Bali merupakan provinsi yang terletak diantara Pula Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya adalah
Denpasar. Provinsi Bali terdiri dari sebuah pulau yakni Pulau Bali, dan pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya,
yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan, Pulau Serangan, dan Pulau Menjangan.
Secara geografis provinsi Bali terletak pada posisi titik koordinat 08°03’40” – 08°50’48” Lintang Selatan dan
114°25’53” – 115°42’40” Bujur Timur yang menyebabkannya beriklim tropis dengan total luas povinsi sebesar
5.636,66 km2. Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km,
sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Wilayah Bali secara umum beriklim laut tropis, yang dipengaruhi oleh angin
musiman. Terdapat musim kemarau dan musim hujan yang diselingi oleh musim pancaroba. Corak produksi
masyarakat Bali sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim (siklus alam dan curah hujan).
Isi:
1. Administrasi Wilayah
2. Kondisi Fisik Wilayah
3. Kependudukan
4. Kondisi Perumahan
5. RTLH & Backlog
6. Arahan Pendirian Bangunan
7. Pemilihan Tanah Untuk Membangun
Suhu/temperatur udara rata-rata tertinggi di wilayah Bali di Kota Denpasar yaitu mencapai 27,7°C dengan
rata-rata kelembaban udara 79. Sebaliknya, suhu udara rata-rata terendah terjadi di Kabupaten Jembrana yang
mencapai 26,3°C dengan tingkat kelembaban udara rata-rata yakni sebesar 85 persen.
Pulau Bali dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura. Mayoritas penduduk Bali adalah
pemeluk agama Hindu. Di dunia Internasional Bali terkenal sebagai destinasi wisata bahari dengan keindahan seni-
budayanya. Adapun batas-batas wilayah Provinsi Bali sebagai berikut:
Administrasi Wilayah
Kembali
Secara administrasi Provinsi Bali terbagi menjadi 8 Kabupaten dan 1 Kota. Kabupaten Buleleng yang terletak
pada bagian utara pulau bali merupakan wilayah dengan luas wilayah yang paling besar yakni 1.365,88
km2(24,23%), sementara Kota Denpasar merupakan wilayah yang paling kecil yang terselat dibagian selatan pulau
Bali dengan luas wilayah 127.78 km2 (2,26%).
Kembali
Provinsi Bali memiliki empat buah danau, yakni Danau Beratan, Danau Buyan, Danau Tamblingan, dan
Danau Batur pada bagian utara, sedangkan bagian selatan Bali adalah dataran rendah yang dialiri sungai-sungai,
seperti sungai Tukad Ayung 62.500 meter dan sungai sungai lainnya.
Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari
barat ke timur dan di antara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi, yakni Gunung Agung yang
merupakan titik tertinggi di Bali setinggi 3.142 meter. Gunung berapi lainnya yang terletak di Pulau Bali ialah
Gunung Batur (1.717 meter) berlokasi di Bangli. Sedangkan gunung yang tidak berapi antara lain adalah Gunung
Merbuk (1.356 meter) di Jembrana, Gunung Patas (1.414 meter) di Buleleng, dan Gunung Seraya (1.058 meter) di
Karangasem, serta beberapa gunung lainnya. Adanya pegunungan tersebut menyebabkan daerah Bali secara
geografis terbagi menjadi dua bagian yang tidak sama, yakni Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan
kurang landai, serta Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai.
Jenis tanah yang ada di Bali sebagian besar didominasi oleh tanah Regusol dan Latasol serta sebagian kecil
saja terdapat jenis tanah Alluvial, Mediteran, dan Andosol.
Cakupan wilayah untuk masing-masing jenis tanah di Provinsi Bali berbeda-beda, diantaranya :
Tabel 2. Jenis Tanah dan Wilayah Cakupannya di Provinsi Bali
Jenis
Wilayah Sifat
Tanah
Tersebar tersebar di bagian barat sampai Kalopaksa,
Petemon, Ringdikit, dan Pempatan,di sekitar Gunung
Sangat Peka Terhadap
Latosol Penyu, Gunung Pintu, Gunung Juwet, dan Gunung Seraya
Erosi
yang secara keseluruhan meliputi 44,90 persen dari luas
Pulau Bali.
Regusol Terdapat di bagian timur Amlapura sampai Culik. Jenis Sangat Peka Terhadap
tanah ini terdapat juga di Pantai Singaraja sampai Seririt, Erosi
Bubunan, Kekeran di sekitar Danau Tamblingan, Buyan,
dan Beratan, sekitar Hutan Batukaru, serta sebagian kecil
di Pantai Selatan Desa Kusamba, Sanur, Benoa, dan Kuta.
Jenis tanah ini meliputi sekitar 39,93 persen dari luas
Pulau Bali.
Terdapat di sekitar Baturiti, Candikuning, Banyuatis,
Andosol Gobleg, Pupuan, dan sebagian kelompok hutan Gunung Peka Terhadap Erosi
Batukaru.
Terdapat i Jazirah Bukit Nusa Penida dan kepulauannya, Kurang Peka Terhadap
Mediteran
Bukit Kuta, dan Prapat Agung. Erosi
Terdapat di dataran Negara, Sumber Kelampok, Manggis,
Kurang Peka Terhadap
Alluvial dan
Erosi
Angantelu.
Sumber : BPS Provinsi Bali 2018
Kependudukan
Kembali
Berdasarkan angka proyeksi penduduk tahun 2017 tercatat jumlah penduduk di Bali sebanyak 4.246,5 ribu
jiwa yang terdiri dari 2.138,4 ribu jiwa (50,36%) penduduk laki-laki dan 2.108,1 ribu jiwa (49,64%) penduduk
perempuan. Jumlah penduduk tahun 2017 ini naik 1,10 persen dari sebelumnya 4.200,1 ribu jiwa. Dengan luas
wilayah 5.636,66 km2, maka kepadatan penduduk di Bali telah mencapai 753 jiwa/km2.
Jumlah Pertumbuhan
Kabupaten/Kota
Penduduk Penduduk
Jembrana 276.6 0.70
Tabanan 443.5 0.66
Badung 656.9 2.40
Gianyar 508.1 0.99
Klungkung 178.3 0.56
Bungli 226.2 0.62
Karangasem 414.8 0.57
Buleleng 657.2 0.65
Denpasar 930.6 2.09
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2019
Wilayah dengan jumlah penduduk paling tinggi ialah Kota Denpasar dengan pertumbuhan penduduk sebesar
2.09. Dengan luas wilayah yang kecil dan besarnya jumlah penduduk, Kota Denpasar menjadi wilayah dengan
tingkat kepadatan yang paling tinggi yakni sebesar 7282 jiwa/km2. Sangat berbeda jauh dengan Kabupaten
Jembrana yang merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk yang paling kecil di barat Pulau Bali
dengan kepadatan 328.58 jiwa/km2.
Tabel 4. Persentase Penduduk , Kepadatan Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, 2018
Kepadatan
Kabupaten Persentase Rasio Jenis
Penduduk
/ Kota Penduduk Kelamin
jiwa/km2
Jembrana 6.4 328.58 98.56
Tabanan 10.33 437.43 98.61
Badung 15.30 1569.20 104.13
Gianyar 11.84 1380.71 101.87
Klungkung 4.15 566.03 97.89
Bungli 5.27 460.96 102.33
Karangasem 9.66 494.08 100.19
Buleleng 15.31 481.56 99.21
Denpasar 21.68 7282.83 104.30
Sumber : BPS Provinsi Bali 2019
Kondisi Perumahan
Kembali
Pada tahun 2018, dari sisi status kepemilikan bangunan tempat tinggal yang ditempati rumah tangga mencapai
71,75 persen Bali dengan status milik sendiri, 19.99 persen kontrak/sewa, 7.98 persen bebas sewa, dan 0.28 persen
rumah dinas. Kepemilikan bangunan di Bali didominasi oleh bangunan milik pribadi, dengan nilai persentase yang
lebih dari 61 persen kecuali Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Lebih dari setengah penggunaan bangunan di
Kota Denpasar menggunakan sistem kontrak/sewa yakni sebesar 53.59 persen dimana Kota Denpasar merupakan
kota tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi.
Tabel 5. Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Status Kepemilikan Bangunan
Tempat Tinggal yang Ditempati di Provinsi Bali, 2018
Bila mengacu pada nilai standar syarat rumah sehat (minimal 36 m2), rumah tangga di Bali sebagian besar
sudah didominasi oleh rumah rumah tangga yang sehat dengan luas lantai paling banyak sekitar 50-99 m 2 yakni
37.17 persen, luas lantai 100-149 sebesar 14.74 persen, dan ≥ 150 sebesar 10.22. Namun disamping itu masih perlu
diperhatikan bahwa besar nilai rumah dengan luas lantai ≤ 19 persen memiliki nilai yang cukup besar yakni 13.57
persen.
Tabel 6. Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Luas Lantai Tempat
Tinggal (m2) di Provinsi Bali, 2018
Luas Lantai Tempat Tinggal (M2)
Kabupaten/
Kota 20 – 50 – 100 –
≤ 19 ≥ 150 Jumlah
49 99 149
Jembrana 1.46 25.85 49.89 16.28 6.52 100.00
Tabanan 4.19 15.61 42.98 26.63 10.59 100.00
Badung 19.59 19.15 32.32 17.15 11.78 100.00
Gianyar 5.82 18.46 45.99 17.21 12.52 100.00
Klungkung 2.65 28.60 45.41 13.41 9.93 100.00
Bungli 2.31 34.72 47.09 9.99 5.88 100.00
Karangasem 2.94 31.99 50.62 9.64 4.82 100.00
Buleleng 4.53 35.20 44.97 10.37 4.93 100.00
Denpasar 34.79 19.83 16.44 13.09 15.86 100.00
Bali 13.57 24.30 37.17 14.74 10.22 100.00
Sumber : BPS Provinsi Bali 2019
Kondisi fisik suatu bangunan sangat mempengaruhi aktivitas yang berlangsung didalamnya. Kondisi fisik
bangunan pun menjadi salah satu tolak ukur untuk menilai kesejahteraan pada masyarakat.Bila melihat kondisi
fisik bangunan pada bagian atap, dengan iklim tropis yang ada, bangunan-bangunan di Bali sebagian besar
menggunakan atap dari bahan genteng sebesar 77.10 persen sedangka atap dengan bahan lain seperti seng, beton,
asben, bambu, jerami ialah sebesar 11.70 persen, 2.31 persen, 8.75 persen, o.07 persen dan 0.06 persen.
Pada bagian dinding, kondisi bangunan hampir seluruhnya merupakan dinding tembok yakni sebesar 96.73
persen. Banhan dinding jenis lain yang digunakan pada bangunan di Bali adalah anyaman bambu, kayu/papan,
bambu dan lainnya hanya sebagian kecil bangunan.
Jenis lantai yang digunakan pun dominan merupakan lantai bukan tanah. Bangunan-bangunan menggunakan
lantai keramik yakni sebesar 74.66 persen, dan bahan semen/bata merah sebesar 20.18 persen.
Tabel 8. Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Bahan Bangunan Utama Atap
Rumah Terluas di Provinsi Bali, 2018
Tabel 9. Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Bahan Bangunan Utama Dinding
Rumah Terluas di Provinsi Bali, 2018
Tabel 10. Distribusi Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Terluas Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, 2018
Jenis Lantai
Kabupaten/
Bukan Jumlah
Kota Tanah
Tanah
Jembrana 98.64 1.36 100.00
Tabanan 99.99 1.00 100.00
Badung 100.00 0 100.00
Gianyar 99.21 0.79 100.00
Klungkung 98.97 1.03 100.00
Bungli 97.32 2.68 100.00
Karangasem 98.03 1.97 100.00
Buleleng 95.07 4.93 100.00
Denpasar 98.83 1.17 100.00
Sumber : BPS Provinsi Bali 2019
Tabel 11. Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Bahan Bangunan Utama Lantai
Rumah Terluas di Provinsi Bali, 2018
Dalam keberlanjutan kehidupan, manusia perlu mendukung aktivitas dengan penyediaan kebutuhan-kebutuhan
pokok serta kebutuhan tambahan. Untuk menunjang aktivitas dan kenyaman kehidupan didalam lingkungan
perumahan permukiman sangat dibutuhkan prasarana-prasara yang mendukung.
Sebagai kebutuhan pokok akan air, Bali menggunakan berbagai macam sumber air. Sumber air dengan
penggunaan terbanyak di ialah berupa air dalam kemasan yakni sebesar 90.43 persen, dan sumber air Leding yakni
sebesar 22.06 persen. Sumber air lain yang digunakan di Bali ialah berupa sumber air pompa, mata air, dan sumur.
Untuk kegiatan memasak kebutuhan akan bahan bakar di Bali menggunakan macam-macam jenis bahan
bakar, namun bahan bakar yang paling domnian di gunakan ialah Gas Elpiji yakni sebesar 74.94 persen, dan Kayu
sebesar 18.63 persen. Masyarakat Bali yang menggunakan listrik untuk kegiatan memasak ialah sebasar 1.87
persen, dan masyarakat juga masih menggunakan minyak tanah yakni sebesar 0.20 persen.
Tabel 13. Distribusi Persentase Rumah Tangga Menurut Bahan Bakar Utama untuk Memasak
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, 2018
Untuk menunjang aktivitas yakni penyediaan sumber-sumber penerangan, Bali mengandalkan listrik yang
bersumber dari PLN. Hampir seluruh sumber kebutuhan penerangan listrik di bali di penuhi oleh PLN yakni
sebesar 99.81 persen. Hanya Kabupaten Buleleng yang memiliki sumber listrik lain yakni sebesar 0.10 persen
untuk kebutuhannya. Sumber penerangan lainnya tidak berupa listrik.
Sumber Penerangan
Kabupaten/ Listrik Jumlah
Kota Listrik Bukan Total
Non-
PLN Listrik
PLN
Jembrana 100.00 0 0 100.00
Tabanan 100.00 0 0 100.00
Badung 100.00 0 0 100.00
Gianyar 100.00 0 0 100.00
Klungkung 99.71 0 0.29 100.00
Bungli 99.07 0 0.93 100.00
Karangasem 99.83 0 0.17 100.00
Buleleng 99.61 0.10 0.29 100.00
Denpasar 99.77 0 0.23 100.00
Bali 99.81 0.01 0.18 100.00
Sumber : BPS Provinsi Bali 2019
Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang dapat senantiasa memberikan penghidupan yang aman dan
nyaman bagi penghuninya. Untuk terus menjaga kenyamanan lingkungan, maka harus dibangun sarana yang
mendukung dimana salah satunya ialah fasilitas tempat pembuangan air besar. Mengingat permukiman yang tidak
terlepas dari kegiatan-kegiatan yang lain makan fasilitas pembuangan sangatlah penting untuk disediakan dengan
sistem yang baik agar tidak menganggu aktivitas lain.
Di Bali penggunaan fasilitas pembuangan sebagian besar telah dimiliki secara pribadi yakni sebesar 78.65
persen, penggunaan bersama pun sebesar 15.01 persen. Disisi lain masih ada wilayah-wilayah yang masyarakatnya
tidak menggunakan maupun tidak memiliki fasilitas pembuangan seperti Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung,
Gianyar, Klungkung, Bungli, Karangasem, dan Buleleng. Wilayah dengan persetase terbesar tidak adanya fasilitas
pembuangan ialah Kabupaten Karangasem yakni sebesar 16.99 persen.
Sementara untuk sistem sanitasi, dari tahun ke tahun dalam kurun waktu 5 ( lima) tahun terakhir sudah
mengalami peningkatan akses sanitasi dimana pada tahun 2014 sebesar 79.83 persen pada tahun 2018 telah
mencapai 89.92 persen. Kabupaten Bungli adalah Kabupaten yang sistem sanitasinya paling rendah terhadap akses
sanitasi.
Tabel 15. Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat
Penggunaan Fasilitas
Kabupaten/
MCK Tidak Tidak Total
Kota Sendiri Bersama
Umum Menggunakan Ada
Jembrana 72.87 20.69 0.02 0.17 6.25 100.00
Tabanan 86.86 8.98 0 0.18 3.99 100.00
Badung 86.86 12.09 0.22 0 0.83 100.00
Gianyar 81.32 15.80 0 0.15 2.73 100.00
Klungkung 81.58 11.37 0.12 0 6.94 100.00
Bungli 59.32 24.42 0.15 0.28 15.83 100.00
Karangasem 64.78 17.89 0 0.34 16.99 100.00
Buleleng 68.22 17.88 0.11 0 13.79 100.00
Denpasar 86.86 12.88 0.26 0 0 100.00
Bali 78.65 15.01 0.13 0.09 6.13 100.00
Sumber : BPS Provinsi Bali 2019
Tabel 16. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Akses Terhadap Sanitasi
Kembali
Bali yang terkenal sebagai kota Pariwisata nasional maupun dunia, menjadi daya tarik bagi masyarakat-
masyarakat luar baik untuk berwisata, membuka lapangan usaha maupun untuk mencari pekerjaan. Hal ini
berdampak pada tuntutan kebutuhan tempat tinggal baik dalam kurun waktu yang singkat maupun dalam jangka
waktu periode tertentu dan jangka panjang. Ditengah perkembangan Provinsi Bali yang terus berjalan, masih
terdapat hunian-hunian (rumah) yang tergolong tidak layak huni.
Berdasarkan data, jumlah RTLH di provinsi Bali ialah sebesar 3613, terbanyak terdapat di Kabupaten Tabanan
dan Kabupaten Buleleng yakni sebesar 1600 unit dan 1549 unit.
Jumlah Rumah
Kabupaten/
Tidak Layak
Kota
Huni
Jembrana 321
Tabanan 1600
Gianyar 100
Karangasem 5
Buleleng 1549
Denpasar 38
Total 3613
*Data Sementara
Jumlah backlog di Provinsi Bali ialah 1055, dimana kabupaten Gianyak dan Kabupaten Buleleng memiliki
jumlah terbanyak sebesar 415 KK dan 253 KK.
Kembali
Dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali No 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Bali Tahun
2009-2019, Pasal 95 ayat 2 (b) dikatakan bahwa ketinggian bangunan yang memanfaatkan
ruang udara di atas permukaan bumi dibatasinmaksimum 15 (lima belas) meter, kecuali bangunan umum dan
bangunan khusus yang memerlukan persyaratan ketinggian lebih dari 15 (lima belas) meter, seperti: menara
pemancar, tiang listrik tegangan tinggi, mercu suar, menara-menara bangunan keagamaan, bangunan-bangunan
untuk keselamatan penerbangan, bangunan pertahanan keamanan, dan bangunan khusus untuk kepentingan
keselamatan dan keamanan umum lainnya berdasarkan pengkajian dengan memperhatikan keamanan,
kenyamanan, dan keserasian terhadap lingkungan sekitarnya, serta dikoordinasikan dengan instansi terkait.
Tentang ketentuan tinggi bangunan dengan tinggi maksimum 15 meter, salah satu dasarnya adalah Bhisama
Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) yakni Agama Hindu dalam kitab sucinya yaitu Weda-weda telah
menguraikan tentang apa yang disebut dengan tempat-tempat suci dan Kawasan Suci, Gunung, Danau, Campuan
(pertemuan sungai), Pantai, Laut dan sebagainya diyakini memiliki nilai- nilai kesucian yang saat ini. Yang
menjadi dasar ketinggian bangunan maksimal hanya 15 meter atau sama dengan pohon kelapa.
Terkait arsitektur bangunan, terdapat aturan khusus seperti di Kabupaten Badung, Aturan khusus ini juga
diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Badung. Berdasarkan Perda Nomor 3 Tahun 2016 tentang Bangunan
Gedung menyebutkan bahwa arsitektur bangunan harus memenuhi beberapa persyaratan unsur kearifan lokal.
Persyaratan tersebut meliputi penampilan luar gedung harus memiliki karakteristik arsitektur Bali. Selain itu,
bangunan gedung juga harus memiliki nilai-nilai luhur serta identitas budaya Bali. Apabila bangunan gedung
terletak berdampingan dengan bangunan yang dilestrasikan, maka arsitektur bangunan harus dirancang dengan
mempertimbangkan kaidah estetika bentuk dan karakteristik dari arsitektur bangunan gedung yang dilestarikan.
Kembali
Tanah yang dipilih untuk lokasi membangun perumahan diusahakan tanah yang miring ke timur atau miring
ke utara, pelemahan datar (asah), pelemahan inang, pelemahan marubu lalah (berbau pedas).
Tanah yang patut dihindari sebagai tanah lokasi membangun perumahan adalah :
Tanah- tanah yang tidak baik (ala) tersebut di atas, dapat difungsikan sebagai lokasi membangun perumahan
kalau disertai dengan upacara/upakara agama yang ditentukan, serta dibuatkan palinggih yang dilengkapi dengan
upacara/upakara pamarisuda.
Sumber :
http://datartlh.perumahan.pu.go.id/mdashboard/
http://phdi.or.id/page/bhisama-phdi
Peraturan Daerah Provinsi Bali No 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Bali Tahun 2009-
2019
https://properti.kompas.com/read/2018/07/17/132329921/sebelum-bangun-rumah-atau-gedung-cek-dulu-
aturan-ini.
http://www.infobudaya.net
FacebookTwitterLinkedInWhatsappEmail
Berikan Feedback/ Saran untuk Profil PKP ini.
Related Posts
Profil PKP Provinsi Maluku Utara
Profil PKP Provinsi Sulawesi Barat
Profil PKP Provinsi Kalimantan Barat
Profil PKP Provinsi Sulawesi Tengah
Profil PKP Provinsi
Profil
FAQ
Daftar Istilah
Hubungi Kami
TAUTAN
Mengenal PKP
RP3KP
POKJA PKP
Profil PKP Provinsi
ALAMAT
Jl Ipda Tut Harsono No. 26 Yogyakarta
Phone: +62 274 555 185
Email: info@perkim.id
Search for:
?