Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN ANTARA

PENYUSUNAN DOKUMEN KLHS


RTRW KABUPATEN TELUK BINTUNI

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan secara singkat tentang latar belakang pelaksaan pekerjaan, ruang lingkup,
kondisi fisik dasar, kependudukan, dasar hokum dan sistematika pembahasan pelaksaan pekerjaan
penyusunan KLHS RTRW Kabupaten Teluk Bintuni.

1.1. LATAR BELAKANG


Sesuai dengan amanah Undang-undang nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang yang menggariskan bahwa pemanfaatan ruang harus memperhatikan daya dukung
lahan, keseimbangan, keserasian dan keterpaduan. Seiring dengan penggunaan ruang yang
semakin padat, sedangkan ruang yang tersedia terbatas, maka diperlukan pengaturan
pemanfaatan ruang sesuai penggunaannya dengan memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lahan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa dalam mengupayakan perbaikan kualitas rencana tata
ruang, maka penyusunan rencana tata ruang harus dilengkapi dengan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis [KLHS] atau Strategic Environmental Assessment [SEA]. KLHS merupakan salah
satu alat bantu yang berupaya memperbaiki kerangka pikir [framework of thinking]
perencanaan tata ruang wilayah untuk mengatasi persoalan lingkungan hidup.
Kewajiban pelaksanaan KLHS oleh Pemerintah Daerah termuat didalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pasal 15 bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melaksanakan KLHS kedalam
penyusunan atau evaluasi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah beserta rincinya, Rencana
Pembangunan Jangka Panjang dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah, baik di tingkat
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; dan terhadap kebijakan, rencana, dan/atau program
yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan hidup.

I-1
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN DOKUMEN KLHS
RTRW KABUPATEN TELUK BINTUNI
1.1.1. Maksud
Maksud dari Penyusunan Dokumen KLHS RTRW Kabupaten Teluk Bintuni
sebagaimana telah digambarkan dalam latar belakang diatas adalah sebagai pedoman dasar
bagi kebijakan, perencanaan, dan/atau program perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dalam menunjang legalisasi produk RTRW.

1.1.2. Tujuan
Adapun tujuan Penyusunan Dokumen KLHS RTRW Kabupaten Teluk Bintuni adalah:

1. Tersedianya data tentang kajian perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan
hidup, kajian kinerja layanan/jasa ekosistem, kajian efisiensi pemanfaatan sumber daya
alam, kajian tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi, kajian terhadap perubahan
iklim, kajian tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

2. Agar dapat memberikan evaluasi terhadap kebijakan, Rencana Pola Ruang, Rencana
Jaringan Prasarana, ketentuan pemanfaatan ruang dan peraturan pengendalian
pemanfaatan ruang dalam Produk RTRW sesuai dengan rekomendasi yang disajikan
dalam dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).

1.1.3. Sasaran
Sasaran yang diharapkan dalam Penyusunan Dokumen KLHS RTRW Kabupaten Teluk
Bintuni adalah Tersusunnya dokumen KLHS RTRW Kabupaten TELUK BINTUNI sebagai
upaya percepatan legalisasi Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten TELUK BINTUNI

1.2. RUANG LINGKUP


1.2.1. Ruang Lingkup Wilayah
Kabupaten Teluk Bintuni merupakan kabupaten yang terbentuk berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi,
Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten
Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen,
Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Teluk Bintuni,
Kabupaten Teluk Bintuni, dan Kabupaten Wondama di Provinsi Papua Barat. Pembentukan
Kabupaten Teluk Bintuni sebagai daerah otonom dimaksudkan untuk memperpendek rentang
kendali pemerintahan dalam rangka memberikan pelayanan publik yang lebih baik kepada
masyarakat. Selain itu, hal tersebut juga dilakukan untuk mempercepat proses pelaksanaan
pembangunan guna meningkatkan taraf hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat.

I-2
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN DOKUMEN KLHS
RTRW KABUPATEN TELUK BINTUNI
Kabupaten Teluk Bintuni terletak di bagian tengah Provinsi Papua Barat dengan ibukota
kabupaten berada di Distrik Bintuni. Secara geografis,
Kabupaten Teluk Bintuni terletak di antara 1º57’00” - 3º 11’26” Lintang Selatan dan
132º44’59”-134º14’49”Bujur Timur. Batas wilayah Kabupaten Teluk Bintuni adalah sebagai
berikut:
Sebelah utara : Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Sorong Selatan;
Sebelah selatan : Kabupaten Kaimana dan Kabupaten Fak-Fak;
Sebelah timur : Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Manokwari, dan
Kabupaten Nabire (Provinsi Papua); dan
Sebelah barat : Kabupaten Sorong Selatan.
Pada awalnya, jumlah distrik yang ada di Kabupaten Teluk Bintuni adalah sebanyak 10
distrik berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Distrik. Sejalan dengan adanya perkembangan waktu dan untuk memaksimalkan pelayanan
kepada masyarakat, jumlah distrik di Kabupaten Teluk Bintuni pada tahun 2007 dimekarkan
menjadi 24 distrik yaitu: Distrik Farfuwar, Babo, Sumuri, Aroba, Kaitaro, Kuri, Idoor/Wamesa,
Bintuni, Manimeri, Tuhiba, Dataran Beimes, Tembuni, Aranday, Tomu, Komundan, Weriagar,
Moskona Selatan, Meyado, Moskona Barat, Merdey, Biscoop, Masyeta, Moskona Utara, dan
Moskona Timur. Kabupaten Teluk Bintuni memiliki luas wilayah 18.637 km2 atau sebesar
19,2 persen dari luas Provinsi Papua Barat. Distrik yang memiliki wilayah terluas di Kabupaten
Teluk Bintuni adalah Distrik Sumuri, yaitu seluas 1.922 km² (10,31 persen).
Distrik yang memiliki wilayah terluas kedua adalah Distrik Kuri yaitu seluas 1.611
km²(8,64 persen), diikuti Distrik Tembuni seluas 1.326 km² (7,11 persen), sedangkan distrik
dengan luas wilayah terkecil adalah Distrik Tuhiba, yaitu seluas 263,60 km² (1,41 persen).
Tabel 1.1. Luas Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni Menurut Distrik
Luas
No. Distrik % Ibukota Distrik
(Km2)
1 Farfurwar 1.171,00 6,28% Fruata
2 Babo 687,43 3,69% Irarutu III
3 Sumuri 1.922,00 10,31% Tofoi
4 Aroba 859,29 4,61% Aroba
5 Kaitaro 859,29 4,61% Sara
6 Kuri 1.611,00 8,64% Sarbe
7 Wamesa 816,00 4,38% Idoor
8 Bintuni 421,75 2,26% Bintuni Barat
9 Manimeri 316,32 1,70% Bumi Saniari
10 Tuhiba 263,60 1,41% Tuhiba
11 Dataranbeimes 316,32 1,70% Horna
12 Tembuni 1.326,00 7,11% Tembuni
13 Aranday 572,01 3,07% Aranday

I-3
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN DOKUMEN KLHS
RTRW KABUPATEN TELUK BINTUNI
Luas
No. Distrik % Ibukota Distrik
(Km2)
14 Tomu 572,00 3,07% Sebyar Rejosari
15 Komundan 572,00 3,07% Kalitami I
16 Weriagar 715,00 3,84% Weriagar
Moskona
17 Selatan 929,62 4,99% Jagiro
18 Meyado 743,69 3,99% Meyado
19 Moskona Barat 743,69 3,99% Meyerga
20 Merdey 789,44 4,24% Merdey
21 Biscoop 789,44 4,24% Jahabra
22 Masyeta 451,11 2,42% Masyeta
23 Moskona Utara 679,43 3,65% Moyeba
24 Moskona Timur 509,57 2,73% Igomu
Total 18.637,00 100,00%
Sumber: Kabupaten Teluk Bintuni Dalam Angka, 2019

1.2.2. Ruang Lingkup Kegiatan


Penyusunan Dokumen KLHS RTRW Kabupaten Teluk Bintuni yang disusun
direncanakan memuat kajian lingkungan, diantaranya:
1. Identifikasi kapasitas daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup;
2. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;
3. Kinerja layanan/jasa ekosistem;
4. Pola dalam efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
5. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan
6. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
Dalam proses penyusunannya, Dokumen KLHS dilaksanakan melalui beberapa tahapan
kegiatan pokok, yaitu:
a. Identifikasi dan analisis kondisi lingkungan hidup di lokasi studi akibat adanya
pemanfaatan lahan;
b. Pengkajian pengaruh Rencana Pola Ruang, Rencana Jaringan Prasarana, ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang terhadap kondisi lingkungan hidup di lokasi studi;
c. Rekomendasi materi RTRW yang mengintegrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan.
Untuk mendukung kegiatan pokok, juga direncanakan beberapa kegiatan pendukung
yang meliputi:
a. Pelingkupan materi pokok atau isu-isu strategis Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
b. Pengumpulan dan penelaahan dokumen, terutama:
 RTRW

I-4
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN DOKUMEN KLHS
RTRW KABUPATEN TELUK BINTUNI
 RPJM
 Dokumen-dokumen lain yang terkait.
c. Pengumpulan dan penelaahan data instansional di lingkungan SKPD untuk menggali
informasi yang berkaitan dengan isu pokok lingkungan hidup dan pembangunan
daerah.
d. Melakukan diskusi terarah terbatas untuk membahas implikasi Kebijakan Rencana
Program dan menggali alternatif konsep keberlanjutan permbangunan.
e. Melakukan kegiatan Pelaporan dan Tinjauan (reporting and review).
f. Finalisasi Laporan dan Penyerahan Laporan.

1.3. KELUARAN
1. Hasil yang diharapkan dari penerapan KLHS adalah tersusunnya laporan pelaksanaan
KLHS yang memuat rekomendasi mitigasi dampak negatif kebijakan dan/atau rencana
pembangunan terhadap lingkungan hidup disertai dengan serta kajian daya dukung
dan daya tampung SDA yang dilengkapi dengan data hasil identifikasi dan
inventarisasi sumber pencemar air, tanah dan udara. Laporan KLHS bersifat interaktif
yang dapat dan bahkan perlu dimutakhirkan oleh SKPD terkait.
2. Laporan KLHS ini diharapkan bermanfaat bagi penyusunan Rencana Tata Ruang
Daerah ataupun Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah
berikutnya agar sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan.
3. Dokumen-dokumen perencanaan dan lingkungan seperti halnya tata ruang, rencana
pembangunan dan status lingkungan hidup merupakan referensi utama yang dapat
dijadikan baseline bagi analisis KLHS ini.
4. Output yang diharapkan dari kegiatan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) adalah tersusunnya dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang
didukung dengan data keruangan mengenai identifikasi kemampuan dan daya dukung
lingkungan hidup.
5. Sedangkan outcome yang diharapkan dari kegiatan penyusunan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis adalah :
a. Tersedianya bahan/pedoman untuk penyusunan kebijakan, strategi dan program
pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan di wilayah studi;
b. Diperolehnya informasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan
evaluasi dan validasi terhadap kebijakan tata ruang dan pengelolaan lingkungan
hidup.

1.4. DASAR HUKUM PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP


STRATEGIS

I-5
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN DOKUMEN KLHS
RTRW KABUPATEN TELUK BINTUNI
Adapun dasar hukum yang digunakan pada penyusunan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) RTRW Kabupaten Teluk Bintuni adalah sebagai berikut:
No. Peraturan Alasan Digunakan Sebagai Acuan
Undang-undang RI
1 Undang-Undang RI No. 5 tahun 1960 Sebagai dasar untuk penataan
tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria kepemilikan tanah dan fungsinya
2 Undang-Undang RI No. 5 tahun 1990 Sebagai dasar dalam melakukan
tentang Konservasi Sumber Daya Alam upaya-upaya pengelolaan lingkungan
Hayati Dan Ekosistemnya yang terkait dengan sumber daya air,
udara, maupun sumber daya alam
yang lain
3 Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 Sebagai dasar dalam penentuan
tentang Pemerintahan Daerah tatanan organisasi yang terkait dengan
institusi pemerintah yang terlibat
dalam proses KLHS maupun kebijakan-
kebijakan yang dibuat masing-masing
daerah/wilayah
4 Undang-Undang RI No. 38 tahun 2004 Sebagai dasar dalam menganalisa
tentang Jalan aspek transportasi yang dikaji dalam
KLHS
5 Undang-Undang RI No. 26 tahun 2007 Sebagai dasar penetapan kelayakan
tentang Penataan Ruang lokasi terkait dengan rencana tata
ruang yang ada
6 Undang–Undang RI No. 18 Tahun 2008 Sebagai dasar pengelolaan
tentang Persampahan persampahan di wilayah studi
7 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Sebagai pedoman dalam kegiatan
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pengaturan lalu lintas di lokasi proyek
8 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Sebagai pedoman dalam penyusunan
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Dokumen lingkungan
Lingkungan Hidup
9 Undang-Undang No. 36 tahun 2009 Sebagai dasar untuk proses analisis
tentang Kesehatan prakiraan dampak dan
pengelolaannya terkait dengan aspek
kesehatan masyarakat
Peraturan Pemerintah RI
10 Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun Sebagai dasar pedoman untuk
1999 tentang Pengendalian Pencemaran pengelolaan dampak kualitas udara
Udara
11 Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun Sebagai dasar dalam penentuan
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air golongan peruntukan air dan
dan Pengendalian Pencemaran Air pengelolaan kualitas air
12 Peraturan Pemerintah RI No. 16 Tahun Sebagai dasar untuk pengaturan tata
2004 tentang Penatagunaan Tanah guna tanah atas lahan yang dimiliki
13 Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun Sebagai referensi dalam menetapkan
2008 tentang Rencana Tata Ruang posisi lokasi proyek di dalam RTRW
Wilayah Nasional Nasional
14 Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun Sebagai dasar dalam pengelolaan dan
2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya pemanfaatan air

I-6
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN DOKUMEN KLHS
RTRW KABUPATEN TELUK BINTUNI
No. Peraturan Alasan Digunakan Sebagai Acuan
Air
15 Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun Sebagai dasar dalam pengelolaan
2009 tentang Pengendalian Pencemaran parameter udara
Udara
16 Peraturan Pemerintah RI No. 43 Tahun Sebagai dasar dalam penetapan lokasi
2010 tentang Penetapan Kawasan Khusus proyek
17 Peraturan Pemerintah No 46 Tahun Sebagai dasar dalam Penyelenggaraan
2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS
Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
Peraturan Menteri RI
17 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. Sebagai dasar dalam menetapkan
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat- kelayakan kualitas air yang dapat
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air digunakan oleh masyarakat
18 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. Sebagai dasar dalam menetapkan
1405/MenKes/SK/XI/2002 tentang Baku kelayakan kualitas udara ambient
Mutu Kualitas Udara Ambien di Dalam
Ruang
19 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Sebagai pedoman dalam penyusunan
No. 09 Tahun 2011 Tentang Pedoman Dokumen KLHS
Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
20 Peraturan Menteri Kesehatan No Sebagai dasar dalam penilaian dan
492/Per/MENKES/IV/2010 Tentang penentuan kualitas air bagi masyarakat
Syarat-Syarat Kualitas Air Minum
21 Peraturan Menteri Kesehatan No Sebagai dasar dalam proses
736/Per/MENKES/VI/2010 Tentang pengawasan kelayakan kualitas air
Syarat-Syarat Pengawasan Kualitas Air untuk keperluan masyarakat
Minum
Keputusan Menteri
22 Keputusan Menteri Kesehatan No. Sebagai dasar menentukan tingkat
718/MENKES/PER/IV-/1987 tentang kebisingan yang dapat diterima oleh
Kebisingan Yang Berhubungan Dengan masyarakat
Kesehatan
23 Surat Keputusan Menteri Negara Sebagai acuan kualitas efluen hasil
Kependudukan dan Lingkungan Hidup pengolahan limbah domestik
No. Kep-02/MenKLH/1988 tentang Baku
Mutu Air Limbah.
24 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Sebagai dasar penentuan baku mutu
No. 48/MENLH/11/1996 tentang Baku kualitas kebisingan yang terjadi akibat
Mutu Tingkat Kebisingan adanya pembangunan
25 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Sebagai dasar tolok ukur dari getaran
No. 49/MENLH/11/1996 tentang Baku yang dapat dioperasikan dan aman
Tingkat Getaran bagi masyarakat sekitar
26 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Sebagai dasar dalam menentukan dan
No. 50/MENLH/11/1996 tentang Baku menetapkan sutau kegiatan
Mutu Tingkat Kebauan bermasalah atau tidak terhadap
munculnya bau.
27 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Sebagai dasar dalam perhitungan

I-7
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN DOKUMEN KLHS
RTRW KABUPATEN TELUK BINTUNI
No. Peraturan Alasan Digunakan Sebagai Acuan
No. 45/MENLH/10/1997 tentang Indeks untuk menentukan kriteria ISPU
Standar Pencemar Udara
28 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI Sebagai dasar untuk menilai kelayakan
No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan kemudahan pencapaian rencana
Teknis Aksesbilitas pada Bangunan kegiatan
Umum dan Lingkungan
29 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Untuk memberi batasan hasil
Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang pengolahan limbah domestik yang
Baku Mutu Limbah Cair Domestik aman dibuang ke badan air

a. Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup
Pasal 15
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program;
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan KLHS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ke dalam penyusunan atau evaluasi :
a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) beserta rincinya Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
nasional, provinsi dan kabupaten/kota; dan
b. Kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak
dan/atau risiko lingkungan hidup.
(3) KLHS dilaksanakan dengan mekanisme :
a. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana dan/atau program terhadap kondisi
lingkungan hidup di suatu wilayah;
b. Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program; dan
c. Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana dan/atau
program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan
Pasal 19
(1) Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat;
setiap perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS; dan
(2) Perencanaan tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada nomor (1) ditetapkan
dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
b. Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
Pasal 25, 27, 33 dan 35 menyatakan bahwa prosedur penetapan RTRW nasional, provinsi,
kabupaten/kota dilakukan melalui KLHS.

I-8
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN DOKUMEN KLHS
RTRW KABUPATEN TELUK BINTUNI
c. Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis.

1.5. SISTEMATIKA PEMBAHASAN


Adapun sistematika pembahasan dalam penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) RTRW Kabupaten Teluk Bintuni adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab Pendahuluan berisi tentang latar belakang, tujuan dan manfaat penyusunan
KLHS, dasar hukum penyusunan KLHS, pemangku kepentingan terkait serta
sistematika pembahasan dalam penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) RTRW Kabupaten Teluk Bintuni.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODOLOGI
Bab Tinjauan pustaka membahas mengenai konsep, definisi, kaidah, manfaat KLHS,
tujuan KLHS, struktur KLHS, fokus KLHS, KLHS dalam perspektif pembangunan
berkelanjutan, KLHS dalam proses pengambilan keputusan, KLHS dalam penataan
ruang, dan telaah kapasitas daya dukung ligkungan terhadap kegiatan
pembangunan, serta pembahasan mengenai prinsip KLHS, pendekatan penyusunan,
metode pengumpulan data, dan tahap analisa.
BAB III GAMBARAN UMUM DAN KEBIJAKAN
Tinjauan Kebijakan Dan Gambaran umum wilayah perencanaan ini meliputi
kebijakan-kebijakan yang terkait dengan wilayah Kabupaten Teluk Bintuni serta
Gambaran umum Kabupaten Teluk Bintuni.
BAB IV PROSES ANALISA KONDISI LINGKUNGAN HIDUP
Bab Analisa kondisi lingkungan hidup membahas mengenai analisa kondisi
lingkungan hidup yang meliputi analisa kondisi lahan/ hutan, analisa kondisi sumber
daya air, analisa kondisi udara; identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan;
serta isu strategis pembangunan berkelanjutan yang terdiri dari aspek lingkngan,
sosial, dan ekonomi.

I-9

Anda mungkin juga menyukai