Anda di halaman 1dari 27

Seminar Tugas Akhir

BAB III
STUDI PENGADAAN PUSAT PELESTARIAN KESENIAN WAYANG KULIT
TRADISIONAL BALI DI BADUNG

3.1 Latar Belakang Pemilihan Lokasi di Badung


Kabupaten Badung merupakan salah satu dari 9 Kabupaten yang terdapat di Provinsi
Bali dan terletak ditengah-tengah Pulau Bali membujur dari utara sampai ujung selatan.
Badung memiliki potensi yang cukup besar di bidang kesenian. Ini terlihat dari banyaknya
sekaa-sekaa kesenian yang tersebar di keenam wilayah kecamatan yang ada di Badung.
Selain itu, apresiasi dari pemerintah dalam hal kesenian Bali juga sudah terlihat baik
dengan diselipkannya perlombaan-perlombaan di bidang kesenian setiap tahunnya pada
rangkaian acara ulang tahun Kabupaten Badung. Dengan langkah tersebut, Kabupaten
Badung telah berupaya agar kesenian-kesenian yang ada di Badung bisa terus berjalan dan
berkembang tanpa menghilangkan jati diri dari kesenian tersebut.

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 36


Seminar Tugas Akhir

3.2 Gambaran Umum Kabupaten Badung


Gambaran umum Kabupaten Badung dapat dilihat dari kondisi fisik maupun kondisi
non fisik yaitu sebagai berikut:

3.2.1 Kondisi Fisik Kabupaten Badung


A. Letak Geografis Kabupaten Badung
Secara geografis, Kabupaten Badung terletak pada koordinat 08º 14' 20” - 08º
50' 48” LS (lintang selatan) dan 115º 05' 00” - 115º 26' 16” BT (Bujur Timur).
Terletak ditengah-tengah Pulau Bali membujur dari utara sampai ujung selatan.

Gambar 3.1 Peta Provinsi Bali


Sumber : www.google.com
Gambar 3.2 Peta Kabupaten Badung
Sumber : www.google.com

Luas wilayah Kabupaten Badung adalah 418,52 km² atau sekitar 7,43 % dari
dataran Pulau Bali dan terbagi atas 6 wilayah kecamatan yaitu dengan luas masing-
masing kecamatan sebagai berikut :

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 37


Seminar Tugas Akhir
Tabel 3.1 Kecamatan di Kab Badung

No Kecamatan Luas Wilayah


1. Petang 115 km²
2. Abiansemal 69,01 km²
3. Mengwi 82 km²
4. Kuta 17,52 km²
5. Kuta Utara 33,86 km²
6. Kuta Selatan 101,13 km²

Sumber : Badung dalam angka 2013

Letak Kabupaten Badung yang berada di tengah-tengah pulau Bali menjadikan


batas-batas wilayah kabupaten sebagai berikut:
a. Sisi utara berbatasan dengan Kabupaten Buleleng
b. Sisi timur berbatasan dengan Kabupaten Gianyar dan Bangli
c. Sisi selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
d. Sisi barat berbatasan dengan Kabupaten Tabanan

B. Keadaan Topografi
Wilayah Kabupaten Badung terletak pada ketinggian 0 – 2.075 meter di atas
permukaan laut (DPL). Jika dilihat dari masing-masing kecamatan mulai dari utara
ke selatan yaitu Kecamatan Petang dari 275 - 2.075 meter di atas muka laut,
Kecamatan Abiansemal dari 75,0 meter – 350 meter di atas muka laut, Kecamatan
Mengwi dari 0 - 350 meter di atas muka laut, Kecamatan Kuta dari 0 meter - 65
meter di atas muka laut.
Sebagian besar tanah di wilayah Kabupaten Badung tergolong jenis Inceptisols
berbahan induk abu vulkan intermedier dan tuf. Disamping itu terdapat pula jenis
tanah Andisol dari bahan induk yang sama terdapat di daerah hutan lindung yang
berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, dan jenis tanah Entisols terdapat di sekitar
dataran pantai Kuta.
Implikasi Terhadap Rancangan : Dengan mengetahui keadaan topografi
tanah dari suatu daerah, maka dapat membantu dalam proses perancangan terutama
dalam penentuan letak massa bangunan. Keadaan topografi yang dibutuhkan yaitu
relatif datar, memiliki kemiringan ±3-5%. Dengan kemiringan tersebut, tapak sudah

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 38


Seminar Tugas Akhir

memiliki sistem drainase air hujan yang cukup baik, sehingga resiko genangan air
dalam rancangan bisa diminimalkan.

C. Keadaan Geologi
Struktur geologi Kabupaten Badung sebagian besar merupakan produk gunung
api muda yang terdiri dari breksi vulkanik, tufa pasiran dan endapan lahar. Sebagian
kecil daerah pesisir sekitar Kuta merupakan daerah alluvial endapan pantai yang
tersusun dari pasir, sedangkan di daerah selatan merupakan bukit kapur yang berasal
dari batu gamping, batu pasir gampingan dan napal.
Implikasi Terhadap Rancangan : Dengan mengetahui keadaan geologi tanah
dari suatu daerah, maka dapat ditentukan jenis-jenis pondasi yang bisa digunakan
dalam proses perancangan nantinya sehingga ini akan berpengaruh pada hasil
rancangan itu sendiri.

D. Keadaan Klimatologi
Sama halnya dengan daerah lainnya, Kabupaten Badung mengalami dua musim
yakni musim kemarau dan musim penghujan. Suhu udara berkisar antara 22,9ºC
yang merupakan suhu terendah dan suhu tertinggi mencapai 31,2ºC. Sementara itu
kelembaban udara berkisar antara 80% - 86%. Kelembaban tertinggi biasanya terjadi
pada bulan April, sementara kelembaban terendah terjadi pada bulan Januari.
Implikasi Terhadap Rancangan : Dengan kata lain, daerah ini memiliki iklim
tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi, sehingga ini akan mempengaruhi
bentuk rancangan nantinya. Pada umumnya sebuah rancangan arsitektur patut
memperhitungkan iklim agar terjadi keselarasan di antara arsitektur dan lingkungan
itu sendiri. Karena berada di wilayah iklim tropis, maka bentuk rancangan nantinya
adalah akan memperhatikan arsitektur tropis.

3.2.2 Kondisi Non Fisik Kabupaten Badung


A. Kependudukan
1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Pendataan terakhir sampai tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Badung
sebanyak 420.075 jiwa, terdiri dari 210.786 jiwa penduduk laki-laki dan 209.289 jiwa
penduduk perempuan.

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 39


Seminar Tugas Akhir

Penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Mengwi (27,92%) dan Abiansemal


(20,85%). Sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Petang (7,31%),
dan di kecamatan lainnya berkisar 10,12% – 18,27%.
Jika dilihat dalam kurun waktu selama 5 tahun terhitung dari tahun 2008-2012,
pertumbuhan penduduk di Kabupaten Badung mengalamai pertumbuhan yang pesat.
Terjadi peningkatan jumlah penduduk di setiap tahunnya dan paling besar terjadi di
tahun 2012. Berikut merupakan tabel laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Badung
dari tahun 2008-2012.

Tabel 3.2 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Pnduduk Kabupaten Badung tahun 2008-2012

Jumlah Penduduk Pertumbuhan


No Tahun
(Jiwa) Penduduk (%)
1. 2008 383.880 1,70
2. 2009 388.514 1,21
3. 2010 393.020 1,16
4. 2011 399.861 1,74
5. 2012 420.075 5,06

Sumber : Badung dalam angka 2013

Implikasi Terhadap Rancangan : Dengan mengetahui jumlah penduduk, maka


dapat ditentukan jumlah atau kapasitas pengunjung yang akan ditampung dalam Pusat
Pelestarian ini dengan menggunakan rumus proyeksi.

B. Sosial Budaya
Dalam aspek sosial budaya, Kabupaten Badung, menganut konsep-konsep Budaya
Bali yang Relevan dengan Tata Ruang, yaitu sebagai berikut :

1. Konsep Hubungan Manusia, Alam, dan Tuhan


a. Manik ring cecupu
Hubungan manusia selaku bhuana alit dengan alam semesta selaku bhuana agung
ibarat hubungan janin (manik) di dalam rahim (cecupu). Manusia memperoleh ruang,
sumber kehidupan, dan penghidupan dari alam semesta. Oleh karena itulah, bhuana

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 40


Seminar Tugas Akhir

agung harus dijaga agar dapat memberikan manfaat berkelanjutan bagi kesejahteraan
umat manusia.
b. Tri Hita Karana
Istilah Tri Hita Karana muncul pertama kali pada tanggal 11 Nopember 1966
pada waktu diselenggarakan Konferensi Daerah I Badan Perjuangan Umat Hindu Bali
bertempat di Perguruan Dwijendra Denpasar, secara leksikal berarti tiga unsur
penyebab kesejahteraaan yaitu Sanghyang Jagatkarana/Tuhan (parhyangan), Bhuana
(palemahan), dan Manusia (pawongan). Dari pengertian tersebut berkembang ke
konsep keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan
alam lingkungannya, dan manusia dengan sesamanya.
c. Hulu-teben
Penataan ruang memperhatikan konsep hulu yang bernilai utama dan teben yang
berniali nista. Hulu dan teben secara horizontal berorientasi ke gunung (atau
pegunungan) dan ke laut atau Timur dan Barat atau Atas dan Bawah. Fungsi-fungsi
pokok yang bernilai utama diletakkan di hulu sedangkan yang sebaliknya di letakkan
di teben. Pada masa Kerajaan Mengwi, Badung mengambil gunung-gunung di
Wilayah Kerajaan Tabanan sebagai hulu terutama Gunung Watukaru, sedangkan
Mengwi mengambil hulu ke Pucak Mangu di Gunung Catur. Setelah penyatuan
Mengwi dengan Badung maka deretan pegunungan dari Watukaru sampai ke Gunung
Catur menjadi orientasi arah utama. Sedangkan saat ini dengan batas-batas wilayah
kabupaten maka deretan pegunungan yang ada di bagian utara desa-desa Pelaga dan
Belok menjadi orientasi hulu atau kawasan utama mandala Wilayah Kabupaten
Badung.
d. Luhur-sor
Secara vertikal maka bagian atau daerah atas menjadi orientasi hulu yang bernilai
utama. Hal ini konkuren dengan konsep bhuana dalam tataran tri loka di mana alam
swah atau swah loka yang bernilai utama berada paling atas dua alam yang lain, bhur
dan bhuwah loka.
e. Pengider-ider
Konsep pengider-ider mendasari terbentuknya pola sangamandala dengan
pusatnya di tengah-tengah dan mendasai pola catuspatha yang menjadi kerangka
penataan letak-letak fungsi-fungsi pokok perkotaan di masa kerajaan seperti puri
sebagai pusat pemerintahan, pasar sebagai pusat jual beli, kalangan dengan bangunan

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 41


Seminar Tugas Akhir

wantilan-nya sebagai tempat hiburan, dan taman dengan bale lantang-nya sebagai
ruang terbuka hijau untuk rekreasi kota.

2. Konsep Struktur Nilai Ruang


Kabupaten Badung berada di belahan selatan Pulau Bali sehingga secara regional
(wilayah kabupaten) maka berlaku struktur nilai dalam pola linier tri mandala yaitu utama
mandala ada di kawasan utara yang didominasi oleh Kecamatan Petang, madya mandala
ada di kawasan tengah yang didominasi oleh Kecamatan Mengwi dan Abiansemal, dan
kanista mandala ada di kawasan selatan yang didominasi oleh Kecamatan Kuta, Kuta
Utara, dan Kuta Selatan. Secara tradisi, dalam tata ruang kota tersirat menggunakan
bingkai struktur nilai ruang yang berpola sanga mandala, baik yang diturunkan dari
konsep pengider-ider maupun yang dijabarkan dari pola tri mandala.
Implikasi Terhadap Rancangan : Dengan ini, pada proses perancangan proyek
nantinya akan memperhatikan nilai-nilai sosial budaya yang ada di Kabupaten Badung.
Dengan menerapkan konsep-konsep ini akan membantu pelestarian nilai-nilai sosial
budaya yang berhubungan atau memiliki relevansi dengan tata ruang.

C. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Badung


Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Badung, dijabarkan dalam tiga bagian
dari kabupaten Badung yang dikategorikan sebagai wilayah Badung Utara, Badung
Tengah dan Badung Selatan. Masing-masing wilayah pengembangan ini memiliki strategi
yang berbeda-beda dalam pemanfaatan pengembangan ruangnya. Dari strategi itulah
nantinya dapat ditentukan wilayah yang cocok untuk pembangunan Pusat Pelestarian
Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali sehingga bisa berfungsi dengan baik bisa tepat
sasaran.

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 42


Seminar Tugas Akhir

Wilayah Pengembangan Badung


Utara, terdiri dari

 Kecamatan Petang
 Sebagian dari Kecamatan
Abiansemal

Wilayah Pengembangan Badung


Tengah yaitu

 Kecamatan Mengwi
 Sebagian dari Kecamatan
Abiansemal

Wilayah Pengembangan Badung


Selatan, terdiri dari

 Kecamatan Kuta
 Kecamatan Kuta Utara
 Kecamatan Kuta Selatan

Gambar 3.3 Peta Pengembangan Wilayah Kab. Badung


Sumber : www.google.com

1. Wilayah Badung Utara


Strategi pengembangan Wilayah Badung Utara dengan fungsi utama konservasi
dan pertanian terintegrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf d,
meliputi:
 Melindungi dan melestarikan Kawasan Hutan Lindung yang terdapat di Desa
Pelaga, Kecamatan Petang
 Mengembangkan hutan rakyat sebagai Kawasan penyangga hutan lindung yang
berorientasi pada keberlanjutan lingkungan hidup
 Mengendalikan Pemanfaatan Ruang pada Kawasan tangkapan air hujan dan
Kawasan Resapan Air

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 43


Seminar Tugas Akhir

 Mengembangkan pertanian terintegrasi yang berorientasi Sistem Agribisnis


meliputi penyediaan sarana-prasarana produksi, pengolahan hasil, pemasaran
dan dukungan lembaga keuangan, penyuluhan dan penelitian
 Mengembangkan kelembagaan usaha ekonomi petani yang efektif,efisien, dan
berdaya saing dengan didukung sarana dan prasarana yang memadai
 Mengembangkan KDTWKp dan DTW berbasis Agrowisata dan Ekowisata.

2. Wilayah Badung Tengah


Strategi pengembangan Wilayah Badung Tengah dengan fungsi utama pertanian
berkelanjutan, Ibu Kota Kabupaten dan pusat pelayanan umum skala regional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf e, meliputi :
 Mengembangkan Kawasan Peruntukan Pertanian sebagai Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan dan mengendalikan alih fungsi lahan pertanian beririgasi
dalam rangka ketahanan pangan, pelestarian lingkungan dan pelestarian budaya
 Mengembangkan sistem jaringan prasarana pada Kawasan Perkotaan
Mangupura yang terintegrasi dengan sistem jaringan prasarana Kawasan
Perkotaan Sarbagita
 Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Mangupura sehingga
mencerminkan perannya sebagai Ibu Kota Kabupaten dan pusat pelayanan
umum skala regional
 Melindungi, merevitalisasi, rehabilitasi, preservasi dan/atau restorasi warisan
budaya yang memiliki nilai-nilai sejarah
 Mengembangkan IKM yang berkualitas dan ramah lingkungan melalui
pengembangan kapasitas sumberdaya manusia, permodalan, teknologi serta
akses terhadap pasar.

3. Wilayah Badung Selatan


Strategi pengembangan Wilayah Badung Selatan dengan fungsi utama
kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf f, meliputi:
 Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang pada Kawasan Pariwisata Nusa Dua,
Tuban dan Kuta didukung penyediaan infrastruktur yang memadai berstandar
internasional

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 44


Seminar Tugas Akhir

 Mengembangkan sistem jaringan transportasi terpadu untuk meningkatkan


aksesibilitas menuju pusat-pusat kegiatan kepariwisataan
 Mengembangkan Kawasan wisata belanja yang dilengkapi saranaprasarana
pariwisata dan pusat perbelanjaan
 Melestarikan Kawasan Lindung dan mengendalikan pembangunan pada
Kawasan rawan bencana yang berbasis mitigasi
 Mengembangkan Kawasan pesisir dan laut secara terpadu sebagai aset utama
kepariwisataan yang berkelanjutan.
Berdasarkan uraian mengenai strategi Pengembangan Wilayah Kabupaten
Badung di atas, maka dapat ditentukan alternatif lokasi proyek Pusat Pelestarian
Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali yaitu di Badung Tengah.
Pertimbangan pemilihan lokasi di Badung Tengah karena strategi
pengembangannya yaitu mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan
Mangupura sehingga mencerminkan perannya sebagai Ibu Kota Kabupaten dan
pusat pelayanan umum skala regional dan melindungi, merevitalisasi, rehabilitasi,
preservasi dan/atau restorasi warisan budaya yang memiliki nilai-nilai sejarah.

3.2.3 Tinjauan Khusus Perkembangan Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di


Badung
Tinjauan khusus pembangunan Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit
Tradisional Bali di Badung dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana perkembangan
kesenian ini di daerah Badung. Dengan mengetahui perkembangannya maka akan dapat
diketahui potensi yang ada serta masalah-masalah yang timbul dalam kesenian wayang
kulit tradisional Bali ini.
A. Kondisi Unsur-unsur Pendukung Seni Wayang
1. Dalang
a. Jumlah Dalang dan Sekaanya
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung,
jumlah Dalang dan Sekaanya yang ada di Badung dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini.

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 45


Seminar Tugas Akhir

Tabel 3.3 Jumlah Dalang dan Sekaanya di Kabupaten Badung

Tahun
No. Kecamatan
2006 2009 2012
1. Petang 18 15 9
2. Abiansemal 25 25 21
3. Mengwi 39 27 20
4. Kuta 6 5 2
5. Kuta Utara 12 10 5
6. Kuta Selatan 4 2 -
Jumlah/ tahun 104 84 57

Sumber : Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung Tahun 2006-2012

Dari tabel di atas, dapat dilihat pendataan dilakukan 3 tahun sekali. Dari
tahun 2006 sampai terakhir tahun 2012, terus terjadi penurunan jumlah sekaa
dan dalang sehingga ini bisa menjadi masalah terhadap perkembangan kesenian
wayang kulit tradisional ini. Penurunan jumlah sekaa ini diperkirakan karena
usia dalang dan dalang yang kurang mendapat respon atau tanggapan dari
masyarakat sehingga jarang mendapatkan kesempatan pentas, sehingga lama-
kelamaan profesinya sebagai dalang ditinggalkan.
b. Kualitas Dalang
Berbicara mengenai kualitas Dalang, tentu ada perbedaan antara Dalang pada
jaman dulu dengan Dalang pada saat ini. Perbedaan itu, terlihat dari bagaimana
seseorang tersebut bisa menjadi seorang Dalang. Pada jaman dulu untuk
menjadi seorang Dalang, seseorang harus Nyantrik (langsung belajar ke seorang
Dalang). Jika yang ingin menjadi Dalang berasal dari lingkungan keluarga,
orang tersebut harus mulai ikut mengikuti pertunjukan wayang dengan menjadi
seorang Ketengkong (pengiring/pembantu Dalang). Setelah itu akan diawali
dengan pengetahuan spiritual dan diwajibkan untuk menghafal dan memahami
mantra dalam Dharma Pewayangan, etika pewayangan, dan pantangan Dalang.
Setelah itu, barulah seorang tersebut mulai menghafal kekawin dan lakon
pewayangan Parwa (cerita Mahabharata). Terakhir setelah orang tersebut hafal
dengan lakonnya, barulah mulai belajar gerakan wayang dan memainkannya.

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 46


Seminar Tugas Akhir

Dengan kata lain, proses untuk menjadi Dalang membutuhkan waktu berpuluh-
puluh tahun.
Sedangkan, pada saat ini, pendidikan menjadi Dalang sudah bisa melalui
pendidikan formal, dan terdapat perbedaan dalam proses pemelajarannya.
Dalam instansi pendidikan proses belajar menjadi Dalang dimulai dari
pengetahuan umum mengenai wayang dan teknis memainkan wayang, setelah
itu, barulah mempelajari Dharma Pewayangan (kitab yang berisikan mantra-
mantra serta aturan-aturan untuk menjadi seorang Dalang) berupa mantra-
mantra dan lainnya. Dan pendidikannya pun terbilang cukup singkat sampai
seseorang tersebut bisa mempertunjukan wayang.
Dengan ini bisa dikatakan Dalang dahulu lebih memahami mantra-mantra
dalam Dharma Pewayangan karena dulu dituntut harus benar-benar
menguasainya sebelum mempelajari gerak wayang. Selain itu dengan
pengalaman mengikuti Dalang dan menjadi Ketengkong saat pertunjukan
wayang memberikan pelajaran langsung di lapangan sehingga saat terjun dalam
dunia pewayangan orang tersebut tidak buta akan pertunjukan wayang. Selain
hal tersebut, Dalang saat ini juga hanya fokus pada lakon Ramayana dan
Mahabharata (Parwa) karena kedua lakon tersebut bersifat multifungsi artinya
bisa digunakan untuk fungsi wali, bebali maupun balih-balihan, sehingga
penguasaan terhadap repertuar atau jenis-jenis wayang lainnya sangat kurang.
(Wicaksana, Wawancara, 2015)

2. Pengrajin Wayang
Saat ini, di Badung belum memiliki pengrajin wayang yang khusus membuat
wayang untuk dijual seperti di kawasan Sukawati, Gianyar. Namun, beberapa
Dalang di Badung seperti narasumber I Made Nuarsa memiliki kemampuan untuk
membuat wayang untuk kebutuhan pertunjukannya sendiri dan wayang tersebut
tidak diperjual-belikan.

3. Masyarakat Penanggap Kesenian Wayang


a. Wayang di tengah masyarakat
Seni pertunjukan wayang kulit di Bali masih dianggap mempunyai arti
yang penting dalam kehidupan masyarakat Bali terutama dalam hal upacara

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 47


Seminar Tugas Akhir

keagamaan. Keberadaan pertunjukan wayang kulit di Bali tidak bisa


dipisahkan dari kegiatan keagamaan umat Hindu di Bali. Secara garis besar
telah disebutkan di atas bahwa fungsi Wayang Kulit Tradisional Bali
memiliki tiga fungsi yaitu fungsi wali, bebali dan balih-balihan.
b. Minat Masyarakat
Mengenai minat masyarakat, terjadi perbedaan antara minat masyarakat
desa dan kota. Masyarakat di desa masih memiliki antusias yang tinggi untuk
menonton pertunjukan wayang baik yang berfungsi sebagai wayang wali,
bebali maupun balih-balihan. Pertunjukan wayang di desa masih menjadi
sebuah hiburan yang mendidik yang bisanyanya dipentaskan pada saat
piodalan di pura maupun saat ada upacara-upacara tertuntu di lingkungan
perumahan. Sedangkan hal ini berbanding terbalik dengan masyarakat
perkotaan yang kesannya sangat jauh dari kesenian wayang kulit ini.
Berdasarkan data yang diperoleh dari I Made Nuarsa, S.Sn. yang
berprofesi sebagai Dalang, pada tahun 2010 setelah beliau membuat rekaman
CD pertunjukan wayang inovatif, rata-rata setiap bulannya mendapatkan
tawaran pentas sebanyak 8 kali, namun di tahun-tahun berikutnya sampai
tahun 2015 ini, tawaran pentas menurun menjadi rata-rata 1-4 kali setiap
bulannya bahkan dalam 1 bulan tidak ada tawaran pentas. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi penurunan tanggapan masyarakat terhadap
pertunjukan wayang. Hal ini mungkin juga disebabkan oleh mahalnya budget
atau bayaran pentas pertunjukan wayang yang mencapai hingga nilai Rp
15.000.000 per sekali pentasnya untuk Wayang Inovatif. Berikut akan
ditampilkan dalam bentuk tabel mengenai jumlah rata-rata tawaran pentas.
per bulannya.
Tabel 3.4 Jumlah Tawaran Pentas Dalang I Made Nuarsa, S.Sn
No Tahun Rata-rata/bulan
1. 2010 8 kali
2. 2011 8 kali
3. 2012 7 kali
4. 2013 3-5 kali
5 2014 1-4 kali

Sumber : Nuarsa, Wawancara, 2015

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 48


Seminar Tugas Akhir

Data dari tabel di atas diperoleh dari kalender-kalender Dalang I Made


Nuarsa, dari tahun 2010-2014. Dapat dilihat terjadi penurunan intensitas
tawaran pentas wayang dari tahun ke tahun.
c. Tempat Pertunjukan
Tempat pertunjukan wayang kulit tergantung daripada jenis upacara dan
dimana upacara tersebut dilaksanakan. Jika suatu kegiatan upacara dilaksanakan
di pura dan bersifat sakral, pertunjukan wayang mengambil tempat di jeroan,
atau jaba pura. Sedangkan jika suatu upacara keagamaan dengan pertunjukan
wayang dilaksanakan di lingkungan rumah, tempat pertunjukannya mengambil
tempat di wantilan bahkan di lingkungan rumah perorangan tempat diadakannya
upacara tersebut.

B. Perkembangan Pertunjukan Wayang Kulit di Badung


Perkembangan Wayang Kulit di Badung dipengaruhi oleh kreativitas dari beberapa
Dalang yang ada di Badung serta dipengaruhi juga oleh kemajuan teknologi yang mampu
mendukung suatu pertunjukan wayang. Beberapa Dalang di Badung saat ini sudah mulai
menyajikan karya-karya atau pertunjukan wayang yang inovatif seperti Wayang Kulit
D’Kharbit, Wayang Joblar dan Wayang Cenkblong yang berada di luar daerah Badung.
1. Seniman Wayang
Perkembangan para Dalang dalam hal ini bisa diliat dari penggunaan bahasa.
Dalam pertunjukan wayang saat ini tidak hanya menggunakan bahasa Kawi dan
bahasa Bali, namun juga dengan bahasa Indonesia bahkan bahasa asing untuk
membuat pertunjukan wayang lebih menarik. Selain itu pengiring dari pertunjukan
wayang juga sudah berkembang, saat ini wayang-wayang inovatif seperti Wayang
D’Kharbit, Wayang Joblar maupun Wayang Cenkblong telah menggunakan lebih
dari dua ketengkong dengan beberapa sinden dan juga lebih banyak penabuh
gamelan sebagai iringan pertunjukannya. Saat ini, wayang kulit inovatif seperti
Wayang Kulit D’Kharbit, Joblar dan Cenkblong ini juga sudah memiliki video
rekaman pertunjukan wayangnya dalam bentuk CD yang dimanfaatkan untuk
keperluan ekonomis sekaligus secara tidak langsung membantu kegiatan pelestarian
berupa dokumentasi. (Nuarsa, Wawancara, 2015)

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 49


Seminar Tugas Akhir

2. Teknik Penggarapan
Perkembangan teknik penggarapan pertunjukan wayang dapat dilihat di jurusan
pedalangan ISI. Sesuai dengan hasil wawancara dengan I Made Nuarsa, seorang
dalang tamatan ISI, menceritakan pengalamannya saat menggarap sebuah
pertunjukan wayang kulit yang melibatkan 2-10 dalang dalam pertunjukan yang
bersamaan. Selain itu, dalam pertunjukan tersebut juga menggunakan Kelir dengan
ukuran yang besar di luar ukuran yang sering digunakan dalam pertunjukan wayang
biasa. Hal lainnya yaitu penggunaan cahaya lampu dengan tenaga listrik dan
pengiring gamelan dengan gong gede atau gong kebyar telah membuktikan bahwa
teknik penggarapan wayang telah mengalami perkembangan. (Nuarsa, Wawancara,
2015)

C. Perkembangan Jumlah Peminat Seni Pedalangan di Instansi-instansi


Pendidikan Formal
Di Bali terdapat dua instansi pendidikan yang memiliki jurusan seni pedalangan
dalam program keahlian yang ditawarkan didalamnya. Kedua instansi pendidikan tersebut
adalah SMKN 3 Sukawati dan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Perkembangan
jumlah peminat seni pedalangan di kedua instansi pendidikan tersebut mengalami pasang
surut dengan jumlah yang dapat dikatakan sedikit jika dibandingkan dengan jumlah
peminat program keahlian lain yang ada. Berikut akan ditampilkan data bentuk tabel
mengenai perkembangan jumlah peminat jurusan seni pedalangan di SMKN 3 Sukawati
dan ISI Denpasar.

Tabel 3.5 Jumlah Siswa Jurusan Seni Pedalangan di SMKN 3 Sukawati

No Tahun Jumlah Siswa


1. 2009/2010 5 orang
2. 2010/2011 4 orang
3. 2011/2012 2 orang
4. 2012/2013 12 orang
5 2013/2014 5 orang
6. 2014/2015 6 orang

Sumber : SMKN 3 Sukawati

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 50


Seminar Tugas Akhir

Tabel 3.6 Jumlah Mahasiswa Jurusan Seni Pedalangan di ISI Denpasar

No Tahun Jumlah Siswa


1. 2010 30 orang
2. 2011 32 orang
3. 2012 35 orang
4. 2013 38 orang
5 2014 37 orang
6. 2015 29 orang

Sumber : ISI Denpasar


Berdasarkan data dalam tabel di atas, bisa dilihat perkembangan peminat jurusan
pedalangan mengalami pasang surut. Perbandingan jumlah peminat jurusan seni
pedalangan di SMKN 3 Sukawati dan ISI cukup jauh. Hal ini disebabkan terdapat peminat
untuk jurusan seni pedalangan yang ingin melanjutkan studi di ISI yang berasal dari luar
lulusan SMKN 3 Sukawati.

3.3 Analisis SWOT


Pengadaan Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali ini dilakukan
berdasarkan pendekatan-pendekatan berupa potensi dan permasalahan yang muncul terkait
dengan kesenian pewayangan. Selain itu faktor fisik berupa lokasi pembangunan yang
dalam hal ini diadakan di Kabupaten Badung juga akan memiliki potensi dan
permasalahan yang perlu dilakukan pendekatan agar proyek ini bisa berjalan dengan baik
dan tepat sasaran. Untuk lebih jelasnya, pengadaan proyek ini akan dianalisa
menggunakan metode Analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang
serta hambatan yang dilihat dari faktor manusia, fisik, dan eksternal sehingga akan terlihat
kelayakan proyek ini untuk dibangun.

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 51


Seminar Tugas Akhir

Tabel 3.7 Analisis SWOT


Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)
 Fungsi Wayang Kullit sangat  Jumlah seniman pewayangan di
penting dalam kegiatan upacara Kab. Badung yang semakin
keagamaan umat Hindu di Bali menurun dan tidak adanya
Internal  Terdapat banyak jenis pengrajin wayang di Badung
pertunjukan Wayang Kulit  Menurunnya minat masyarakat
Tradisional Bali penanggap terhadap pertunjukan
Wayang Kulit
Eksternal  Menurunnya kualitas Dalang
dalam hal penguasaan lakon-
lakon pewayangan dan
berkurangnya jenis pertunjukan
wayang yang dipertunjukan.
Peluang (Opportunity) Strategi S - O Strategi W – O
 Belum adanya Pusat Pelestarian  Merencanakan sebuah Pusat  Merencanakan kegiatan
Wayang Kulit Pelestarian Wayang Kulit penelitian untuk membangkitkan
 Bisa membangkitkan jenis-jenis Tradisional Bali kembali jenis-jenis wayang kulit
pertunjukan wayang yang sudah  Merencanakan kegiatan dalam yang sudah jarang ditemui
jarang ditemui. Pusat Pelestarian ini agar bisa  Merencanakan Balai pelatihan
 Bisa meningkatkan kualitas melestarikan kesenian wayang seniman wayang untuk
seniman pewayangan ( Dalang kulit tradisional Bali ini meningkatkan kualitas seniman
dan Pengrajin Wayang) pewayangan.
 Bisa meningkatkan minat  Membuat pameran dan
masyarakat penanggap tentang mempertunjukan kesenian
kesenian wayang. wayang untuk meningkatkan
minat masyarakat.
Ancaman (Threat) Strategi S - T Strategi W - T
 Banyaknya terdapat pusat  Mengemas Pusat Pelestarian ini  Mengemas fasilitas yang
hiburan modern akibat lebih menarik sehingga mampu direncanakan dengan lebih
pengaruh perkembangan menarik minat masyarakat modern dan menarik
teknologi sehingga minat akan untuk mengunjunginya.  Memberikan fasilitas hiburan
kesenian atau hiburan  Memanfaatkan wilayah di tambahan untuk menambah
tradisional semakin berkurang. Kabupaten Badung yang minat masyarakat untuk
 Berkurangnya lahan strategis direncanakan berfungsi sebagai berkunjung
untuk pengembangan kegiatan wilayah kegiatan
kebudayaan pengembangan budaya.

Kesimpulan Analisa SWOT

Berdasarkan hasil pendekatan melalui analisis kekuatan. kelemahan, peluang serta


tantangan melalui faktor manusia, fisik dan eksternal terhadap proyek pembangunan Pusat
Pelestarian Kesenian Wayang Tradisional Bali di Badung, maka wilayah Kabupaten
Badung khususnya Badung Tengah dinilai layak untuk dijadikan sebagai lokasi
pembangunan proyek. Hal tersebut dikarenakan Badung memiliki potensi di bidang
kesenian wayang yang cukup baik, namun animo masyarakat khusunya masyarakat
perkotaan terhadap kesenian wayang sangat rendah sedangkan sesungguhanya keberadaan

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 52


Seminar Tugas Akhir

kesenian wayang kulit tidak akan pernah bisa lepas dari suatu rangkaian upacara
keagamaan umat Hindu di Bali, sehingga dinilai untuk perlu adanya sebuah Pusat
Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Badung.

3.4 Spesifikasi Khusus Proyek Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional
Bali di Kabupaten Badung
3.4.1 Pengertian Proyek
Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali merupakan sebuah wadah
yang disediakan untuk usaha Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Wayang Kulit
Tradisional Bali. Bentuknya berupa wadah arsitektural yang dirancang guna untuk
mewadahi segala aktifitas yang berkaitan dengan kegiatan pelestarian dan pengembangan
kesenian wayang kulit tradisional Bali.

3.4.2 Fungsi Proyek


Fungsi dari pembangunan Pusat Pelestarian Wayang Kulit Tradisional Bali ini dapat
dibagi menjadi dua fungsi yaitu Fungsi Utama dan Fungsi Penunjang.
a. Fungsi Utama, yang merupakan fungsi utama adalah segala kegiatan yang berfungsi
untuk usaha pelestarian dan pengembangan kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali.
 Pelestarian, yang dikategorikan sebagai fungsi pelestarian yaitu fungsi penelitian
(rekonstruksi) terhadap fungsi, gaya dan jenis-jenis wayang kulit yang ada di
Bali, fungsi pelatihan seniman pewayangan untuk meningkatkan kualitasnya dan
fungsi pameran serta pertunjukan wayang untuk mempresentasikan hasil dari
kesenian wayang kulit tradisional Bali sehingga akan mampu meningkatkan
minat masyarakat terhadap kesenian wayang.
 Pengembangan, yang dikategorikan sebagai fungsi pengembangan yaitu
mengkemas kesenian wayang kulit tradisional Bali dengan lebih menarik. Dalam
hal ini akan disediakan wayang dalam bentuk digital dalam ruang pameran dalam
bentuk permainan-permaian tertentu yang diharapkan akan mampu menarik minat
generasi muda untuk mengunjungi, mengenal serta mempelajari kesenian wayang
ini dengan cara yang lebih menarik dan menyenangkan.
b. Fungsi Penunjang, yang merupakan fungsi penunjang adalah segala kegiatan
pengelolaan atau manajemen yang bertanggung jawab atas segala kegiatan yang
dilakukan di Pusat Pelestarian ini. Selain itu fungsi penunjang lainnya adalah

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 53


Seminar Tugas Akhir

kegiatan rekreasi yang ditujukan bagi pengunjung yang disiapkan berupa cafeteria
dan toko-toko souvenir yang menjual sesuatu yang berhubungan dengan kesenian
wayang kulit.

3.4.3 Tujuan dan Sasaran Proyek


Tujuan utama dari pembangunan Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit
Tradisional Bali ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk dapat melestarikan kesenian wayang kulit tradisional Bali.
b. Mempertahankan fungsi dan jenis-jenis wayang kulit tradisional Bali yang ada.
c. Untuk dapat digunakan sebagai media dalam meningkatkan kualitas para seniman
wayang (Dalang) dan pengrajin wayang yang belum ada di daerah Badung.
d. Untuk dapat mengembangkan kesenian wayang kulit tradisional Bali dalam bentuk
yang lebih menarik sehingga akan mampu meningkatkan minat masyarakat khususnya
generasi muda untuk mengenali dan mempelajari kesenian wayang kulit tradisional
Bali.
Sasaran dari Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali ini adalah
sebagai berikut :
a. Sasaran dari fungsi utama pada Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional
Bali adalah para seniman pewayangan yang ada di seluruh Bali serta masyarakat
umum di Bali sebagai penanggap kesenian wayang kulit.
b. Sasaran dari fungsi penunjang pada Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit
Tradisional Bali adalah masyarakat umum dan para wisatawan lokal maupun
mancanegara.

3.4.4 Pengelolaan Proyek


Status pengelolaan proyek ini akan dibawahi oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten
Badung. Ini dikarenakan proyek ini bergerak di bidang pelestarian dan pengembangan
kebudayaan berupa kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali. Dengan status pengelolaan
berada di bawah Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, diharapkan proyek ini bisa
melayani kebutuhan umum sesuai dengan fungsi yang dijalankan. Berikut merupakan
bagan dari pengelolaan proyek ini

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 54


Seminar Tugas Akhir

Dinas Kebudayaan
Kabupaten Badung

Instansi Pendidikan Ka. Bid Kesenian

Pusat Pelestarian Kesenian


Wayang Kulit Trad. Bali
Instansi Pemerintah Masyarakat Umum

Staff Keterangan

: Garis Komando
Gambar 3.4 Status Pengelolaan : Garis Direktiva
( Struktur Organisasi Ekstern) : Garis Koordinasi
: Garis Informatif

Gambar di atas merupakan status pengelolaan atau Struktur Organisasi Ekstern dari
Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali. Untuk tata pengelolaan atau
tata kerja intern dan Pusat Pelestarian ini sesuai dengan pengamatan terhadap studi objek
yang bergerak di bidang pelestarian juga yaitu di BPNB (Balai Pelestarian Nilai Budaya)
dan BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) maka dapat ditentukan struktur organisasi
intern dari Pusat Pelestarian Wayang Kulit ini. Berikut merupakan bagan dari struktur
organisasi intern tersebut :

Kepala Pusat Pelestarian

Ka. Bag Tata Usaha

Ka. Bag Fungsional Bagian Bagian Bagian Bagian


Perlengkapan Keuangan Dokumentasi/Perpustakaan Umum

Kelompok Sub. Urusan Sub. Urusan Sub. Urusan Sub. Urusan Pembinaan
Penelitian Informasi Pameran Pertunjukan dan Pengembangan

Gambar 3.5 Struktur Organisasi Intern Pusat


Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 55


Seminar Tugas Akhir

3.4.5 Aktifitas dan Pelaku


A. Aktifitas
Aktifitas dalam Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali ini
adalah berupa aktifitas utama dan aktifitas penunjang.
1. Aktifitas Utama
Yang merupakan aktifitas utama dari Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit
Tradisional Bali ini adalah :
 Aktifitas penelitian terhadap fungsi, gaya dan jenis-jenis Wayang Kulit
Tradisional Bali. Penelitian dalam hal ini yaitu berupa usaha merekonstruksi
gaya dan jenis-jenis wayang tradisional Bali yang ada, namun keberadaannya
saat ini sudah sangat jarang.
 Aktifitas pelatihan terhadap para seniman wayang (Dalang maupun calon
Dalang dan pengrajin wayang). Aktifitas ini mencakup pelatihan dalam
bidang penguasaan materi pewayangan dan teknik-teknik dalam memainkan
atau mempertunjukan kesenian wayang kulit tradisional Bali tersebut. Selain
itu, juga dilakukan aktifitas pembuatan wayang kulit.
 Aktifitas pameran dan pertunjukan wayang kulit sebagai cara untuk
mempresentasikan hasil dari kesenian wayang kulit tradisional Bali tersebut
dalam bentuk yang masih tradisional kepada pengunjung dari Pusat
Pelestarian ini.
 Aktifitas pengembangan kesenian wayang kulit tradisional Bali dalam bentuk
digital berupa permainan-permainan tertentu agar kesenian wayang kulit ini
dapat terlihat lebih menarik dan berbeda dari biasanya. Hal ini bertujuan
untuk menarik minat masyarakat utamanya bagi generasi muda untuk mau
mengenal bahkan mempelajari kesenian ini dengan cara yang berbeda,
menarik dan lebih menyenangkan.
2. Aktifitas Penunjang
Yang merupakan aktifitas penunjang dari Pusat Pelestarian Kesenian Wayang
Kulit Tradisional Bali ini adalah :
 Aktifitas pengelolaan atau manajemen yang bertanggung jawab atas segala
kegiatan pelestarian yang dilakukan.
 Aktifitas rekreasi baik itu berupa sekedar makan maupun membeli souvenir

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 56


Seminar Tugas Akhir

B. Pelaku
Pelaku dari kegiatan-kegiatan atau aktifitas tersebut di atas dapat dibedakan
menjadi beberapa pelaku aktifitas yaitu sebagai berikut :
1. Peneliti yaitu mereka yang terlibat dalam kegiatan atau aktifitas penelitian
dalam Pusat Pelestarian Wayang Kulit Tradisional Bali ini.
2. Seniman Pewayangan yaitu mereka yang terlibat dalam akrifitas pelatihan
seniman pewayangan. Selain itu seniman juga terlibat dalam aktifitas
pertunjukan wayang kulit tradisional Bali.
3. Pengunjung yaitu mereka yang menikmati hasil dari kesenian wayang kulit baik
itu yang masih bersifat tradisional dalam wujud berupa pameran dan
pertunjukan serta dalam bentuk pengembangannya berupa permainan-
permainan dalam bentuk Digital Video Games.
4. Pengelola yaitu mereka yang mengelola Pusat Pelestarian Wayang Kulit
tersebut. Pengelola disini mencakup semua karyawan dan pegawai yang berada
dalam Pusat Pelestarian Wayang Kulit tersebut.

3.4.6 Fasilitas
Terkait dengan beberapa kegiatan atau aktifitas yang dilakukan di Pusat Pelestarian
Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali tersebut, maka dapat diklasifikasikan bahwa
fasilitas yang dibutuhkan dalam Pusat Pelestarian ini yaitu :

A. Fasilitas Utama :
Fasilitas utama dalam Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali ini
adalah sebagai berikut :
1. Ruang Penelitian yang digunakan untuk penelitian mengenai fungsi, gaya dan jenis-
jenis wayang kulit yang mulai menghilang.
2. Ruang Pelatihan untuk Seniman Pewayangan untuk meningkatkan kualitas Dalang
dan mengembangkan pengrajin wayang.
3. Ruang Pameran untuk memamerkan kesenian wayang kulit tradisional Bali, baik itu
berupa jenis-jenis wayang yang ada, lontar-lontar mengenai kesenian wayang kulit
tradisional Bali, musik pengiring dan lainnya.
4. Ruang Pertunjukan Wayang Kulit sebagai tempat untuk mempertunjukan kesenian
wayang kulit tradisional Bali ini.

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 57


Seminar Tugas Akhir

5. Ruang Pengembangan Kesenian Wayang sebagai tempat untuk memperkenalkan


kesenian wayang dalam bentuk yang berbeda (modern) dan dengan lebih menarik.
Pengembangan yang dimaksud nantinya dapat berupa video games atau hal lainnya
yang berkaitan dengan pewayangan tradisional Bali.

B. Fasilitas Penunjang :
Fasilitas penunjang dalam Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional
Bali ini adalah sebagai berikut :
1. Kantor Pengelola yang digunakan oleh para pengelola untuk melakukan aktifitas
pengelolaan atau manajemen dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang
dilakukan di Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali ini.
2. Cafetaria dan Toko Souvenir merupakan fasilitas tambahan yang disediakan bagi
pengunjung agar mereka merasa lebih betah dan nyaman saat berkunjung di Pusat
Pelestarian ini.

C. Fasilitas Servis
Fasilitas penunjang dalam Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional
Bali ini adalah sebagai berikut :
1. Toilet Pengunjung dan Pengelola untuk kebutuhan sanitair para pelaku aktifitas yang
ada di Pusat Pelestarian ini.
2. Ruang ME dan lainnya sebagai ruang untuk menunjang kinerja dari Pusat Pelestarian
ini dalam hal sistem utilitasnya.

3.4.7 Bidang dan Materi Kegiatan


A. Bidang Kegiatan
Bidang kegiatan atau program kegiatan yang akan diwadahi dalam Pusat Pelestarian
Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali ini adalah :
1. Pelestarian
Tujuan utama dari pembangunan Pusat Pelestarian ini adalah untuk dapat
melestarikan kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali. Secara umum usaha
pelestarian ini melalui kegiatan penelitian, pembinaan, pameran dan pertunjukan.

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 58


Seminar Tugas Akhir

2. Penelitian
Penelitian dalam hal ini mencakup kegiatan meneliti ataupun merekonstruksi
jenis-jenis maupun gaya wayang yang ada di Bali namun sudah sangat jarang
ditemui. Hasil dari kegiatan penelitian ini yaitu berupa buku-buku yang akan
mengungkap tentang kesenian wayang tradisional Bali. Dengan adanya kegiatan
penelitian ini, diharapkan jenis-jenis serta gaya wayang yang ada di Bali mampu
digali kembali dan dapat bertahan seiring dengan perkembangan jaman.
3. Pembinaan
Kegiatan pembinaan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu atau kualitas
Dalang, calon Dalang maupun pengrajin wayang dalam menghasilkan seni
pewayangan. Kegiatan pembinaan ini dapat berupa pelatihan mendalang,
membuat wayang dan pelatihan instrumen pengiring pertunjukan wayang tradisi.
4. Pengembangan
Kegiatan pengembangan bertujuan untuk memberikan kesempatan untuk para
seniman pewayangan untuk berinovasi dan berkreasi dalam seni pewayangan
Bali. Kegiatan ini dapat melalui kegiatan pameran, pertunjukan wayang dan
diskusi ataupun seminar. Selain itu kegiatan pengembangan ini juga menyangkut
bagaimana untuk menampilkan serta memperkanalkan kesenian wayang kulit
tradisional Bali dengan cara yang berbeda, lebih menarik dan tentunya dengan
kemasan yang lebih modern. Pengembangan ini dapat berupa dibuatnya fasilitas
digital video games yang bertemakan tentang seni pewayangan sehingga
nantinya dapat menarik minat masyarakat utamanya bagi generasi muda untuk
mengenal bahkan mempelajari kesenian wayang kulit tradisional Bali tersebut.
5. Edukasi dan Rekreasi
Edukasi dan rekreasi ditujukan untuk masyarakat umum. Tujuannya untuk
memberikan pengetahuan tentang seni pewayangan tradisional Bali, sehingga
dapat menanamkan rasa kecintaan terhadap kesenian ini. Dengan ini secara tidak
langsung akan dapat menimbulkan rangsangan untuk menekuni kesenian ini di
kemudian hari. Bentuk kegiatannya dapat berupa membaca hasil penelitian
mengenai kesenian wayang, melihat proses pembuatan wayang, melihat pameran
wayang dan menonton pertunjukan wayang.

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 59


Seminar Tugas Akhir

B. Materi Kegiatan
1. Materi Penelitian
Materi dari kegiatan penelitian disini adalah tentang jenis-jenis wayang
tradisional Bali yang sudah jarang ditemui. Selain itu juga diteliti mengenai gaya
dan bentuk dari wayang yang berasal dari daerah yang berbeda di Bali.
2. Materi Pembinaan
Berdasarkan pendekatan materi seni pewayangan dalam uraian kurikulum di
SMKN 3 Sukawati dan ISI Denpasar, maka materi pembinaan seniman
pewayangan di Pusat Pelestarian ini adalah 40% mengenai pendalaman wawasan
tentang wayang baik itu mengenai jenis dan lakon wayang, filsafat wayang dan
lainnya. Kemudian 60% adalah kegiatan praktek yang mencakup vokal, gerak
wayang, memainkan instrumen wayang maupun dalam pembuatan kerajinan
wayang. Berikut merupakan kurikulum untuk pembinaan seniman pewayangan
yang akan dibuat dalam Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional
Bali ini.
Tabel 3.8 Kurikulum Pembinaan Seniman Pewayangan
Kelas
Durasi Waktu (jam)
No Materi Pelajaran Dalang Calon Dalang
Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat
1 2 1 2 3
A. Dasar Bidang Keahlian
1. Wawasan Seni Pertunjukan - - 6 6 -
2. Tata Teknik Pentas - - 6 6 -
3. Manajemen Pertunjukan - - 6 6 -
B. Dasar Program Keahlian
1. Pengetahuan Pedalangan
- Pengetahuan Pedalangan 6 - 6 - -
- Bahasa Kawi 6 - 6 - -
2. Vokal Pedalangan Dasar
- Vokal Tembang 6 - 6 - -
- Retorika 6 - 6 - -
3. Teknik Gerak Wayang 18 - 18 - -
4. Iringan Pedalangan
- Gender Wayang 6 - 6 - -
C. Paket Keahlian
1. Vokal Pedalangan

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 60


Seminar Tugas Akhir

- Vokal Tembang 6 6 - 6 6
- Retorika 6 6 - 6 6
2. Iringan Pedalangan 6 6 - 6 6
3. Pengetahuan Lakon 6 6 - 6 6
4. Mendalang
- Praktek Wayang Parwa 18 - - 18 -
- Praktek Wayang Ramayana 18 - - 18 -
- Praktek Wayang Cupak Grantang 18 - - 18 -
- Wayang Calonarang 18 - - 18 -
- Wayang Gambuh - 18 - - 18
- Wayang Arja - 18 - - 18
- Wayang Tantri - 18 - - 18
- Wayang Sapuh Leger - 18 - - 18
- Wayang Sudamala - 18 - - 18
5. Membuat Kerajinan Wayang 6 6 - 6 6

3. Materi Pameran
Materi pameran disini mencakup benda dua dimensi dan tiga dimensi. Dua
dimensi berupa semua jenis wayang kulit yang ada di Bali. Sedangkan materi
pameran dalam wujud tiga dimensi berupa lontar-lontar pewayangan, instrument
pengiring pertunjukan wayang dan perlengkapan pertunjukan wayang kulit.
Selain itu juga terdapat materi pameran wayang yang bersifat temporer.
4. Materi Pertunjukan
Materi pertunjukan wayang kulit disini mencakup pertunjukan dari semua jenis-
jenis wayang kulit yang ada di Bali, namun yang bisa bersifat sebagai hiburan
saja (Fungsi Balih-balihan) baik itu yang bersifat tradisi maupun pengembangan.
Sedangkan jenis wayang dengan Fungsi Wali (Sakral) tidak akan dipertunjukan
secara sembarangan.

3.4.8 Lokasi Proyek


Sesuai dengan RTRW Kabupaten Badung terkait dengan wilayah pengembangan
Kabupaten Badung dan persyaratan lokasi yang telah dibuat pada bab sebelumnya, maka
telah ditentukan alternatif lokasi pembangunan proyek Pusat Pelestarian Kesenian
Wayang Kulit Tradisional Bali ini berada di Wilayah Pengembangan Badung Tengah

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 61


Seminar Tugas Akhir

(Kecamatan Mengwi) dengan mempertimbangkan strategi pengembangan dari wilayah


tersebut yaitu mengoptimalkan pemanfaatan ruang kawasan perkotaan Mangupura
sehingga mencerminkan perannya sebagai Ibu Kota Kabupaten dan pusat pelayanan
umum skala regional dan melindungi, merevitalisasi, rehabilitasi, preservasi dan/atau
restorasi warisan budaya yang memiliki nilai-nilai sejarah.

Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 62

Anda mungkin juga menyukai