SANDI PANJAITAN
051201037
SKRIPSI
Oleh :
SANDI PANJAITAN
051201037
SKRIPSI
Oleh :
SANDI PANJAITAN
051201037/MANAJEMEN HUTAN
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Mengetahui,
Tanggal lulus :
Ayah P. Panjaitan dan Ibu T. Siagian. Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Pematang Siantar dan pada
tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis
Kehutanan.
(PKL) di IUPHHK-HTI PT. Arara Abadi Distrik Rasau Kuning, Kabupaten Siak,
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena
atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
M.Sc. dan Bapak Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si.selaku komisi pembimbing
yang telah mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik berupa dukungan moril maupun
materiil.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis maupun
Penulis
Hal.
ABSTRACT .................................................................................................. i
ABSTRAK...................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTER LAMPIRAN ................................................................................. ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................ 1
Perumusan Masalah ........................................................................................ 3
Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4
Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Agroforestry ....................................................................................... 5
Ruang Lingkup Agroforestry ............................................................................ 6
Pola Agroforestry ............................................................................................. 7
Komposisi dan Pengenalan Jenis Tanaman Agroforestry .................................. 8
Aspek Ekonomi dalam Agroforestry ................................................................ 8
Upaya Pencapaian Kehidupan yang Layak ....................................................... 9
Masyarakat dan Peran Sertanya dalam Agroforestry ......................................... 10
Kondisi Umum Lokasi Penelitian .................................................................... 12
Kondisi fisik lingkungan ................................................................................. 12
Letak & luas ............................................................................................... 12
Topografi, keadaan tanah & iklim .............................................................. 12
Aksesibilitas ............................................................................................... 12
Keadaan sosial ekonomi masyarakat ................................................................ 13
Kependudukan ........................................................................................... 13
Mata pencaharian ....................................................................................... 13
Sarana & prasarana .................................................................................... 13
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu ........................................................................................... 14
Alat dan Bahan ............................................................................................... 14
Populasi..................................... ....................................................................... 14
Teknik Pengambilan Sampel ........................................................................... 14
Metode Pengumpulan dan Analisa Data ........................................................... 15
LAMPIRAN ................................................................................................... 63
No. Hal.
1. Bentuk dan polaagroforestry di Desa Sayum Sabah ................................... 20
2. Jenis komoditi agroforestry yang dikelola petani di Desa Sayum Sabah....20
3. Jenis komoditi dan jumlah pemilik dan luas areal komoditi agroforestry ... 32
4. Profil Petani agroforestry di desa sayum sabah .......................................... 53
5. Penggunaan sarana produksi dan biaya usaha agroforestry ......................... 54
6. Pendapatan bersih rata-rata tahunan petani agroforestry di Desa Sayum
Sabah ........................................................................................................ 55
7. Volume produksi dan nilai harga komoditiagroforestry per tahun ............. 56
8. Pendapatan produksi, biaya produksi, total pendapatan usaha
agroforestry petani per tahun...................................................................... 58
9. Tingkat pendapatan dan pendapatan per kapita per tahun petani
agroforestry di Desa Sayum Sabah............................................................. 58
No. Hal.
1. Sistem agroforestryagrisilviculturedengan mengkombinasikan tanaman buah-
buahan dan pohon mahoni pada lahan milik Keriahenta Tarigan................ 22
No. Hal.
Latar Belakang
masyarakatsekitarnya.
(setahun) pada sebidang lahan yang sama sudah lama dilakukan petani (termasuk
erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan perubahan lingkungan.
Secara global masalah ini semakin berat sejalan dengan meningkatnya luas hutan
yang dikonversi menjadi lahan usaha lain. Peristiwa ini dipicu oleh upaya
masyarakat. Sistem berkelanjutan ini dicirikan antara lain oleh tidak adanya
penurunan produksi tanaman dari waktu ke waktu dan tidak adanya pencemaran
daya alam yang optimal oleh sistem penggunaan lahan yang diadopsi.
Berawal dari kondisi hutan masyarakat yang dikelola oleh petani tidak
banyak memberi keuntungan bagi para petani. Petani tidak memiliki pengalaman
tentang teknik mengelola hutan rakyat dan juga tidak mendapat mendapat arahan
dan bimbingan yang selayaknya dari pemerintah. Maka banyak petani menjual
hasil kayu yang ada pada hutan tersebut. Jika mengandalkan produksi dari
masyarakat beralih pada sistem yang baru yaitu dengan tanaman agroforestry.
perorangan dimana setiap orang memiliki sertifikat tanah yang sah pada
masyarakat tersebut. Hal ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Sebelumnya
karena pemikiran masyarakat yang semakin maju maka areal lahan dibagi-bagi
penggembalaan.
Perumusan Masalah
berupa partisipasi dalam hal pengelolannya dengan berbagai maksud dan tujuan
pengelolaan.
sangatlah berbeda dengan teknik yang dipakai jika hanya memakai teknik bertani
saja atau teknik ke ladang saja. Dalam hal ini teknik yang digunakan adalah teknik
Desa Sayum Sabah merupakan salah satu desa percontohan yang sudah
pertanian mereka juga. Mereka juga memperhatikan aspek dan kelestarian hasil
Tujuan Penelitian
adalah untuk :
pendapatan petani.
Manfaat Penelitian
yang bersangkutan.
Defenisi Agroforestry
memiliki dua makna, baik secara bahasa maupun secara istilah. Secara bahasa,
agroforestry berasal dari dua kata yaitu agros dan forestry. Agros adalah bahasa
Yunani yang berarti bentuk kombinasi kegiatan pertanian dengan kegiatan lainnya
pada sebuah lahan, sedangkan forestry berasal dari bahasa Inggris yang berarti
segala usaha, ilmu, proses, dan semua pola tingkah dalam mengelola hutan dan
(Mahendra, 2009).
masing komponen sebenarnya dapat berdiri sendiri sebagai satu bentuk sistem
pada produksi satu komoditi khas atau kelompok produk yang serupa.
campuran memiliki ruang lingkup beragam dimana memiliki pola tanam dinamis
bukan statis, artinya setiap kombinasi elemen berbeda menghasilkan sistem yang
berbeda pula. Pada kawasan tertentu, sangat mungkin dijumpai beraneka ragam
pola pemanfaatan lahan yang terbentuk dalam suatu sistem agroforestry sehingga
yang mengambil berbagai macam manfaat dari pohon baik dari kayunya,
Tujuan akhir yang ingin dicapai yaitu prioritas produksi sehingga membuat pola
tanam berbeda antara satu lahan dengan lahan lainnya. Vergara N. T. (1982)
1. Trees Along Border (TAB), yaitu pola penanaman pohon dibagian pinggir
tanaman.
membujur ke timur/barat.
pertanian dan pohon ditanam tidak teratur. Pola acak ini terbentuk karena
Komposisi jenis adalah susunan dan jumlah jenis yang terdapat dalam
komunitas tumbuhan. Jadi ada 2 kata kunci yang perlu diingat yaitu susunan dan
jumlah. Untuk mengetahui komposisi jenis suatu tegakan maka identifikasi jenis,
jumlah dan susunan menjadi hal wajib yang tak boleh terlupakan (Edris dan
Suseno, 1987).
secara optimal bila didasari oleh pengetahuan tentang jenis, sifat-sifat dan
karakteristik tempat tumbuhnya. Dari sekian banyak jenis tumbuhan yang hidup
obat dan jenis hewan ternak untuk mengisi lahan agroforestry. Manfaat yang bisa
diambil dari pengetahuan jenis adalah agar kita bisa meramunya menjadi
komposisi yang ideal bagi lahan agroforestry sehingga fungsi pekarangan yang
depan yang cerah. Sebagai sebuah sistem yang memadukan berbagai jenis
tanaman dalam suatu lahan, maka akan memungkinkan naiknya produktifitas hasil
panen. Logikanya setiap nilai tanaman memiliki nilai jual masing-masing, ketika
total pendapatan pasca panen akan melimpah. Sebut saja dalam sistem
agroforestry kita tanam, kopi, coklat, rambutan, durian, jati, jahe dan vanili. Maka
jika jumlahnya cukup melimpah uang yang didapat pun sangat banyak.
adalah pencampuran dalam waktu atau ruang dengan tanaman keras tahunan
sebagai menggunakan sumber daya yang lebih sedikit untuk menghasilkan tingkat
output yang sudah ada. Dalam sistem agroforestry harus ada interaksi biologis
tersebut mungkin dirasakan segera atau setelah beberapa waktu yang biasanya
Usaha pertanian akan terus berlanjut apabila hasil yang diperoleh dari
usaha taninya minimal dapat memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL) bagi para
petani. KHL sebuah keluarga atau yang selalu disebut kebutuhan hidup yang
berada pada ambang kecukupan dapat dipenuhi apabila keluarga tersebut memiliki
KHM yang merupakan standar minimal penghasilan status keluarga untuk sekedar
dapat bertahan hidup di pedesaan nilainya rata-rata setara dengan 320 kg beras per
kapita per tahun. Bila satu keluarga terdiri dari 5 orang anggota keluarga, maka
KHM dari keluarga tersebut setara dengan 1.600 kg beras per tahun atau sekitar
Rp. 670.000,00 per bulan bila harga beras sebesar Rp. 5.000,00 per kilogram.
rumah tangga petani dan pendapatan per kapita, yaitu jumlah pendapatan pertahun
sekali apabila pendapatan per kapita per tahun < 240 kg beras, 2) miskin apabila
pendapatan per kapita per tahun < 480 kg beras, 3) nyaris miskin apabila
pendapatan per kapita per tahun 320 – 480 kg beras, 4) tidak miskin apabila
pendapatan per kapita per tahun > 480 kg beras. Badan Pusat Statistik (2011)
sampai Maret 2011 mencatat batas kemiskinan Provinsi Sumatera Utara sebesar
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat
oleh rasa identitas bersama. Masyarakat lokal menunjuk pada bagian masyarakat
yang bertempat tinggal pada suatu wilayah dengan faktor utama yang menjadi
dasar adalah interaksi yang lebih besar anggotanya dibandingkan penduduk luar.
Defenisi lainnya menyatakan bahwa dasar masyarakat lokal adalah lokalitas dan
dan menerapkan sistem agroforestry sejak lama akan berbeda kasusnya dengan
agroforestry bisa didapat dari berbagai sumber. Bisa penyuluhan dari dinas
pertanian dan kehutanan, dari majalah-majalahatau dari aktivis LSM yang terjun
dalam bidang ini atau penelitian yang dilakukan para akademisi. Makin maraknya
dalam pengelolaan. Karena jenis tanaman yang beragam, baik pohon, tanaman
domain atas tanaman itu. Aspek sosial budaya bercocok tanam menjadi berbeda
Serdang, Provinsi Sumatera Utara dengan luas 775 Ha. Secara geografis Desa
Sebelah selatan : Desa Batu Mbelin dan Desa Sembahe (Kecamatan Sibolangit)
penelitian ini dikategorikan subur. Iklim di daerah ini dikategorikan sebagai iklim
tropis, dengan curah hujan 2700 mm/tahun dan suhu udara 18-31º C (Pemkab,
2010)
Aksesibilitas
kendaraan bermotor. Adapun jarak Desa Sayum Sabah ini ke ibokota kecamatan
(Pemkab, 2010).
Kependudukan
Sabah adalah sebanyak 634 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak
333 jiwa dan perempuan sebanyak 301 jiwa dengan jumlah kepala keluarga
sebanyak 187 KK. Penduduk Desa Sayum Sabah adalah berasal dari Suku Karo
dengan agama Kristen (72,8%), Katolik (23,9%) dan Islam (0,03%) (Pemkab,
2010).
Mata pencaharian
sebagai petani, dan hanya sebagian kecil saja yang bermata pencaharian sebagai
kelancaran perekonomian masyarakat yaitu berupa jalan desa yang dilapisi aspal.
Sayum Sabah juga mempunyai sarana ibadah seperti gereja dan musholla.
Sedangkan sarana pendidikan yang tersedia berupa 1 unit sekolah dasar. Untuk
sarana tingkat SMP dan SMA, bank, kantor pos, jasa telekomunikasi tersedia di
ibukota kecamatan. Desa Sayum Sabah juga sudah dialiri jaringan listrik dari
Adapun bahan dan alat yang digunakan antara lain peta wilayah
kepada petani, alat-alat tulis dan kamera untuk dokumentasi obyek kegiatan.
Populasi
agroforestry.
sampling. Teknik ini digunakan apabila anggota sampel pada suatu tingkat dipilih
secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya jumlah sampel yang dipilih sudah
merupakan data sekunder antara lain kondisi umum lokasi penelitian atau data
umum tentang keberadaan Desa Sayum Sabah pada instansi pemerintah desa dan
kecamatan.
informasi dan data dari responden dengan wawancara dan pengamatan langsung
dikelola masyarakat.
pendapatan.
pengelolaan agroforestry.
petani.
deskriptif yang menggambarkan profil petani dan usahatani, serta secara analisis
4. B/C
kemiskinan untuk daerah pedesaan dan juga berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS).
pertanian dan hutan rakyat sudah mulai ada sejak tahun 80-an dan berlangsung
Sayum Sabah adalah masyarakat yang kental dengan adat istiadatnya yaitu adat
istiadat Karo. Tradisi turun temurun dan pewarisan harta maupun benda sudah
menjadi kebiasaan nenek moyang mereka dahulu sampai dengan sekarang. Hal itu
juga dibuktikan dengan adanya kepemilikan lahan yang diturunkan kepada ahli
Berawal dari kondisi lahan yang dikelola masyarakat berupa hutan rakyat
memberi pendapatan yang lebih dan hanya sebagian masyarakat saja yang
memahami teknik mengelola hutan rakyat, disamping juga lokasi hutan rakyat
yang cukup jauh membuat masyarakat mulai memikirkan metode baru untuk
beralih dari pola yang lama. Masyarakat mulai beralih kepada pengelolaan
bergerak di desa ini sejak adanya satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) Bitra
khususnya para petani didalam memulai pandangan dan pemikiran baru guna
yang baik dari LSM Bitra serta masyarakat yang mau menerima dengan senang
Tahap awal LSM Bitra mulai memberikan pasokan bibit coklat dan karet
untuk ditanam masyarakat di areal ladangnya. Ternyata tanaman coklat dan karet
yang mereka usahakan mendatangkan hasil yang lumayan. Hal inilah yang
yang hanya bersifat monokultur menjadi tanaman agroforestry. Selain itu LSM
Bitra juga memberi bibit mindi, durian yang juga membantu masyarakat
yang diberikan pemerintah yaitu program kambing dan lembu bergilir. Sistem ini
menerapkan bahwa dalam satu rumah tangga diberi saru ekor anak kambing atau
anak lembu. Lembu dan kambing inilah nantinya dikembangbiakkan oleh petani
sampai mencapai dewasa dan melahirkan anak. Anak ternak tersebut diberi lagi
pemikiran masyarakat yang mau berperan serta dalam kemajuan desa tempat
tinggal mereka. Mereka juga turut membantu pemerintah yang bekerja sama
dengan LSM Bitra untuk memberdayakan hasil usaha agroforestry yang dikelola
lingkup beragam. Klasifikasi ini ditunjukkan dari beberapa unsur penyusun dalam
agroforestry memiliki teknik dan cara yang baik dalam pengelolaan lahan yang
petani lakukan. Hal ini dibuktikan dengan adanya bentuk dan pola agroforestry
penggunaan lahan.
dimana petani lebih memilih jenis tanaman komersial seperti jenis pohon mahoni,
rambutan, durian dan lain-lain. Jika petani memiliki lahan yang luas petani
mereka memilih tanaman karet dan Jika petani memiliki memiliki kondisi lahan
lahan (hasil yang diharapkan) dimana petani banyak menanam tanaman musiman
atau berdaur pendek seperti cabai dan jagung untuk nilai produksi tinggi dan
mereka. Petani juga memilih jenis tanaman tahunan (pohon) seperti mahoni yang
digunakan untuk pendapatan petani dengan nilai ekonomi yang tinggi di masa
Dibawah ini disajikan bentuk dan pola agroforestry yang menyatu dalam
suatu sistem agroforestry yang dikelola oleh petani di Desa Sayum Sabah.
Tabel 2. Jenis komoditi agroforestry yang dikelola petani di Desa Sayum Sabah
No. Nama Petani Jenis Komoditi Agroforestry
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21*
1. Jamal Sembiring V V VVV V
2. Selamat V VV V V V V
Gurusinga
3. Ramlan Ginting VV V V
4. Elijon Bukit V V V V V V
5. Jhonson Ginting V V V V
6. Piter V V V V
Perangin-angin
7. Kaitman Tarigan V V V V V
8. Johanes Sembiring V V V V V
9. Ngasup Sembiring V V V V
Bentuk agroforestry
Agrisilviculture
aren, kelapa sawit, pinang, durian, jambu air, alvokat dan rumbia. Petani
diharapkan nantinya tanaman ini dapat memberi hasil dan bernilai ekonomi yang
tinggi di masa yang akan datang ketika akan dipanen. Selain itu fungsi dari
kehutanan (tanaman tahunan) seperti mahoni, duku, durian, jambu air, alvokat
seperti pisang, rambutan, jagung, dan lain-lainnya dapat dipanen sampai beberapa
tahunan) tetapi dapat juga bersifat musiman dalam hal produksi buah yang
dihasilkan. Hal ini memberi banyak keuntungan bagi petani karena petani
mendapat tambahan yang lebih, ketika tanaman mahoni belum bisa dipanen maka
tanam.
coklat, karet, pinang, aren, kelapa sawit dan rumbia yang dikombinasikan dengan
seperti mahoni, buah-buahan dan aren. Petani membawa ternak peliharaan berupa
berupa ketika ternak mengeluarkan kotoran maka hasil kotoran ternak dapat
dijadikan pupuk bagi pohon dan rumput tersebut sehingga tanaman dan rumput
dapat tumbuh subur. Ternak juga dapat memberikan hasil yang maksimal bagi
pertumbuhan dan perkembangan jenis pohon yang ditanam karena ternak ikut
serta membantu dalam hal memakan gulma (rumput liar) yang dapat mengganggu
harus menunggu produksi buah dan kayu yang dihasilkan dari tanaman kehutanan
Agrosylvopastoral
pertanian (semusim) sekaligus peternakan pada kondisi lahan yang sama. Dari
lahan dengan hewan ayam dengan kandang yang berada ditengah lahan kemudian
berupa ketika ternak mengeluarkan kotoran maka hasil kotoran ternak dapat
dijadikan pupuk bagi pohon dan pisang tersebut sehingga pohon dan pisang dapat
tumbuh subur.
menghasilkan telur maka sejalan komoditi pisang juga menghasilkan buah dan
keuntungan yang banyak. Ketika pun ada jenis komoditi yang belum
menghasilkan maka petani tidak perlu ambil pusing untuk menunggu hasilnya,
petani mendapatkan hasil dari jenis komoditi yang lainnya. Jadi memberi
keuntungan sewaktu-waktu.
Sylvofishery
(kolam). Dari jumlah responden didapat bahwa jumlah petani yang menggunakan
pinang, duku, manggis dan rumbia yang dikombinasikan dengan komponen ikan
petani.
pohon peneduh bagi ikan jika terjadi efek penyinaran matahari yang berlebihan
ikan. Pohon-pohon juga berpengaruh dalam hal perlindungan terhadap tanah dan
air kolam ketika terjadinya hujan dimana pohon-pohon dapat menahan hempasan
air hujan sehingga dapat melindungi tanah dari longsor dan pendangkalan kolam.
mereka untuk dilengkapi dengan jenis tanaman yang berkualitas baik sekaligus
pemanfaatan lahan yang lain untuk perikanan yang bermanfaat secara ekonomi
dilakukan oleh para petani terdiri dari 3 pola penanaman diantaranya adalah :
pembatas lahan. Hal ini dapat dijumpai pada areal lahan petani yang ditanami
tengahnya seperti coklat, jagung dan lain-lain. Dari jumlah responden petani di
Gambar 5. Lay out pola trees along border(TAB) pada lahan milik Selamet
Perangin-angin
Pola penanaman ini hampir mirip dengan pola penanaman trees along
border (TAB), tetapi bentuknya hanya menempatkan pohon di pinggir kanan dan
kiri tanaman tanpa harus mengelilingi lahan. Pola seperti ini sering juga disebut
dengan bentuk lorong karena apabila dilihat dari ujung lahan akan menyerupai
goa. Lahan yang terdapat di lokasi penelitian banyak bertopografi miring sehingga
seperti ini. Pohon yang juga berfungsi sebagai pembatas dengan mengikuti arah
Hal yang menjadi manfaat dengan pola alley cropping adalah dapat
melindungi tanaman yang terdapat di tengahnya dari pengaruh angin kencang dan
cahaya berlebihan dan keuntungan dalam hal konservasi tanah berupa pengaruh
Gambar 6. Lay out pola alley croppingpada lahan milik Keriahenta Tarigan
jenis tanaman dengan letak yang tidak beraturan. Sebagian besar petani di daerah
ini melakukan pola penanaman random mixture. Hal ini dikarenakan tidak adanya
perencanaan awal dalam menata letak tanaman dan petani berpendapat selain
mengisi lahan yang kosong, cukup disayangkan jika lahan tersebut tidak ditanam
dengan pohon dan jenis tanaman yang bermanfaat atau alasan bersifat ekonomis.
Pola penanaman ini banyak dibuktikan oleh petani yang memiliki luas
lahan lebih dari 3 hektar, dimana petani menanam jenis tanaman tahunan pada
sebagian besar besar lahan dengan jenis tanaman seperti coklat, duku, durian dan
pinang sedangkan di sebagian besar areal lahan lainnya secara tidak beraturan
ditanami jenis tanaman musiman seperti cabai, jagung dan nenas. Dari jumlah
Gambar 7. Lay out pola random mixture pada lahan milik Johanes Sembiring
Hubungan Penerapan Sistem Agroforestry dengan Pendapatan Petani
di Desa Sayum Sabah memiliki masa depan yang cerah. Dengan sistem yang
diterapkan pada lahan petani maka akan memberikan produktivitas hasil panen
komersial maka total pasca panen akan melimpah. Misalnya dalam lahan
diusahakan komoditi coklat, pinang, cabai, jagung dan aren maka bila jumlahnya
cukup akan mendukung penerimaan pendapatan petani yang semakin besar. Dari
cropping, trees along border dan random mixture sangat berpengaruh bagi
pendapatan petani. Hal ini berhubungan dengan untung dan rugi dalam
Jika dilihat di lapangan untuk lahan yang luas biasanya petani menerapkan
Selain itu petani juga mempertimbangkan jangan sampai biaya produksi dan upah
tenaga kerja yang dikeluarkan terlalu besar. Untuk lokasi lahan yang miring petani
tenaga kerja dan nilai produksi lahan sehingga dapat menekan biaya produksi.
Para petani juga melihat jenis komoditi agroforestry yang sesuai untuk
dikelola. Untuk nilai jual yang tinggi dimasa mendatang, petani biasanya
kali petani menanam tanaman pangan dan buah-buahan seperti jagung, cabai,
lahan, saat ini mulai berkurang. Mereka mulai merasakan manfaat yang cukup
petani rata-rata memiliki luas > 0,5 hektar. Petani menyadari bahwa ada saatnya
membayar utang, biaya sekolah dan kuliah anak mereka, dll. Biasanya untuk
ternak dan menjual telur ayam yang kesemuanya memberikan manfaat yang lebih
bagi petani.
perkebunan dan industri sebanyak 5 jenis (coklat, karet, aren, rumbia, pinang dan
nenas dan pisang), tanaman pangan dan sayuran sebanyak 2 jenis (cabai dan
Dari komoditi tanaman yang diusahakan oleh para petani didapat bahwa
pemilik sebanyak 8 orang petani. Hal ini disebabkan petani lebih mudah
lahan dengan lahan tetangga pemilik yang lain. Komoditi tanaman kelapa sawit,
orang). Kebanyakan jenis tanaman ini sudah ada sejak dahulu (pohon tua) dan
dibudidayakan petani adalah tanaman manggis (5 orang). Jenis tanaman ini juga
merupakan jenis tanaman yang sudah ada sejak dahulu (pohon tua) dan tidak
dibudidayakan.
memiliki luas lahan yang terbesar dengan total luas lahan sebesar 7 ha, dimana
tanaman durian dapat menempati areal lahan secara acak. Kebanyakan tanaman.
Untuk tingkat luas lahan 0,2 ha didapat bahwa jenis tanaman cabai, jagung, jambu
air, dan alvokat memiliki luas lahan relatif kecil karena tanaman memiliki jarak
tanam yang berukuran kecil. Tidak mencapai ukuran 1 m2 untuk jenis tanaman
jagung dan cabai dan memiliki jumlah tanaman yang relatif sedikit untuk jenis
dengan total luas lahan 1,7 ha. Kondisi lahan didukung adanya irigasi yang baik
sehingga baik bagi pengelolaan komoditi ini untuk mendapatkan keuntungan yang
lebih banyak.
biasa dipanen antara umur 20-40 tahun. Karena rentang waktu yang lama maka
mendatang.
para petani hanya membiarkan saja tanaman ini tumbuh, cuma mendapat
perhatian khusus sewaktu masa umur 1-3 tahun dimana dilakukan perawatan
dengan pemberian pupuk NPK sebanyak 3 kali pemupukan dengan dosis 100
pelindung bagi tanaman yang ada dibawah tegakannya, seperti tanaman pertanian
seperti jagung dan kacang- kacangan. Letak lahan yang diusahakan para petani
petani yang baru memanen kayu mahoninya dimana dalam usia panen pohon
mahoninya mencapai umur 25 tahun dan pohon mahoninya sudah dapat mencapai
50 m3 dalam 1,5 ha lahan yang dimilikinya dengan harga kayu per m3 seharga
seperti karet.
tanaman coklat dilakukan secara bertahap. Umumnya keadaan tanah di desa ini
sebagian besar berkondisi curam, oleh sebab itu waktu yang diperlukan petani
dalam mengelola lahan cukup lama mencapai waktu 2 bulan untuk lahan seluas 1
ha. Selain itu juga dikarenakan tenaga kerja yang sedikit yaitu tenaga kerja dari
pengukuran lokasi yang bertujuan untuk menentukan luas dan letak yang pasti
pembuatan lubang tanah tersebut diisi dengan pupuk dasar biasanya dengan pupuk
tanaman coklat. Setelah kurang lebih 2 minggu setelah pupuk dasar maka
dilakukanlah penanaman.
coklat dan persaingan dengan tanaman gulma tersebut. Hal ini sudah dapat
dilakukan dengan cara membajak rumput dan gulma yang terdapat disekitar
tanaman coklat.
yang digunakan adalah pupuk NPK, urea, TSP, KCldengan perbandingan dosis
pupuk per hektar lahan per tahun adalah pupuk NPK 280-300 kg/tahun, pupuk
urea 550 kg/tahun, pupuk TSP 500 kg/tahun, pupuk KCl 160 kg/tahun. Untuk
pengendalian hama dan penyakit, banyak hama dan penyakit yang menyerang dan
sampai saat ini masih ada masyarakat yang belum tahu jenis hama dan
penyakit. Jenis hama antara lain hama penggerek batang, hama penggerek buah,
ulat pemakan akar sedangkan jenis penyakit antara lain busuk buah, daun
tanaman.
Buah coklat yang siap dipanen adalah berwarna kuning, untuk masa panen
coklat mulai dari berbunga sampai berbuah matang mencapai waktu kurang lebih
panen maka buah coklat siap untuk dipasarkan, biasanya buah hasil pemanenan
dibudidayakan didesa ini, karena selain anjuran dari LSM Bitra juga merupakan
karet dalam suatu lahan masyarakat biasanya pada tanaman coklat, pinang dan
Biasanya para petani biasanya membeli benih dari hasil stek atau okulasi
dan bibit tersebut banyak didapatkan dari daerah pembibitan yang terdapat di
Namorambe. Biasanya harga yang dibeli petani untuk satu stek atau okulasi
adalah sebesar Rp5.000,00 dan steknya dalam bentuk polybag sebagai wadahnya.
tanah sampai semua lubang terisi penuh sesuai dengan ketersediaan bibit
terkhusus pada usia mudanya, bahkan ada tanaman yang sampai mati. Hal ini
mencapai umur 1-2 tahun. Pemupukan harus rutin dilakukan selain untuk
mempercepat pertumbuhan juga untuk menjaga daya tahan tanaman. Hal ini juga
dilakukan oleh para petani setiap sekali setahun sampai umur tanaman mencapai
phosfat, KCl dengan perbandingan dosis pupuk per ha lahan per tahun adalah
pupuk phosfor 250 kg, pupuk KCl 300 kg, pupuk kieserit.
Untuk jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman karet, biasanya
hama berupa kutu tanaman dimana menghisap cairan pada batang dan daun muda
tanaman berupa penyakit pada akar berupa akar putih pada usia muda, pada umur
tanaman sudah tua berupa kanker garis yang menghambat proses penyadapan dan
pada daun berupa embun tepung. Para petani biasanya tidak melakukan banyak
perlakuan dalam hal pengendalian hama dan penyakit ini. Para petani hanya
Harga getah karet per kilogramnya dijual Rp 17.000,00. Hasil karet biasanya
dijual ke pasar. Hal yang menarik dari tanaman karet petani tersebut jika sudah
tua dan tidak dapat lagi menghasilkan karet ditebang dan dapat dijadikan kayu
bakar.
Para petani banyak berpendapat bahwa dalam kondisi lahan yang terjal
dan keadaan lahan yang miring masih dapat ditumbuhi tanaman kelapa sawit yang
termasuk tanaman tahunan karena mereka melihat prospek yang cerah di masa
terkhusus bagi mereka yang memiliki lahan lebih luas dari 2 ha. Kebanyakan
mereka melakukan pengelolaan tanaman ini karena lahan yang mereka miliki luas
dengan mengisi lahan dengan tanaman kelapa sawit yang masih berumur muda
pohonnya. Para petani juga belum ada yang memanen buah sawitnya, karena rata-
rata petani baru 1-2 tahun menanam kelapa sawit. Karena usaha komoditi kelapa
sawit baru diketahui masyarakat selama 3 tahun tetapi mereka juga sudah
berupa pemupukan pada tanaman sebanyak 2 kali setahun dengan pupuk urea,
TSP dan KCl dengan perbandingan dosis pemupukan urea 250 kg : TSP 125 kg :
KCl 200 kg : kieserit 75 kg. Petani juga melakukan penanganan terhadap hama
dan penyakit root blast dimana memiliki gejala bibit dipertumbuhan awal mati
mendadak, tanaman dewasa mati dan layu dan terjadi pembusukan akar. Para
lama mengenal pohon aren/enau. Hampir semua bagian atau produk tanaman ini
dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Akan tetapi tanaman
Para petani banyak memanfaatkan pohon aren ini, misalnya akar untuk obat
Untuk hasil produksinya seperti buah dan nira dapat dimanfaatkan sebagai bahan
minuman.
untuk :
Ijuk, dimana ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari 5
tahun sampai tongkol bunganya keluar. Pemungutan ijuk oleh masyarakat desa
Nira, dihasilkan dari penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik bunga jantan
maupun bunga betina. Akan tetapi tandan bunga jantanlah yang menghasilkan
yaitu dengan memilih bunga jantan yang siap disadap yaitu bunga jantan yang
memperlancar keluarnya air nira. Jika pada saat masa bunga jantannya sedang
mengeluarkan air nira yang banyak maka petani bisa mengambil air nira sampai 3
hari berturut-turut setelah itu ditunggu kembali selama seminggu. Air nira ini
biasanya dijadikan sebagai minuman tradisional tuak dengan mencampu air nira
dengan ragi sehingga membuat minuman menjadi nikmat. Untuk harga per
liternya air nira (tuak) dijual seharga Rp. 1.500,00. Para petani biasanya menjual
tuak mereka kepada agen yang sengaja menjemput hasil usaha mereka setiap
minggunya.
Rumbia atau disebut juga pohon sagu adalah berjenis palma penghasil pati
sagu. Pohon palma yang merumpun, dengan akar rimpang yang panjang dan
sungai, di kawasan dataran rendah yang berair dan biasanya tanaman ini
membentuk rumpunan yang tidak teratur tetapi dapat membentuk kebun atau
Tidak ada teknik pengelolaan yang khusus terhadap tanaman ini, hanya
tanaman dibiarkan saja sampai tanaman menghasilkan panen karena tanaman ini
merupakan jenis tanaman keras dan tahunan. Para petani di Desa Sayum Sabah,
tidaklah banyak membudidayakan tanaman ini, hal ini dikarenakan, tanaman ini
mencapai umur 6 tahun, dimana bagian pohon yang diambil untuk dipanen adalah
daunnya. Daun yang diambil adalah daun yang sudah tua, daun ini akan dirajut
dan dijadikan menjadi ikatan atap yang natinya menjadi atap ijuk. Atap ijuk ini
nantinya akan dijual ke pasar. Biasanya para petani menjual atap ijuk dengan
hitungan per lembar atap seharga Rp 35.000,00 dan biasanya petani bisa
Gambar 10. Ikatan atap rumbia yang telah selesai dan siap dijual
sebagai tanaman batas lahan yang biasanya ditanam di pinggir lahan petani.
ini dengan teknik budidaya seadanya saja. Para petani menanam tanaman pinang
dimanfaatakan bijinya. Biji ini dikenal sebagai salah satu campuran orang makan
Para petani biasanya mengumpulkan biji pinang saat waktu panen telah
tiba, jika umur tanaman sudah mencapai umur 5 tahun tanaman sudah berbunga
dan sudah cukup untuk menghasilkan buah. Dalam masa panen selama sebulan
pinang dapat menghasilkan buah sampai 3 kali panen dengan rata-rata hasil yang
didapatkan 1-2 kg biji pinang per pohon. Buah yang dipanen dikeringkan lalu
dikupas kemudian dikeringkan selama 1-2 minggu. Setelah kering maka buah
pinang tersebut siap untuk dijual. Para petani biasanya menjualnya ke pasar dan
ada juga agen yang biasanya memungut hasil panen mereka. Untuk harga 1 kg biji
pendapatan, para petani juga dapat menikmati sendiri hasil jerih lelah mereka
Jika dilihat dari latar belakang para petani melakukan pengelolaan hasil
agroforestry mereka dengan jenis tanaman penghasil buah, ceritanya sudah ada
penghasil buah ini kecuali tanaman nenas dan pisang yang mereka budidayakan
(tanaman semusim). Pohon-pohon seperti duku, manggis, durian sudah ada sejak
atau puluhan tahun lamanya, jadi mereka hanya memungut hasilnya. Seperti
pohon durian ada yang sudah mencapai umur 25 tahun, duku ada sudah mencapai
Untuk harga jual petani untuk komoditi duku dijual ke pasar seharga Rp
kilogramya, jika manggis yang dijual berkualitas baik maka manggis tersebut
akan diekspor ke negara jiran Malaysia bahkan sampai ke Taiwan. Untuk harga
para petani biasanya memindahkan anakan pisang ke lokasi lahan yang lain
kemudian diberi pupuk kandang dari hasil kotoran ternak. Pisang sudah dapat
dipanen setelah berumur 3 bulan, pokoknya ditebang dan buahnya diambil untuk
dijual ke pasar. Para petani juga memanfaatkan pelepah pisang tersebut untuk
Kebanyakan petani menanam jenis pisang raja di lahan mereka. Harga untuk 1
Untuk tanaman nenas para petani biasanya mengatur jarak tanam yang
tepat dengan jarak tanam 1 x 1 m per tanaman dan tanaman nenas siap dipanen
buahnya pada umur 1-2 tahun tergantung bibit yang digunakan jika bibitnya dari
hal teknik dan pengelolaan tanaman jagung ini mulai dari pemilihan benih dimana
para petani hanya memakai benih yang berkualitas tinggi, dimana selain
dilakukan dengan tangan atau cangkul kecil, guna membebaskan tanaman dari
Benih jagung siap untuk dipanen biasanya jika umur tanaman sudah
mencapai usia kurang lebih 3 bulan setelah masa tanam dimana kondisi tongkol
sudah mengering dan berwarna kecoklatan dan sudah keras. Setelah semua jagung
dipetik biasanya para petani mengeringkan terlebih dahulu hasil panen kemudian
Untuk hasil sebagian lagi digunakan para petani untuk makanan ternak mereka.
Para petani di Desa Sayum Sabah merupakan petani yang tidak kenal lelah
dan rugi. Mereka masih mau saja mengusahakan tanaman cabai mereka sebagai
masalah dan resiko, diantaranya teknik budidaya, cara pemupukan, serangan hama
dan penyakit. Pertumbuhan tanaman cabai yang baik dan hasil produksi yang
dengan teknik arah persemaian menghadap ke arah timur dengan naungan atap
Sebelum benih disemai dan ditabur, tempat persemaian disiram merata. Setelah
semaian mencapai umur 1 bulan maka tanaman siapa untuk ditanam dan
penanaman biasanya dilakukan sore hari agar tanaman tidak menjadi layu.
dengan pemberian urea, SP-36, KCl dengan perbandingan per 1000 m2 lahan, urea
Untuk hama dan penyakit, hama yang sering menyerang tanaman cabai
para petani adalah jenis hama tungau dan kutu yang biasanya menyerang daun dan
PESTONA atau jika tanaman rusak berat biasanya dengan mencabut tanaman,
menikmati jerih payah selama ini. Masa waktu panen cabai yaitu 60-75 hari.
panen ke-2 dan seterusnya 2-3 hari dengan jumlah panen bisa mencapai hasil 30-
kilogramnya.Biasanya petani menjual hasil panennya kepada para agen yang siap
Ternak
Usaha ternak lembu di Desa Sayum Sabah telah lama dikenal para petani.
Para petani mengetahui cara-cara dan teknik yang tepat agar usaha ini dapat
memberikan keuntungan yang optimal termasuk dalam hal pakan untuk ternak
lembu, petani biasanya membawa ternak mereka ke padang rumput yang berada
dilahan mereka sendiri. Menurut penjelasan petani seekor lembu dewasa bisa
menghabiskan kurang lebih hijaun rumput berkisar 30-40 kg per harinya. Petani
membiarkan ternak mereka di padang rumput tiap harinya berkisar 6 jam. Selain
Dari hasil pengelolaan lembu ini, petani harus menunggu kurang lebih 5
tahun untuk dapat menjual lembu dewasa seharga Rp 4-5 juta, tergantung
kesepakatan petani dengan agen. Bagi para petani biasanya memiliki sepasang
induk yang nantinya berperan serta dalam hal proses perkawinan ternak tersebut
Program ada sejak dulu dengan melibatkan pemerintah kabupaten dengan dinas
peternakan setempat. Dari program ini didapat hasil yang maksimal dimana
mendatangkan keuntungan.
Gambar 11. Padang penggembalan beserta ternak lembu pada lahan milik
Kaitman Tarigan
Terdapat 2 jenis kambing yang diusahakan oleh petani di desa ini yaitu
kambing kacang atau yang lebih dikenal dengan kambing kampung. Bobot pada
Kambing ini termasuk kambing lokal Indonesia yang memiliki daya adaptasi yang
tinggi dengan alam setempat serta memiliki daya reproduksi yang tinggi. Bukan
hanya itu, kambing ini juga memiliki keturunan yang banyak dan juga cocok
ini, karena kambing ini merupakan kambing yang berkualitas tinggi. Kambing
jenis ini juga kurang dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan mencapai masa
dewasa yang lama sekitar 4-5 tahun. Untuk tingkat produksinya rendah dan
berbeda dengan kambing kacang tetapi harganya yang mahal membuat petani
mengusahakan jenis kambing ini disamping itu kambing ini juga menghasilkan
produksi susu. Harga untuk satu ekor kambing Ettawa dewasa bisa mencapai
yang diberi oleh petani berupa rumput, kacang-kacangan, daun mahoni dan lain-
lain. Untuk kambing kacang baru bisa dijual saat berumur 9-12 bulan dengan
hasil yang dipereleh berupa daging dan telur. Para petani biasanya mengambil
ayam jantan untuk diperoleh dagingnya, dimakan maupun dijual ke orang desa
setempat. Untuk jenis ayam betina biasanya dijadikan ayam petelur sebagai
sumber protein hewani. Harga untuk jenis ayam kampung biasanya cukup mahal
untuk dijual. Untuk ayam jantan biasanya dijual per kg berkisar Rp 40.000,00
sampai Rp 50.000,00 dan untuk telur ayam betina dijual seharga Rp 2.000,00 per
butir. Petani biasanya menjual telur dan ayam mereka ke pasar atau jika ada
oleh para petani. Ikan mas dan ikan nila adalah komoditi utama dalam
pembudidayaan kolam. Para petani biasanya membeli bibit ikan dari agen penjual
bibit ikan yang ada di Desa Sibolangit dengan takaran untuk luas kolam 3000 m2
diperlukan bibit ikan nila sebanyak 30-50 kg dengan harga Rp 15.000,00 per
kilogramnya.
kolam untuk menghindari penyakit pada ikan yang ditimbulkan oleh parasit
seperti hewan pemakan benih ikan, keong dan lain-lain. Petani biasanya memberi
makanan pelet dengan takaran 2-3 kg per hari ditambah dengan jagung halus.
Untuk masa panen ikan nila bisa mencapai umur 4-6 bulan. Cara pemanenan
dilakukan dengan cara menjaring yang besar atau dengan teknik pengeringan
20.000,00. Petani ada juga yang memanen secara bertahap, dimana memanen
untuk dimakan keluarga petani sendiri. Tetapi jika panen yang diusahakan adalah
melihat umur petani, pendidikan, status dan jumlah anggota keluarga. Sebagian
besar petani berada dalam kisaran produktif 20-50 tahun sedangkan dari sisi
paling banyak setingkat Sekolah Menegah Pertama (37,50 %). Umur dan tingkat
seoptimal mungkin dengan curahan tenaga fisik yang tersedia. Dilihat dari umur
dan pendidikan maka petani agroforestry di Desa Sayum Sabah merupakan petani
manajemen keluarga. Hal ini berpengaruh terhadap pola produksi dan konsumsi
anggota keluarga petani agroforestry adalah 5,25 orang dengan kisaran 5-6 orang.
Semakin banyak tenaga kerja semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan untuk
konsumsi sehingga semakin kecil dana yang dialokasikan untuk biaya usaha
dari pada petani lain dengan jumlah anggota keluarga yang tidak aktif.
lain berupa buruh tani, pedagang, buruh bangunan, PNS dan lain-lain.
1. Umur Petani
a. < 20 tahun - 0,00
b. 20-50 tahun 12 75,00
c. > 50 tahun 4 25,00
2. Tingkat pendidikan
a. Tamat SD 5 31,25
b. Tamat SMP 6 37,50
c. Tamat SMA 5 31,25
3. Jumlah tanggungan keluarga
a. < 3 jiwa - 0,00
b. 3-6 jiwa 14 87,50
c. > 6 jiwa 2 31,25
4. Lama pengalaman berusaha tani
a. < 10 tahun - 0,00
b. 10-15 tahin 2 12,50
c. > 15 tahun 14 87,50
agroforestry di desa ini adalah berkisar 10-30 tahun dengan persentase tertinggi
pada kisaran > 15 tahun. Hal ini mencerminkan bahwa usaha agroforestry telah
utama bagi para petani yang ada di Desa Sayum Sabah. Produksi tanaman kakao
paling diutamakan. Masih adanya tanaman yang belum memenuhi masa panen
atau tahap pemeliharaan dan juga sistem penanaman yang tidak menetap membuat
Biaya usaha tani merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh petani
untuk membeli pupuk, pestisida, pakan, dan upah tenaga kerja. Jumlah dan
nilainya bervariasi karena perbedaan harga dan jumlah sarana produksi yang
dipakai. Biaya usaha agroforestry termasuk biaya yang riil (nyata) karena semua
biaya usaha dialokasikan untuk biaya pupuk, festisida, pakan dan tenaga kerja.
pemeliharaan yang baik untuk dilakukan. Untuk penggunaan jenis pupuk seperti
urea, TSP, NPK dan KCl merupakan pupuk utama yang sering dipakai oleh para
petani untuk tanaman. Jenis pakan pelet merupan jenis yang paling banyak selain
jagung halus yang dipakai oleh petani. Hal ini disebabkan komoditi ikan dan
3. Pestisida(botol/ml) 28 1.400.000
4. Pakan
a. Pelet (kg) 1900 7.500.000
b. Jagung (kg) 40 80.000
5. Tenaga kerja (HOK) 50 2.500.000
Jumlah 59.025.000
Aspek pendapatan
petani dari usaha tani yang dihitung dari selisih antara penerimaan dengan biaya
produksi. Pendapatan bersih tahunan petani agroforestrydi Desa sayum Sabah jika
Sabah.
Dari data dapat dijelaskan bahwa pendapatan bersih tahunan yang diterima
oleh responden Selamet Gurusinga lebih besar dari responden petani lainnya,
komoditi yang banyak dan juga didukung oleh jumlah produksi (volume) yang
Ramlan Ginting yang memiliki pendapatan bersih per tahun paling kecil dengan
Tabel 7. Volume produksi dan nilai harga komoditi agroforestry per tahun dari 16
orang responden petani
Jumlah 550.720.000
membudidayakan tanaman ini karena memberi hasil yang memuaskan bagi petani
dan merupakan tanaman agroforestry nomor 1 di desa ini. Petani juga banyak
mendapat penghasilan dari jenis ternak ikan nila dan lele dengan rata-rata hasil
dari usaha taninya yang dihitung selisih antara penerimaan dengan biaya produksi.
dengan nilai B/C ratio adalah 8,33. Berdasarkan nilai B/C ratio lebih besar dari
satu (B/C > 1) maka usaha tani agroforestry dapat memberikan keuntungan
Hasil analisis tingkatan pendapatan dan pendapatan perkapita per tahun disajikan
dalam tabel.
Tabel 9. Tingkat pendapatan dan pendapatan per kapita per tahun petani
agroforestry di Desa Sayum Sabah
Pendapatan rata-rata per kapita per tahun = Pendapatan rata-rata per tahun (Rp)
Jumlah tanggungan keluarga (orang)
= Rp 30.730.937,50
5,31 orang
= Rp 5.787.370,82.
Pendapatan rata-rata per kapita per bulan = Pendapatan rata-rata per tahun (Rp)
12 bulan
= Rp 30.730.937,50
12 bulan
= Rp 482.280,87.
Apabila menggunakan batas kemiskinan yang diacu dari Badan Pusat Statistik
(Maret 2011) maka taraf hidup petani agroforestry berada di atas garis
Dari hasil analisis tersebut terlihat bahwa usaha tani agroforestry sudah
secara optimaldapat memperbaiki taraf hidup petani. Hal ini disebabkan oleh
sistem dan tata cara pengelolaan usaha tani agroforestry sudah cukup baik.
Kesimpulan
setara dengan 578,73 kg beras dan pendapatan per kapita per bulan petani
Saran
1. Para petani diharapkan perlu melakukan pengelolaan usaha tani lebih baik
hama penyakit, pemberian pakan dan pemeliharaan ternak yang baik, dan juga
agroforestry yang diusahakan oleh para petani sehingga para petani mau
belajar dan mengetahui teknik dan cara-cara yang dilakukan sehingga dapat
Pemkab. 2010. Buku Profil Desa Tahun 2010. Pemerintah Kabupaten Deli
Serdang.
Lampiran 1. Identitas Responden di Desa Sayum Sabah, Kec. Sibolangit, Kab. Deli Serdang
No. Nama Umur Pendidikan Jumlah Tanggungan
1. Jamal Sembiring 35 tahun SMP 8 orang
2. Selamat Gurusinga 42 tahun SMK 7 orang
3. Ramlan Ginting 54 tahun SMP 3 orang
4. Elijon Bukit 37 tahun SMP 6 orang
5. Jonson Ginting 44 tahun SD 5 orang
6. Piter Perangin-angin 53 tahun SMP 5 orang
7. Kaitman Tarigan 45 tahun SMA 6 orang
8. Johanes Sembiring 32 tahun SMA 7 orang
9. Ngasup Sembiring 47 tahun SD 5 orang
10. Lima Tarigan 60 tahun SD 3 orang
11. Aston Gurusinga 57 tahun SMP 5 orang
12. Selamet Perangin-angin 41 tahun SMK 4 orang
13. Kasman Gurusinga 38 tahun SMK 6 orang
14. Jamalul Sembiring 36 tahun SMP 5 orang
15. Keriahenta Tarigan 46 tahun SD 4 orang
16. Salomo Perangin-angin 49 tahun SD 6 orang
No. Nama Petani Luas lahan (Ha.) Jenis Komoditi Luas Lahan yang Kedudukan
digunakan (ha.) dalam lahan
1. Jamal Sembiring 6.5 Durian 1.0 Sebelah barat
Manggis 1.0 Bagian tengah
Duku 1.0 Sisi selatan (bukit)
Aren 0.5 Pinggir Sebelah Barat
Rumbia - Bersama aren
Nenas 0.5 Bagian tengah
2. Selamat Gurusinga 3.0 Pinang 1.0 Memanjang dari timur ke barat
Durian 1.5 Sekeliling lahan
Manggis - Bersama durian
Duku - Bersama durian
Lembu - Di tengah
Ayam - Di tengah
Ikan 0.1 Sisi utara
3. Ramlan Ginting 1.0 Kelapa sawit 1.0 Sekeliling
Pisang - Ditengah
Aren - Sisi barat
Duku - Di tengah
4. Elijon Bukit 1.7 Coklat 1.0 Sebelah bukit
Duku - Bersama Coklat
Rambutan - Bersama Coklat
Pisang 0.2 Sisi utara
Ayam - Di tengah
Mahoni 0.5 Sebelah barat
Ayam - Di tengah
Ikan 0.3 Ditengah
Lampiran 3. Pendapatan Petani Agroforestry di Kawasan Penyangga TWAS, Desa Sayum Sabah Kec. Sibolangit Kab. Deli Serdang
2. Selamat Gurusinga Pinang 300 batang 1800 kg 14.400.000 52.900.000 Pelet 60 kg 240.000 1.155.000 51.745.000
Durian 10 batang 200 buah 1.000.000 Jagung halus 40 kg 80.000
Manggis 10 batang 400 kg 12.000.000 Pestisida 1 botol 50.000
Duku 10 batang 200 kg 4.000.000 Pupuk Urea 75 kg 210.000
Lembu 5 ekor 5 ekor 17.500.000 Pupuk TSP 25 kg 125.000
Ayam 12 ekor 2000 butir 4.000.000 Pupuk KCl 75 kg 450.000
* Ikan 500 ekor - -
3. Ramlan Ginting * K. sawit 140 batang -- 10.320.000 Pupuk Urea 75 kg 225.000 1.040.000 9.280.000
Pisang 300 batang 300 tandan 9.000.000 Pupuk TSP 40 kg 200.000
Aren 3 batang 180 liter 270.000 Pupuk KCl 65 kg 390.000
Duku 1 batang 50 kg1.050.000 Pupuk Keiserit 25 kg 75.000
Festisida 3 botol 150.000
5. Jhonson Ginting Coklat 1200 batang 1200 kg 24.000.000 42.100.000 Pupuk NPK 170 kg 2.000.000 11.860.000 30.240.000
Karet 250 batang 300 kg 5.100.000 Pupuk Urea 320 kg 960.000
Pinang 200 batang 1000 kg 8.000.000 Pupuk TSP 300 kg 1.500.000
Ikan 1200 ekor 250 kg 5.000.000 Pupuk KCl 700 kg 4.200.000
Pupuk Keiserit 400 kg 1.200.000
Pelet 500 kg 2.000.000
6. Piter Perangin Kambing 12 ekor 8 ekor 3.200.000 29.000.000 Pupuk NPK 150 kg 1.050.000 4.150.000 24.850.000
angin Coklat 700 batang 850 kg 17.850.000 Pupuk Urea 300 kg 900.000
Aren 8 batang 500 liter 750.000 Pupuk TSP 300 kg 1.500.000
Pinang 300 batang 900 kg 7.200.000 Pupuk KCl 100 kg 600.000
Festisida 2 botol 100.000
7. Kaitman Tarigan Coklat 600 batang 1.100 kg 23.100.000 39.130.000 Pupuk NPK 150 kg 1.050.000 3.420.000 35.710.000
Pinang 200 batang 600 kg 4.800.000 Pupuk Urea 200 kg 600.000
Aren 7 batang 420 liter 630.000 Pupuk TSP 250 kg 1.250.000
Lembu 3 ekor 3 ekor 9.000.000 Pupuk KCl 70 kg 420.000
Kambing 7 ekor 4 ekor 1.600.000 Festisida 2 botol 100.000
9. Ngasup Sembiring Cabai ribuan batang 1100 kg 11.000.000 31.950.000 Pupuk Urea 150 kg 450.000 6.770.000 25.180.000
Jambu air 5 batang 600 kg 900.000 Pupuk NPK 450 kg 1.350.000
Alvokat 2 batang 150 kg 350.000 Pupuk SP-36 140 kg700.000
Coklat 400 batang 700 kg 14.700.000 Pupuk KCl 220 kg1.320.000
Ikan 1000 ekor 300 kg 5.000.000 Pupuk TSP 250 kg 1.250.000
Festisida 4 botol 200.000
Pakan 400 kg 1.500.000
10. Lima Tarigan Coklat 300 batang 500 kg 10.000.000 28.150.000 Pupuk NPK 70 kg 490.000 3.060.000 25.090.000
Karet 150 batang 450 kg 7.650.000 Pupuk Urea 220 kg 660.000
Rumbia 200 batang 300 ikat 10.500.000 Pupuk TSP 200 kg 1.000.000
* Kambing 2 ekor - - Pupuk KCl 100 kg 600.000
Pupuk Phosfat 50 kg100.000
Pupuk Keiserit 20 kg 60.000
Festisida 3 botol 150.000
12. Selamet Perangin- Manggis 30 batang 500 kg 15.000.000 25.400.000 Pupuk NPK 160 kg 1.120.000 1.220.000 24.180.000
angin Pinang 200 batang 500 kg 4.000.000 Festisida 2 botol 100.000
Jagung 6000 batang 1200 kg 2.400.000
Mahoni 300 batangTbm -
Durian 40 batang800 buah 4.000.000
13. Kasman Gurusinga Pinang 300 batang700 kg 5.600.000 39.600.000 Pelet 400 kg 1.600.000 1.600.000 38.000.000
Lembu 2 ekor 2 ekor 6.000.000
Ikan 1000 ekor150 kg 3.000.000
Durian 40 batang 800 buah 4.000.000
Duku 60 batang 1000 kg 21.000.000
14. Jamalul Sembiring Pinang 450 batang 1200 kg 9.600.000 41.000.000 Pelet 90 kg 360.000 360.000 40.640.000
Durian 35 batang 700 buah 3.500.000
Manggis 25 batang 450 kg 13.500.000
* Lembu 9 ekor - -
Ayam 125 ekor 7200 butir 14.400.000
* Ikan 1200 ekor - -
16. Aston Gurusinga Durian 20 batang 600 buah 3.000.000 37.900.000 Pelet 450 kg 1.800.000 1.800.000 36.100.000
Manggis 30 batang600 kg 18.000.000
Duku 20 batang400 kg 8.400.000
Rumbia 200 batang 150 ikat 4.500.000
Ikan 1200 ekor 200 kg 4.000.000
I. IDENTITAS PETANI
1. Nama responden :
2. Umur :
2. Jenis kelamin :
3. Suku :
4. Agama :
5. Lama berdomisili :
6. Pendidikan terakhir :
7. Mata Pencaharian
- Pekerjaan Utama :
- Pekerjaan Sampingan :
9. Penghasilan per-bulan
Pekerjaan utama :
Pekerjaan tambahan :
Total :
10. Jumlah tanggungan
Istri :
Anak :
11. Lama berkeluarga :
12. Lama bertani
(Pengalaman bertani) :
- Model penanaman
8. Bagaimana keadaan hasil pada waktu dijual dari segi kualitas, pengepakan,
kelembaban, dll.?
- Alat-alat yang
digunakan
- Pembuatan lubang
- Jarak tanam
- Cara penanaman
- Cara pemeliharaan
- Berapa kali
Penyulaman
- Cara pemberantasan
hama & penyaakit
-Cara mendapatkan
bibit
- Cara pemeliharaan
- Pemberian pakan
- Vaksinasi