Anda di halaman 1dari 8

1.

Pemanfaatan Sumber Daya Alam dengan Prinsip Ekoefisiensi

Ekoefisiensi adalah sebuah konsep dan strategi dalam pengurangan ketergantungan terhadap
“penggunaan alam”. Pengertian Ekoefisiensi Proaktif, bukan reaktif. Maksudnya perusahaan membuat dan
mendorong kebijakan tidak hanya untuk kepentingan perusahaan tapi juga untuk pelanggannya. Dirancang,
bukan ditambahkan. Maksudnya optimalisasi ekoefisiensi membutuhkan upaya perusahaan berkaitan dengan
produk dan proses untuk menginternalisasi strategi. Fleksibilitas, Maksudnya memerhatikan inovasi teknologi
dan evolusi pasar. Bersifat menyeluruh, tidak sporadis. Maksudnya cangkupan dari penerapan ekoefisiensi.
Karakteristik Utama dari Perusahaan yang menerapkan Ekoefisiensi

Pada awalnya, proses energi yang terdapat di alam berjalan seimbang karena alam berperan sebagai
penyeimbang. Apabila ada populasi tertentu yang berkembang sangat cepat, populasi tersebut akan terkena
wabah dan kembali pada kondisi semula.

Setiap proses energi tidak ada yang sempurna sehingga selalu menghasilkan entropi (limbah). Oleh
karena itu, setiap ada peningkatan kegiatan industry maka akan terjadi peningkatan limbah yang dikeluarkan
dan dilepas ke alam. Hal tersebut memunculkan pandangan tentang pemanfaatan SDA berdasarkan prinsip
ekoefisiensi.

Ada empat karakteristik utama dari perusahaan ekoefisien yaitu.


1.      Perusahaan ekoefisien harus proaktif, bukan reaktif. Kebijakan dibuat dan didorong oleh perusahaan untuk
kepentingannya sendiri dan kepentingan pelanggannya. Hal ini terjadi bukan karena dipaksa oleh satu atau
beberapa kekuatan eksternal;
2.      Ekoefisiensi harus dirancang, bukan ditambahkan. Krakteristik ini mengimplikasikan bahwa optimalisasi
ekoefisiensi membutuhkan upaya perusahaan berkaitan dengan produk dan proses untuk menginternalisasi
strategi;
3.      Fleksibilitas adalah suatu keharusan dalam implementasi strategi yang ekoefisien. Inovasi teknologi dan evolusi
pasar harus selalu diperhatikan;
4.      Ekoefosiensi bersifat menyeluruh, tidak sporadis. Pada lingkungan bisnis global yang modern, usaha yang
dilakukan tidak hanya harus bersifat lintas sektor industri, tetapi juga bersifat lintas batas nasional dan budaya.

Berikut ini adalah beberapa contoh pemanfaatan sumber daya alam berdasarkan prinsip ekoefisiensi.
1. Penggunaan Air Bersih

Air yang dikelola oleh perusahaan air minum diambil dari sebagian mata air tanpa mengurangi fungsi
mata air untuk mengairi sungai. Saluran air yang digunakan betul-betul saluran yang tidak mencemari air dan
tidak menimbulkan kebocoran. Kelebihan air ditampung sebagai cadangan untuk kebutuhan di musim kemarau
untuk perluasan layanan. Saluran air yang digunakan untuk mendistribusi ke pelanggan menggunakan saluran
yang bersih dan tidak mudah bocor. 

Penggunaan air pada konsumen betul-betul disesuaikan dengan kebutuhan. Air limbah rumah tangga
disalurkan ke tempat pembuangan (petak-petak penampungan air) yang telah disedia kan. Kemudian air
tersebut kotorannya diendapkan dan airnya dapat digunakan untuk pengairan taman atau tanaman. Sebagian
hasil retribusi air bersih digunakan untuk reboisasi di daerah sekitar mata air yang digunakan sebagai sumber air
bersih.

2. Industri Kertas

Bahan baku yang digunakan berasal dari hutan produksi tebang pilih secara selektif sehingga kayu yang
diambil betul-betul akan diguna kan. Dalam proses penebangan kayu tidak merusak tanaman dan satwa lainnya
sehingga hutan produksi masih terus berproduksi secara lestari. Mesin pengolahan yang digunakan adalah
mesin yang hemat bahan baku dan bahan bakar sehingga limbah yang dihasilkan tidak terlalu banyak dan tidak
menimbulkan terjadinya pencemaran lingkungan. Debu dan gas buangan dalam proses industri disaring melalui
filter atau disertai dengan penanaman pepohonan sehingga polutan dapat diserap oleh beraneka ragam
pepohonan. Pepohonan yang ditanam adalah bukan tanaman buah-buahan melainkan tanaman yang
diusahakan kayunya agar tidak mencemari manusia.

Air yang digunakan dalam proses industri tidak mengurangi kebutuhan air masyarakat sekitar, misalnya
diambil dari sungai. Air buangannya kemudian ditampung dan diolah kembali sehingga air yang dibuang ke
sungai kualitasnya sama dengan air sebelumnya yang digunakan. Limbah bubur kayu (pulp) dan debu kertas
ditampung untuk kemudian digunakan sebagai bio gas dan pupuk pertanian.

Berdasarkan contoh di atas, pemanfaatan sumber daya alam berdasarkan prinsip ekoefisiensi
berdampak pada penghematan sumber daya dengan hasil yang setinggi-tingginya, tidak mencemari lingkungan,
dan dapat dilakukan secara berkelanjutan. Hal tersebut dapat memberikan mutu kehidupan yang jauh lebih
layak dan proses energi yang berlangsung di alam mencapai keseimbangan.

2. AMDAL dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam

Analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) di Indonesia dibuat bersamaan dengan penetapan UU
tentang lingkungan hidup Amerika Serikat, yaitu National Environmental Policy Act (NEPA) tahun 1970. Amdal
adalah pembangunan berwawasan lingkungan. Amdal merupakan analisis kondisi lingkungan mengenai dampak
yang akan ditimbulkan oleh suatu proyek pembangunan.

        Langkah-langkah Prosedur Analisis Mengenai  Dampak Lingkungan (AMDAL)

  1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL

Penapisan bertujuan untuk memilih rencana pembangunan mana yang harus dilengkapi dengan analisis
mengenai dampak lingkungan. Langkah ini sangat penting untuk pemrakarsa untuk dapatmengetahui sedini
mungkin apakah proyeknya akan terkena AMDAL. Hal ini berkenaan dengan rencana anggaran dan waktu. 

   2.      Pelingkupan

Pelingkupan (scoping) ialah penentuan ruang lingkup studi ANDAL, yaitu bagian AMDAL yang terdiri atas
identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak. Pelingkupan ANDAL nampaknya adalah suatu hal yang lumrah yang
tidak perlu dibicarakan. Untuk dapat melakukan pelingkupan haruslah dilakukan identifikasi dampak. Pada
tahap pertama diusahakan untuk mengidentifikasi dampak selengkapnya. Dari semua dampak yang
teridentifikasi ini kemudian ditentukan dampak mana yang penting.

   3.      Kerangka Acuan

Kerangka acuan ialah uraian tugas yang harus dilakukan dalam studi ANDAL. Kerangka acuan dijabarkan
dari pelingkupan sehingga KA memuat tugas-tugas yang releven dengan dampak penting. Dengan KA yang
demikian itu studi ANDAL menjadi terfokus pada dampak penting. Karena KA didasarkan pada pelingkupan dan
pelingkupan mengharuskan adanya identifikasi dampak penting maka pemrakarsa haruslah mempunyai
kemampuan untuk melakukan identifikasi dampak penting itu, baik sendiri ataupun dengan bantuan konsultan.

   4.      ANDAL

Di dalam studi ANDAL hanya diprakirakan dan dievaluasi dampak penting yang teridentifikasi dalam
pelingkupan dan tertera dalam KA sehingga penelitian ANDAL terfokus pada dampak penting saja. Dampak yang
tidak penting diabaikan. Dengan penelitian yang terfokus perhitungan untuk memprakirakan besarnya dan
pentingnya dampak juga menjadi terbatas. Besarnya dampak haruslah diprakirakan dengan menggunakan
metode yang sesuai dalam bidang yang bersangkutan. Metode itu mungkin telah ada, tetapi mungkin juga harus
dikembangkan atau dimodifikasi dari metode yang ada. Dalam hal ini diperlukan pakar yang menguasai bidang
yang diliput dalam AMDAL tertentu.
   5.      Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan

Dalam pengelolaan lingkungan pemantauan merupakan komponen yang esensial. diperlukan sebagai
sarana untuk memeriksa apakah persyaratan lingkungan dipatuhi dalam pelaksanaan proyek. Informasi yang
didapatkan dari pemantauan juga berguna sebagai peringatan dini, baik dalam arti positif maupun negatif,
tentang perubahan lingkungan yang mendekati atau melampaui nilai ambang batas serta tindakan apa yang
perlu diambil. Juga untuk mengetahui apakah prakiraan yang dibuat dalam ANDAL, sesuai dengan dampak yang
terjadi. Karena itu pemantauan sering juga disebut post-audit  dan berguna sebagai masukan untuk
memperbaiki ANDAL di kemudian hari dan untuk perbaikan kebijaksanaan lingkungan.

   6.      Pelaporan

Pada akhirnya setelah semua pekerjaan itu selesai ditulislah hasil penelitian dalam laporan. Pada umumnya
laporan terdiri atas tiga bagian, yaitu ringkasan eksekutif, laporan utama, dan lampiran. Pembagian dalam tiga
bagian mempunyai maksud untuk dapat mencapai dua sasaran kelompok pembaca. Sasaran pertama adalah
para pengambil keputusan pada pihak pemrakarsa (direktur dan direktur utama) maupun pemerintah (direktur,
direktur jenderal, dan menteri) yang berkepentingan dengan proyek tersebut.

Dokumen AMDAL terdiri dari :

-       Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)


-       Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
-       Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
-       Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

Menurut World Business Council and Sustainable Development :

1. Mengurangi konsumsi sumber daya, hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan usaha daur ulang dan
produksi kualitas dari produk lebih tinggi dan tahan lama.

2. Mengurangi dampak pada alam, dapat dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam yang terbaharukan
yang dikelola secara lestari, meminimalkan emisi, pembuangan limbah, dan zat beracun.

3. Pemberian pelanggan kualitas produk dan layanan yang lebih tinggi, dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan penyediaan layanan tambahan pada produk. Tujuan Ekoefisiensi

Amdal berbeda dengan Andal. Andal merupakan telah mendalam tentang dampak proyek
pembangunan yang direncarakan, sedangkan amdal merupakan keseluruhan proses pelestarian lingkungan
mulai dari kerangka acuan, analisis dampak lingkungan (andal), rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan
rencana pemantauan lingkungan (RPL).

            Manfaat amdal pada hakikatnya adalah menjamin suatu kegiatan pembangunan agar layak secara
lingkungan. Layak secara lingkungan maksudnya adalah kegiatan tersebut sesuai dengan peruntukannya,
sehingga dampak yang ditimbulkan dapat ditekan.

      Manfaat
amdal bagi pemrakarsa atau memilik modal adalah sebagai berikut.
1. Menjamin keberlangsungan usaha
2. Menjadi referensi dalam peminjaman kredit
3. Interaksi saling menguntungkan dengan masyarakat sekitar
4. Sebagai bukti ketaatan hukum

      Manfaat amdal bagi pemerintah adalah sebagai berikut.

1. Mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan


2. Menghindari konflik dengan masyarakat
3. Menjaga agar pembangunan sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan
4. Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup.

      Manfaat amdal bagi masyarakat adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui sejak dini dampak dari suatu kegiatan, sehingga ikut seta mulai dari awal proyek
2. Melaksanakan control terhadap proyek yang berjalan, sehingga dapat menghindari kerugian akibat proyek
3. Terlibat dalam diskusi sampai pengambilan keputusan, sehingga tidak ada salah paham
4. Mengetahui hak dan kewajiban masyarakat dalam kaitannya dengan proyek kualitas lingkungan.

      Manfaat amdal bagi peneliti antara lain adalah untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
penelitian ilmiah, serta berguna untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan peneliti.
      Manfaat AMDAL bagi pemilik proyek

 1. Mempersiapkan solusi yang dihadapi dimasa mendatang


2. Sumber informasi lingkungan kuantitatif yang meliputi ekonomo, sosial dan budaya
3. Melindungi proyek yang melanggar undang-undang atau peraturan yang berlaku
4. Melindungi proyek dari tuduhan pelanggaran yang tidak dilakukan
5. Melihat masalah lingkungan yang akan dihadapi dimasa mendatang
6. Sebagai bahan untuk menganalisis prngrlolaan dan sasaran proyek
7. Sebagai bahan penguji komprehensif dari perencanaan proyek

3. Sertifikasi Ekolabel
Ekolabel adalah label, tanda atau sertifikat pada suatu produk yang memberikan keterangan
kepada konsumen bahwa produk tersebut dalam daur hidupnya menimbulkan dampak lingkungan
negatif yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan produk lainnya yang sejenis dengan tanpa
bertanda ekolabel. Daur hidup produk mencakup perolehan bahan baku , proses pemuatan,
pendistribusian, pemanfaatan, pembuangan serta pendaurulangan. Informasi ekolabel ini digunakan
oleh pembeli atau calon pembeli dalam memilih produk yang diinginkan berdasarkan pertimbangan
aspek lingkungan dan aspek lainnya.

Tiga kriteria dalam sertifikasi ekolabel adalah kelestarian produksi, ekologi dan sosial budaya.
Dalam sertifikasi ekolabel, ada 2 prinsip sebagai berikut.

a. Sertifikasi bersifat sukarela sesuai dengan kebutuhan pasar


b. Proses sertifikasi dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang independen.

Di lain pihak, penyedia produk mengharapkan penerapan label lingkungan dapat


mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian produk.  Sertifikasi Ekolabel
Indonesia mempunyai visi dan misi yakni perangkat efektif untuk melindungi fungsi lingkungan hidup,
kepentingan masyarakat dan peningkatan efisiensi serta daya saing, kemudian diharapkan
terwujudnya sinergi pengendalian dampak negatif sesuai dengan daur hidup produk dan mendorong
permintaan dan pemberian terhadap produk ramah lingkungan.
Sertifikasi Ekolabel Indonesia dikembangkan berdasarkan acuan yang telah berkembang yakni
ISO 14024 (environmental labels and declarations – Type I ecolabelling – Principles and guidelines),
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No 2 tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup, UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dan baku mutu lingkungan),
konvensi internasional dan standar-standar terkait dengan produk serta Benchmarking dengan kriteria
sejenis pada program ekolabel lainnya. Selanjutnya beberapa kelembagaan dan pihak terkait yang
berkepentingan yakni, Kementerian Negara Lingkungan Hidup merumuskan penerapan ekolabel di
Indonesia, Badan Standardisasi Nasional (BSN) mengesahkan kriteria (standar) ekolabel, Komite
Akreditasi Nasional mengakreditasi lembaga sertifikasi ekolabel (LSE) dan LSE mengevaluasi dan
menerbitkan sertifikat ekolabel.
Ekolabel Indonesia lahir dengan latar belakang bahwa tuntutan konsumen pada perdagangan
Internasional semakin meningkat, pola konsumsi dunia juga cenderung mengarah pada Green
Consumerism, misalnya di Jepang dikenal dengan sistem Green Purchase Law (Green Koo Nyu Hq)
yang diberlakukan mulai April 2006, demand series produk yang berbasis pada kayu baik domestik
maupun impor harus dilengkapi dokumen asal usul kayu; dan untuk saat ini pengecekan difokuskan
pada 5 jenis barang yang bahan dasarnya menggunakan kayu yaitu kertas, alat tulis, bahan Interior
dan Furniture.

Produk ekolabel adalah produk ramah lingkungan, yang mempertimbangkan mulai dari bahan
baku yang legal dan dlikelolla secara lestari (untuk lingkup kertas), pengelolaan aspek lingkungan
sesuai dengan ambang batas yang ditentukan, pengelolaan limbah dan efisiensi pemanfaatan
sumberdaya alam dan untuk ruang lingkup kertas cetak tanpa salut hal ini berpengaruh pada
pelestarian hutan sebagai sumber bahan baku.

Logo dan skema ekolabel Indonesia diumurnkan kepada masyarakat oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Badan Standardisasi Nasional pada peringatan hari lingkungan hidup sedunia
pada tanggal 5 Juni 2004 di Jakarta . Perangkat penerapan sertifikasi ekolabel disiapkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan Komite Akreditasi Nasional, Instansi teknis
terkait, Lembaga Sertifikasi, Laboratorium Penguji dan pihak lain sampai dengan akhir tahun 2004.

PT MUTUAGUNG LESTARI (MUTU Cerification) adalah lembaga sertifikasi swasta nasional


yang berpengalaman memberikan jasa sertifikasi untuk sistern manajemen mutu (ISO 9000), sistern
manajemen lingkungan (ISO 14000), Sertifikasi Hutan Lestari, Sertifikasi Pangan (HACCP), kalibrasi
alat, setting laboratorium (ISO Guide 17025) dan diakreditasi oleh beberapa lembaga akreditasi yakni
Komite Akreditasi Nasional (KAN), United Kingdom Accreditation Services (UKAS), Lembaga Ekolabel
Indonesia (LEI), dan telah memperoleh pengakuan dari MAFF – The Ministery of Agriculture, Forestry
and Fisheries of Japan sebagai satu-satunya ROCB-Registered overseas Certifying Body di Asia untuk
melakukan kegiatan sertifikasi produk dengan tanda JAS (Japanese Agriculture Standard).

Sebagai Lembaga Sertifikasi MUTU Certification ikut berperan serta mengajukan sebagai
Lembaga Sertifikasi Ekolabel (LSE) kepada Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan selanjutnya untuk
memenuhi persyaratan akreditasi dilakukan penilaian sistern mutu dan penyaksian (witnessed
process) oleh KAN. Kemudian pada kesempatan pertama MUTU Certification telah memperoleh
pengakuan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) pada tanggal 9 Juni 2006 sebagai
Lembaga Sertifikasi Ekolabel, dengan ruang lingkup Kertas Cetak Tanpa Salut; dan Tekstil dan Produk
Tekstil; sedangkan untuk ruang lingkup lainnya masih dalam proses yakni serbuk deterjen pencuci
sintentik untuk rumah tangga, kertas kemas dan kertas tissu. Kegiatan sertifikasi ekolabel pada suatu
unit usaha atau perusahaan bersifat sukarela, dimana unit usaha melakukan permohonan (aplikasi)
kepada lembaga sertifikasi ekolabel untuk dievaluasi atau dinilai sesuai ruang lingkupnya dan kriteria
ekolabel, yakni kriteria dan ambang batas terkait dengan hasil kajian daur hidup produk untuk aspek
lingkungan yang signifikan, menilai prasyarat (penaatan peraturan perundang-undangan pengelolaan
lingkungan hidup, penerapan sistem manajemen lingkungan, pemenuhan standar mutu dan/atau
penerapan sistem manajemen mutu, dan kemasan produk yang ramah lingkungan). Penilaian
dilakukan dengan melalui evaluasi awal yakni guna mengetahui kelayakan permohonan sertiflkasi
untuk diproses lebih lanjut ke tahap berikutnya, kemudian evaluasi lapangan yang meliputi audit
lapangan dan/atau pegambilan serta pengujian contoh yang dilakukan oleh Evaluator sesuai ketentuan
Pedoman KAN 804 Kriteria Kompetensi Evaluator Sertifikasi Ekolabel. Perusahaan yang menerapkan
ekolabel Indonesia untuk kertas cetak tanpa salut, memiliki sistern jaminan mutu produk dan sistern
manajemen lingkungan, penggunaan bahan baku yang diperoleh secara legal dan/atau bersertifikat
pengelolaan hutan yang lestari, penggunaan dan pengelolaan bahan kimia yang memenuhi kriteria
ekolabel, serta minimum harus memperoleh peringkat proper biru, penggunaan energi listrik, uap dan
air sesuai dengan kriteria ekolabel.

Untuk melihat konsistensi penerapan sistern dan standar ekolabel, setiap enam bulan sekali akan
dilakukan pengawasan berkala yang memantau efektivitas dalam memproduksi produk berekolabel. Bila
ditemukan adanya penyimpangan atau penyalahgunaan logo akan berakibat sertiflkat.dan penggunaan logo
ditangguhkan dan produk tersebut harus ditarik dari pasar.

Pada sertifikasi Ekolabel, Industri dituntut benar-benar harus memenuhi persyaratan yang terdapat di
dalam kriteria ekolabel Indonesia , mengingat hal ini sangat berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan dan
pengelolaan lingkungan sekitarnya. Sertifikat Ekolabel dapat diberikan kepada industri apabila produk yang
dinilai oleh Lembaga Sertifikasi telah memenuhi standar atau kriteria ekolabel Indonesia, ini dapat dibuktikan
oleh industri melalui hasil uji yang telah mereka lakukan ke Lembaga penguji Independen yang telah diakreditasi
dan verifikasi uji pada saat penilaian sertifikasi ekolabel.

Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan yang ada di Indonesia telah sadar
dengan mengembangkan produk ramah lingkungan melalui sertifikasi ekolabel dan agar dapat dipercaya oleh
dunia luar maupun masyarakat / konsumen dan memilih produk ramah lingkungan.

Tujuan dan Manfaat Ekolabel

            Ekolabel dapat dimanfaatkan untuk mendorong konsumen agar memilih produk-produk yang
memberikan dampak lingkungan yang lebih kecil dibandingkan  produk lain yang sejenis. Penerapan ekolabel
oleh para pelaku usaha dapat mendorong  inovasi industri yang berwawasan lingkungan. Selain itu, ekolabel
dapat memberikan citra yang positif bagi ‘brand’ produk maupun perusahaan yang memproduksi dan/atau
mengedarkannya di pasar, yang sekaligus menjadi investasi bagi peningkatan daya saing di pasar.

Bagi konsumen, manfaat dari  penerapan ekolabel adalah konsumen dapat memperoleh informasi mengenai
dampak lingkungan dari produk yang akandibeli/digunakannya. Karena kepentingan tersebut, konsumenjuga
memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam penerapan ekolabel dengan memberikan masukan dalam
pemilihan kategori produk dan kriteria ekolabel. Penyediaan ekolabel bagi konsumen juga akan meningkatkan
kepedulian dan kesadaran konsumen bahwa pengambilan keputusan dalam pemilihan produk tidak perlu hanya
ditentukan oleh harga dan mutu saja, namun juga oleh faktor pertimbangan lingkungan.

Ukuran keberhasilan ekolabel dapat dilihat dari adanya perbaikan kualitas lingkungan yang dapat
dikaitkan langsung dengan produksi maupun produk yang telah mendapat ekolabel. Selain itu, tingkat peran
serta dari kalangan pelaku usaha dalam menerapkan ekolabel juga menjadi indikator penting keberhasilan
ekolabel

2.8.1 Lembaga Ekolabel Indonesia ( LEI )

            Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) adalah organisasi non-profit yang mengembangkan sistem sertifikasi
hutan untuk pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan.

Untuk menjaga betul kredibilitas hasil sertifikasi maka proses sertifikasi LEI dibagi menjadi 5 tahapan,
yang memisahkan antara proses pengambilan data dengan proses pengambilan keputusan. Di setiap proses
yang krusial selalu melibatkan stakeholder di dalamnya.

Tahap 1: Mengirimkan aplikasi sertifikasi

Pengiriman aplikasi sertifikasi kepada Lembaga Sertifikasi yang sudah diakreditasi oleh LEI.

Tahap 2: Pra-penilaian lapangan.

Penilaian atas dokumen pengusahaan hutan, pelingkupan lapangan, dan rekomendasi dari panel pakar
untuk meneruskan atau menghentikan proses sertifikasi. Rekomendasi untuk meneruskan dapat berupa
rekomendasi untuk menempuh proses sertifikasi bertahap atau langsung ke tahap penilaian lapangan.

Tahap 3: Penilaian Lapangan dan Masukan Publik.


Lembaga Sertifikasi melakukan penilaian lapangan dan memfasilitasi masukan publik sebagai bahan
pertimbangan pengambilan keputusan bagi panel pakar.

Tahap 4: Evaluasi Kinerja dan Pengambilan Keputusan Sertifikasi

Panel Pakar mengevaluasi kinerja unit pengelola hutan berdasarkan dokumen yang dikumpulkan,
laporan penilaian lapangan, dan masukan dari publik. Panel Pakar merumuskan rekomendasi atas evaluasi
kinerja unit pengelola hutan.

Tahap 5: Keputusan Sertifikasi

Lembaga Sertifikasi menetapkan keputusan sertifikasi untuk diumumkan kepada publik. Lembaga
Sertifikasi juga menetapkan periode penilikan atas unit pengelola hutan yang bersangkutan.

Jika ada keberatan ataupun claim atas keputusan sertifikasi, keberatan dapat diajukan kepada Lembaga
Sertifikasi.Penilaian unit manajemen dalam sistem sertifikasi LEI berupa kegiatan audit, pemeriksaan lapangan,
konsultasi publik, dan seluruh proses sertifikasi- dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi yang telah mendapatkan
akreditasi dari LEI.  Artinya Lembaga Sertifikasi tersebut telah memiliki kompetensi yang tepat untuk melakukan
sertifikasi pengelolaan hutan lestari menggunakan sistem sertifikasi LEI.

Lembaga Sertifikasi LEI yang telah mendapatkan akreditasi dari LEI adalah:
PT. TUV Rheinland Indonesia
Menara Karya, 10th floor
JL HR Rasuna Said Blok X-5 Kav 1-2
Jakarta 12950, INDONESIA
Telp. 021-57944579
Contact Person: Muhammad Bashcarul Asana
E-mail : muhammad.asana@idn.tuv.com
Website:  www.tuv.com/id

2.8.2 Lembaga Verifikasi Ekolabel (Swadeklarasi)  

Bertepatan dengan pembukaan Pekan Linkungan Indonesia (PLI) 2010 pada tanggal 3 juni 2010,
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) meluncurkan logo Ekolabel Swadeklarasi Indonesia. Dalam sambutannya
Menteri Negara Lingkungan Hidup menyatakan bahwa: "perluncuran logo Ekolabel Swadeklarasi Indonesia
sejalan dengan berkembangnya tuntutan “green consumerism” yang mendorong peningkatan iklim usaha yang
ramah lingkungan, kondusif serta mengutamakan prinsip produksi bersih atau eko-efisiensi. Hal ini sejalan
dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup."

Selain mengembangkan pelabelan lingkungan multi kriteria (ekolabel tipe I), saat ini KLH sedang
mengembangkan pelabelan lingkungan untuk klaim lingkungan swadeklarasi (ekolabel tipe II) dengan
menggunakan logo yang ditetapkan oleh KLH. Label atau logo ekolabel swadeklarasi yang ditetapkan oleh KLH
merupakan alternatif klaim lingkungan swadeklarasi yang akan digunakan pada produknya.

Logo Ekolabel Swadeklarasi Indonesia telah dipatenkan di Dirjen HAKI dan menjadi hak milik KLH,
sehingga jika ingin menggunakan logo tersebut harus mendapatkan izin dari KLH. Proses pengajuan izin
penggunaan logo tesebut dilakukan oleh pemohon (produsen, importir, distributor,  pengecer (retail)
perwakilannya, pemilik merek dagang atau pihak lain yang memenuhi legalitas usaha sesuai ketentuan hukum
dan peraturan yang berlaku di Indonesia) setelah dilakukan verifikasi terhadap klaim yang diajukan oleh pihak
ketiga yang independen.
Selain itu sehubungan dengan meningkatnya kesadaran produsen dan konsumen dalam memproduksi
dan mengkonsumsi produk yang mempertimbangkan aspek lingkungan, maka timbul inisiatif berbagai pihak  
untuk menerapkan ekolabel tipe 2 : klaim lingkungan swadeklarasi pada produk yang dihasilkan dan dikonsumsi.
Untuk mengakomodir inisiatif tersebut dalam rangka memberikan acuan agar tidak terjadi kesimpang siuran
dalam pelaksanaannya, KLH menyusun  Pedoman Klaim Lingkungan Swadeklarasi dengan tujuan untuk
menyediakan pedoman sebagai acuan dalam melakukan klaim aspek lingkungan swadeklarasi. (THAU).

2.8.3 Komite Akreditasi Nasional (KAN)

KAN menawarkan pelayanan akreditasi  untuk lembaga sertifikasi ekolabel didasarkan pada Pedoman
KAN 801-2004: Persyaratan Umum untuk Lembaga sertifikasi ekolabel (selanjutnya disebut LS Ekolabel
(LSE)).Skema sertifikasi ekolabel adalah alat yang efektif untuk menjaga keamanan fungsi lingkungan hidup,
kepentingan sosial dan meningkatkan efisiensi serta daya saing. Oleh karena itu, sinergi dalam pengelolaan
dampak yang telah sesuai dengan siklus produk dapat dicapai. Di samping itu sertifikasi ini juga diharapkan
untuk mendorong permintaan atas produk-produk ramah lingkungan.

Sertifikasi ekolabel dikembangkan dengan mengacu ISO 14024, ketentuan hukum yang berlaku UU No 2
tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen,
baku mutu lingkungan, konvensi intemasional dan standar terkait serta dokumen terkait lainnya.Logo dan
skema ekolabel telah diluncurkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan KAN bersamaan dengan  hari
lingkungan internasional tanggal 5 Juni 2004 di Jakarta.

3.1  Kesimpulan

            Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk
hidup termasuk manusia dan perilakunya yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Jadi, lingkungan hidup adalah segala sesuatu (benda, keadaan, situasi)
yang ada di sekeliling makhluk hidup dan berpengaruh terhadap kehidupan (sifat, pertumbuhan, persebaran)
makhluk hidup yang bersangkutan.

Kerusakan lingkungan dapat menurunkan laju pembangunan karena tingkat produktivitas sumber daya
alam semakin berkurang serta munculnya berbagai masalah kesehatan dan gangguan kenyamanan hidup.
Pembangunan mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan
insitusi-institusi nasional untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, dan
pengentasan kemiskinan. Dalam usaha ini lingkungan harus dijaga agar tetap mampu untuk mendukung pada
kualitas yang lebih tinggi. Semenjak hari bumi 1 tahun 1970, telah muncul konsepsi baru tentang pembangunan
yang berlanjut.

Terdapat kegiatan pertanian berkelanjutan, pertambangan berkelanjutan, industry berkelanjutan,


pariwisata berkelanjutan yang tak lain bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dalam hal
kearifan lokal yang ada di Indonesia ini.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah suatu proses studi formal yang dipergunakan
untuk memperkirakan dampak terhadap lingkungan oleh adanya atau oleh rencana kegiatan proyek yang
bertujuan memastikan adanya masalah dampak lingkungan yang perlu dianalisis pada tahap awal perencanaan
dan perancangan proyek sebagai bahan pertimbangan bagi pembuat keputusan. Peraturan tentang kewajiban
membuat AMDAL diatur dalam peraturan-peraturan.

Ekolabel merupakan salah satu sarana penyampaian informasi yang akurat, verifiable dan tidak
menyesatkan kepada konsumen mengenai aspek lingkungan dari suatu produk (barangatau jasa), komponen
atau kemasannya.

       

Anda mungkin juga menyukai