Abstract: Pekalongan is one of the batik cities in Central Java, many batik SMEs thrive in
Pekalongan. Batik SMEs indicated a cause of environmental pollution that occurred in the city of
Pekalongan. Pollution caused by the use of chemicals in the dyeing process. This study aims to
measure the eco-costs and eco-efficiency rate of batik products, as well as looking for suggestions
on improving eco-efficiency. Eco-efficiency rate is measured by using LCA (Life Cycle Assess-
ment) doped with SimaPro software. This method is used to evaluate the environmental impacts
arising from the use of the constituent materials. The results of the data processing show that
the value of eco-costs for chemical dye batik is Rp 188,028.32, with eco-efficiency rate is 68.74%.
Batik industries are not sustainable and affordable. Economizing of the resourcing and applying
cleaner production can be accomplished to enhance the eco-efficiency rate. Cleaner production
can be achieved using natural dyes and implement End of Life strategies.
Keywords: Batik, dye chemicals, life cycle analysis, eco cost, eco efficiency.
137
Puspita Sari et al. / Pengukuran Tingkat Eko-efisiensi/ JTI, Vol. 14, No. 2, Desember 2012, pp. 139-144
nik di Kanada. Proses peralihan ke produksi organik di Pekalongan, hasil uji laboratorium yang dilaku-
mampu mengurangi konsumsi energi, pemanasan kan terhadap empat sampel air limbah batik
global dan emisi. Sementara Michelsen dan Fet [7] menunjukkan bahwa tingkat pencemaran sudah di
melakukan penelitian eko-efisiensi di Industri Kecil atas batas yang ditolerir.
Menengah (IKM). Hasil penelitian ini memaparkan
bagaimana IKM mebel dapat memperbaiki kinerja Dilihat dari komponen penyusunnya, penggunaan
lingkungan di rantai pasoknya melalui penilaian zat pewarna yang mengandung bahan kimia hingga
produk, identifikasi proses kritis yang akan penggunaan lilin yang tidak dapat larut dalam air
diperbaiki, dan identifikasi pelaku pada rantai menimbulkan permasalahan di lingkungan sekitar.
pasok. Penggunaan bahan kimia yang digunakan di indus-
tri batik dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
Fokus penelitian terkait dengan eko efisiensi sebagi- seperti iritasi dan gangguan kulit lainnya dalam
an besar masih terfokus pada industri besar, belum bentuk gatal-gatal, kulit kering dan pecah-pecah,
banyak yang menyentuh IKM. Hal ini bisa jadi kemerah-merahan (luka bergelembung), eritema
disebabkan karena skala produksi IKM yang kecil, (kulit bintik-bintik), dan sebagainya (Lestari [6]).
sehingga dampak/emisi yang diakibatkan juga kecil
dan dianggap belum membahayakan lingkungan. Hal tersebut di atas, juga terjadi pada IKM Batik
Akan tetapi saat ini IKM berkembang dengan Larisa Pekalongan. Batik Larisa merupakan salah
cukup pesat sehingga jumlah IKM juga menjadi satu pengrajin batik tulis dan cap yang ada di salah
banyak, dampak yang kecilpun akan terakumulasi
satu sentra batik di Kota Pekalongan. Berdasarkan
menjadi besar dan ini membutuhkan suatu kewas-
observasi yang telah dilakukan, Batik Larisa meru-
padaan. Sehingga penelitian ini mencoba untuk
pakan salah satu IKM batik di kampung batik di
mengukur dan menganalisis tingkat eko efisiensi di
Kota Pekalongan yang menggunakan bahan-bahan
IKM, khususnya IKM Batik. Saat ini batik merupa-
kimia, dan bahan kimia merupakan bahan yang
kan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang
kurang ramah lingkungan. IKM ini belum memiliki
dalam proses produksinya menghasilkan limbah
IPAL dan langsung membuang limbahnya ke
yang mencemari lingkungan baik limbah padat
sungai. Limbah dari IKM ini merupakan salah satu
maupun limbah cair.
hal yang menyebabkan air sungai menjadi ber-
Di Jawa Tengah terdapat beberapa kota penghasil warna dan berbau akibat pembuangan langsung
batik di Indonesia, salah satunya ialah Kota limbah ke aliran sungai. Oleh karena itu, berdasar-
Pekalongan yang dikenal dengan sebutan Kota kan hasil wawancara dengan warga sekitar, batik
Batik. Hal ini dikarenakan batik merupakan sum- dengan menggunakan bahan kimia dinilai dapat
ber ekonomi bagi sebagian besar masyarakat Peka- mencemari lingkungan.
longan (Aka [1]). Sebagian besar industry batik di
Kota Pekalongan berupa IKM atau home industry. Sebagai upaya untuk meningkatkan eko-efisiensi
Dari 632 IKM batik yang tersebar di 16 sentra batik produksi dan meminimasi limbah yang dihasilkan
Pekalongan, empat diantaranya berskala usaha me- pada proses industri batik, perlu adanya penerapan
nengah (BPS Kota Pekalongan [2]). produksi berkelanjutan dengan menghasilkan pro-
duk kompetitif yang ramah lingkungan menuju eko-
Banyaknya industri atau IKM batik yang ada di efisiensi. Konsep ini bertujuan menghasilkan produk
Kota Pekalongan menyumbang tidak sedikit limbah dengan harga yang kompetitif serta meningkatkan
cair yang dapat merusak lingkungan, ditambah lagi kualitas hidup dengan mengurangi dampak ling-
dengan besar dan jenis energi yang digunakan sela- kungan dan pemakaian sumber daya melalui daur
ma proses pembatikan. Kepala Seksi Monitoring hidup (life cycle). Untuk mengetahui tingkat sustain-
dan Pemulihan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) able suatu produk perlu dilakukan pengukuran
Kota Pekalongan, Kurniawan dalam ANTARA tingkat eko-efisiensi dari produk tersebut, dalam hal
(2011) menyatakan bahwa dengan banyaknya in- ini adalah produk batik.
dustri kecil, maka dapat dipastikan kota Peka-
longan menghasilkan volume limbah yang besar. Pengukuran mengenai dampak dari penggunaan
Saat ini pembuangan limbah dari industri kecil di material penyusun batik ini dapat diukur dengan
Kota Pekalongan mampu mencapai 4.440 meter menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA).
kubik per hari padahal instalasi pengolahan air LCA merupakan metode yang digunakan untuk
limbah (IPAL) terpadu hanya mampu menampung mengukur dampak dari segi teknologi, ekonomi dan
limbah 1.500 meter kubik limbah cair dan selebih- lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk meng-
nya dibuang ke sungai. hitung eco-cost dari penggunaan material penyusun
produk batik dan mengukur tingkat eko-efisiensi
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan produk batik serta memberikan usulan rekomendasi
oleh Zuhri [19] mengenai pencemaran limbah batik untuk meningkatkan tingkat eko-efisiensinya.
138
Puspita Sari et al. / Pengukuran Tingkat Eko-efisiensi / JTI, Vol. 14, No. 2, Desember 2012, pp. 137-144
139
Puspita Sari et al. / Pengukuran Tingkat Eko-efisiensi/ JTI, Vol. 14, No. 2, Desember 2012, pp. 139-144
Eco-C osts
LCI ( Life Cycle Inventory)
Karakterisasi
Input:
Dampak
Jenis &Jumlah LCIA (Life Cycle Impact Assessment)
bahan baku
Jenis &Jumlah Karakterisasi Faktor
energi Normalisasi
Jenis &Banyak
Normalisasi
limbah
Faktor
Pembobotan Pembobotan
Single Score
Eco-Efficiency Index (EEI) Produk nya berupa nilai skala environment produk untuk
mengetahui nilai skala lingkungan dari produk
Perhitungan ini berfungsi untuk mengetahui nilai batik. (2) Eco-costs per value ratio (EVR) produk.
affordable dan sustainable dari produksi batik. Input Perhitungan EVR, yang diperoleh dengan cara
EEI berupa besar eco-cost yang dihasilkan dan besar membagi nilai eco-cost yang dihasilkan dengan nilai
net value produk dengan input nilai rasio kelayakan net value yang diperoleh. Inputnya berupa besar eco-
keuntungan (benefit cost). Cara perhitungan EEI costs yang dihasilkan dan besar net value produk,
dapat dilihat pada persamaan (2). (Tak Hur [12]). Sedangkan output-nya berupa nilai rasio EVR
produk sehingga diketahui rasio eco-costs dengan net
EEI = (2) value. Cara perhitungan EER rate dapat dilihat
pada persamaan (3). (Vogtlander [14])
Produk dikatakan affordable dan sustain jika nilai
EVR = (3)
EEI > 1, sedangkan dikatakan affordable namun
tidak sustain jika produk tersbut memiliki nilai EEI Eco-efficiency ratio rate (EER Rate) produk. EER
= 0 - 1 dan yang terakhir produk dikatakan tidak rate merupakan perhitungan akhir dari pengukuran
affordable dan tidak sustain jika nilai EEI < 0. eko-efisiensi tehadap proses produksi batik. Per-
hitungan EER Rate ini diperoleh dengan cara
Eco-Efficiency Ratio (EER) Produk mengurangi nilai net value dengan nilai eco-costs
yang dihasilkan dari proses produksinya dengan
Perhitungan EER melalui tahap, yaitu: (1) Eco-costs nilai net value, atau mudahnya adalah dengan cara
per eco-indicator ratio produk. Perhitungan ini nilai dari EVR yang diperoleh dari perhitungan di
adalah membandingkan dua metode yaitu eco-costs atas dikurangkan dengan 1. Cara perhitungan EER
dengan eco-indicator. Dari perbandingan ini diper- Rate dapat dilihat pada persamaan (4). (Vogtlander
oleh nilai skala lingkungan dari produk batik. Input [16])
dari eco-cost per indicator ratio ini berupa besar eco-
cost yang dihasilkan dan besar eco indicator. Output- EER Rate = (1 – EVR)100% (4)
140
Puspita Sari et al. / Pengukuran Tingkat Eko-efisiensi / JTI, Vol. 14, No. 2, Desember 2012, pp. 137-144
Hasil dan Pembahasan Tabel 4. Hasil perhitungan nilai EEI untuk produk batik
cap dengan pewarna kimia
LCA (Life Cycle Assessement) Harga/kodi (Rp) 1.500.000,000
Biaya/kodi (Rp) 898.586,900
Perhitungan LCIA terdiri dari empat fase. Fase per- Net value/kodiI (Rp) 601.413,090
tama merupakan fase karakterisasi. Fase tersebut Eco-costs (Rp) 188.028,320
ditunjukkan pada Tabel 2 yang merupakan hasil EEi 0,553
karakteristik dari output software SimaPro.
Tabel 5. Nilai EVR batik dengan pewarna kimia
Selanjutnya hasil karakterisasi dikalikan dengan Biaya (Rp) 1.500.000,000
standar nilai normalisasi eco-cost, sehingga meng- Net value (Rp) 601.413,095
hasilkan nilai normalisasi LCIA (Tabel 2) Eco-cost (Rp) 188.028,320
EVR 0,312
Fase ketiga merupakan pembobotan dari perhitung-
an LCA dengan metode eco-costs 2007. Hasil per- Tabel 6. Nilai EER batik dengan pewarna kimia
hitungan ini adalah biaya pencegahan dari emisi
Biaya (Rp) 1.500.000,000
yang diperoleh dari hasil kalkulasi antara normali-
Eco-cost (Rp) 188.028,320
sasi dengan standart biaya pencegahan emisi eco- EVR 0,312
costs 2007. Selain itu, eco-costs yang dihasilkan EER 0,687 (68,7%)
dibandingkan pula dengan eko-indikator yang diper-
oleh dari perhitungan software SimaPro juga. Per-
bandingan tersebut ditunjukan pada Tabel 3. Eko Efisiensi Index (EEI)
Dari Tabel 3 terlihat nilai eco costs untuk batik cap Berikut ini adalah perhitungan EEI dengan tujuan
pewarna kimia yaitu Rp 188.028,32. Berdasarkan untuk mengetahui nilai effordable dan sustainable
output SimaPro, nilai eco costs yang terbesar adalah dari produksi batik cap pewarna kimia. Nilai EEI ini
pada kategori dampak untuk pemanasan global diperoleh dengan cara membagi net value dengan
(emisi karbon) dan kategori dampak acidifikasi nilai eco cost. Tabel 4 merupakan hasil dari per-
(pengasaman lingkungan). Hal tersebut menyata- hitungan nilai EEI batik cap pewarna kimia.
kan bahwa biaya pencegahan dan kerusakan yang
terkait dengan global warming dan pengasaman Hasil dari EEI ini dapat digolongkan ke dalam tiga
lingkungan lebih tinggi dari pada kategori dampak kategori yaitu EEI > 1 adalah sustain dan
lainnya. affordable, nilai EEI = 0-1 adalah tidak sustain
tetapi affordable, dan nilai EEI < 0 adalah tidak
Tabel 2. Karakterisasi produk batik dan normalisasinya sustain dan tidak affordable. Oleh karena itu batik
cap pewarna kimia tergolong pada kategori tidak
Batik cap pewarna
sustain tetapi affordable karena nilai EEI yang
kimia
Impact category Unit didapat batik cap pewarna kimia adalah kurang
Awal Norma-
lisasi dari 1 yaitu sebesar 0,55347. Kondisi seperti ini
Global warming kg CO2 eq 687,006 161,376 menunjukkan bahwa batik pewarna kimia kurang
potential IPCC ramah lingkungan tetapi secara finansial cukup
Acidification kg SO2 eq 0,6283 927,459 terjangkau.
Eutrophication kg PO4 eq 0,08066 474,368
Summer Smog kg C2H4 eq 0,00913 0,29036 Setelah itu dilakukan perhingan EVR (Eco-Costs per
Fine dust (PM 2,5) kg PM2,5 eq 0,03189 0,08128 Value Ratio dan EER Rate). Nilai EVR dapat
Aquatic ecotoxicity kg TEG eq 0,00057 0,87502 ditunjukkan pada Tabel 5.
Carcinogens kg C2H3Cl eq 0,00027 0,45517
Metals depletion Euro 0,40787 0,00891 Harga jual batik cap merupakan harga jual pada
Oil & gas depletion kg oil equ 0 0,40787
tingkat distributor. Semakin tinggi harga jual (price)
excl energy
Waste MJ 0,06001 0
maka semakin tinggi pula keuntungannya (net
Depletion of natural Euro 0 0,00071 value). Nilai EVR ini diperoleh dengan cara mem-
forests bagi eco-costs dengan net value sebagai nilai ekonomi
dari masing-masing produk. Dari perhitungan ter-
Tabel 3. Perbandingan eco costs dan eco indicator untuk sebut terlihat bahwa EVR batik cap pewarna kimia
produk batik cap dengan pewarna kimia sebesar 0,3126. Semakin besar net value maka
semakin kecil nilai EVR. Semakin kecil nilai EVR
Output SimaProp Eko-indiktor 9,740201
Eco-costs (Rp) 188.028,32 maka semakin baik dan layak produk tersebut
Skala Eko-indikator -0,707106781 untuk dihasilkan. Hal ini berbanding terbalik
Eco-costs (Rp) -0,707106781 dengan nilai EEI yang telah dihitung sebelumnya.
141
Puspita Sari et al. / Pengukuran Tingkat Eko-efisiensi/ JTI, Vol. 14, No. 2, Desember 2012, pp. 139-144
Semakin besar nilai EVR maka semakin kecil nilai Tabel 7. Usulan perbaikan dan penerapan EoL produksi
EEInya, begitu juga sebaliknya jika EEI semakin batik cap
besar maka nilai EVR semakin kecil. Perhitungan
Usulan perbaikan Perbaikan
EVR ini digunakan sebagai input pada tahap
Konversi bahan Mengganti penggunaan bahan bakar
penentuan tingkat eko-efisiensi dari produk batik bakar minyak tanah dalam proses produksi
cap. batik baik pewarna kimia maupun
alam dengan gas LPG 3 kg.
Hasil dari nilai EVR tersebut digunakan untuk Pembuatan Menyaring malam dari limbah
menghitung nilai EER produk batik cap dengan kowen sederhana pelorodan untuk dimanfaatkan
cara nilai dari EVR dikurangkan dengan 1. Nilai kembali dan mengurangi pencemar-
akhir EER tersebut menunjukkan tingkat eko an lingkungan.
efisiensi dari produk batik cap pewarna kimia. Tabel Pembuatan jalur Mengurangi pencemaran lingkung-
6 merupakan nilai EER batik pewarna kimia pembuangan an dengan pembuatan jalur khusus
limbah cair. untuk pembuangan limbah cair.
Nilai yang terdapat pada Tabel 6 menunjukkan nilai Pembuatan Pembuatan cerobong asap untuk
EER dari pewarna kimia baru sebesar 68,74%. Nilai cerobong asap mengalirkan asap pembakaran kayu
ke udara terbuka yang lebih tinggi
eko-efisiensi akan menjadi lebih kecil apabila nilai
agar mengurangi dampak negatif
eco-costs semakin tinggi dan net valuenya semakin
bagi kesehatan pekerja.
rendah sehingga eko-efisiensi dari suatu produk
akan dinilai semakin buruk. Begitu juga sebaliknya
produk batik cap pewarna kimia adalah sebesar
jika semakin rendah nilai eco-costs dan semakin
Rp 188.028,32 dengan tingkat eko efisiensi sebesar
tinggi net valuenya maka dapat dikatakan nilai eko-
68,74%. Batik cap pewarwa kimia tergolong pada
efisiensi produk tersebut akan lebih baik.
kategori tidak sustain tetapi affordable. Untuk me-
ningkatkan tingkat eko efisiensi bisa dilakukan
Usulan Perbaikan untuk Meningkatkan
dengan menaikkan harga jual, mengurangi biaya
Tingkat Efisiensi
produksi atau menciptakan produksi bersih yang
bisa dilakukan dengan menggunakan bahan pe-
Eko efisiensi merupakan strategi yang menggabung- warna alternatif (pewarna alami) dan menerapkan
kan konsep efisiensi ekonomi berdasarkan prinsip strategi EoL melalui konversi bahan bakar, pem-
efisiensi penggunaan sumber daya alam. Oleh buatan kowen sederhana, pembuatan jalur pem-
karena itu jika ingin meningkatkan eko efisiensi buangan limbah cair dan pembuatan cerobong asap.
pada batik cap pewarna kimia pelaku industri batik
harus menerapkan produksi bersih/ramah lingkung- Ucapan Terima Kasih
an sehingga eco-cost nya semakin rendah. Alternatif
strategi yang dapat digunakan untuk menciptakan Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
produksi bersih adalah dengan menggunakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI),
pewarna alternatif (pewarna alami) dan menerap- Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah
kan strategi End of Life (EoL). EoL merupakan memberikan dukungan dana “Hibah Strategi Nasio-
suatu strategi untuk meningkatkan eko-efisiensi nal” dalam pelaksanaan penelitian ini.
dari proses produksi dan penggunaan material
pembuatan batik cap pewarna kimia. Strategi Daftar Pustaka
pemanfaatan non product output (NPO) dari pem-
buatan batik cap pewarna kimia dilakukan agar 1. Aka, C. K., Pekalongan Inspirasi Indonesia.
dapat meminimalisir NPO yang terbuang berupa Pekalongan: Kirana Pustaka Indonesia, 2008.
limbah cair dan padat. Manfaat dari usulan-usulan 2. BPS Kota Pekalongan, Data Kluster Batik Kota
ini adalah mewujudkan produksi bersih yang ramah Pekalongan, 2011.
lingkungan, dengan resiko peningkatan biaya 3. Ding, M., Chen and Liu, Optimal Design
produksi. Approach for Eco-efficient Machine Tool Bed,
International Journal Mechanic Mater, 6, 2010,
Tabel 7 merupakan usulan-usulan perbaikan dan pp. 351-358.
penerapan EoL yang dapat dilakukan mengenai 4. Gutierrez, Y. B., Adenso-Diaz B., and Lozano, S.,
penggunaan material produk batik cap pewarna Eco-efficiency of Electric and Electronic Applian-
kimia. ces: A Data Envelopment Analysis, Environment
Model Assessment, 14, 2009, pp. 439-447.
Simpulan 5. Klunder, G., The Search for the Most Eco-effi-
cient Strategies for Sustainable Housing Con-
Berdasarkan hasil perhitungan dengan Life Cycle struction, Journal of Housing and the Built
Assessment yang telah dilakukan, eco cost untuk Environment, 19, 2004, pp. 111-126.
142
Puspita Sari et al. / Pengukuran Tingkat Eko-efisiensi / JTI, Vol. 14, No. 2, Desember 2012, pp. 137-144
6. Lestari, F., Bahaya Kimia. Sampling dan 13. Thant, M. M., and Charmondusit, K., Eco-
Pengukuran Kontaminan di Udara, Jakarta: efficiency Assessment of Pulp and Paper
Buku Kedokteran EGC, 2010. Industry in Myanmar, Clean Technology
7. Michelsen, O., and Fet, A. M., Using Eco-efficiency Envoronment Policy, 12, 2010, pp. 427-439.
in Sustainable Supply Chain Management: A 14. Vogtlander, The Virtual Eco-costs ’99 a Single
Case Study of Furniture Production, Clean LCA-based Indicator for Sustainability and the
Technology Envoronment Policy, 12, 2010, pp. Eco-costs-value ratio (EVR) Model for Economic
561-570. Allocation, International Journal of Life Cylce
8. Pelletier, N., Arsenault, N., and Tyedmers, P., Assessment, 6(3), 2002, pp. 157-166.
Scenario Modeling Potential Eco-efficiency 15. Vogtlander, The Eco-costs/Value Ratio a Tool to
Gains from a Transition to Organic Agriculture: Determine the Long-Term Strategy of De-Linking
Life Cycle Perspectives on Canadian Canola, Economy and Environmental Ecology, Interna-
Corn, Soy and Wheat Production, Environment tional Journal of Ecodynamics, 1(2), 2006, pp. 136-
Management, 42, 2008, pp. 989-100. 148.
9. PRE, Introduction to LCA with SimaPro 7: 16. Vogtlander, Bamboo a Sustainable Solution for
Product Ecology Consultants, 2007. Western Europe, Design Cases, LCAs and Land-
10. PRE, SimaPro 7 Tutorial: Product Ecology Use, Delft University of Technology, Nederland,
Consultants, 2007. 2009.
11. ProLH, GTZ, Panduan Penerapan Eko-efisiensi 17. Vogtlander, LCA-based Assessment of Sustain-
Usaha Kecil dan Menengah Sektor Batik. ability: The Eco-costs/Value Ratio (EVR). Delft
Jakarta: Kementrian Negara Lingkungan Hidup University of Technology, Nederland, 2010.
Republik Indonesia, 2007. 18. WBCSD-World Business Council for Sustainable
12. Tak Hur, Song, T. L., and Hye, J. L., A Study on Development. Measuring Eco-efficiency a Guide
The Eco-efficiencies for Recycling Methods of to Reporting Company Performance, 2000.
Plastics Wastes, Departement of Material Che- 19. Zuhri, A., Hasil uji laboratorium: Pencemaran
mistry and Engineering Konkuk University, Limbah di Karangjompo, Tirto, Pekalongan.
Seoul Korea, 2003. Pekalongan: P3M STAIN, 2012.
143