Anda di halaman 1dari 8

Strategi Pendanaan Dan Investasi Dalam Bisnis Pariwisata

1. Sumber-Sumber Pendanaan
UU Kepariwisataan tahun 2009, pada BAB XIII mengatur mengenai pendanaan.
Disebutkan, pendanaan pariwisata menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah
pusat, pemerintah daerah, pengusaha dan masyarakat. Pengelolaan dana kepariwisataan
dilakukan berdasarkan prinsip keadilan, efisien, transparansi dan akuntabilitas publik.
Pemerintah daerah mengalokasikan sebagian dari pendapatan yang diperoleh dari
penyelenggaraan pariwisata untuk kepentingan pelestarian alam dan budaya. Pendanaan
oleh pengusaha dan masyarakat dalam pembangunan pariwisata di pulau kecil diberikan
insentif yang diatur dengan Peraturan Presiden. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah
memberikan peluang pendanaan bagi usaha mikro dan kecil di bidang kepariwisataan.
Satu hal yang paling sering dinyatakan tentang pariwisata di tanah air ini, adalah
sebagai sumber devisa, stimulan kegiatan ekonomi dan sebagai sumber dana
pembangunan. Sedikitnya hal itu dipahami oleh para cendekiawan ekonomi, insan
pariwisata serta tokoh pemerintahan, baik di kalangan eksekutif maupun legislatif. yang
mungkin jumlahnya tidak terlampau banyak. Pemahaman tentang manfaat kepariwisataan
(mancanegara maupun nusantara), dalam banyak hal, diwujudkan dalam bentuk
“investasi”, khususnya bidang usaha perhotelan, restoran dan sejenisnya (bar, cafe dsb.)
mengingat beberapa hal, pertama- tama bahwa bidang usaha itu memberikan prospek
penghasilan yang “instan” (dinilai sebagai revenue center) dibanding dengan investasi
dalam bidang lainnya seperti obyek dan atraksi wisata yang cenderung lebih banyak dinilai
sebagai “pos biaya” (cost center), begitu pun bidang biro perjalanan yang tidak mendapat
akses kredit dari bank.
Hal kedua yang memberikan petunjuk bahwa bidang perhotelan dinilai lebih
menarik daripada bidang lainnya, adalah kecenderungan calon mahasiswa pada akademi,
atau lembaga pendidikan tinggi kepariwisataan, lebih banyak yang memilih bidang studi
perhotelan ketimbang biro perjalanan dan hina wisata. Agaknya ada pandangan yang salah
kaprah tentang “ilmu manajemen biro perjalanan” yang “dianggap” tidak perlu dipelajari
di tingkat pendidikan tinggi, atau kurang menarik untuk segera memperoleh pekerjaan
sesuai pendidikannya. Berbicara soal kepariwisataan, secara alami, produk (output) yang
ditawarkan dari upaya pengembangan kepariwisataan terdiri dari tiga unsur pokok, 3A
yakni Atraksi (daya tarik), Aksesibilitas (kemudahan jangkauan, termasuk visa dan
perizinan lainnya) dan Akomodasi (hotel, restoran dsb.) yang berada di dalam kondisi
lingkungan (kam-tibek sos-bud-pol) yang kondusif serta perlu dikembangkan dan
dipelihara secara
bersamaan. Secara jelas bisa dipahami bahwa pembangunan atraksi saja, atau aksesibilitas
saja, atau akomodasi saja, atau kombinasi dua dari tiga unsur itu saja, atau bahkan ketiga-
tiganya tanpa dukungan kondisi yang kondusif adalah mustahil akan mewujudkan
kepariwisataan yang memikat pengunjung untuk datang.
Adapun kepariwisataan sebagai stimulan kegiatan ekonomi dapat dibuktikan dengan
adanya penerimaan devisa yang dibayarkan wisman kepada hotel, biro perjalanan,
angkutan umum, restoran dan sebagainya memberikan dampak ekonomi yang lebih luas,
sebutlah pembayaran gaji pegawai hotel, pembayaran listrik. pembayaran telepon,
pembayaran supplier sayur mayur, buah-buahan, telor, daging, rempah-rempah dsb. yang
secara nyata dinikmati atau diterima bukan saja oleh kalangan pariwisata, melainkan juga
kalangan petani dan peternak (kaum marginal) yang menghasilkan jumlah penghasilan
pariwisata yang berlipat ganda dalam kontribusi terhadap pendapatan nasional, yang
disebut sebagai multiplier effect.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pariwisata
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pariwisata, antara lain:
a. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau kepada daerah
tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan-
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
b. Retribusi Daerah
Menurut Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009 retribusi daerah adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
atau diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau golongan.
c. Jumlah objek wisata

Indonesia sebagai negara yang memiliki keindahan alam serta keanekaragaman budaya
yang mempunyai kesempatan untuk menjual keindahan alam dan atraksi budaya
kepada wisatawan mancanegara maupun nusantara yang akan menikmati keindahan
alam dan budaya tersebut. Tentu saja kedatangan wisatawan tersebut akan
mendatangkan penerimaan bagi daerah yang dikunjunginya. Bagi wisatawan
mancanegara yang datang dari luar negeri, kedatangan mereka akan mendatangkan
devisa dalam negara
d. Jumlah Kunjungan Wisatawan
Secara teoritis (apriori) menurut Pleanggra (2012), semakin lama wisatawan tinggal di
suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di
daerah tujuan wisata tersebut paling sedikit untuk keperluan makan, minum, dan
penginapan selama tinggal di daerah tersebut.
3. Prinsip-Prinsip Investasi
Berinvestasi memerlukan prinsip-prinsip yang perlu dipegang teguh oleh
investor.Berbagai penelitian terhadap investor-investor sukses, semua dari mereka selalu
memegangteguh prinsipnya. Setidaknya ada tiga prinsip mendasar dalam investasi yang
sangat pentinguntuk menjadi landasan dalam cara berpikir dan bertindak, yaitu capital
preservation, mengelola risiko secara aktif, dan membangun model investasi yang
disesuaikan.
Capital preservation atau perlindungan terhadap modal, yaitu mempertahankan apa
yangtelah dimiliki. Prinsip ini sangat mendasar bagi seluruh aktivitas investasi. Seperti
yangdikatakan oleh Warren Buffet: “jangan pernah kehilangan uang”. Jika kita kehilangan
50%modal, maka kita perlu mendapatkan return 100% jika ingin kembali ke modal awal.
Sesuatu yang lebih sulit dilakukan. Dengan perlindungan terhadap modal yang menjadi
utama, tujuanpertumbuhan aset investasi memiliki dasar yang lebih kokoh.
Risiko yang bersifat kontektual perlu dikelola secara aktif. Risiko berkaitan
denganpengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan kompetensi (Mark Tier, 2004). Oleh
karenanya investor perlu melakukan pembelajaran secara bertahap dan terus menerus
sehingga dapatmempertajam kompetensi di sehingga dapatmempertajam kompetensi di
bidangnya masing-masing. Model investasi harus dibangun sesuai dengan profil dan
karakternya. Setiap investor memiliki tujuan, kepribadian, pengetahuan, pengalaman, dan
kompetensi yang berbeda - beda.Dengan prinsip ini kita dapat memahami kenapa ada
investor yang lebih senang berinvestasi pada aset tertentu, lebih konservatif, namun ada
juga yang terlihat agresif.
4. Investasi Dalam Kepariwisataan
Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan
keuangan dan ekonomi. Pendekatan pendekatan yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam melakukan investasi dalam pariwisata adalah sebagai berikut:
1) Pilihan bentuk pariwisata yang dikembangkan
Konsekuensi biaya yang harus dibayar dari pembangunan “pariwisata massa” yang
berorientasi pada kuantitas dan pertumbuhan yang yang setinggi-tingginya seperti:
over carrying capacity, degradasi lingkungan, dan kesenjangan antar lapisan
masyarakat. Hal ini menyebabkan munculnya bentuk pilihan pengembangan
pariwisata yang didasarkan pada “spirit” konservasi, seperti pemgembangan jenis
pariwisata: small scale tourism, green tourism, going ethnic society yang semuanya
menuju pada pencarian konsep alternatif tourism yang dinilai tepat dengan model
pengembangan pariwisata berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, yang memberi
prioritas utama pada lingkungan.
2) Perencanaan pendekatan yang dikembangkan
Dorongan untuk mencapai pertumbuhan yang setinggi-tingginya telah meniadakan
pilihan lain, bagi perencana, kecuali penggunaan pendekatan centrally imposed
blueprint plan yang biasanya bercirikan:
a) Prakarsa biasanya dimulai dari pusat dalam bentuk perencanaan formal
b) Proses penyusunan program bersifat statis
c) Mekanisme kelembagaan bersifat top down
d) Fokus perhatiannya menyelesaikan proyek tepat waktu sesuai kebijakan anggaran
yang ada.
5. Studi Kelayakan Dan Model Pariwisata
1) Fasibility Study
Sebuah studi kelayakan adalah evaluasi proposal yang dirancang untuk menentukan
kesulitan dalam melaksanakan tugas yang ditunjuk. Secara umum, studi kelayakan
mendahului pengembangan teknis dan pelaksanaan proyek. Dengan kata lain, studi
kelayakan adalah evaluasi atau analisis dampak potensial dari sebuah proyek yang
diusulkan. Faktor Penentu Kelayakan :
a) Kelayakan Teknologi dan Sistem.
Penilaian ini didasarkan pada desain garis besar persyaratan sistem dalam hal Input,
Proses, Output, Fields, Program, dan Prosedur. Hal ini dapat diukur dalam hal
volume data, tren, frekuensi update, dan lain-lain untuk memperkirakan apakah
sistem baru akan melakukan cukup atau tidak. Kelayakan teknologi dilakukan untuk
menentukan apakah perusahaan memiliki kemampuan, dalam hal software,
hardware, personil dan keahlian, untuk menangani penyelesaian proyek
b) Kelayakan Ekonomi.
Analisis ekonomi adalah metode yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi
efektivitas sistem baru. Analisis biaya manfaat, digunakan untuk menentukan
manfaat dan penghematan yang diharapkan dari sistem dan membandingkannya
dengan biaya.
Jika imbalan lebih besar daripada biaya, maka keputusan dibuat untuk merancang
dan mengimplementasikan sistem. Seorang pengusaha yang akurat harus
mempertimbangkan biaya dan manfaat sebelum mengambil tindakan.
c) Kelayakan Hukum.
Menentukan apakah sistem yang diusulkan konflik dengan persyaratan hukum,
misalnya sistem pengolahan data harus sesuai dengan perlindungan data lokal.
d) Kelayakan Operasional.
Kelayakan Operasional adalah ukuran dari seberapa baik sistem yang diusulkan
memecahkan masalah, dan mengambil keuntungan dari kesempatan yang
diidentifikasi selama definisi ruang lingkup dan bagaimana memenuhi persyaratan
yang diidentifikasi dalam tahap analisis kebutuhan pengembangan sistem.
e) Kelayakan Jadwal.
Sebuah proyek akan gagal jika penyelesaiannya memerlukan waktu yang terlalu
lama. Biasanya ini berarti memperkirakan berapa lama sistem akan dibuat dan
dikembangkan, dan dapat diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, yang dapat
diukur dengan menggunakan beberapa metode seperti payback period. Kelayakan
jadwal adalah ukuran dari seberapa wajar jadwal proyek.
Faktor penentu lainnya:
a) Kelayakan Pasar dan Real Estate.
Studi Kelayakan Pasar biasanya melibatkan pengujian lokasi geografis untuk proyek
pengembangan real estate, dan biasanya melibatkan bidang tanah real estate.
Pengembang sering melakukan penelitian pasar untuk menentukan lokasi terbaik
dalam yurisdiksi, dan untuk menguji alternatif menggunakan tanah untuk paket yang
diberikan. Yurisdiksi sering membutuhkan pengembang untuk menyelesaikan studi
kelayakan sebelum mereka akan menyetujui permohonan izin untuk ritel, kantor
komersial, industri, manufaktur, perumahan, atau dicampur-gunakan proyek.
Kelayakan Pasar memperhitungkan pentingnya bisnis di area yang dipilih.
b) Kelayakan Sumber Daya.
Hal ini melibatkan pertanyaan seperti berapa banyak waktu yang tersedia untuk
membangun sistem baru, bila dapat dibangun, apakah itu mengganggu operasi bisnis
normal, jenis dan jumlah sumber daya yang dibutuhkan, dependensi, dan lain-lain.
Kontinjensi dan rencana mitigasi juga harus dinyatakan di sini.
c) Kelayakan Budaya.
Pada tahap ini, alternatif proyek yang dievaluasi dampaknya terhadap budaya lokal
dan umum. Misalnya, faktor lingkungan perlu dipertimbangkan dan factor faktor ini
harus dikenal. budaya perusahaan yang lebih lanjut sendiri dapat berbenturan dengan
hasil proyek.
2) Model Pariwisata
Di Indonesia atau di beberapa negara lain biasa dikenal dua tipe pembangunan pariwisata
berdasarkan pada pola. proses dan tipe pengelolaannya, yaitu: tipe tertutup (enclave) atau
terstruktur dan tipe kedua yaitu tipe terbuka (spontaneous) atau tidak terstruktur. Kedua
tipe ini pada umumnya mempunyai perbedaan yang jelas dalam karakteristiknya, terutama
pada pola, proses dan tipe pengelolaannya.
a) Tipe tertutup atau terstruktur pada dasarnya ditandai oleh karakteristik sebagai
berikut: (1)Pada umumnya kawasan ini dilengkapi dengan infrastruktur yang
spesifik untuk kawasan tersebut. Tipe ini memang tidak didesain untuk tujuan
utama pada keuntungan penduduk lokal. Tipe kawasan ini akan mempunyai
kelebihan kekuatankesan yang ditumbuhkan sehingga mampu
menembus pasar
internasional.
(2) Lokasi biasanya terpisah dari masyarakat atau penduduk lokal, sehingga dampak
negatif yang ditimbulkan mudah untuk di monitor atau dikontrol. Karena itu,
pengaruh sosial budaya yang ditimbulkan dari pariwisata terhadap penduduk
lokal dapat terdeteksi sejak dini.
(3) Lahan pada umumnya terbatas, sehingga kawasan pariwisata biasanya tidak
terlalu besar, sehingga masih berada pada tingkat kemampuan perencanaan yang
integratif dan terkoordinir, dan akan mampu menjadi semacam agen untuk
mendapatkan dana-dana secara internasional. Hal ini akan berfungsi sebagai
struktur utama dalam mengembangkan fasilitas yang berkualitas tinggi pada
umumnya diperuntukkan bagi kalangan internasional golongan menengah ke atas.
Tipe ini tentunya akan membawa iklim “harga tinggi” dengan harga-harga yang
ditawarkan di dalam kawasan ini tidak akan terjangkau oleh penduduk lokal.
b) Tipe terbuka atau tidak terstruktur yang bersifat spontan pada umumnya ditandai
dengan karakteristik sebagai berikut:
(1) Tumbuh menyatu dengan struktur kehidupan baik ruang maupun pola masyarakat
lokal.
(2) Distribusi pendapatan yang diperoleh dari wisatawan bisa secara langsung
dinikmati oleh penduduk lokal.
(3) Dampak perkembangan pariwisata terutama dampak negatifnya menyebar dan
menyatu dengan cepat ke dalam penduduk lokal, sehingga sulit di monitor.
DAFTAR PUSTAKA

Sapta, I. K. S, dan Landra Nengah. 2018. Bisnis Pariwisata. Badung : CV. Noah Aletheia

Guntur Tri Hariyanto. 2010. “Prinsip Investasi dan Strategi Barbell”.


http://gunturhariyanto.blogspot.com/2010/06/prinsip-investasi-dan-strategi-
barbell.html (diakses tanggal 27 Oktober 2022)

Ari. 2010. “Pendanaan dan Investasi Pariwisata”.


http://zetzu.blogspot.com/2010/08/pendanaan-dan-investasi-pariwisata.html (diakses tanggal
27 Oktober 2022)

Anda mungkin juga menyukai