Anda di halaman 1dari 11

Buletin Tanaman Tembakau,

EK LestariSerat
et al.:& Keuntungan
Minyak Industri 7(2),
petani Oktober
tebu rakyat2015:79í89
melalui kemitraan di Kabupaten Jember
ISSN: 2085-6717, e-ISSN: 2406-8853

Keuntungan Petani Tebu Rakyat Melalui Kemitraan


di Kabupaten Jember
Advantages of Sugarcane Farming With Partnership in Jember

Endah Kurnia Lestari1), Akhmad Fauzi2), M. Parulian Hutagaol2), Aceng Hidayat2)


1)
Universitas Jember, Indonesia
2)
Fakultas Ekonomi & Manajemen IPB, Dramaga-Bogor, Indonesia
E-mail: endahkurnia78@ymail.com
Diterima: 6 Maret 2015; direvisi: 29 Juli 2015; disetujui: 11 Agustus 2015

ABSTRAK

Program kredit tebu rakyat melalui kemitraan terutama upaya untuk meningkatkan produksi tebu dengan
penyediaan kredit untuk sarana produksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keuntungan pro-
duksi tebu rakyat dengan bantuan kredit dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keun-tungan
produksi tebu. Penelitian ini menggunakan data selama satu musim tanam 2013/2014. Pengambilan sampel
dilakukan secara purposive, dengan kriteria (1) petani tebu rakyat yang memperoleh kredit KKP-E; (2)
luasan lahan >1,0 ha dan jumlah sampel ditentukan secara quota sampling sebanyak 30 orang. Kuesi-oner
terstruktur digunakan untuk mengumpulkan data produksi dan pendapatan petani, didukung dengan data
sekunder. Statistik deskriptif seperti rata-rata, standar deviasi, nilai minimum, dan maksimum diguna-kan
dalam analisis data. Analisis benefit dan cost digunakan untuk menghitung keuntungan, sementara ana-lisis
regresi linier berganda digunakan dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan per
hektar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keuntungan rata-rata per hektar sebesar Rp12.400.000,00.
Variabel luas lahan, rendemen, umur, pendidikan, biaya pupuk per hektar, dan biaya tenaga kerja per hektar
secara signifikan (p<0,01) mempengaruhi keuntungan petani tebu rakyat kredit di daerah penelitian. Hal ini
memberikan gambaran bahwa petani tebu yang mengakses kredit KKP-E untuk pinjaman permodalan dalam
usaha tani berupa sarana produksinya dapat meningkatkan produksi dan berdampak terhadap keuntungan
produksi tebu per hektar.

Kata kunci: Tebu, keuntungan, petani tebu, kredit, faktor produksi

ABSTRACT

Financial aid for smallholder sugarcane famers through partnership program is mainly for production means.
7KLV UHVHDUFK LV DLPHG WR GHWHUPLQH WKH IDUPHUV¶ SURILW RI RQH KHFWDUH VXJDUFDQH SURGXFWLRQ DQG WR H[SODLQ
factors that affect the profit. This study used data of 2013/2014 sugarcane planting season. Samplings
were taken purposively with criteria: (1) the farmers received KKP-E credit scheme, (2) the land ownership
was >1.0 ha, and the number of samples were determined using quota sampling for 30 farmers. Structured
questioners were used to collect data on production and income of the farmers, which were also supported
by secondary data. Description statistics such as means, standard deviation, minimum, and maximum values
were used for data analyses. Benefit and cost analysis were used to calculate the profits, while the multiple
linear regression analysis is used to identify the factors that affect the profit per hectare. The results showed
that favorable circumstances with the average profit per hectare were Rp12,400,000.00. The variables: land
DUHD \LHOG IDUPHUV¶ DJH DQG HGXFDWLRQ WKH FRVW RI IHUWLOL]HU DQG ODERU SHU KHFWDUH DIIHFWHG VLJQLILFDQWO\
(p<0.01) to the farmers profit. This study showed that farmers who have access to KKP-E credit scheme for
loan capital in the form of farm production facilities could increase production and had impact on profit.

Keywords: Sugarcane, advantage, sugarcane farmers, credit, factors of production

79
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 7(2), Oktober 2015:79í89

PENDAHULUAN fluktuasi areal dan produktivitasnya secara


otomatis berpengaruh terhadap kinerja pro-

G ula merupakan komoditas strategis dalam


perekonomian Indonesia. Dengan luas
areal tebu yang tidak kurang dari 400.000 ha,
duksi, sehingga keberhasilan peningkatan pro-
duktivitas tebu rakyat dengan sendirinya men-
jadi sangat penting. PG Semboro di Kabupa-
industri gula nasional pada saat ini merupakan ten Jember dalam memproduksi gula melaku-
salah satu sumber pendapatan bagi sekitar kan kemitraan dengan petani tebu rakyat dan
195,5 ribu RTUT (rumah tangga usaha tani) kemitraan tersebut bertujuan untuk mencipta-
(Badan Pusat Statistik 2011). Konsumsi gula kan keuntungan bersama dan terciptanya ke-
per tahun tidak kurang dari 3 juta ton. Pro- sinambungan produksi gula.
duksi dalam negeri selama beberapa kurun Kasus harga gula yang rendah merupa-
waktu cenderung mengalami penurunan se- kan resultante dari banyak faktor, yaitu mu-
hingga mengakibatkan Indonesia masih harus rahnya gula kristal rafinasi (GKR) dibanding-
mengimpor tidak kurang dari 2,2 juta ton gula kan gula kristal putih (GKP), berfluktuasinya
(Kementerian Pertanian 2012). produksi, menurunnya luas areal, turunnya
Luas areal pertanaman tebu sebagian produktivitas tebu per hektar, dan rendahnya
besar (63%) berada di Pulau Jawa. Dari luas- tingkat rendemen (Surono 2011). Hal ini akan
an tersebut, sekitar 40% diusahakan di lahan berdampak serius terhadap animo petani un-
sawah dan 60% di lahan tegalan (Pusat Data tuk menanam tebu. Dalam segi bisnis petani
dan Sistem Informasi Pertanian 2011). Namun betul-betul mempertimbangkan tentang biaya
sejak akhir 1980-an tanaman tebu semakin dan pendapatan, antara rugi dan laba dalam
tersingkir dari lahan sawah berpengairan tek- menggunakan tenaga dan modal untuk usaha
nis karena kalah bersaing dengan tanaman taninya.
lain, khususnya padi. Dampaknya, pertanam- Rendahnya harga gula pada dasarnya
an tebu di Jawa saat ini sebagian besar ber- bukanlah satu-satunya faktor yang mempe-
ada pada lahan sawah tadah hujan dan lahan ngaruhi tingkat pendapatan dan keuntungan
tegalan, sementara di luar Jawa seluruhnya petani. Faktor-faktor dalam pabrik dan kuali-
diusahakan di lahan tegalan. Dengan demiki- tas pasokan tebu (mutu tebu) petani yang sa-
an strategi untuk mengembangkan tebu harus ngat heterogen, pola penetapan rendemen
difokuskan pada peningkatan produktivitas. memungkinkan petani untuk membandingkan
Pada level petani, produktivitas tebu rata-rata tingkat rendemen antara satu pabrik dengan
sekitar 70 ton/ha, (idealnya lebih dari 100 pabrik lainnya yaitu dengan kebebasan petani
ton/ha) (Badan Litbang Pertanian 2007). tebu memilih pabrik gula yang paling sehat
Tebu (Saccharum officinarum L.) meru- (Sutrisno 2009).
pakan tanaman musiman dari salah satu ko- Sebagian besar petani Indonesia masih
moditas tanaman yang dikembangkan dalam sangat lemah dalam mengakses sumber-sum-
kawasan perkebunan rakyat dan menghasil- ber permodalan formal. Lemahnya kepemilik-
kan produk akhir gula dan tetes yang mempu- an modal disebabkan oleh kecilnya skala usa-
nyai peran strategis dalam perekonomian. ha sehingga tidak mempunyai kemampuan
Di Kabupaten Jember terdapat salah sa- untuk melakukan akumulasi modal. Sementa-
tu perusahaan yang mengolah tebu menjadi ra itu, lemahnya akses petani kecil terhadap
gula pasir dalam skala yang besar untuk me- sumber-sumber permodalan formal disebab-
menuhi permintaan gula di pasaran yaitu Pa- kan oleh prosedur yang tidak sederhana dan
brik Gula Semboro yang berdiri di bawah na- persyaratan kolateral yang harus dipenuhi
ungan PT Perkebunan Nusantara XI. Pola pro- oleh petani (Sayaka & Rivai 2011). Sementara
duksinya melibatkan petani tebu rakyat selaku itu, di kalangan petani kecil terdapat sumber-
pemasok bahan baku pabrik gula, menjadikan sumber permodalan non-formal yang lebih

80
EK Lestari et al.: Keuntungan petani tebu rakyat melalui kemitraan di Kabupaten Jember

mudah diakses karena prosedurnya sangat se- Bantuan yang diberikan berupa pinjaman trak-
derhana dan persyaratannya mudah dipenuhi tor, pengadaan bibit, bantuan biaya garap,
oleh petani karena hanya mengandalkan ke- bantuan biaya tebang angkut, serta pengada-
percayaan, walaupun tingkat bunganya sangat an pupuk. Sehingga dengan adanya kemitraan
tinggi namun petani kecil merasa nyaman de- yang diikuti oleh petani tebu rakyat khususnya
ngan memanfaatkan sumber-sumber modal petani pengguna kredit dengan Pabrik Gula
non-formal. Semboro ini diharapkan dapat memberikan
Melihat permasalahan yang dihadapi pe- keuntungan yang lebih bagi petani tebu, se-
tani dalam permodalan tersebut, maka peme- hingga taraf hidup petani tebu menjadi lebih
rintah berusaha membantu dalam berbagai baik.
skim pembiayaan untuk membantu meringan- Pabrik gula semakin intensif menjalan-
kan beban petani karena pembiayaannya le- kan kemitraan dengan petani tebu rakyat se-
bih mudah diakses oleh petani kecil. Kebijakan jak pemerintah mengeluarkan Instruksi Presi-
ini diharapkan dapat memberikan dampak po- den Nomor 9 Tahun 1975 sebagai salah satu
sitif bagi perkembangan usaha tani tebu. kebijakan baru dalam industri gula, yang ber-
tujuan untuk mengoptimalkan sinergi dan pe-
ran tebu rakyat, perusahaan perkebunan dan
Produksi Tebu Rakyat dengan Pola koperasi dalam pengembangan industri gula.
Kemitraan Pabrik Gula Semboro melakukan hubungan
Inefisiensi pada skala tebu rakyat ber- kemitraan dengan petani tebu melalui pro-
pangkal pada persoalan keprasan yang ber- gram tebu rakyat kredit (TRK) kemitraan, de-
ulang-ulang sampai belasan kali karena insen- ngan beberapa program jenis kredit untuk
tif pendanaan cukup pelik untuk dapat dicerna pembiayaan bagi petani tebu, dana berasal
petani tebu (Suhasnan 2012). Sebagai impli- dari pembiayaan pemerintah yaitu Kredit Ke-
kasinya, untuk meningkatkan efisiensi usaha tahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Program
tani tebu perlu adanya intervensi pemerintah Kementerian Dana Akselerasi berupa bantuan
berupa dukungan bibit unggul, teknik budi da- biaya bongkar ratoon dan rawat ratoon, dan
ya, dan permodalan untuk melakukan bongkar Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL).
ratoon (Susilowati & Tinaprilla 2012). Feno- Hubungan kemitraan ini memiliki arti
mena penurunan produksi dan produktivitas penting untuk petani tebu sebab melalui pro-
sekaligus penurunan penerimaan ekonomis gram kredit ini petani tebu akan diberikan
usaha tani telah banyak petani tebu mengkon- kemudahan akses kredit dan sarana produksi
versi menjadi usaha tani lain atau dengan sebagai upaya untuk peningkatan pendapatan
pola tanam lain yang lebih menguntungkan petani tebu melalui produktivitas usaha tani
yaitu terlihat dari basis usaha tani tebu sema- tebu yang selama ini menjadi kendala petani
kin tergeser oleh komoditas lainnya yang kecil dalam memperoleh modal usaha tani te-
menghasilkan pendapatan tinggi, seperti padi, bunya. Mengingat pihak perbankan tidak ter-
palawija, dan hortikultura yang menghasilkan tarik untuk membiayai sektor pertanian yang
pendapatan ekonomi tinggi berlipat (Suhasnan dipandang berisiko tinggi, baik karena gang-
2012). guan alam seperti banjir, kekeringan, serang-
Pola kemitraan inti-plasma selain untuk an hama dan penyakit tanaman, maupun fluk-
memenuhi kebutuhan bahan baku tebu di pa- tuasi harga output. Jika lahan usaha tani yang
brik gula juga diharapkan menunjang pemba- dijadikan agunan untuk mendapatkan kredit
ngunan di sektor pertanian dan dapat mening- modal dan perbankan, maka hampir dapat
katkan pendapatan serta kesejahteraan petani dipastikan bahwa sebagian besar petani tidak
tebu di Kabupaten Jember di unit kerja Pabrik layak mendapatkan modal yang bersumber
Gula Semboro, pabrik gula bertindak sebagai dari lembaga keuangan formal. Hal ini karena
inti dan petani tebu rakyat sebagai plasma. petani pemilik-penggarap umumnya tidak

81
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 7(2), Oktober 2015:79í89

mempunyai sertifikat tanah, apalagi jika mere- Menurut Wibowo (2013) melalui peneli-
ka adalah penggarap lahan petani lain. Umum- tiannya petani tebu rakyat kredit (TRK) adalah
nya hanya petani yang lahannya luas yang le- petani tebu yang bermitra dengan pabrik gula
bih mudah mendapatkan modal dari sumber- mencakup pemberian modal usaha dan sara-
sumber keuangan formal karena mempunyai na produksi, pendampingan dan pengawasan
agunan dalam bentuk bukan hanya lahan pada teknis budi daya, pengolahan hasil dan
(Sayaka & Rivai 2011). bagi hasil memperoleh keuntungan yang lebih
Penelitian ini membatasi ruang lingkup besar dibanding petani tebu rakyat mandiri
pembahasan pada salah satu program kredit (TRM). Dimana ada perbedaan besar kecilnya
yaitu Program Kredit Ketahanan Pangan dan biaya produksi petani tebu rakyat kredit (TRK)
Energi (KKP-E) tebu rakyat kemitraan bertuju- dan tebu rakyat mandiri (TRM) selama proses
an untuk memberikan kredit terhadap petani usaha tani tebu meliputi biaya sewa lahan,
tebu yang digunakan untuk pengelolaan ta- biaya pengadaan bibit, biaya pupuk, dan biaya
naman tebu dengan penyediaan sarana beru- tenaga kerja bisa mempengaruhi pendapatan
pa: biaya garap, pestisida, tebang angkut, pu- petani.
puk, dan cost of living (COL). Dengan bunga Penelitian yang dilakukan oleh Sayaka &
kredit yang relatif rendah sebesar 7% untuk Rivai (2011) bahwa petani umumnya sudah
peserta dan subsidi bunga 5% (Direktorat bankable tetapi belum feasible sebagai debitur
Pembiayaan Pertanian 2011), pemberian kre- KKP-E dan perlu ditinjau ulang, karena umum-
dit ini bertujuan untuk membantu petani da- nya keuntungan petani relatif kecil dan tidak
lam hal permodalan dalam melakukan usaha memiliki agunan yang memadai. Menurut Kur-
tani tebu, sehingga upaya penyediaan input- niawan et al. (2009) petani juga mengeluhkan
input produksi dapat terpenuhi dan ini akan dana Kredit Ketahanan Pangan yang diturun-
memberikan peluang terhadap petani tebu kan secara bertahap sering kali tidak tepat
untuk bisa meningkatkan produksi tebunya. jumlah dan tidak tepat waktu, sebab ada wak-
tu jeda antara waktu kebutuhan dan waktu
Faktor yang Mempengaruhi Keun- pencairan ke petani. Sehingga di saat petani
tungan Tebu Rakyat memerlukan dana untuk membeli sarana pro-
Masuku (2011) meneliti faktor-faktor pe- duksi pertanian dana belum tersedia dan baru
nentu keuntungan bagi petani tebu di Swa- tersedia pada saat sudah tidak memerlukan,
ziland yang mempengaruhi kinerja petani kecil menurut keterangan petani hal inilah yang
di industri, menemukan bahwa profitabilitas menyebabkan adanya aliran dana menyam-
petani tebu dipengaruhi oleh produksi per ha, ping dari dana KKP untuk kebutuhan konsumsi
pengalaman petani, rendemen tebu, perubah- keluarga.
an kuota produksi petani, dan jarak antara
pertanian dan pabrik, untuk itu petani perlu
dilatih dan dimotivasi agar berorientasi komer- BAHAN DAN METODE
sial sehingga berkembang dalam rangka me-
ningkatkan hasil panen mereka. Demikian pu- Desain Penelitian
la, Kamruzzaman & Hasanuzzaman (2007) Penelitian ini menggunakan desain pe-
mempelajari faktor-faktor yang mempenga- nelitian deskriptif. Tujuan utama dari peneli-
ruhi profitabilitas produksi tebu di Bangladesh. tian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa biaya faktor yang mempengaruhi keuntungan petani
tenaga kerja keluarga, biaya urea, frekuensi tebu rakyat, khususnya petani tebu rakyat
pupuk, biaya seedcane merupakan faktor pen- yang melakukan kemitraan dengan pabrik gu-
ting dalam mempengaruhi profitabilitas pro- la yaitu dengan kontrak kredit (TRK). Salah
duksi tebu. satunya Kredit Ketahanan Pangan dan Energi
(KKP-E) adalah suatu investasi dan/atau mo-

82
EK Lestari et al.: Keuntungan petani tebu rakyat melalui kemitraan di Kabupaten Jember

dal kerja yang diberikan dalam rangka men- Model Ekonometrik


dukung pelaksanaan Program Ketahanan Pa- Model ekonometrik untuk keuntungan
ngan dan Program Pengembangan Tanaman per hektar produksi tebu adalah:
Bahan Baku Bahan Bakar Nabati.
Y = f (X1, X2, X3,........,Xn) (1)
Prosedur Sampling dan Pengumpulan Oleh karena itu, untuk penelitian ini model re-
Data gresi berganda digunakan karena cocok de-
Pemilihan lokasi pabrik gula ditentukan ngan jenis variabel yang mempengaruhi ke-
di Pabrik Gula Semboro, Jember karena meru- untungan. Adapun fungsinya sebagai berikut:
pakan PG terbesar kedua dalam naungan Y = Ã1X1 Ã2X2 Ã3X3 Ã4X4 Ã5X5 Ã6X6 Ã7X7+Ã8X8 Ã9X9 0 (2)
PTPN XI, memiliki ISO dan memiliki produk
dimana:
unggulan gula premium di PTPN XI. Pengam- Y = Keuntungan petani TRK (Rp/ha)
bilan sampel ditentukan secara purposive pa- X1 = Luas lahan (ha)
da petani tebu rakyat, dengan kriteria (1) pe- X2 = rendemen (%)
nerima Kredit Ketahanan Pangan dan Energi X3 = umur (tahun)
(KKP-E) pada unit kerja Pabrik Gula Semboro X4 = pengalaman dalam berusaha tani tebu
(tahun)
Kabupaten Jember; (2) luasan lahan >1,0 ha
X5 = pendidikan (tahun)
dan jumlah sampel ditentukan dengan quota X6 = jumlah ratoon (tahun)
sampling sebanyak 30 orang. X7 = jarak dari kebun ke pabrik gula (Rp)
Prosedur pengambilan data dilakukan X8 = biaya pupuk (Rp/ha)
dengan dua cara, yakni data primer dan data X9 = biaya tenaga kerja (Rp/ha)
sekunder. Data primer dikumpulkan dari sum-
ber data yang diperoleh melalui observasi dan Penjelasan Variabel
wawancara dengan cara memberikan kuesio- Keuntungan petani TRK (Y) adalah vari-
ner pada petani tebu rakyat kredit (TRK) yaitu abel dependen dan diukur dengan keuntung-
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang an tebu per hektar (Rp). Diasumsikan bahwa
disusun secara tertulis dan sistematis, dan da- produksi tebu ditentukan oleh semua variabel
ta yang dikumpulkan adalah data selama satu penjelas yang dimasukkan dalam model.
musim tanam yaitu tahun 2013/2014. Sedang- Luas lahan (X1) adalah ukuran lahan
kan data sekunder data yang dikumpulkan yang memiliki efek pada produksi tebu petani,
dari laporan pabrik gula serta penelusuran artinya semakin meningkatnya luas lahan tebu
studi pustaka yang terkait dengan judul. maka produktivitas tebu per hektar akan me-
ngalami kenaikan. Hubungan positif diharap-
Analisis Data kan antara luas lahan dengan keuntungan per
Penelitian ini menggunakan statistik des- hektar.
kriptif dan dengan STATA.12 untuk meng- Rendemen (X2): adalah kadar kandung-
analisis data. Statistik deskriptif meliputi rata- an gula di dalam batang tebu yang dinyatakan
rata, standar deviasi, nilai minimum, dan mak- dalam persen. Rendemen tebu sangat ditentu-
simum, sedangkan fungsi regresi linier ber- kan oleh varietas tebu, tingkat kemasakan
ganda digunakan untuk menganalisis faktor- tebu (umur tanaman tebu), dan kualitas ba-
faktor penentu keuntungan produksi tebu. han baku sejak di kebun sampai digiling (Mar-
Analisis biaya dan pendapatan (cost and be- jayanti 2006). Hubungan positif diharapkan
nefit analysis) digunakan untuk menghitung antara rendemen dengan keuntungan.
tingkat keuntungan petani tebu rakyat kredit Usia (X3): pengalaman datang dengan
(TRK). Keuntungan per hektar produksi tebu usia dan oleh karena itu diharapkan hubungan
dihitung dengan mengurangi penerimaan bru- positif antara usia dan keuntungan.
to dengan total biaya produksi tebu.

83
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 7(2), Oktober 2015:79í89

Pengalaman berusaha tani tebu (X4): pupuk. Hubungan negatif diharapkan antara
jumlah tahun petani terlibat dalam usaha tani biaya pupuk per hektar dengan keuntungan.
tebu adalah proxy kemampuan petani dalam Biaya tenaga kerja per hektar (X9): te-
berusaha tani. naga kerja yang dibutuhkan untuk usaha tani
Pendidikan (X5): tingkat pendidikan yang tebu, meliputi tenaga kerja tanam dan tenaga
tinggi akan memberikan pengetahuan pada kerja untuk pemeliharaan. Biaya ini dapat
petani baik itu untuk cara berusaha tani, dan meningkatkan pengeluaran petani tebu dan
diharapkan hubungan positif antara pen- akan berdampak buruk jika tidak ada pengen-
didikan dan keuntungan. dalian untuk meminimalkan dan dapat me-
Jumlah ratoon (X6): tebu tumbuh dari rugikan petani. Hubungan negatif diperkirakan
ratoon setelah panen pertama dan ini akan antara biaya tenaga kerja per hektar dengan
berkesinambungan dari tahun ke tahun dan keuntungan.
tebu tidak mengharuskan ditanami kembali.
Jumlah dari ratoon berefek pada tanaman
tebu yang tidak bisa tumbuh lebih baik seperti HASIL DAN PEMBAHASAN
ketika melakukan bongkar ratoon (bibit baru)
dan ini berdampak terhadap hasil produksi Statistik Deskriptif Petani Tebu Rak-
tebu. Hubungan negatif adalah diharapkan yat Kredit (TRK)
antara jumlah ratoon dan keuntungan. Tabel 1 menyajikan statistik deskriptif
Jarak lokasi kebun tebu ke pabrik gula untuk petani tebu rakyat kredit (TRK) di da-
(X7): biaya transportasi tebu dari zona pemu- erah penelitian. Hasil penelitian ini menun-
atan petani ke pabrik adalah dikenakan pada jukkan bahwa rata-rata luas lahan tebu yang
per ton per kilometer dasar. Oleh karena itu, digarap adalah 8,62 ha dengan ukuran mini-
biaya transportasi akan berbeda ketika meng- mum dan maksimum yaitu 0,17 ha dan 60 ha
gunakan transportasi yang berbeda yaitu de- dimana kepemilikan untuk lahan sewa lebih
ngan truk atau lori. Sebagai hasil dari perbe- banyak sebesar 92,48% dibandingkan lahan
daan jarak, petani yang lebih jauh dari pabrik milik sendiri sebesar 7,15%.
mungkin akan mengalami transportasi yang Dengan rata-rata rendemen sebesar
tinggi biaya bahkan jika mereka mengguna- 7,15 yaitu tingkat rendemen minimum sebesar
kan transportasi yang sama. Oleh karena itu, 6,4% dan tingkat rendemen maksimum sebe-
hubungan negatif diharapkan antara jarak dan sar 8% dengan jumlah ratoon/keprasan yang
kinerja petani. dilakukan berkisar antara 1 tahun hingga 6 ta-
Biaya pupuk per hektar (X8): pupuk di- hun dan sebagian besar tanaman tebu yang
butuhkan untuk tanaman tebu yang baik dan diusahakan adalah tanaman ratoon lebih dari
untuk itu upaya petani untuk meningkatkan dua keprasan. Petani tebu rakyat kredit meng-
komponen biaya produksi yang terkait dengan habiskan rata-rata biaya transportasi sebagai

Tabel. 1. Analisis deskriptif statistik petani tebu wilayah Kabupaten Jember pada unit kerja Pabrik Gula
Semboro
Variabel Rata-rata Standar deviasi Nilai minimum Nilai maksimum
Luas lahan (ha) 8,62 14,97 0,17 60
Rendemen (%) 7,15 0,40 6,4 8
Umur (tahun) 35,33 8,44 22 49
Pengalaman berusaha tani (tahun) 4 2,39 1 10
Pendidikan (tahun) 8,70 3,49 5 16
Jumlah ratoon (tahun) 2,70 1,14 1 6
Jarak kebun ke pabrik gula (Rp) 1 298 367 617 494,20 100 000 2 750 000
Biaya pupuk (Rp/ha) 3 722 460 3 803 321 413 000 1,76 e+07
Biaya tenaga kerja (Rp/ha) 5 375 717 3 406 875 844 000 1,69 e+07
Sumber: Data primer, diolah 2014

84
EK Lestari et al.: Keuntungan petani tebu rakyat melalui kemitraan di Kabupaten Jember

Tabel 2. Keuntungan petani tebu rakyat kredit (TRK)


Variabel Mean Minimum Maximum SD
Total penerimaan 41 500 000 5 605 650 84 500 000 16 300 000
Total biaya 29 100 000 7 351 297 50 400 000 8 472 345
Profit/ha 12 400 000 (1 745 647) 34 100 000 8 909 673
Keterangan: Estimasi dalam kurung bernilai negatif

ukuran jarak kebun ke pabrik gula sebesar lami kerugian sebagai akibat adanya bunga
Rp1.298.367,00 dengan biaya transportasi mini- kredit yang harus dibayarkan untuk kredit/
mum sekali angkut dalam sehari Rp100.000,00 pinjaman yang harus dilunasi dalam satu kali
dan maksimumnya sebesar Rp2.750.000,00. musim tanam (satu musim produksi tebu).
Hasil lanjut mengungkapkan bahwa pe- Keuntungan per hektar menunjukkan rata-
tani tebu rakyat kredit (TRK) memiliki rata-ra- rata positif, hal ini menunjukkan bahwa usaha
ta 4 tahun dalam pengalamannya berusaha tani tebu yang dilakukan oleh petani tebu
tani/memproduksi tebu. Umur petani tebu rakyat kredit layak untuk diusahakan dan
rakyat kredit (TRK) berkisar antara 22 tahun menguntungkan dalam penelitian ini. Pemba-
hingga 49 tahun dengan tingkat pendidikan yaran kredit (pinjaman) beserta bunga kredit-
minimum 5 tahun dan maksimum 16 tahun, nya oleh petani tebu biasanya dipotongkan
dan mereka memiliki sertifikat dan ijazah pen- dari penerimaan gula yang diterima petani, ini
didikan. bertujuan untuk bisa memberikan kelancaran
dalam pembayaran kredit/pinjaman sehingga
Keuntungan Petani Tebu Rakyat Kre- pemberian kredit pada petani tebu akan ber-
dit (TRK) lanjut dan berimplikasi pada kelancaran pro-
Analisis keuntungan petani tebu rakyat ses produksi tebu utamanya untuk pengadaan
kredit (TRK) dengan KKP-E disajikan pada Ta- input-input produksinya.
bel 2. Total penerimaan dari pejualan tanam-
an tebu terdiri atas penerimaan gula (90% Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
dalam bentuk uang tunai dan 10% dalam Keuntungan Petani Tebu Rakyat Kre-
bentuk gula) dan penerimaan tetes (100% dit (TRK)
dalam bentuk uang tunai) dan juga jumlah Estimasi variabel dari model fungsi re-
kredit yang diterima petani dari KKP-E. gresi linier berganda diperoleh dengan meng-
Adapun rata-rata total penerimaannya diper- gunakan alat statistik STATA.12. Hasil analisis
kirakan Rp41.500.000,00 dengan perkiraan regresi linier berganda dalam penelitian ini
maksimum Rp84.500.000,00 dan minimum disajikan dalam Tabel 3. Beberapa variabel-
Rp5.605.650,00. Begitu juga dengan total bi- variabel yang signifikan dalam menentukan
ayanya terdiri atas biaya sewa, biaya pupuk, keuntungan petani tebu rakyat kredit adalah
biaya tenaga kerja, dan juga bunga kredit. luas lahan, rendemen, umur, pengalaman da-
Biaya bibit tidak ada karena pada saat peneli- lam berusaha tani tebu, pendidikan, biaya pu-
tian dilakukan, kondisi tebu adalah tanaman puk per hektar, dan biaya tenaga kerja per
keprasan (ratoon). Total biaya pada umumnya hektar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tidak lebih besar dari total penerimaan dan luas lahan memiliki hubungan negatif tetapi
menunjukkan tanda positif adanya keuntung- signifikan (p<0,01) terhadap keuntungan pe-
an produksi tebu rakyat kredit. tani tebu per hektar. Hal ini menunjukkan
Dari hasil penelitian pada petani tebu bahwa peningkatan ukuran luas lahan per
rakyat kredit (KKP-E) di wilayah kerja Pabrik hektar dalam menanam tebu menyebabkan
Gula Semboro yang ditunjukkan dalam Tabel penurunan keuntungan per hektar yang ditun-
2 bahwa perkiraan keuntungan adalah positif jukkan hasil estimasi sebesar Rp512.200,50
meskipun beberapa petani tebu kredit menga- dan hasil ini tidak diharapkan. Hasil ini mirip

85
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 7(2), Oktober 2015:79í89

Tabel 3. Faktor yang mempengaruhi keuntungan benar, antara lain tingkat kebersihan tebu dan
petani tebu rakyat kredit (TRK) kemasakan tebu. Mutu tebu yang baik dengan
Variabel Koefisiens t-statistik standar MBS (manis, bersih, segar) adalah;
Cosntant -8,20 e+07 -5,11
Luas lahan (ha) -512 200,5* -4,58 manis: tebu pada saat ditebang pada tingkat
Rendemen (%) 1,07 e+ 07* 4,67 kemasakan optimal yaitu selisih brik atas dan
Umur (tahun) 2 444 617,5** 2,07
Pengalaman berusaha 549 709,2 1,07
EDZDK ”1%; bersih: tebu tidak mengandung
tani (tahun) kotoran berupa pucuk, bung (sogolan), kela-
Pendidikan (tahun) -771 661,7** -2,60
Jumlah ratoon (tahun) 196 059,9 0,22
ras, tanah, dan kotoran lain; segar: tebu saat
Jarak kebun ke pabrik -1,522087 -0,90 ditebang dari kebun sampai dengan digiling
gula (Rp) tidak lebih dari 36 jam. Koefisien untuk ren-
Biaya pupuk (Rp/ha) 4 781 248*** 1,80
Biaya tenaga kerja 3,30754* 6,26 demen adalah 1,07e+07 dan signifikan pada
(Rp/ha) (p<0,01) dan memiliki hubungan positif de-
R-Squared = 0,884; Adj R-Squared = 0,8382; F-Statistic = 17,69
Keterangan: * = signifikan 0,01, **=signifikan 0,05,
ngan keuntungan per hektar. Ini berarti bah-
*** = signifikan=0,10 wa peningkatan rendemen tebu sebesar 1%
akan menghasilkan peningkatan keuntungan
dengan penelitian Dlamini et al. (2010) yang Rp10.700.000,00 per hektarnya. Sutrisno
juga menyimpulkan bahwa ukuran luas lahan (2009) dalam penelitiannya menunjukkan ha-
tebu yang meningkat, efisiensi teknis petani sil yang serupa yaitu rendemen berpengaruh
tebu rakyat terjadi penurunan dan menyebab- signifikan terhadap pendapatan petani, yang
kan tanamannya mengalami penurunan dalam ditunjukkan dengan varietas tebu yang digu-
kualitasnya yang mempengaruhi keuntungan. nakan petani sudah sesuai dengan kondisi
Hasil ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa wilayah setempat dan penggunaan varietas
beberapa petani tebu rakyat kredit (TRK) tebu yang berkualitas, serta mampu dalam
menghadapi tantangan dalam manajemen un- tata cara budi daya tebu dan pengelolaan
tuk memproduksi tanaman tebu dengan luas yang tepat untuk mendapatkan tingkat kema-
lahan yang besar dikarenakan sebagian besar sakan tebu yang optimal dengan harapan
merupakan petani tebu dengan luas lahan mendapatkan rendemen yang tinggi pada saat
yang kecil sehingga terbiasa dengan lahan panen tebu. Faktanya pemberian kredit pada
yang kecil. Hal ini berhubungan dengan peng- petani tebu rakyat melalui program KKP-E,
adaan input untuk lahan yang besar akan memberikan gambaran bahwa pola kemitraan
menjadi tantangan dalam penyediaan modal antara petani tebu dan pabrik gula berkaitan
mengingat petani tebu rakyat kredit memiliki dengan kepastian jadwal tebang dan penggi-
keterbatasan modal dalam pengadaan input lingan tebu untuk petani dan kepastian bahan
untuk memproduksi tebu dan memiliki kecen- baku untuk pabrik gula.
derungan untuk menerapkan jumlah input Umur petani tebu memiliki koefisien
produksi yang lebih sedikit per hektarnya, dan 2.444.617,5 dan signifikan pada (p<0,05).
jelas ini akan menurunkan kualitas dari tebu Hubungan positif antara umur petani dengan
yang ditanam. Begitu juga dengan status ke- keuntungan per hektar yaitu ketika umur
pemilikan lahan, sebagian besar lahan tebu bertambah satu tahun akan berpengaruh
adalah lahan sewa, sehingga semakin luas meningkatkan keuntungan per hektar sebesar
lahan yang disewa maka akan menambah Rp2.444.617,50. Namun tidak untuk penga-
biaya sewa per hektar yang relatif cukup ma- laman dalam berusahatani berhubungan posi-
hal dan ini akan mengurangi keuntungan per tif tetapi tidak berpengaruh signifikan. Fakta-
hektar produksi tebu. nya menunjukkan bahwa umur petani memi-
Rendemen tebu adalah kadar kandung- liki pengaruh signifikan terhadap keuntungan
an gula di dalam batang tebu yang dinyatakan per hektar disebabkan sebagian besar umur
dalam persen, yaitu peningkatan rendemen petani tebu pada umur yang produktif di unit
bersumber dari teknik budi daya tebu yang

86
EK Lestari et al.: Keuntungan petani tebu rakyat melalui kemitraan di Kabupaten Jember

kerja Pabrik Gula Semboro, bisa diartikan se- satu usaha peningkatan kesuburan tanah di-
makin umur petani tebu pada umur yang pro- dasarkan pada kebutuhan optimum yaitu de-
duktif akan meningkatkan keuntungan per ngan pelaksanaan pemupukan yang efisien
hektarnya namun tidak ditentukan dari sebe- baik itu untuk waktu pemberian pupuk mau-
rapa lama petani terlibat dalam usaha tani te- pun cara pemberian pupuk, untuk itu kombi-
bu dan pengalamannya hanya sebatas bertani nasi dan jumlah pupuk berkaitan erat dengan
sehingga pengalaman menjadi tidak berpenga- tingkat produktivitas dan rendemen. Sehingga
ruh dalam memperoleh keuntungan. Berbeda peningkatan biaya pupuk akan berdampak
dengan penelitian yang dilakukan oleh Yanu- pada kualitas tebu sehingga bisa meningkat-
tya (2013) bahwa umur memiliki hubungan kan keuntungan per hektar produksi tebu. Pe-
positif tetapi tidak berpengaruh signifikan ter- nelitian yang dilakukan Susilowati & Tinaprilla
hadap pendapatan petani dikarenakan petani (2012) menyatakan hasil penelitian yang sa-
tebu di daerah penelitiannya dikatakan masih ma bahwa pupuk memiliki pengaruh positif,
baru, sehingga belum memiliki keahlian mau- dengan kata lain penggunaan pupuk ZA, pu-
pun kemampuan dalam berusaha tani tebu. puk kandang, dan pupuk cair lainnya perlu
Variabel pendidikan dalam penelitian ini ber- ditingkatkan untuk meningkatkan produksi
pengaruh dengan signifikan (p<0,05) namun tebu. Begitu juga untuk biaya tenaga kerja
memiliki hubungan negatif dengan keuntung- per hektar memiliki koefisien 3,30754 dan
an per hektar. Nilai koefisien -771.661,7 ber- signifikan (p<0,01), hubungan positif antara
arti bahwa pendidikan yang bertambah satu biaya tenaga kerja per hektar dan keuntungan
tahun akan berpengaruh mengurangi keun- per hektar berarti peningkatan biaya tenaga
tungan per hektar sebesar Rp771.661,7 jika kerja per hektar akan meningkatkan keun-
tidak disertai dengan tambahan pendidikan tungan per hektar. Artinya peningkatan biaya
melalui pelatihan. Perlu keahlian dan keteram- tenaga kerja pada musim panen tebu dimak-
pilan dalam berusaha tani tebu (tata cara budi sudkan untuk mendapatkan jumlah tenaga
daya tebu dan pengelolaannya) dan diper- kerja yang cukup untuk menjaga kualitas tebu
olehnya melalui bimbingan pelatihan oleh pa- tetap segar, mengingat jumlah tenaga kerja
brik gula terhadap petani tebu mitranya dan yang terbatas, menyebabkan pembayaran
bukan hanya tingkat pendidikan formal yang upah menjadi lebih tinggi karena adanya ke-
diikuti oleh petani tebu. Sehingga meskipun butuhan tenaga kerja yang bersamaan de-
tingkat pendidikannya tinggi belum tentu ngan petani tebu lainnya. Berbeda dengan pe-
menjamin peningkatan keuntungan per hek- nelitian Yanutya (2013) bahwa biaya tenaga
tar. kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap
Biaya pupuk per hektar pada penelitian pendapatan petani, jika lahannya jumlahnya
ini menunjukkan hubungan positif terhadap tetap akan tetapi tenaga kerjanya ditambah
keuntungan per hektar dan signifikan (p akan terjadi kelebihan tenaga kerja yang dii-
<0,10) yang artinya bahwa peningkatan biaya kuti bertambahnya biaya, jadi memang tergan-
pupuk untuk pembelian pupuk akan mening- tung pada pengelolaan dari petani tebu itu
katkan keuntungan per hektar, faktanya da- sendiri dalam menggunakan tenaga kerja.
lam penelitian ini bahwa tanaman tebu yang Variabel jumlah ratoon secara statistik
diusahakan dengan keprasan (rawat ratoon) tidak signifikan, hal ini menjelaskan bahwa
akan memerlukan unsur pemeliharaan tanam- jumlah ratoon tidak mempengaruhi keuntung-
an tebu, salah satunya dengan pemberian an per hektar. Fakta dalam penelitian ini se-
pupuk sehingga dapat meningkatkan produksi bagian besar petani menanam tebu dengan
tebu per hektar yang selanjutnya bisa me- menggunakan ratoon/keprasan (rawat ra-
ningkatkan keuntungan per hektar. Pemupuk- toon), karena keterbatasan modal yang dimi-
an merupakan teknik budi daya sebagai salah liki petani tebu dalam melakukan penanaman

87
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 7(2), Oktober 2015:79í89

bibit baru (bongkar ratoon) dan lebih memilih Jember dan Dinas Perkebunan dan Kehutanan
melakukan pemeliharaan terhadap tanaman Kabupaten Jember serta petani tebu (khusus-
tebunya. Begitu juga dengan variabel jarak nya petani tebu kredit) selaku responden yang
kebun ke pabrik gula (yang di-proxy dengan telah membantu peneliti dalam memberikan
biaya transportasi) tidak berpengaruh secara data-datanya.
signifikan terhadap keuntungan per hektar
walaupun memiliki hubungan negatif, dan ini
tidak sesuai dengan harapan penelitian. Da- DAFTAR PUSTAKA
lam penelitian ini tanaman tebu yang ditebang
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
tidak terlalu jauh dari jalan besar bahkan bisa
2007, Prospek dan arah pengembangan agri-
dikatakan dekat sehingga sedikit sekali petani bisnis tebu, Edisi Kedua, Departemen Perta-
harus melakukan angkut ke jalan besar, se- nian, hlm. 1±20.
hingga tidak memakan waktu yang lama dan Badan Pusat Statistik 2011, Pendataan usaha tani
tidak mempengaruhi biayanya. 2009, (PUT09), Badan Pusat Statistik, 13 hlm.
Direktorat Pembiayaan Pertanian 2011, Pedoman
teknis skim Kredit Ketahanan Pangan dan
KESIMPULAN Energi (KKP-E), skim kredit bersubsidi untuk
Adanya skim pembiayaan dari pemerin- petani/peternak, Direktorat Jenderal Prasara-
na dan Sarana Pertanian, Kementerian Perta-
tah bagi petani kecil dapat memberikan akses
nian, Jakarta.
yang lebih mudah untuk petani kecil dalam hal
Dlamini, S, Rugambisa, JI, Masuku, MB & Belete, A
permodalan. Studi ini meneliti tentang keun-
2010, Technical efficiency of the small-scale
tungan petani tebu rakyat kredit dengan pro- sugarcane farmers in Swaziland. A case of
gram Kredit Ketahanan Pangan dan Energi di Vuvulane and Bigbend farmers, African Jour-
unit kerja Pabrik Gula Semboro. Hasil studi ini nal of Agricultural Research, 5(9):935±940.
memberikan gambaran didalamnya bahwa pe- Kamruzzaman, M & Hasanuzzaman, M 2007, Fac-
tani tebu yang mengakses kredit KKP-E untuk tor affecting profitability of sugarcane pro-
pinjaman permodalan dalam usaha tani beru- duction as monoculture and as intercrop in
pa sarana produksinya dapat meningkatkan selected areas of Bangladesh, Bangladesh
Journal of Agricultural Research, 32(3):433±
produksi dan berdampak terhadap keuntung-
444.
an produksi tebu per hektar di daerah pene-
Kementerian Pertanian 2012, Road map swasem-
litian khususnya untuk petani tebu yang ber-
bada gula nasional 2010±2014 (Revisi), Ke-
mitra dengan pabrik gula dengan kredit pem- menterian Pertanian, hlm. 6.
biayaan tebu rakyat. Dapat disimpulkan bah-
Kurniawan, TF, Surono & Misbah, A 2009, Indika-
wa luas lahan, rendemen, umur, pendidikan, tor tingkat keberhasilan program kredit keta-
biaya pupuk, dan biaya tenaga kerja memiliki hanan pangan (KKP) di Kab. Karawang, Kab.
pengaruh yang signifikan terhadap keuntung- Cirebon, dan Kab. Lampung Tengah, diakses
an. pada 14 April 2015 (http://www.ppnsi.org/
jurnal-mainmenu-9/sosial-kemasyarakatan-m
ainmenu-46/45-indikator-tingkat-keberhasilan
-program-kredit-ketahanan-pangan-kkp-di-
UCAPAN TERIMA KASIH kab-karawang-kab-cirebon).
Marjayanti, S 2006, Analisis kemasakan untuk me-
Peneliti mengucapkan terima kasih ke- nentukan saat tebang optimal, P3GI, Pasuru-
pada pihak-pihak yang telah membantu dalam an.
penelitian ini dalam memberikan informasi Masuku, MB 2011, Determinants of sugarcane pro-
serta data-data yang terkait dengan topik pe- fitability: The case of smallholder growers in
nelitian. Untuk itu diucapkan terima kasih ke- Swaziland, Asian Journal of Agricultural Sci-
pada Direksi PTPN XI, Pabrik Gula Semboro, ences, 3(3):210±214.

88
EK Lestari et al.: Keuntungan petani tebu rakyat melalui kemitraan di Kabupaten Jember

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2011, Susilowati, SH & Tinaprilla, N 2012, Analisis efisi-
Statistik pertanian, Kementerian Pertanian, ensi usaha tani tebu di Jawa Timur, Jurnal
Jakarta, hlm. 182. Littri, 18(4):162±172.
Sayaka, B & Rivai, RS 2011, Peningkatan akses Sutrisno, B 2009, Analisis faktor-faktor yang mem-
petani terhadap kredit ketahanan pangan dan pengaruhi tingkat pendapatan petani tebu
energi, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pabrik Gula Mojo Sragen, Jurnal Ekonomi Ma-
Pertanian, hlm. 188±208. najemen Sumber Daya, 10(2):155±164.
Suhasnan, N 2012, Analisis efisiensi penggunaan Wibowo, E 2013, Pola kemitraan petani tebu
faktor-faktor produksi pada produksi gula rakyat kredit (TRK) dam mandiri (TRM) de-
(Studi pada petani tebu PT PG Rajawali II ngan Pabrik Gula Modjopanggong Tulung-
Unit PG Sindanglaut Kabupaten Cirebon), agung, Jurnal Managemen Agribisnis, 13(1):
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 1±12.
hlm. 2. Yanutya, PAT 2013, Analisis pendapatan petani te-
Surono, S 2011, Akankah berhasil swasembada bu di Kecamatan Jepon Kabupaten Blora,
gula tahun 2014 ?, Jurnal Manajemen Usaha- Economic Development Analysis Journal,
wan Indonesia, 40(4):433±450. 2(4):286±296.

89

Anda mungkin juga menyukai