Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Labuan Bajo merupakan Ibu Kota Kabupaten Manggarai Barat yang memiliki letak geografis
sangat strategis, dimana posisi Labuan Bajo berada di bagian barat Pulau Flores. Labuan Bajo dikenal
juga dengan kota pariwisata yang merupakan pintu gerbang barat memasuki pesona wisata Pulau
Flores.
Salah satu yang menjadi kekuatan dari kota Labuan Bajo adalah keberadaan kawasan Taman
Nasional Komodo yang telah dijadikan sebagai obyek wisata kelas dunia, dimana Labuan Bajo
merupakan entry point untuk menuju kawasan wisata. Selain memiliki potensi wisata bahari, tersedia
juga pariwisata darat yang cukup banyak, diantaranya berbagai jenis gua alam dengan kekhasannya
sendiri, mata air dan air terjun yang letaknya tidak jauh dari kawasan Labuan Bajo.
Perkembangan aktivitas pariwisata di Labuan Bajo semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya wisatawan yang masuk setiap pekannya untuk menikmati keindahan alam di kota ini.
Maka perlunya kejelian dari pemerintah daerah, pihak swasta dan stakeholders untuk memanfaatkan
peluang ini yaitu dengan terus melakukan pengembangan terutama dalam mengembangkan
sarana/fasilitas. Pertumbuhan perekonomian dan jumlah penduduk menyebabkan mobilitas orang dan
barang ikut meningkat.
Permasalahan dampak pembangunan, khususnya lingkungan hidup dan konflik sosial yang
terjadi semakin kompleks, sejalan dengan meningkatnya aktivitas pembangunan dan tuntutan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat baik ditingkat lokal dan nasional. Permasalahan ini dipererat
dengan mengemukannya fenomena perubahan iklim (Climate change) yang ditandai dengan banjir,
kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, serta bencana lainnya.
Persoalan tersebut mendorong munculnya kesadaran masyarakat dan pemerintah daerah
tentang pentingnya kebijakan pembangunan yang mengutamakan kelestarian lingkungan dan
mencegah timbulnya konflik sosial. Maka dari itu, diperlukan suatu instrumen bagi kebijakan
pengelolaan lingkungan hidup yang berprinsip pada pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Instrument pengelolaan lingkungan hidup untuk kebijakan perencanaan pembangunan
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH) dan peraturan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan
Pemerintahan Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis.
Melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, kebijakan lingkungan dirumuskan dan diimplementasikan. Pada pasal (15)
disebutkan, instrumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) wajib dilaksanakan untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Disamping itu
diamanatkan bahwa KLHS sebagaimana dimaksud wajib diintegrasikan ke dalam penyusunan atau
evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya, Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP), dan Rencana) Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota, termasuk
memaduserasikan Kebijakan, Rencana, dan/ atau Program yang berpotensi menimbulkan dampak
dan/ atau resiko lingkungan hidup, fungsi dan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di
kabupaten/ kota.
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 15 dan PP KLHS Pasal 2, Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip Pembangunan
Berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP).
Pembangunan yang dilaksankan oleh pemerintah, maupun pemerintah kabupaten/kota harus
terlebih dahulu dikaji Amdal dari kegiatan tersebut, untuk memastikan bahwa pembvanguan
tersebut tidak berdamak buruk terhadap lingkungan. Selanjutnya untuk pembanguan non fisik
terutama di masyakat perdesaan, dampak lingkungan

1.2 Maksud dan Tujuan KLHS


Maksud, Tujuan, dan Sasaran Maksud dari pelaksanaan dokumen Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS RPJMD Ibu Kota Labuan Bajo yaitu untuk mengarahkan agar dalam penyusunan
RPJMD tidak terdapat pengaruh negatif terhadap lingkungan serta keberlanjutannya dipertimbangkan
dalam kebijakan, rencana dan program (KRP) yang akan dilaksanakan. Hal tersebut bertujuan agar
dalam pengambilan keputusan tetap berorientasi pada keberlanjutan lingkungan hidup. Sementara
sasaran yang ingin dicapai adalah tersusunnya kajian pengaruh Kebijakan, Rencana, dan Program
(KRP) RPJMD Ibu Kota Labuan Bajo berdasarkan isu strategis Pembangunan Berkelanjutan.

1.3 Sasaran Penyusunan KLHS


Sasaran penyusunan KLHS RPJMD Kabupaten Manggarai Barat adalah:
a. Tersusunnya perancangan terhadap proses KLHS atau memahami prosedur dan proses
penyusunan atau evaluasi Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) dan peluang integrasi KLHS
ke dalam dokumen RPJMD.
b. Tersusunnya kejian pengaruh Kebijakan, Rencana dan program KRP RPJMD Kabupaten
Manggarai Barat berdasarkan isu strategis Pembangunan Berkelanjutan.
c. Tersususnnya perumusan alternatif penyempurnaan Kebijakan, Rencana dan Program (KRP)
Perubahan RPJMD Kabupaten Manggarai Barat 2016-2021

1.4 Metodologi Penyusunan KLHS


Menurut Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 pasal 6 menyatakan bahwa tahapan
pembuatan dan pelaksanaan KLHS dilakukan melalui mekanisme.
a. Pengkajian pengaruh Kebijakan, Rencana dan/atau Program terhadap kondisi Lingkungan
Hidup
b. Perumusan alternatif penyempurnaan Kebijakan, Rencana dan/atau Program
c. Penyusunan rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan Kebijakan, Rencana dan/atau
Program yang mengintegrasikan prinsip Pembangunan Berkelanjutan.
BAB II
PROFIL WILAYAH KAJIAN

2.1 Administratif Kabupaten Manggarai Barat

Gambar 2.2 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Manggarai Barat

Secara geografis Kabupaten Manggarai terletak antara 080 14’ – 090 00’ Lintang Selatan (LS)
dan 1190 21’–1200 20’ Bujur Timur (BT). Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Manggarai
Barat memiliki batas–batas:
Sebelah Utara : dengan Laut Flores
Sebelah Selatan : dengan Laut Sawu
Sebelah Barat : dengan Selat Sape Kab NTB
Sebelah Timur : dengan Kabupaten Manggarai
Kabupaten Manggarai Barat memiliki luas2.947,50km² dengan luas daratan 2.974,5 km² yang
terdiri dari daratan pulau Flores dan beberapa pulau besar seperti Pulau Komodo, Rinca, Longos, serta
beberapa buah pulau-pulau kecil lainnya dan luas laut 7.052,97 km². Tahun 2014 jumlah kecamatan di
Kabupaten Manggarai Barat bertambah dari 7 menjadi 10 kecamatan. Terdiri dari Kecamatan
Komodo, Boleng, Sano Nggoang, Mbeliling, Lembor, Welak, Lembor Selatan, Kuwus, Ndoso, dan
Macang Pacar. Dari 121 desa/kelurahan yang ada, 23 desa diantaranya yang secara geografis letak
wilayahnya dikategorikan sebagai desa/daerah pantai atau pesisir. Sedangkan 98 desa lainnya
merupakan desa bukan pesisir.
Dari 10 Kecamatan yang ada di Manggarai Barat ada lima Kecamatan yang mempunyai desa
pesisir yaitu Kecamatan Komodo, Boleng, Sano Nggoang, Lembor Selatan dan Macang Pacar.
Sedangkan lima Kecamatan sisanya yaitu Kecamatan Mbeliling, Lembor, Welak, Kuwus, dan Ndoso
tidak mempunyai desa pesisir. Masing-masing dengan rincian nama kecamatan, ibukota dan jumlah
desa/kelurahan disajikan pada tabel berikut dan secara grafis disajikan pada peta.
Tabel 2.1. Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Kecamatan di
Kabupaten Manggarai Barat, 2019
Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas (km3)
Subdistrict Capital of Sub District Total Area (Square.km)
(1) (2) (3)
010 Komodo Labuhan Bajo 813,53
011 Boleng Terang 486,56
020 Sano Nggoang Werang 360,19
021 Mbelling Warsawe 231,53
030 Lembor Wae Nakeng 145,68
031 Walek Orong 319,19
032 Lembor Selatan Lekong Cepang 275,87
040 Kuwus Golo Welu 54,55
041 Ndoso Ndoso 124,95
042 Kuwus Barat Landong 42,66
050 Macang Pacar Bari 174,64
051 Pacar Pacar 112,12
Manggarai Barat 3141,47
Sumber : Kabupaten Manggarai Dalam Angka, 2020

Gambar 2.1 Persentase Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Manggarai, 2019

2.2 Iklim
Suhu di Manggarai Barat pada tahun 2019 tertinggi adalah 34,80 0C dan terendah adalah
26,100C. Secara umum daerah Manggarai Barat cenderung panas dengan rata-rata 22,600C.
Tabel 2.2. Rata-rata Suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan di Kabupaten Manggarai Barat,
2019
Bulan/Month Suhu Udara Rata-rata
Temperature (0C) Kelembaban
Maks Min Rata-rata Udara (%)
Max Min Average Relative
Hummidity (%)
(1) (2) (3) (4) (5)
Januari/January 32,00 26,90 22,60 92,00
Februari/February 32,20 27,40 21,00 89,50
Maret/March 33,40 27,20 22,40 89,90
April/April 33,40 27,80 23,40 80,90
Mei/May 34,00 27,50 20,40 75,10
Juni/June 34,20 26,90 20,40 71,80
Juli/July 32,40 26,10 19,80 71,90
Agustus/August 32,60 26,30 19,80 70,10
September/September 31,60 26,30 20,80 74,40
Oktober/October 33,00 27,30 21,40 76,80
November/November 34,60 28,40 22,60 75,80
Desember/December 34,80 28,70 21,80 79,70

2.3 Kawasan Rawan Bencana Alam


Kriteria lindung untuk kawasan rawan bencana alam, yaitu kawasan yang teridentifikasi sering dan
berpotensi mengalami bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor serta banjir. Adapun maksud
direncanakannya kawasan rawan bencana adalah sebagai mitigasi bencana yaitu upaya manusia dalam
menurunkan dampak negatif terhadap suatu kejadian bencana, sehingga pengaruh yang lebih buruk dapat
dihindari. Dengan demikian penelitian dan pengamatan dalam usaha perencanaan dan persiapan untuk
meminimalkan efek bencana alam lebih baik daripada menghadapi kenyataan yang lebih buruk akibat
terjadinya bencana.

2.4 Kawasan Rawan Bencana Banjir


Berdasarkan kondisi eksisting, potensi daerah rawan bencana banjir di Kabupaten
Manggarai Barat terletak di :
- Kecamatan Macang Pacar : Desa Nggilat, Desa Bari
- Kecamatan Lembor Selatan : Desa Nanga Lili (lokasi pertemuan Sungai Wae Kanta, Wae
Longge, dan Wae Ara)
- Kecamatan Komodo : Desa Gorontalo dan Desa Macang Tanggar
- Kecamatan Boleng : Desa Golo Sepang.

Rencana pola ruang untuk kawasan rawan bencana banjir antara lain sebagai berikut:
- Sebelum terjadinya bencana adalah melakukan upaya-upaya kesiapsiagaan dan mitigasi
berupa sistem peringatan dini terjadinya banjir ketika tinggi muka air mulai menunjukkan
siaga, penentuan jalur evakuasi, penghijauan di daerah yang sangat rawan, dan sebagainya
- Pada saat terjadinya bencana adalah upaya pertolongan bantuan dan respons berupa
penyediaan lokasi pengungsian, bahan-bahan makanan
- Setelah terjadinya bencana adalah melakukan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.
- Normalisasi daerah hulu DAS untuk mengurangi pendangkalan sungai.

2.5 Kawasan Rawan Bencana Longsor


Daerah yang termasuk rawan bencana longsor mencakup hampir di seluruh wilayah
Kabupaten Manggarai Barat. Di Kecamatan Sano Nggoang ada di Kampung Loha, Desa Mbu.
Lana (Desa Kempo) dan Desa Golo Ndoal. Di Kecamatan Kuwus todapat di Daerah Nantal dan
Golo Poleng Di Kecamatan Macangpacar di Desa Golo Lajang, Desa kombo, Desa Nanga Kantor
dan Desa Rokap. Rencana pola ruang kawasan rawan bencana longsor antara lain sebagai berikut :
- Mengevaluasi konsistensi kesesuaian antara pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang
setempat.
- Arahan relokasi perkampungan yang ada di sekitar kawasan rawan bencana longsor.
- Menidentifikasi tingkat kerawanan longsor setiap bentang lahan di Kabupaten Manggarai
Barat
- Menghindari kegiatan yang mengganggu fungsi lindung kawasan rawan bencana longsor
dengan tingkat kerawanan/tingkat risiko tinggi; terhadap kawasan demikian mutlak
dilindungi dan dipertahankan bahkan ditingkatkan fungsi lindungnya.

2.6 Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi


Berdasarkan kondisi eksisting, potensi daerah rawan bencana gempa bumi terletak di seluruh
dataran Flores termasuk Kabupaten Manggarai Barat. Rencana pola ruang untuk kawasan rawan
bencana banjir antara lain penyesuaian konstruksi bangunan di Kabupaten Manggarai Barat
disesuaikan dengan potensi bencana tersebut. Arah lainnya yaitu membatasi bangunan untuk
intensitas tinggi pada kawasan potensi bencana gempa bumi dengan skala gempa yang cukup
tinggi.

Gambar 2.3 Peta Rawan Bencana Kabupaten Manggarai Barat


2.7 Gambaran Umum Labuan Bajo
Umum
Labuan Bajo merupakan Ibukota Kabupaten Manggarai Barat. Kabupaten ini sendiri
merupakan pemekaran dari Kabupaten Manggarai. Adapun Labuan Bajo sebelumnya
merupakan Ibukota Kecamatan (IKK) Komodo. Berhubung terbentuknya Kabupaten Manggarai
Barat yang membutuhkan adanya ibukota, maka kawasan perkotaan di Kecamatan Komodo –
yaitu Labuan Bajo dipilih sebagai ibukota dan dijadikan sebagai suatu kota secara fungsional,
belum sampai pada tahap administratif dan kewenangan pemerintahan. Sedangkan sisa wilayah
kecamatan yang masih cenderung bersifat perdesaan tetap berada di dalam lingkup Kecamatan
Komodo. Infrastruktur dan kegiatan yang terdapat di kawasan Kota Labuan Bajo dinilai cukup
maju dibandingkan dengan yang terdapat di kawasan lain di Kabupaten Manggarai Barat. Di
masa mendatang, seiring dengan perannya sebagai Ibukota Kabupaten, maka infrastruktur dan
kegiatan di Kawasan Labuan Bajo akan lebih berkembang dan semakin beragam. Menurut
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Kota Labuan Bajo 2007, wilayah Kota Labuan Bajo
dibagi menjadi 9 (sembilan) Bagian Wilayah Kota. Dari kesembilan BWK tersebut Bagian
Wilayah Kota I sampai dengan Bagian Wilayah Kota IV yang merupakan kawasan padat hunian
dan kegiatan serta kawasan potensial untuk pengembangan kegiatan pariwisata di Kawasan
Kota Labuan Bajo. Bagian ini menjadi prioritas, dikarenakan kawasan tersebut merupakan urat
nadi perkembangan kota.

2.7.1 Aspek Fisik


Letak Geografis
Secara geografis Kawasan Kota Labuan Bajo terletak pada 8 0 13’ LS – 90 55’ LS dan 1190
30 BT – 1200 58’ BT, dengan luas wilayah administratif ± 8.795 Ha dan luas wilayah kajian ±
15.128 Ha dan sebagian besar wilayahnya merupakan daratan yang bergelombang.

Wilayah Administrasi
Secara administratif, Kawasan perkotaan Labuan Bajo sendiri terletak di Kecamatan
Komodo yang merupakan satu dari 7 (tujuh) kecamatan di Kabupaten Manggarai Barat. Secara
administratif Kecamatan Komodo terdiri dari 3 (tiga) kelurahan dan 14 (empat belas) desa.
Semula Kecamatan Komodo terdiri dari 3 (tiga) kelurahan dan 23 (duapuluh tiga) desa. Sesuai
dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, kawasan Perkotaan Labuan
Bajo merupakan kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten.

Topografi dan Kemiringan Lahan


Wilayah Kawasan Kota Labuan Bajo terletak pada wilayah yang bergelombang sehingga
wilayahnya berada di ketinggian yang berbeda. Ketinggian Kawasan Kota Labuan Bajo yang
diukur dari permukaan laut menunjukkan ketinggian 100 mdpl, 100-500 mdpl, 500-1000 mdpl,
dan di atas 1000 mdpl. Secara dominan Kawasan Kota Labuan Bajo banyak memiliki dataran
sekitar 100-500 mdpl. Kawasan Kota Labuan Bajo merupakan wilayah yang bergelombang
dengan morfologi wilayahnya terdiri dari dataran tinggi (pegunungan), pantai, dan dataran
landai.
Secara dominan Kawasan Kota Labuan Bajo banyak memiliki dataran sekitar 100-500
mdpl. Kawasan Kota Labuan Bajo merupakan wilayah yang bergelombang dengan morfologi
wilayahnya terdiri dari dataran tinggi (pegunungan), pantai, dan dataran landai. Kawasan
perencanaan memiliki kemiringan lahan yang bervariasi antara 0% - 40%.

Gambar 2.4 Peta Kawasan Kota Labuan Bajo


Gambar 2.5 Peta Topografi Kawasan Kota Labuan Bajo
Struktur Geologi
Wilayah Kawasan Kota Labuan Bajo yang bergelombang tentunya juga memiliki jenis tekstur
tanah yang beragam pula. Ada 3 jenis tekstur tanah yang terdapat di Kawasan Kota Labuan Bajo
yaitu tekstur tanah Mediteran, Litosol, dan Latosol. Jenis tekstur tanah Litosol merupakan jenis tanah
yang paling dominan yaitu sekitar 23,7 % dari tanah yang ada di Kawasan Kota Labuan Bajo,
sedangkan jenis tekstur tanah Mediteran sekitar 5,4 % disusul jenis tanah Latosol yaitu sekitar 0,1
%. Sebaran tanah dan batuan berdasarkan pengamatan, terlihat mengikuti morfologi. Struktur
batuan yang dijumpai berupa kemiringan lapisan dan pada daerah-daerah terjal ditemukan retakan-
retakan berpasangan yang menunjukan gaya pengangkatan.

Hidrogeologi
Berdasarkan bentuk topografi, geologi serta curah hujan, tatanan hidrogeologi di daerah studi
dibagi menjadi tiga wilayah air tanah :
a. Wilayah air tanah perbukitan, yang dapat dibagi lagi atas daerah berbatuan gamping dan
berbatuan sedimen serta volkanik tua, akuifer umumnya mempunyai produktivitas kecil. Pada
daerah lembah atau zona perapukan batuan padu, terdapat penyebaran akuifer yang cukup besar
kandungan airnya. Semua air tanah umumnya merupakan air tanah dalam, mengikuti bentuk
topografi setempat. Pemunculan sumber air berdebit kecil banyak dijumpai pada wilayah air
tanah ini.
b. Wilayah gunung api Kwarter, keterdapatan air tanah ini dijumpai dalam akuifer dengan aliran
air tanah melalui sistem ruang antar butit maupun sistem celahan. Daerah puncak merupakan
daerah air tanah langka. Air hujan yang jatuh di daerah ini sebagian besar akan mengalir
sebagai aliran permukaan. Bagian tubuh merupakan daerah peresapan, dimana air tanah mulai
terbentuk.
c. Wilayah air tanah dataran, menempati beberapa daerah sempit pantai utara Pulau Flores, salah
satu yang paling luas adalah dataran Mbay. Air tanah semi tertekan dijumpai pada kedalaman
sekitar 30 - 50 m dari permukaan tanah setempat.

Iklim dan Hidrologi


Curah Hujan
Kawasan Kota Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat Propinsi Nusa Tenggara Timur pada
tahun 2001 – 2010 pada umumnya mempunyai iklim dan curah hujan yang tidak merata, mempunyai
rata-rata bulan kering 5,7 bulan (hujan bulanan lebih kecil dari 60 mm/bulan) dan rata-rata bulan
basah 6,3 bulan (curah hujan bulan lebih besar dari 100 mm/bulan). Curah hujan terbanyak pada
bulan Januari 2002 (575 mm) dan bulan Mei sampai bulan Oktober merupakan bulan dengan curah
hujan yang rendah. Sedangkan rerata curah hujan tahunan tertinggi pada tahun 2010 yaitu 129
mm/tahun dan terendah pada tahun 2004 yaitu 71 mm/tahun. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel
2.3 di bawah ini :
Tabel 2.3 Rerata Curah Hujan di Kawasan Kota Labuan Bajo Tahun 2001-2010

Bulan Curah Hujan (mm)

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rerata
Januari 370 575 221 88 62 196 47 140 164 161 202
Februari 157 223 205 159 112 173 191 200 329 132 188
Maret 156 161 59 181 209 250 311 175 118 117 174
April 24 124 90 122 396 90 55 51 44 67 106
Mei 19 1 188 29 0 88 30 62 40 84 54
Juni 54 0 62 0 53 52 40 56 23 15 36
Juli 0 6 2 1 25 7 7 0 2 38 9
Agustus 5 0 4 0 6 37 28 52 9 196 34
September 18 17 3 16 12 8 3 28 35 168 31
Oktober 46 3 8 24 25 1 18 146 69 99 44
November 85 141 100 58 63 15 61 41 44 107 72
Desember 71 291 210 181 252 182 197 246 36 368 203
Rerata 84 128 96 71 101 92 82 100 76 129 -
Sumber: BMKG Labuan Bajo, 2011

Temperatur
Temperatur di Kawasan Kota Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat Propinsi Nusa
Tenggara Timur pada tahun 2001 – 2010 tidak mengalami perubahan yang drastis. Data
temperatur dapat dilihat pada Tabel 2.4, terdapat tiga bulan yaitu bulan Oktober, Nopember dan
Desember yang dapat dikelompokkan sebagai bulan-bulan dengan temperatur yang lebih panas
dibandingkan dengan bulan lainnya. Bulan Agustus merupakan bulan dengan temperatur yang
paling rendah, yaitu rerata 25,9o C.

Tabel 2.4. Rerata Temperatur di Kawasan Kota Labuan Bajo Tahun 2001 – 2010

Bulan Temperatur (0C)

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rerata
Januari 26,8 27,5 26,9 27,7 27,7 26,8 28,4 27,4 27,1 27,9 27,4
Februari 26,5 26,3 26,8 26,7 27,4 26,1 27,5 26,7 26,2 27,6 26,8
Maret 26,8 26,9 26,7 27,0 27,1 26,5 26,9 26,6 27,2 28,4 27,0
April 27,1 26,6 27,1 27,3 25,9 26,7 26,9 26,9 27,9 28,1 27,0
Mei 26,9 26,8 26,3 26,4 26,3 26,4 26,9 26,5 27,4 27,9 26,8
Juni 26,3 26,4 25,7 26,3 26,1 25,9 27,0 26,3 26,4 27,3 26,4
Juli 26,4 25,6 25,5 25,9 25,7 25,0 26,0 26,6 26,6 27,0 26,0
Agustus 25,6 25,3 25,9 25,5 25,8 24,8 25,9 26,6 26,7 26,5 25,9
September 26,7 26,4 26,7 26,2 26,9 25,8 26,6 27,1 27,8 26,6 26,7
Oktober 28,5 27,8 28,2 27,8 28,2 27,4 28,3 28,1 27,1 27,6 27,9
November 28,3 28,1 28,5 28,6 28,6 28,9 28,8 28,7 29,0 28,3 28,6
Desember 27,8 27,9 27,2 28,0 27,3 29,2 27,7 27,5 28,2 28,1 27,9
Rerata 26,9 26,8 26,8 26,9 26,9 26,6 27,2 27,1 27,3 27,6 -
Sumber: BMKG Labuan Bajo, 2011

Hidrologi
Sebaran tanah dan batuan berdasarkan pengamatan terlihat mengikuti morfologi. Struktur
batuan yang dijumpai berupa kemiringan lapisan dan pada daerah-daerah terjal ditemukan retakan-
retakan berpasangan yang menunjukkan gaya pengangkatan.
Sekalipun air jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam (mengalir), melainkan
bersirkulasi akibat pengaruh cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus
hidrologis. Siklus ini penting, karena dapat mensuplai air kedaerah daratan. Teori adanya air
dapat diterangkan dengan siklus hidrologi, sebagai berikut:
a. Air laut, air permukaan, air dalam tanah dan air dalam tumbuhan menguap akibat adanya
panas matahari dan membentuk awan.
b. Awan yang lama kelamaan menjadi semakin tebal itu sebagian ada yang tertiup ke daratan.
c. Penebalan awan pada kondisi tertentu menyebabkan terjadinya presipitasi baik berupa air
hujan maupun salju.
d. Hasil presipitasi tersebut setelah mencapai tanah dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
- Run off, yaitu air yang mengalir di permukaan tanah (air permukaan), biasanya sebanyak
30% dari seluruh presipitasi.
- Run infiltrasi, yaitu air yang mengalami infiltrasi (meresap) ke dalam tanah yakni disebut
air tanah, biasanya sebanyak 70% dari total presipitasi.
e. Air permukaan mengalir dari sungai ke sungai dan akhirnya bermuara ke laut.
f. Sama halnya dengan air tanah, akan mengalir ke tempat yang lebih rendah, yaitu ke laut
namun dengan jangka waktu yang sangat lama karena kecepatan air mengalir di dalam
tanah sangat lambat.

Gambar 2.6 Siklus Hidrologi


Demikian kejadian ini terjadi berulang-ulang, yang disebut siklus hidrologi. Sehingga dapat
dikatakan jumlah air secara keseluruhan tidak pernah berkurang, namun jumlah air pada
bagian/daerah tertentu berubah-ubah. Siklus hidrologi ini merupakan salah satu proses alami untuk
membersihkan dirinya, dengan syarat bahwa kualitas udara cukup bersih. Apabila udara tercemar,
maka air hujanpun akan tercemar, karena turunnya hujan ataupun salju merupakan proses alamiah
yang membersihkan atmosfir dari segala debu, gas, uap dan aerosol.
Dari siklus hidrologi dapat pula dilihat adanya berbagai sumber air tawar yang dapat pula
diperkirakan kualitas dan kuantitasnya secara sepintas. Sumbersumber air tersebut adalah :
a. Air permukaan yang merupakan air sungai, dan danau.
b. Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah
dalam.
c. Air angkasa yaitu yang berasal daru atmosfir, seperti hujan dan salju.

Kualitas sumber air tersebut berbeda-beda sesuai dengan kondisi alam sekitar aktivitas manusia
yang ada di sekitarnya. Kawasan Kota Labuan Bajo adalah wilayah tangkapan air yang cukup
berpotensi karena secara hidrologis Kabupaten Manggarai Barat merupakan kawasan lindung yang
berfungsi menjaga keseimbangan hidrologis daerah-daerah cekungan. Hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya terdapat sungai yang mengalir melewati wilayah Kota Labuan Bajo dan Kabupaten
Manggarai Barat secara makro. Berdasarkan ketersediaan air tanahnya, Kawasan Perkotaan Labuan
Bajo terbagi 4 (empat) zona dari mulai ketersediaan air tanah yang kecil, sedang, sampai besar.
Untuk zona yang pertama yaitu zona dengan ketersediaan air tanah langka terdapat di sebagian
kecil wilayah desa Golobilas. Zona yang kedua yaitu zona dengan air tanah langka – kecil di mana
terdapat akuifer dengan produktifitas kecil dan bersifat setempat terdapat di sebelah selatan desa
Golobilas, sebelah selatan desa Nggorang, pesisir pantai barat desa Batu Cermin, sampai ke arah
semenanjung Utara Labuan Bajo. Untuk zona yang ketiga dan keempat merupakan zona dengan
ketersediaan air tanah sedang sampai besar, di mana zona ketiga merupakan akuifer dengan aliran
melalui celahan, rekahan, dan saluran dengan produktifitas sedang yang dapat ditemui di sebagian
besar Kawasan Perkotaan Labuan Bajo antara lain desa Nggorang, desa Gorontalo, desa Golobilas,
desa Batu Cermin, dan kelurahan Wae Kelambu. Zona keempat merupakan zona dengan ketersediaan
air tanah yang sangat besar. Zona ini merupakan akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang
antar bukit, di mana merupakan akuifer setempat yang produktif yang terdapat di sebelah selatan desa
Golobilas yang berbatasan dengan desa Macang Tanggar kemudian di sebagian wilayah desa
Gorontalo. Mata air cukup banyak dijumpai di Kawasan Perkotaan Labuan Bajo. setidaknya terdapat
10 (sepuluh) buah sumber mata air yang tersebar di Desa Batu Cermin, Kelurahan Labuan Bajo,
Kelurahan Wae Kelambu, Desa Gorontalo, dan Desa Golobilas. Sungai Wae Mese merupakan sungai
utama yang mengalir di daerah perencanaan, berada di sebelah timur Kota Labuan Bajo, sungai ini
mengalir dari utara ke selatan dan bermuara di laut Sawu.
Pola aliran sungai pada bagian muara yang merupakan daerah yang menunjukkan pola aliran
meandering. Pada musim penghujan sering terjadi banjir. Debit maksimumnya adalah 336 m3/detik,
sedangkan debit minimum 8 m3/detik. Beberapa mata air yaitu Wae Mowol, Wae Moto, Wae Kaca,
dan Wae Mbaru yang digunakan sebagai sumber air baku air Minum untuk memenuhi kebutuhan
penduduk di kawasan Kota Labuan Bajo dan sekitarnya yang dikelola Oleh UPTD Air Bersih
Kabupaten Manggarai Barat.
Aspek Sosial dan Ekonomi
Kependudukan

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk


Jumlah penduduk di wilayah Kota Labuan Bajo pada tahun 2018 berjumlah 6848 jiwa. Jumlah
dan kepadatan penduduk Kota Labuan Bajo dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.5 Banyaknya Rumah Tangga, Jumlah Penduduk Diperinci Per Desa, di
Kecamatan Komodo Tahun 2018

Desa/Kelurahan Kepala Penduduk


Keluarg Laki-laki Perempuan Jumlah
a
(KK)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Komodo 446 872 917 1789
2 Papa Garang 400 798 740 1538
3 Pasir Panjang 435 841 827 1668
4 Golo Mori 486 1019 994 2013
5 Warloka 457 888 857 1745
6 3106 274 563 536 1099
7 Golo Pongkor 247 469 493 962
8 Macang Tanggar 744 1600 1506 3106
9 Pasir Putih 501 972 1007 1979
10 Gorontalo 1856 3522 3461 6983
11 Golo Bilas 1088 2257 2132 4389

Perekonomian
Sektor yang menjadi penggerak laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Manggarai Barat antara
lain perkebunan, perdagangan, pengangkutan dan pariwisata. Komoditi perkebunan yang cukup
menonjol adalah jambu mente, kakao, kopi dan kemiri.
Dalam sektor pengangkutan, adanya pelabuhan laut Labuan Bajo dan lapangan udara perintis
merupakan sektor penunjang perekonomian bagi Kabupaten Manggarai Barat yang sedang
membangun.
Sebagai kota transit bagi para wisatawan yang akan mengunjungi daerah wisata Pulau
Komodo, maka Kawasan Kota Labuan Bajo dilengkapi dengan fasilitas penginapan.

Aspek Penyehatan Lingkungan


a. Penyaluran Air Limbah
Sistem pelayanan air limbah perkotaan pada umumnya tidak tersedia. Penduduk di Kawasan
Labuan Bajo memanfaatkan pekarangan untuk menampung limbah cair dan sebagian mengalirkan
air limbah cair ke saluran air hujan/drainase. Hingga tahun 2004, sebanyak 64,6% penduduk
Kabupaten Manggarai Barat masih menggunakan lubang tanah sebagai tempat pembuangan tinja,
sementara sekitar 29% penduduk membuang tinjanya ke pantai dan sungai. Hanya 5% penduduk
yang mempergunakan tanki septik.
Sebagai daerah tujuan wisata berskala internasional, pengolahan limbah baik padat maupun cair
serta penyediaan prasarana dan sarana pengolahannya perlu mendapatkan perhatian khusus,
terutama berkaitan dengan masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Untuk pembuangan tinja, pada umumnya sudah cukup baik, sebagian penduduk sudah
mempunyai jamban keluarga dan jumlah ini terus meningkat seiring dengan peningkatan kualitas
hidup masyarakat perkotaan.
Disamping itu, untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan terutama di kawasan
pantai, maka diperlukan penambahan sarana seperti jamban komunal, penambahan MCK, dan
penambahan tanki septik untuk pembuangan tinja.

a. Drainase
Sistim drainase yang ada saat ini lebih merupakan sistim drainase jalan, belum merupakan
sistem drainase perkotaan. Sebagian besar jalur jalan utama dalam kota sudah dilengkapi
dengan saluran drainase, umumnya dengan kontruksi pasangan batu kali, dengan lebar saluran
berkisar 40 – 60 cm, kedalaman 50 – 70 cm. Penanganan drainase di Kawasan Kota Labuan
Bajo terutama dilakukan di daerah yang sering mengalami banjir, seperti daerah Wae Mata,
daerah Puskesmas Kota, daerah Batu Cermin, daerah Lorong Pengadilan, daerah Pantai Pede,
dan Kampung Gorontalo yang berada di wilayah dengan topografi datar. Sistem drainase di
Kawasan Kota Labuan Bajo memang masih sangat terbatas. Hal ini terlihat dari sebagian besar
jaringan jalan yang melintasi Kawasan kota Labuan Bajo belum dilengkapi dan saluran
drainase. Saluran drainase baru tersedia pada beberapa ruas jalan, terutama di kawasan pusat
kota lama yang merupakan jaringan jalan negara. Untuk mengurangi risiko banjir dan genangan
pada musim hujan, jaringan jalan di seluruh kawasan perkotaan Labuan Bajo perlu dilengkapi
dengan jaringan drainase sesuai dengan standar yang berlaku.

b. Persampahan
Dengan masih tersediaanya lahan kosong disekitar perumahan, maka penduduk di Kawasan
Kota Labuan Bajo masih memanfaatkan lahan kosong tersebut sebagai tempat pembuangan
sampah. Sebagian Masyarakat masih melakukan pengelolaan sampah bersifat individual, belum
dilaksanakan secara komunal. Penanganan persampahan yang meliputi pengumpulan dan
pembuangan sampah di kawasan perkotaan Labuan Bajo belum membedakan pelanggan
berdasarkan kategori komersial, semi komersial, dan non komersial. Cakupan pelayanan
persampahan baru mencapai 50% dari wilayah perkotaan. Sistem pelayanan berpola door to
door, yaitu sampah diserahkan oleh penghasil sampah atau diambil oleh petugas untuk dibawa
ke tempat pembuangan akhir (TPA). Penduduk yang tidak terlayani oleh sistem pengelolaan
sampah kota, umumnya membuat lubang di pekarangan rumahnya dan mengolah sampahnya
dengan cara pembakaran. Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Kawasan Kota Labuan
Bajo terletak di Desa Golobilas. TPA ini mulai berfungsi sejak tahun 2005 dan telah terdapat
akses jalan masuk dan sarana pengangkutan berupa truk-truk sampah. Sistem pengolahan
sampah saat ini masih menggunakan sistem open dumping. Lokasi TPA yang tersedia saat ini
diangap belum memenuhi kriteria standar oleh karena terletak berdekatan dengan permukiman
penduduk. Untuk wilayah yang tidak dilayani rute pengambilan sampah, pengelolaan sampah
dilakukan melalui penimbunan ke dalam lubang, pembakaran, bahkan dibuang ke selokan.
Disamping menimbulkan polusi udara, pembakaran dan pembuangan sampah ke selokan juga
merusak dan menimbulkan kerusakan pada jaringan pipa instalasi air minum yang terbuat dari
PVC/paralon.

c. Tingkat kesehatan masyarakat


Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat kesehatan masyarakat
secara umum adalah jumlah kunjungan tertinggi pada Puskesmas di wilayah Kota. Puskesmas
Labuan Bajo merupakan salah satu sarana kesehatan yang melayani kebutuhan penduduk di
Kawasan kota Labuan Bajo. Jumlah kunjungan pasien tertinggi dalam 2 tahun terakhir adalah
penderita ISPA, Malaria dan penyakit kulit. Secara teoritis jumlah kunjungan pasien ini
mewakili ±10 % dari angka kejadian di lapangan.

d. Pelayanan Air Bersih


Sebagian masyarakat di Kawasan Kota Labuan Bajo sudah mendapat pelayanan air bersih
melalui sistim perpipaan, yang saat ini di kelola oleh UPTD Air Bersih Kabupaten Manggarai
Barat dengan kapasitas produksi mencapai 527.765 m3, dengan jumlah penduduk yang
dilayanani sampai saat ini dengan jumlah 1,735 rumah tangga. Karena keterbatasan kapasitas
produksi, maka system pelayanan menggunakan sistem bergilir di masing-masing wilayah
pelayanan. Adapun jumlah sambungan langsung (SR) maupun pelayanan umum dapat dilihat
pada tabel 2.6. berikut. Sumber air baku air minum yang dikelola oleh UPTD Air Bersih
Kabupaten Labuan Bajo bersumber dari 5 (lima) mata air, yaitu mata air Wae Mowol, mata air
Wae Moto, mata air Wai Kaca, mata air Wae Mberu dan mata air Wae Cumpe. Mata air Wae
Mowol yang terletak di ketinggian 630 mdpl, di Desa Liang Ndara Kecamatan Sono Nggoang
yang dibangun pada tahun 1985. Mata air Wae Mowol mempunyai debit sebesar 16 liter/detik
dan jarak ke Kawasan Kota Labuan Bajo sepanjang + 17 KM.

Anda mungkin juga menyukai