saham, pembelian
property menggunakan saham, merger dan transfer non kas lainnya
memerlukan keahlian teknis yang tinggi dan melibatkan penilaian
subjektif. Misalnya, dalam audit transaksi merger, auditor perlu sering
mempertimbangkan hasil riset untuk menentukan perlakuan akuntansi
dan penilaian yang benar atas transaksi, setelah memepertimbangkan
fakta- fakta dalam merger.
3) Modal saham dicatat secara akurat
Auditor melakukan verifikasi saldo akhir atas catatan akun
modal saham dengan menentukan jumlah saham beredar pada tanggal
neraca. Cara termudah adalah denga mengonfirmasi agen transfer agar
informasi ini diperoleh. Jika tidak terdapat agen, maka auditor harus
memeriksa catatan saham dan akuntansi untuk seluruh saham yang
beredar dalam pencatatan sertifikat saham, memeriksa seluruh sertifikat
yang dibatalkan, dan menghitung semua sertifikat kosong.
Setelah audior mendapat keyakinan atas jumlah saham beredar
yang benar, nilai par yang tercatat dalam akun modal diverifikasi
dengan mengalikan jumlah saham dengan nilai par saham. Saldo akhir
dalam tambahan modal atas nilai par merupakan nilai sisanya. Hal ini
dapat diaudit dengan melalukan verifikasi jumlah transaksi tercatat
selama tahun berjalan dan menambahkan atau mengurangkannya
dengan saldo awal.
Pertimbangan utama dalam mengaudit akurasi untuk tujuan
terkait saldo atas modal saham adalah melakukan verifikasi apakah
jumlah saham yang digunakan dalam perhitungan laba perlembar saham
sudah akurat. Tidak sulit menentukan jumlah saham yang benar dalam
perhitungan jika hanya ada satu klasifikasi saham dan transaksi modal
saham hanya sedikit. Masalah muncul jika terdapat sekuritas yang dapat

22
dipertukarkan, opsi saham, atau waran saham beredar. Sebagai contoh,
di Amerika serikat, auditor harus mendapatkan pemahaman atas SFAS
128 sebelum melakukan verifikasi jumlah saham untuk menentukan
laba perlembar saham dan dilutive.
4) Modal saham disajikan dan diungkapkan dengan benar
Sumber Informasi terpenting dalam menentukan apakah keempat tujuan
audit terkait penyajian dan pengungkapan untuk aktivitas saham sudah
dipenuhi adalah anggaran dasar perusahaan, notulensi pertemuan dewan
direksi, dan analisis auditor atas transaksi modal saham. Auditor perlu
menentukan setiap klasifikasi saham dengan deskripsinya, termasuk
jumlah saham yang diterbitkan dan beredar dan bila ada hak-hak khusus
atas saham tertentu, atas opsi saham, waran saham dan sekuritas yang
dipertukarkan dengan memeriksa dokumen legal atau bukti lain
mengenai perjanjian ini.
2.8.1 Audit Atas Dividen
Penekanan pada audit atas dividen adalah pada transaksinya dan
bukan saldo akhir, kecuali jika ada hutang dividen. Keenam tujuan spesifik
audit atas transaksi relevan untuk dividen. Tujuan terpenting dari kontrol
terhadap dividen, termasuk yang berkaitan dengan hutang dividen:
1. Dividen yang dicatat benar ada (eksistensi).
2. Dividen yang ada seluruhnya telah dicatat (kelengkapan).
3. Dividen telah dicatat dengan benar (accuracy).
4. Dividen yang dibayar kepada pemegang saham adalah benar ada
(eksistensi)
5. Hutang dividen telah dicatat (kelengkapan).
6. Hutang dividen telah dicatat dengan benar (keakuratan).
Keberadaan dapat dicek dengan meneliti notulen rapat dewan direksi
mengenai jumlah dividen per lembar saham dan tanggal pembayaran
dividen. Ketepatan penilaiian suatu pengumuman pembayaran dividen dapat
diaudit dengan menghitung kembali jumlahnya berdasarkan dividen setiap
saham dan jumlah saham beredar. Pengujian untuk melihat apakah

23
pembayaran dilakukan kepada pemegang saham yang memiliki saham
tersebut pada tanggal pencatatan dividen adalah dengan memilih suatu
sample pembayaran dividen yang dicatat dan menelusuri nama penerima
uang pada cancelled check pada catatan dividen, untuk meyakinkan bahwa
penerima uang memang berhak.
Untuk klien yang menyimpan catatan devidennya dan membayar
sendiri, auditor dapat melakukan verifikasi total jumlah deviden dengan
menghitung kembali dan merujuk pada pengeluaran kas. Sebagai tambahan,
auditor harus melakukan verifikasi apakah pembayaran dilakukan kepada
pemegang saham yang memiliki saham pada tanggal pencatatan deviden.
Auditor dapat menguji hal tersebut dengan memilih sampel dari catatan
pembayaran deviden dan menelusurinya ke nama pihak yang dibayar pada
cek yang dibatalkan ke pencatatan deviden. Pada waktu bersamaan, auditor
dapat melakukan verifikasi jumlah dan keaslian cek deviden.
Akurasi dalam pengumuman deviden dapat diaudit dengan cara
menghitung kembali jumlah basis deviden per lembar dikalikan jumlah
beredar yang beredar. Jika klien menggunakan agen untuk membagikan
deviden, maka totalnya dapat ditelusuri ke dalam jurnal pengeluaran kas
kepada agen dan kemudian dilakukan konfirmasi. Sedangkan untuk
pengujian utang deviden harus dilakukan sehubungan dengan deviden yang
diumumkan. Deviden yang tidak dibayar harus dimasukkan ke dalam
kewajiban.
2.8.2 Audit Saldo Laba
Untuk memulai audit atas saldo laba, auditor pertama kali perlu
menganalisis saldo laba perusahaan sepanjang tahun. Skedul audit
menunjukkan analisis tersebut, yang biasanya merupakan bagian dari berkas
permanen, termasuk deskripsi setiap transaksi yang memengaruhi akun.
Untuk memenuhi audit atas pengkreditan saldo laba untuk laba bersih tahun
berjalan (atau debet untuk kerugian), auditor dapat menelusuri jurnal pada
saldo laba ke laba bersih dalam laporan laba rugi. Prosedur ini harus

24
dilakukan setelah seluruh jurnal penyesuaian yang memengaruhi laba bersih
telah diselesaikan.
Kemudian setelah auditor yakin bahwa pencatatan transaksi sudah
diklasi-fikasikan dengan benar sebagai transaksi saldo laba, langkah
berikutnya adalah memutuskan apakah pencatatan tersebut dilakukan
dengan akurat. Bukti audit yang diperlukan dalam langkah ini adalah untuk
menentukan akurasi bergantung pada sifat transaksi. Auditor juga harus
mengevaluasi apakah terdapat transaksi yang seharusnya dimasukkan tetapi
ternyata tidak ada. Misalnya jika klien mengumumkan deviden saham, maka
nilai pasar yang diterbitkan harus dikapitalisasi dengan cara mendebet saldo
laba dan mengkredit modal saham. Sama halnya jika dalam laporan
keuangan terdapat apropriasi saldo laba, maka auditor perlu mengevaluasi
apakah apropriasi itu masih diperlukan seperti tercatat pada tanggal neraca
ataukah tidak.
Standar akuntansi mensyaratkan adanya penyajian dan
pengungkapan informasi sehubungan dengan saldo laba. Fokus utama
auditor adalah untuk menentukan apakah tujuan penyajian dan
pengungkapan saldo laba dipenuhi khususnya yang berkaitan dengan
pengungkapan restriksi atas pembayaran deviden. Biasanya perjanjian
dengan pihak bank, pemegang saham, dan kreditur lainnya membatasi
jumlah deviden yang dapat dibayarkan klien. Restriksi ini harus
diungkapkan dalam penjelasan tambahan di laporan keuangan.
2.8.3 Audit Atas Laba Ditahan
1. Titik awal audit terhadap laba ditahan adalah analisis terhadap laba
ditahan untuk seluruh tahun yang bersangkutan (meliputi keterangan
tentang setiap transaksi yang mempengaruhi laba ditahan).
2. Audit terhadap pengkreditan atas laba ditahan yang berasal dari laba
tahun yang bersangkutan dilakukan dengan menelusuri jurnal dalam
laba ditahan ke dalam laba bersih pada penghitungan laba rugi.
Prosedur ini dilakukan pada saat-saar terakhir audit seluruh ayat jurnal
penyesuaian yang mempengaruhi laba bersih disesuaikan.

25
3. Setelah auditor yakin bahwa transaksi tersebut dapat diklasifikasikan
sebagai transaksi laba ditahan, langkah berikutnya adalah menentukan
apakah nilai transaksi tersebut benar.
4. Pertimbangan penting lainnya dalam audit laba ditahan adalah menilai
apakah ada transaksi yang seharusnya dimasukan tetapi belum dicacat.
5. Hal penting dalam menentukan apakah laba ditahan diungkapkan
dengan benar dalam neraca adalah keberadaan pembatasan-pembatasan
terhadap pembayaran dividen. Pembatasan-pembatasan ini harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
2.9 Istilah- Istilah Dalam Audit Akuisisi Modal Dan Pembayaran Kembali
2.9.1 Saham Treasury
Treasury Stock adalah saham perusahaan yang dibeli kembali dari
peredaran untuk sementara waktu. Perbedaan antara saham yang belum
beredar dengan saham yang dibeli kembali dari peredaran (treasury stock)
adalah saham yang belum beredar merupakan modal saham yang belum
dijual atau belum diedarkan. Sedangkan saham yang dibeli kembali dari
peredaran adalah modal saham yang beredar yang dibeli kembali. Pembelian
kembali saham yang beredar sebagai treasury stock bisa terjadi karena
beberapa alasan, yaitu :
1. Untuk menaikkan harga pasar saham
2. Akan dijual kembali pada karyawan perusahaan
3. Akan dibagikan sebagai dividen
4. Untuk menukar surat-surat berharga perusahaan lain
Treasury stock yang dijual kembali akan dikelompokkan kembali
dalam modal saham yang beredar. Perlakuan saham treasuri:
1. Tidak boleh dianggap sebagai aktiva
2. Saham ini harus dilaporkan sebagai pengurang terhadap modal sendiri
secara total
3. Tidak mempunyai hak-hak seperti yang dimiliki oleh para pemegang
saham perseroan seperti dividen atau hak suara

26
4. Modal resmi tidak akan terpengaruh oleh pembelian atau penerbitan
kembali saham treasuri
5. Pembelian saham treasuri menurunkan jumlah saham yang beredar,
sementara penerbitannya kembali akan menaikkan jumlah saham yang
beredar tapi modal resmi tidak berubah baik dengan adanya pembelian
saham sendiri maupun penerbitan atau pengeluarannya kembali.
6. Tidak ada pengakuan keuntungan atau kerugian yang timbul dengan
adanya pembelian saham sendiri, penerbitan kembali atau penghentian
peredaran saham treasuri untuk selamanya.
7. Laba ditahan dapat berkurang dengan adanya transaksi saham treasuri
tapi tidak akan pernah bertambah dengan adanya transaksi seperti
diatas.
2.9.2 Agio Dan Disagio Saham
Modal Perseroan terbatas terbagi atas beberapa lembar saham,
karena itu modalnya disebut sebagai modal saham ( capital stock). Tiap
lembar saham diberi nilai nominal, namun saham dapat dijual dengan harga
yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada nilai nominalnya. Apabila
harga jual saham lebih tinggi daripada nilai nominalnya maka selisihnya
disebut dengan agio saham dann jika lebih rendah, selisihnya disebut
disagio saham. Dengan demikian, agio dapat didefinisikan sebagai selisih
antara harga nominal saham dengan harga saham yang dijual perusahaan
yang menerbitkan saham di pasar perdana. Sesuai dengan prinsip akuntansi,
agio dab disagio saham bukan penghasilan atau kerugian. Karena itu,
besarnya agio atau disagio tidak ditampilkan dalam perhitungan laba rugi,
melainkan langsung dibukukan ke dalam rekening modal perseroan dengan
judul agio saham dan disagio saham. Agio saham menambah besarnya
modal sedangkan disagio saham mengurangi besarnya modal.
Berdasarkan pada pasal 4 ayat (3) huruf c UU No. 7 tahun 1983 jo
UU No. 10 tahun 1994 menyatakan bahwa harta yang diterima oleh
perseroan, persekutuan atau badan lainnya sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal tidak termasuk sebagai objek pajak

27
penghasilan. Berhubung karena agio merupakan harta yang diterima sebagai
penyertaan maka agio tidak dikenakan pajak.
Unsur Penambahan Modal Disetor, Akun Tambahan Modal Disetor
terdiri dari berbagai macam unsur penambah modal, seperti; agio saham,
tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih
rendah dari pada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan
modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas
jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya, tambahan modal dari
perbedaan kurs modal disetor dan lain sebagainya. Akun Tambahan Modal
Disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan pos laba/rugi usaha maupun
laba/rugi luar biasa.

28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Siklus akuisisi
modal dan pembayaran kembali , yang berkenaan dengan akuisisi sumber
daya modal melalui utang berbunga dan ekuitas pemilik serta pembayaran
kembali modal. Siklus ini juga mencakup pembayaran bunga dan deviden.
Wesel bayar (note payable ) adalah kewajiban hukum kepada kreditor,
yang mungkin dijamin atau tidak dijamin oleh aktiva, dan menggunakan
bunga. Pada umumnya wesel diterbitkan selama satu periode antara satu
bulan dan satu tahun, tetapi ada juga yang leboh lama. Wesel diterbitkan
untuk tujuan yang berbeda, dan property yang diberikan sebagai jaminan
untuk mencakup berbagai aktiva, seperti sekuritas , piutang usaha, persediaan
dan aktiva tretap. Pembayaran pokok dan bunga atas wesel harus dilakuakn
sesuai dengan persyaratan dalam perjanjian pinjaman.
Dalam sebagian perusahaan tertutup , yang umumnya memiliki sedikit
pemegang saham, sering kali terjadi transaksi, jika ada berkenaan dengan
akujn modal saham selama tahun berjalan. Sedangkan Bagi perusahaan
terbuka verifikasi atau ekuitas pemilik jauh lebih kompleks karena banyaknya
jumlah pemegang saham dan individu yang memiliki saham sering berubah.
Pengujian untuk memverifikasi akun ekuitas pemilik yang utama dalam suatu
perusahaan terbuka,

29
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S. (2012). Praktikum audit seri 2. Penerbit Salemba.
Dwitama, C. (2021). Analisis Efektivitas Sistem Pengendalian Internal dan Audit
Internal Dalam Mencegah Fraud. Jurnal Digital Akuntansi (JUDIKA), 1(1),
32-45.
ED - PSAK 70. Pdf diakses tanggal 18 April 2022
Heri, S. (2017). Auditing & Asurans Pemeriksaan Akuntansi Berbasis Standar
Audit Internasional. Gramedia Widiasarana Indonesia.
http://akuntan-si.blogspot.co.id/2012/06/psak-21-akuntansi-ekuitas.html diakses
tanggal 18 April 2022
http://www.kompasiana.com/sunnyboy/inilah-psak-70-akuntansi-asset-dan-
liabilitas-pengampunan-pajak-serta
penerapannya_57f23b8e6f7e6165102605d2 diakses tanggal 18 April 2022
https://ikarosalia.wordpress.com/2012/06/04/audit-siklus-akuisisi-modal-dan-
pembayaran-kembali-modal/ diakses tanggal 11 Juni 2017
Kurniawan, R. (2021). Pengaruh Kepemilikan Internal, Kualitas Audit, Kebijakan
Hutang, Intellectual Capital Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI Tahun 2015-2019) (Doctoral dissertation, Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Magelang).
Pratanto, I. (2012). Analisis Sistem Pengendalian Internal yang Terkomputerisasi
terhadap Kegiatan Forwarding Studi Kasus PT. Link Pasipik
Indonesia (Doctoral dissertation, STIE Indonesia Banking School).
Randol J. ELDER. 2011. Audit Dan Jasa Assurance Jilid 2 , Jakarta: ERLANGGA 

30

Anda mungkin juga menyukai