Anda di halaman 1dari 10

The 1st Symposium in Industrial Technology 

Yogyakarta, 17 November 2012 
 

Analisa Biaya Lingkungan


Pada UKM Produsen Tahu di Jombang dengan
Pendekatan Akuntansi Manajemen Lingkungan

Pram Eliyah Y.†1 , Ivan Eliata2 dan Kelvin3

Teknik Industri, STTS


Ngagel Jaya Tengah 73-77 Surabaya, (031) 5027920
pram@stts.edu1
ivan@stts.edu2
kelvin@stts.edu3
 
Abstract – Dengan asumsi bahwa tidak ada kondisi efisiensi 100% pada sebuah sistem produksi tahu, maka
kehadiran limbah produksi (padat maupun cair) adalah sebuah gejala inefesiensi yang tidak dapat ditolak
namun dapat diusahakan untuk diminimisasi. Dampak lingkungan yang ditimbulkan pada saat
memproduksi tahu berasal dari kedelai, air dan cuka yang tidak ditangani secara baik, serta penggunaan
sumber daya seperti bahan baku dan energi yang tidak efisien.
Kerangka kerja Akuntansi Manajemen Lingkungan, khususnya konsep Material and Energy Flow
Accounting (MEFA) direkomendasikan untuk digunakan dalam penelitian analisa biaya lingkungan pada
UKM produsen tahu, untuk mempermudah proses pelacakan aliran biaya lingkungan dalam setiap proses
produksi.
Dalam konteks akuntansi manajemen lingkungan selanjutnya disebut EMA (Environmental Management
Accounting), limbah sebenarnya bagian dari output produksi yang telah melakukan penyerapan berbagai
jenis biaya (langsung maupun tidak langsung) seperti layaknya sebuah produk. Kondisi ini sekaligus
menjelaskan pernyataan bahwa biaya lingkungan dalam sebuah sistem produksi sebenarnya lebih besar
daripada yang diperkirakan secara konvensional oleh beberapa perusahaan selama ini, yaitu biaya
lingkungan identik dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menyingkirkan limbah dari sistem
produksi.

Kata kunci: EMA, MEFA, efisiensi, biaya lingkungan


 
 
1 PENDAHULUAN
Tahu merupakan salah satu makanan hasil olahan kedelai yang berasal dari Cina, makanan olahan
ini memiliki kandungan protein yang sangat tinggi dan harga yang sangat terjangkau. Hampir setiap hari
penduduk Indonesia mengkonsumsi jenis makan olahan kedelai ini. Selain memiliki manfaat dan kandungan
gizi yang baik ternyata tahu selama pengolahannya menghasilkan limbah organik yang mudah membusuk
sehingga memberikan dampak yang kurang ramah bagi lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik.
Dampak lingkungan yang ditimbulkan pada saat memproduksi tahu berasal dari kedelai, air dan cuka
yang tidak ditangani secara baik, serta penggunaan sumber daya seperti bahan baku dan energi yang tidak
efisien. Semakin besar inefisiensi yang terjadi maka secara tidak langsung juga memperbesar dampak
terhadap lingkungan. Dampak negatif terhadap lingkungan serta inefisiensi penggunaan sumberdaya
membuat perusahaan terberbani secara finansial yang dapat mengakibatkan penurunan laba perusahaan.
Dari hasil pengamatan pada sebuah pabrik tahu di Jombang dapat dilihat bahwa pada proses
pembuatan tahu memiliki potensi besar dalam menghasilkan limbah baik padat (ampas tahu) maupun cair
(air tahu) dan pada sebagian besar proses terjadi inefisiensi penggunaan air. Proses yang dinilai paling
berpotensi menghasilkan limbah yaitu pada proses penyaringan dan pencukaan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa efisiensi dan analisa biaya lingkungan sangat penting pada industri tahu. Perusahaan dituntut tidak
hanya mampu menghasilkan produk yang baik dengan menggunakan sumberdaya seminimum mungkin
namun juga harus mampu menanggulangi dampak yang ditimbulkan pada alam dan lingkungan sosial di
sekitar pabrik.
                                                            

 Corresponding author 

FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1 
 
The 1st Symposium in Industrial Technology 
Yogyakarta, 17 November 2012 
 

Penanggulangan dampak lingkungan dilakukan dengan melakukan analisa biaya lingkungan yang
ditimbulkan pabrik tahu pada saat proses produksi. Tujuan dari analisa biaya lingkungan adalah untuk
mengetahui besarnya biaya yang harus di keluarkan perusahaan dalam rangka penanganan limbah dan
merehabilitasi lingkungan akibat adanya aliran material dan energi saat produksi.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi aliran material dan energi (MEFA) pada proses pembuatan tahu di perusahaan tahu
skala kecil dan menengah.
2. Mengukur tingkat efisiensi bahan (khususnya tahu dan air) dan energi (khususnya solar dan kayu bakar)
proses produksi tahu di perusahaan skala kecil dan menengah.
3. Mengukur besarnya biaya lingkungan (termasuk hidden environmental costs) yang timbul pada proses
produksi tahu skala kecil dan menengah.
4. Merancang sistem penerapan konsep Cleaner Production (CP) pada sistem produksi tahu di perusahaan
tahu skala kecil dan menengah.

2 LANDASAN TEORI
2.1 Environmental Management Accounting (EMA)
Biaya pengelolaan lingkungan akibat limbah bukan hanya biaya retribusi sampah belaka, tetapi
biaya terkait lainnya seperti alokasi biaya untuk petugas yang menangani sampah, biaya angkut internal,
biaya lokasi penimbunan dan pengolahan, biaya energi, biaya atas material yang dibeli (namun menjadi
limbah), depresiasi peralatan terkait hingga biaya manajemen. Keseluruhan biaya ini yang dikenal sebagai
biaya tersembunyi dalam pengelolaan lingkungan (hidden cost).
Menurut Burritt et al (2001), biaya lingkungan adalah semua jenis biaya yang muncul akibat adanya
aliran material dan energi di dalam sistem yang menimbulkan dampak bagi lingkungan. Keberadaan biaya
lingkungan yang sangat beragam dalam sebuah sistem produksi dapat dijelaskan secara sederhana dengan
menggunakan logika aliran material yang cukup sederhana pula. Aliran material (& energi) adalah aliran
sumberdaya dan aliran uang. Dengan asumsi bahwa tidak ada kondisi efisiensi 100% pada sebuah sistem
produksi, maka kehadiran limbah produksi adalah sebuah gejala inefesiensi yang tidak dapat ditolak namun
dapat diusahakan untuk diminimisasi
Gambar 1 merupakan analog dari biaya lingkungan yang meskipun tidak ada sama sekali rencana
penyimpanan material 1 dan material 2 yang akhirnya nantinya menjadi limbah, mau tidak mau perusahaan
tetap harus melakukannya (holding cost of wasted materials). Dari aktifitas penyimpanan materialpun,
ternyata muncul biaya lingkungan (meskipun sifatnya tidak langsung/ indirect environmental cost). Dari dua
contoh tersebut saja terlihat bahwa biaya yang digunakan untuk “menghasilkan” limbah, sebenarnya sangat
beragam dan secara moneter lebih besar daripada biaya untuk mengolah limbah tersebut (United Nations,
2001). Sehingga jika ditelaah secara lebih dalam lagi, menjadi bukan sebuah hal yang aneh bahwa
sebenarnya cukup banyak ragam dan nominal biaya lingkungan yang tersembunyi (hidden environmental
costs) (gambar 2).

Gambar 1. Biaya-Biaya Lingkungan (hidden & transparent)


Hal-hal tersebut sekaligus menjelaskan bahwa, kehadiran semua jenis limbah sebenarnya
menunjukkan hilangnya berbagai sumberdaya (loss of resources) yang berdampak negatif terhadap

FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1 
 
The 1st Symposium in Industrial Technology 
Yogyakarta, 17 November 2012 
 

lingkungan (company related impacts on environmental systems) dan hilangnya uang (loss of money) yang
berdampak negatif pada sistem ekonomi perusahaan (environmentally induced impacts on economic systems)
(gambar 2). Konsep-konsep tersebut pulalah yang kemudian diadopsi oleh EMA untuk berbagai keperluan
analisis biaya lingkungan.

Gambar 2. Limbah adalah Bagian dari Aliran Sumberdaya dan Uang


(Tambunan, 2009)

2.2 Simulasi Biaya Lingkungan


Gambar 3 berikut ini adalah sebuah contoh model proses manufaktur sederhana yang terdiri dari
dua proses produksi yaitu proses pencampuran dua bahan (proses mixing) dan proses pengemasan dan dua
proses tambahan yang sering disebut sebagai proses lingkungan (environmental process) yaitu proses
pengolahan limbah cair dan proses pembakaran limbah padat (Tambunan, 2009).
Dua cara penentuan besarnya biaya lingkungan secara konvensional dan dengan menggunakan
pendekatan EMA digunakan untuk melihat proporsi biaya lingkungan sebenarnya (true environmental cost)
yang telah diserap oleh setiap unit produk akhir.

 
Gambar 3. MEFA Kasus Proses Manufaktur Sederhana
(Tambunan, 2009)
Dalam perhitungan biaya produk secara konvensional, maka biaya-biaya yang diperhitungkan
sebagai biaya lingkungan pada kasus di atas adalah biaya pengolahan limbah cair hasil proses mixing dan
limbah cair hasil proses pengemasan, serta biaya pembakaran limbah padat hasil proses pengemasan. Secara
matematika, biaya lingkungan tersebut kemudian dibagi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan, dan
selanjutnya dibebankan secara seragam ke setiap unit produk (produk 1 dan produk 2).

2.3 Keuntungan Potensial EMA Bagi Industri


EMA dapat memberikan keuntungan-keuntungan berikut bagi industri:
− Mampu menelusuri dan mengelola dengan lebih akurat dari alur material dan energi, termasuk volume,
jenis dan bentukan turunannya berupa limbah.
− Mampu menelusuri dengan akurat dalam mengidentifikasi, estimasi, alokasi, dan mengelola /
mengurangi biaya, khususnya biaya terkait lingkungan.

FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1 
 
The 1st Symposium in Industrial Technology 
Yogyakarta, 17 November 2012 
 

− Mendapatkan informasi yang lebih akurat dan komprehensif untuk mendukung dan ikut serta dalam
peningkatan kinerja lingkungan yang lebih cost-effective.

Informasi atas kinerja lingkungan dan pelaporan yang dibuat dengan lebih akurat dan komprehensif
pada waktunya akan meningkatkan citra perusahaan kepada para pemangku kepentingannya (stakeholder).
Manfaat potensial EMA pada perusahaan adalah:
− Menjadikan perusahaan agar lebih efisien dan cost-effective dalam menggunakan sumberdaya alam,
termasuk energi dan air
− Menjadikan perusahaan mampu mengurangi emisi pencemaran secara cost-effective
− Mengurangi (potensi) biaya sosial yang terkait dengan pencemaran dari industri, seperti biaya
pemantauan, kontrol, dan remediasi lingkungan termasuk biaya kesehatan publik
− Menyediakan informasi yang lebih baik untuk pengambilan keputusan yang terkait dengan publik
− Menyediakan informasi kinerja perusahaan yang dapat dipergunakan secara lebih luas dalam melakukan
evaluasi kinerja lingkungan dihubungkan dengan kondisi ekonomi dan geografi tertentu seperti misalnya
pelanggan, masyarakat lokal, karyawan, pemerintah dan penyandang dana.

3 METODOLOGI
Alur penelitian adalah sebagai berikut:
START

Pengumpulan data primer: Pengumpulan data sekunder:


Pengamatan dan pengukuran data masa lalu perusahaan

Identifikasi input, output dan waste tiap siklus

Pengukuran keseimbangan masa dan energi pada tiap proses

Pengolahan dengan MEFA

Tidak
Efisiensi Stop
< 100%

Ya

Analisis efisiensi proses dan energi

Tidak
Usulan Stop
pencegahan

Ya

Perbaikan dengan Cleaner Production (CP)

Analisa biaya lingkungan

FINISH

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian

FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1 
 
The 1st Symposium in Industrial Technology 
Yogyakarta, 17 November 2012 
 

4 HASIL DAN PEBAHASAN


Operation process chart dari usaha pembuatan tahu hanya terdiri dari 1 proses chart karena produk 
yang dihasilkan hanya satu jenis saja. 

Kedelai

1  Perendaman Kedelai 

2  Pencucian Kedelai 

3  Penggilingan Kedelai 

4  Pemasakan Bubur Kedelai 

5  Penyaringan 
Keterangan : 
Pengendapan Sari pati  
=  Proses  6 
(Pemberian Cuka) 

=  Inspeksi 
7  Pencetakan tahu 

Gambar 5. Operation Process Chart (OPC) Pembuatan Tahu

Data-data utama yang diambil untuk pengukuran dapat dibagi menjadi 3, yaitu data input, data
output, dan waste tiap proses (bahan baku pembuatan tahu). Dimana data-data tersebut diperoleh dari data
primer yang berasal dari proses pengukuran secara langsung pada pabrik dan diolah untuk melakukan
penelitian. Pengukuran dilakukan per siklus produksi, yang dimaksud disini adalah pengukuran dilakukan
mulai dari awal proses hingga akhir proses.
MEFA merupakan salah satu tool dalam EMA (Enviromental Management Accounting) yang
digunakan untuk melakukan pelacakan terhadap aliran fisik. MEFA akan digunakan untuk mengolah data
input dan output yang sudah diperoleh dari hasil pengukuran pada dua tungku secara langsung. Hal ini
dilakukan supaya dapat diketahui tingkat efisiensi proses produksi secara parsial maupun secara keseluruhan
(efisiesnsi total), sehingga dari tingkat efisiensi yang sudah diketahui dapat dilakukan perbaikan-perbaikan
sesuai metode CP dan juga sebagai salah satu dasar penghitungan biaya lingkungan (ECA).

Gambar 6. MEFA Proses Perendaman Tahu

FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1 
 
The 1st Symposium in Industrial Technology 
Yogyakarta, 17 November 2012 
 

Dari pengolahan data dengan menggunakan MEFA, ternyata pada proses perendaman tidak seluruh
inputan bahan baku menjadi output. Ini terlihat dari adanya selisih berat antara input (kedelai kering dan air)
dengan output (kedelai basah). Jumlah berat output mengalami penurunan dibandingkan dengan jumlah input
akibat adanya air yang terjatuh saat mengangkat kedelai dari bak perendaman. Dari gambar 6 diketahui
bahwa berat input sejumlah 46,55 kg dan berat output sejumlah 37,85 kg, berarti selama proses ini terjadi
kehilangan bahan baku (air) sejumlah 8,7 kg. Dari angka-angka tersebut dapat diketahui tingkat efisiensi
secara parsial. Berikut perhitungannya:
output (kg )
Efisiensi parsial proses perendaman = x 100%
input (kg )
37,85kg
Efisiensi parsial proses perendaman = x 100% = 81,31%
46,55kg
Dengan menggunakan perhitungan efiiensi tersebut maka tingkat efisiensi pada pengamatan dapat
dihitung. Berikut ini merupakan tabel pengukuran efisiensi parsial yang dilakukan pada tungku 1 dan 2.

Tabel 1. Efisiensi Parsial Perendaman

No Station Pengukuran Proses pencucian


1 81,31%
1 Tungku 1
2 80,62%
1 77,63%
2 Tungku 2
2 79,33%
RATA_RATA 79,72%
Dari hasil perhitungan yang tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata efisiensi parsial kedua tungku
sebesar 79,72%. Dari perhitungan diatas maka pada proses perendaman ini belum mencapai tingkat efisiensi
yang optimal. Sehingga perlu dilakukan analisa untuk melakauakan perbaikan-perbaikan pada proses ini.
Setelah menghitung tingkat efisisensi proses perendaman, dengan menggunakan MEFA proses
perendaman juga dapat dilakukan perhitungan terhadap rasio eko-efisiesnsi proses perendaman. Dari data
diatas dabat diketahui bahwa untuk menghasilkan 37,85 kg kedelai basah memerlukan air sebanayak 25,55
kg. Sedangkan dalam penggunaan energi dibutuhkan solar (sumber energi) sebanyak 0,00058 liter dan
menghasilkan emisi sebesar 0,00156 kgCO2. berikut ini adalah perhitungan rasio eko-efisiensi berdasarkan
masa produk yang dihasilkan untuk tiap penggunaan air, energi dan emisi dapat dijabarkan sebagai berikut.

output (kg )
Penggunaan energi =
solar (liter )
37,85kg _ kedelai _ basah
Penggunaan energi =
0,00058liter _ solar
Penggunaan energi = 64.830,89 kg kedelai basah/liter solar

output (kg )
Emisi =
emisi ( kgCO 2)
37,85kg _ kedelai _ basah
Emisi =
0,00156kgCO 2
Emisi = 24.263,06 kg kedelai basah/ kgCO2

Dengan menggunakan perhitungan eko-efiiensi tersebut maka tingkat eko-efisiensi pada proses
perendaman pada kedua tungku dapat diketahui. Berikut ini merupakan tabel pengukuran eko-efisiensi
parsial yang dilakukan pada tungku 1 dan 2.

FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1 
 
The 1st Symposium in Industrial Technology 
Yogyakarta, 17 November 2012 
 

Tabel 2. Proporsi Eko-Efisiensi

No Station Pengukuran Energi (kg/liter) Emisi (kg/kgCO2)


1 64.830,89 24.263,06
1 Tungku 1
2 64.124,94 23.998,85
1 46.934,77 17.565,41
2 Tungku 2
2 50.092,27 18.747,11
RATA_RATA 56.495,71 21.143,61
Jadi sesuai dengan perhitungan pada tabel 2 maka dapat diketahui bahwa rasio eko-efisiensi
penggunaan energi mencapai 56,495,71kg/liter dan sedangakan untuk proporsi emisi yang dihasilkan
mencapai 21.143,61 kg/kgCO2. Ini berarti 1 liter sumber energi digunakan untuk mengolah 56.495 kg
kedelai dan tiap mengolah 21.143,61 kg kedelai maka akan dihasilkan emisi sebesar 1kgCO2. Dengan
demikian data-data diatas dapat digunakan sebagai acuan utntuk melakukan peningkatan efisiensi
penggunaan energi. Karena begitu jumlah pemakaian energi dapat dikurangi maka jumlah emisi yang
dihasilkan juga akan berkurang.
Setelah pengolahan data dengan MEFA untuk masing masing proses produksi maka dilanjutkan
membuat MEFA keseluruhan proses produksi. Dalam MEFA keseluruhan proses ini akan memperlihatkan
komponen input dan output yang dihasilkan baik berupa produk atau produk sampingan yang masih dapat
digunakan. Selain itu konsumsi energi total kesluruhan proses dapat diketahui. Berikut ini merupakan
gambar dari MEFA keseluruhan proses produksi pembuatan tahu.

Gambar 7. MEFA Seluruh Proses Produksi

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan MEFA , dapat diketahui bahwa jumlah masa input
yang terdiri dari kedelai, air, cuka, sebanyak 574,75 kg menghasikan output berupa tahu, ampas tahu dan air
tahu yang disimpan sejumlah 165,13 kg. Berarti dalam keseluruhan proses tersebut terdapat bahan baku atau
input yang hilang sebesar 409,62 kg. Dengan mengetahui angka-angka diatas maka dapat diketahui tingkat
efisiensi pada seluruh proses pembuatan tahu. Perhitungan tingkat efisiensi akan dijabarkan sebagai berikut.

Total _ output (kg )


Efisiensi seluruh proses produksi = x 100%
Total _ input (kg )
207,13kg
Efisiensi seluruh proses produksi = x 100%
574,75kg
Efisiensi seluruh proses produksi = 36,04%

FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1 
 
The 1st Symposium in Industrial Technology 
Yogyakarta, 17 November 2012 
 

Berikut ini merupakan tabel pengukuran efisiensi seluruh proses yang dilakukan pada tungku 1 dan 2.

Tabel 3. Efisiensi Seluruh Proses


No Station Pengukuran Proses pencetakan
1 28,73%
1 Tungku 1
2 25,64%
1 34,89%
2 Tungku 2
2 35,52%
RATA-RATA 31,195%
Dari hasil perhitungan yang terdapat pada tabel 3 maka dapat diketahui bahwa tingkat efisiensi pada
kedua tungku mencapai 31,195 %. Sehingga nantinya perlu dilakukan analisa untuk melakukan usaha-usaha
perbaikan pada proses pencetakan.
Dari sisi penggunaan energi dapat diketahui bahwa untuk melakukan proses pembuatan tahu
menggunkan sumber energi dari kayu sebanyak 47,89 kg dan solar sebanyak 0,20 liter. Sehingga dengan
penggunaan sumber energi tersebut menghasilkan emisi berupa CO2 sebanyak 9,34 kg. Apabila pabrik
berproduksi normal yaitu melakukan pembuatan tahu sebanyak 55 kali maka jumlah karbon yang dihasilkan
mencapai 513,7 kgCO2. Karena terdapat perbedaan sumber energi yang digunkan pada 2 proses produksi,
maka akan dilakukan konversi agar satuan yang digunakan sama. Konfersi tersebut dilakukan dengan
mengubah jumlah sumber energi yang digunakan menjadi jumlah energi yang terkandung.

Perhitungan untuk kayu:


1 ton kayu menghasilkan energi sebesar 3.806 kWh.Setara dengan 3,806 kWh/kg
(X)mj x 0,2778 = 3,806 kwh
3,806kWh
(X)mj =
0,2778
X= 13,7 megajoule/kg
Sehingga jumlah energi yang dihasilkan dari 47,89 kg kayu menjadi:
13,7 megajoule x 47,89 = 656,093 megajoule

Perhitungan solar:
1 liter solar menghasilkan energi sebesar 10,60 kWh.
(X)mj x 0,2778 = 10,60 kwh
10,60kWh
(X)mj =
0,2778
X= 38,16 megajoule
Sehingga jumlah energi yang dihasilkan dari 0,22 liter solar menjadi:
38,16 megajoule x 0,22 = 8,395 megajoule

Energi total:
Sesuai dengan perhitungan konversi energi diatas maka dapat dihitung jumlah energi total yang dibutuhkan
untuk satu kali proses pembuatan tahu adalah 664,49 megajoule. Setelah aspek masa dan energi diolah
selanjutnya dapat di hitung eko-efisiensi yang terjadi selama proses produksi. Perhitungan rasio eko-efisiensi
berdasarkan masa produk yang dihasilkan untuk jumlah energi yang dikonsumsi air yang dikonsumsi dan
emisi dapat dijabarkan sebagai berikut.

output (kg ) output (kg )


Konsumsi energi = Konsumsi air =
Total _ energi(mj ) Total _ konsumsi _ air (kg )
82,88kg _ tahu 82,88kg _ tahu
Penggunaan ener= Penggunaan = = 0,18 kg tahu/ kg air
664,49mj 471,50kg _ air
Penggunaan ener= 0,12 kg tahu/ megajoule

FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1 
 
The 1st Symposium in Industrial Technology 
Yogyakarta, 17 November 2012 
 

output (kg )
Emisi =
emisi ( kgCO 2)
82,88kg _ tahu
Emisi =
9,34kgCO2
Emisi = 8,87 kg tahu/ kgCO2

Dari hasil perhitungan eko-efisiensi diatas maka dapat diketahui bahwa sangat banyak air yang
digunakan dalam memproduksi tahu dan konsumsi energi yang besar juga membuat emisi yang dihasilkan
besar. Untuk memproduksi 0,13 kg tahu dibutuhkan 1 megajoule energi yang berasal dari kayu dan solar.
Kemudian dalam penggunaan air dnyatakan bahwa untuk memproduksi 0,18 kg tahu dibutuhkan 1 kg air.
Dan yang terakhir adalah emisi yang dihasilkan dari proses produksi dinyatakan bahwa tiap memproduksi
8,87 kg tahu maka akan dihasilkan emisi sebesar 1 kgCO2. Maka perusahaan atau pabrik harus melakukan
pengembangan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber energi dan air.
Sebelum melakukan perhitungan biaya lingkungan dengan menggunakan pendekatan EMA, maka
terlebih dahulu harus ditentukan biaya dari proses dengan cara berikut:

Tabel 4. Biaya Proses


Biaya Proses Jumlah (Rp)
Perendaman Rp736,10
Pencucian Rp737,58
Penggilingan Rp1.643,36
Pemasakan Rp5.885,13
Penyaringan Rp2.417,22
Pengendapan Rp600,00
Pencetakan Rp700,00

Dengan mengetahui efisiensi tiap proses masing-masing sebesar 79,72%; 49,23%; 99,64%; 99,89%;
89,82%; 99,81%; 38,50% maka biaya proses yang diserap oleh limbah pada setiap proses yaitu sebesar
20,28%; 50,77%; 0,36%; 0,11%; 10,18%; 0,19%; 61,5% dari biaya proses. Sehingga perhitungan biaya
lingkungan menjadi seperti berikut.

Tabel 5. Penghitungan Biaya Lingkungan dengan EMA


KOMPONEN BIAYA JUMLAH (Rp)
Biaya lingkungan/kg Rp41,00
Biaya proses perendaman (non lingkungan 79,72%) Rp586,82
Biaya proses perendaman (non lingkungan)/kg Rp7,89
Biaya proses pencucian (non lingkungan 49,23%) Rp363,11
Biaya proses pencucian (non lingkungan)/kg Rp4,88
Biaya proses penggilingan (non lingkungan 99,64%) Rp1.637,45
Biaya proses penggilingan (non lingkungan)/kg Rp22,03
Biaya proses pemasakan (non lingkungan 99,89%) Rp5.878,65
Biaya proses pemasakan (non lingkungan)/kg Rp79,08
Biaya proses penyaringan (non lingkungan 89,82%) Rp2.171,15
Biaya proses penyaringan (non lingkungan)/kg Rp29,21
Biaya Proses pengendapan (non lingkungan 99,81%) Rp598,86
Biaya Proses pengendapan (non lingkungan)/kg Rp8,06
Biaya proses pencetakan (non lingkungan 38,50%) Rp269,50
Biaya proses pencetakan (non lingkungan)/kg Rp3,63
Biaya solar tak terpakai Rp841,21
Biaya produksi Rp15.394,79
Biaya produksi/kg Rp207,09
Proporsi biaya lingkungan/ biaya proses produksi per kg 20%

FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1 
 
The 1st Symposium in Industrial Technology 
Yogyakarta, 17 November 2012 
 

5 KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Hasil pengolahan data dengan MEFA (Material Energy Flow Accounting) untuk tiap proses,
disimpulkan tingkat efisiensi parsial terendah terjadi pada proses pencetakan yaitu 38,5% dan yang
tertinggi adalah proses pemasakan yaitu mencapai 99,89%.
2. Jumlah energi total yang dibutuhkan untuk satu kali proses pembuatan tahu adalah 664,49 megajoule
dan jumlah emisi total yang dihasilkan adalah 73.258,92 kg/kgCO2.
3. Hasil pengolahan data dengan MEFA untuk proses, disimpulkan proses yang menghasilkan emisi
tertinggi adalah proses pemasakan 8,83kgCO2 tiap satu proses.
4. Dari hasil analisa yang dilakukan diketahui bahwa dengan melakukan penggantian sumber energi yang
semula menggunakan generator diesel dengan menggunakan listrik dari PT.PLN memiliki potensi
penghematan sebesar 20,06% untuk biaya energi dan dapat mengurangi emisi yang dihasilkan sebanyak
19,578kgCO2.
5. Potensi perbaikan yang dilakukan pada proses perendaman dan pencucian sangat rendah, masing-masing
hanya mencapai 0,285% dan 2,055%.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih ini kami sampaikan kepada semua pihak yang mendukung penelitian ini baik itu secara
finansial maupun spiritual, yaitu kepada:
1. DIKTI karena telah membiayai penelitian ini
2. Bapak Very selaku pemilik UKM Produsen Tahu di Jombang yang menjadi obyek penelitian kami
3. Para pekerja di UKM Produsen Tahu milik bapak Very
4. Bapak dan Ibu rekan-rekan dosen Teknik Industri STTS

REFERENCES
Burritt, Roger;Schaltegger, Stefan, 2001, Eco-efficiency on Corporate Budgeting”, Center for Sustainability
Management (CSM), Lueneburg.
International Federation of Accountants (IFAC), 1998, International Management Accounting Practise
Atatement: Management Accounting Concept, New York.
United Nations, 2001, Environmental Management Accounting Procedures & Principles, New York.
Tambunan, Sihar Tigor Benjamin, 2009, Penentuan Biaya Lingkungan: Sebuah Pendekatan Akuntansi
Manajemen Lingkungan (EMA), Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Prodi MMT-
ITS, Surabaya, ISBN: 978-979-99735-8-0.

FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1 
 

Anda mungkin juga menyukai