PENDAHULUAN
Secara geografis Kabupaten Manggarai terletak antara 080 14’ – 090 00’ Lintang Selatan (LS)
dan 1190 21’–1200 20’ Bujur Timur (BT). Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Manggarai
Barat memiliki batas–batas:
Sebelah Utara : dengan Laut Flores
Sebelah Selatan : dengan Laut Sawu
Sebelah Barat : dengan Selat Sape Kab NTB
Sebelah Timur : dengan Kabupaten Manggarai
Kabupaten Manggarai Barat memiliki luas2.947,50km² dengan luas daratan 2.974,5 km² yang
terdiri dari daratan pulau Flores dan beberapa pulau besar seperti Pulau Komodo, Rinca, Longos, serta
beberapa buah pulau-pulau kecil lainnya dan luas laut 7.052,97 km². Tahun 2014 jumlah kecamatan di
Kabupaten Manggarai Barat bertambah dari 7 menjadi 10 kecamatan. Terdiri dari Kecamatan
Komodo, Boleng, Sano Nggoang, Mbeliling, Lembor, Welak, Lembor Selatan, Kuwus, Ndoso, dan
Macang Pacar. Dari 121 desa/kelurahan yang ada, 23 desa diantaranya yang secara geografis letak
wilayahnya dikategorikan sebagai desa/daerah pantai atau pesisir. Sedangkan 98 desa lainnya
merupakan desa bukan pesisir.
Dari 10 Kecamatan yang ada di Manggarai Barat ada lima Kecamatan yang mempunyai desa
pesisir yaitu Kecamatan Komodo, Boleng, Sano Nggoang, Lembor Selatan dan Macang Pacar.
Sedangkan lima Kecamatan sisanya yaitu Kecamatan Mbeliling, Lembor, Welak, Kuwus, dan Ndoso
tidak mempunyai desa pesisir. Masing-masing dengan rincian nama kecamatan, ibukota dan jumlah
desa/kelurahan disajikan pada tabel berikut dan secara grafis disajikan pada peta.
Tabel 2.1. Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Kecamatan di
Kabupaten Manggarai Barat, 2019
Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas (km3)
Subdistrict Capital of Sub District Total Area (Square.km)
(1) (2) (3)
010 Komodo Labuhan Bajo 813,53
011 Boleng Terang 486,56
020 Sano Nggoang Werang 360,19
021 Mbelling Warsawe 231,53
030 Lembor Wae Nakeng 145,68
031 Walek Orong 319,19
032 Lembor Selatan Lekong Cepang 275,87
040 Kuwus Golo Welu 54,55
041 Ndoso Ndoso 124,95
042 Kuwus Barat Landong 42,66
050 Macang Pacar Bari 174,64
051 Pacar Pacar 112,12
Manggarai Barat 3141,47
Sumber : Kabupaten Manggarai Dalam Angka, 2020
Gambar 2.1 Persentase Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Manggarai, 2019
2.2 Iklim
Suhu di Manggarai Barat pada tahun 2019 tertinggi adalah 34,80 0C dan terendah adalah
26,100C. Secara umum daerah Manggarai Barat cenderung panas dengan rata-rata 22,600C.
Tabel 2.2. Rata-rata Suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan di Kabupaten Manggarai Barat,
2019
Bulan/Month Suhu Udara Rata-rata
Temperature (0C) Kelembaban
Maks Min Rata-rata Udara (%)
Max Min Average Relative
Hummidity (%)
(1) (2) (3) (4) (5)
Januari/January 32,00 26,90 22,60 92,00
Februari/February 32,20 27,40 21,00 89,50
Maret/March 33,40 27,20 22,40 89,90
April/April 33,40 27,80 23,40 80,90
Mei/May 34,00 27,50 20,40 75,10
Juni/June 34,20 26,90 20,40 71,80
Juli/July 32,40 26,10 19,80 71,90
Agustus/August 32,60 26,30 19,80 70,10
September/September 31,60 26,30 20,80 74,40
Oktober/October 33,00 27,30 21,40 76,80
November/November 34,60 28,40 22,60 75,80
Desember/December 34,80 28,70 21,80 79,70
Rencana pola ruang untuk kawasan rawan bencana banjir antara lain sebagai berikut:
- Sebelum terjadinya bencana adalah melakukan upaya-upaya kesiapsiagaan dan mitigasi
berupa sistem peringatan dini terjadinya banjir ketika tinggi muka air mulai menunjukkan
siaga, penentuan jalur evakuasi, penghijauan di daerah yang sangat rawan, dan sebagainya
- Pada saat terjadinya bencana adalah upaya pertolongan bantuan dan respons berupa
penyediaan lokasi pengungsian, bahan-bahan makanan
- Setelah terjadinya bencana adalah melakukan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.
- Normalisasi daerah hulu DAS untuk mengurangi pendangkalan sungai.
Wilayah Administrasi
Secara administratif, Kawasan perkotaan Labuan Bajo sendiri terletak di Kecamatan
Komodo yang merupakan satu dari 7 (tujuh) kecamatan di Kabupaten Manggarai Barat. Secara
administratif Kecamatan Komodo terdiri dari 3 (tiga) kelurahan dan 14 (empat belas) desa.
Semula Kecamatan Komodo terdiri dari 3 (tiga) kelurahan dan 23 (duapuluh tiga) desa. Sesuai
dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, kawasan Perkotaan Labuan
Bajo merupakan kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten.
Hidrogeologi
Berdasarkan bentuk topografi, geologi serta curah hujan, tatanan hidrogeologi di daerah studi
dibagi menjadi tiga wilayah air tanah :
a. Wilayah air tanah perbukitan, yang dapat dibagi lagi atas daerah berbatuan gamping dan
berbatuan sedimen serta volkanik tua, akuifer umumnya mempunyai produktivitas kecil. Pada
daerah lembah atau zona perapukan batuan padu, terdapat penyebaran akuifer yang cukup besar
kandungan airnya. Semua air tanah umumnya merupakan air tanah dalam, mengikuti bentuk
topografi setempat. Pemunculan sumber air berdebit kecil banyak dijumpai pada wilayah air
tanah ini.
b. Wilayah gunung api Kwarter, keterdapatan air tanah ini dijumpai dalam akuifer dengan aliran
air tanah melalui sistem ruang antar butit maupun sistem celahan. Daerah puncak merupakan
daerah air tanah langka. Air hujan yang jatuh di daerah ini sebagian besar akan mengalir
sebagai aliran permukaan. Bagian tubuh merupakan daerah peresapan, dimana air tanah mulai
terbentuk.
c. Wilayah air tanah dataran, menempati beberapa daerah sempit pantai utara Pulau Flores, salah
satu yang paling luas adalah dataran Mbay. Air tanah semi tertekan dijumpai pada kedalaman
sekitar 30 - 50 m dari permukaan tanah setempat.
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rerata
Januari 370 575 221 88 62 196 47 140 164 161 202
Februari 157 223 205 159 112 173 191 200 329 132 188
Maret 156 161 59 181 209 250 311 175 118 117 174
April 24 124 90 122 396 90 55 51 44 67 106
Mei 19 1 188 29 0 88 30 62 40 84 54
Juni 54 0 62 0 53 52 40 56 23 15 36
Juli 0 6 2 1 25 7 7 0 2 38 9
Agustus 5 0 4 0 6 37 28 52 9 196 34
September 18 17 3 16 12 8 3 28 35 168 31
Oktober 46 3 8 24 25 1 18 146 69 99 44
November 85 141 100 58 63 15 61 41 44 107 72
Desember 71 291 210 181 252 182 197 246 36 368 203
Rerata 84 128 96 71 101 92 82 100 76 129 -
Sumber: BMKG Labuan Bajo, 2011
Temperatur
Temperatur di Kawasan Kota Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat Propinsi Nusa
Tenggara Timur pada tahun 2001 – 2010 tidak mengalami perubahan yang drastis. Data
temperatur dapat dilihat pada Tabel 2.4, terdapat tiga bulan yaitu bulan Oktober, Nopember dan
Desember yang dapat dikelompokkan sebagai bulan-bulan dengan temperatur yang lebih panas
dibandingkan dengan bulan lainnya. Bulan Agustus merupakan bulan dengan temperatur yang
paling rendah, yaitu rerata 25,9o C.
Tabel 2.4. Rerata Temperatur di Kawasan Kota Labuan Bajo Tahun 2001 – 2010
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rerata
Januari 26,8 27,5 26,9 27,7 27,7 26,8 28,4 27,4 27,1 27,9 27,4
Februari 26,5 26,3 26,8 26,7 27,4 26,1 27,5 26,7 26,2 27,6 26,8
Maret 26,8 26,9 26,7 27,0 27,1 26,5 26,9 26,6 27,2 28,4 27,0
April 27,1 26,6 27,1 27,3 25,9 26,7 26,9 26,9 27,9 28,1 27,0
Mei 26,9 26,8 26,3 26,4 26,3 26,4 26,9 26,5 27,4 27,9 26,8
Juni 26,3 26,4 25,7 26,3 26,1 25,9 27,0 26,3 26,4 27,3 26,4
Juli 26,4 25,6 25,5 25,9 25,7 25,0 26,0 26,6 26,6 27,0 26,0
Agustus 25,6 25,3 25,9 25,5 25,8 24,8 25,9 26,6 26,7 26,5 25,9
September 26,7 26,4 26,7 26,2 26,9 25,8 26,6 27,1 27,8 26,6 26,7
Oktober 28,5 27,8 28,2 27,8 28,2 27,4 28,3 28,1 27,1 27,6 27,9
November 28,3 28,1 28,5 28,6 28,6 28,9 28,8 28,7 29,0 28,3 28,6
Desember 27,8 27,9 27,2 28,0 27,3 29,2 27,7 27,5 28,2 28,1 27,9
Rerata 26,9 26,8 26,8 26,9 26,9 26,6 27,2 27,1 27,3 27,6 -
Sumber: BMKG Labuan Bajo, 2011
Hidrologi
Sebaran tanah dan batuan berdasarkan pengamatan terlihat mengikuti morfologi. Struktur
batuan yang dijumpai berupa kemiringan lapisan dan pada daerah-daerah terjal ditemukan retakan-
retakan berpasangan yang menunjukkan gaya pengangkatan.
Sekalipun air jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam (mengalir), melainkan
bersirkulasi akibat pengaruh cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus
hidrologis. Siklus ini penting, karena dapat mensuplai air kedaerah daratan. Teori adanya air
dapat diterangkan dengan siklus hidrologi, sebagai berikut:
a. Air laut, air permukaan, air dalam tanah dan air dalam tumbuhan menguap akibat adanya
panas matahari dan membentuk awan.
b. Awan yang lama kelamaan menjadi semakin tebal itu sebagian ada yang tertiup ke daratan.
c. Penebalan awan pada kondisi tertentu menyebabkan terjadinya presipitasi baik berupa air
hujan maupun salju.
d. Hasil presipitasi tersebut setelah mencapai tanah dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
- Run off, yaitu air yang mengalir di permukaan tanah (air permukaan), biasanya sebanyak
30% dari seluruh presipitasi.
- Run infiltrasi, yaitu air yang mengalami infiltrasi (meresap) ke dalam tanah yakni disebut
air tanah, biasanya sebanyak 70% dari total presipitasi.
e. Air permukaan mengalir dari sungai ke sungai dan akhirnya bermuara ke laut.
f. Sama halnya dengan air tanah, akan mengalir ke tempat yang lebih rendah, yaitu ke laut
namun dengan jangka waktu yang sangat lama karena kecepatan air mengalir di dalam
tanah sangat lambat.
Kualitas sumber air tersebut berbeda-beda sesuai dengan kondisi alam sekitar aktivitas manusia
yang ada di sekitarnya. Kawasan Kota Labuan Bajo adalah wilayah tangkapan air yang cukup
berpotensi karena secara hidrologis Kabupaten Manggarai Barat merupakan kawasan lindung yang
berfungsi menjaga keseimbangan hidrologis daerah-daerah cekungan. Hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya terdapat sungai yang mengalir melewati wilayah Kota Labuan Bajo dan Kabupaten
Manggarai Barat secara makro. Berdasarkan ketersediaan air tanahnya, Kawasan Perkotaan Labuan
Bajo terbagi 4 (empat) zona dari mulai ketersediaan air tanah yang kecil, sedang, sampai besar.
Untuk zona yang pertama yaitu zona dengan ketersediaan air tanah langka terdapat di sebagian
kecil wilayah desa Golobilas. Zona yang kedua yaitu zona dengan air tanah langka – kecil di mana
terdapat akuifer dengan produktifitas kecil dan bersifat setempat terdapat di sebelah selatan desa
Golobilas, sebelah selatan desa Nggorang, pesisir pantai barat desa Batu Cermin, sampai ke arah
semenanjung Utara Labuan Bajo. Untuk zona yang ketiga dan keempat merupakan zona dengan
ketersediaan air tanah sedang sampai besar, di mana zona ketiga merupakan akuifer dengan aliran
melalui celahan, rekahan, dan saluran dengan produktifitas sedang yang dapat ditemui di sebagian
besar Kawasan Perkotaan Labuan Bajo antara lain desa Nggorang, desa Gorontalo, desa Golobilas,
desa Batu Cermin, dan kelurahan Wae Kelambu. Zona keempat merupakan zona dengan ketersediaan
air tanah yang sangat besar. Zona ini merupakan akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang
antar bukit, di mana merupakan akuifer setempat yang produktif yang terdapat di sebelah selatan desa
Golobilas yang berbatasan dengan desa Macang Tanggar kemudian di sebagian wilayah desa
Gorontalo. Mata air cukup banyak dijumpai di Kawasan Perkotaan Labuan Bajo. setidaknya terdapat
10 (sepuluh) buah sumber mata air yang tersebar di Desa Batu Cermin, Kelurahan Labuan Bajo,
Kelurahan Wae Kelambu, Desa Gorontalo, dan Desa Golobilas. Sungai Wae Mese merupakan sungai
utama yang mengalir di daerah perencanaan, berada di sebelah timur Kota Labuan Bajo, sungai ini
mengalir dari utara ke selatan dan bermuara di laut Sawu.
Pola aliran sungai pada bagian muara yang merupakan daerah yang menunjukkan pola aliran
meandering. Pada musim penghujan sering terjadi banjir. Debit maksimumnya adalah 336 m3/detik,
sedangkan debit minimum 8 m3/detik. Beberapa mata air yaitu Wae Mowol, Wae Moto, Wae Kaca,
dan Wae Mbaru yang digunakan sebagai sumber air baku air Minum untuk memenuhi kebutuhan
penduduk di kawasan Kota Labuan Bajo dan sekitarnya yang dikelola Oleh UPTD Air Bersih
Kabupaten Manggarai Barat.
Aspek Sosial dan Ekonomi
Kependudukan
Tabel 2.5 Banyaknya Rumah Tangga, Jumlah Penduduk Diperinci Per Desa, di
Kecamatan Komodo Tahun 2018
Perekonomian
Sektor yang menjadi penggerak laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Manggarai Barat antara
lain perkebunan, perdagangan, pengangkutan dan pariwisata. Komoditi perkebunan yang cukup
menonjol adalah jambu mente, kakao, kopi dan kemiri.
Dalam sektor pengangkutan, adanya pelabuhan laut Labuan Bajo dan lapangan udara perintis
merupakan sektor penunjang perekonomian bagi Kabupaten Manggarai Barat yang sedang
membangun.
Sebagai kota transit bagi para wisatawan yang akan mengunjungi daerah wisata Pulau
Komodo, maka Kawasan Kota Labuan Bajo dilengkapi dengan fasilitas penginapan.
a. Drainase
Sistim drainase yang ada saat ini lebih merupakan sistim drainase jalan, belum merupakan
sistem drainase perkotaan. Sebagian besar jalur jalan utama dalam kota sudah dilengkapi
dengan saluran drainase, umumnya dengan kontruksi pasangan batu kali, dengan lebar saluran
berkisar 40 – 60 cm, kedalaman 50 – 70 cm. Penanganan drainase di Kawasan Kota Labuan
Bajo terutama dilakukan di daerah yang sering mengalami banjir, seperti daerah Wae Mata,
daerah Puskesmas Kota, daerah Batu Cermin, daerah Lorong Pengadilan, daerah Pantai Pede,
dan Kampung Gorontalo yang berada di wilayah dengan topografi datar. Sistem drainase di
Kawasan Kota Labuan Bajo memang masih sangat terbatas. Hal ini terlihat dari sebagian besar
jaringan jalan yang melintasi Kawasan kota Labuan Bajo belum dilengkapi dan saluran
drainase. Saluran drainase baru tersedia pada beberapa ruas jalan, terutama di kawasan pusat
kota lama yang merupakan jaringan jalan negara. Untuk mengurangi risiko banjir dan genangan
pada musim hujan, jaringan jalan di seluruh kawasan perkotaan Labuan Bajo perlu dilengkapi
dengan jaringan drainase sesuai dengan standar yang berlaku.
b. Persampahan
Dengan masih tersediaanya lahan kosong disekitar perumahan, maka penduduk di Kawasan
Kota Labuan Bajo masih memanfaatkan lahan kosong tersebut sebagai tempat pembuangan
sampah. Sebagian Masyarakat masih melakukan pengelolaan sampah bersifat individual, belum
dilaksanakan secara komunal. Penanganan persampahan yang meliputi pengumpulan dan
pembuangan sampah di kawasan perkotaan Labuan Bajo belum membedakan pelanggan
berdasarkan kategori komersial, semi komersial, dan non komersial. Cakupan pelayanan
persampahan baru mencapai 50% dari wilayah perkotaan. Sistem pelayanan berpola door to
door, yaitu sampah diserahkan oleh penghasil sampah atau diambil oleh petugas untuk dibawa
ke tempat pembuangan akhir (TPA). Penduduk yang tidak terlayani oleh sistem pengelolaan
sampah kota, umumnya membuat lubang di pekarangan rumahnya dan mengolah sampahnya
dengan cara pembakaran. Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Kawasan Kota Labuan
Bajo terletak di Desa Golobilas. TPA ini mulai berfungsi sejak tahun 2005 dan telah terdapat
akses jalan masuk dan sarana pengangkutan berupa truk-truk sampah. Sistem pengolahan
sampah saat ini masih menggunakan sistem open dumping. Lokasi TPA yang tersedia saat ini
diangap belum memenuhi kriteria standar oleh karena terletak berdekatan dengan permukiman
penduduk. Untuk wilayah yang tidak dilayani rute pengambilan sampah, pengelolaan sampah
dilakukan melalui penimbunan ke dalam lubang, pembakaran, bahkan dibuang ke selokan.
Disamping menimbulkan polusi udara, pembakaran dan pembuangan sampah ke selokan juga
merusak dan menimbulkan kerusakan pada jaringan pipa instalasi air minum yang terbuat dari
PVC/paralon.