BAB II
GAMBARAN UMUM KOTA KUPANG DAN
LOKASI RENCANA PEMBANGUNAN UPTD
LABKESDA
II - 1
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sape Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Wilayah administrasi di Nusa Tenggara Timur tahun 2019 terbagi atas 21 kabupaten
dan 1 kota. Wilayah terluas adalah Kabupaten Sumba Timur dengan luas 7.005,00
km2 (14,61%) dan Kabupaten Kupang dengan luas 5.525,83 km 2 (11,53%). Wilayah
terkecil adalah Kota Kupang dengan luas 180,27 km 2 (0,38%). Gambaran Provinis
Nusa Tenggara Timur secara jelasnya dapat dilihat pada gambar peta di bawah ini.
Gambar 2.1.
Peta Administrasi Provinsi Nusa Tenggara Timur
II - 2
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
sebanyak 3.353. Untuk lebih jelasnya keadaan geografi Provinsi Nusa Tenggara
Timur dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1
Jumlah Kabupaten, Kecamatan, Ibukota Kabupaten, Luas Wilayah dan Presentasi
Luas Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2019
Ibukota Luas
Jumlah Presentase
No Kabupaten/Kota Kabupaten/ Wilayah
Kecamatan (%)
Kota (Km2)
Kabupaten
1 Sumba Barat Waikabubak 6 737,42 1,54
2 Sumba Timur Waingapu 22 7.005,00 14,61
3 Kupang Oelamasi 24 5.525,83 11,53
4 Timor Tengah Selatan Soe 32 3.947,00 8,23
5 Timor Tengah Utara Kefamenanu 24 2.669,70 5,57
6 Belu Atambua 12 1.248,94 2,61
7 Alor Kalabahi 17 2.928,88 6,11
8 Lembata Lewoleba 9 1.266,39 2,64
9 Flores Timur Larantuka 19 1.754,98 3,66
10 Sikka Maumere 21 1.731,91 3,61
11 Ende Ende 21 2.068,00 4,31
12 Ngada Bajawa 12 1.722,24 3,59
13 Manggarai Ruteng 12 1.915,62 4,00
14 Rote Ndao Ba’a 10 1.284,41 2,68
15 Manggarai Barat Labuan Bajo 12 3.141,47 6,55
16 Sumba Tengah Waibakul 5 1.817,88 3,79
17 Sumba Barat Daya Tambolaka 11 1.445,32 3,20
18 Nagekeo Mbay 7 1.416,96 2,96
19 Manggarai Timur Borong 9 2.502,24 5,22
20 Sabu Raijua Seba 6 460,47 0,96
21 Malaka Betun 12 1.160,61 2,42
Kota
1 Kota Kupang Kupang 6 180,27 0,38
Nusa Tenggara Timur 309 47.931,54 100
Sumber Data : Prov. NTT Dalam Angka, 2019 (BPS Prov. NTT)
2.1.2 Kependudukan
Penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik Provinsi pada tahun 2019 adalah sebanyak 5.456.203 jiwa yang terdiri atas
2.702.264 laki-laki dan 2.753.939 perempuan. Rasio jenis kelamin tahun 2019
adalah 98 yang berarti dari 100 perempuan hanya terdapat 98 laki-laki. Laju
II - 3
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
pertumbuhan penduduk tahun 2019 adalah 1,66 persen. Untuk lebih jelasnya jumlah
penduduk disetiap kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada
Tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan, Persentase dan Kepadatan Penduduk
Penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2019
Laju
Kepadatan
Penduduk Pertumbuhan Persentase
No Kabupaten/Kota Penduduk
(Ribu Jiwa) Penduduk per Penduduk
per Km2
Tahun (%)
Kabupaten
1 Sumba Barat 129,71 1,70 2,38 176
2 Sumba Timur 258,49 1,37 4,74 37
3 Kupang 403,58 3,15 7,40 73
4 Timor Tengah Selatan 467,99 0,61 8,58 119
5 Timor Tengah Utara 254,17 1,08 4,66 95
6 Belu 220,12 1,70 4,03 176
7 Alor 205,60 0,83 3,77 70
8 Lembata 143,07 2,12 2,62 113
9 Flores Timur 255,92 1,02 4,69 146
10 Sikka 320,40 0,67 5,87 185
11 Ende 273,93 0,51 5,02 132
12 Ngada 163,22 1,48 2,99 95
13 Manggarai 338,42 1,58 6,20 177
14 Rote Ndao 172,10 4,02 3,15 134
15 Manggarai Barat 274,69 2,35 5,03 87
16 Sumba Tengah 72,80 1,66 1,33 40
17 Sumba Barat Daya 344,72 2,08 6,32 239
18 Nagekeo 145,83 1,22 2,67 103
19 Manggarai Timur 287,21 1,38 5,26 115
20 Sabu Raijua 97,38 3,11 1,78 211
21 Malaka 191,89 1,70 3,52 165
Kota
1 Kota Kupang 434,97 2,84 7,97 2.413
Nusa Tenggara Timur 5 456,20 1,66 100 114
Sumber Data : Prov. NTT Dalam Angka, 2019 (BPS Prov. NTT)
II - 4
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Gambar 2.2
Peta Administrasi Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur
2.2.1 Administratif
Luas wilayah Kota Kupang adalah sebesar 180,27 km² dengan jumlah kecamatan
sebanyak 6 (enam) kecamatan dan 51 kelurahan. Kecamatan yang terluas adalah
II - 5
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Kecamatan Alak dengan luas 86,91 km² sedangkan kecamatan dengan luas wilayah
terkecil adalah Kecamatan Kota Lama yaitu sebesar 3,22 km². Untuk lebih jelasnya
keadaan geografi Kota Kupang dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.3
Ibukota dan Jarak Ke Ibukota Kecamatan, Jumlah Kelurahan, Luas wilayah dan
Presentasi Luas Kota Kupang, 2019
Luas
Ibukota Jarak ke Jumlah Presentase
No Kecamatan Wilayah
Kecamatan Ibukota Kelurahan (%)
(Km2)
Penkase
1 Alak 11,50 12 86,91 48,21
Oeleta
2 Maulafa Maulafa 4,90 9 54,80 30,40
3 Oebobo Oebobo 3,90 7 14,22 7,89
4 Kota Raja Kota Raja 5,00 8 6,10 3,38
5 Kelapa Lima Kelapa Lima 0,85 5 15,02 8,33
6 Kota Lama Kota Lama 4,20 10 3,22 1,80
Kota Kupang Kupang 51 180,27 100,00
Sumber: Kota Kupang Dalam Angka, 2020 (BPS Kota Kupang)
Di Kota Kupang terdapat dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada
bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak
banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim kemarau. Sebaliknya pada
bulan Desember - Maret arus angin yang datang dari benua Asia dan Samudera
Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan. keadaan seperti
ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan Mei - Juni dan
November - Desember.
Rata-rata suhu udara (temperatur) di Kota Kupang berada pada kisaran 22,30° -
33,50°C, dengan temperatur tertinggi sekitar 33,50°C terjadi pada bulan September
dan suhu udara minimum 22,30° C pada bulan Agustus. Kelembaban udara rata-
rata Kota Kupang dan sekitarnya adalah sekitar 83,25% dengan variasi 73 % hingga
99 %. Kelembaban udara yang sedemikian ini dipengaruhi oleh lamanya penyinaran
matahari. Lama penyinaran matahari rata-rata mencapai 9,5 jam/hari.
II - 6
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Curah hujan rata-rata di wilayah Kota Kupang berkisar antara 1.000 sampai 1.200
mm/tahun. Curah hujan bulanan berkisar antan 90 - 450 mm dengan waktu curah
hujan minimum terjadi pada bulan Mei hingga Juli, sedangkan curah hujan
maksimum terjadi di bulan Desember dan Januari. Adapun kecepatan angina rata-
rata per tahun adalah 55 – 90 knot.
Berdasarkan gambaran tersebut di atas, kota Kupang memiliki iklim tropis, dengan
curah hujan yang tidak begitu tinggi setiap tahunnya, bahkan pada bulan Mei hingga
Juli tidak terjadi hujan. Iklim kota Kupang diklasifikasikan sebagai Af berdasarkan
Sistem Koppen-Geiger.
c. Jenis Tanah
Secara geologis Kota Kupang ini terdiri dari pembentukan tanah dari bahan keras
dan bahan non vulkanis. Bahan-bahan mediteran/ rencina/ liotsolter terdapat di
semua kecamatan.
d. Struktur Geologi
Kompleks Bobonaro, terdiri atas dua bagian. Bagian pertama adalah batu
lempung bersisik dan bongkah-bongkah rijang, dan yang kedua adalah batuan
ultra basa dan batu gamping dengan berbagai ukuran yang tertanam pada masa
batu lempung. Kompleks ini tersebar berupa perbukitan rendah sekitar Manulai,
Maulata-Kohlua, dan di bagian selatan Nainoni-Fatukoa.
Formasi Noele, terdiri dari napal berselingan dengan batu pasir, konglomerat, dan
tufa. Pada batu pasir menunjukkan perlapisan, konglomerat terdiri dari rombakan
batuan malihan dan batu lempung, sedangkan tufa mempunyai perlapisan
II - 7
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
sejajar dan dijumpai konvolut. Formasi ini tersebar di sekitar Manulai, Nainoni-
Fatukoa dan Tarus.
Satuan Batu Gamping Koral, berupa batu gamping koral yang bagian bawahnya
terdapat batu gamping klastik, perlapisan hampir datar dengan kemiringan < 5º.
Satuan ini tersebar luas, meliputi daerah Kecamatan Alak (Tenau, Alak, Manulai,
dan Nitnea), Kecamatan Oebobo (pusat Kota Kupang) dan kearah timur meliputi
Kecamatan Kelapa Lima.
Aluvium, berupa endapan sungai dan endapan pantai. Penyebarannya hingga ke
pantai utara, sekitar Oesapa dan Lasiana (Kecamatan Kelapa Lima).
Hampir seluruh Kota Kupang berada di atas bentang alam kars yang berpuncak
hampir datar, punggungan batu gamping mirip morfologi plato, yang memanjang
dengan arah utara-selatan. Di antara punggungan tersebut dibatasi oleh lembah
sungai yang landai-agak terjal. Di sebelah barat Kota Kupang, seperti daerah antara
Tenau dan Bolok, punggungan tersebut mempunyai perbedaan ketinggian (elevasi)
yang cukup besar dengan dataran pantai di sebelah utaranya, dan di samping itu
dibatasi oleh tebing yang agak terjal hingga terjal. Sementara itu Praptisih (1996),
mengemukakan bahwa batu gamping terumbu koral di daerah Kota Kupang
membentuk morfologi perbukitan memanjang (hampir utara-selatan), seperti di
daerah Tenau mempunyai ketinggian wilayah kira-kira 75 m dpl.
Keberadaan struktur geologi Kota Kupang tidak dapat dipisahkan dengan proses
tektonik yang sedang berlangsung. Indikasinya adalah batuan yang terlipat, sesar
mendatar, sesar normal, dan sesar naik, (Rosidi, dan Tjokrosapoetro, 1979). Diduga
keberadaan punggungan yang berpuncak hampir datar tersebut merupakan sumbu
lipatan maupun jalur sesar.
Pada bagian lereng dan lembah punggungan batu gamping di daerah Manulai-
Batuplat dan Kohlua, terdapat singkapan napal dan batu lempung (batuan yang
berumur lebih tua), diperkirakan karena daerah tersebut dilalui oleh sesar mendatar
berarah utara-selatan.
II - 8
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Perbukitan di dekat pelabuhan Tenau, morfologinya merupakan satu seri teras yang
terdiri dari tujuh teras dan satu teras modern yang mempunyai umur Plistosen Akhir
(Praptisih, 1996). Teras-teras tersebut lebarnya antara 30-100 m dengan tinggi teras
antara 2,8 - 72,5 m. Proses pembentukan teras adalah indikasi dari pengangkatan
maupun pengaruh sesar (baratlaut-tenggara) yang ada di daerah Tenau yang erat
kaitannya dengan dinamika tektonik.
Pedataran aluvium (pantai dan sungai), dari sebelah utara Kota Kupang meluas ke
arah timur hingga aliran sungai Matahitu dan Tilong, diperkirakan merupakan daerah
depresi akibat dari pengaruh sesar mendatar (dextral), yang arahnya hampir barat-
timur. Jalur sesar tersebut memanjang dari wilayah sebelah timur (di luar Kota
Kupang) hingga Tanjung Oesapa dan daerah pantai Kota Kupang. Wilayah ini akan
semakin tidak stabil, terlebih lagi apabila sesar mendatar (dextral) tersebut
merupakan sesar aktif yang memungkinkan terakumulasinya pusat gempa. Seperti
halnya kejadian gempa bumi tahun 1976 dan 1978, teridentifikasi adanya retakan di
permukaan akibat dari pengangkatan dan penurunan tegak di wilayah tersebut
(Rosidi, dan Tjokrosapoetro, 1979).
Di bagian barat daerah cekungan, dari Kota Kupang ke arah selatan melalui Manulai,
terdapat jalur sesar mendatar (sinistral) yang berarah hampir utara-selatan. Jalur
sesar tersebut membentuk pematang bukit dan diperkirakan merupakan batas dari
cekungan tersebut menyebabkan tersingkapnya napal dan batu lempung ke
permukaan. Akibatnya lebih jauh adalah daerah tersebut mudah terjadi erosi dan
gerakan tanah yang intensif. Dari kenampakan di lapangan, semakin ke arah timur,
wilayah Kecamatan Kelapa Lima, batu gamping telah mengalami pelapukan cukup
II - 9
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
lanjut, sehingga tertutup oleh tanah pelapukan (terarosa) yang tebal, dan di banyak
tempat pada lembah terdapat bahan rombakan maupun sisa erosi.
Gambar 2.3
Peta Geologi Lingkungan Kota Kupang
Menurut Peta Zona Seismik untuk Konstruksi Bangunan dari Beca Carter Holling dan
Ferner Ltd (1976), wilayah Kota Kupang termasuk dalam Zona 5 (percepatan gempa
antara 0,25 – 0,33 g) dan Zona 4 (percepatan gempa antara 0,20 – 0,25 g) , yaitu
percepatan gempa untuk periode ulang setiap 20 tahun. Besarnya intensitas atau
tingginya tingkat kerusakan akibat gempa bumi (dinyatakan dalam skala MMI =
II - 10
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Modified Mercalli Intensity) bergantung pada beberapa faktor, antara lain jarak suatu
wilayah terhadap sumber gempa bumi dan kondisi geologi setempat. Dalam Peta
Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi, tempat-tempat atau daerah-daerah yang
memiliki nilai intensitas atau tingkat kerusakan yang sama dihubungkan oleh suatu
garis isoseismal. Berdasarkan pembagian zona tersebut, wilayah Kupang dan
sekitarnya termasuk dalam zona gempa dengan intensitas V - VI skala MMI (wilayah
Kupang bagian selatan) dan VI – VII skala MMI (wilayah Kupang bagian utara).
Gambar 2.4
Peta Zonasi Gempa di Indonesia
II - 11
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Kota Kupang
Tahun 2019
Laju
Kepadatan
Jumlah Presentase Pertumbuhan
No Kecamatan Penduduk per
Penduduk (%) per Tahun Km2
2018-2019
1 Alak 76.291 16,47 6,27 877,82
2 Maulafa 98.722 21,31 4,40 1.801,50
3 Oebobo 106.342 22,95 1,81 7.478,34
4 Kota Raja 64.394 13,90 0,98 10.556,39
5 Kelapa Lima 76.573 16,53 1,94 5.098,07
6 Kota Lama 41.029 8,85 1,04 12741,93
Kota Kupang 463.351 100 2,90 2.570,32
Sumber: Kota Kupang Dalam Angka, 2020 (BPS Kota Kupang)
b. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan salah satu modal bergeraknya perekonomian suatu
wilayah. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah sebuah indikator yang
mengindikasikan besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara
ekonomi disuatu wilayah. Semakin tinggi TPAK menunjukkan bahwa semakin tinggi
pula pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang
dan jasa dalam suatu perekonomian.
Tabel 2.5
Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Seminggu yang Lalu dan
Jenis Kelamin di Kota Kupang, 2019
II - 12
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Berdasarkan Tabel 2.5. tersebut d iatas, tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Kota Kupang pada tahun 2019 adalah sebesa 58,75%. Ini berarti dari 100 penduduk
usia 15 tahun ke atas, tersedia 58 hingga 59 orang untuk melakukan kegiatan
produksi (bekerja). Bila dirinci menurut jenis kelamin, TPAK laki-laki lebih tinggi
dibandingkan dengan TPAK perempuan. TPAK laki-laki sebesar 68,58% dan TPAK
perempuan sebesar 48,38%. Hal ini terkait dengan peran laki-laki sebagai pencari
nafkah untuk keluarga sedangkan perempuan lebih banyak berperan sebagai
pengurus rumah tangga.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Kupang pada tahun 2018 adalah
sebesar 9,78%. Ini berarti, dari 100 penduduk usia 15 tahun ke atas yang tersedia
untuk memproduksi barang dan jasa (angkatan kerja), 10 hingga 11 orang
diantaranya adalah pengangguran.
c. Perekonomian
Sumbangan terbesar untuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut
Lapangan Usaha atas dasar harga berlaku (ADHB) Kota Kupang tahun 2019 adalah
dari lapangan usaha konstruksi dengan kontribusi sebesar 16,29 persen. Berikutnya
adalah dari lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor dengan sumbangan sebesar 14,85 persen; lapangan usaha Jasa
Pendidikan sebesar 14,22 persen dan lapangan usaha Informasi dan Komunikasi
sebesar 11,43 persen.
II - 13
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Distribusi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha pada pembahasan ini
dibagi menjadi 3 kategori lapangan usaha yaitu Pertanian (pertanian, kehutanan,
perburuan, dan perikanan), Industri (pertambangan dan penggalian, industri
pengolahan, listrik, gas dan air serta bangunan/ konstruksi), dan Jasa-jasa
(perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel, angkutan, pergudangan,
komunikasi, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan,
serta jasa kemasyarakatan).
Gambar 2.5
Distribusi Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Struktur perekonomian Kota Kupang sebagai Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara
Timur menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kota Kupang bekerja di kelompok
lapangan pekerjaan jasa dengan persentase sebesar 79,34% bekerja. Kelompok
II - 14
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
lapangan usaha pertanian menyerap tenaga kerja paling rendah yaitu hanya sebesar
4,79%.
Selain itu dalam kebijakan pengembangan kawasan andalan Kota Kupang termasuk
salah satu kawasan andalan di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan kegiatan
utama adalah sektor industri, pariwisata, dan perikanan laut. Dengan memperhatikan
kondisi dan potensi wilayahnya Kota Kupang memiliki beberapa isu penting dalam
pengembangan tata ruangnya antara lain :
a. Pengembangan potensi pesisir dan lautnya belum optimal dilakukan mengingat
wilayah pesisir dan laut Kota Kupang memiliki potensi yang cukup potensial
untuk dikembangkan lebih lanjut baik potensi perikanan maupun potensi
wisatanya.
b. Perkembangan pembangunan kawasan pesisir kota belum berorientasi pada
pembangunan yang memperlakukan kawasan pantai sebagai bagian muka dari
kota melainkan masih memperlakukan kawasan pantai sebagai wilayah
belakang kota.
c. Ketersediaan air bersih di wilayah kota terutama saat musim kemarau panjang
selalu menjadi masalah bagi masyarakat, dimana penyediaan air bersih kota
II - 15
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
sangat tergantung pada ketersediaan air tanah dalam (sumur bor dan mata air)
dan sebagian lain pada ketersediaan air permukaan (embung dan dam).
d. Perkembangan pembangunan kawasan industri Tenau di Kecamatan Alak belum
dilakukan secara optimal baik dari segi penataan kawasan maupun penyediaan
fasilitas pendukung kawasan industri.
e. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi perkotaan seperti prasarana
jalan, terminal, sistem perparkiran, sarana pejalan kaki, angkutan umum kota
dirasakan belum optimal.
f. Pembangunan sarana dan prasarana kota seperti drainase dan sistem
pembuangan air limbah kota belum optimal dan cenderung menimbulkan
pencemaran terhadap persediaan air tanah dalam dan mata air yang selama ini
merupakan sumber air utama bagi masyarakat.
g. Sebaran permukiman cenderung tidak mengikuti perencanaan yang ada
melainkan berkembang mengikuti pusat kegiatan kota dan struktur jaringan
utama kota.
h. Sebaran penduduk tidak merata melainkan cenderung terpusat di kawasan pusat
kota, dimana kepadatan tertinggi terjadi di kecamatan Oebobo.
i. Belum optimalnya pembangunan ruang terbuka hijau kota seperti taman kota,
jalur hijau, hutan kota dan ruang terbuka hijau lainnya, dimana beberapa ruang
terbuka hijau kota telah mengalami pergeseran fungsi menjadi kawasan
permukiman dan tutupan lahannya masih didominasi oleh semak belukar. Terjadi
ocupasi terhadap kawasan sempadan sungai dan sempadan pantai oleh
kegiatan permukiman sehingga perlu tindakan tegas dalam mengatasi
pergeseran fungsi tersebut.
j. Terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang pada kawasan konservasi antara
kegiatan pertambangan dengan kegiatan konservasi, sehingga perlu pengaturan
yang tegas dan bijaksana dalam pengaturan pemanfaatan selanjutnya.
Atas dasar pemahaman terhadap arahan kebijakan Nasional dan Provinsi Nusa
Tenggara Timur serta isu-isu pengembangan tata ruang Kota Kupang, maka
beberapa kebijakan penataan ruang yang perlu dilakukan di Kota Kupang antara lain
:
II - 16
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Penetapan visi penataan ruang kota Kupang tidak terlepas dari arahan kebijakan
Nasional yang menetapkan Kota Kupang sebagai salah satu Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) di wilayah Timur Indonesia, khususnya Provinsi Nusa Tenggara
Timur dengan memperhatikan kondisi dan potensi wilayah, ekonomi, sosial budaya
II - 17
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
serta lingkungan. Atas dasar hal tersebut di atas maka visi penataan ruang kota
Kupang dalam rentang waktu 20 tahun kedepan adalah:
II - 18
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Dengan berpijak pada visi tersebut selanjutnya perumusan misi dan tema penataan
ruang wilayah Kota Kupang dimasa mendatang adalah menjadikan Kota Kupang
sebagai Kota Tepi Air ( Waterfront City ) yang berfungsi sebagai :
1. Pusat pemerintahan skala lokal dan regional,
2. Pusat perdagangan dan jasa skala regional dan internasional,
3. Pusat pariwisata skala regional dan internasional yang berwawasan lingkungan,
4. Pusat industri yang berorientasi pasar regional dan internasional,
5. Pusat permukiman yang berwawasan lingkungan.
6. Pusat pendidikan tinggi skala lokal dan regional.
Struktur Ruang Kota Kupang ditetapkan berdasarkan sistem pusat pelayanan kota
yang dikembangkan dalam 3 (tiga) pusat pelayanan kota, 7 (tujuh) sub pusat
pelayanan kota, dan 17 (tujuh belas) pusat lingkungan. Tiga Rencana Pusat
Pelayanan Kota (PPK) berperan untuk melayani seluruh wilayah kota dan/atau
regional, yaitu (1) PPK Kawasan Perkantoran Gubernur NTT, (2) PPK Kota Lama,
dan (3) PPK Kota Baru.
Adapun Sub Pusat Pelayanan Kota merupakan pusat pelayanan kegiatan kota
dengan lingkup wilayah pelayanan sebagian wilayah kota sebagaimana diatur dalam
rencana perwilayahan kota, sehingga disebut juga dengan Pusat Bagian Wilayah
Kota (Pusat BWK), yang dibagi dalam 7 Bagian Wilayah Kota (BWK
II - 19
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Sebagai tindak lanjut dari RTRW kota Kupang, untuk arahan dan pedoman
kebijakan dalam pemanfaatan, pengelolaan dan pengendalian ruang fisik kota,
Pemerintah Kota Kupang, pada tahun 2010, telah menyusun pula Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) dan telah ditetapkan oleh Walikota Kupang menjadi Peraturan
Daerah (Perda) No. 12 Tahun 2011 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota
Kupang Tahun 2011-2031. Kemudian pada tahun berikutnya, Perda tersebut dirubah
menjadi Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan
Daerah No. 12 Tahun 2011 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota Kupang Tahun
2011-2031. Dalam RDTR tersebut, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
dalam lingkup dan kedalaman rencananya, ke tujuh BWK tersebut telah
direncanakan lebih detail sebagai arahan dan pedoman dalam pemanfaatan,
pengelolaan dan pengendalian ruang fisiknya dan telah menjadi ketentuan hukum
yang mengikat bagi setiap pelaksanaan pembangunan fisik dalam pemanfaatan
ruang kota Kupang.
Gambar 2.6.
Peta Lokasi Lahan Rencana Gedung UPTD LABKESDA di kota Kupang
II - 20
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Lokasi Rencana
Berdasarkan peta tersebut terlihat bahwa lokasi lokasi lahan eksisting rencana
pembangunan gedung UPTD dan Laboratorium Kesehatan berada di kawasan pusat
kota Kupang, dimana jalan Suprato tersambung ke jalan W.J. Lalamentik dibagian
Utara dan jalan Hati Mulia serta jalan El Tari di bagian Selatan. Merupakan kawasan
mix area, yang terdiri permukiman penduduk, perdagangan/pertokoan dan
perkantoran pemerintah daerah, seperti Dinas Kesehatan, Badan Pusat Statistik
Prov. NTT. Kantor Kecamatan Oebobo dan Dinas Perhubungan Prov. NTT. Di
sebelah barat Jalan Suprapto tersebut terdapat jalan Palapa, yang juga kawasan
perkantoran, antara lain Kejari Prov. NTT, PLN UKP Kupang, Infokom Prov. NTT,
Perkebunan Prov. NTT dan Badan Narkotika Nasional.
Gambaran kondisi lahan dan bangunan eksisting secara jelasnya dapat dilihat pada
dokumentasi gambar/foto berikut ini.
II - 21
LAPORAN PENDAHULUAN
STUDI KELAYAKAN (FS) UPTD LABKESDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
II - 22