Kabupaten Buleleng adalah sebuah kabupaten di provinsi Bali, Indonesia dengan ibu
kotanya ialah Singaraja.
Buleleng berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara,
Kabupaten Jembrana di sebelah barat,
Kabupaten Karangasem di sebelah timur dan
Kabupaten Bangli, Tabanan serta Badung di sebelah selatan.
Panjang ruas pantai Kabupaten Buleleng sekitar 144 km, 19 km-nya melewati
Kecamatan Tejakula.
Selain sebagai penghasil pertanian terbesar di Bali (terkenal dengan produksi salak bali
dan jeruk keprok Tejakula), Kabupaten Buleleng juga memiliki objek pariwisata yang
cukup banyak seperti pantai Lovina, pura Pulaki, Air Sanih dan tentunya kota Singaraja
sendiri.
Buleleng dibagi kepada 9 kecamatan dan 148 desa/kelurahan.
Kecamatan-kecamatannya adalah:
1. Gerokgak
2. Seririt
3. Busung Biu
4. Banjar
5. Buleleng
6. Sukasada
7. Sawan
8. Kubutambahan
9. Tejakula
1. Singaraja Barat
2. Singaraja Pusat
3. Singaraja Timur
Wilayah Bali utara hampir seluruhnya ditetapkan bernaung di bawah pemerintahan
Kabupaten Buleleng,dengan begitu Buleleng adalah kabupaten yang terluas wilayahnya
di antara kabupaten lain di Bali.
Batas pegunungan yang membujur timur-barat sepanjang pertengahan Bali termasuk ke
dalam wilayah Buleleng, karenanya, Buleleng adalah wilayah yang lengkap memiliki
gunung, daratan, dan laut utara Pulau Bali.
Kendati memiliki wilayah yang terluas di Bali, sebagian wilayah Buleleng adalah daerah
kering terutama di daerah pegunungan Buleleng barat dan Buleleng Timur.
Kondisi alam yang dimiliki Buleleng membuat Buleleng tak bisa mengandalkan pertanian
tanah basah.
Namun keadaan ini justru membawa Buleleng sebagai daerah perkebunan penghasil
buah-buahan seperti jeruk, cengkeh, dan kopi di daerah pegunungan, sedangkan
sepanjang daerah pesisir adalah penghasil buah anggur dan tembakau.
Sebagaimana dengan daerah-daerah Bali selatan, Buleleng pun menyimpan peran
masa lalu saat masa perkembangan ekspedisi Palapa Wira Gajah Mada merangkul Bali.
Desa-desa kuna Sembiran, Julah, dan desa lain di sekitarnya membuktikan bahwa
wilayah Bali utara tak luput mewarnai perjalanan sejarah Bali.
Kekuasaan Ki Gusti Panji Sakti bahkan sempat merambah daerah Jawa Timur.
Berbagai pura di sepanjang Bali utara, mulai dari Pura Payogan Prapat agung, Pura
Pulaki, Pura Ponjok Batu, hingga ke Pura Candi Gora menunjukkan bahwa Bali utara
adalah bagian penting dari perjalanan dharma para bijak masa lalu
Saat masa penjajahan Belanda, wilayah Buleleng bahkan dipandang sebagai daerah
strategis oleh Belanda untuk memulai pergerakan menguasai Bali.
Wilayah delapan kerajaan di Bali, termasuk Buleleng, yang sudah terikat dalam
kesepakatan Paswara Asta Negara digoyahkan oleh Belanda justru dari kekuatan Bali
utara di daerah Buleleng.
Tahun 1846 Buleleng dijatuhkan dalam pertempuran sengit yang dikenal sebagai
Perang Buleleng.
Tekanan Belanda terus dilakukan menyusul Perang Jagaraga pada tahun 1849 yang
memastikan Buleleng sepenuhnya dikuasai Kompeni
Perjalanan Bali dari masa ke masa hingga era millenium ke tiga ini telah membawa pula
imbas ke wilayah Buleleng untuk turut berkiprah dalam dunia pariwisata.
Daerah pesisir sepanjang Bali utara, terutama kawasan Lovina dan Kalibukbuk, adalah
potensi daerah hunian wisata yang dimiliki oleh Buleleng. Secara keseluruhan, berbagai
warisan seni budaya Buleleng memiliki ciri khas yang agak berbeda dengan warna seni
budaya daerah Bali Selatan.
Luas Wilayah
Luas Kabupaten Buleleng secara keseluruhan 1.365,88 Km2 atau 24,25 % dari luas
Propinsi Bali, dimana
- Kecamatan Gerokgak merupakan kecamatan terluas yakni 26,11%,
- Kecamatan Busungbiu seluas 14,40 %,
- Kecamatan Sukasada seluas 12,66%
- Kecamatan Banjar seluas 12,64%.
- Kecamatan Kubutambahan sebesar 8, 66%,
- Kecamatan Seririt 8,18%,
- Kecamatan Tejakula 7,15%,
- Kecamatan Sawan 6,77% dan
- Kecamatan Buleleng 3,44 %.
Topografi
Kabupaten Buleleng merupakan daerah berbukit yang membentang di bagian selatan,
sedangkan dibagian utara merupakan dataran rendah.
Di Kabupaten Buleleng juga terdapat gunung berapi dan tidak berapi.
Gunung yang tertinggi adalah Gunung Tapak (1903 M) berada di Kecamatan
Sukasada sementara yang paling rendah adalah gunung Jae (222 M) berada di wilayah
Kecamatan Gerokgak.
Selain itu di Kabupaten Buleleng terdapat dua buah danau yaitu Danau Tamblingan
(110 hektar) berada di Kecamatan Banjar.
Sedangkan Danau Buyan (360 hektar) terletak di Kecamatan Sukasada.
Iklim
Kabupaten Buleleng memiliki iklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musim dan
terdapat musim kemarau dan hujan.
Curah hujan terendah terdapat di daerah pantai dan yang tertinggi ada di daerah
pegunungan.
B
GEOGRAFIS
Kabupaten Buleleng terletak di belahan utara pulau Bali memanjang dari barat ke timur
dan mempunyai pantai sepanjang 144 km, secara geografis terletak pada posisi 8° 03’
40” – 8° 23’ 00” lintang selatan dan 114° 25’ 55” – 115° 27’ 28” bujur timur, terdiri dari 9
kecamatan dengan 129 desa definitif dan 19 kelurahan.
KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk kabupaten Buleleng pada tahun 2008 mencapai 650.237 jiwa,
komposisinya terdiri dari 325.678 jiwa laki-laki dan 324.559 jiwa perempuan dengan sex
ratio adalah 100,34.
Ditinjau dari persebarannya, sebagian besar penduduk berada di Kecamatan Buleleng.
Kepadatan penduduk di wilayah ini mencapai 2.561. Angka tersebut di atas angka
kepadatan penduduk Kabupaten Buleleng yaitu 476.
Jika dilihat berdasarkan kelompok umur, komposisinya adalah penduduk usia 0-14
tahun besarnya 23,91%, penduduk usia 15-64 mencapai 68,69%, sedangkan usia 65+
sebesar 7,40%.
Kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi adalah kecamatan Buleleng yaitu
120.228 jiwa.
ADMINISTRASI
Orientasi Wilayah Secara geografis kota Singaraja terletak di 8º3’40” - 8º23’00” LS dan
114º25’55” - 115º27’28” BT.
Secara administratif, Kota Singaraja terbagi menjadi 18 kelurahan dan 1 desa, yaitu -
kelurahan Banyuasri, kelurahan Kaliuntu, kelurahan Kampung Anyar, kelurahan
Kampung Bugis, kelurahan Kampung Kajanan, kelurahan Kampung baru, kelurahan
Banjar Bali, kelurahan Banjar Jawa, kelurahan Banyuning, kelurahan Astina, kelurahan
Kencdran, kelurahan Singaraja, kelurahan Liligundi, kelurahan Paket agung, kelurahan
Banjar Tegal, kelurahan Bratan, kelurahan Penarukan, kelurahan Sukasada, Desa
Baktiseraga.
Kondisi topografi di wilayah Singaraja ini berada pada ketinggia antara 10-500 m dpl
dengan morfologi lahan dataran yang memiliki sudut lereng 0-5% pada ketinggian 0- 40
m dan perbukitan dengn sudut lereng 5-30% pada ketinggian 40-1400 m.
Bila ditinjau secara geologis, wilayah ini merupakan perlapisan batuan hasil letusan
gunung berapi yang terjadi pada masa yang berlainan.
Batuan tersebut pada umumnya terdiri dari breksi, lava dan tufa kecuali sepanjang
pantai Utara yang tersusun dari endapan alluvial.
Sedangkan jenis tanah pada wilayah ini adalah tanah Regosol dengan tekstur sabagian
besar dalam kategori tekstir sedang.
C
Kota Singaraja merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Buleleng.
Berdasar pengamatan di lapangan, pola permukiman di kota Singaraja ini telah
mengarah pada perkotaan dengan tingkat heterogenitas yang cukup tinggi.
Orientasi Wilayah Secara geografis kota Singaraja terletak di 8º3’40” - 8º23’00” LS dan
114º25’55” - 115º27’28” BT.
Secara administratif, Kota Singaraja terbagi menjadi 18 kelurahan dan 1 desa, yaitu
kelurahan Banyuasri, kelurahan Kaliuntu, kelurahan Kampung Anyar, kelurahan
Kampung Bugis, kelurahan Kampung Kajanan, kelurahan Kampung baru, kelurahan
Banjar Bali, kelurahan Banjar Jawa, kelurahan Banyuning, kelurahan Astina, kelurahan
Kencdran, kelurahan Singaraja, kelurahan Liligundi, kelurahan Paket agung, kelurahan
Banjar Tegal, kelurahan Bratan, kelurahan Penarukan, kelurahan Sukasada, Desa
Baktiseraga.
Kondisi topografi di wilayah Singaraja ini berada pada ketinggia antara 10-500 m dpl
dengan morfologi lahan dataran yang memiliki sudut lereng 0-5% pada ketinggian 0- 40
m dan perbukitan dengn sudut lereng 5-30% pada ketinggian 40-1400 m.
Bila ditinjau secara geologis, wilayah ini merupakan perlapisan batuan hasil letusan
gunung berapi yang terjadi pada masa yang berlainan.
Batuan tersebut pada umumnya terdiri dari breksi, lava dan tufa kecuali sepanjang
pantai Utara yang tersusun dari endapan alluvial.
Sedangkan jenis tanah pada wilayah ini adalah tanah Regosol dengan tekstur sabagian
besar dalam kategori tekstir sedang.
Luas seluruh wilayah Kota Singaraja adalah 27,89 km2 pada tahun 2002 yang terdiri
dari lahan sawah seluas 844,15 km2 , tegal/huma seluas 464,46 km2 , perkebunan
seluas 121 km2 , pekerangan seluas 1063,46 km2 , Kuburan seluas 6,61 km2 dan
lainlain seluas 216,09 km2 .
PENDUDUK
Dari data kependudukan di atas maka Kota Singaraja dapat digolongkan kepada Kelas
Kota Kecil, dimana berdasar kriteria BPS mengenai kelas kota, Kota Kecil adalah Kota
dengan jumlah penduduk antara 20.000 sampai 100.000 jiwa.
Sebaran Penduduk Sebagai kota yang memiliki kecenderungan penduduk yang tinggi
dan dpat melayani seluruh wilayah perencanaan serta dalam skala regional serta
didukug oleh adanya fasilitas dan prasarana, pola pergerakan enduduk pada umumnya
bergerak menuju ke kawasan niaga yang berada pada di sepanjng jalan Ahmad Yani,
Diponegoro dan sekitarnya yang merupakan pusat pertokoan.
Disamping pergerakan intra wilyah, pola pergerakan penduduk juga mengarah ke luar
wilayah dengan skala pergerkan sedang dan rendah yang didominasi pergerakan ke
tempat wisata seperti Lovina dan bahkan ke luar kabupaten Buleleng sendiri.
EKONOMI
Nilai PDRB didapatkan dari 9 sektor perekonomian utama yang ada pada Kota
Singaraja yaitu sektor:
1. Pertanian
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
5. Konstruksi
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa
SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN
Komponen Air Bersih Tingkat pelayanan yang dapat dicapai oleh PDAM sampai tahun
1997 yaitu 72,92% dari jumlah penduduk di kota Singaraja.
Sumber air untuk PDAM diperoleh dari beberapa sumber yaitu :
1. Padang Bulia I dengan kapasitas 7 lt/detik.
2. Padang Bulia II dengan kapasitas 3 lt/detik.
3. Bengkiang Sidem I dengan kapasitas 10 lt/detik.
4. Bengkiang Sidem II dengan kapasitas 5 lt/detik.
5. Pangkung Dalam dengan kapasitas 50 lt/detik.
6. Mumbul dengan kapasitas 175 lt/detik.
7. Nagasepeha dengan kapasitas 3 lt/detik.