SKRIPSI
MUHAMMAD RIZKY
141201126
i
Universitas Sumatera Utara
POLA PENYEBARAN DAN STRUKTUR POPULASI
SALAGUNDI (Roudholia teysmanii) DI DESA SIMORANGKIR
JULU, KABUPATEN TAPANULI UTARA
SKRIPSI
OLEH
MUHAMMAD RIZKY
141201126
ii
Universitas Sumatera Utara
POLA PENYEBARAN DAN STRUKTUR POPULASI
SALAGUNDI (Roudholia teysmanii) DI DESA SIMORANGKIR
JULU, KABUPATEN TAPANULI UTARA
SKRIPSI
Oleh :
MUHAMMAD RIZKY
141201126
iii
Universitas Sumatera Utara
iv
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
iv
ii
vi
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
September 1996 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari ayah Aminto dan
Ibu Siti Fatimah. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 016402 Bandar Pasir
Mandoge pada tahun 2002 hingga tahun 2008. Pada tahun 2008 hingga 2011
dan selanjutnya di SMA Negeri 1 Bandar Pasir Mandoge pada tahun 20011
Tinggi Negeri (SBMPTN) pada tahun 2014 dan diterima sebagai mahasiswa pada
Kerja Lapangan (PKL) di Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah KPH Kedu Utara
pada bulan Februari sampai Maret 2018. Penulis melaksanakan penelitian di Desa
Sumatera Utara dengan judul penelitian “Pola penyebaran dan Struktur Populasi
Utara”.
iii
vii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
nikmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut.,M.P selaku dosen pembimbing yang telah
staf pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan serta
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat.
Penulis
ivviii
Halaman
ABSTRACT ...................................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
Manfaat Penelitiaan ..................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Keanekaragaman Hayati .............................................................................. 4
Morfologi Pohon Salagundi (Roudholia teysmanii) .................................... 5
Deskripsi Salagundi (Roudholia teysmanii) Di Lokasi Penelitian ............... 6
Kawasan Hutan Desa Simorangkir julu ....................................................... 6
Pola Penyebaran ........................................................................................... 7
Struktur Populasi .......................................................................................... 10
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 12
Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................ 12
Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 12
Jenis Data ................................................................................................ 12
Pengumpulan Data .................................................................................. 13
Metode Pengolahan Data ............................................................................. 15
Pola Penyebaran ...................................................................................... 15
Struktur Populasi ..................................................................................... 16
v ix
No. Halaman
1. Pola penyebaran salagundi (Roudholia teysmanii) ...................................... 18
vi x
No. Halaman
1. Tiga pola dasar sebaran spasial individu dalam suatu habitat(a) acak,
vii
xi
Universitas Sumatera Utara
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sangatlah banyak, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
meningkat pula permintaan akan ketersediaan lahan untuk permukiman dan lahan
pada hutan yang berdampak pula penurunan keanekaragaman hayati yang ada di
hutan.
serius, seiring dengan laju kehilangan hutan setiap tahunnya. Tekanan terus
(Bappenas, 2003).
lingkungan secara alami itu sangat besar dari satu tempat ke tempat lain hingga
komunitas yang sangat heterogen juga merupakan sifat komunitas secara alamiah.
Distribusi jenis tumbuhan di alam dapat disusun dalam tiga pola dasar,
bergantung, dan tidak terikat berdasarkan kesempatan semata, dan bila terjadi
Di Indonesia sudah dikenal 400 jenis kayu yang dianggap penting, 267
dikenal dalam perdagangan dan 133 digolongkan dalam kelompok kayu kurang
dikenal. Saat ini umumnya pemanfaatan kayu kurang dikenal belum disesuaikan
dengan sifatnya.Salagundi memiliki Kayu yang keras dengan berat jenis yang
termasuk kelas tinggi (0.80 -0.86) sehingga jenis ini cocok untuk produksi bahan
baku yang memerlukan kekuatan. Seratnya lurus dan halus, cocok untuk kusen
rumah.Bentuk pohon dan pancang yang lurus dari jenis ini, menjadikan sering
dieksploitasi dalam bentuk tiang (Saragih dkk, 2016). adanya hal tersebut maka
semai (seedling), pancang (sapling), tiang (poles), dan pohon (trees), untuk
berkembang.
Tujuan Penelitian
bertujuan :
Manfaat Penelitian
jenis ini masih sangat terbatas.Hasil dari penelitian ini juga dapat digunakan
sebagai informasi untuk masukan kepada pihak terkait untuk melestarikan hutan
TINJAUAN PUSTAKA
Keanekaragaman Hayati
bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme serta berbagai materi
organisme-organisme yang berasal dari semua habitat baik yang ada di darat, laut
energi dalam suatu daur kehidupan dan sebagai indikator kondisi suatu
perlu ditingkatkan secara terpadu dan berwawasan lingkungan agar fungsi tanah,
air, udara, iklim, dan lingkungan hidup terjamin (Zain, 1998). Keanekaragaman
a) Keanekaragaman spesies
bumi, termasuk bakteri dan protista serta spesies dari kingdom bersel banyak
(tumbuhan, jamur, hewan, yang bersel banyak atau multiseluler). Spesies dapat
atau biokimia. Definisi spesies secara morfologis ini yang paling banyak
b) Keanekaragaman genetik
perbedaan genetik antara satu dengan lainnya. Variasi genetik timbul karena
bertambah ketika keturunan menerima kombinasi unik gen dan kromosom dari
Proses inilah yang meningkatkan potensi variasi genetik dengan mengatur ulang
c. Keanekaragaman ekosistem
bebas cabang 9 m sedangkan diameter berkisar 36- 45 cm. Pohon ini tidak
memiliki banir apabila ada, ukurannya sangat kecil berupa bagian batang pohon
beralur pendek, berwarna coklat dan terdapat bagian yang putih, tebal kulit
berkisar 0,6 – 0,8 cm. Kulit sangat mudah dipisahkan dengan bagian batang
pohon dan terdapat kambium yang sangat licin.Warna kayu coklat kemerahan
pada bagian gubal dan gelap (coklat tua) pada bagian kayu teras. Antara kayu
gubal dan kayu teras terdapat perbedaan warna yang sangat kontras. Tekstur kayu
rumah.Bentuk pohon dan pancang yang lurus dari jenis ini, menjadikan sering
dieksploitasi dalam bentuk tiang. Tegakan Salagundi pada lokasi penelitian ini
merupakan tanaman yang ditanam warga pada sekitar tahun 1995 dengan luas
karena bentuk batang tanaman ini silindris,lurus dan tidak memiliki cabang yang
banyak. Namun, pada tegakan salagudi terdapat hutan heterogen yang tidak
didominasi mutlak oleh pohon Salagundi tetapi juga terdapat pohon pinus,
lebih lengkap pada setiap tingkatan yaitu semai, pancang, tiang dan pohon
Barita, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Desa ini
berada di daerah wisata Salib Kasih. Dilihat dari lokasinya, Desa Simorangkir
Julu berada di daerah kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan sering
digunakan sebagai lahan pertanian, lalu lintas, lokasi pencarian kayu bakar, dan
termasuk kedalam klasifikasi type B dengan curah hujan rata-rata pertahun 2.000
s/d 4.000 mm. Suhu udara minimum 150 C dan maksimum 300 C dengan
Simorangkir Julu merupakan tipe hutan tropis dengan didominasi oleh tumbuhan
jenis Tusam. Beberapa jenis satwa yang dapat dijumpai antara lain, Kera,
Siamang, Ayam hutan dan beberapa jenis burung. Di samping keadaan alamnya
sendiri yang potensial sebagai tempat wisata, juga keindahan alam sekitar salib
kasih. Beberapa kegiatan wisata yang dapat dilakukan antara lain : lintas alam,
berkemah, dan rekreasi santai. Sarana kemudahan dan pelayanan yang tersedia
antara lain jalan setapak. Untuk mencapai lokasi desa simorangkir julu melalu rute
Pola Penyebaran
secara tidak merata (tidak mempunyai jarak yang sama) disebabkan perbedaan
produksi biji, pola percabangan, area daun, area akar, dan ukuran
penyebaran spesies yang lebih besar akan memiliki jaringan kerja lebih kompleks
vertikal suatu spesies sangat dipengaruhi oleh adanya perbedaan intensitas cahaya
matahari.Spesies yang memiliki tajuk yang tinggi paling teratas berada pada
kondisi yang penuh cahaya (100%), sedangkan spesies dengan tajuk yang rendah
dan dekat permukaan tanah berada dalam kondisi yang kurang cahaya.Penyebaran
penyebaran, yaitu :
dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok
Gambar 1. Tiga pola dasar sebaran spasial individu dalam suatu habitat (a) acak,
(b) mengelompok, (c) seragam (Ludwigs & Reynolds 1988).
Odum (1998), juga menyatakan bahwa individu dalam suatu populasi
menyebar mengikuti tiga pola, yaitu acak (random), mengelompok (clumped) dan
seragam (uniform). Pola sebaran random sangat jarang ditemui di alam dan hanya
akan terjadi bila kondisi lingkungan seragam dan tidak ada kecenderungan
antar individu sama atau terjadi hubungan antagonis positif yang mendukung
yang paling umum. Pola ini dibagi lagi menjadi tiga, yaitu random clumped,
Berbagai proses interaksi baik biotik dan abiotik saling berkontribusi untuk
membentuk pola sebaran tersebut. Suatu pola sebaran acak dalam populasi
organisme disebabkan oleh lingkungan yang homogen dan pola perilaku non
menunjukkan adanya suatu pembatas pada populasi yang ada. Pola mengelompok
hasil dari adanya interaksi negatif antar individu, misalkan adanya kompetisi atas
berbagai macam indeks sebaran, antara lain dengan rasio varian dan mean, Indeks
Struktur Populasi
berbagai ciri atau sifat yang merupakan sifat milik individu di dalam kelompok
itu. Populasi mempunyai sejarah hidup dalam arti mereka tumbuh, mengadakan
perbandingan umur, dan kecocokan genetik hanya dapat diterapkan pada populasi
(Odum,1998).
arus air, faktor kimia yang membatasi pencemaran dan sebagainya dalam
dikendalikan secara biologi dan seleksi alam.Faktor negatif ataupun positif bagi
Contohnya faktor biotik (persaingan, parasit, dan sebagainya) tetapi tidak selalu
(Odum,1998).
distribusi, demografi tumbuhan, stadia dan umur, fekunditas, struktur umur dan
METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas GPS (Global
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tally sheetdan tali
raffia.
Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data
a. Data Primer
data berupa jumlah individu Salagundi pada setiap plot yang akan diamati.
b. Data Sekunder
umum lokasi penelitian seperti letak wilayah, luas wilayah, dan kondisi fisik
lingkungan.
Pengumpulan Data
analisis vegetasi berupa kombinasi antara jalur dan garis berpetak. Jalur tersebut
untuk mengukur vegetasi tingkat tiang (diameter ≥10 - < 20 cm), sub petak
semai.
diletakkan secara sistematis sejajar satu sama lain dengan jarak antar jalur 200 m.
Desain petak pengamatan dalam unit sampling pada lokasi penelitian dapat dilihat
pada Gambar 2.
Desain petak pengamatan dan sub petak dalam jalur pengamatan pada lokasi
meter.
menggunakan penggaris.
Pola Penyebaran
berikut:
Struktur Populasi
jumlah semai (seedling), pancang (sapling), tiang (poles), pohon (trees) pada tiap
cm.
Pola penyebaran
indeks Morisita (Ip) lebih dari nol (Ip > 0) yaitu 0,53 pada fase semai, 0,51 pada
fase pancang, 0,51 pada fase tiang, dan 0,52 pada fase pohon. Tetapi dilihat dari
hasil tersebut, nilai indeks Morisita (Ip) yang dihasilkan tidak berbeda jauh antara
(Gambar 4).
berdekatan satu sama lain dalam kelompok-kelompok kecil dan lebih banyak
ditemukan di sekitar pohon induk, sehingga pada penelitian ini anakan sebagian
besar tersebar di sekitar pohon induk. Kurangnya peran agen pemencaran biji
menyebabkan banyak biji dari tumbuhan induk akan langsung jatuh dan tumbuh
berada di sekitar pohon induk. Menurut Ewusie (1990) pemencaran biji tumbuhan
tertentu dapat dilakukan oleh hewan seperti burung, kera, tupai dan kelelawar
hal ini disebabkan karena individu memiliki kecenderungan untuk berkumpul dan
mengelompok pada lokasi yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya, namun disisi
yang ditemukan dalam pola yang seragam (teratur), tetapi pada umumnya
mempunyai pola mengelompok. Hal tersebut tidak hanya disebabkan oleh faktor
lingkungan dan kompetisi yang dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan, juga
dengan biji, dan biji tersebut jatuh dekat dengan induknya atau dengan rimpang
dapat terjadi karena disebabkan oleh kondisi fisik lingkungan yang jarang
seragam, meskipun pada lokasi yang yang sempit sekalipun. Perbedaan kondisi
iklim dan ketersediaan unsur hara pada suatu lokasi akan menghasilkan perbedaan
yang nyata pada suatu organisme. Hidayati (2010) menyatakan bahwa hal ini
mencari lingkungan tempat hidup yang cocok untuk jenis tersebut. Individu-
individu tersebut akan dapat hidup dan tumbuh apabila lingkungan tempat
tumbuhnya mendukung.
Hasil penelitian ini, juga sesuai dengan penelitian Hidayati (2010) untuk
ketersediaan hara atau nutrisi merupakan faktor yang sangat berperan dalam
Tujuh, Kabupaten Kerinci, Jambi pada jenis cemara sumatera (Taxus sumatrana)
Struktur populasi
analisis data didapatkan hasil seperti pada Tabel 2, Kemudian dari data kerapatan
3000
Kerapatan (ind/ha)
2500
2000
1500
1000
500
0
Semai Pancang Tiang Pohon
Tingkat pertumbuhan
jumlah individu/ha pada tingkat pertumbuhan mengikuti huruf J terbalik hal ini
merupakan hal umum pada hutan alam. Meskipun awalnya tegakan salagundi
pada lokasi penelitian ini merupakan tanaman yang ditanam warga pada sekitar
tahun 1995 dengan luas sekitar 23 Ha, tetapi jika melihat dari kurva struktur
tegakan pada hutan yang bertipe normal akan membentuk kurva J terbalik sangat
Menurut Widiyanti dan Kusmana (2014) struktur horizontal vegetasi hutan yang
generasi berikutnya selain itu tumbangnya pohon karena sudah tua dan kemudian
mati menyebabkan kerapatan pohon jadi kecil.Jika huruf J terbalik tidak dapat
ditunjukkan oleh hutan alam artinya hutan tersebut bisa jadi mengalami gangguan
kayu bakar, sedangkan untuk salagundi dengan ukuran lebih besar digunakan
(2016), Bahwa bentuk pohon dan pancang yang lurus dari jenis Salagundi ini,
salagundi tidak terancam atau tidak dalam keadaan kritis karena salagundi
kerapatan minimal suatu populasi tumbuhan berbeda tergantung tempat dan jenis
dan Lande (1991), menambahkan bahwa suatu takson disebut mengalami keadaan
kritis jika dalam area 100 km2 status populasinya ditaksir kurang dari 50 pohon
dewasa maka populasi tersebut berada dalam kondisi kritis. Berdasarkan hasil
dewasa pada area 100 km2, sehingga dapat dinyatakan bahwa tumbuhan salgundi
di daerah tersebut tidak dalam kondisi kritis atau berada dalam kondisi normal.
Pengukuran suhu udara dilakukan sebanyak satu kali dalam setiap plot
terendah yaitu 21°C dan tertinggi 26°C dengan rata-rata suhu sebesar 23,28°C.
ada tidaknya beberapa jenis tumbuhan dan hewan dalam habitat tertentu. Polunin
(1992) menambahkan bahwa daya penguapan udara merupakan suatu faktor yang
tumbuhan. Sesuai dengan pernyataan Ansari, dkk (2016), bahwa cahaya matahari
sumber energi, oleh sebab itu perubahan intensitas cahaya sangat mempengaruhi
kehidupan tumbuhan.
Ketebalan serasah berkisar antara 4,75 – 6,65 cm. Menurut (Bargali, dkk
2015), serasah merupakan bahan organik yang dihasilkan oleh tanaman yang akan
ranting, bahkan akar. Serasah yang sudah terdekomposisi akan menjadi unsur
hara, ketersediaan unsur hara penting bagi pertumbuhan tanaman secara normal.
Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, suhu udaranya akan semakin
rendah dan kelembabannya akan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa salagundi
tumbuh pada dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 1000 m dpl.
Kesimpulan
terbalik.
Saran
berkembang dengan regenerasi yang berjalan dengan baik, tetapi terdapat tekanan
yang cukup tinggi pada populasi Salagundi. Oleh karenanya perlu adanya upaya
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, D. P. 2011. Pola Sebaran Spasial Jenis Merbau (Intsia spp.)pada Hutan
Primer dan Hutan Bekas Tebangan di ArealIUPHHK-HA PT Mamberamo
Alasmandiri, Provinsi Papua.Skripsi.Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.
Ludwig JA., dan Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology, A primer on methods
and computing. New York: John Willey and Sons.
Mas’ud. 1998. Dasar Umum Ilmu Kehutanan. Badan Kerjasama PTN Indonesia
Bagian Utara.
Natalia D., Umar H., Sustri S. 2014. Pola Penyebaran Kantong Semar (Nepenthes
tentaculata Hook. F) di Gunung Rorekautimbu Kawasan Taman Nasional
Lore Lindu. Jurnal Warta Rimba, 2(1).
Pasaribu, G. 2017. Sifat Fisis dan Mekanis Empat Jenis Kayu Andalan Asal
Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 25(1), 15-27.
Syamsuri, I.W.R. 1997. Lingkungan Hidup Kita. PKPKLH IKIP Malang. Malang.
Widiyanti, P., C. Kusmana. 2014. Komposisi Jenis dan Struktur Vegetasi Pada
Kawasan Karst Gunung Cibodas Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.
Jurnal Silvikultur Tropika. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 5(2) : 69-79.
Zain, A. S. 1998. Aspek pembinaan hutan dan stratifikasi hutan rakyat. Rineka
Cipta.