Yogyakarta, 17 November 2012
FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1
The 1st Symposium in Industrial Technology
Yogyakarta, 17 November 2012
Penanggulangan dampak lingkungan dilakukan dengan melakukan analisa biaya lingkungan yang
ditimbulkan pabrik tahu pada saat proses produksi. Tujuan dari analisa biaya lingkungan adalah untuk
mengetahui besarnya biaya yang harus di keluarkan perusahaan dalam rangka penanganan limbah dan
merehabilitasi lingkungan akibat adanya aliran material dan energi saat produksi.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi aliran material dan energi (MEFA) pada proses pembuatan tahu di perusahaan tahu
skala kecil dan menengah.
2. Mengukur tingkat efisiensi bahan (khususnya tahu dan air) dan energi (khususnya solar dan kayu bakar)
proses produksi tahu di perusahaan skala kecil dan menengah.
3. Mengukur besarnya biaya lingkungan (termasuk hidden environmental costs) yang timbul pada proses
produksi tahu skala kecil dan menengah.
4. Merancang sistem penerapan konsep Cleaner Production (CP) pada sistem produksi tahu di perusahaan
tahu skala kecil dan menengah.
2 LANDASAN TEORI
2.1 Environmental Management Accounting (EMA)
Biaya pengelolaan lingkungan akibat limbah bukan hanya biaya retribusi sampah belaka, tetapi
biaya terkait lainnya seperti alokasi biaya untuk petugas yang menangani sampah, biaya angkut internal,
biaya lokasi penimbunan dan pengolahan, biaya energi, biaya atas material yang dibeli (namun menjadi
limbah), depresiasi peralatan terkait hingga biaya manajemen. Keseluruhan biaya ini yang dikenal sebagai
biaya tersembunyi dalam pengelolaan lingkungan (hidden cost).
Menurut Burritt et al (2001), biaya lingkungan adalah semua jenis biaya yang muncul akibat adanya
aliran material dan energi di dalam sistem yang menimbulkan dampak bagi lingkungan. Keberadaan biaya
lingkungan yang sangat beragam dalam sebuah sistem produksi dapat dijelaskan secara sederhana dengan
menggunakan logika aliran material yang cukup sederhana pula. Aliran material (& energi) adalah aliran
sumberdaya dan aliran uang. Dengan asumsi bahwa tidak ada kondisi efisiensi 100% pada sebuah sistem
produksi, maka kehadiran limbah produksi adalah sebuah gejala inefesiensi yang tidak dapat ditolak namun
dapat diusahakan untuk diminimisasi
Gambar 1 merupakan analog dari biaya lingkungan yang meskipun tidak ada sama sekali rencana
penyimpanan material 1 dan material 2 yang akhirnya nantinya menjadi limbah, mau tidak mau perusahaan
tetap harus melakukannya (holding cost of wasted materials). Dari aktifitas penyimpanan materialpun,
ternyata muncul biaya lingkungan (meskipun sifatnya tidak langsung/ indirect environmental cost). Dari dua
contoh tersebut saja terlihat bahwa biaya yang digunakan untuk “menghasilkan” limbah, sebenarnya sangat
beragam dan secara moneter lebih besar daripada biaya untuk mengolah limbah tersebut (United Nations,
2001). Sehingga jika ditelaah secara lebih dalam lagi, menjadi bukan sebuah hal yang aneh bahwa
sebenarnya cukup banyak ragam dan nominal biaya lingkungan yang tersembunyi (hidden environmental
costs) (gambar 2).
FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1
The 1st Symposium in Industrial Technology
Yogyakarta, 17 November 2012
lingkungan (company related impacts on environmental systems) dan hilangnya uang (loss of money) yang
berdampak negatif pada sistem ekonomi perusahaan (environmentally induced impacts on economic systems)
(gambar 2). Konsep-konsep tersebut pulalah yang kemudian diadopsi oleh EMA untuk berbagai keperluan
analisis biaya lingkungan.
Gambar 3. MEFA Kasus Proses Manufaktur Sederhana
(Tambunan, 2009)
Dalam perhitungan biaya produk secara konvensional, maka biaya-biaya yang diperhitungkan
sebagai biaya lingkungan pada kasus di atas adalah biaya pengolahan limbah cair hasil proses mixing dan
limbah cair hasil proses pengemasan, serta biaya pembakaran limbah padat hasil proses pengemasan. Secara
matematika, biaya lingkungan tersebut kemudian dibagi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan, dan
selanjutnya dibebankan secara seragam ke setiap unit produk (produk 1 dan produk 2).
FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1
The 1st Symposium in Industrial Technology
Yogyakarta, 17 November 2012
− Mendapatkan informasi yang lebih akurat dan komprehensif untuk mendukung dan ikut serta dalam
peningkatan kinerja lingkungan yang lebih cost-effective.
Informasi atas kinerja lingkungan dan pelaporan yang dibuat dengan lebih akurat dan komprehensif
pada waktunya akan meningkatkan citra perusahaan kepada para pemangku kepentingannya (stakeholder).
Manfaat potensial EMA pada perusahaan adalah:
− Menjadikan perusahaan agar lebih efisien dan cost-effective dalam menggunakan sumberdaya alam,
termasuk energi dan air
− Menjadikan perusahaan mampu mengurangi emisi pencemaran secara cost-effective
− Mengurangi (potensi) biaya sosial yang terkait dengan pencemaran dari industri, seperti biaya
pemantauan, kontrol, dan remediasi lingkungan termasuk biaya kesehatan publik
− Menyediakan informasi yang lebih baik untuk pengambilan keputusan yang terkait dengan publik
− Menyediakan informasi kinerja perusahaan yang dapat dipergunakan secara lebih luas dalam melakukan
evaluasi kinerja lingkungan dihubungkan dengan kondisi ekonomi dan geografi tertentu seperti misalnya
pelanggan, masyarakat lokal, karyawan, pemerintah dan penyandang dana.
3 METODOLOGI
Alur penelitian adalah sebagai berikut:
START
Tidak
Efisiensi Stop
< 100%
Ya
Tidak
Usulan Stop
pencegahan
Ya
FINISH
FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1
The 1st Symposium in Industrial Technology
Yogyakarta, 17 November 2012
Kedelai
1 Perendaman Kedelai
2 Pencucian Kedelai
3 Penggilingan Kedelai
4 Pemasakan Bubur Kedelai
5 Penyaringan
Keterangan :
Pengendapan Sari pati
= Proses 6
(Pemberian Cuka)
= Inspeksi
7 Pencetakan tahu
Data-data utama yang diambil untuk pengukuran dapat dibagi menjadi 3, yaitu data input, data
output, dan waste tiap proses (bahan baku pembuatan tahu). Dimana data-data tersebut diperoleh dari data
primer yang berasal dari proses pengukuran secara langsung pada pabrik dan diolah untuk melakukan
penelitian. Pengukuran dilakukan per siklus produksi, yang dimaksud disini adalah pengukuran dilakukan
mulai dari awal proses hingga akhir proses.
MEFA merupakan salah satu tool dalam EMA (Enviromental Management Accounting) yang
digunakan untuk melakukan pelacakan terhadap aliran fisik. MEFA akan digunakan untuk mengolah data
input dan output yang sudah diperoleh dari hasil pengukuran pada dua tungku secara langsung. Hal ini
dilakukan supaya dapat diketahui tingkat efisiensi proses produksi secara parsial maupun secara keseluruhan
(efisiesnsi total), sehingga dari tingkat efisiensi yang sudah diketahui dapat dilakukan perbaikan-perbaikan
sesuai metode CP dan juga sebagai salah satu dasar penghitungan biaya lingkungan (ECA).
FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1
The 1st Symposium in Industrial Technology
Yogyakarta, 17 November 2012
Dari pengolahan data dengan menggunakan MEFA, ternyata pada proses perendaman tidak seluruh
inputan bahan baku menjadi output. Ini terlihat dari adanya selisih berat antara input (kedelai kering dan air)
dengan output (kedelai basah). Jumlah berat output mengalami penurunan dibandingkan dengan jumlah input
akibat adanya air yang terjatuh saat mengangkat kedelai dari bak perendaman. Dari gambar 6 diketahui
bahwa berat input sejumlah 46,55 kg dan berat output sejumlah 37,85 kg, berarti selama proses ini terjadi
kehilangan bahan baku (air) sejumlah 8,7 kg. Dari angka-angka tersebut dapat diketahui tingkat efisiensi
secara parsial. Berikut perhitungannya:
output (kg )
Efisiensi parsial proses perendaman = x 100%
input (kg )
37,85kg
Efisiensi parsial proses perendaman = x 100% = 81,31%
46,55kg
Dengan menggunakan perhitungan efiiensi tersebut maka tingkat efisiensi pada pengamatan dapat
dihitung. Berikut ini merupakan tabel pengukuran efisiensi parsial yang dilakukan pada tungku 1 dan 2.
output (kg )
Penggunaan energi =
solar (liter )
37,85kg _ kedelai _ basah
Penggunaan energi =
0,00058liter _ solar
Penggunaan energi = 64.830,89 kg kedelai basah/liter solar
output (kg )
Emisi =
emisi ( kgCO 2)
37,85kg _ kedelai _ basah
Emisi =
0,00156kgCO 2
Emisi = 24.263,06 kg kedelai basah/ kgCO2
Dengan menggunakan perhitungan eko-efiiensi tersebut maka tingkat eko-efisiensi pada proses
perendaman pada kedua tungku dapat diketahui. Berikut ini merupakan tabel pengukuran eko-efisiensi
parsial yang dilakukan pada tungku 1 dan 2.
FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1
The 1st Symposium in Industrial Technology
Yogyakarta, 17 November 2012
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan MEFA , dapat diketahui bahwa jumlah masa input
yang terdiri dari kedelai, air, cuka, sebanyak 574,75 kg menghasikan output berupa tahu, ampas tahu dan air
tahu yang disimpan sejumlah 165,13 kg. Berarti dalam keseluruhan proses tersebut terdapat bahan baku atau
input yang hilang sebesar 409,62 kg. Dengan mengetahui angka-angka diatas maka dapat diketahui tingkat
efisiensi pada seluruh proses pembuatan tahu. Perhitungan tingkat efisiensi akan dijabarkan sebagai berikut.
FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1
The 1st Symposium in Industrial Technology
Yogyakarta, 17 November 2012
Berikut ini merupakan tabel pengukuran efisiensi seluruh proses yang dilakukan pada tungku 1 dan 2.
Perhitungan solar:
1 liter solar menghasilkan energi sebesar 10,60 kWh.
(X)mj x 0,2778 = 10,60 kwh
10,60kWh
(X)mj =
0,2778
X= 38,16 megajoule
Sehingga jumlah energi yang dihasilkan dari 0,22 liter solar menjadi:
38,16 megajoule x 0,22 = 8,395 megajoule
Energi total:
Sesuai dengan perhitungan konversi energi diatas maka dapat dihitung jumlah energi total yang dibutuhkan
untuk satu kali proses pembuatan tahu adalah 664,49 megajoule. Setelah aspek masa dan energi diolah
selanjutnya dapat di hitung eko-efisiensi yang terjadi selama proses produksi. Perhitungan rasio eko-efisiensi
berdasarkan masa produk yang dihasilkan untuk jumlah energi yang dikonsumsi air yang dikonsumsi dan
emisi dapat dijabarkan sebagai berikut.
FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1
The 1st Symposium in Industrial Technology
Yogyakarta, 17 November 2012
output (kg )
Emisi =
emisi ( kgCO 2)
82,88kg _ tahu
Emisi =
9,34kgCO2
Emisi = 8,87 kg tahu/ kgCO2
Dari hasil perhitungan eko-efisiensi diatas maka dapat diketahui bahwa sangat banyak air yang
digunakan dalam memproduksi tahu dan konsumsi energi yang besar juga membuat emisi yang dihasilkan
besar. Untuk memproduksi 0,13 kg tahu dibutuhkan 1 megajoule energi yang berasal dari kayu dan solar.
Kemudian dalam penggunaan air dnyatakan bahwa untuk memproduksi 0,18 kg tahu dibutuhkan 1 kg air.
Dan yang terakhir adalah emisi yang dihasilkan dari proses produksi dinyatakan bahwa tiap memproduksi
8,87 kg tahu maka akan dihasilkan emisi sebesar 1 kgCO2. Maka perusahaan atau pabrik harus melakukan
pengembangan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber energi dan air.
Sebelum melakukan perhitungan biaya lingkungan dengan menggunakan pendekatan EMA, maka
terlebih dahulu harus ditentukan biaya dari proses dengan cara berikut:
Dengan mengetahui efisiensi tiap proses masing-masing sebesar 79,72%; 49,23%; 99,64%; 99,89%;
89,82%; 99,81%; 38,50% maka biaya proses yang diserap oleh limbah pada setiap proses yaitu sebesar
20,28%; 50,77%; 0,36%; 0,11%; 10,18%; 0,19%; 61,5% dari biaya proses. Sehingga perhitungan biaya
lingkungan menjadi seperti berikut.
FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1
The 1st Symposium in Industrial Technology
Yogyakarta, 17 November 2012
5 KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Hasil pengolahan data dengan MEFA (Material Energy Flow Accounting) untuk tiap proses,
disimpulkan tingkat efisiensi parsial terendah terjadi pada proses pencetakan yaitu 38,5% dan yang
tertinggi adalah proses pemasakan yaitu mencapai 99,89%.
2. Jumlah energi total yang dibutuhkan untuk satu kali proses pembuatan tahu adalah 664,49 megajoule
dan jumlah emisi total yang dihasilkan adalah 73.258,92 kg/kgCO2.
3. Hasil pengolahan data dengan MEFA untuk proses, disimpulkan proses yang menghasilkan emisi
tertinggi adalah proses pemasakan 8,83kgCO2 tiap satu proses.
4. Dari hasil analisa yang dilakukan diketahui bahwa dengan melakukan penggantian sumber energi yang
semula menggunakan generator diesel dengan menggunakan listrik dari PT.PLN memiliki potensi
penghematan sebesar 20,06% untuk biaya energi dan dapat mengurangi emisi yang dihasilkan sebanyak
19,578kgCO2.
5. Potensi perbaikan yang dilakukan pada proses perendaman dan pencucian sangat rendah, masing-masing
hanya mencapai 0,285% dan 2,055%.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih ini kami sampaikan kepada semua pihak yang mendukung penelitian ini baik itu secara
finansial maupun spiritual, yaitu kepada:
1. DIKTI karena telah membiayai penelitian ini
2. Bapak Very selaku pemilik UKM Produsen Tahu di Jombang yang menjadi obyek penelitian kami
3. Para pekerja di UKM Produsen Tahu milik bapak Very
4. Bapak dan Ibu rekan-rekan dosen Teknik Industri STTS
REFERENCES
Burritt, Roger;Schaltegger, Stefan, 2001, Eco-efficiency on Corporate Budgeting”, Center for Sustainability
Management (CSM), Lueneburg.
International Federation of Accountants (IFAC), 1998, International Management Accounting Practise
Atatement: Management Accounting Concept, New York.
United Nations, 2001, Environmental Management Accounting Procedures & Principles, New York.
Tambunan, Sihar Tigor Benjamin, 2009, Penentuan Biaya Lingkungan: Sebuah Pendekatan Akuntansi
Manajemen Lingkungan (EMA), Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Prodi MMT-
ITS, Surabaya, ISBN: 978-979-99735-8-0.
FTI UPNVY_SINTECH‐1 | 1