Anda di halaman 1dari 8

Vol 1 No 3, April 2023

E-ISSN 2962-3073

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PENGOLAHAN SABUT KELAPA


DI KABUPATEN KOLAKA

Suharlinda1, Hasbiadi2*
1,2Program Studi Agribisnis, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

Kolaka, Indonesia, Kodepos 93514


*Email Korespondensi : hasbiadi@gmail.com

Paper received : Revised : Accepted :


1 April 2023 14 April 2023 30 April 2023

Abstrak. Sabut kelapa merupakan salah satu komponen buah kelapa yang bilah
diolah dan diurai dapat menjadi produk yang dibutuhkan bagi pasar domestik dan
bahkan menjadi produk yang bernilai tinggi. Serbuk sabut kelapa (cocopeat) dan
serat sabut kelapa yang telah dililit (cocomesh) merupakan dua produk turunan
dari sabut kelapa yang melalui beberapa penelitian dapat diolah menjadi media
tanam. Permasalahan yang dihadapi adalah, luas lahan dan limbah sabut kelapa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi biaya tetap dan biaya variabel
pada usaha pengolahan sabut kelapa dan untuk menganalisis pendapatan usaha
pengolahan sabut kelapa. Metode analisis yang digunakan untuk mengatahui
proses pemanfaatan limbah sabut kelapa menjadi cocopeat dan cocomesh adalah
deskriptif kualitatif dan untuk menganalisis pendapatan usaha pengolahan sabut
kelapa menggunakan metode anlisis pendapatan. Data yang digunakan adalah
data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan biaya tetap dan
biaya variabel pada usaha pengolahan sabut kelapa biaya tetap yang dikeluarkan
selama satu bulan sebesar Rp275.000 sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan
sebesar Rp 8.422.600 dan pendapatan usaha pengolahan sabut kelapa
menunjukkan nilai pendapat rata-rata sebesar Rp 2.827.400 perbulan pada tahun
2022.
Kata Kunci : sabut kelapa; biaya; pendapatan

Abstract. Coconut coir is one of the components of coconut fruit whose blades are
processed and decomposed into products needed for the domestic market and
even into products of high value. Coconut coir powder (cocopeat) and cocopeat
fiber (cocomesh) are two derivative products from coconut coir which through
several studies can be processed into planting media. The problems faced are land
area and coconut coir waste. This study aims to identify fixed costs and variable
costs in the coconut coir processing business and to analyze the acquisition of the
coconut coir processing business. The analytical method used to find out the
process of utilizing coconut coir waste into cocopeat and cocomesh is descriptive
qualitative and to analyze the income of the coconut coir processing business using
the income analysis method. The data used are primary data and secondary data.
The results showed that the fixed costs and variable costs in the coconut coir
processing business, the fixed costs incurred for one month amounted to Rp.
275,000 while the variable costs incurred were Rp. 8,422,600 and the income from

124
Vol 1 No 3, April 2023
E-ISSN 2962-3073

the coconut coir processing business showed an average income value of Rp. 2,827.
400 per month in 2022.
Keywords: coconut coir; cost; income.

I. PENDAHULUAN
Kelapa merupakan tumbuhan yang hampir semua bagiannya dapat
dimanfaatkan. Dengan demikian semakin banyak jumlah kelapa yang dikomsumsi,
maka limbah sabut kelapa akan makin menumpuk. Sabut kelapa merupakan kulit
kelapa pada bagian luar. Sehingga limbah sabut kelapa tersebut dapat mencemari
lingkungan dan dapat mengganggu pemandangan (Rizaty,2021).
Menurut data direktorat jendral perkebunan luas lahan perkebunan kelapa
di Indonesia sebanyak 3.548.883 ha dengan produksi 2.887.961 ton/tahun
(Direktorat Jendral Perkebunan, (2015); Muzaki et al, 2020). Hasil samping dari
buah kelapa yaitu tempurung dan sabut kelapa yang belum banyak
dimamfaatankan oleh masyarakat khususnya untuk dijadikan campuran pakan
ternak ruminansia sebagai sumber serat.
Produksi buah kelapa Indonesia rata-rata 15,5 milyar butir/tahun atau setara
dengan 3,02 juta ton kopra, 3,75 juta ton air, 075 juta ton arang tempurung 1.8
juta serat serabut dan 3,3 juta ton debu serabut (Azzaki et al, 2020).
Tanaman kelapa merupakan tanaman yang banyak dijumpai di seluruh
pelosok nusantara, sehingga hasil alam berupa kelapa di Indonesia sangat
melimpah. Sampai saat ini pemfaatan limbah beruapa sabut kelapa masih terbatas
pada industri-industri mebel dan kerajinan rumah tangga dan belum diolah
menjadi produk teknologi. Limbah serat buah kelapa sangat potensial digunakan
sebagai penguat bahan baru pada komposit. Beberapa keistimewaan
pemanfaatan serat sabut kelapa sebagai bahan baru rekayasa antara lain
menghasilkan bahan baru komposit alam yang ramah lingkungan dan mendukung
gagasan pamanfaatan serat sabut kelapa sebagai bahanmenjadi produk yang
mimiliki nilai ekonomi dan teknologi tinggi (Amin & Samsur 2010).
Limbah hasil pengupasan buah kelapa antara lain tempurung dan sabut
kelapa yang terdiri atas serat dan serbuk sabut kelapa. Serat adalah bagian yang
berharga dari sabut. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75% dari
sabut), dan gabus 175 gram (25% dari sabut). Dengan produksi buah kelapa
indonesia rata-rata 15,5 milyar butir/tahun atau setara dengan 1,8 juta ton serat
sabut, dan 3,3 juta ton debu sabut (Agustian et al., 2003).
Sabut kelapa dalam hal ini Ketebalan sabut kelapa sekitar 5-6 cm yang terdiri
atas lapisan luar (Endocarpium). Endorcarpium mengandung serat-serat halus
yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat tali, karung, pulp, karpet, sikat,
keset, isolator panas dan bahan pengisi jok kursi/mobil. Komposisi kimia sabut
kelapa terdiri atas solulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, tannin, dan

125
Vol 1 No 3, April 2023
E-ISSN 2962-3073

potassium. Namun ketersedian material yang cukup banyak tersebut belum


dimanfaatkan untuk membangun industri pengolahan hasil samping buah kelapa
terutama sabut kelapa secara optimal (Indahyani, 2011).
Limbah hasil pengupasan buah kelapa antara lain tempurung dan sabut
kelapa yang terdiri atas serat dan serbuk sabut kelapa. Serat adalah bagian yang
berharga dari sabut. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75% dari
sabut), dan gabus 175 gram (25% dari sabut). Dengan produksi buah kelapa
indonesia rata-rata 15,5 milyar butir/tahun atau setara dengan 1,8 juta ton serat
sabut, dan 3,3 juta ton debu sabut (Agustian et al., 2003).
Salah satu cara untuk menambah nilai dari limbah sabut kelapa yaitu dengan
mengubahnya menjadi cocopeat dan cocomesh. Cocopeat merupakan produk
olahan yang berasal dari proses pemisahan sabut kelapa. Ketika serat sabut kelapa
terpisah, maka akan menghasilkan serbuk kelapa atau cocopeat. Cocopeat adalah
media tanam alternative yang dapat digunakan untuk budidaya bergabagai jenis
tanaman, terlebih untuk sistem bertanam hidroponik (Pratiwi, 2013). Tujuan
dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi biaya tetap dan biaya variabel pada
usaha pengolahan sabut kelapa dan untuk menganalisis pendapatan usaha
pengolahan sabut kelapa.

II. METODE
Penelitian ini berlokasi di KUB Mattirowalie Desa Tolowe Ponre Waru
Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka. Lokasi penelitian ini dilakukan dengan
sengaja karena merupakan salah satu usaha yang ada di kabupaten kolaka.
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan Februari sampai
Maret 2023. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi,
wawancara, studi pustaka.
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, metode analisis yang
digunakan untuk tujuan penelitian pertama yakni untuk mengidentifikasi biaya
tetap dan biaya variabel pada usaha pengolahan sabut kelapa, akan digunakan
deskriptif kuantitatif. Menurut wulandari et al., (2020) metode analisis deskriptif
kuantitatif merupakan cara pengolahan data yang dilakukan secara sistematis
dalam bentuk angka hingga memperoleh kesimpulan. Secara matematis rumus
untuk menghitung biaya variabel dan biaya tetap yaitu sebagai berikut:
a. Analisis biaya
Menurut Suratiyah (2015) untuk menghitung besar-nya biaya total (total cost)
diproleh dengan cara menjumlah biaya tetap (fixed cost) dengan biaya variabel
(variabel cost) dengan rumus sebagai berikut:

126
Vol 1 No 3, April 2023
E-ISSN 2962-3073

𝑇𝐶 = 𝐹𝐶 + 𝑉𝐶
Dimana :
TC = Total cost (Biaya Total)
FC = Fixed cost (Biaya Tetap)
VC = Variable cost (Biaya Variabel)
Metode analisis yang digunakan untuk penelitian kedua yakni teknik analisis
deskriptif kuantitatif. Menurut wulandari dkk (2020) metode analisis deskriptif
kuantitatif merupakan cara mengolah data yang dilakukan secara sistematis dalam
bentuk angka hingga memproleh kesimpulan. Secara matematis rumus untuk
menentukan pendapatan yaitu sebagai berikut:
b. Analisis Pendapatan
Menurut Suratiyah (2015) pendapatan adalah selisi antara penerimaan (TR) dan
Biaya Total (TC) dan dinyatakan dengan rumus :
𝐼 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶
Dimana :
I = Income (pendapatan)
TR = Total revenue (penerimaan total)
TC = Total cost (biaya total)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Mengidentifikasi Biaya Tetap dan Biaya Variabel Pada Usaha Pengolahan
Sabut Kelapa
Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan dengan total biaya
yang dikeluarkan dalam melakukan suatu usaha. Besar peneriman usaha
pengolahan sabut kelapa diperoleh dari hasil penjualan cocopeat dan cocomesh
dikurangi total biaya yang dikeluarkan selama satu bulan. Tingkan penerimaan
pedagang cocopeat dan cocomesh di kabupaten kolaka dapat dilihat pada tabel 1
berikut.
Biaya tetap merupakan biaya yang dikelurkan ketua KUB Mattirowalie yang
sifatnya tetap tidak tergantung dari besar kecilnya produksi. Biaya tetap umumnya
didefinisikan sebagai biaya yang relative tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan
walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tetap dalam
penelitian ini terdiri dari biaya penyusutan alat. Biaya tetap yang dikeluarkan ketua
KUB Mattirowalie dapat dilihat pada tabel 2.

127
Vol 1 No 3, April 2023
E-ISSN 2962-3073

Tabel 2. Biaya Penyusutan Alat-Alat Produksi Cocopeat dan Cocomesh pada KUB
Mattirowalie di Kabupaten Kolaka
Umur Peyusutan mesin
Jumlah Harga Nilai
No Nama barang ekonomis
barang satuan (Rp) residu(sisa) Tahun
(tahun)
1 Parang 2 150,000 5 20,000 26,000
2 Skop 6 170,000 5 30,000 28,000
3 Mesin pengurai 1 30,000,000 10 15,000,000 1,500.000
4 Mesin pengayakan 1 22,000,000 10 11,000,000 1,100.000
6 Mesin penlilit 1 12,000,000 10 6,000,000 600,000
7 Terpal 4 250,000 5 20,000 46,000

3,300,000
Total Pertahun
Total Perbulan 275,000
Sumber: data diolah penulis (2023)

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa biaya penyusutan alat perbulan


pada KUB Mattirowalie yang ada di Kabupaten Kolaka yaitu sebesar Rp 275.000.
Biaya variabel dalam penelitian ini adalah biaya yang sifatnya berubah-ubah sesuai
jumlah produksinya sehingga besar kecilnya biaya variabel akan ditentukan oleh
skala besar kecilnya usaha dan produksi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan
oleh ketua pada KUB Mattirowalie di Kabupaten Kolaka dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Penggunaan Sarana Produksi Biaya Variabel (VC) yang di keluarkan


selama satu bulan oleh ketua pada KUB Mattirowalie di Kabupaten Kolaka
Biaya Variabel
No. Uraian
(Rp)
1 Bahan baku (sabut kelapa) -
2 Bensin 100,000
3 Solar 60,000
4 Listrik 50,000
5 Karung 62,500
6 Upah Tenaga Kerja 8,100,000
7 Pemeliharaan alat 150,000
Jumlah 8,422,600
Sumber : Data Primer Diolah Penulis (202

Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa jumlah biaya variabel yang ada di KUB
Mattirowalie sebesar Rp 8.422.600.

128
Vol 1 No 3, April 2023
E-ISSN 2962-3073

2. Menganalisis Pendapatan Usaha Pengolahan Sabut Kelapa


Pendapatan merupakan hasil dari total penerimaan dikurangi dengan total
biaya. Besarnya pendapatan KUB Mattirowalie di Kabupaten Kolaka yaitu
diperoleh dari total biaya dikeluarkan. Adapun besarnya pendapatan KUB
Mattirowalie yang ada di Kabupaten Kolaka yaitu dapat dilihat pada tabel 4
berikut.

Tabel 4. Analisis Total Pendapatan Pembuatan Cocopeat dan Cocomesh


pada KUB Mattirowalie di Kabupaten Kolaka
Uraian Jumlah (Rp)
Total Penerimaan (TR) 11,250,000
Total Biaya (TC) 8,422,600
Jumlah 2,827,400
Sumber : Data primer diolah penulis (2023)

Tabel 4 dapat diketahui bahwa penerimaan KUB Mattirowalie pembuatan


cocopeat dan cocomesh di Kabupaten Kolaka adalah sebesar Rp 2,827,400/bulan,
pengeluaran total biaya produksi yang dikeluarkan dalam proses produksi
pembuatan cocopeat dan cocomesh sebesar Rp8,422,600/bulan, sehingga
keuntungan yang diperoleh KUB Mattirowalie sebesar Rp 2,827,400/bulan.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa KUB Mattirowalie
masih dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya dan tidak mengalami
kerugian secara signifikan seperti apa yang dikhawatirkan KUB Mattirowalie di
Kabupaten Kolaka, tepatnya yang terletak di Desa Tolowe Ponrewaru. Dalam
meningkatkan pendapatan KUB Mattirowalie ini bisa dilakukan dengan cara
meningkatkan jumlah bahan baku produksi yang dihasilkan, kemudian
memperluas permintaan pasar yang ada dengan membangun relasi yang baik
kepada instansi terkait, meningkatkan harga jual yang sesuai, serta mampu
berinovasi dalam mengembangkan produk agar tidak mengalami kerugian dan
permintaan banyak. Sehingga diperlukan penambahan karyawan agar produksi
yang dilakukan dapat bekerja dengan efektif dan efesien.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang diperoleh Kusuma
dan Siswanto (2019) bahwa sabut kelapa atau kulit kelapa yang dijadikan sebuah
kerajinan tangan yang bernilai ekonomi tinggi dengan menjadikannya sebagai
sapu ijuk, sapu lidi, keset, cocomesh, cocofiber dan lain sebagaianya yang terbuat
dari sabut kelapa dapat meningkatkan penghasilan masyarakat, mengurangnya
jumlah pengangguran khususnya ibu rumah tangga.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa KUB
Mattirowalie masih dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya dan tidak

129
Vol 1 No 3, April 2023
E-ISSN 2962-3073

mengalami kerugian secara signifikan seperti apa yang dikhawatirkan KUB


Mattirowalie di Kabupaten Kolaka, tepatnya yang terletak di Desa Tolowe
Ponrewaru. Dalam meningkatkan pendapatan KUB Mattirowalie ini bisa dilakukan
dengan cara meningkatkan jumlah bahan baku produksi yang dihasilkan,
kemudian memperluas permintaan pasar yang ada dengan membangun relasi
yang baik kepada instansi terkait, meningkatkan harga jual yang sesuai, serta
mampu berinovasi dalam mengembangkan produk agar tidak mengalami kerugian
dan permintaan banyak. Sehingga diperlukan penambahan karyawan agar
produksi yang dilakukan dapat bekerja dengan efektif dan efesien.

Kesimpulan
Biaya tetap dan biaya variabel pada usaha pengolahan sabut kelapa, biaya
tetap yang dikeluarkan sebesar Rp275.000 perbulan, sedangkan biaya variabel
yang dikeluarkan sebesar Rp 8.422.600 perbulan, dan Pendapatan KUB
Mattirowalie dalam mengolah limbah sabut kelapa menjadi cocopeat dan
cocomesh memperoleh pendapatan bersih dalam satu bulan sebesar Rp 2.827.400
bernilai positif sehingga mengidentifikasi usaha tersebut menguntungkan.

Daftar Pustaka
Agustian, A., Friyantno, S., Supadi, & Askin, A. (2003). Analisis Pengembangan
Agroindustri Komoditas Perkebunan Rakyat (Kopi Dan Kelapa)
Dalam Mendukung Peningkatan Daya Saing Pertanian. Makalah
Seminar Hasil Penelitian Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Sosial Ekonomi Pertanian Bogor. (P. 38)
Amin, M., & Samsudi, R, (2010). Pemanfaatan Limbah Serat Sabut Kelapa Sebagai
Bahan Pembuat Helm Pengendara Kendaraan Roda Dua. Prosiding
Seminar Nasional & Internasional (Vol. 3, No. 1).
Amin, Sarmidi. (2009). Coco Preneurship-Aneka Peluang Bisnis Dari Kelapa.
Yogyakarta : Lily Publisher.
Azzaki, D.A., Muhammad, I., Vera, M., Arifin., Isna, A., & Dian, R.J. (2020) Potensi
Pemanfaatan Limbah Serabut Kelapa (Cocofiber) Menjadi Pot
Serabut Kelapa (Cocopot). Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basa,
08(1), 039-048.
Indahyani, T. (2011). Pemanfaatan Limbah Sabut Kelapa pada Perencanaan
Interior dan Furniture yang Berdampak pada Pemberdayaan
Masyarakat Miskin. Humaniora, 2(1), 15-23.
Oktariani, R., & Yazid, M. (2022). Analisis Keuntungan Usaha Pengolahan Sabut
Kelapa Di Pt Bhumi Tirta Siwijaya Kabupaten Banyuasin (Doctoral
Dissertation, Sriwijaya University)

130
Vol 1 No 3, April 2023
E-ISSN 2962-3073

Pratiwi, Wiwit Sri Werdi. (2013). Pemanfaatan Sabut Kelapa Pada Perencanaan
Interior Dan Furniture Yang Berdampak Pada Pemberdayaan
Masyarakat Miskin. Humaniora. Vol. 2 No. 1. Hal 1-9.
Sutariyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wulandari, I. G. A. A. M., Sudatha, I. G. W., & Simamora, A. H. (2020).
Pengembangan Pembelajaran Blended Pada Mata Kuliah Ahara
Yoga Semester Ii Di Ihdn Denpasar. Jurnal Edutech Indisksha, 8 (1),
1-15.

131

Anda mungkin juga menyukai