SEMINAR
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
700
600 590.565
555.903
500 475.355
442.795
400
100 65
0
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
`
pameran, food court,berkemah, spot foto, budidaya hingga pemasaran produk yang di
hasilkan oleh Agrowisata. Selain itu Taman Rekreasi dan Agrowisata ini juga diharapkan
dapat membantu perekonomian masyarakat dan membantu menambah pendapatan perkapita
daerah khususnya daerah Kabupaten Tabanan.
B. Sumber Sekunder
Data sekunder adalah data yang bersumber dari hasil penelitian orang lain
yang dibuat dengan maksud yang berbeda. Data tersebut sudah dalam bentuk
laporan dan dapat diperoleh.
1. Studi Literatur
Studi literatur adalah mencari referensi teori yang relefan, standarisasi,
dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan dilapangan. Baik yang fisik
maupun nonfisik.
2. Teknologi Penyimpanan Informasi
Teknologi penyimpanan adalah metode untuk mendapatkan data melalui
teknologi informasi baik itu media cetak, google, wikepedia, dan lan-lain.
6
SEMINAR
BAB II
TINJAUAN TEORI
8
9
B. Fungsi Sosial Dari segi sosial, Taman Rekreasi dapat memfasilitasi terjadinya
interaksi sosial diantara masyarakat sekitar. Di samping itu, Taman Rekreasi
dengan aneka ragam tumbuh-tumbuhan mengandung nilai-nilai ilmiah yang
dapat dijadikan sebagai laboratorium hidup untuk tujuan pendidikan dan
penelitian. Fungsi sosial lainnya ialah sebagai tempat rekreasi dan olahraga.
Jadi, dilihat dari perspektif sosial, jelas bahwa Taman Rekreasi memiliki
berbagai manfaat, terutama untuk “menghidupkan” kembali aktivitas
masyarakat yang cenderung semakin individualistis di era moderen saat ini.
CO2 dari udara bebas dan mengambil air tanah dari akar tanaman. Dengan
demikian, Taman Rekreasi sangat berguna untuk menurunkan suhu dan
meningkatkan kelembaban.
D.Fungsi Estetika Taman Rekreasi memiliki fungsi estetika untuk memberi kesan
keindahan bagi lingkungan. Secara anatomis, tumbuh-tumbuhan dapat
memberikan kesan estetis dari bentuk daun; warna dahan; tekstur batang; akar;
bunga; hingga aroma. Secara geografis, keberadaan Taman Rekreasi dapat
membuat wilayah menjadi lebih asri dan rindang sehingga memunculkan daya
tarik dalam kehidupan sosial sehari-hari.
yang ditetapkan para peneliti yang telah bekerjasama dengan penduduk local.
A. Memiliki sumber daya lahan dengan agro yang sesuai untuk perancangan komoditi
pertanian yang akan dijadikan komoditi unggulan.
B. Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung
perancangan sistem dan usaha agrowisata.
C. Memiliki sumberdaya manusia yang berkemauan dan berpotensi untuk merancang
kawasan agrowisata.
D. Perancangan kawasan agrowisata tersebut mampu mendukung upaya-upaya
konservasi alam dan ekosistem secara keseluruhan.
Buah dan bunga merupakan tanaman yang paling menarik bagi agrowisata
tanaman buah-buahan dan bunga, oleh karena itu hal yang cukup penting adalah
bagaimana cara mengatur agar tanaman dapat berbuah sepanjang tahun,
sehingga pengunjung dapat menikmati buah dan memetik bunga setiap
saat, untuk mengatur tanaman dapat berbuah setiap saat memang diperlukan
teknik budi daya yang khusus dan itupun masih dipengaruhi oleh keadaan
iklim. Wisata kebun buah dan bunga pada prinsipnya untuk mengajak
pengunjung untuk melihat-lihat keasrian kebun menikmati buah.
5. Agrowisata perikanan
Jenis kegiatan perikanan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan
menjadi obyek agrowisata, adalah budi daya perikanan darat, di sawah yang
lebih dikenal dengan mina padi, budi daya tambak ikan, udang dan kegiatan
perikanan laut. Pada saat ini, kegiatan agrowisata perikanan lebih cenderung
dalam bentuk kegiatan memancing baik di kolam, sungai, danau dan laut.
Kegiatan memancing di berbagai tempat tersebut telah banyak menarik minat
wisatawan, seperti kegiatan memancing di laut tidak hanya berskala nasional,
bahkan berskala internasional dan bahkan pesertanya juga datang dari berbagai
negara.
17
6. Agrowisata perhutanan
Potensi perhutanan yang dapat dikembangkan menjadi obyek agrowisata
perhutanan adalah kawasan konservasi dan hutan rakyat, untuk kawasan wisata
pantai, pemanfaatan garis sepanjang pantai bagi agrowisata perhutanan dapat
berupa penghijauan tanaman pantai yang ditanam sepanjang koridor pantai.
Tanaman pantai seperti ketapang, hutan bakau, akor, buton secara alami
membentuk kehijauan dan membentuk alur-alur air laut yang dapat dilalui oleh
perahu. Agrowisata pada garis sempadan pantai lebih mendorong terjadinya
wisata ecotourism Agro industri atau kegiatan pengelolaan hasil pertanian yang
dimanfaatkan sebagai obyek agrowisata lebih ditujukan pada upaya untuk
memberikan keterampilan penduduk dalam mengelola hasil pertaniannya
menjadi bahan makanan sebagai jasa boga/kuliner khas daerah setempat yang
selanjutnya dapat dijual sebagai cinderamata bagi wisatawan yang bermanfaat
bagi pendidikan lingkungan
Tabel 2.1. Perencanaan Aktifitas dan Fasilitas Taman Rekreasi dan Agrowisata
1. Ruang Utama
Pasif : mengamati proses Lahan pertanian,
budidaya danjenis-jenis gudang peralatan,
Display pertanian, , membuat papan informasi, rest
orang-orangan sawah, area, tempat sampah,
a. Lahan Pertanian
jalan santai, berfoto tempat foto
2. Ruang Pendukung
kendaraan
Alokasi ruang terluas adalah pada ruang agrowisata utama sebanyak 43% dan
20
ruang pendukung agrowisata 40% (Tabel 2.1.). Untuk lebih jelasnya rencana ruang,
aktivitas dan fasilitas disajikan dalam bentuk Tabel sebagai berikut :
Persentase
No Ruang Agrowisata Sub Ruang
(%)
a. Lahan Pertanian 30%
1 Utama b. Taman Rekreasi 13%
Total 43%
2 Pendukung a. Penerimaan 2%
b. Pelayanan 3%
c. Transisi 10%
d. Masyarakat 25%
Total 40%
3 Badan Jalan 17%
Total Keseluruhan 100%
B. Aspek keuangan
Pada umumnya investasi dan permodalan usaha agrowisata,lebih dikaitkan
dengan usaha pertanian, peternakan, perikanan, holtikultura mengingat jenis
usaha pertanian tersebut lebih banyak dikelola dengan bantuan dana pemerintah
sebagai kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan produksi hasil pertanian.
Namun telah banyak pula pengusaha agrowisata yang dikelola pihak swasta,
yang secara mandiri mengembangkan usaha dibidang agrowisata dengan
investasi modal yang cukup besar. Investasi modal dibidang agrowisata oleh
pihak swasta/perorangan tersebut dalam rangka mengembangkan usaha ekspor
hasil produksi pertanian, perikanan, peternakan, holtikultura, seperti bunga
potong, disamping dapat dinikmati sebagai keindahan, bertujuan pula untuk
ekspor. Dengan demikian aspek keuangan dalam pengelolaan agrowisata
merupakan kekuatan dasar yang akan menunjang terhadap kemajuan
perusahaan.
C. Promosi
Kegiatan promosi merupakan kunci dalam mendorong kegiatan Agrowisata.
Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti
melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, media massa (dalam bentuk iklan
atau media audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat public (hotel,
restoran, bandara dan lainnya). Dalam kaitan ini kerjasama antara objek
Agrowisata dengan Biro Perjalanan, Perhotelan, dan Jasa Angkutan sangat
berperan. Salah satu metoda promosi yang dinilai efektif dalam mempromosikan
objek agrowisata adalah metoda "tasting", yaitu memberi kesempatan
kepada calon konsumen/wisatawan untuk datang dan menentukan pilihan
konsumsi dan menikmati produk tanpa pengawasan berlebihan sehingga
22
wisatawan merasa betah. Kesan yang dialami promosi ini akan menciptakan
promosi tahap kedua dan berantai dengan sendirinya.
F. Kelembagaan
Pengembangan agrowisata memerlukan dukungan semua pihak pemerintah,
swasta terutama pengusaha agrowisata, lembaga yang terkait seperti perjalanan
wisata, perhotelan dan lainnya, perguruan tinggi serta masyarakat. Pemerintah
bertindak sebagai fasilitator dalam mendukung berkembangnya Agrowisata
dalam bentuk kemudahan perijinan dan lainnya. Intervensi pemerintah terbatas
kepada pengaturan agar tidak terjadi iklim usaha yang saling mematikan. Untuk
itu kerjasama baik antara pengusaha objek Agrowisata,maupun antara objek
23
a. Dalam zona inti dapat dikembangkan berbagai kegiatan atraksi wisata yang
saling berkaitan dengan potensi sumber daya pertanian sebagai objek
agrowisata. Area ini memiliki keunikan tersendiri (unique selling point).
b. Dalam zona penyangga lebih menitikberatkan atau memfokuskan kepada
penyangga yang dapat memperkuat kesan hijau, nyaman dan memiliki nilai
konservasi yang tinggi.Pada zona penyangga sebaiknya dihindari bangunan-
bangunan yang permanen, terbuat dari beton atau batu.
c. Dalam zona pelayanan, semua kegiatan dan penyediaan fasilitas yang
27
psikologis, seperti melaksanakan upacara keagamaan dan adat. Menurut (Sulistyawati. dkk,
1985:15) dalam Ngakan Ketut Acwin Dwijendra (2003). Dengan demikian rumah
tradisional sebagai perwujudan budaya sangat kuat dengan landasan filosofi yang berakar
dari agama Hindu.Agama Hindu mengajarkan agar manusia mengharmoniskan alam
semesta dengan segala isinya yakni bhuana agung (Makro kosmos) dengan bhuana alit
(Mikro kosmos), dalam kaitan ini bhuana agung adalah lingkungan buatan/bangunan dan
bhuana alit adalah manusia yang mendirikan dan menggunakan wadah tersebut (Subandi,
1990).
Manusia (bhuana alit) merupakan bagian dari alam (bhuana agung), selain memiliki
unsur-unsur pembentuk yang sama, juga terdapat perbedaan ukuran dan fungsi.
Manusia sebagai isi dan alam sebagai wadah, senantiasa dalam keadaan harmonis dan
selaras seperti manik (janin) dalam cucupu (rahim ibu). Rahim sebagai tempat yang
memberikan kehidupan, perlindungan dan perkembangan janin tersebut, demikian pula
halnya manusia berada, hidup, berkembang dan berlindung pada alam semesta, ini yang
kemudian dikenal dengan konsep manik ring cucupu. Dengan alasan itu pula, setiap wadah
kehidupan atau lingkungan buatan, berusaha diciptakan senilai dengan suatu Bhuana agung,
dengan susuna unsur-unsur yang utuh, yaitu: Tri HitaKarana.Tri Hita Karana yang secara
harfiah Tri berarti tiga; Hita berarti kemakmuran, baik, gembira, senang dan lestari; dan
Karana berarti sebab musabab atau sumbernya sebab (penyebab), atau tiga sebab/ unsur
yang menjadikan kehidupan (kebaikan), yaitu:
A. Atma (zat penghidup atau jiwa/roh),
B. Prana (tenaga),
C. Angga (jasad/fisik) (Majelis Lembaga Adat, 1992:15).
Bhuana agung (alam semesta) yang sangat luas tidak mampu digambarkan oleh manusia
(bhuana alit),namun antara keduanya memiliki unsur yang sama, yaitu Tri Hita Karana,
oleh sebab itu manusia dipakai sebagai cerminan.Konsepsi Tri Hita Karana dipakai dalam
pola perumahan tradisional yang diidentifikasi; Parhyangan/Kahyangan Tiga sebagai unsur
Atma/jiwa, Krama/warga sebagai unsur Prana tenaga dan Palemahan/tanah sebagai unsur
Angga/jasad (Kaler, 1983:44).Konsepsi Tri Hita Karana melandasi terwujudnya susunan
kosmos dari yang paling makro (bhuana agung/alam semesta) sampai hal yang paling mikro
(bhuana alit/manusia). Dalam alam semesta jiwa adalah paramatma (Tuhan Yang Maha
Esa), tenaga adalah berbagai tenaga alam dan jasad adalah Panca Maha Bhuta.Dalam
permukiman, jiwa adalah parhyangan (pura desa), tenaga adalah pawongan (masyarakat)
dan jasad adalah palemahan (wilayah desa). Demikian pula halnya dalam banjar, jiwa adalah
29
parhyangan (pura banjar), tenaga adalah pawongan (warga banjar) dan jasad adalah
palemahan (wilayah banjar). Pada rumah tinggal, jiwanya adalah sanggah pemerajan (tempat
suci), tenaga adalah penghuni dan jasad adalah pekarangan. Sedangkan pada manusia, jiwa
adalah atman, tenaga adalah sabda bayu idep dan jasad adalah stula sarira/tubuh manusia.
Penjabaran konsep Tri Hita Karana dalam susunan kosmos.
Tri Hita Karana (tiga unsur kehidupan) yang mengatur kesimbangan atau keharmonisan
manusia dengan lingkungan, tersusun dalam susunan jasad/angga, memberikan turunan
konsep ruang yang disebut Tri Angga. Secara harfiah Tri berarti tiga dan Angga berarti
badan, yang lebih menekankan tiga nilai fisik yaitu: Utama Angga, Madya Angga dan
Nista Angga.Dalam alam semesta/Bhuana agung, pembagian ini disebut Tri Loka, yaitu:
Bhur Loka (bumi),Bhuah Loka (angkasa), dan Swah Loka (Sorga). Ketiga nilai tersebut
didasarkan secara vertikal, dimana nilai utama pada posisi teratas/sakral, madya pada posisi
tengah dan nista pada posisi terendah/kotor.
Konsepsi Tri Angga berlaku dari yang bersifat makro (alam semesta/bhuana agung)
sampai yang paling mikro (manusia/bhuana alit). Dalam skala wilayah; gunung memiliki
nilai utama; dataran bernilai madya dan lautan pada nilai nista. Dalam perumahan,
Kahyangan Tiga (utama), Perumahan penduduk (madya), Kuburan (nista), juga berlaku
dalam skala rumah dan manusia. Susunan Tri Angga dalam susunan Tri Angga yang
memberi arahan tata nilai secara vertikal (secara horisontal ada yang menyebut Tri
Mandala), juga terdapat tata nilai Hulu-Teben, merupakan pedoman tata nilai di dalam
mencapai tujuan penyelarasan antara Bhuana agung dan Bhuana alit. Hulu-Teben memiliki
orientasi antara lain: 1). berdasarkan sumbu bumi yaitu: arah kaja-kelod (gunung dan
laut), 2). arah tinggi-rendah (tegeh dan lebah), 3). berdasarkan sumbu Matahari yaitu;
Timur- Barat (Matahari terbit dan terbenam) (Sulistyawati. dkk,1985:7).
Tata nilai berdasarkan sumbu bumi (kaja/gunung-kelod/laut), memberikan nilai utama
pada arah kaja (gunung) dan nista pada arah kelod (laut), sedangkan berdasarkan sumbu
matahari; nilai utama pada arah matahari terbit dan nista pada arah matahari terbenam. Jika
kedua sistem tata nilai ini digabungkan, secara imajiner akan terbentuk pola Sanga
Mandala, yang membagi ruang menjadi sembilan segmen. (Adhika;1994:19). Konsep tata
ruang Sanga Mandala juga lahir dari sembilan manifestasi Tuhan dalam menjaga
keseimbangan alam menuju kehidupan harmonis yang disebut Dewata Nawa Sanga
(Meganada, 1990:58).
31
Gambar 2.7 Konsep Arah Orientasi Ruang dan Konsep Sanga Mandala
(Sumber: Eko Budihardjo, 1986)
Konsepsi tata ruang Sanga Mandala menjadi pertimbangan dalam penzoningan kegiatan
dan tata letak bangunan dalam pekarangan rumah, dimana kegiatan yang dianggap utama,
memerlukan ketenangan diletakkan pada daerah utamaning utama (kaja-kangin), kegiatan
yang dianggap kotor/sibuk diletakkan pada daerah nistaning nista (klod- kauh), sedangkan
kegiatan diantaranya diletakkan di tengah (Sulistyawati. dkk, 1985:10). Dalam turunannya
konsep ini menjadi Pola Natah (Adhika, 1994:24)
2.4 Landasan Sosiologis Persyaratan dan Kebijikan Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Warisan Budaya Jatiluwih
Proses penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang ranperda wajib
memberikan keikutsertaan masyarakat melalui partisipasi masyarakat. Roscoe Pound
mengemukakan pada fungsi hukum sebagai alat untuk merubah masyarakat (law as a tool of
social engineering), menyatakan bahwa hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan
hukum yang hidup di dalam masyarakat (Lili Rasjidi & Arief Sidharta, 1988). Pemikiran ini
diawali oleh penelitian untuk memberikan dasar ilmiah pada proses penentuan hukum (legal
33
policy making).
Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan
masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara. Kawasan Warisan Budaya Dunia Jatiluwih
merupakan sebuah ekosistem yang relatif luas yang mencakup Lanskap Subak Catur Angga
Batukaru yang memiliki fungsi penting bagi ketahanan pangan atau yang dikenal
dengan julukan “daerah lumbung padi” paling penting di Bali. Di samping itu, keberadaan
Subak Catur Angga Batukaru yang masih mempertahankan sistem pertanian dan irigasi
tradisional juga merupakan bagian dari identitas kultural masyarakat Bali yang perlu
dijaga kelestariannya. Keberadaan lanskap Subak Catur Angga Batukaru dengan topografi
persawahan berterasiring dan berbagai aktivitas pertanian terkait siklus bercocok tanam
yang dilakukan secara tradisional juga merupakan daya tarik wisata yang eksotik yang
banyak menarik minat wisatawan baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Terkait dengan pelestarian dan peningkatan nilai kawasan yang ditetapkan sebagai
kawasan warisan budaya, Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029 dengan tegas menyatakan
bahwa strategi pelestarian dan peningkatan nilai kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan
warisan budaya mencakup :
1. Melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan ekosistemnya;
2. Meningkatkan kepariwisataan daerah yang berkualitas;
3. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi;
4. Melestarikan warisan budaya; dan
5. Melestarikan lingkungan hidup.
Kawasan Jatiluwih merupakan bagian dari wilayah Kawasan Catur Angga Batukaru
(KCAB). KCAB tersebut meliputi wilayah dengan batas-batas wilayah sebagai berikut,
yaitu: pada sisi utara adalah Danau Tamblingan dan Danau Buyan serta hutan sekitarnya,
sebelah timur dibatasi oleh Sungai Yeh Ho, sebelah barat dibatasi oleh Sungai Ngigih yang
merupakan anak Sungai Yeh Mawa, dan sisi selatan dibatasi oleh pertemuan (campuhan)
antara Sungai Yeh Mawa dengan Sungai Yeh Ho, seperti disajikan pada Gambar 1 berikut.
Walaupun dalam pemahaman geografis, Sungai Yeh Mawa dianggap sebagai anak Sungai
Yeh Ho, tetapi masyarakat di kawasan ini menganggapnya kedua sungai tersebut berbeda,
malah sebagian dari mereka mempercayai kedua sungai tersebut sebagai dua kekuatan
rwabhineda (bipolar saling melengkapi) yang melindungi kawasan. Berdasarkan batasan
wilayah tersebut maka KCAB termasuk dalam dua wilayah kabupaten yaitu Kabupaten
Tabanan dan Kabupaten Buleleng. Sementara Kawasan Jatiluwih adalah bagian dari KCAB
34
2.5 Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan yang Memuat Kondisi Hukum yang
Terkait dengan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kawasan
Warisan Budaya Jatiluwih.
Terdapat Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan yang memuat kondisi hukum yang
terkait dengan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.
dengan Peraturan
Bupati.
(4) Bagi bangunan -
bangunan yang terlanjur
ada dalam wilayah
kawasan jalur hijau,
maka kepada pemilik
bangunan tersebut
dilarang melakukan
perluasan bangunan dan
wajib menanami
pekarangannya dengan
tanam-tanaman peneduh
/ penghijauan.
Pasal 3
Kawasan Jalur Hijau terletak
di :
a------------------
b. Jurusan Senganan - Jati
Luwih :
1. Jalur Hijau dengan
panorama alam
persawahan pada KM.
23.750 - KM. 24.900 di
sebelah kiri jalan dengan
kedalaman 1.000 Meter
terletak diantara Banjar
Soka dengan Gunung
Sari Desa Jatiluwih;
2. Jalur Hijau dengan
panorama alam
persawahan pada KM.
24.100 – KM. 24.750 di
sebelah kanan jalan
dengan kedalaman
1.000 Meter terletak
diantara Banjar Soka
dengan Gunung Sari
Desa Jatiluwih;
3. Jalur Hijau dengan
panorama alam
persawahan pada KM.
25.500 – KM. 26.700 di
sebelah kiri jalan
dengan kedalaman
1.000 Meter terletak
diantara Banjar Gunung
Sari dengan Banjar
Dinas Jati Luwih, Desa
36
SEMINAR
BAB III
STUDI PENGADAAN
Pada bab ini akan meninjau lokasi proyek berdasarkan karakteristik, kondisi fisik,
kondisi non fisik dan peraturan daerah. Selanjutnya akan dibahas spesifikasi proyek, sistem
pengelolaan, konsep dasar dan tema rancangan yang merupakan pemikiran awal sebagai
pemberi arahan dalam proses perancangan.
37
38
Hasil pertanian yang populer di Kabupaten Tabanan adalah beras maka dari itu Kota
Tabanan dijuluki lumbung berasnya Bali. Hampir semua tanaman tumbuh dengan baik di
kawasan Tabanan karena iklimnya yang strategis untuk pertanian dan perkebunan. Selain itu
Kabupaten Tabanan juga memiliki pesona keindahan alam dan kekayaan budaya yang
sangat unik menyebar hampir diseluruh kawasan.
Jarak dari Ibukota Kabupaten Tabanan (Kota Tabanan) ke Ibu kota Provinsi
Bali (Kota Denpasar) sekitar 20 km yang dihubungkan oleh jalan arteri primer
dengan waktu tempuh perjalanan darat sekitar 30-45 menit. Jarak antara Ibukota
Kecamatan ke Ibukota Kabupaten berkisar antara 0-55 km, dimana Kecamatan
Pupuan merupakan daerah yang memiliki jarak terjauh dari Ibukota Kabupaten.
3.1.3 Kependudukan
Hasil proyeksi penduduk tahun 2019, penduduk Kabupaten Tabanan tercatat
berjumlah 445,70 ribu jiwa dengan laju pertumbuhan alaminya sebesar 0,60%
dibandingkan tahun sebelumnya.Dari 445,70 ribu jiwa, 221,2 ribu jiwa (49,63%)
diantaranya merupakan penduduk laki-laki dan 224,5 ribu jiwa (50,37%) merupakan
penduduk perempuan.Dilihat dari komposisi penduduk- nya, rasio jenis kelamin atau
sex ratio penduduk Kabupaten Tabanan pada tahun 2019 adalah sebesar 98,53. Nilai
ini berarti,setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten Tabanan terdapat 99
penduduk laki laki.Kabupaten Tabanan dengan luas wilayah sebesar 839,33 km2 dan
jumlah penduduk sebanyak 445,70 ribu jiwa,kepadatan penduduknya mencapai 531
jiwa per km2.
41
Tabel 3.3 Proyeksi Laj u Jumlah Penduduk Kabupaten Tabanan Tahun 2 0 1 8- 2019
Kecamatan Penduduk (ribu) Laju Pertumbuhan Penduduk %
Tahun 2018-2019
Dipisahkan
1. Lain-Lain PAD yang Sah 226.55.395,22
4
2 Dana Perimbangan 1.102.265.093,00 1.096.289.816,44 1.063.464.921,68
2. Bagi Hasil pajak
1
2. Bagi Hasil bukan 23.775.527,00 23.944.694,95 23.104.621,00
2 Pajak/Sumber Daya Alam
2. Dana Alokasi Umum 826.283.780,00 811.768.631,00 811.768.631,00
3
2. Dana Alokasi Khusus 252.205.788,00 260.567.490,48 228.591.669,67
4
3 Lain-Lain Pendapatan 374.252.558,00 348.938.535,55 435.441.812,58
yang Sah
3. Pendapatan Hibah 101.080.965,00 5.645.302,88 44.063.418,99
1
3. Dana Darurat - - -
2
3. Dana Bagi Hasil Pajak dari 162.018.334,00 131.145.049,33 133.166.486,27
3 Provinsi dan Pemerintah
Daerah Lainnya
3. Dana Penyesuain dan 88.183.813,00 113.917.874,00 152.721.992,00
4 Otonomi Daerah
3. Bantuan Keuangan dari 22.969.446,00 98.230.309,33 105.489.915,31
5 Provinsi atau Pemerintah
Daerah Lainnya
3. Lainnya
6
Jumlah/Total 1.794.601.450,00 1.871.864.103,24 1.862.277.203,97
(Sumber: BPS Tabanan dalam Angka ,2018)
3.1.5 Kesehatan
Pada tahun 2019 secara umum gambaran sarana kesehatan di Kabupaten
Tabanan dapat dilihat pada tabel berikut :
Selemd. Barat 1 - 1 6 1 7
Selemd. Timur 11 - 2 7 2 27
Jumlah/Total : 10 1 2 7 24 1
81
3
(Sumber: BPS Tabanan dalam angka, 2019) 0 6 5
Sementara itu, kejadian penyakit yang paling banyak terjadi pada tahun 2018
berdasarkan Tabanan dalam angka 2019 adalah :
A. Single spontaneous delivery unspecified 12.48%
B. Dongue haermorrhogic fever 11.66%
C. Diare 7.66%
D. Hipertensi 6.79%
E. Typhoid 5.54 %
3.1.6 Pertanian
A. Holtikultura
Produksi hortikultura semusim dan tahunan juga menjadi andalan pertanian
Kabupaten Tabanan. Salah satu sentral produksi hortikultura semusim di
Provinsi Bali terletak di Kecamatan Baturiti. Produksi hortikultura semusim
yang sampai melebihi 50.000 kwintal adalah tanaman kubis, petsai dan tomat.
Khusus tanaman tomat, nilai produksinya di tahun 2019 mencapai 62.775
kwintal dan menjadi produksi tanaman hortikultura semusim tertinggi. Dari segi
produktivitas, tanaman tomat tertinggi. Produktivitas tanaman tomat mencapai
280,24 kwintal per hektar.Dalam kategori hortikultura tahunan, tanaman
manggis dan durian memiliki nilai produksi tertinggi. Pada tahun 2019,
produksi buah manggis dan durian masing-masing sebesar 25.369 kwintal dan
13.362 kwintal.
B. Perkebunan
Tanaman yang termasuk dalam jenis tanaman perkebunan antara lain kelapa
dalam, kelapa hibrida, aren, kopi arabika, kopi robusta, cengkeh, panili, kakao
dan lada. Pada tahun 2019, Luas panen terluas adalah tanaman kelapa dalam
yang mencapai 15.041,14 hektar. Diikuti tanaman kopi robusta 8.195,13 hektar
dan kakao 5.441,07 hektar. Sisanya hanya memiliki luas panen dibawah 1.000
hektar.
44
A. Peningkatan daya dukung dengan penggunaan bibit unggul, pascapanen yang efektif
dan efisien, pengendalian hama terpadu, kriteria baku mutu dan ambang batas yang
mendukung keseimbangan dan pendekatan terpadu untuk petani kecil.
B. Penerapan bioteknologi dengan plasma nutfah untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas tanaman, ternak dan ikan.
C. Penggunaan penginderaan jarakjauh untuk mendeteksi kesuburan lahan, kandungan
mineral dalam lahan, sistem pertanian, perkebunan dan kehutanan yang cocok untuk
suatu ekosistem.
D. Penerapan teknologi rancang bangun dengan peralatan yang efektif dan efisien untuk
meningkatkan mutu dan produksi tanpa menimbulkan polusi dan tanpa mengganggu
kelestarian lingkungan.
Kegiatan pariwisata terutama rekreasi agrowisata merupakan kegiatan yang
memadukan sistem yang kompleks antara kegiatan manusia dan ekosistem alam termasuk
budaya. Oleh karena itu keberhasilan pengembangannya sangat ditentukan oleh integritas
sumberdaya manusia dan kualitas ekosistem alamnya (Bappeda, 1995). Selanjutnya
disebutkan bahwa ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
agrowisata yakni atraksi wisata, pelayanan yang meliputi sarana dan prasarana, tenagakerja,
aturan kunjungan, keunikan, serta promosi dan pemasaran. Beberapa kawasan yang telah
berkembang dan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata adalah
(Bappeda Bali, 1995) :
a. Kawasan pertanian hortikultura di Baturiti dan Pancasari Tabanan.
45
3. Gaya hidup masyarakat 3. Sektor pariwisata yang menyajikan wisata 3. Mendirikan suatu fasilitas penunjang yang
yang ingin kembali ke alam alam yang berbasis rekreasi,edukasi akan belum ada di kawasan Jatiluwi Tabanan Bali.
(back to nature). membuat banyak peminat wisatawan.
Threats/Ancaman Strategi S-T Strategi W-T
1. Sulitnya memelihara 1. Melakukan pendidikan dengan bantuan 1. Adanya pihak pendukung atau campur
tanamaan berbasis tenaga ahli kepada calon pekerja yang terlibat tangan pemerintah melakukan sosialisi
agrowisata Dikala nantinya nantinya pada pengelolaan taman rekreasi dan tentang budidaya dengan bantuan tim ahli.
pengaruh agrowisata.
oleh hama maupun
perubahan musim.
2. Adanya agrowisata 2. Pengadaan fasilitas atau strategi 2. Pengembangan atau pendukung daya tarik
sejenis di kawasan daerah pengembangan dengan tujuan agar fasilitas objek wisata Desa Jatiluwih .
pengembangan nantinya. yang nanti akan dibuat memiliki keunggulan
dari fasilitas objek sejenis lainnya.
3. Dikhawatirkan 3. Mengkaji lebih dalam tentang hal yang dapat 3. Merancang fasilitas yang memiliki daya
terjadi setelah adanya perancangan fasilitas tarik dengan perkembangan masyarakat yang
Perancangan nantinya pada site atau lahan nantinya. ingin kembali ke alam (back to nature).
mempengaruhi perubahan
kondisi site atau lahan.
Dengan analisa SWOT dan strategi – strategi yang telah dijelaskan, dapat
disimpulkan pengadaan Taman Rekreasi dan Agrowisata Jatiluwih di Tabanan layak
dilakukan, mengingat Agrowisata berpotensi besar dan daya saing di Kabupaten
Tabanan tergolong rendah.
seperti kids zone, perahu ayun, bianglala dan masih banyak lainnya. The Sila’s
Agrotourism juga menyediakan fasilitas seperti memetik buah, memancing, memberi
makan ternak, resto, kelas interaktif, dan camping ground.
2. Aktvitas
a. Membudidayakan dan melestarikan tumbuhan dan ternak.
b. Mengembangbiakan tumbuhan dan ternak yang sudah mulai punah.
c. Memberikan pengetahuan tumbuhan dan ternak.
d. Berinteraksi langsung dengan tumbuhan dan ternak.
e. Menyediakan tempat bagi rekreasi.
f. Memberikan kelas interaktif.
g. Memberikan pelayanan terhadap wisata yang bekunjung.
3. Fasilitas
Denah atau lay out plan pada The Sila’s Agrotourism. Adapun beberapa fasilitas
utama dan penunjang yang ada di The Sila’s Agrotourism yang bisa dilihat
pada denah The Sila’s Agrotourism, lihat pada gambar 3.6 Denah The Sila’s
Agrotourism
50
c. Tiket, luasannya 8 m²
Tempat pembelian tiket masuk ke The Sila’s Agrotourism, dengan konsep
bangunan tradisional Bali, yang sama dengan konsep bangunan-bangunan di
sekitarnya, tiket masuk juga terdapat dibeberapa tempat wahana atau taman
bermain tambahan, yang tidak termasuk di dalam tiket masuk utama, lihat pada
gambar 3.9.
e. Camping Ground
Pengunjung bisa menginap dan berkemah di The Sila’s Agrotourism,
ditempat terbuka dan menyatu dengan alam, pengunjung juga bisa menyewa
tenda yang sudah disediakan oleh pengelola. Pengunjung melakukan Camping
Ground The Sila’s Agrotourism bisa menikmati pemandangan dan suasana
malam yang dingin,
B. Tinjauan Arsitektur Kita dapat menikmati sebuah karya lansekep yang sangat habit
memadukan perjalanan dengan jalan kecil sambil menikmati 42 keanekaragaman
hayati dari Malaysia seperti koleksi bunga dan tanaman lainnya,serta burung yang
akan memuaskan mata anda. Adapun fasilitas yang disediakan antara lain; Native
Orchid Centre, Living Crop Museum, Bee Centre, Germplasm Collection,
Ornamental Garden, Hoya Garden, Evolution Garden, Agro-Forestry, Lake Sapong,
Lake Rundum, Animal Park, Jungle Tracking.
A. Taman adalah sebuah “kebun” yang ditanami dengan bunga-bunga sebagainya (tempat
bersenang-senang) Tempat yang menyenangkan dan sebagainya” Menurut
Poerwadarminta (1991). Secara etimologis kata "taman" (garden-Ing) berasal dari bahasa
Ibrani gan dan oden atau eden. Gan memiliki arti melindungi atau mempertahankan,
menyatakan secara tak langsung hal pemagaran atau lahan berpagar, tepatnya suatu
kawasan yang memiliki batas-batas fisik. Oden atau eden berarti kesenangan atau
kegembiraan. Jadi dalam bahasa Inggris, perkataan garden memiliki makna gabungan
dari kedua kata tersebut yang berarti sebidang lahan dengan batas tertentu yang
57
B. Agrowisata adalah salah satu bentuk pariwisata yang obyek wisata utamanya adalah
lansekap pertanian, maka dapat dikatakan bahwa agrowisata merupakan wisata yang
memanfaatkan obyek-obyek pertanian. Agrowisata juga merupakan kegiatan wisata yang
terintegrasi dengan keseluruhan sistem pertanian dan pemanfaatan obyek-obyek pertanian
sebagai obyek wisata, seperti teknologi pertanian maupun komoditi pertanian (Anonim,
1990).
dengan telah di tetapkan olek UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Selain itu, di
Jatiluwih sendiri belum terdapat fasilitas sejenis, dikarenakan belum adanya fasilitas
pendukung yang dapat mewadahi perkembangan objek wisata Jatiluwih sehingga
mempengaruhi niat berkunjungnnya masyarakat. Oleh karena itu, dengan membangun
taman rekreasi dan agrowisata, dapat membantu masyarakat untuk melestarikan dan
mempelajari lebih dalam tentang warisan budaya Jatiluwih sendiri.
Gambar 3.14 Organiasasi Taman Rekreasi dan Agrowisata di Jatiluwih, Tabanan Bali
Sumber : Klinik Agribisnis Agrowisata, Kusuma Agrowisata 2010
A. Taman Rekreasi dan Agrowisata di Jatiluwih, Tabanan Bali ini dapat memfasilitasi
para pengunjung objek wisata Jatiluwih.
B. Dengan adanya T a m a n R e k r e a s i Agrowisata di Jatiluwih, Tabanan Bali dapat
menambah pengunjung maupun wisatawan mengunjungi objek wisata Jatiluwih
nantinya.
C. Memiliki manfaat untuk pelaksanaan pengkoordinasian dengan instansi dan atau
lembaga lain yang berkaitan dengan pelestarian alam serta kebudayaan.
D. Dengan dibangunnya Taman Rekreasi Agrowisata di Jatiluwih, Tabanan Bali dapat
membuka lapangan pekerjaan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat setempat.
sebagai tempat rekreasi objek wisata yang menyajikan wisata alam yang bersifat
edukasi/mendidik pengunjung serta sebagai penunjang objek wisata Jatiluwih.
B. Wisata Rekreatif
Rekreatif adalah suatu kegiatan yang bersifat rekreasi. Rekreasi biasanya dilakukan
saat seseorang memiliki waktu luang, Ketika terbebas dari pekerjaan atau Tugas.
Definisi rekreatif dalam sebuah perancangan merupakan sesuatu yang dapat
memberikan hiburan yang kreatif, memiliki keunikan, dan berbeda dengan yang lain.
Sehingga sebuah rancangan akan memberikan hiburan yang menyenangkan.
C. Wisata Edukatif
Edukasi adalah proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi
diri pada peserta didik dan mewujudkan proses pembelajaran yang lebih baik.Kegiatan
edukasi ini lebih ditujukan kepada pengunjung anak-anak agar dapat lebih mengenal
alam serta kebudayaan Bali dan mengembangkan potensi diri mereka yang berkaitan
dengan alam. Namun tidak hanya anak-anak yang dapat menikmati fasilitas tersebut,
orang dewasa yang ingin lebih mengenal alam dan kebudayaan Bali juga dapat
menikmati fasilitas ini.
3.6.3 Penerapan Konsep Dasar
62
Penerapan Konsep Dasar pada studi pengadaan Taman Rekreasi dan Agrowisata
Di Jatiluwih, Tabanan Bali mengambil 3 unsur yaitu Wisata Ekologi, Wisata Rekreatif,
dan Wisata Edukatif. Dari ketiga unsur tersebut sudah memperhatikan dasar
perancangan dengan memperhatikan pendekataan terhadap rancangan sendiri.
5. Holistic
Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas
menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada
dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu
secara parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu,
sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara
keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.