Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS NILAI TAMBAH KELAPA MENJADI KOPRA

DI DESA CERUK
KECAMATAN BUNGURAN TIMUR KABUPATEN
NATUNA(STUDI KASUS INDUSTRI KOPRA BUJANG)

1
Andre agurta, 2Aprianto, 3Mahrul siregar 4Wiro nurandika

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah: 1). Mengetahui proses pengolahan kelapa menjadi kopra pada
industri kopra bujang, 2). Menganalisis besar nilai tambah yang diperoleh pemilik industri
kopra b ujang. Penelitian ini dilaksanakan pada industri kopra bujang yang berada di Desa
Ceruk, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna. Industri ini merupakan insutri
kopra terbesar jika dilihat dari jumlah tenaga kerja dan kapasitas produksinya sebesar 6,42
kw/minggu dibandingkan industri lain juga industri yang paling berpengalaman dalam
mengolah kopra yang berada di Desa Ceruk. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data-data yang diperoleh dari hasil
penelitian dengan wawancara secara langsung dengan pemilik industri dibantu daftar
pertanyaan. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku teks,
jurnal, dan istansi yang terkait. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dan
analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif maupun kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif untuk menjelaskan proses pengolahan
kelapa menjadi kopra pada Industri Kopra Bujang yang masih bersifat tradisional yang terdiri
dari beberapa tahapan yang dimulai dari nyediaan bahan baku berupa kelapa, pengupasan
sabut kelapa, pembelahan kelapa, penjemuran tahap 1, pencungkilan, penjemuran tahap 2,
pencincangan dan pengemasan yang mana masih banyak menggunakan tenaga manusia
dibanding mesin. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis besarnya nilai tambah
kelapa pada Industri Kopra Bujang menggunakan Metode Hayami. Nilai tambah pengolahan
kelapa menjadi kopra adalah sebesar Rp 1.119,60 yang merupakan selisih dari nilai kopra per
kilogram dengan rasio nilai tambah sebesar 50,89%, dan memperoleh margin sebesar Rp
1.200,00 yang didistribusikan ke masing-masing faktor produksi, yaitu: 1). Imbalan tenaga
kerja sebesar 75% yang merupakan faktor produksi tertinggi dimana rasio faktor produksi
>40%; 2). Sumbangan input lain sebesar 6,70% yang merupakan faktor produksi terendah
dimana rasio faktor produksi <15%; sedangkan 3). Keuntungan perusahaan sebesar 18,30%
merupakan faktor produksi sedang dimana rasio faktor produksi berada diantara 15-40%.

Kata kunci: Kelapa, kopra, nilai tambah


ABSTRACT

The research objectives are: 1) Knowing the processing of coconut into copra in the copra
bujang industry, 2) Analyzing the large value added by the copra bujang industry owner. This
research was carried out in the copra udin industry in the village of ceruk, bunguran timur
laut District, natuna Regency. This industry is the largest copra industry when viewed from
the number of workers and its production capacity of 6.42 kw/week compared to other
industries in the village of Pematang Kambat. The types of data used in this study include
primary data and secondary data. Primary data is data obtained from the results of research
by interviewing directly with the owner of the industry assisted by a list of questions.
Secondary data is data obtained from various sources such as textbooks, journals, and related
institutions. The research method used is a case study and data analysis used is qualitative
and quantitative descriptive analysis. This study used a qualitative descriptive analysis to
explain the process of processing coconut into copra in the Bujang Kopra Industry which is
still traditional in nature which consists of several stages starting from the supply of raw
materials in the form of coconut, coconut husk stripping, coconut cleavage, drying stage 1,
plucking, drying stage 2, chopping and packaging which still uses a lot of human power
compared to the engine. Quantitative analysis was used to analyze the value of coconut added
to the Udin Copra Industry which was assisted by the Hayami Method. The added value of
coconut processing into copra is IDR 1,119.60 which is the difference from the copra per
kilogram value with a ratio of added value of 50.89%, and obtains a margin of IDR 1,200.00
which is distributed to each factor of production, namely: 1) . Labor benefits are 75% which
is the highest production factor where the factor ratio is > 40%; 2). The contribution of other
inputs is 6.70% which is the lowest production factor where the production factor ratio is
<15%; while 3). The company's profit of 18.30% is a medium production factor where the
factor production ratio is between 15-40%.

Keywords: Added value, coconut, copra

PENDAHULUAN merupakan salah satu sumberpendapatan


bagi masyarakat Kabupaten Natuna (Badan
Tanaman kelapa dapat menjadi Pusat Statistik Kabupaten Natuna, 2017).
sumber pendapatan bagi keluarga petani, Tanaman kelapa pada Kabupaten
sebagai sumber devisa negara, penyediaan Seruyan menurut kecamatan, dapat dilihat
lapangan kerja, pemicu dan pemacu bahwa Kecamatan Seruyan Hilir Timur
pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru, paling besar jika dilihat dari jumlah
serta sebagai pendorong tumbuh produksinya sebesar 9.030,00 kw dari luas
berkembangnya industri hilir berbasis areal 1.351,00 ha dengan produktivitas
minyak kelapa dan produk turunannya di sebesar 6,68 kw/ha. Luas areal tanaman
Indonesia. Kelapa pada tingkat petani kelapa menurut desa yang berada di
masih banyak dimanfaatkan dalam bentuk Kecamatan Bunguran Timur Laut tahun
kelapa butiran, kopra dan minyak goreng 2016 terbesar adalah Desa Ceruk dengan
yang diolah menggunakan alat tradisional jumlah produksi sebesar 3.950,00 kw dari
(Rahman, 2011). luas areal 427,00 ha sehingga memperoleh
Kelapa merupakan salah satu produktivitas sebesar 9,25 kw/ha.
komoditi perkebunan yang diminati oleh Adapun keadaan industri di
masyarakat yang ada di Kabupaten Natuna. Kecamatan Bunguran Timur Laut pada
Hal ini dikarenakan perkebunan kelapa tahun 2023 menurut desa banyak yang
tidak memerlukan perawatan yang intensif.
Pengolahan kelapa menjadi kopra
hanya menjual kelapa secara gelondongan menjadi kopra. Berdasarkan uraian
sedangkan pada Desa Ceruk meningkatkan tersebut, maka perlu diadakanya penelitian
nilai tambah kelapa dengan mengolahnya mengenai bagaimana proses dan besar nilai
menjadi kopra. tambah kopra pada Industri Kopra Bujang
Pembuatan kopra dilakukan dengan di Desa Ceruk Kecamatan Bunguran Timur
menggunakan bahan bakukelapa yang Laut Kabupaten Natuna.
berasal dari tanaman kelapa yang
dibudidayakan oleh petani, METODE PENELITIAN
dalampembuatan kopra diharapkan akan
memberikan nilai tambah yang jauh Penelitian ini dilaksanakan di Desa
lebihbesar sehingga mampu memberikan Ceruk Kabupaten Natuna (Studi Kasus
kontribusi nilai ekonomi yang tinggi Industri Kopra Bujang), dari bulan Agustus
dandapat pula meningkatkan pendapatan 2021 sampai Januari 2022. Adapun metode
petani maupun pemilik industri kopra penelitian yang digunakan adalah metode
tersebut (Palungkun, 1999). studi kasus, suatu strategi penelitian yang
Nilai tambah adalah pertambahan menyelidiki suatu gejala dalam kehidupan
nilai suatu komoditas karena mengalami nyata. Tujuan dari penggunaan penelitian
proses pengolahan, pengangkutan ataupun studi kasus adalah tidak sekedar untuk
penyimpanan dalam suatu produksi. Proses menjelaskan seperti apa objek yang
pengolahan nilai tambah dapat diteliti, tetapi untuk menjelaskan
didefinisikan sebagai selisih antara nilai bagaimana keberadaan dan mengapa kasus
produk dengan nilai biaya bahan baku dan tersebut dapat terjadi (Yin, 2003).
input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja Data yang dikumpulkan meliputi
(Taringan, 2005). Sementara menurut data primer dan data sekunder. Data primer
Hayami et. al. (1987), nilai tambah adalah merupakan data penelitian yang diperoleh
selisih antara komoditas yang mendapat dari responden yaitu pemilik Industri
perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai Kopra Bujang dengan menggunakan
korbanan yang digunakan selama proses kuesioner yang telah disediakan
berlangsung. Sumber-sumber dari nilai sebelumnya. Data Sekunder merupakan
tambah tersebut adalah dari pemanfaatan data yang digunakan untuk mendukung
faktor-faktor seperti tenaga kerja, modal, data primer, yaitu seperti data yang
sumberdaya manusia dan manajemen. diperoleh dari buku, laporan, maupun
Jumlah industri kopra yang masih dokumen dari instansi pemerintah atau
aktif berada di Desa Ceruk tahun 2023 ada lembaga-lembaga terkait.
empat industri kopra (Dinas Perindustrian Metode dan analisis data yang
Perdagangan dan Koperasi Kabupaten digunakan untuk menjawab tujuan
Natuna. 2020), diantaranya indutri kopra penelitian sebagai berikut:
Pak Bujang. Pemilik Industri Kopra 1. Untuk menjawab tujuan pertama
Bujang masih melakukan teknik menggunakan analisis deskriptif
pengolahan secara tradisional. Hal ini dengan melihat cara pengolahan kelapa
dianggap memerlukan biaya lebih kecil menjadi kopra pada Industri Kopra
daripada mengolah produk turunan dari Bujang Desa Ceruk Kabupaten Natuna
kopra. menggunakan penjelasan sesuai dengan
Kendala dari Industri Kopra Bujang hasil observasi dan kuesioner yang diisi
masih belum memiliki analisis usaha langsung oleh Industri Kopra Bujang.
industri yang dijalaninya. Padahal analisis 2. Untuk menjawab tujuan kedua
usaha sangat penting agar pemilik Industri menganalisis besarnya nilai tambah
Kopra Bujang mengetahui perkembangan yang diperoleh dari proses pengolahan
usaha serta seberapa besar nilai tambah
yang didapat dari pengolahan kelapa
kelapa menjadi kopra menggunakan analisis nilai tambah Hayami.

Tabel 1. Analisis Nilai Tambah Metode Hayami Pengolahan Kopra


No Variabel Rumus Satuan
Output, Input, Harga
1 Kopra A Kg/bulan
2 Kelapa B Kg/bulan
3 Input tenaga kerja C HOK/bulan
4 Faktor konversi m = a/b -
5 Koefisien tenaga kerja n = c/b -
6 Harga Kopra D Rp/kg
7 Tingkat upah rata-rata E Rp/HOK
Pendapatan dan Keuntungan
8 Harga Kelapa F Rp/kg
9 Sumbangan input lain G Rp/kg
10 Nilai kopra k=mxd Rp/kg
11 Nilai tambah i = k-f-g Rp/kg
12 Rasio nilai tambah h = i/k x 100% %
13 Pendapatan tenaga kerja p=nxe Rp/kg
14 Bagian tenaga kerja q = p/i x 100% %
15 Keuntungan r = i-p Rp/kg
16 Tingkat Keuntungan o = r/k x 100% %
Balas Jasa Faktor Produksi
17 Margin s = k-f Rp/kg
a. Imbalan tenaga kerja t = p/s x 100% %
b. Sumbangan input lain u = g/s x 100% %
c. Keuntungan perusahaan v = r/s x 100% %
Sumber: Sudiyono, 2004.

HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan cahaya sinar matahari


langsung, 7). pencincangan, minimal
Proses Pengolahan Kelapa Menjadi menjadi empat bagian agar memudahkan
Kopra pada proses pengemasan serta 8).
Proses pengolahan kelapa menjadi pengemasan kopra yang sudah dicincang
kopra melalui beberapa tahapan dalam karung.
dengan tujuan untuk menghasilkan kopra
yang lebih baik, adapun tahapan Analisis Nilai Tambah
proses pengolahan kelapa menjadi kopra Analisis nilai tambah yang
yaitu: 1). penyediaan bahan baku, 2). dilakukan pada penelitian ini dimulai dari
pengupasan sabut kelapa, 3). pembelahan pengumpulan bahan baku berupa kelapa
untuk memisahkan daging kelapa dengan yang hasil panen sendiri maupun membeli
tempurungnya pada saat melakukan dari hasil panen petani kelapa menjadi
pencungkilan, 4). penjemuran tahap 1 agar produk yang siap dipasarkan. Adapun
dilakukan agar kelapa tidak pecah saat bahan penolong pada pengolahan kopra ini
dicungkil, 5). pencungkilan untuk memi- adalah karung dan tali rafia. Analisis nilai
sahkan daging kelapa dengan tempurung tambah kopra ini dapat dilihat pada Tabel 2
kelapa, 6). penjemuran tahap 2 dengan berikut.
Tabel 2. Hasil Analisis Industri Kopra Bujang Periode Bulan Agustus 2021
No Variabel Satuan Nilai
Output, Input, Harga
1 Kopra (a) Kg/Bulan 2.568,00
2 Kelapa (b) Kg/Bulan 5.136,00
3 Input tenaga kerja (c) HOK 312,00
4 Faktor konversi (m = a/b) - 0,50
5 Koefisien tenaga kerja (n = c/b) HOK/Kg 0,06
6 Harga Kopra (d) Rp/Kg 4.400,00
7 Tingkat upah rata-rata (e) Rp/HOK 15.000,00
Penerimaan dan Keuntungan
8 Harga Kelapa (f) Rp/kg 1.000,00
9 Sumbangan input lain (g) Rp/kg 80,40
10 Nilai kopra (k = m x d) Rp/kg 2.200,00
11 a. Nilai tambah (i = k-f-g) Rp/kg 1.119,60
b. Rasio nilai tambah (h = i/k x 100%) % 50,89
12 a. Pendapatan tenaga kerja (p = n x e) Rp/kg 900,00
b. Bagian tenaga kerja (q = p/i x 100%) % 80,38
13 a. Keuntungan (r = i-p) Rp/kg 219,60
b. Tingkat Keuntungan (o = r/k x 100%) % 9,98
Balas Jasa Industri Kopra Udin pada Faktor Pro-
duksi
14 Margin (s = k-f) Rp/kg 1.200,00
a. Imbalan tenaga kerja % 75,00
b. Sumbangan input lain % 6,70
c. Keuntungan perusahaan % 18,30
Sumber: Data primer yang diolah, 2021.

Berdasarkan Tabel 2 tersebut dike- setiap pengolahan per kilogram kelapa


tahui bahwa diperoleh kopra sebanyak diperlukan 0,06 HOK.
2.565,00 kg dari bahan baku kelapa Sumbangan input lain yang
sebanyak 5.136,00 kg. Hasil perhitungan diperoleh sebesar 80,40/kg, artinya setiap
untuk faktor konversi dari kelapa menjadi pengolahan per kilogram kelapa diperlukan
kopra yaitu sebesar 0,50 yang artinya biaya sumbangan input lain sebesar Rp
setiap satu kilogram kelapa menghasilkan 80,40 yang diperoleh dari pembagian
0,50 kg produk kopra. antara total sumbangan input lain dengan
Tenaga kerja yang digunakan pada jumlah bahan baku yang digunakan.
Industri Kopra Bujang selama satu bulan Sumbangan input lain yang dimaksud
sebanyak 13 orang karyawan yang terdiri adalah jumlah bahan penunjang dan
dari 10 orang karyawan laki-laki dan 3 peralatan yang digunakan. Harga kopra
orang karyawan perempuan dengan hari yaitu sebesar Rp 4.400,00/kg.
kerja sebanyak 24 hari dalam 1 bulan per Nilai tambah yang diperoleh
tenaga kerja. Total hari kerja keseluruhan sebesar Rp 1.119,60 yang merupakan
selama satu bulan adalah 312/HOK. Untuk selisih dari nilai kopra per kilogram kelapa
tingkat upah rata-rata yang diterima dengan harga kelapa ditambah sumbangan
karyawan adalah Rp 15.000,00/HOK. Dari input lainnya. Rasio nilai tambah yang
perhitungan, diketahui koefisien tenaga diperoleh 50,89% dari nilai kopra.
kerja diperoleh sebesar 0,06 yang artinya Keuntungan yang diperoleh Industri Kopra
Udin sebesar 9,98% dari nilai produk atau
Rp 219,60/kg dari pengurangan nilai kualitas dari hasil pengolahan dimana
tambah dengan pendapatan tenaga kerja. diketahui distribusi margin tertinggi
Keuntungan industri pengolahan kopra ini disumbangkan oleh jasa imbalan tenaga
masih merupakan keuntungan kotor karena kerja. Tingginya balas jasa yang
dalam analisis ini belum termasuk biaya- disumbangkan oleh imbalan tenaga kerja
biaya lain dalam proses pemasaran. Industri Kopra Udin mencerminkan jumlah
Dari analisis nilai tambah diperoleh kekayaan yang diciptakan dari usaha
marjin sebesar Rp 1.200,00 yang pengolahan kopra lebih banyak
didistribusikan kepada masing-masing disumbangkan untuk tenaga kerja, dimana
faktor produksi, yaitu: 1) Persentase semakin banyak jumlah tenaga kerja maka
Imbalan tenaga kerja sebesar 75% atau Rp semakin tinggi pula sumbangan untuk jasa
900,00/kg; 2) Persentase sumbangan input tenaga kerja.
lain sebesar 6,70% atau Rp 80,40/kg
kelapa; dan 3) Persentase keuntungan KESIMPULAN DAN SARAN
pengolahan sebesar 18,30% atau Rp
219,60/kg kelapa. Kesimpulan
Imbalan tenaga kerja menyumbang Berdasarkan hasil penelitian yang
sebesar 75% dari total margin, dengan telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
demikian imbalan tenaga kerja merupakan sebagai berikut:
faktor produksi yang tinggi dimana rasio 1. Proses pengolahan kelapa menjadi kopra
faktor produksi > 40% dari margin. dilakukan dengan berbagai tahapan
Menunjukkan pengolahan kopra diantaranya adalah penyediaan bahan
memerlukan jasa yang besar dari tenaga baku berupa kelapa, pengupasan sabut
kerja, besarnya jasa ini bisa dari banyaknya kelapa, pembelahan kelapa,
tenaga kerja atau dari upah tenaga kerja penjemuran tahap 1, pencungkilan,
yang digunakan. Dalam penelitian ini penjemuran tahap 2 menggunakan
diketahui besarnya imbalan bagi tenaga bantuan cahaya matahari langsung,
kerja disebabkan karena jumlah tenaga pencincangan, dan pengemasan. Setiap
kerja yang banyak dengan proses proses pengolahan pada Industri Kopra
pengolahan yang panjang walaupun upah Udin masih bersifat tradisional. Hal
yang diberikan sedikit. tersebut dapat dilihat dari
Sumbangan input lain hanya berlangsungnya proses pengolahan
sebesar 6,70% dari total margin, artinya yang lebih banyak melibatkan
faktor produksi yang rendah dimana rasio sumberdaya manusia dibanding mesin.
faktor produksi < 15% dari total margin. 2. Nilai tambah pengolahan kelapa
Hal ini menunjukkan input lain yang menjadi kopra adalah sebesar Rp
digunakan memiliki jasa yang kecil, 1.119,60 yang merupakan selisih dari
kecilnya jasa dari input lain diketahui nilai kopra per kilogram dengan rasio
karena input tambahan yang digunakan nilai tambah sebesar 50,89%, dan
pada pengolahan kopra hanya memerlukan memperoleh margin sebesar Rp
karung dan tali rafia sehingga biaya yang 1.200,00 yang didistribusikan ke
digunakan pun kecil. masing-masing balas jasa industri
Keuntungan untuk pemodal atau kopra udin pada faktor produksi, yaitu:
pemilik Industri dalam memproduksi kopra 1). imbalan tenaga kerja sebesar 75%
mendistribusikan jasanya sebesar 18,30% yang merupakan faktor produksi
dari total margin, hal ini berarti tertinggi dimana rasio faktor produksi
keuntungan dalam kategori sedang dimana > 40%; 2). sumbangan input lain
rasio berada pada 15-40% dari margin. sebesar 6,70% yang merupakan faktor
Proses produksi tidak berfokus pada produksi terendah dimana rasio faktor
tingkat penjualan dan pertumbuhan serta
produksi < 15%; sedangkan
3).
keuntungan perusahaan sebesar 18,30% Natuna Dalam Angka Tahun 2016.
merupakan faktor produksi sedang Palangka Raya: BPS Provinsi
dimana rasio faktor produksi berada Kalimantan Tengah.
diantara 15-40%. Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koperasi Kabupaten Natuna.
Saran (2019). Industri Kecil Menengah
1. Proses pengolahan kopra pada Industri Kopra Tahun 2020. Natuna: Dinas
Kopra Udin yang bersifat tradisional Perindustrian Perdagangan dan
sebaiknya dirubah menjadi modern Koperasi Kabupaten Natuna.
menggunakan tenaga mesin seperti alat Hayami, Y. Kawagoe, T. Morooko Y. &
pengupas sabut kelapa, pencungkilan, Siregar, M. (1987). Agricultural
pencincangan maupun pengeringan Marketing and Processing in
dengan berbagai keuntungan yang Upland Java. A Pers Pective From
dapat dipertimbangkan seperti a Sunda Village. Bogor: CGPRTC.
penyediaan bahan baku akan semakin https://www.cabirect.org. Diakses
meningkat dari yang sebelumnya pada 20 juni 2023.
karena pekerjaan akan cepat selesai dan Palungkun, R. (1999). Aneka Produk
akan menghasilkan kopra yang lebih Olahan Kelapa. Jakarta: Penebar
banyak pula. Setiap hasil kegiatan Swadaya.
pengolahan diharapkan dapat Sudiyono, A. (2014). Pemasaran Pertanian,
meningkatkan kualitas dari dua bentuk Edisi Kedua. Malang: Universitas
(kelapa dan kopra) sehingga harga Muhammadiyah Malang.
kopra menjadi lebih tinggi. Taringan, R. (2005). Ekonomi Regional
2. Nilai tambah yang diperoleh pada Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi
proses pengolahan kopra sudah baik Aksara.
tetapi bisa ditingkatkan kembali dengan Yin, R. K. (2003). Studi Kasus (Desain dan
mengolah produk turunan dari kelapa Metode). Jakarta: Raja Grafindo
maupun kopra serta memanfaatkan Perada.
limbah dengan mempertimbangkan
sumbangan input lain. Produk yang
dihasilkan dan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti lainnya tidak
hanya kopra saja tetapi sampai kepada
CCO (Crude Coconut Oil), minyak
goreng kelapa dan margarine
sedangkan limbah dari pengolahan
kopra seperti air kelapa, sabut dan
tempurung kelapa menjadi produk baru
seperti cuka air kelapa, kecap, nata de
coco, keset, kerajinan tangan serta
bahan bakar yang digunakan dalam
pengolahan kopra yang memiliki nilai
jual sehingga dapat menambah
keuntungan pemilik Industri Kopra
Bujang.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan


riau. (2019). Kabupaten

Anda mungkin juga menyukai