2018
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/9995
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
POTENSI PRODUKSI HIJAUAN PAKAN TERNAK RUMINANSIA
PADA PASTURA ALAMI DI PULAU SAMOSIR
KABUPATEN SAMOSIR
SKRIPSI
Oleh:
SKRIPSI
Oleh:
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Dr. Nevy Diana Hanafi S.Pt, M.Si Ir. R. Edhy Mirwandhono, M.Si
Ketua Anggota
Mengetahui
Prof.Dr.Ir. Hasnudi, MS
Ketua Program Studi Peternakan
Manerak Lumban Gaol dan Ibunda Resmina Pandiangan. Penulis putrid ketujuh
dari 9 bersaudra.
Pada tahun 2012 penulis lulus dari SMA NEGERI 1 POLLUNG dan pada
tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui
Lapangan (PKL) di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah
Skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari proposal ini adalah “Potensi Produksi
Kabupaten Samosir”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua atas doa dan
Dr. Nevy Diana Hanafi S.Pt, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada
memberikan arahan dalam penulisan Skripsi ini. Disamping itu penulis juga
Hal.
ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
Kegunaan Penelitian......................................................................................... 3
Hipotesis Penelitian.......................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Kabupaten Samosir............................................................. 5
Padang Penggembalaan.................................................................................... 7
Jenis-jenis Rumput pada Padang Penggembalaan .......................................... 11
Produktivitas Padang Penggembalaan ............................................................. 17
Kapasitas Tampung .......................................................................................... 21
No. Hal.
No. Hal.
7. Hasil uji beda rataan produksi bahan segar dan bahan kering pada padang
penggembalaan dengan ketinggian 905-1200 dan >1200 mdpl ................... 36
Latar Belakang
maupun legume. Oleh karena itu, ketersediaan pakan hijauan dalam jumlah yang
cukup dengan kualitas yang baik merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam
kualitas dan kuantitas pakan hijauan. Karena pakan hijauan bukan hanya sebagai
dan mineral. Pertambahan populasi ternak yang begitu pesat akan menyebabkan
peningkatan kebutuhan suplai pakan hijauan, hal ini akan mengakibatkan lebih
banyak sumber daya lahan yang diperlukan untuk dijadikan sebagai tempat
penggembalaan ternak.
kerbau, babi, kambing, ayam buras, dan itik. Budidaya dan produksi sektor
sapi di kabupaten Samosir yaitu populasinya sekitar 2.088 ekor, populasi kerbau
(Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Samosir, 2014). Dari data tersebut dapat
kita lihat bahwa potensi populasi peternakan di kabupaten Samosir cukup besar
kelilingi oleh perbukitan yang cukup luas dan daerah perbukitan tersebut
mempunyai potensi padang rumput yang cukup besar sehingga para peternak
di Pulau Samosir Kabupaten Samosir menurut data Badan Pusat Statistik 2013
lereng bukit, dan pada lahan-lahan kosong yang sering di gunakan peternak
penggembalaan alami bagi ternak ruminansia (sapi dan kambing), padangan ini
sangat subur dan tumbuh berbagai vegetasi tanaman, termasuk didalamnya tanaman
pakan ternak, baik rumput-rumputan maupun leguminosa dan tidak ketinggalan ikut
tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi bagi peternak
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
petani, peternak, dan pemerintah dalam mengatasi masalah pakan ternak dan
hijauan pakan ternak secara maksimal. Hasil penelitian ini juga di harapkan
pada ketinggian 905-1200 mdpl dengan ketinggian diatas 1200 mdpl pada pastura
di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat, dan di
Sumber: Data Olahan Laboratorium GIS (Geographic Information System) FP USU, 2016
atau sekitar 69,80%, yaitu seluruh pulau samosir yang di kelilingi oleh danau
Toba dan sebagian wilayah daratan Pulau Sumatera, dan luas wilayah Danau Toba
± 624,80 km² (30,20%). Menurut kecamatan, wilayah daratan yang paling luas
adalah kecamatan Harian dengan luas ± 560,45 km² (38,31%) diikuti oleh
dan rata-rata kelembaban udara sebesar 85,04%. Sepanjang tahun 2015, rata-rata
curah hujan per bulan yang tertinggi terdapat di Kecamatan Onan Runggu 219,92
Kecamatan Palipi 143,25 mm, Kecamatan Nainggolan 92,58 mm, dan Kecamatan
berbukit, bergelombang, miring dan terjal. Struktur tanahnya labil dan berada
pada jalur gempa tektonik dan vulkanik. Topografi dan kontur tanah di Kabupaten
penggembalaan alam yang didominasi oleh tanaman perenial, sedikit atau tidak
terdapat semak belukar, gulma (weed) dan tidak ada pohon, dan tidak ada
bahwa tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul dan atau legum (jenis
hewani sangat sulit di capai apabila ketersediaan hijauan tidak sebanding dengan
kebutuhan dan populasi ternak yang ada, sehingga produksi hijauan dari waktu ke
dalam penyediaan pakan dan telah umum digunakan oleh peternak dalam jumlah
besar. Dilihat dari cara tumbuhnya rumput dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
rumput alami atau rumput liar dan rumput budidaya atau rumput pertanian
(Sofyan, 2003).
tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak dan dapat merenggutnya
bahan makanan bagi hewan yang paling murah, karena hanya membutuhkan
merupakan makanan pokok bagi hewan yang memamah biak diantaranya adalah
dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, gulma (weed) dalam jumlah
yang sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali serta tidak ada pohon. Padang
tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya (rumput dan legum)
merupakan salah satu faktor yang sangat penting serta turut mempengaruhi
teknis, perlu dilihat populasi ternak yang ada diwilayah tersebut dihubungkan
dengan potensi hijauan makanan ternak yang dihasilkan oleh wilayah yang
tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang merenggutnya menurut
lain yaitu cara ekstensif dengan menggembalakan ternak di padangan yang luas
masih bebas, cara intensif dengan melakukan rotasi tiap petak dengan hijauan
dibatasi, strip grazing dengan menempatkan kawat sekeliling ternak yang bisa
dipindah dan solling dengan hijauan padangan yang dipotong dan diberikan pada
disebabkan oleh terlalu banyak ternak yang merumput terlalu lama dan melebihi
grazing) dan defoliasi yang terlalu ringan (under grazing) harus dihindarkan,
terkontrol akan merugikan akibat daya dukung pada penggembalaan yang tidak
karena rumput dan tanaman lain yang memegang tanah telah dimakan ternak.
tertutup dan air hujan akan mengalir di permukaan tanah dan menimbulkan erosi
tanah terutama pada lokasi yang miring (Taman Nasional Baluran, 2004).
besar dari daya tampung padang penggembalaan yang berdampak pasokan dimana
(Tjitradjaja, 2008).
rumput dan 40% legum. Besarnya kadar air dan bahan kering yang harus dimiliki
oleh suatu padangan adalah 70-80% untuk kadar air dan bahan keringnya 20-30%.
16-36 hari setelah proses pemotongan. Oleh sebab itu, padang penggembalaan
digembalai secara rotasi untuk memberi kesempatan bagi hijauan untuk tumbuh
kembali serta untuk mencegah infeksi cacing yang menyerang ternak. Padang
karena hal ini dapat memusnahkan rumput yang tidak palatabel dan kering serta
untuk merangsang pertumbuhan tanaman muda yang lebih tinggi nilai gizinya 5
potong dan rumput gembala. Yang termasuk dalam kelompok rumput potongan
tumbuh tinggi secara vertikal dan banyak anakan serta responsive terhadap
Sudan grass. Rumput gembala merupakan jenis rumput yang memiliki cirri-ciri
antara lain : tumbuh pendek atau menjalar dengan stolon, tahan terhadap
renggutan atau injakan, memiliki perakaran yang kuat dan tahan kekeringan.
tinggi perlu didukung oleh ketersediaan hijauan yang cukup dan kontiniu dimana
rumput yang baik untuk pangonan, cepat tumbuh, hidup bertahun-tahun dan
disukai ternak. Tumbuhnya menjalar dan cepat membentuk hamparan yang lebat.
Berasal dari Afrika dan tumbuh subur di daerah-daerah yang tidak terlalu panjang
musim keringnya. Rumput panggola dapat bertahan di tempat yang kering atau
menghasilkan sebanyak 125 ton hijauan segar tiap ha dalam setahun. Tiap ha
rumpun mirip padi. Termasuk rumput tahunan, kuat, berkembang baik berupa
rumpun/pols yang sangat besar, dengan akar serabut menembus dalam tanah,
batangnya tegak, berongga tak berbulu. Tinggi tanaman 1,00 – 1,50 m, dengan
berkembang biak. Daun bentuk pita yang sangat banyak jumlahnya itu terbangun
garis, lancip bersembir kasar, berwarna hijau, panjang 40–105 cm dengan lebar
10–30 mm. Jenis rumput ini dapat tumbuh pada dataran rendah ataupun dataran
tinggi (0 - 1.200 mdpl atau lebih). Curah hujan 1.000- 2.000 mm/tahun. Dengan
demikian rumput ini akan lebih sesuai apabila ditanama di daerah yang banyak
curah hujannya. Namun demikian tanaman ini tak tahan genangan air. Produksi
rata-rata per tahun bisa mencapai 150 ton/Ha. (Sajimin et al., 2013).
produksi lebih baik jika dibandingkan dengan rumput lapangan, memiliki nilai
nutrisi yang tinggi, lebih tahan pada musim kemarau dan cocok untuk daerah
tropis. Rumput ini dapat tumbuh baik pada hampir setiap jenis tanah dan pada
ketinggian 0 - 1.000 mdpl atau lebih dengan curah hujan sekitar 1.000 mm/tahun.
Rumput ruzi / kongo termasuk dalam golongan rumput gembala ringan (domba
dan kambing) karena kurang tahan injak dan renggut. Ciri – ciri rumput ruzi/
kongo yakni tumbuh vertikal dan horizontal, membentuk hamparan dan mencapai
tinggi 60-120 cm. Rumput ini berasal dari daerah Afrika (Uganda, Kenya,
Tanzania) menyebar ke berbagai daerah termasuk ke daerah Asia dan pasifik. Dan
mulai di introduksikan ke Indonesia tahun 1958. Jenis rumput ini dapat dipanen
tempat terbuka atau hanya sedikit terlindung sinar matahari pada lapangan rumput
pinggir jalan, tegalan, atau lahan pertanian. Rumput ini bias tumbuh pada macam-
macam tanah dan terdapat dari 1-1000 meter dpl. Rumput teki dengan akarnya
sebagai pakan ternak dan sebagai obat yang dimanfaatkan umbinya. Umbi dan
bagian-bagian yang ada di atas tanah juga dimanfaatkan sebagai makanan ternak
tepi jalan, tanggul, dan tepi air. Jenis gulma satu musim. Tanaman ini selain
(Yasin, 1993).
Brachiaria humidicola
rendah. Tanaman ini berkembang secara vegetatif dengan stolon. Hal ini karena
rumput tersebut mempunyai sifat stolonifer yang dapat membentuk anakan yang
banyak sehingga dapat membentuk rumpun yang lebih lebat. Setiap buku yang
bersinggungan dengan tanah dapat mengeluarkan akar dan timbul anakan. Stolon
terang (brigth green), lebar 5-16 mm dan panjang 12-25 cm. Jenis rumput ini
tumbuh baik pada ketinggian 600 mdpl dengan curah hujan 2.500 mm/tahun.
rumputan). Gulma ini mampu hidup lebih dari dua tahun atau hidupnya tidak ada
rendah tetapi tidak toleran terhadap naungan. Tumbuh paling baik pada tanah
berdrainase baik tetapi toleran terhadap banjir yang berkepanjangan. Rumput ini
sebagai rumput tanah. Rumput jenis ini dapat dipotong setelah umur 40 hari pada
saat musim penghujan atau umur 60 hari pada saat musim kemarau
(Sutaryono, 2005).
alang dapat berkembang biak dengan cepat, dengan benih-benihnya yang tersebar
cepat bersama angin, atau melalui rimpangnya yang cepat menembus tanah yang
hutan yang rusak dan terbuka, bekas ladang, sawah yang mengering, tepi jalan
pertumbuhan alang-alang (Jayadi, 1991). Jenis rumput ini dapat tumbuh pada
elevasi 0 sampai ketinggian 300 meter dpl dengan curah hujan 500-5000 mm/thn
(Dwidjoseputro, 2009).
Tanaman ini berasal dari Afrika timur dan selatan. Merupakan jenis
rumput berumur panjang dan membentuk rumpun yang lebat. Rumput ini
Rumput ini mudah tertekan oleh jenis rumput-rumput yang lebih agresif
Rumput ini dapat tumbuh pada tanah berstruktur ringan sampai berat dengan
membentuk hamparan yang padat. Tinggi tanaman bisa mencapai 120 cm. Jenis
rumput ini berasal dari Afrika timur tetapi umum terdapat di daerah-daerah tropis.
Cukup tahan terhadap penggembalaan. Dapat tumbuh pada semua jenis tanah
dengan ketinggian tempat yang rendah dan curah hujan berkisar 500-800
dengan sobekan rumpun (pols) atau stolon. Jenis rumput ini disukai oleh ternak
(Siregar, 1996).
Rumput paitan merupakan jenis hijauan pakan ternak yang berasal dari
pakan ternak terutama kerbau, sehingga sering juga disebut rumput kerbau.
Rumput paitan atau rumput kerbau sangat disukai oleh ternak ruminansia seperti
kerbau, kambing, sapi, dan domba. Paitan tumbuh dengan baik di daerah dengan
ketinggian hingga 1700 meter dpl. Jenis rumput ini Sering ditemukan di lapangan
Rumput rhodes atau juga disebut rumput Chloris gayana merupakan jenis
tanaman rumput yang tergolong unggul dan sifatnya tumbuh sepanjang tahun.
Keunggulan rumput ini mampu bertahan hidup di daerah yang kering, Sehingga
kemarau. rumput ini dapat tumbuh pada tanah berstruktur ringan sampai berat
dengan ketinggian tempat 0-3.000 m dpl dan bercurah hujan 762-1.270 mm/tahun.
Rumput ini berasal dari dataran Afrika Selatan dan Afrika Timur yang kemudian
jenis dan kultivar rumput Rhodes yakni C. gayana cv. Pioneer, C. gayana cv
rumput segar mencapai 50 ton tiap tahunnya (Sunderson and Paul, 2008).
daya dukung wilayah khususnya ketersediaan pakan ternak yang berupa hijauan
pakan (rumput dan leguminosa). Pakan ternak dapat bersumber dari rumput
berkembang di lahan di luar usaha tanaman pangan maupun pada areal padang
merupakan salah satu faktor yang sangat penting serta turut mempengaruhi
ternak yang ada diwilayah tersebut dihubungkan dengan potensi hijauan makanan
ternak yang dihasilkan oleh wilayah yang bersangkutan, maka lahan-lahan yang
Rumput dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, mulai dari tanah asam
tinggi. Rumput ini dapat tumbuh baik pada iklim tropika basah dengan musim
kemarau yang singkat atau tanpa musim kemarau (Horne dan Stur, 1999).
seperti
glukosa dan perubahan struktural dari jaringan tumbuhan sebagai respon terhadap
pertumbuhan, peningkatan umur pohon, serta penyakit yang terdapat pada bagian
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ketersediaan lahan yang
memadai, dimana lahan tersebut harus mampu menyediakan hijauan pakan yang
cukup bagi kebutuhan ternak. Disamping itu faktor kesuburan tanah, ketersediaan
air, iklim dan topografi turut berpengaruh terhadap produktivitas padangan dalam
pengadaan hijauan pakan. Kualitas hijauan pakan ternak juga ditentukan oleh
perubahan dimana kondisi tanah yang kurang bagus atau mengalami kekeringan
baik yaitu jika memiliki kapasitas tampung 0,4 hektar untuk 1 ST, atau satu hektar
tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan bawah dan tingkat
Topografi dalam hal ini tingkat kemiringan lereng dapat dinyatakan dalam
derajat atau persen. Dua titik yang berjarak horizontal 100 m yang mempunyai
dengan kecuraman 45º (Arsyad, 1980). Pengaruh dari topografi sangat kompleks,
dan cahaya matahari. Tempat tumbuh dengan topografi yang sama menunjukkan
(grazing) dalam mendukung efisiensi tenaga kerja dalam budidaya ternak. Dengan
sistem ternak diumbar di lahan tertentu pada periode tertentu, ternak bebas
ketersediaan daya dukung pakan yang semakin terbatas, saat ini telah berkembang
optimal,sehingga input produksi menjadi lebih rendah (low input) dengan tidak
pembibitan, faktor input produksi (biaya) dapat ditekan, karena output yang
terhadap hijauan pakan murah sangat dibutuhkan, khususnya yang bersumber dari
timur indonesia dimana terdapat areal padang rumput alami yang luas. Dibeberapa
tempat ternak dilepas untuk merumput di tepi jalan, halaman rumah atau tanah
adalah air, intensitas sinar, kekompakan tanah, temperatur (suhu) dan curah hujan
(CH). Air yang terbatas mempengaruhi fotosintesis dan perluasan daun karena
Curah hujan yang sangat besar dan jauh melebihi kebutuhan tanah dan
terangkutnya garam terlarut. Pada suasana tersebut kecuali komponen asam hanya
Fe dan Al serta beberapa logam oksida saja yang dapat tahan terhadap pelapukan,
oleh karena itu reaksi tanah menjadi asam atau sangat asam (Tan, 1991).
Kapasitas Tampung
yang
rumput dalam menampung ternak atau jumlah ternak yang dapat dipelihara per
penggembalaan (stocking rate) yaitu jumlah ternak atau unit ternak per satuan
pakan. Hijauan pakan untuk ternak ruminansia terdiri dari rerumputan, dedaunan
wilayah dipengaruhi oleh keragaman agroklimat, jenis dan topgrafi tanah dan
wilayah perlu mengukur potensi wilayah bagi ternak yang akan dikembangkan,
karena produksi ternak akan banyak bergantung pada daya dukung pakan yaitu
sekitar 80 % yang tercermin dari luas lahan hijauan serta sisa-sisa hasil pertanian
(Makka, 2004).
Factor (PUF) tergantung pada jenis ternak yang digembalakan, spesies hijauan,
Bahan
Alat
Alat yang di gunakan adalah kuadran persegi 1x1 m sebagai alat untuk
mengukur produksi hijauan, gunting untuk memotong hijauan, label name untuk
memberi tanda pada sampel yang di ambil, timbangan untuk menimbang sampel
hijauan, plastik dan amplop sebagai wadah untuk menyimpan sampel, oven untuk
menganalisis Bahan Kering (BK) hijauan tersebut dan kamera sebagai alat
dokumentasi.
Metode Penelitian
hijauan.
a. Pada ketinggian 905 – 1200 yang terdiri dari Desa Garoga 46, Desa unjur,
Desa Marlumba, Desa Harianja, Desa suhisuhi Dolok, Desa Sigaol, dan Desa
b. Pada ketinggian 1205 – Up atau maksimal 1690 mdpl yang terdiri dari Desa
Tanjungan, Desa Sipira 33, Desa Sipira 33, Desa Parbaba Dolok, Desa
(Reksohadiprodjo, 1994) yang dimulai dari titik yang telah di tentukan kemudian
(Susetyo, 1980) :
a. Petak cuplikan seluas 1m² atau lingkaran dengan garis tengah 1m.
c. Petak cuplikan kedua diambil pada jarak sepuluh langkah kekanan dari petak
cuplikan pertama dengan luas yang sama. Kedua petak yang berturut-turut
g. Catatan berat segar tersebut dapat di ketahui hijauan segar per kg/ha
penimbangan hijauan dalam keadaan segar atau tanpa dilakukan pengeringan pada
hasil pemotongan yang dilakukan dan hasilnya dicatat sebagai produksi bahan
segar.
Produksi bahan kering diperoleh dari sampel yang diambil dari setiap
Tabel. 1 Titik lokasi penelitian pada ketinggian 905-1200 dan pada ketinggian
diatas 1200 mdpl
berjumlah 9 titik, sementara pada ketinggian diatas 1200 m dpl berjumlah 6 titik.
Samosir yaitu berjumlah 15 lokasi dengan titik terendah 910 m dpl terletak pada
02◦ 52' 091" Lintang utara dan 098◦ 75' 407" Lintang selatan, berada di Simbolon
dengan jenis rumput yang tersedia adalah pastura campuran. Titik tertinggi 1405
mdpl berada pada titik Sipira 33 yang terletak pada 02◦ 54' 366" Lintang utara dan
lapangan.
lahan yang potensial digunakan sebagai lahan penggembalaan karena lahan yang
tersedia cukup luas dan mempunyai topografi lahan yang baik sehingga peternak
tidak terlalu sulit untuk menggembalakan ternaknya. Hal ini sesuai dengan
suatu padang penggembalaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
faktor ketersediaan lahan yang memadai, dimana lahan tersebut harus mampu
menyediakan hijauan pakan yang cukup bagi kebutuhan ternak. Disamping itu
faktor kesuburan tanah, ketersediaan air, iklim dan topografi turut berpengaruh
lapangan. Dimana pada saat pendataan dilakukan dengan memakai alat GPS
(Global Positioning System). Kegunaan alat ini yaitu untuk menentukan lokasi
pastura berdasarkan ketinggian tempat dan sebagai acuan untuk menentukan titik-
titik lokasi lahan padang penggembalaan yang telah didapat berdasarkan mapping
pengambilan data GPS tersebut maka di peroleh data bahwa terdapat 63 titik lahan
pastura alami di pulau Samosir. Titik-titik lokasi tersebut merupakan titik lokasi
yang sudah di tentukan berdasarkan kriteria tafsiran luasan yang layak untuk
dijadikan sebagai objek penelitian. Dengan di dapatnya titik lokasi yang potensial
di Pulau Samosir berdasarkan surve yaitu sebanyak 63 titik setelah itu lokasi
berdasarkan tata guna lahan untuk menentukan titik-titik lokasi dimana sampel
berdasarkan kelas kemampuan lahan dimana kelas kemampuan lahan dibagi dua
tempat kkl yaitu pertanian lahan kering dan tanah terbuka dan pada ketinggian
lebih dari 1200 mdpl terdapat lima lokasi yaitu pada kkl IV di semak belukar,
tanah terbuka, pertanian lahan kering, rawa dan sawah. Berdasarkan hasil
Utara, 2016 dari data lokasi 63 titik tersebut maka diperoleh hasil bahwa pada ke
dua (2) ketinggian hanya terdapat 15 titik lokasi penelitian yaitu pada ketinggian
905-1200 m dpl sebanyak 9 titik dan pada ketinggian diatas 1200 m dpl sebanyak
ketinggian sehingga didapat data hasil produksi segar hijauan pada lahan pastura
ketinggian lebih dari 1200 m dpl adalah 1.696,91kg/ha. Rataan produksi Bahan
Segar tertinggi pada ketinggian 905-1200 m dpl adalah berada pada titik lokasi
Parbaba Dolok dengan produksi hijauan sekitar 2.588,0 kg/ha/panen dan produksi
terendah berada di titik lokasi Simbolon yaitu dengan produksi segar 1.405,0
kg/ha/panen. Rataan produksi segar tertinggi terdapat pada titik lokasi Parbaba
Dolok yaitu 2.588,0 kg/ha sementara itu produksi terendah terdapat di Simbolon
lokasi ini merupakan lahan pinggiran bekas tanaman palawija oleh warga
setempat sehingga hijauan yang tumbuh disana pun tidak begitu mendominasi
Produksi Bahan Segar tertinggi pada ketinggian diatas 1200 m dpl berada
di titik lokasi Lintong sunut dengan produksi 3.234,0 kg/ha/panen dan produksi
Hijauan pada setiap lokasi penelitian berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena
curah hujan pada setiap lokasi penelitian juga tidak sama. Dimana rata-rata curah
hujan per bulan yang tertinggi terdapat di ketinggian 905-1200 m dpl yaitu sekitar
219,92 mm, sedangkan pada ketinggian lebih dari 1200 m dpl rata-rata curah hujan
per bulan sekitar 42 mm (BPS, 2016). Berdasarkan data curah hujan tersebut
terdapat perbedaan curah hujan pada kedua ketinggian secara signifikan dimana
rata-rata curah hujan pada ketinggian 905-1200 m dpl memiliki curah hujan paling
tinggi dibanding dengan ketinggian diatas 1200 m dpl. Hal ini menyebabkan
produksi hijauan pada ketinggian 905-1200 m dpl memiliki rataan produksi hijauan
tertinggi di bandingkan dengan ketinggian diatas 1200 m dpl. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Mcllroy (1976), yang menyatakan bahwa Faktor iklim terkait pada
tanaman menjadi rendah. Tingginya suhu lingkungan, rusaknya zat warna daun
bila suhu terlalu rendah maka akan memperlambat proses dan penyebaran hasil
fotosintesis
814,43 kg/ha/panen sementara pada ketinggian lebih dari 1200 m dpl yaitu 739,28
kg/ha/panen. Produksi Bahan Kering Hijauan tertinggi per titik pengamatan pada
ketinggian 905-1200 m dpl yaitu pada titik lokasi Garoga, dengan produksi Bahan
Kering sekitar 1094,9 kg/ha/panen dan produksi terendah yaitu berada di titik
ketinggian lebih dari 1200 m dpl berada pada lokasi Lintong Sunut yaitu sekitar
Williamson and payne (1993), yang menyatakan bahwa Produksi bahan kering
dari hijauan tiap unit tanah tergantung pada jenis tanaman yang tumbuh, jumlah
radiasi yang didapat, tersedianya kelembaban tanah dan zat-zat makanan untuk
tanaman dan cara pengelolaan. Tersedianya air tanah tergantung pada jumlah
curah hujan, musim dan tipe tanah. Kualitas hijauan tergantung terutama pada
curah hujan yang efektif dan intensitas radiasi sinar matahari. Kualitas hijauan
pada musim hujan dan kemarau berbeda. Kandungan BK pada musim hujan
umumnya lebih rendah dibandingkan dengan musim kemarau. Hal ini disebabkan
oleh pengairan pada saat musim penghujan yang menyebabkan tanaman tidak
mengalami krisis air dan pertumbuhan tanaman akan semakin baik karena kadar
air pada tanaman akan semakin meningkat sehingga kadar bahan kering hijauan
menjadi rendah pada saat panen. Berbeda dengan musim kemarau, pada saat
tanaman mengalami krisis air maka kadar bahan kering (BK) tanaman tersebut
Berdasarkan data luasan tata guna lahan di Pulau Samosir pada ketinggian
905-1200 m dpl diperoleh data luas lahan pastura alami dengan total sekitar
22.778,15 Ha. Berdasarkan hasil olahan data penggunaan lahan pastura berasal
dari tanah terbuka yaitu dengan luasan 5.375,81 Ha, pertanian lahan kering
17.196,00 Ha, sawah 206.34 Ha. Berdasarkan data luasan lahan penggembalaan
alami pada ketiga jenis tersebut merupakan sumber potensi hijauan yang di
jadikan lahan pastura alami oleh para peternakan rakyat di Kabupaten Samosir.
lahan penggembalaan alami dengan total 11.462,83 Ha. Berdasarkan hasil olahan
7.387,26 Ha, pertanian lahan kering 10.218,72 Ha, sawah 261,92 dan rawa 243,93
Ha.
Tabel 6. Rataan Produksi Bahan Segar dan Produksi Bahan Kering di Pulau
Samosir Kabupaten Samosir berdasarkan data Luasan Lahan Pastura
Produksi Produksi
Ketinggian Luasan Asumsi Asumsi
Bahan Segar Bahan Kering
Tempat (ha) Ton/Ha/panen Ton/Ha/panen
(Kg/Ha/panen) (Kg/Ha/panen)
905-1200 22.778,15 2.048,27 46.655,80 814,43 18.551.208,70
>1200 11.462,83 1.696,1 19.442,10 739,28 8.474,24
Sumber: Data Primer (2016)
hasil olahan data tersebut dapat diketahui bahwa produksi bahan segar dan
produksi bahan kering hijauan tertinggi berada pada ketinggian 905-1200 mdpl
dan produksi hijauan terendah berada pada ketinggian diatas 1200 m dpl.
tidak memiliki produksi yang cukup berpotensi jika di bandingkan dengan luasnya
lahan penggembalaan yang tersedia pada daerah tersebut. Hal ini dikarenakan
bahwa pada saat penelitian mengalami kemarau yang cukup lama yaitu sekitar 7
mengalami krisis air sehingga sulit untuk bertumbuh dengan baik. Hal ini tentu
rumput yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan yang mencakup keadaan tanah
dan kesuburannya, pengaruh iklim termasuk cuaca dan perlakuan manusia atau
manajemen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mc. Ilroy (1977) menjelaskan
agresivitas, kemampuan tumbuh kembali, sifat tahan kering dan tahan dingin,
sampai berat dengan ketinggian tempat 0-3.000 mdpl dan bercurah hujan 762-
1.270 mm/tahun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Agus (2008), yang
menyatakan bahwa jenis rumput yang sering tumbuh pada pastura alam adalah
hal ini di tambahkan oleh pernyataan Prayitno (2010) menyatakan bahwa rumput
pangola dapat menampung ternak 9-10 ekor sapi selama beberapa bulan atau
menghasilkan produksi sekitar 125 ton hijauan segar tiap ha dalam setahun.
karena pada saat pengambilan sampel hijauan bertepatan pada musim kemarau
air dan produksi hijauan menurun secara signifikan. Kemarau panjang yang
melanda daerah ini mengalami krisis pangan khususnya pada ternak ruminansia
karena hijauan pada lahan penggembalaan sangat sulit untuk tumbuh. Hal ini
sesuai dengan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir (2016), yang
menyatakan bahwa data curah hujan per bulan tertinggi terdapat di Kecamatan
Onan Runggu 219,92 mm, dan curah hujan terendah berada pada Kecamatan
Ronggur Nihuta yaitu 42 mm. Sesuai data tersebut dapat kita ketahui bahwa
sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas hijauan. Hal ini di sebabkan
karena kandungan nilai gizi rumput berasal dari unsur hara dalam tanah. Dengan
berkurangnya kadar air tanah pada musim kemarau akan menurunkan kuantitas
produksi rumput hal ini di sebabkan karena kurangnya absorbsi rumput terhadap
Tabel 7. Hasil uji beda rata produksi bahan segar dan bahan kering pada padang
penggembalaan dengan ketinggian 905-1200 dan >1200 mdpl
Ketinggian (mdpl)
Produksi Sig.
905-1200 > 1200
Bahan segar (kg/ha/panen) 2.048,27 1.696,1 0,020
Bahan kering (kg/ha/panen) 814,43 739,28 0,012
Sumber: Data Primer (2016)
diketahui bahwa terdapat perbedaan produksi bahan segar pada ketinggian 905-
1200 m dpl dan ketinggian lebih dari 1200 m dpl secara signifikan. Hal ini terlihat
dari hasil analisis pada program SPSS dimana nilai probabilitas pada uji t sebesar
mdpl, yaitu 2.048,27 kg/ha, sementara pada daerah dengan ketinggian diatas 1200
m dpl memiliki rataan produksi segar 1.696,1 kg/ha/panen. Berdasarkan data hasil
produksi hijauan diketahui bahwa produksi bahan segar maupun produksi bahan
hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang bagi pertumbuhan suatu tanaman
tertentu disamping faktor lain seperti air dan cahaya. Temperatur keasaman tanah,
dan keadaan fisik tanah (tekstur, peredaran udara, drainase dan sebagainya)
diketahui bahwa terdapat perbedaan produksi bahan kering pada ketinggian 905-
1200 mdpl dan ketinggian lebih dari 1200 mdpl secara signifikan. Hal ini terlihat
dari hasil analisis pada program SPSS dimana nilai probabilitas pada uji t sebesar
905-1200 adalah 814,43 kg/ha sedangkan pada ketinggian di atas 1200 m dpl,
yaitu 739,28 kg/ha. Bahan kering dapat diketahui melalui analisis proksimat.
Stohman pada tahun 1960 di laboratorium Wende di Jerman. Oleh karena itu
analisis model ini dikenal juga dengan analisis Wende. Pada prinsipnya bahan
pakan terdiri atas dua bagian yaitu air dan bahan kering yang dapat diketahui
melalui pemanasan pada suhu 105̊ C. selanjutnya bahan kering ini dapat
dipisahkan antara kadar abu dan kadar bahan organik melalui pembakaran dengan
penggembalaan pada kedua ketinggian memiliki daerah yang cukup baik untuk
penggembalaan pada kedua ketinggian tersebut cukup landai atau tidak begitu
padang penggembalaan alam dengan lahan terbuka berupa hamparan luas dan
seperti lahan bekas perkebunan yang sudah tidak di olah lagi serta lahan
persawahan pada saat selesai panen. Dimana pemanfaatan lahan kosong pada
6 bulan kedepan setelah selesai panen. Hal ini sesuai dengan pernyataan
beberapa macam, yaitu : pastura alam yang sudah ditingkatkan, pastura buatan
(temporer), dan pastura dengan irigasi. Pastura alam merupakan padangan yang
terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada
sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang
floranya, tetapi hanya mengawasi ternak yang digembalakan. Pastura alam yang
padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi
sistem pemeliharaan ternak terdapat 3 jenis yaitu secara ekstensif, intensif dan
secara bebas sepanjang hari dan pada sore hari ternak akan di kandangkan
kembali.
Kesimpulan
Saran
pada lahan pastura alami yang telah ada, sehingga kedepannya tersedia hijauan
Agus, A. 2008. Panduan Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Bagian Nutrisi dan
Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Arsyad, S. 1980. Pengawetan Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Balai Embrio Ternak [B.E.T]. 1997. Performans Rumput Gajah cv. Taiwan.
B.E.T. Cipelang. Bogor.
Fritts, H.C. 1976. Tree Rings and Climate. Academic Press Inc. London.
Makka, .J. 2004. Prospek kumpulan karya ilmiah pengembangan sistem integrasi
peternakan yang Berdaya Saing. Prosiding Seminar Nasional Sistem
Integrasi Tanaman Ternak. Denpasar, Bali 20-22 juli 2004.
McIlroy, R.J.1976. Pengantar Budi Daya Padang Rumput Tropika. PT. Paramita
Jakarta.
Siregar, M.E., 1996. Produksi Hijauan dan Nilai Nutrisi Tiga Jenis Rumput
Pennisetum dengan Sistem Potong Angkut. Balai Penelitian Ternak.
Ciawi, Bogor
Soepardi. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sutardi, T.R. 2012. Ilmu Bahan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas
Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Sutaryono, Y.A. 2005. Strategi penyediaan Pakan Hijauan pada Peternakan sapi
rakyat di lahan kering Nusa Tenggara Barat. Prosiding Seminar Nasional
Peternakan. FK8PT Dikti. Kupang.
Sutaryono, Yusuf., dan Partridge, Ian J. 2002. Mengelola Padang Rumput alam di
Indonesia Tenggara. Universitas Mataram. Lombok
Tan, K.H. 1991. Principles of Soil Chemistry. Marcel Dekker, Inc. New York.