Anda di halaman 1dari 20

IMPLEMENTASI SISTEM RESI GUDANG (SRG) PADA KOMODITI JAGUNG:

STUDI KASUS DI KABUPATEN TUBAN, PROVINSI JAWA TIMUR


The Implementation of Warehouse Receipt System for Corn:
Case Study in Tuban Regency, East Java Province

Nurlia Listiani1, Bagas Haryotejo2


1Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LIPI,
Widya Graha LIPI, Jl Jendral Gatot Subroto Kav.10 Jakarta, iiiliaa@yahoo.com
2Pusat Pengkajian Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Perdagangan, Kementerian Perdagangan-RI,
Jl. M. I. Ridwan Rais No.5 Jakarta Pusat, bags9apr@gmail.com,bagas.haryotejo@kemendag.go.id

Naskah diterima: 25 September 2012


Disetujui diterbitkan: 3 Desember 2013

Abstrak

Studi ini bertujuan mengkaji berbagai faktor yang mempengaruhi petani dalam memanfaatkan
Sistem Resi Gudang dan menganalisis manfaat penerapan SRG di Kabupaten Tuban.
Metode yang digunakan adalah model Decision Matrix Analysis dan Metode Value Tree
Objective. Hasil analisis DMA menunjukkan bahwa faktor utama pemanfaatan SRG adalah
ketersediaan sarana dan prasarana gudang. Manfaat terbesar yang diperoleh petani
adalah keuntungan dari adanya selisih harga jual saat panen dengan paska panen. Namun
demikian, belum semua petani bersedia menggunakan SRG. Oleh karena itu, penerapan
SRG perlu (1) sosialisasi, edukasi, dan succes story agar dapat diikuti oleh para petani; (2)
lembaga seperti koperasi untuk menampung hasil panen; (3) dryer khusus untuk komoditas
jagung.

Kata kunci: Sistem Resi Gudang, Jagung, Decision Matrix Analysis, Value Tree Objective

Abstract

This study aims to examine the various factors influencing the farmers in using the warehouse
receipt system and to analyze the benefits and costs in applying SRG for corn in Tuban,
East Java province. Decision Matrix Analysis model is used to analyze the main factors that
control farmers to use the warehouse receipt system, while Value Tree Objective is used
to analyze the benefit and cost from using the warehouse receipt system. Based on the
DMA model, the main factor influencing the farmers in using the warehouse system is the
availability of facilities and infrastructures that support the warehouse. The biggest benefit
from using warehouse receipt system is a gain coming from the price difference between
sale during harvest time and post harvest. However, there are still many farmers who are
reluctant to use the system. In order to encourage farmers, the implementation of SRG
needs (1) socialization, education, and presenting success story; (2) the establishment of
an institution like cooperative to load the harvest; (3) provision of special drier for corn.

Keywords: Warehouse Receipt System, Corn, Decision Matrix Analysis, Value Tree
Objective.

JEL Classification: Q1, Q14, Q18

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013 193


PENDAHULUAN melalui Undang-undang (UU) No. 9
Petani saat ini masih dihadapkan tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang
pada permasalahan klasik yaitu dalam yang kemudian diamandemen dengan
memperoleh bantuan pembiayaan UU No. 9 tahun 2011. Berdasarkan
bagi kelangsungan usaha taninya dan Permendag No. 26/M-DAG/Per/6/2007
anjloknya harga hasil panen pada saat terdapat delapan komoditas pertanian1
panen raya. Akses untuk memperoleh yang dapat disimpan di gudang.
bantuan permodalan dari perbankan Dari delapan komoditas tersebut,
khususnya masih sangat sulit karena salah satunya adalah jagung. Hal ini
petani seringkali terbentur dengan disebabkan komoditi jagung sebagai
agunan yang menjadi prasyarat dalam sumber karbohidrat utama kedua di
pembiayaan. Indonesia dan semakin meningkatnya
Selain itu, turunnya harga pada kebutuhan akan pangan sehingga
komoditas pertanian terutama saat membuat jagung menjadi komoditi yang
panen raya, telah menjadi masalah dapat diresigudangkan.
laten yang sangat merugikan petani. Salah satu daerah penghasil jagung
Bahkan, fenomena tersebut seringkali yang dominan adalah provinsi Jawa
membuat petani enggan memanen hasil Timur, provinsi yang turut mendongkrak
pertaniannya karena biaya panen lebih kenaikan produksi jagung dalam skala
besar daripada harga jual produknya nasional. Berdasarkan data dari Berita
(Muhi, 2011). Petani sebetulnya dapat Resmi Statistik BPS provinsi Jawa Timur
saja menyiasatinya dengan melakukan (2013), kenaikan produksi jagung di Jawa
tunda jual untuk menghindari kerugian Timur mencapai 6.295.301 ton dengan
akibat rendahnya harga saat panen raya. produktivitas sebesar 3,28 kuintal per
Namun demikian, petani tidak memiliki hektar. Kenaikan produksi di Jawa Timur
posisi tawar yang cukup kuat untuk menyebabkan produksi skala nasional
tidak menjual hasil panennya. Kondisi mengalami peningkatan sebesar
tersebut disebabkan, sebagian besar 13,15%. Kabupaten Tuban merupakan
petani memposisikan hasil panennya salah satu dari lima daerah penghasil
sebagai “cash crop”. Artinya, petani jagung dominan di Jawa Timur.
membutuhkan uang tunai dalam waktu Kementerian Perdagangan yang
cepat untuk memenuhi kebutuhan hidup menginisiasi SRG berharap melalui
dan melakukan usaha tani di musim penerapan SRG stabilitas harga dan
tanam berikutnya atau untuk mencukupi stok komoditas dapat terjaga. Selain
keperluan hidup rumah tangganya itu, petani juga dapat menunda waktu
(Ashari, 2011). penjualan hasil produksi saat panen
Berdasarkan permasalahan terse- raya dan menunggu saat yang tepat
but, pemerintah Indonesia melalui untuk menjual dengan harga yang
Kementerian Perdagangan menciptakan lebih baik. Bahkan, menurut Ashari
salah satu alternatif solusi yaitu Sistem (2011), SRG dapat menjadi salah
Resi Gudang (SRG). SRG telah disahkan satu alternatif sumber pembiayaan
1
Delapan komoditas yang dapat disimpan di gudang adalah gabah, beras, kopi, jagung, karet,
lada, rumput laut, dan kakao.

194 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013


pertanian. SRG dapat dimanfaatkan oleh dihadapi dalam pelaksanaan SRG serta
kelompok tani sebagai bukti kepemilikan sejauh mana efektivitas pelaksanaannya
komoditas yang dapat dijadikan agunan juga dibahas pada studi ini. Pada bagian
untuk mendapatkan kredit dari pihak terakhir disampaikan suatu konsep atau
perbankan ataupun non perbankan. mekanisme SRG yang relatif efektif
Tulisan ini bertujuan untuk sehingga diharapkan SRG dapat berjalan
menganalisis faktor-faktor yang sesuai dengan tujuan awal, yaitu untuk
mempengaruhi pemilihan petani dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan
memanfaatkan resi gudang serta kemajuan perekonomian nasional.
manfaat dan biaya dalam penggunaan
SRG khususnya pada komoditi jagung di TINJAUAN PUSTAKA
daerah Kabupaten Tuban provinsi Jawa Dasar Hukum Resi Gudang
Timur. Kabupaten Tuban merupakan Berdasarkan UU No. 9 Tahun
daerah penghasil jagung terbesar 2006.UU tentang SRG tersebut dapat
kedua di provinsi Jawa Timur setelah dikatakan sebagai suatu terobosan baru
Kabupaten Sumenep. Pada tahun 2011 yang melengkapi hukum penjaminan
luas panen Kabupaten Tuban mencapai seperti gadai (Ashari, 2011). Maksud
92,44 hektar dan total produksi mencapai pembentukan UU SRG adalah
518.176 ton (BPS, 2012). Selain menciptakan sistem pembiayaan
itu, di kabupaten Tuban juga sudah perdagangan yang diperlukan oleh
terdapat satu gudang milik pemerintah dunia usaha, terutama usaha kecil dan
daerah yang telah menggunakan SRG, menengah termasuk petani. Selain itu UU
khususnya untuk jagung. Oleh sebab itu, SRG dimaksudkan untuk memberikan
Kabupaten Tuban dipilih sebagai daerah kepastian hukum, menjamin dan
penelitian dalam studi ini. Metode analisis melindungi kepentingan masyarakat,
yang digunakan adalah model Decision kelancaran arus barang, efisiensi
Matrix Analisis (DMA) dan untuk analisis biaya distribusi barang, serta mampu
selanjutnya mengenai implementasi menciptakan iklim usaha yang dapat
SRG digunakan Metode Value Tree lebih mendorong laju pembangunan
Objective (VTO) yang merupakan bagian nasional.
dari model DMA. Metode ini dapat Resi Gudang yang diperdagangkan
memberikan gambaran implementasi di Indonesia wajib untuk melalui suatu
SRG berdasarkan keuntungan dan proses penilaian yang dilakukan
kerugian yang diperoleh baik oleh oleh suatu lembaga terakreditasi
petani/kelompok tani ataupun pengelola yang disebut “Lembaga Penilaian
gudang dalam implementasi SRG. Kesesuaian” yang berkewajiban untuk
Pada bagian awal tulisan ini dibahas melakukan serangkaian kegiatan guna
mengenai perkembangan pelaksanaan menilai atau membuktikan bahwa
SRG khususnya pada komoditi persyaratan tertentu yang berkaitan
jagung. Kemudian, dilanjutkan dengan dengan produk, proses, sistem, dan/
pembahasan berbagai faktor yang atau personel terpenuhi. Sedangkan
mempengaruhi pemilihan penggunaan yang memperoleh kewenangan guna
SRG bagi petani. Berbagai kendala yang

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013 195


melakukan penatausahaan resi gudang berdasarkan peraturan Bank Indonesia
dan derivatif resi gudang di Indonesia No. 9/6/PBI/2007.
yang meliputi pencatatan, penyimpanan,
pemindah bukuan kepemilikan, Definisi Resi Gudang dan Sistem Resi
pembebanan hak jaminan, pelaporan, Gudang
serta penyediaan sistem dan jaringan
Definisi resi gudang (RG) menurut
informasi adalah Pusat Registrasi Resi
UU No. 9 Tahun 2011 adalah bukti
Gudang yang merupakan suatu badan
kepemilikan barang yang disimpan
usaha yang berbadan hukum.
di suatu gudang dan diterbitkan oleh
Perundangan turunan untuk
pengelola gudang. Sedangkan SRG
pelaksanaan SRG yaitu Peraturan
adalah kegiatan dengan penerbitan,
Pemerintah (PP) No. 36 tahun 2007
pengalihan, penjaminan, dan
tentang Pelaksanaan UU No. 9 tahun
penyelesaian transaksi resi gudang.
2006 tentang SRG. Kemudian, untuk
Jenis resi gudang ada dua. Pertama,
komoditas pertanian yang dapat
resi gudang yang dapat diperdagangkan.
diresigudangkan diatur dalam Peraturan
Artinya resi gudang memuat perintah
Menteri Perdagangan (Permendag)
penyerahan barang kepada siapa saja
No. 26/M-DAG/PER/6/2007. Menurut
yang memegang resi gudang tersebut
Permendag No. 26 Tahun 2007,
atau atas suatu perintah pihak tertentu.
persyaratan komoditas yang ditetapkan
Kedua, resi gudang yang tidak dapat
untuk dapat dimasukkan ke dalam SRG
diperdagangkan, yaitu resi gudang
dan diterbitkan resi gudangnya yaitu:
yang memuat ketentuan bahwa barang
(a) memiliki daya simpan paling sedikit
yang dimaksud hanya dapat diserahkan
tiga bulan, (b) memenuhi standar mutu
kepada pihak yang namanya telah
tertentu, dan (c) jumlah minimum barang
ditetapkan.
yang disimpan. Sedangkan jika dilihat
Dokumen RG dapat diperdagangkan
ketentuan dari perdagangan berjangka
sehingga terdapat transaksi derivatifnya,
komoditas, persyaratan komoditas yang
yaitu kontrak berjangka RG, opsi atas
dapat diperdagangkan berjangka adalah:
RG, surat berharga diskonto RG, dan
(a) memiliki harga yang berfluktuasi,
sebagainya. Instrumen keuangan
(b) tidak ada intervensi pemerintah,
derivatif RG hanya dapat diterbitan oleh
semata-mata atas dasar permintaan dan
bank, lembaga keuangan non-bank.
pasokan, dan (c) tersedia dalam jumlah
yang cukup, bersifat homogen, dan tidak
Kelembagaan Sistem Resi Gudang
dimonopoli oleh kelompok tertentu, dan
(d) merupakan komoditas potensial dan Dalam UU No. 9 tahun 2006 telah
sangat berperan dalam perekonomian diatur kelembagaan SRG, yaitu terdiri
daerah setempat dan nasional karena dari badan pengawas resi gudang,
menyangkut ketahanan pangan dan pengelola gudang, lembaga penilaian
ekspor. Kemudian, untuk peraturan kesesuaian, pusat registrasi, termasuk
teknis penyelenggaraan SRG diatur oleh juga harmonisasi hubungan pemerintah
Peraturan Kepala Bappebti dan untuk pusat dan daerah. Namun demikian,
penilaian kualitas aktiva bank umum terdapat kendala yang menghambat

196 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013


perkembangan karena belum adanya beberapa kendala yang ditemukan di
lembaga jaminan RG. Untuk itu, UU No. lapangan. Berdasarkan hasil studi yang
9 Tahun 2006 diamandemen menjadi UU dilakukan oleh Riana (2010), SRG belum
No.9 Tahun 2011 dengan ditambahkan banyak digunakan oleh sektor perbankan
lembaga jaminan resi gudang. Dengan sebagai hak jaminan. Kondisi tersebut
adanya lembaga jaminan tersebut maka disebabkan masih terdapatnya beberapa
diharapkan kepercayaan pelaku usaha masalah seperti pembiayaan yang diberikan
yaitu pemegang RG, bank, pengelola dalam waktu pendek, belum meratanya
gudang menjadi semakin percaya pembangunan fasilitas pendukung, dan
terhadap RG. terdapat keraguan perbankan untuk
menggunakan SRG karena kurangnya
Potensi dan Kendala SRG sebagai pemahaman terhadap SRG.
Pembiayaan Usaha Kemudian, berdasarkan hasil
kajian yang dilakukan oleh iPasar
SRG merupakan suatu terobosan
(2011) sebagaimana dikutip oleh Ashari
baru sebagai pembiayaan usaha bagi
(2011), kendala dalam implementasi
petani dengan jaminan komoditas
SRG mayoritas adalah permasalahan
yang tersimpan di gudang. Selain itu
operasional. Permasalahan tersebut
dengan adanya SRG akan semakin
diantaranya: (1) belum tersedianya
meningkatkan produktivitas dan kualitas
gudang SRG di seluruh daerah sentra
produk yang dihasilkan petani. Bahkan,
produksi karena biaya investasi gudang
apabila SRG dapat diterapkan dengan
yang relatif tinggi; (2) biaya operasional
baik akan menjadikan manajemen usaha
pengelolaan yang ditanggung oleh
tani menjadi lebih tertata karena petani
pengelola gudang tinggi; (3) pemahaman
menetapkan strategi jadwal tanam dan
pelaku usaha terhadap SRG masih
pemasarannya.
rendah dan kurang sosialiasi sehingga
Menurut BRI (2008) dalam Ashari
minim partisipasi; (4) komoditas yang
(2011), Hollinger Rutten & Krassimune.,et
dihasilkan tidak sesuai dengan standar
all (2009), penerapan SRG khususnya
SNI; (5) petani tidak bersedia membayar
di sektor pertanian dapat memberikan
biaya penyimpanan barang kepada
beberapa manfaat, antara lain: (1) pengelola barang di awal penyimpanan
penjualan produk tidak langsung pada karena keterbatasan ekonomi; (6)
saat panen raya sehingga petani petugas uji mutu barang belum tersedia
dapat memiliki keuntungan relatif lebih di seluruh wilayah; (7) sistem informasi
baik; (2) meminimalisasi penimbunan resi gudang belum cukup handal.
barang oleh pedagang pengumpul; (3) Kendala perkembangan SRG juga
petani dapat menggunakan RG untuk tidak terlepas dari akibat kebijakan yang
memperoleh dana tunai dari perbankan sedang dijalankan pemerintah. Salah
atau non perbankan untuk kebutuhan satunya adalah kebijakan penetapan
modal usaha berikutnya dan memenuhi harga dasar oleh pemerintah yang
kebutuhan rumah tangganya. menyebabkan harga antara panen dan
Namun demikian, dalam masa sesudah panen menjadi tetap dan
pelaksanaannya SRG masih terdapat seragam di seluruh wilayah Indonesia.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013 197


Seharusnya, terdapat pengecualian harga Sejalan dengan penelitian tersebut,
terhadap komoditas barang yang dapat Hasan (2008) menyatakan bahwa
diresigudangkan, dengan tidak di atur stabil peraturan perundang-undangan SRG
setiap tahunnya. Hal ini disebabkan, apabila memiliki implikasi makro dan mikro yang
harga relatif stabil maka sangat tidak menarik menuntut koordinasi lintas instansi. Pada
bagi petani untuk meresigudangkan hasil aspek makro, arah kebijakan pengendalian
panennya karena margin yang didapat stok dan harga komoditas dalam
tidak ada, bahkan petani akan rugi karena kerangka penataan sistem perdagangan
harus mengeluarkan biaya operasional yang efektif dan efisien harus terintegrasi
(Ashari, 2011). dengan program lainnya. Misalnya, dalam
kerangka program ketahanan pangan
Penelitian Terdahulu nasional, peningkatan kesejahteraan
petani, penguatan perbankan mikro dan
Kajian mengenai SRG khususnya
peran Pemda untuk mengembangkan
membahas baik terhadap kelembagaan
produk-produk unggulan yang dapat
SRG dan mengenai potensi dan kendala
diresigudangkan. Sementara dari aspek
yang ada dalam pelaksanaannya sudah
mikro, pembiayaan resi gudang tidak
cukup banyak dilakukan. Salah satunya
akan efektif dan efisien apabila dilakukan
adalah hasil penelitian yang dilakukan
secara individual, melainkan harus secara
oleh Lacroix dan Panos (1996) mengenai
berkelompok dan berbadan hukum,
penggunaan SRG di negara-negara
misalnya dengan kelompok tani yang
berkembang. Menurut mereka, belum
tergabung dalam koperasi tani. Kemudian,
begitu banyak negara berkembang yang
belum ada jaminan akan terciptanya
menggunakan SRG. Di Indonesia, SRG
stabilitas harga suatu komoditas melalui
relatif cukup berkontribusi positif bagi
mekanisme pengendalian stok. Oleh
petani. Petani dapat menurunkan biaya
sebab itu, Hasan (2008) menyarankan
operasionalnya karena hasil panennya sebaiknya penerbitan dan pembiayaan
dijual dengan harga yang relatif lebih baik. SRG harus langsung dapat dirasakan
Selain itu, resi atau bukti penyimpanan manfaatnya oleh pelaku usaha, dari
barang di gudang dari bank juga dapat pada mengembangkan derivatif resi
diagunkan di bank sehingga petani gudang yang akan lebih banyak
mendapatkan bantuan dana untuk modal berhubungan dengan kepentingan
usaha berikutnya. Namun, Lacroix dan pelaku pasar dan spekulan di bursa.
Panos (1996) menyebutkan bahwa di Agenda mendesak yang harus dilakukan
Indonesia implementasi SRG belum adalah meningkatkan koordinasi antara
dirasakan cukup optimal dan efisien. Hal pemerintah pusat, sektor perbankan,
tersebut dikarenakan dis-harmonisasi dan Pemda dalam rangka sosialisasi dan
kebijakan antara berbagai lembaga yang implementasi SRG di daerah.
terlibat dalam SRG seperti Kementerian Sementara itu, menurut Aviliani dan
Koperasi, Kementerian, Perdagangan, Hidayat (2005), secara kelembagaan
Kementerian Pertanian, Perbankan, sebenarnya infrastruktur untuk
dan Pemda masih terjadi dan kurangnya mendukung SRG telah cukup memadai.
sosialisasi mengenai SRG. Namun, permasalahannya adalah

198 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013


bagaimana hubungan kelembagaan memobilisasi kredit, dan sebagainya.
tersebut terbentuk secara optimal, Akan tetapi, masih terdapat beberapa
efisien, dan berdaya guna tanpa harus kendala dalam implementasi SRG.
melakukan penyesuaian terhadap Kendala tersebut seperti besarnya biaya
regulasi yang sudah ada. Untuk itu, transaksi, inkonsistensi kuantitas dan
langkah penting yang harus dilakukan kualitas produk pertanian, kurangnya
adalah menyamakan persepsi antar dukungan perbankan, dan masih
lembaga dan meletakkan program aksi lemahnya kelembagaan petani. Dengan
sesuai dengan kompetensinya masing- masih lemahnya kelembagaan petani,
masing. Kemudian, Aviliani dan Hidayat banyak petani yang beranggapan bahwa
(2005) juga menyatakan bahwa karena peraturan SRG masih sangat rumit
SRG ini dapat memberikan manfaat sehingga diperlukan penyederhanaan
yang cukup besar dalam pembiayaan prosedur. Disamping itu, sosialisasi
usaha pertanian, maka sudah keberadaan SRG juga harus lebih
seharusnya memperoleh fasilitas utama dioptimalkan lagi.
dari pemerintah dan Bank Indonesia.
Kementerian Perdagangan seharusnya Metode Analisis
dapat menetapkan prioritas program
dan sasaran yang hendak dicapai Metode analisis yang digunakan
secara nasional. Contohnya, SRG dalam mengkaji dan menjelaskan faktor-
sebagai salah satu instrumen program faktor yang menentukan penerapan SRG
pengendalian stok bahan pangan, dilakukan dengan menggunakan model
stabilisasi harga produk pertanian Decision Matrix Analysis (DMA). DMA
dan akses permodalan bagi petani. atau juga disebut sebagai Grid Analysis
Adanya langkah tersebut memerlukan yang merupakan teknik kuantitatif yang
koordinasi lintas Kementerian termasuk dipakai dalam proses pengambilan
Bank Indonesia dan juga diperlukan keputusan, dimana keputusan tersebut
kesamaan persepsi bahwa SRG (berupa opsi/pilihan) harus diambil
tidak dilihat semata sebagai produk berdasarkan beberapa pertimbangan/
pembiayaan perbankan tetapi memiliki faktor yang menentukan (Tague, 2005).
arti yang strategis. Bahkan di negara Faktor-faktor tersebut dengan nilai
lain, pemerintah berperan sebagai tertentu akan menentukan pengambilan
penjamin pelunasan resi gudang bila keputusan dalam mengambil suatu
debitor mengingkari janji atau terdapat pilihan kebijakan.
Berdasarkan hasil studi
kejadian force majeur.
literatur dapat disimpulkan bahwa
Kemudian, hasil studi yang dilakukan
terdapat beberapa faktor yang
oleh Ashari (2011) menunjukkan bahwa
cukup mempengaruhi petani dalam
dalam implementasi SRG terlihat
menerapkan SRG. Faktor-faktor tersebut
bahwa SRG memiliki potensi yang dapat yaitu harga komoditas, sarana dan
dimanfaatkan. Hal tersebut terutama prasarana gudang, biaya terkait resi
dalam mendukung pembiayaan usaha gudang, dukungan pemerintah, dan
pertanian, meminimalisasi fluktuasi manfaat ekonomi dari pemanfaatan resi
harga, memperbaiki pendapatan petani, gudang. Oleh sebab itu, dalam kajian

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013 199


ini keputusan untuk menerapkan/tidak yang mempengaruhi suatu masalah
menerapkan SRG dipengaruhi oleh: sehingga dapat ditemukan solusi
terbaik (Santosa, 2007). Oleh sebab
X1 = Harga Komoditas2
itu, metode ini banyak digunakan
X2 = Sarana dan Prasarana Gudang3
untuk pengambilan suatu keputusan.
X3 = Biaya Terkait Resi Gudang4
Lebih lanjut, berdasarkan penelitian
X4 = Dukungan Pemerintah5
yang dilakukan oleh Department for
X5 = Pemanfaatan Resi Gudang6
Communities and Local Development
Selanjutnya, untuk menganalisa (2009), seluruh keputusan yang diberikan
keuntungan dan biaya dari penggunaan oleh responden dalam penelitian diberi
SRG digunakan metode Value Tree penilaian. Skala penilaian dimulai dari
Objective (Metode Pohon Keputusan). (5) sangat berpengaruh sampai tidak
Metode ini dikembangkan berdasarkan berpengaruh (1). Perspektif manfaat
teori Graf untuk mengidentifikasi dan dan biaya terhadap SRG dapat dilihat
melihat hubungan antara faktor-faktor pada Tabel 1.

Tabel 1. Perspektif Manfaat dan Biaya terhadap Sistem Resi Gudang


Perspektif Variabel Nilai (1 – 5)
Manfaat Manfaat Keuntungan petani
(Benefit) ekonomis Bentuk pembiayaan lainnya yang cepat dan mudah
Dapat diagunkan/jaminan
Manfaat non Kekuatan Tawar
ekonomis Kepastian kualitas dan kuantitas atas barang yang disimpan
Dapat dijadikan alat tukar barang

Biaya Biaya ekonomis Biaya Adm dan Penyimpanan


(Cost) Margin yang kecil
Jaminan stok gudang tidak layak krn biaya suku bunga lebih tinggi
Biaya Waktu pengurusan dan Prosedur yang berbelit
non ekonomis Fasilitas gudang belum memadai
Hasil produksi tidak memenuhi kuantitas dan kualitas yang dapat
digudangkan
Sumber: Hasil berbagai studi literatur
Keterangan: Nilai 1 – tidak berpengaruh, dan 5 – sangat berpengaruh
2
Faktor X1 – Harga Komoditas. Dimana kondisi harga suatu komoditas berupa volatilitas/
fluktuasi, harga pada saat panen, informasi harga pasar suatu daerah dan penyusutan harga
suatu komoditas pada saat panen dan pasca panen.

3
Faktor X2 – Sarana dan Prasarana Gudang. Kondisi kelayakan dari sisi kapasitas penyimpanan,
jarak gudang ke sentra-sentra petani/ pedagang penghasil komoditas, fasilitas penunjang seperti
blower, dryer dan mesin pengayak, dan pelayanan operasional dan manajemen gudang.
4
Faktor X3 – Biaya Terkait Resi Gudang. Komponen biaya yang dibebankan kepada pengguna
gudang dalam rangka resi gudang antara lain biaya penyimpanan, administrasi, angkut dan
bongkar muat dan biaya penyusutan komoditas yang disimpan di gudang.
5
Faktor X4 – Dukungan Pemerintah. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan
untuk mendorong pemanfaatan SRG, berupa kemudahan akses terhadap kredit dari sektor
perbankan, sosialisasi dan penyuluhan kepada petani, bantuan pembangunan fisik gudang
dan pendampingan bagi petani dalam menerapkan SRG.
6
Faktor X5 – Pemanfaatan Resi Gudang. Penggunaan Resi Gudang oleh petani/ pedagang baik
untuk jaminan/agunan di bank, dijual/dipindahtangankan ke pihak lain, dijual di pasar lelang
maupun disimpan dalam rangka mengharapkan harga yang lebih baik dibandingkan dengan
kondisi saat ini.

200 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013


Data khawatir dengan pemenuhan modal
usaha atau pun pemenuhan kebutuhan
Data yang digunakan dalam
hidup karena resi dapat dijadikan
penelitian ini adalah data sekunder dan
sebagai jaminan kredit di bank. Namun
data primer. Data sekunder diperoleh
demikian, dalam implementasinya, SRG
dari studi pustaka dan kajian terkait
memiliki banyak tantangan antara lain,
dengan implementasi SRG. Sedangkan
peminatnya masih minim. Contohnya,
data primer diperoleh dari hasil survei
dibandingkan nilai perdagangan
lapangan di daerah dan wawancara
komoditas jagung yang mencapai
mendalam dengan responden
Rp 54 triliun per tahun (Kompas, 2013),
petani, pengelola gudang, dinas
barang yang dijaminkan melalui SRG
yang membidangi perdagangan, dan
nilainya tidak mencapai Rp 1 miliar,
perwakilan Bank Jawa Timur (Jatim).
yaitu sebesar Rp 920,220,310.
Pelaksanaan survei dilakukan terhadap
Berdasarkan informasi pada Harian
18 responden yang terdiri dari sembilan
Kompas, Sabtu 13 Juli 2013, terdapat
responden yang sudah memanfaatkan
berbagai alasan yang menyebabkan
SRG dan sembilan responden yang
rendahnya minat petani menggunakan
belum memanfaatkan SRG. Seluruh
SRG. Alasan tersebut antara lain:
responden tersebut merupakan petani
belum semua petani mengenal SRG,
jagung yang berlokasi di kabupaten
ketidakjelasan mekanisme dan analisis
Tuban, provinsi Jawa Timur. Untuk petani
usaha, tidak adanya jaminan harga
jagung yang sudah memanfaatkan SRG
jual di pasar, dan masih terbatasnya
mayoritas adalah petani yang berlatar
sarana pergudangan yang dapat
belakang pedagang dan memiliki
diakses oleh petani. Selain itu, petani
minimal satu hektar luas lahan kebun.
masih menganggap bahwa perbankan
Sebaliknya, untuk petani yang belum
mempersulit nasabah dalam pengajuan
memanfaatkan SRG adalah mayoritas
kredit, dan terbatasnya lahan garapan
petani kecil dengan hasil produksinya
petani jagung yang kurang dari 0,5
tidak lebih dari 3 ton.
hektar.
Jagung sendiri di Indonesia
HASIL DAN PEMBAHASAN
merupakan komoditas pangan terpenting
Perkembangan Pemanfaatan SRG
kedua setelah padi/beras. Selain sebagai
Jagung secara Keseluruhan
sumber pendapatan dan lapangan kerja,
Sejak diluncurkan tahun 2008, SRG komoditas ini juga dapat menghasilkan
baru menerbitkan 931 resi dengan total devisa negara melalui ekspor. Di
volume komoditas yang dijaminkan masa datang terdapat indikasi kuat
sebesar 37.251 ton yang setara bahwa tingkat permintaan jagung oleh
dengan Rp 179,95 miliar (Kompas, industri akan terus meningkat, seiring
2013). SRG dapat digunakan sebagai dengan penambahan penduduk dan
alternatif sistem pembiayaan dan tunda peningkatan kebutuhan pakan ternak.
jual sampai pada tingkat harga yang Produksi jagung pada tahun 2012
tepat sehingga petani memperoleh mencapai 19,38 juta ton pipilan kering,
harga yang lebih baik. Petani pun tidak meningkat 1,73 juta ton atau 9,83%,

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013 201


dibanding realisasi produksi 2011 yang 3,28 kwintal per hektar atau melonjak
sebanyak 17,64 juta ton. Peningkatan 7,19% (Badan Pusat Statistik, 2012).
produksi jagung diperkirakan karena Berdasarkan gambaran tersebut, dapat
adanya pertambahan areal panen terlihat bahwa potensi resi gudang
seluas 95,22 ribu hektar atau 3,4%, untuk komoditas jagung adalah sangat
dan kenaikan produktivitas sebesar besar.

Tabel 2. Rekapitulasi Resi Gudang 2008–2013


Pengelola Jumlah Jumlah Nilai Barang
Gudang/Gudang Resi Gudang Komoditi (Ton)
Gudang Nganjuk 2 43 170,612,500
Gudang Tulungagung 2 129 299,500,000
Gudang Lombok Timur 3 227 550,175,000
Gudang Sampang Sakobanah 3 72 220,800,000
Gudang Sampang Banyuades 1 16 44,800,000
Gudang Pasaman Barat 3 42 144,455,800
Gudang Gowa 4 62 115,431,000

Sumber : BAPPEBTI (2013)

Komoditas jagung tersebar di dengan masing-masing mengelola


beberapa daerah di Indonesia mulai satu gudang.
dari bagian Barat hingga Indonesia
Analisis Faktor Penentu dalam
bagian Timur. Berdasarkan data
Penerapan SRG Jagung
dari BAPPEBTI tahun 2008–2013
(lihat Tabel 2), wilayah Jawa Timur Kabupaten Tuban merupakan salah
sebagai sentra penghasil jagung satu dari lima daerah penghasil jagung
merupakan daerah yang paling dominan di Jawa Timur. Kabupaten
banyak memanfaatkan Resi Gudang Tuban berada pada peringkat kedua
untuk dijadikan pembiayaan melalui sebagai daerah penghasil jagung
Bank BRI dan Bank Jatim. Pengelola terbesar di Jawa Timur setelah
gudang dengan aset gudang yang Kabupaten Sumenep. Selain itu, di
dikelola terbanyak adalah PT. Pertani kabupaten Tuban juga sudah terdapat
dengan enam gudang penyimpan satu gudang milik pemerintah daerah
jagung, diikuti oleh PT. Bhanda Ghara yang telah menggunakan SRG,
Reksa dan PT. Petindo Daya Mandiri khususnya untuk jagung.

202 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013


Tabel 3. Hasil Analisa Faktor Penentu Penerapan SRG Jagung, DMA di
Jawa Timur
Responden Pilihan X1 X2 X3 X4 X5 Total
P1 Menerapkan SRG 12,2 14,4 10,7 16,8 11,4 65,5
P2 12,2 14,4 11,6 17,8 11,4 67,4
P3 17,8 18,2 15,1 13,8 11,4 76,3
P4 11,3 13,4 13,3 14,8 11,4 64,2
P5 15,0 18,2 15,1 14,8 11,4 78,3
P6 12,2 15,3 12,4 16,8 15,2 71,9
P7 12,2 13,4 10,7 14,8 16,1 67,2
P8 11,3 11,5 9,8 13,8 15,2 61,6
P9 11,3 11,5 9,8 13,8 9,5 55,9
TOTAL 115,5 130,3 108,5 137,2 116,8 608,3

P1 Tidak Menerapkan SRG 16,8 15,3 14,2 16,9 19,0 82,2


P2 15,8 15,3 16,0 15,9 17,1 80,1
P3 15,8 15,3 14,2 18,8 19,0 83,1
P4 15,8 15,3 14,2 15,0 15,2 75,5
P5 15,8 15,3 10,7 15,0 15,2 72,0
P6 15,8 15,3 14,2 15,0 15,2 75,5
P7 15,8 15,3 14,2 18,8 19,0 83,1
P8 15,8 15,3 10,7 11,3 11,4 64,5
P9 15,8 11,5 10,7 11,3 11,4 60,7
TOTAL 143,2 133,9 119,1 138,0 142,5 676,7
Grand Total 258,7 264,2 227,6 275,2 259,3 1285,0

Sumber: Hasil Survei (2013), diolah

Berdasarkan hasil survei di Kabupaten terjadi panen jagung di Kabupaten Tuban


Tuban, Jawa Timur, diperoleh gambaran belum tentu di daerah lainnya juga ada
mengenai pertimbangan petani jagung panen karena perbedaan jenis sawah
dalam menerapkan SRG. Pada Tabel 3, yang berpengaruh terhadap sistem
faktor utama yang cukup mempengaruhi irigasi sawah.
petani untuk menerapkan SRG adalah Faktor lain yang cukup berpengaruh
dukungan pemerintah (X4) dengan terhadap pilihan petani jagung untuk
nilai total 137, 2. Menurut para petani menerapkan SRG adalah sarana dan
yang sudah memanfaatkan SRG yang prasarana gudang (X2) dengan nilai
menjadi alasan utama untuk menunda total 130,3. Menurut salah satu petani
jual hasil panennya adalah adanya yang memanfaatkan SRG, pelayanan
himbauan langsung dari Bupati untuk pengelola gudang di Kabupaten Tuban
menggunakan SRG di awal tahun sudah sangat bagus dan responsif,
2013, walaupun kondisi harga jagung pihak pengelola gudang selalu
pada saat itu cukup tinggi yaitu memberitahukan jika ada yang berminat
Rp 3.400 per kg. Tingginya harga jagung membeli jagungnya, pihak pengelola
di kabupaten Tuban pada saat itu karena juga selalu memberitahukan kondisi
panen raya tidak terjadi serentak, ketika jagung yang disimpan di gudang.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013 203


Alasan utama bagi petani yang para petani jagung untuk menghimbau
belum tertarik menerapkan SRG adalah penggunaan SRG. Oleh sebab itu, masih
fluktuasi harga jagung (X1). Ketika terjadi banyak petani yang belum mengetahui
panen di kabupaten Tuban, harga jagung informasi mengenai SRG. Padahal seperti
yang diperoleh petani cenderung tinggi. yang disebutkan dalam hasil penelitian
Hal ini dikarenakan panen yang tidak Lacroix dan Panos (1996), sosialisasi SRG
merata di provinsi Jawa Timur. Selain itu penting dilakukan agar petani paham dan
produksi jagung yang dihasilkan petani tertarik menggunakan sistem tersebut.
rata-rata dibawah 3 ton sehingga jumlah Berdasarkan gambaran di atas,
tersebut tidak memenuhi syarat untuk dapat disimpulkan bahwa mayoritas
diresigudangkan. Hal tersebut sejalan petani yang mengetahui dan memahami
dengan penelitian yang dilakukan oleh konsep SRG masih sangat terbatas dan
Hasan (2008), bahwa pembiayaan mayoritas dari petani jagung bahkan tidak
resi gudang tidak efektif dan efisien mengetahui apa yang dimaksud dengan
jika hanya dilakukan untuk hasil panen SRG. Khususnya untuk Kabupaten
yang jumlahnya kecil. Oleh karena itu Tuban yang notabene adalah daerah
diperlukan kelompok tani yang dapat penghasil jagung tertinggi kedua sudah
menampung seluruh hasil panen para seharusnya pemerintah daerahnya lebih
petani yang belum memenuhi batas agresif lagi dalam mensosialisasikan
minimal penyimpanan di gudang. SRG sehingga informasi SRG ini
Ketidaktahuan mengenai informasi diketahui dan dipahami oleh seluruh
SRG dan ketidakberanian untuk petani jagung.
mencoba sistem yang relatif baru bagi Gambar 1 menunjukkan persentase
para petani juga menjadi kendala dalam manfaat dan biaya berdasarkan
pemanfaatan SRG. Mayoritas petani persepsi dari responden yang sudah
tersebut juga ingin melihat contoh sukses memanfaatkan SRG. Pada umumnya,
dari petani yang telah memanfaatkan penerapan SRG di kabupaten Tuban
SRG terlebih dahulu, jika memang lebih menggambarkan persepsi
sistem tersebut berhasil dan memberikan keuntungan dibandingkan persepsi
keutungan bagi petani maka mereka biaya. Hal tersebut terlihat dari nilai
tertarik untuk menggunakan SRG. persentase persepsi manfaat yang
Faktor lain yang cukup berpengaruh lebih tinggi yaitu 75,41% dibandingkan
terhadap pertimbangan untuk tidak dengan nilai persentase biaya (20,35%).
menerapkan SRG petani jagung di Untuk persepsi keuntungan ataupun
Kabupaten Tuban adalah, faktor X4 biaya terbagi menjadi sisi keuangan
(dukungan pemerintah) dengan nilai total (ekonomi) ataupun non keuangan.
142,5. Mayoritas dari petani berpendapat Terdapat tiga persepsi manfaat dari
bahwa sosialisasi mengenai SRG masih sisi keuangan yaitu keuntungan petani,
sangat jarang dilakukan oleh pemerintah bentuk pembiayaan lain yang mudah
daerah setempat. Satu-satunya acara dan cepat, serta resi dapat diagunkan
yang menginformasikan mengenai SRG dan diperjualbelikan. Persepsi pertama,
adalah acara yang dilakukan oleh Bupati keuntungan petani, memiliki nilai
Tuban dan mengundang langsung sebesar 17,62% Hal ini mengindikasikan

204 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013


bahwa terdapat sebanyak 17,62% menunda jual hasil panennya mareka
petani yang beranggapan bahwa memperoleh margin keuntungan antara
menunda penjualan akan memberikan Rp 100-200/kg. Keuntungan tersebut
keuntungan lebih baik bagi mereka diperoleh petani dengan menunda jual
daripada menjualnya langsung pada sekitar dua minggu sampai dengan dua
waktu panen. Menurut petani, dengan bulan disimpan di gudang.

Penerapan
SRG Komoditi
Jagung
75, 41% 20,35%

Benefit (25,22%) Cost (6, 4%)

Monetary Non Monetary Monetary Non Monetary

A B C A B C A B C A B C

(17,62) (16,29) (17,18) (15,85) (17,18) (15,85) (15, 51) (15,51) (15,51) (15,51) (15,51) (22,41)

Gambar 1. Value Tree Objective Benefit andCost Persepsi Petani, Jawa Timur
Keterangan: Manfaat Ekonomi A. Keuntungan petani; B. Bentuk pembiayaan lainnya yang
cepat dan mudah; C. Dapat diagunkan
Manfaat Non ekonomi A. Kekuatan Tawar; B. Kepastian kualitas dan kuantitas
barang yang dijaminkan; C. Dapat dijadikan alat tukar
barang
Biaya Ekonomi A. Biaya administrasi dan penyimpanan; B. Margin yang
kecil; C. Jaminan stok gudang tidak layak karena suku bunga
lebih tinggi
Biaya Non Ekonomi A. Waktu pengurusan dan prosedur yang berbelit; B. Fasilitas
gudang tidak memenuhi standar; C. Hasil produksi yang tidak
memenuhi persyaratan untuk digudangkan.
Sumber: Hasil Survei (2013), diolah

Persepsi kedua, yaitu resi gudang simpan dalam gudang. Berdasarkan


sebagai bentuk pembiayaan yang pemaparan salah satu petani, ketika ada
mudah dan cepat memiliki nilai sebesar petani yang akan menyimpan barangnya
16,29. Artinya, sebanyak 16,29% petani maka pihak pengelola gudang langsung
berpendapat bahwa prosedur dan menghubungi Unit Pengolahan Terpadu
mekanisme resi gudang bukanlah hal (UPT) pengujian sertifikasi mutu barang
yang rumit. Dalam pola resi gudang, untuk mengecek persentase kadar
petani membawa jagungnya ke gudang air, butir rusak, butir warna lain, butir
untuk dilakukan pengecekan apakah pecah, dan kotoran. Dari hasil pengujian
jagungnya layak atau tidak untuk di tersebut akan diketahui jagung tersebut

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013 205


berada pada mutu atau kualitas dan kuantitas hasil panen yang dihasilkan
sangat baik, baik, atau cukup. Hal ini dan resi gudang dapat ditukarkan
disebabkan mutu atau kualitas jagung barang. Dalam hal kekuatan posisi
sangat mempengaruhi penetapan tawar, terdapat 15,85% petani yang
besaran harga yang tertulis dalam resi. berpendapat bahwa posisi tawar petani
Untuk kualitas sangat baik maka harga menjadi lebih kuat bila dibandingkan
yang diberikan adalah harga tertinggi tidak menggunakan SRG. Hal tersebut
di pasar misalnya pada bulan Mei yaitu disebabkan petani menyadari bahwa
Rp 3.400,-/kg. Setelah jagung yang terdapat beberapa syarat yang harus
akan disimpan lolos uji, maka pada hari dipenuhi agar hasil panennya dapat
berikutnya akan dilakukan survei oleh disimpan dalam gudang SRG dan
pihak bank dan dua hari kemudian akan kemudian diresigudangkan. Syarat
terbit resi dan pencairan dana. Dengan utamanya7 adalah kadar air jagung yang
demikian, total waktu yang diperlukan tidak boleh melebihi 17. Untuk menjaga
adalah lima hari kerja paling cepat. Jika hal tersebut maka petani berupaya untuk
lebih dari pada lima hari kerja dana dapat memproduksi hasil panen yang
belum juga cair maka pihak pengelola berkualitas. Hal tersebut disebabkan
gudang akan terus menanyakan hal barang yang disimpan dalam SRG
tersebut kepada pihak perbankan. dijamin oleh bank dengan harga pasar
Petani mendapatkan dana senilai 70% yang relatif lebih baik daripada harga
dari total harga jagung yang dititipkan di tengkulak. Oleh sebab itu, barang yang
gudang dengan harga yang berlaku di disimpan dalam SRG harus sesuai
pasar pada saat itu. dengan syarat yang ditentukan dalam
Persepsi ketiga yaitu resi dapat Permendag No. 26 Tahun 2007.
diagunkan dan diperjualbelikan memiliki Kondisi tersebut didukung dari
nilai 17,18. Berdasarkan nilai tersebut, adanya 17,18% petani yang berpendapat
dapat diasumsikan terdapat 17,18% bahwa kualitas dan mutu hasil panen
petani yang beranggapan bahwa yang dihasilkan menjadi lebih baik dan
dengan memiliki resi atas hasil panen lebih pasti. Selain karena adanya usaha
yang di simpan di gudang, petani keras dari petani agar menghasilkan hasil
merasa aman. Hal ini disebabkan resi panen yang baik, juga dikarenakan ketika
dapat dijadikan sebagai jaminan ke hasil panen akan disimpan di gudang
bank untuk memperoleh dana tunai yang maka akan ada tim penilai khusus yang
dapat digunakan untuk keperluan hidup akan mengukur persentase kadar air,
sehari-hari dan untuk memulai usaha butir rusak, butir warna lain, butir pecah,
pertanian berikutnya. dan kotoran. Gudang penyimpanan yang
Selain manfaat ekonomi, sudah memenuhi persyaratan SNI serta
keuntungan lain yang diperoleh dengan pemeriksaan rutin mengenai kondisi
memanfaatkan SRG adalah kekuatan barang yang disimpan di gudang oleh
posisi tawar petani, kepastian kualitas pengelola gudang juga memberikan

7
Persyaratan lain yang harus penuhi oleh petani jika ingin memanfaatkan SRG adalah sak atau
karung yang digunakan harus seragam dan harus dijahit dengan mesin bukan dengan tangan
(Hasil wawancara dengan pengelola gudang, 2013)

206 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013


jaminan adanya kepastian kualitas dan tersebut sudah termasuk asuransi dari
kuantitas hasil panen yang disimpan. PT Sinarmas. Namun demikian, sampai
Dengan demikian, mutu, kualitas, dan dengan saat ini khususnya di kabupaten
kuantitas jagung dapat dipastikan Tuban, pemerintah daerah juga
berada pada posisi baik, sangat baik memberikan subsidi bagi petani yang
atau cukup. Keuntungan lainnya adalah memanfaatkan SRG sehingga petani
resi gudang dapat diagunkan untuk tidak dibebankan biaya penyimpanan.
mendapatkan bantuan permodalan Akibatnya, petani tidak merasa
yang nantinya digunakan petani untuk terbebani dengan biaya administrasi
melakukan usaha pertanian jagung dan penyimpanan di gudang. Hal
berikutnya, seperti pembelian pupuk, tersebut dilakukan oleh pemerintah
bibit, dan sebagainya. Terdapat 15,85% daerah kabupaten Tuban dalam rangka
petani yang berpendapat resi gudang mendukung pelaksanaan SRG agar
membantu memudahkan petani untuk petani tertarik untuk memanfaatkan
mendapatkan pupuk, alat-alat pertanian, SRG. Bahkan, terdapat truk pengangkut
bibit dan sebagainya yang diperlukan khusus yang disediakan pemerintah
untuk memulai usaha pertanian. Hal daerah untuk membawa barang dari
tersebut sejalan dengan Ashari (2011) lokasi pertanian untuk dibawa ke
yang mengatakan bahwa salah satu gudang dan tidak ada biaya tambahan
manfaat SRG adalah sebagai salah satu jika menggunakan angkutan tersebut.
aset petani yang dapat agunkan untuk Selanjutnya, menurut petani yang
mendapatkan bantuan dana tunai. Dana sudah memanfaatkan SRG, dengan
tersebut bisa digunakan untuk modal menunda jual hasil panen jagungnya,
usaha tani pada periode berikutnya petani mendapatkan margin keuntungan
ataupun untuk memenuhi kebutuhan yang cukup tinggi yaitu antara Rp 100–
petani lainnya. 200/kg. Margin tersebut dirasakan petani
Sementara itu terdapat tiga persepsi cukup menguntungkan apalagi jika
biaya dari segi keuangan dan non memang kualitas jagung yang disimpan
keuangan. Dari sisi keuangan, persepsi termasuk kualitas sangat baik, karena nilai
pertama adalah biaya administrasi pasar yang tertera di resi adalah harga
dan penyimpanan, selisih margin terbaik di pasar, mencapai Rp 3.400/kg.
sangat kecil atau bahkan tidak ada, Hal tersebut disebabkan sebelum hasil
dan jaminan stok gudang tidak layak panen disimpan dalam gudang, harus
karena suku bunga lebih tinggi. Nilai lolos uji persyaratan dari UPT Pengujian
persentase untuk persepsi biaya dari Sertifikasi Mutu Barang.
sisi keuangan relatif sama yaitu 15,51. Kemudian petani juga beranggapan
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa biaya suku bunga yang digunakan
bahwa terdapat 15,51% petani juga relatif sudah wajar. Untuk daerah
berpendapat bahwa dari sisi keuangan Jawa Timur, bank yang ditunjuk
SRG tidak memberatkan petani. Pada sebagai pelaksana penyalur kredit resi
dasarnya besaran biaya simpan untuk gudang adalah Bank Jatim. Masa kredit
jagung adalah Rp 150/kg selama 4 maksimal untuk jagung adalah 4 bulan
bulan, sebulan sekitar Rp 37/kg. Biaya dan tidak dapat diperpanjang. Plafon

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013 207


kredit yang akan diberikan perbankan gudang sudah sangat baik. Gudang juga
adalah maksimal 70% dari nilai resi sudah dilengkapi dengan alat pengering
gudang dan paling tinggi sebesar Rp (dryer), tetapi alat pengering tersebut
75 juta per petani. Suku bunga yang hanya dapat digunakan untuk gabah
diberikan adalah 10,50% pa (per annum) saja. Sedangkan untuk mesin pengering
efektif, dimana sebesar 4,50% disubsidi khusus jagung belum tersedia dan baru
pemerintah dan 6% menjadi beban akan dianggarkan pada tahun 2014.
debitur (petani). Kemudian, pihak pengelola gudang juga
Dari sisi non keuangan, persepsi dapat membantu dalam memasarkan
biaya yang dirasakan petani relatif cukup barang yang disimpan di gudang ke
memberatkan adalah hasil produksi pembeli. Biasanya pembeli langsung
petani terkadang tidak dapat memenuhi datang ke gudang dan menanyakan
kuantitas dan kualitas yang disyaratkan langsung kepada pihak pengelola
oleh pengelola gudang. Hal tersebut gudang apakah tersedia jagung yang
terlihat dari mayoritas persepsi petani dibutuhkan atau tidak. Jika pembeli
yaitu 22,41% yang berpendapat bahwa merasa cocok dengan harga dan barang
terkadang persentase kadar air pada yang ada maka pihak pengelola gudang
jagung yang dihasilkan belum mampu langsung menghubungi pemilik barang
memenuhi batas kualitas sangat baik untuk menanyakan apakah barang
yaitu kadar air 17%. Mayoritas kadar tersebut mau dijual atau tidak. Pembeli
air jagung hasil panen petani berkisar biasanya adalah para tengkulak atau
antara 15-16%. Namun demikian, pedagang besar yang masuk pabrik
dengan kondisi kadar air tersebut tetap pakan ternak.
diperbolehkan untuk disimpan di gudang Kemudian, untuk prosedur dan
hanya jagung yang tidak termasuk dalam mekanisme pemanfaatan SRG juga
kualitas yang paling tinggi. Kemudian, dirasakan petani tidak sulit. Dalam
bagi petani yang hanya menghasilkan pola resi gudang, petani membawa
panen di bawah 3 ton dipastikan jagungnya ke gudang untuk dilakukan
tidak dapat menyimpan jagungnya di pengecekan apakah jagungnya layak
gudang. Untuk itu diperlukan suatu atau tidak untuk disimpan dalam gudang.
wadah seperti koperasi yang dapat Ketika ada petani yang akan menyimpan
menampung seluruh hasil panen dan barangnya maka pihak pengelola gudang
mengatasnamakan kelompok untuk langsung menghubungi UPT Penguji
menyimpan jagung di gudang. Sertifikasi Mutu Barang untuk mengecek
Selanjutnya, untuk fasilitas gudang persentase kadar air, butir rusak, butir
dan prosedur SRG yang berbelit warna lain, butir pecah, dan kotoran.
bukan menjadi suatu kendala yang Dari hasil pengujian tersebut akan
cukup berarti dalam pelaksanaan diketahui jagung tersebut berada pada
SRG menurut para petani yang sudah mutu atau kualitas sangat baik, baik,
memanfaatkannya. Hal ini terlihat dari atau cukup. Hal ini disebabkan mutu atau
nilai persentasi persepsi yang relatif kualitas jagung sangat mempengaruhi
kecil yaitu 15,51%. Dari segi fasilitas penetapan besaran harga yang tertulis
gudang dan pelayanan pengelola dalam resi. Untuk kualitas sangat baik

208 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013


harga yang diberikan adalah harga bisa berjalan secara optimal, yaitu:
tertinggi di pasar misalnya pada bulan (1) komoditas yang disimpan rentan
Mei yaitu Rp 3.400/kg. Setelah jagung terhadap fluktuasi harga, tetapi pada
yang akan disimpan lolos uji, pada hari saat-saat tertentu harga dapat naik; (2)
berikutnya akan dilakukan survei oleh komoditas memiliki daya tahan cukup
pihak bank dan dua hari kemudian akan lama seperti jagung dan gabah; (3)
terbit resi dan pencairan dana. Dengan gudang harus memenuhi persyaratan
demikian, total waktu yang diperlukan SNI; (4) komoditas yang disimpan
adalah lima hari kerja paling cepat. Jika mudah ditaksir dan harus ada yang
lebih daripada lima hari kerja dana belum ahli menaksir, dan (5) pengawas atau
juga cair maka pihak pengelola gudang pemegang kunci gudang harus orang
akan terus menanyakan hal tersebut yang dapat dipercaya. Dua faktor
kepada pihak perbankan. terakhir terkait dengan mutu barang
Berdasarkan perbandingan nilai dan untuk menghindari kecurangan
persentase manfaat dan biaya dan sehingga barang yang disimpan benar-
pengalaman petani yang telah benar terjamin kualitasnya dan sesuai
memanfaatkan SRG, dapat disimpulkan dengan standar. Hal ini sangat penting
bahwa pola resi gudang telah dirasakan sebab menyangkut dengan nilai-nilai
manfaatnya oleh petani, yaitu kepercayaan yang sangat diperlukan
terpenuhinya kebutuhan uang tunai untuk menarik minat pihak perbankan
serta keuntungan yang cukup layak dari sebagai penyandang dana.
usaha tani jagung. Pola resi gudang juga Selain itu, faktor lainnya yang juga
cukup memiliki peluang dan prospektif menjadi dasar pemilihan menggunakan
sebagai salah satu model pemasaran SRG atau tidak bagi petani adalah
terutama saat harga sedang berada pelayanan gudang, fasilitas gudang, jarak
pada level terendah. gudang, dan kapasitas gudang. Namun
Dalam skala nasional adanya demikian, Pemerintah Daerah Tuban
resi gudang juga dapat menjamin seharusnya lebih sering melakukan
ketersediaan bahan pakan ternak. sosialiasi mengenai SRG kepada
Jagung pipilan yang disimpan di gudang para petani di desa-desa, sehingga
dapat menjadi cadangan dan penyangga informasi mengenai SRG dapat ketahui
pada saat paceklik sehingga pemerintah dan dipahami oleh seluruh petani di
tidak perlu tergantung kepada impor Kabupaten Tuban.
jagung pipilan untuk pakan ternak. Jika
dilakukan secara masal, maka pola resi KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
gudang berpotensi sekaligus sebagai KEBIJAKAN
stabilisator harga pangan ternak, Berdasarkan analisis DMA, faktor
khususnya yang berbahan dasar utama yang menjadikan pertimbangan
jagung. dalam menerapkan SRG bagi petani
Berdasarkan pada pengalaman di Kabupaten Tuban khususnya dan di
Kabupaten Tuban secara konseptual, provinsi Jawa Timur pada umumnya
ada beberapa persyaratan yang adalah tersedianya sarana dan
harus dipenuhi agar pola resi gudang prasarana gudang yang mendukung

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013 209


serta pengelolaan gudang yang relatif Pemerintah Daerah Tuban antara lain
sudah baik, yaitu dikelola oleh PT. 1). Perlunya dukungan pemerintah
Pertani. Selain itu adanya himbauan dalam hal sosialiasi dan edukasi, serta
langsung dari Bupati kabupaten penyampaian success stories atau
Tuban bagi para petani jagung yang bukti nyata kesuksesan bahwa dengan
potensial untuk memanfaatkan gudang memanfaatkan sistem tersebut petani
penyimpanan (dukungan pemerintah akan memperoleh keuntungan yang lebih
daerah) menjadikan penerapan SRG tinggi, 2). Perlunya membentuk lembaga
menjadi lebih berdayaguna. Namun seperti koperasi yang dapat menampung
demikian, pada prakteknya mayoritas seluruh hasil panen khususnya
petani jagung di kabupaten Tuban masih bagi petani dengan jumlah produksi
relatif enggan untuk memanfaatkan panennya dibawah 3 ton, sehingga para
SRG. Hal tersebut disebabkan SRG petani tersebut juga dapat menyimpan
adalah suatu sistem baru dan para petani jagungnya di gudang dengan atas nama
memerlukan bukti nyata kesuksesan kelompok, dan 3) Perlunya penyediaan
bahwa dengan memanfaatkan sistem dryer khusus untuk komoditas jagung
tersebut akan memperoleh keuntungan di gudang penyimpanan karena dryer
yang lebih tinggi. yang ada tidak cocok apabila digunakan
Selanjutnya, berdasarkan analisis untuk mengeringkan jagung.
persepsi manfaat dan biaya, terlihat
bahwa manfaat terbesar yang dirasakan DAFTAR PUSTAKA
oleh petani dari adanya SRG adalah
Ashari. (2011). Potensi dan Kendala Sistem
memperoleh keuntungan yang lebih Resi Gudang (SRG) Untuk Mendukung
tinggi karena adanya selisih harga jual Pembiayaan Usaha Pertanian di
akibat menunda jual pada saat panen. Indonesia. Forum Penelitian Agro
Kemudian, resi gudang dapat dijadikan Ekonomi. Vol. 29 (2). Pusat Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
sebagai jaminan di lembaga keuangan
seperti bank juga memberikan nilai lebih Aviliani dan U. Hidayat. (2005). Menuju
Skim Pembiayaan Resi Gudang yang
tersendiri bagi petani. Sebab, petani
Atraktif. Diunduh tanggal 17 April 2013
selain memperoleh jaminan kualitas dari http://www.indef.or.id/xplod/upload/
mutu hasil panennya dengan harga yang arts/Resipersen20Gudang.HTM
relatif tinggi, juga memperoleh bantuan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
permodalan usaha untuk memulai usaha Komoditas (BAPPEBTI). (2013).
pertanian berikutnya. Sedangkan dari Laporan Rekapitulasi Resi Gudang.
sisi persepsi biaya tidak terdapat kendala Jakarta: Kementerian Perdagangan.
yang berarti karena mayoritas petani BPS. (2012). Kabupaten Tuban Dalam
memperoleh subsidi dari Pemerintah Angka. BPS Kabupaten Tuban.
Daerah baik untuk biaya administrasi BPS. (2013). Berita Resmi Statistik Provinsi
ataupun untuk alat angkut dari kebun ke Jawa Timur 2013. BPS Provinsi Jawa
Timur. No. 20/03/35/Th.XI, 1 Maret 2013.
gudang sudah disediakan oleh pemda.
Berdasarkan kondisi tersebut, Departement for Communities and Local
Government. (2009). Multi-Criteria
beberapa hal yang dapat diusulkan
Analysis: a Manual. Communities and
sebagai rekomendasi kebijakan bagi Local Government. London. Diunduh

210 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013


tanggal 15 September 2013 dari https:// Santosa, Budi. (2007). Data Mining: Teknik
www.gov.uk/government/uploads/ Pemanfaatan Data untuk keperluan
system/uploads/attachment_data/ Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
file/7612/1132618.pdf
Tague, N. (2005). The Quality Toolbox.
Hasan, F. (2008). Potensi Penerapan Sistem Second Edition, ASQ Quality Press.
Resi Gudang di Indonesia. Institute for
Development of Economic and Financing
(INDEF). Makalah disampaikan pada
Seminar Nasional Sistem Resi Gudang,
Pengembangan Alternatif Pembiayaan
melalui Sistem Resi Gudang. Hotel
Borobudur: tanggal 4 November 2008.
Jakarta.
Hollinger, F, Rutten, L, and Krassimir, K.
(2009). The Use of Warehouse Receipt
Finance in Agriculture in Transition
Countries. Working paper disampaikan
pada World Grain Forum 2009. St.
Petersburg/Russian Federation: tanggal
6-7 Juni 2009.
Kompas. (2013, 13 Juli). Makna Resi Gudang.
Lacroix, R dan Panos, V. (1996). Using
Warehouse Receipts in Developing
Countries and Transition Economies.
Journal Finance and Development. Vol.
33, No. 3, September.
Muhi, H. A. (2011). Fenomena Pembangunan
Desa. Institute Pemerintahan Dalam
Negeri. Jatinangor, Jawa Barat.
Peraturan Bank Indonesia (BI) No. 9/6/PBI
Tahun 2007. Penilaian Kualitas Aktiva
Bank Umum Konvensional. Jakarta:
Bank Indonesia.
Peraturan Menteri Perdagangan No. 26/
M-DAG/PER/6/2007. Barang yang
dapat disimpan di gudang dalam
penyelenggaraan Sistem Resi Gudang.
Jakarta: Kementerian Perdagangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun
2007. Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 9 tahun 2006 tentang Sistem
Resi Gudang. Jakarta: Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Riana, D. (2010). Penggunaan Sistem Resi
Gudang Sebagai Jaminan Perbankan
di Indonesia. Tesis Magister Hukum,
Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Jakarta: Universitas Indonesia

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013 211


212 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013

Anda mungkin juga menyukai