Anda di halaman 1dari 51

CV.

JASA LINGKUNGAN ACEH

KONDISI WILAYAH DAN


PENGEMBANGAN DAERAH

2.1 GAMBARAN UMUM KABUAPTEN ACEH SELATAN

2.1.1 Wilayah Administratif

Wilayah Kabupaten Aceh Selatan terletak di pantai barat – selatan Provinsi Aceh yang
berada di ujung utara Pulau Sumatera. Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 :
50.000, wilayah daratan Kabupaten Aceh Selatan secara geografis terletak pada 020 23’
24” – 030 44’ 24” LU dan 960 57’ 36” – 970 56’ 24” BT. Dengan batas-batas wilayah
adalah:

 sebelah utara : Kabupaten Aceh Tenggara;

 sebelah timur : Kota Subulussalam dan Kabupaten Aceh Singkil;

 sebelah selatan : Samudera Hindia;

 sebelah barat : Kabupaten Aceh Barat Daya.

Luas wilayah daratan Aceh Selatan adalah 4.176,59 Km2 atau 417.658,85 Ha, yang
meliputi daratan utama di pesisir barat – selatan Provinsi Aceh. Sesuai dengan penetapan
dalam UU No.11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, pembagian administrasi
pemerintahan kabupaten/kota terdiri berturut-turut atas: kecamatan, mukim, dan gampong.
Dengan demikian Wilayah Kabupaten Aceh Selatan secara administrasi pemerintahan
terbagi atas 18 kecamatan, 43 Mukim dan 248 Gampong, wilayah laut kewenangan
sejauh 4 mil dari garis pangkal seluas 3.677,53 Km 2, wilayah udara di atas daratan dan
laut kewenangan, serta termasuk ruang di dalam bumi di bawah wilayah daratan dan laut
kewenangan.

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-1
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Luas wilayah administrasi Kabupaten Aceh Selatan yang dirinci menurut kecamatan
seperti ditunjukkan pada Tabel 2. 1.

Tabel 2.1 Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Aceh Selatan

Ibu Kota Jumlah


No. Kecamatan Luas (Ha)
Kecamatan Mukim Gampong
1 Trumon Trumon 76.679,87 2 12
2 Trumon Tengah Ladang Rimba 12.350,22 2 10
3 Trumon Timur Krueng Luas 28.715,12 1 8
4 Bakongan Bakongan 5.761,51 2 5
5 Kota Bahagia Bukit Gadeng 24.463,29 2 10
6 Bakongan Timur Pasie Seubadeh 7.384,38 1 7
7 Kluet Selatan Suaq Bakong 10.798,63 3 17
8 Kluet Timur Paya Dapur 45.795,28 2 7
9 Kluet Utara Kota Fajar 7.310,59 3 19
10 Pasieraja Kampung Baru 9.811,39 2 20
11 Kluet Tengah Koto Manggamat 79.089,22 1 13
12 Tapaktuan Tapaktuan 10.070,36 2 15
13 Samadua Samadua 10.571,19 4 28
14 Sawang Sawang 19.657,08 4 15
15 Meukek Kuta Buloh 46.506,19 4 22
16 Labuhanhaji Labuhanhaji 6.068,27 3 16
17 Labuhanhaji Timur Tengah Peulumat 8.970,16 2 11
18 Labuhanhaji Barat Blang Keujeren 7.656,10 3 13
Kabupaten Aceh Selatan Tapaktuan 417.658,85 43 248
Sumber:
- Luas berdasarkan hasil digitasi peta Spot 5 tahun 2009
- Jumlah Mukim dan Gampong berdasarkan ACEH SELATAN DALAM ANGKA Tahun
2010 (Kerjasama BPS – BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN 2010)

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-2
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

2.1.2 Kondisi Kependudukan

2.1.2.1 Jumlah dan Perkembangan

Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Selatan hasil sensus penduduk pada tahun 2010 adalah
202.003 jiwa, dengan total jumlah kepala keluarga atau rumah tangga adalah 50.574 kepala
keluarga/rumah tangga. Perkembangan jumlah penduduk beserta sebarannya menurut
masing-masing kabupetan/kota ditunjukkan pada Tabel 2. 2.

Kabupaten Aceh Selatan pada tahun 2011 terjadi pemekaran kecamatan yang semula 16
kecamatan menjadi 18 kecamatan yaitu Kecamatan Kota Bahagia merupakan Kecamatan
Bakongan dan Kecamatan Trumon Tengah pemekaran dari Kecamatan Trumon dan
Trumon Timur, sehingga pada tahun 2011 mengalami penurunan jumlah penduduk pada
Kecamatan Trumon Timur dan Kecamatan Bakongan.

Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Selatan pada tahun 2012 dengan jumlah penduduk
terbesar adalah Kecamatan Kluet Utara (22.350 jiwa) dan jumlah penduduk terkecil adalah
Kecamatan Trumon (4.217 jiwa).

2.1.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Pada Tabel 2.3 ditunjukkan komposisi penduduk Kabupaten Aceh Selatan menurut jenis
kelamin, pada tahun 1990, 2000, 2004 sampai 2010. Dari tahun 1990 sampai 2010 jumlah
penduduk perempuan lebih besar daripada laki-laki.
Komposisi penduduk Aceh menurut kelompok umur selang lima tahunan tahun 2006,
2007, dan 2008 ditunjukkan pada Tabel 2. 4. Kelompok umur yang terbesar jumlah
penduduknya adalah kelompok 10-14 tahun, kemudian kelompok 5 - 9 tahun, dan
selanjutnya kelompok 15 – 19 tahun.

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-3
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Tabel 2.2 Jumlah Dan Perkembangan Penduduk Di Kabupaten Aceh Selatan Tahun 1990 – 2010
Jumlah Penduduk (jiwa)
No Kecamatan
1990 2000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Trumon 10.758 19.243 4950 5,065 5.337 5.354 5,938 6,005 5.736 4.217
2 Trumon Timur 8555 8,745 9,577 9,949 9,927 10,241 10.357 7.063
3 Bakongan 12.716 13.928 9853 9764 9.875 9,960 11,925 12,003 11.022 4.862
4 Bakongan Timur 4437 4.602 9269 5,057 5y241 5,255 5.210 5.218
5 Kluet Selatan 17.336 20260 11035 11,552 12322 12,347 12,570 12,682 12.477 12.604
6 Kluet Timur 8591 7,617 8,759 9,693 9,342 9,437 9.416 9.473
7 Kluet Utara 34.851 26.106 19998 20,258 22,727 23,845 24,100 24,120 22,271 22.350
8 Pasieraja 13245 14,331 14256 14753 14767 14.844 15.721 15.762
9 Kluet Tengah 8263 5.766 6,153 6,435 6,565 6.646 6.189 6.029
10 Tapaktuan 18.095 19.309 22238 22.637 22,334 22,364 22,343 22,639 22.782 22.911
11 Samadua 12.345 14.157 14075 14,060 14,663 15,626 15,810 15,880 14,557 14.758
12 Sawang 11.270 12.191 12836 12,871 13,162 13,421 13,161 13,125 13,864 14.010
13 Meukek 16.007 17.945 18949 17,593 17,832 18.579 19222 19,124 18,207 18.326
14 Labuhan Haji 31.362 34.662 11839 11,933 12,368 12.592 12,528 12,643 11.832 12.573
Labuhan Haji 9.500
15 - - 9759 8,959 9.688 9.823 9,980 10,002 9.369
Timur
Labuhan Haji 15.726
16 - - 14922 15786 16.127 16,172 16796 16,918 15.657
Barat
17 Trumon Tengah - - - - - - - - - 5.400
18 Kota Bahagia - - - - - - - - - 6.245
Aceh Selatan 164.810 177.801 193.545 191.539 204.449 205.970 210.215 211.564 204.667 207.025
Sumber : BPS Aceh Selatan. Tahun 2012

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-4
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Tabel 2.3 Komposisi Penduduk Kabupaten Aceh Selatan Menurut Jenis Kelamin
Tahun 1990-2011
Tahun Laki-laki (jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa)
1990 81.443 83.456 164.889
2000 94.509 96.871 191.380
2004 94.376 99.168 193.545
2005 91.663 97.246 188.909
2006 99.949 104.500 204.449
2007 100.353 105.617 205.970
2008 102.668 107.775 210.215
2009 103.789 107.775 211.564
2010 100.680 103.987 204.667
2011 101.967 105.058 207.025
Sumber : BPS Aceh Selatan. Tahun 2012

Tabel 2.4 Komposisi Penduduk Kabupaten Aceh Selatan Menurut Kelompok Umur Tahun
2007 Dan 2011
Kelompok Umur 2007 2011
0-4 20.295 19.478
5-9 23.665 21.734
10-14 23.866 23.022
15-19 20.075 19.725
20-24 16.233 16.452
25-29 16.544 17.463
30-34 16.100 16.622
35-39 15.526 16.273
40-44 12.778 14.117
35-39 10.814 11.714
40-44 8.482 9.201
55-59 5.510 6.432
60-64 5.623 4.804
65-69 4.135 3.912
70-74 2.809 3.091
75+ 2.877 2.985
Jumlah 205.972 207.025
Sumber : BPS Aceh Selatan. Tahun 2012

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-5
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

2.1.2.3 Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2011 yang dihitung berdasarkan jumlah
penduduk (jiwa) dibagi dengan luas permukiman yang ada di tiap kecamatan rata-rata sebesar
63 jiwa/Ha. Dari seluruh kecamatan yang ada, Kecamatan Bakongan mempunyai kepadatan
yang tiggi yaitu 104 jiwa/Ha. Sementara itu kepadatan penduduk yang paling rendah terdapat
di Kecamatan Trumon yaitu sebesar 33 jiwa/Ha.

Tingginya angka kepadatan penduduk di Kecamatan Bakongan dapat difahami karena


kecamatan ini mempunyai luas permukiman yang paling kecil dari seluruh kecamatan yang
ada di Kabupaten Aceh Selatan, yaitu hanya sekitar 74,02 Ha. Dengan jumlah penduduk
sebanyak 10.899 jiwa, maka menjadikan kecamatan Bakongan mempunyai kepadatan yang
paling tinggi. Demikian juga halnya dengan Kecamatan Trumon sebagai kecamatan yang
memiliki kepadatan paling rendah. Hal ini disebabkan oleh jumlah penduduk yang sedikit
yaitu sekitar 5.395 jiwa, sedangkan permukimannya cukup luas yaitu sekitar 161,53 Ha.

Lebih jelas mengenai kepadatan penduduk di Kabupaten Aceh Selatan tahun 2010 dapat lihat
Tabel 2.5.

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-6
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Tabel 2.5. Kepadatan Penduduk Aceh Selatan Tahun 2010

Sumber : Bappeda Aceh Selatan, dan Hasil Perhitungan tahun 2012

2.1.2.4 Proyeksi Jumlah Penduduk

Berdasarkan kajian terhadap perkembangan jumlah penduduk sejak tahun 1980 sampai 2008,
dan khususnya karakter perkembangan 2005 – 2008 yaitu setelah bencana tsunami melanda
Aceh, serta karakter perkembangan wilayah yang diharapkan, maka diprediksikan jumlah
penduduk pada akhir tahun perencanaan, yaitu tahun 2032 dengan jumlah prediksi Penduduk
Kabupaten Aceh Selatan mencapai 326.355 jiwa. Lebih jelasnya proyeksi penduduk dapat
dilihat pada Tabel 2. 6.

Tabel 2. 6 Proyeksi Penduduk Kabupaten Aceh Selatan

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-7
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Sumber : Hasil Analisis, tahun 2012

Sumber : Hasil Anaisis, Tahun 2012

2.1.3 Kondisi Fisik Dasar Wilayah

2.1.3.1 Ketinggian/Elevasi
Sebaran ketinggian/elevasi daratan wilayah Aceh Selatan menurut selang ketinggian setiap
100, 200 dan 400 meter. Sebagian besar wilayah dipesisir pantan Kabupaten Aceh Selatan
berada pada ketinggian di bawah 100 meter, yang terdapat di Kecamatan Trumon, Trumon
Timur, Bakongan, Bakongan Timur, Kluet Selatan, Kluet Utara dan Pasieraja. Sedangakan
bagian utara Kabupaten Aceh Selatan sebagian besar mempunyai ketinggian > 100 meter
yang merupakan gugusan bukit barisan, seperti pada Kecamatan Labuhan Haji Barat,
Labuhan Haji Timur, Labuhan Haji, Meukek, Sawang, Samadua, Tapaktuan, Kluet Tengah
dan Kluet Timur serta bagian utara Kecamatan Bakongan, Bakongan Timur, Trumon dan
Trumon Timur. Ketinggian di atas 1000 meter sebagian besar berada di kawasan Hutan
Lindung dan Taman Naional Gunung Leuser.

2.1.3.2 Kemiringan Lereng

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-8
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Wilayah Kabupaten Aceh Selatan terletak pada lahan dengan keadaan morfologi datar–
bergelombang sampai berbukit-bukit dan pegunungan. dengan kelompok kelerengan 0-8%, 8-
15%, 15-25 %, 25-40%, >40%. terdiri dari:
1. Dataran dengan kondisi kemiringan lahan 0–8% pada umumnya memiliki relief
permukaan landai hingga berombak dengan luas 139.073,99 ha (33,30%), Kawasan ini
merupakan kawasan yang sangat ideal untuk dipergunakan sebagai lahan pengembangan
pertanian. Bentuk dataran ini juga sangat ideal untuk lokasi pengembangan perkotaan
dan kegiatan budidaya jangka pendek. Dominan wilayah berombak terdapat di
Kecamatan Bakongan, Bakongan Tinur, Kluet Timur, Samadua dan Sawang.
2. Wilayah landai dengan kondisi kemiringan 8–15% dengan luas 14.171,34 ha (3,39%).
Wilayah dan kawasan dengan kondisi kemiringan ini mempunyai kecocokan sebagai
lokasi pengembangan budidaya perkebunan atau tanaman tahunan. Bentuk permukaan
bergelombang ini tersebar di setiap kecamatan, yang dominan terletak di Kecamatan
Trumon Timur, Bakongan Timur dan Sawang.
3. Wilayah ini merpakan wilayah bergelombang dengan kondisi kemiringan 15–25%
tersebar disetiap kecamatan dengan luas 39.395,17 Ha (9,43%). Bentuk permukaan
bergelombang paling banyak dijumpai di Kecamatan Kota bahagia, Kluet Timur, dan
Meukek.
4. Wilayah perbukitan dan curam dengan kondisi kemiringan 25–40% tersebar disetiap
kecamatan dengan luas 157.698,84 ha (37,76%). Wilayah perbukitan tersebar hampir
semua kecamatan yang dominan terletak di Kecamatan Kluet Tengah, Kluet Timur, dan
Meukek.
5. Wilayah pegunungan dengan kondisi kemiringan >40%, bentuk permukaannya yang
sangat curam bervariasi terjal, umumnya dijumpai sebagai kerucut dan puncak vulkan,
lahan mudah longsor hingga kawasan ini sebaiknya hanya digunakan sebagai kawasan
lindung. Wilayah pengunungan ini memiliki luas 67.319,51 (16,12%) dengan
penyebaran paling dominan terdapat di Kecamatan Kluet Tengah, Meukek dan Kluet
Timur.

Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa lahan datar di wilayah
Kabupaten Aceh Selatan ini terdapat sekitar ± 46.12% yang merupakan lahan dengan tingkat
kemiringan 0–25% dan 53,88% merupakan kawasan perbukitan dan pengunungan yang lebih

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-9
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

cocok ditetapkan sebagai kawasan lindung. Lebih jelas mengenai kemiringan lereng di
wilayah perencanaan dapat lihat Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Sebaran dan persentase kemiringan lahan di Kabupaten Aceh Selatan
Kemiringan Lereng
Nama
15 - 25 Jumlah
Kecamatan 0-8% 8 - 15 % 25 - 40 % > 40 %
%
Bakongan 5.750,76 9,31 1,25 - - 5.761,32
Bakongan
Timur 3.127,75 285,61 1.818,80 2.160,94 - 7.393,10
Kluet Selatan 10.373,31 95,63 143,31 185,23 - 10.797,48
Kluet Tengah 1.034,38 932,69 3.351,47 45.550,84 28.220,02 79.089,40
Kluet Timur 5.510,84 1.690,28 5.439,66 25.615,13 7.535,85 45.791,76
Kluet Utara 4.176,76 358,11 778,19 1.821,58 175,87 7.310,51
Kota Bahagia 5.212,31 1.729,51 5.896,08 9.726,17 1.899,21 24.463,28
Labuhan Haji 469,84 146,69 442,65 3.417,22 1.591,77 6.068,17
Labuhan Haji
Barat 1.532,42 362,96 852,08 2.875,75 2.032,67 7.655,88
Labuhan Haji
Timur 309,89 336,20 1.022,55 5.715,50 1.589,02 8.973,16
Meukek 696,84 402,93 3.120,26 24.396,57 17.889,46 46.506,06
Pasieraja 3.012,79 271,87 932,50 5.219,46 374,60 9.811,22
Samadua 493,20 365,86 1.759,46 6.952,55 1.000,43 10.571,50
Sawang 256,87 314,54 2.738,70 13.054,17 3.293,50 19.657,78
Tapaktuan 70,77 154,41 1.919,05 6.271,23 1.654,67 10.070,13
Trumon 76.456,19 58,78 141,26 12,80 - 76.669,03
Trumon
Tengah 3.598,20 1.584,09 3.534,43 3.571,05 62,44 12.350,21
Trumon Timur 16.990,87 5.071,87 5.503,47 1.152,65 - 28.718,86
Jumlah Total 139.073,99 14.171,34 39.395,17 157.698,84 67.319,51 417.658,85
Persentase (%) 33,30 3,39 9,43 37,76 16,12 100,00
Sumber : Hasil Analisis
2.1.3.3 Fisiografi Wilayah

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-10
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Kondisi fisiografi wilayah Kabupaten Aceh Selatan di daratan Pulau Sumatera (mainland)
dapat dikelompokkan atas empat kelompok utama, yaitu : dataran rendah, pegunungan bagian
utara, perbukitan bagian tengah dan perbukitan bagian selatan.

Dataran rendah di bagian selatan terdapat dari pesisir pantai Kecamatan Pasieraja, Kluet
Utara, Kluet Selatan, bagian selatan Kecamatan Bakongan, Bakongan Timur, Trumon dan
Trumon Timur. Dataran rendah sebagian besar berada di Kecamatan Trumon dan Trumon
Timur yang merupakan rawa trumon, dimana sebagian Rawa Trumon masuk kedalam Suaka
Margasatwa Rawa Trumon.

Hamparan dataran rendah di bagian hilir dan lembah Krueng Kluet yang merupakan
dataran rendah yang sangat produktif untuk produksi tanaman pangan saat ini. Sebagian
dataran rendah ini juga sangat rawan banjir bila curah hujan tinggi. Kondisi ini disebabkan
ketidakmampuan sungai-sungai yang melewati dataran rendah ini untuk menampung volume
air, sehingga menggenangi dataran rendah tersebut.

Selain curah hujan yang tinggi, belum dibangunnya saluran-saluran drainase untuk
mengalirkan sebagian debit banjir ke laut. Pengaturan sistem drainase yang terintegrasi
dengan sistem pengelolaan lahan pada dataran rendah sangat diperlukan untuk
mengembangkan dataran rendah dan rawa sebagai lahan produktif untuk pertanian dan
penanggulangan bencana banjir.

Pegunungan bagian utara terletak di bagian utara Kecamatan Labuhan Haji, Labuhan Haji
Barat, Labuhan Haji Timur, Meukek, Sawang dan Kluet Tengah yang merupakan lereng
Gunung Leuser. Ketinggian paling tinggi pada lereng gunung leuser mencapai 3200 meter
dari permukaan laut yang terletak di bagian utara Kecamatan Tengah. Pergunungan bagian
utara ini merupakan rangkaian bukit barisan dan komplek Gunung Leuser. Sebagian besar
pergunungan ini masuk dalam wilayah Taman Nasional Gunung Leuser.

Perbukitan bagian tengah terletak di bagian tengah dan utara Kecamatan Samadua,
Tapaktuan dan Pasieraja, bagian selatan Kecamatan Kluet Tengah, bagian utara dan timur
Kecamatan Kluet Timur. Perbukitan ini dipisahkan oleh aliran Krueng Kluet. Elevasi tertinggi
pada perbukitan bagian tengah ini mencapai 1200 meter dari permukaan laut. Sebagain besar
lahan perbukitan bagian tengah ini berada dalam kawasan hutan lindung.

Perbukitan bagian selatan terletak di bagian utara Kecamatan Bakongan, Bakongan Timur
dan Trumon Timur. Perbukitan ini merupakan rangkaian perbukitan bukit barisan yang

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-11
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

menyambung dari perbukitan bagian tengah di Kabupaten Aceh Selatan. Elevasi tertinggi
berada pada 1000 meter dari pemukaan laut. Sebagian besar wilayah perbukitan bagian
selatan ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Hutan Lindung, Hutan
Produksi Tetap dan Hutan Produksi Terbatas.

2.1.3.4 Klimatologi
Berdasarkan Atlas Iklim Pertanian Indonesia (Balitklimat 2007) yang disusun berdasarkan
data klimatologi dari Tahun 1971-2000 menggunakan kombinasi klasifikasi iklim Oldeman
dan Smith-Ferguson, pola iklim di Kabupaten Aceh Selatan sebagian besar berpola IVC
(97.9%) dan hanya sebagian kecil yang berpola IIIC (2.1%) di bagian utara Kecamatan Kluet
Tengah. Pola Iklim IVC mempunyai bulan kering berturut-turut kurang dari 3 bulan dan
bulan basah berturut-turut 7-9 bulan, sehingga dapat ditanami padi umur pendek dua kali
setahun dan satu kali palawija. Sedangkan pola Iklim IIIC mempunyai curah hujan 2000–
3000 mm.tahun-1 dan mempunyai bulan kering berturut-turut kurang dari 4 bulan dan bulan
basah berturut-turut 6-8 bulan sehingga dapat ditanami sekali padi dan sekali palawija tetapi
penanaman jangan pada bulan kering.

Sebaran curah hujan di Kabupaten Aceh Selatan berkisar dari 2500-3750 mm/tahun
Curah hujan tertinggi 3500–3750 mm.tahun-1 terjadi di Sebelah Selatan Kecamatan Kluet
Selatan, Sebelah Selatan Kecamatan Trumon dan Trumon Timur, sedangkan yang terendah
2500–2750 mm.tahun-1 terjadi di Sebelah Timur Laut Kecamatan Trumon Timur. Sebagian
Besar curah hujan Kabupaten Aceh Selatan 3250–3500 mm.tahun-1 atau 54.32% luas wilayah
Kabupaten Aceh Selatan dan hampir jatuh di setiap kecamatan.

Sebaran curah hujan Kabupaten Aceh Selatan disajikan pada tabel distribusi curah
hujan setiap kecamatan disajikan pada Tabel 2.8. Curah hujan di wilayah lumbung beras,
yaitu: Kecamatan Kluet Utara, Kecamatan Pasie Raja, dan Kecamatan Kluet Selatan berkisar
antara 3250-3750 mm.tahun-1. Ketersediaan air yang berlimpah ini harus dapat dikelola untuk
memenuhi kebutuhan produksi pangan, terutama untuk sumber air irigasi.

Tabel 2.8. Luas Sebaran Curah Hujan Di Kabupaten Aceh Selatan


No Luas Distribusi Curah Hujan (mm.tahun-1)
Kecamatan Luas (Ha)
. 2500- 2750- 3000-3250 3250-2500 3500-

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-12
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

3000 3750
2750 (ha) (Ha)
(Ha) (Ha)
1. Trumon 76.679,87 2.625,82 17.977,60 27.674,58
Trumon
2. 12.350,22 - - - - -
Tengah
Trumon
3. 28.715,12 89,16 13.015,53 24.619,04 21.628,31 7.932,96
Timur
4. Bakongan 5.761,51 39,42 18.332,48 1.245,10
Kota
5. 24.463,29 - - - - -
Bahagia
Bakongan
6. 7.384,38 9.961,41 8.683,99
Timur
Kluet
7. 10.798,63 5.607,92 5.855,08
Selatan
8. Kluet Timur 45.795,28 45.992,00
9. Kluet Utara 7.310,59 7.370,00
10. Pasieraja 9.811,39 1.037,00
Kluet
11. 79.089,22 1.108,06 31.779,23 46.063,73
Tengah
12. Tapaktuan 10.070,36 10.203,00
13. Samadua 10.571,19 10.666,00
14. Sawang 19.657,08 3.132,32 16.648,68
15. Meukek 46.506,19 866,05 39.338,62
16. Labuhanhaji 6.068,27 72,91 5.310,09
Labuhanhaji
17. 8.970,16 47,99 8.869,08 530,93
Timur
Labuhanhaji
18. 7.656,10 220,86 8.683,14
Barat
Kab. Aceh
417.658,85 89,16 15.331,40 124.396,76 212.019,06 51.391,71
Selatan
Presentase (%) 100 0,02 3,66 29,72 54,32 12,28
Sumber : Bappeda Aceh Selatan, dan olahan tahun 2011

2.1.3.5 Pengelompokkan Jenis Tanah


Pengelompokkan jenis tanah yang diidentifikasikan di wilayah KabupatenAceh, yaitu dari
pembacaan Peta Penyebaran Jenis Tanah menurut Pusat Penelitian Tanah Bogor. ada 7 jenis
tanah yang terdapat di Kabupaten Aceh Selatan, yaitu : (1) Andosol, (2) Komplek Podsolik
Coklat, Podsolik dan Podsol dan Litosol, (3) Komplek Podsolik Merah Kuning, Latosol dan
Litosol, (4) Komplek Rensing dan Litosol, (5) Organosol dan Gle Humus, (6) Podsolik Merah
Kuning dan (7) Regosol. Dari pembacaan pada peta sebaran jenis tanah dapat diindikasikan
sebaran jenis tanah tersebut seperti berikut ini.

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-13
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Jenis tanah regosol merupakan jenis tanah yang paling sedikit berdasarkan luas sebarannya,
yaitu berada di bagian utara Kecamatan Labuhan Haji, Labuhan Haji Barat dan Labuhan Haji
Timur yang merupakan lereng Gunung Leuser. Sedangkan jenis tanah andosol menyebar di
bagian utara Kecamatan Labuhan Haji, Labuhan Haji Timur, Labuhan Haji Barat, Meukek
dan Kluet Tengah yang merupakan lereng Gunung Leuser.

Jenis tanah Komplek Rensing dan Litosol tersebar di bagian tengah Kecamatan Labuhan Haji,
Labuhan Haji Barat, Labuhan Haji Timur dan Meukek. Sementara itu penyebaran jenis tanah
Komplek podsolik coklat, Podsol dan Litosol terdapat di bagian utara Kecamatan Kluet
Tengah.

Jenis tanah Komplek Podsolik Merah Kuning, Latosol dan Litosol menyebar hampir di
seluruh Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan, terutama pada bagian utara dan barat
Kecamatan Kluet Tengah, sebagian besar wilayah Kluet Timur serta bagian utara Kecamatan
Bakongan, Bakongan Timur, Trumon dan Trumon Timur. Sebagian besar wilayah
penyebaran Komplek Podsolik Merah Kuning, Latosol dan Litosol merupakan morfologi
lahan yang berbukit dan bergunung-gunung. Sedangkan jenis tanah Organosol dan Gle
Humus menyebar di bagian selatan Kecamatan Kluet Utara, Kluet Selatan, Bakongan dan
Bakongan Timur serta sebagian besar wilayah Kecamatan Trumon dan Trumon Timur yang
berada dalam Kawasan Suaka Margasatwa Rawa Trumon.

Jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) menyebar dari utara sampai ke selatan dari
Kabupaten Aceh Selatan. Penyebaran jenis tanah PMK terdapat pada bagian selatan
Kecamatan Labuhan Haji, Labuhan Haji Barat, Labuhan Haji Timur, Kluet Tengah dan
Meukek. Jenis tanah PMK juga menyebar seluruh lahan pada Kecamatan Sawang, Samadua,
Tapaktuan dan Pasieraja. Jenis tanah PMK juga terdapat pada bagian tengah Kecamatan
Bakongan dan Bakongan Timur serta pada bagian utara Kecamatan Trumon dan Trumon
Timur.

2.1.3.6 Geologi
Sebagian besar batuan dasar wilayah Kabupaten Aceh Selatan tersusun dari batuan gunung
api, batuan sedimen dan meta sedimen serta batuan terobosan. Batuan gunung api terdiri dari
andesite, Tuff dan vulcanic rock. Sebaran andesite terdapat hampir seluruh kecamatan yang
membentang dari utara Kecamatan Labuhan Haji Barat sampai ke Bakongan. Batuan tuff

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-14
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

terdapat di trumon timur, sedangkan vulcanic rock terdapat di bagian selatan Kecamatan
Bakongan Timur, bagian utara Kecamatan Trumon dan Trumon Timur.

Batuan sedimen dan meta-sedimen terdiri dari arrenite-sandstone, boulder-sandstone,


calcilutites, conglomerate, gravel, meta-limestone, microgabro, sandstone dan sandstone-
siltstone. Batuan sedimen dengan penyebaran terluas adalah arrenite-sandstone yang terdapat
di bagian utara Kecamatan Labuhan Haji Barat, Labuhan Haji, Labuhan Haji Timur, Meukek,
Sawang, Bakongan Timur, sebagian besar Kecamatan Kluet Tengah dan Kluet Timur.
Boulder-sandstone terdapat di dataran rendah dan sepanjang aliran sungai dan muara sungai
serta di pesisir pantai yang menyebar di Kecamatan Labuhan Haji Barat, Labuhan Haji,
Labuhan Haji Timur, Meukek, Sawang, Samadua, Tapaktuan, Pasieraja, sepanjang aliran
Krueng Kluet serta sebagian besar rawa dan pesisir di Kecamatan Bakongan, Bakongan
Timur, Trumon dan Trumon Timur. Sebaran batuan sedimen dan meta-sedimen selengkapnya
disajikan pada peta lithologi Kabupaten Aceh Selatan. Batuan teroboson terdiri dari diorite
dan granite. Diorite terdapat di Kecamatan Bakongan Timur dan Trumon sedangkan granite
menyebar di Kecamatan Labuhan Haji Timur, Labuhan Haji, Labuhan Haji Barat, Meukek,
Sawang, Samadua, Tapaktuan, Kluet Tengah, Kluet Timur dan Bakongan.

2.1.4 Penggunaan Lahan


Penggunaan lahan merupakan pencerminan dari hubungan antara alam/lahan dengan manusia
dalam kegiatannya. Apabila jumlah manusia sangat kecil dibandingkan dengan luas
wilayah/kawasan, maka dapat diartikan bahwa penggunaan lahan belum banyak bervariasi
sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan. Pola pemanfaatan ruang merupakan suatu
bentuk dari segala aktifitas yang saat ini dilakukan oleh masyarakat di atas suatu lahan.
Aktifitas tersebut selanjutnya dikelompokkan dalam suatu guna lahan yang merupakan
dominasi dari pemanfaatan ruang yang ada.

Penggunaan lahan eksisting Kabupaten Aceh Selatan tahun 2011 memperlihatkan bahwa
didominasi oleh kawasan lindung, yaitu penggunaan untuk hutan seluas 159.181,54 Ha atau
sekitar 38,11 % dari total luas wilayah Kabupaten Aceh Selatan. Taman Nasional Gunung
Leuser seluas 77.614,14 Ha (18,58 %), dan Suaka Margasatwa Rawa Trumon seluas
54.984,37 Ha (13,16).

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-15
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Penggunaan lahan untuk kawasan budidaya yang paling besar adalah penggunaan untuk
kegiatan pertanian lahan kering dan perkebunan, masing-masing seluas 45.349,08 Ha (10,86
%), dan 28.950,78 Ha (6,93 %). Lebih jelas mengenai penggunaan lahan di Kabupaten Aceh
Selatan tahun 2011 dapat lihat Tabel 2.9.

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-16
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Tabel 2.9. Penggunaan Lahan


Nama Kecamatan
Labuhan Labuhan
Kawasan Lindung Bakongan Kluet Kluet Kluet Kluet Kota Labuhan
Bakongan Haji Haji
Timur Selatan Tengah Timur Utara Bahagia Haji
Barat Timur
Hutan Lindung 2.058,39 45.689,40 23.291,40 3.672,24 2.800,04 2.441,85 3.088,06
Hutan Produksi
Hutan Produksi Terbatas 0,13 4.766,88 3.117,30
Suaka Margasatwa Rawa
Trumon
Taman Nasional Gunung
Leuser 1.791,58 6.495,31 27.552,36 12.191,54 12.134,97 1.306,05 1.968,10 2.651,71
Danau Laut Bangko 131,50
kawasan Budidaya
Pemukiman 74,03 103,24 297,09 88,40 164,11 473,16 118,42 156,71 235,86 91,63
Permukiman Kawasan
Adat Terpencil) KAT 1,68
Bandara
Perkebunan
Perkebunan Rakyat 40,22 2.452,88 3.541,34 82,09 2.180,64 319,09 68,30 2.233,61
Pertanian Lahan Kering 3.404,99 895,77 2.607,17 1.744,56 3.772,80 2.129,38 4.294,64 1.515,83 2.358,74 578,75
Peternakan 111,45 124,04 82,12 460,02 92,34 0,00 50,89
Sawah 60,85 285,78 1.274,89 471,48 1.444,34 2.067,39 525,96 221,34 651,55 275,51
Transmigrasi 389,84 1.476,87 56,83
Jumlah 5.761,51 7.384,38 10.798,63 79.089,22 45.795,28 7.310,59 24.463,29 6.068,27 7.656,10 8.970,16

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-17
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Nama Kecamatan
Persentas
Kawasan Lindung Pasieraj Samadu Tapaktua Trumon Trumon
Meukek Sawang Trumon Jumlah e (%)
a a n Tengah Timur
30.710,9 14.379,5 10.360,2 159.181,5
Hutan Lindung 5 3.143,86 6.792,97 8 6.416,09 4.336,48 3 4 38,11
Hutan Produksi 1.179,63 5.022,36 6.201,99 1,48
Hutan Produksi
Terbatas 7.884,31 1,89
Suaka Margasatwa 54.230,5
Rawa Trumon 7 753,80 54.984,37 13,16
Taman Nasional 11.522,5
Gunung Leuser 2 77.614,14 18,58
Danau Laut Bangko 131,50 0,03
kawasan Budidaya 0,00
Pemukiman 201,15 302,66 159,65 159,98 248,34 144,95 147,05 129,01 3.295,44 0,79
Permukiman Kawasan
Adat Terpencil) KAT 16,72 18,40 0,00
Bandara 6,64 6,64 0,00
Perkebunan 2.245,14 2.669,97 4.915,11 1,18
Perkebunan Rakyat 2.726,55 2.034,26 1.951,29 4.117,41 3.157,45 336,97 1.837,86 1.870,82 28.950,78 6,93
Pertanian Lahan Kering 939,92 2.970,96 1.372,29 624,49 248,48 9.077,85 2.498,23 4.314,23 45.349,08 10,86
Peternakan 517,66 802,84 279,35 20,77 2.541,48 0,61
Sawah 405,10 835,35 294,99 375,62 471,63 621,43 1.141,62 11.424,83 2,74
Transmigrasi 9.353,20 1.450,19 2.432,31 15.159,24 3,63
Jumlah 46.506,19 9.811,39 10.571,19 19.657,08 10.070,36 76.679,87 12.350,22 28.715,12 417.658,85 100,00
Sumber : Digitasi Peta Spot 5 tahun 2010

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-18
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

2.1.5 Potensi Bencana


Sebaran sistem akuifer di wilayah Kabupaten Aceh Selatan tersusun dari akuifer dengan
aliran melalui ruang antar butir dan merupakan akuifer produktifitas tinggi. Akuifer dengan
keterusan sedang sampai tinggi, muka air tanah atau tinggi pisiometri air tanah dekat muka air
tanah, debit sumur umumnya lebih dari 10 litter/detik.

Potensi adalah kawasan yang dapat dioptimalkan sesuai dengan kebutuhan. Kendala adalah
kawasan yang dapat dikembangkan dengan persyaratan-persyaratan tertentu mengingat
adanya kondisi alam yang tidak mendukung pengembangan secara optimal. Sedangkan
limitasi alam adalah kawasan yang benar-benar perlu dibatasi penggunaannya, mengingat
kondisi alam Kabupaten Aceh Selatan yang sangat tidak mendukung untuk optimalisasinya.
Beberapa proses geologi yang dapat menimbulkan bencana di wilayah Kabupaten Aceh
Selatan, antara lain: gempa bumi, gelombang pasang yang terjadi hampir sepanjang tahun di
sepanjang pantai Kabupaten Aceh Selatan yang terjadi bukan karena gelombang pasang
tsunami akibat gempa bumi. Oleh karena itu, agar dapat meminimalisasi kerugian yang lebih
besar, perlu dilakukan suatu mitigasi bencana alam yang melibatkan seluruh aparat terkait dan
masyarakat.

Penataan ruang dapat menjalankan peran penting yang tidak hanya pada periode waktu
setelah terjadinya bencana alam, akan tetapi penataan ruang juga dapat berperan dalam
penetapan rencana pemanfaatan ruang yang aman dari dampak bencana alam, semenjak
rencana itu dalam proses penyusunan. Diakui hal itu memang mengandung tingkat kesulitan
yang tinggi, apalagi harus mendeliniasi lokasi-lokasi yang memiliki luasan relatif sempit dan
latar belakang histori lokasi tersebut tidak secara jelas terungkap.

Pengertian mitigasi adalah mengurangi atau menghilangkan dampak bencana dimana tindakan
yang perlu dilakukan adalah memantau bencana, melokalisir daerah bencana, pendidikan,
pelatihan, penyuluhan, dan penyebaran informasi daerah bencana serta upaya
penanggulangannya. Di wilayah Kabupaten Aceh Selatan mitigasi bencana yang harus
menjadi perhatian adalah banjir, gempa bumi, tanah longsor, dan gelombang tsunami maupun
gelombang pasang bukan tsunami.

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-19
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

A. Potensi Gempa Bumi


Gempa bumi adalah salah satu bencana alam yang belum dapat dicegah. Usaha yang
dapat dilakukan saat ini diantaranya adalah memperkecil atau menghindar dari bencana
yang ditimbulkannya. Di sebagian besar wilayah Kabupaten Aceh Selatan merupakan
daerah yang rawan terhadap bencana gempa bumi disebabkan karena aspek geologinya
yang cukup kompleks. A
spek geologi tersebut diantaranya adalah wilayahnya terletak di sekitar zona subduksi
(tepatnya berada pada bagian pantai Barat dari zona subduksi Lempeng Indo-Australia).
Aktivitas gempa di wilayah Kabupaten Aceh Selatan bukanlah suatu hal yang luar biasa,
karena wilayah Aceh Selatan khususnya dan umumnya Pulau Sumatera memang terletak
di jalur gempa. Berdasarkan penelitian dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Bandung nilai percepatan gempa di wilayah Aceh Selatan, khususnya dan umumnya
Pulau Sumatera untuk periode ulang 500 tahun adalah 250 cm/detik2 (lihat Gambar 5.10
di bawah ini).

Gempa merupakan kejadian retaknya batuan di dalam kerak bumi, bila kekuatannya
cukup kuat dan kedalamannya dangkal, maka goncangan gempa tersebut akan segera
disusul oteh retaknya batuan di permukaan. Kejadian gempa tersebut akan
mengakibatkan dampak diantaranya goncangan, gejala ini akan menimbulkan beberapa
dampak sebagai berikut.
a. Goncangan gempa menyebabkan hancurnya semua jenis bangunan, akibat
pergeseran pondasi atau kegagalan pondasi dan daya tahan bangunan tersebut.
b. Terjadi peluluhan (liquefaction), khususnya di wilayah endapan sungai atau pantai
yang belum padat tanahnya menyebabkan bangunan ambles atau miring. Gejala yang
tampak berupa letusan lumpur dan atau timbulnya mata air baru.
c. Kompaksi, hal Ini terjadi di tempat yang endapannya belum kompak.

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-20
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

LEMPEN
G
FILIPINA
LEMPENG LEMPEN
ARABIA G
PASIFIK

LEMPEN
G
AFRIKA

LEMPENG
INDO -
AUSTRALIA

Gambar 2.1 Arah Pergerakan Lempeng di Indonesia

Skala intensitas dibuat semula oleh Rossi dan Forrel pada tahun 1883, yang diikuti
sekarang dibuat oleh Guiseppe Mercalli (1902) dan dimodifikasi oleh H.O Wood dan
Frank Neumann (1931), dan terus disempurnakan hingga sekarang ini seperti pada Tabel
2.10 berikut ini.

Tabel 2.10 Skala Intensitas Mercalli Yang Disempurnakan (Skala MMI)


SKALA KETERANGAN
Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh orang tertentu
I
saja.
II Getaran dirasakan orang tertentu. Benda-benda ringan yang bergelantungan.
III Getaran dirasakan nyata di dalam, terasa seakan-akan truk lewat.
Pada siang hari dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah, di luar hanya
IV oleh orang tertentu saja. Barang pecah belah, jendela, pintu gemerincing,
dinding berbunyi karena pecah-pecah.

Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk. Barang pecah belah, jendela
V dan sebagainya pecah, barang-barang terpelanting pohon, tiang dll tampak
goyang. Bandul lonceng jam dapat terhenti.
Getaran dirasakan oleh semua orang, kebanyakan terkejut dan lari keluar.
VI
Plaster dinding jatuh serta cerobong asap pabrik rusak ringan.
Semua orang ke luar rumah, kerusakan ringan pada rumah dan bangunan
yang konstruksinya tidak baik maupun yang baik. Cerobong asap pabrik
VII
pecah atau retak-retak. Getaran dapat dirasakan oleh orang yang naik
kendaraan.

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-21
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Kerusakan ringan pada bangunan-bangunan yang konstruksi baik. Retak-retak


VIII pada bangunan yang kuat. Dinding dapat lepas dari kerangka rumah.
Cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh serta air menjadi keruh.
Kerusakan pada bangunan-bangunan yang rangkanya kuat, rumah menjadi
tidak tegak (lurus). Banyak retakan pada bangunan-bangunan yang
IX
konstruksinya kuat. Bangunan rumah bergeser dari pondasinya. Pipa di dalam
tanah menjadi putus.
Bangunan-bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka rumah lepas dari
X pondasinya, tanah terbelah, rel kereta api melengkung, tanah bergeser di
tebing dan di tanah yang curam. Terjadi gelombang pasang (tsunami).
XI Pipa-pipa di dalam tanah rusak sama sekali, rel kereta api rusak berat.
Hancur sama sekali. Gelombang gempa tampak pada permukaan tanah.
XII
Pemandangan gelap dan benda-benda terlempar ke udara yang cukup keras.
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung, Tahun 2002

Intesitas bencana yang disebabkan oleh goncangan gempa sangat bervariasi karena
tergantung pada berbagai faktor, diantaranya: Magnitude gempa (Skala Richter),
lokasinya terhadap episenter atau pusat gempa, struktur dan jenis batuan, kondisi
bangunan. Berikut penjelasan yang ada keterkaitannya dengan uraian tersebut diatas,
adalah sebagai berikut.

a. Sesar, secara langsung menyebabkan rusaknya bangunan rumah, jalan dan jembatan
serta dapat memindahkan atau membendung aliran sungai akibat pergeseran muka
tanah. Secara tidak langsung dapat menyebabkan banjir karena ada bagian dasar
sungai yang naik.

b. Pergeseran tanah dapat menyebabkan terjadinya lereng yang labil sehingga mudah
longsor. Sedangkan pada lereng yang terjal atau labil akan terjadi tanah longsor
(gerakan tanah) akibat goncagan gempa.

c. Bila sesar terjadi di dasar laut akan terjadi gelombang pasang yang lebih dikenal
dengan nama tsunami.

Penanggulangan bencana akibat gempa bumi pada dasarnya adalah mengurangi dampak
akibat goncangan dan bencana ikutannya. Tindakan yang harus dilakukan secara terpadu,
yaitu: menyusun peta wilayah gempa bumi, menerapkan standar bangunan tahan gempa

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-22
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

(Building Code), memantau gempa kuat dan gempa mikro, menelaah seismotektonik di
kawasan rawan gempa.

B. Potensi Tanah Longsor

Dilihat dari posisi geografis dan topografi wilayah, Kabupaten Aceh Selatan sangat
rawan dengan berbgai bencana. Jauh sebelum terjadi bencana tsunami di Aceh dan Nias,
Kabupaten Aceh Selatan telah sering terjadi berbagai bencana, salah satunya adalah tanah
longsor atau erosi. Berikut ini adalah Kawasan RawanTanah Longsor yang terdapat di
beberapa kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan.

Memperhatikan posisi geografis dan topograsi Kabupaten Aceh Selatan yang berada di
wilayah pesisir pantai, maka penanganan bencana harus dilakukan secara terencana
danterpadu, termasuk pelibatan peran aktif masyarakat. Oleh karena itu perlu
dipertimbangkan penanganan kawasan rawan tanah longsor/erosi untuk mengurangi
dampak bencana di lokasi tersebut di waktu mendatang. Penanganan lokasi yang terkena
kawasan rawan bencana tanah longsor tersebut dengan mengupayakan sebagai berikut.
a. Pembuatan tanggul/bronjong/tembok.
b. Pembuatan saluran pembuangan (parit).
c. Pembersihan saluran pembuangan air.
d. Penanaman pohon kembali (reboisasi).
e. Pembuatan talud pengaman di sekitar bukit yang rawan longsor.

C. Potensi Gelombang Pasang

Kawasan rawan gelombang dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu gelombang pasang
tsunami yang diakibatkan oleh gempa berkekuatan tinggi dan gelombang pasang air laut.
1. Kawasan Rawan Tsunami

Tsunami adalah gelombang laut yang besar dan terjadi secara tiba-tiba. Faktor
penyebabnya karena adanya gempa di laut atau longsoran besar di dasar laut dengan
kekuatan > 5 skala Richter dan kedalaman gempa kurang dari 33 km. Gelombang
besar tersebut akan naik ke daratan dan menyapu berbagai benda yang dilaluinya.
Intensitas bencana gelombang air pasang Tsunami sangat bervariasi karena
tergantung pada berbagai faktor, diantaranya: Magnituda gempa bumi (Skala
Richter), kedalaman episenter atau pusat gempa, struktur dan jenis batuan, intensitas

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-23
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

letusan gunung api di laut, intensitas volume runtuhan di laut, Tsunami dapat terjadi
bila sumber gempa terletak di laut pada kedalaman sangat dangkal (< 33 km) dengan
kekuatan > 5 Skala Richter.
Tsunami merupakan proses akibat terjadinya gempa pada kedalaman fokus yang
dangkal, karena sebagian besar energy release ke kolom air laut di atasnya. Gempa
bawah laut merenggutkan massa besar air laut dalam satu hentakan kuat. Gelombang
balik air menerjang dengan kecepatan hingga 800 km/jam, mendekati pantai
gelombang melambat namun mendesak ke atas, menghempas ke daratan, dan
menghancurkan apapun di belakang pantai.
Terjangan gelombang menunjukkan arah relatif tegak lurus garis pantai. Pola
kerusakan sejajar garis pantai dengan gradasi kerusakan melemah tegak lurus
menjauhi pantai. Tingkat kerusakan meliputi kawasan perkotaan dan atau pedesaan
hancur total, rusak berat, sedang, dan ringan.
Berdasarkan sejarah (kejadian) gempa, maka kemungkinan terjadi tsunami di
wilayah Kabupaten Aceh Selatan. Oleh karena itu kejadian gempa dan tsunami ini
harus dipertimbangkan sebagai salah satu faktor penting dalam perencanaan tata
ruang di wilayah Kabupaten Aceh Selatan.
Penanggulangan bencana akibat Tsunami pada dasarnya adalah mengurangi dampak
sapuan gelombang pasang air laut. Tindakan tersebut ada berbagai macam yang perlu
dilakukan secara terpadu, yaitu sebagai berikut.

a). Membuat sistem peringatan dini


1. Pemanfaatan teknologi yang mampu mendeteksi dan memberikan respon
atas kondisi alam yang terjadi terutama saat terjadinya bencana.
2. Adanya integrasi yang menyeluruh berkaitan dengan pengelolaan sistem ini,
baik regional (Asia), nasional dan lokal.
3. Adanya pendukung pengoperasian sistem yang bukan hanya perangkat
teknologi, namun juga kehandalan pengoperasian.
4. Adanya pemahaman yang sama mengenai urgensi sistem ini terutama agar
pemanfaatannya menjadi efisien.

b). Menanam mangrove dan pohon yang kuat di sepanjang pantai untuk meredam
energi gelombang atau kombinasi pohon bakau (mangrove) dan jenis pohon

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-24
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

pesisir yang kuat, seperti kelapa (Cocosnudfera), cemara laut (Casuarina


equisetifblia), ketapang (Terminalia cattapa), waru (Hibiscus tiliaceus), asam
jawa, dan kapuk (Ceiba petandra).

c). Mempertahankan setiap unit permukiman pada skala kawasan oleh deretan
pohon yang berlapis-lapis utamanya (sabuk-sabuk pohon tersebut diharapkan
bisa menyelamatkan manusia dan mengurangi kerusakan aset karena ia
berfungsi menahan sebanyak mungkin benda atau bongkaran yang diseret
gelombang agar tidak lolos begitu saja menghantam bangunan berikutnya dan
terutama manusia yang sedang berenang menyelamatkan diri).

d). Membangun sabuk hijau (buffer zone) yang lebih tebal pada skala bagian kota
dari skala kawasan sehingga mampu melindungi kelompok-kelompok
permukiman pada bagian kota tersebut.

e). Memetakan daerah landai yang mungkin kena gelombang air pasang Tsunami.

f). Membangun lokasi penyelamatan (lokasi dengan ketinggian tertentu).

g). Menempatkan pemukiman pada suatu ketinggian tertentu yang dalam sejarah
wilayah tersebut tidak pernah terlanda hantaman gelombang Tsunami.

h). Menetapkan kawasan sabuk hijau sebagai kawasan konservasi dalam


PERDA.

Berikut ini adalah beberapa prinsip perencanaan dan perancangan bangunan yang
dapat dilakukan untuk memperkecil resiko kerusakan akibat gelombang tsunami,
antara lain yaitu sebagai berikut.
a). Menghindar Daerah Terpaan, yaitu sebagai berikut.
1. Menempatkan bangunan dan insfrastruktur di bagian tapak yang tinggi.
2. Menaikan struktur di atas ketinggian terpaan gerlombang tsunami.
3. Memperkuat podium/feil tempat berpijaknya bangunan.
b). Memperlambat Arus Air Pasang, teknik memperlambat arus air dapat
dilakukan dengan membuat penahan yang dapat memperlambat dan mengurangi
daya hancur gelombang, seperti hutan buatan, saluran air, kontur tanah dan jalur
hijau (buffer zone).
c). Membelokkan Kekuatan Air, yaitu teknik pembelokan kekuatan tsunami
dengan cara sebagai berikut.

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-25
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

1. Menggunakan tembok-tembok bersudut dan saluran air.


2. Menggunakan permukaan dengan lapisan yang memudahkan jalannya aliran
air.
d). Menghambat Terpaan Air, yaitu kekuatan gelombang air pasang yang dapat
dihambat melalui cara sebagai berikut.
1. Pemasangan tembok atau konstruksi balok beton di daerah pantai.
2. Terasering (penataan gundukan/tanah curam berbentuk anak tangga).
3. Membuatan struktur parkir dan konstruksi lain yang lebih kokoh, kuat dan
stabil.

2. Kawasan Rawan Gelombang Pasang Air Laut

Bencana alam yang berupa gelombang pasang air laut yang bukan karena tsunami
terjadi hampir setiap tahun di sepanjang pesisir pantai Kabupaten Aceh Selatan.
Berikut ini lokasi-lokasi yang dilanda bencana tersebut setiap tahunnya.

Tabel 2.11 Kawasan Rawan Gelombang Pasang (Bukan Tsunami) Di Kabupaten


Aceh Selatan Tahun 2010
KONDISI TOPOGRAFI
NO. NAMA LOKASI KECAMATAN
LOKASI
1. Ds. Kuta Blang Samadua Pesisir pantai
2. Ds. Lhok Pawoh Sawang Di kaki gunung dan pesisir
pantai
3. Ds. Ujung Karang Sawang Di kaki gunung dan pesisir
pantai
4. Sawang II Sawang Di kaki gunung dan pesisir
pantai
5. Sawang I Sawang Di kaki gunung dan pesisir
pantai
5. Ds. Sawang Ba’u Sawang Di kaki gunung dan pesisir
pantai
6. Ds. Kuta Padang Trumon Dataran rendah
7. Ds. Keude Trumon Trumon Dataran rendah
8. Ds. Teupin Trumon Dataran rendah
9. Ds. Raket Trumon Dataran rendah
10. Ds. Gampong Trumon Dataran rendah
Teungoh
11. Ds. Pasar Lama Labuhanhaji Pesisir pantai
12. Ds. Padang Bakau Labuhanhaji Pesisir pantai
13. Ds. Pawoh Labuhanhaji Pesisir pantai
14. Ds. Apha Labuhanhaji Pesisir pantai
15. Ds. Lembah Baru Labuhanhaji Pesisir pantai
16. Ds. Batu Itam Tapaktuan Pesisir pantai

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-26
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

KONDISI TOPOGRAFI
NO. NAMA LOKASI KECAMATAN
LOKASI
17. Kel. Lhok Tapaktuan Pesisir pantai
Bengkuang
18. Ds. Gunung Tapaktuan Pesisir pantai
Kerambil
19. Kelurahan Pasar Tapaktuan Di pinggir pantai dan di pinggir
gunung
20. Ds. Panjupian Tapaktuan Di pinggir sungai Sarullah,
disebelahnya bukit bebatuan,
dan sekitarnya banyak terdapat
rumah.
21. Ds. Keude Meukek Meukek Pesisir pantai
22. Ds. Blang Kuta Meukek Pesisir pantai
23. Ds. Tanjung Meukek Pesisir pantai
Harapan
24. Ds. Labuhan Tarok Meukek Pesisir pantai
25. Ds. Aruntunggai Meukek Pesisir pantai
Sumber: Bappeda Aceh Selatan, Hasil Olahan, 2010

Dalam rangka mengurangi resiko bencana seperti tersebut di atas, maka perlu
diupayakan beberapa kegiatan/program pembangunan, yaitu:

a. Pembuatan tanggul laut/pemecah ombak sepanjang lokasi yang berada di pesisir


pantai.
b. Penanaman bakau (mangrove).
c. Pengerukan, dll.

D. Potensi Bencana Banjir

Daerah potensi banjir yang di wilayah Kabupaten Aceh Selatan, seperti di Muara Krueng
Baro pada kelurahan Ujung Tanah, Kutapaya dan Panton Pawoh Kecamatan Labuhanhaji
Barat, Keukumu dan sekitarnya di Kecamatan Labuhanhaji Timur, Meuligo, Sawang dan
Sikulait di Kecamatan Sawang, Kelurahan Hulu dan Hilir di Kecamatan Tapaktuan,
Pasirkuala, Gunungpulo dan Salang di Kecamatan Kluet Timur, Unjung Mangki,
Seubadeh, Trumon, Trumon Timur dan Kecamatan Bakongan serta daerah-daerah
permukiman lainnya yang dilintasi oleh sungai maupun daerahnya merupakan kawasan
muara sungai yang tidak memiliki atau yang hutan bakaunya (mangrove) menyempit
bahkan habis oleh kegiatan penduduk setempat.

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-27
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Banjir dapat terjadi selama atau setelah hujan lebat. Air hujan yang masuk ke dalam
sungai, apabila melebihi daya tampung sungai maka air akan meluap dan mengalir ke
tempat-tempat yang rendah. Aktivitas manusia (penduduk) sering pula menimbulkan
terjadinya banjir, seperti membuang sampah ke saluran-saluran pembuangan yang ada
dan ke sungai-sungai, mendirikan perumahan pada bantaran sungai, penebangan pohon
secara liar serta pembangunan perumahan di daerah resapan air.

Dalam rangka mitigasi bencana banjir diperlukan dukungan pemetaan kawasan yang
rawan terkena banjir. Disamping itu sistem peringatan dini dan kesiagaan penduduk
setempat juga sangat diperlukan untuk mengurangi dampak banjir. Mengembangkan
kawasan tepi sungai sebagai salah satu sabuk hijau (buffer zone). Mengatur kerapatan
vegetasi. Mengatur garis sempadan sungai (GSP) baik dalam perencanaan maupun
implementasinya di lapangan. Mengatur fungsi dan atau tata guna lahan di sepanjang alur
sungai yang mendukung konservasi sungai dari hulu sampai hilir.

Lokasi-lokasi yang menjadi kawasan rawan banjir di Kabupaten Aceh Selatan hampir
setiap tahunnya adalah sebagai berikut.

Tabel 2.12 Kawasan Rawan Bencana Banjir Di Kab. Aceh Selatan Tahun 2010
KONDISI
KECAMAT JENIS
NO. LOKASI TOPOGRAFI
AN BENCANA
LOKASI
1. Ds. Lubuk Layu Samadua Kaki gunung Banjir bandang
2. Ds. Subarang Samadua DAS Banjir dan erosi
3. Ds. Madat Samadua DAS Banjir dan erosi
4. Ds. Air Sialang Samadua DAS Banjir dan erosi
5. Ds. Alur Semerah Samadua DAS Banjir
6. Ds. Jilatang Samadua DAS Banjir
7. Ds. Suaq Bakung Kluet Selatan DAS Banjir
8. Ds. Sialang Kluet Selatan DAS Banjir
9. Ds. Kapeh Kluet Selatan DAS Banjir
10. Ds. Pulo Ie Kluet Selatan DAS Banjir
11. Ds.Kedai Runding Kluet Selatan DAS Banjir
12. Ds. Pasi Merapat Kluet Selatan DAS Banjir
13. Ds. Rantau Kluet Selatan DAS Banjir
Binuang
14. Ds. Indra Damai Kluet Selatan DAS Banjir
15. Ds. Barat Daya Kluet Selatan DAS Banjir

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-28
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

KONDISI
KECAMAT JENIS
NO. LOKASI TOPOGRAFI
AN BENCANA
LOKASI

16. Ds. Lhok Pawoh Sawang Di kaki gunung dan Banjir


pesisir pantai
17. Ds. Sikulat Di kaki gunung dibatasi Banjir
sungai
18. Ds. Tr. Meuduro Sawang Di kaki gunung dibatasi Banjir
Baroh sungai
19. Ds. Tr. Meuduro Sawang Di kaki gunung dibagi Banjir
Tunong sungai
20. Ds. Panton Luas Sawang Diapit oleh pegunungan Banjir
21. Ds. Blang Sawang Dataran yang dibatasi Banjir
Geulinggang sungai
22. Ds. Simpang Tiga Sawang Dataran yang dibatasi Banjir
sungai dan gunung
23. Ds. Kuto Baro Sawang Dataran yang dibatasi Banjir
sungai dan gunung
24. Ds. Ujung Padang Sawang Dataran yang dibatasi Banjir
sungai dan gunung
25. Ds. Sawang Ba’U Sawang Di kaki gunung pesisir Banjir
pantai
26. Ds. Pulo Paya Trumon Dataran rendah Banji dan rawan
longsor
27. Ds. Gunung Kapo Trumon Dataran rendah Banji dan rawan
longsor
28. Ds. Kampong Trumon Dataran rendah Banji dan rawan
Teungoh longsor
29. Ds. Krueng Batee Trumon Dataran rendah Banji dan rawan
longsor
30. Ds. Panton Bilie Trumon Dataran rendah Banji dan rawan
longsor
31. Ds. Alur Mas Kluet Utara Berbukit dan rawa Banjir
32. Ds. Ruak Kluet Utara Datar dan rawa Banjir
33. Ds. Kampung Kluet Utara Berbukit dan rawa Banjir
Tinggi
34. Ds. Krueng Kluet Kluet Utara Tinggi dan rendah Banjir
35. Ds. Kampung Kluet Utara Rendah Banjir
Paya
36. Ds. Pulo Kambing Kluet Utara Berbatasan dengan Banjir

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-29
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

KONDISI
KECAMAT JENIS
NO. LOKASI TOPOGRAFI
AN BENCANA
LOKASI
sungai
37. Ds. Kota Fajar Kluet Utara Dataran rendah Banjir
38. Ds. Simpang Lhee Kluet Utara Rendah Banjir
39. Ds. Kedai Padang Kluet Utara Berbatasan dengan Banjir
sungai
40. Ds. Kapa Seusak Trumon Pegunungan Banjir
Timur
41. Ds. Cot Bayu Trumon Dataran rendah Banjir
Timur
42. Ds. Lhok Raya Trumon Dataran rendah Banjir
Timur
43. Ds. Seunebok Trumon Dataran rendah Banjir
Pusaka Timur
44. Ds. Jambo Dalem Trumon Dataran rendah Banjir
Timur
45. Ds. Sapik Kluet Timur Dataran rendah Banjir
46. Ds. Durian Kawan Kluet Timur Dataran rendah Banjir
47. Ds. Alai Kluet Timur Dataran rendah Banjir
48. Ds. Paya Dapur Kluet Timur Dataran rendah Banjir
49. Ds. Lawe B. Didi Kluet Timur Pegunungan Banjir bandang
50. Ds. Lawe Sawah Kluet Timur Dataran rendah Banjir bandang
51. Ds. Pucuk Kluet Timur Pegunungan Banjir
Lembang
52. Ds. Lhok Rukam Tapaktuan - Banjir
53. Kel. Jambo Apha a. Terletak di pinggir Banjir bandang
pantai Sarullah.
b. Masyarakat banyak
bermukim di sekitar
bukit-bukit yang
rawan longsor.
c. Terletak di pinggir
perbukitan bukit
barisan.
54. Ds. Batu Itam Tapaktuan - Banjir
55. Ds. Air Berudang Tapaktuan Banjir
56. Kel. Lhok Tapaktuan - Banjir
Bengkuang
57. Kel. Hilir Tapaktuan - Banjir

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-30
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

KONDISI
KECAMAT JENIS
NO. LOKASI TOPOGRAFI
AN BENCANA
LOKASI
58. Kel. Hulu Tapaktuan - Banjir bandang
59. Ds. Panjupian Tapaktuan Letaknya di pinggir Banjir bandang.
sungai Sarullah dan di
sebelahnya terdapat bukit
berbatuan dan di
sekitarnya banyak rumah
60. Ds. Panton Luas Tapaktuan - Banjir
61. Ds. Air Pinang Tapaktuan Di tengah pegunungan Banjir bandang
62. Kel. Padang Tapaktuan - Banjir sesaat
63. Kel. Lhok Tapaktuan - Banjjir
Keutapang
64. Ds. Jambo Papeun Meukek DAS Banjir dan erosi
65. Ds. Drin Jalo Meukek DAS Banjir
66. Ds. Alue Baro Meukek DAS Banjir
67. Ds. Ie Dingen Meukek DAS Banjir
68. Ds. Buket Mas Meukek DAS Banjir
69. Ds. Blang Kuala Meukek DAS Banjir
70. Ds. Kuta Baloh I Meukek DAS Banjir
71. Ds. Kuta Baloh II Meukek DAS Banjir
Sumber: Bappeda Aceh Selatan, Hasil Olahan, 2010

Banjir juga dapat terjadi bukan akibat hujan di Kabupaten Aceh Selatan, tetapi dapat
terjadi akibat hujan di hulu Sungai Soraya (Aceh Singkil) dan atau di Kabupaten Aceh
Tenggara (berupa banjir kiriman) yang sering terjadi di Kapa Seusak, Lhok Raya, dan
Cot Bayu Kecamatan Trumon Timur.

Menyangkut keterkaitan dengan kawasan rawan bencana alam (mitigasi) dan urgensi
sistem yang perlu dipahami secara luas oleh warga, maka yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut.

a. Dipahaminya latar belakang disediakannya sistem peringatan dini dalam mendukung


penyelamatan warga.

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-31
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

b. Keberadaan penataan kota termasuk elemen-elemen kota pendukung (bukit


penyelamatan, jalur-jalur penyelamatan, dan sebagainya) sebagai bagian yang
terintegrasi dengan sistem peringatan dini.

c. Tersosialisasikannya secara luas mengenai prosedur penyelamatan.

d. Terbangun kebiasaan dan standar penyelamatan yang sudah menjadi bagian


keseharian warga secara luas.

Mengangkat kebiasaan dan mengintegrasikan kearifan lokal berkaitan dengan peringatan


dini terhadap bencana alam (contoh: bencana tsunami di Simeulue).

Potensi terjadinya bencana alam berupa bencana gempa bumi, tsunami, gerakan tanah
(longsor), banjir dan rawan abrasi di Kabupaten Aceh Selatan tidak terlepas dari karakteristik
fisik dasar wilayah Kabupaten Aceh Selatan.

A. Permasalahan fisik

Permasalahan fisik menyangkut karakteristik fisik alamiah yang dapat menjadi kendala
pengembangan fisik di Wilayah Kabupaten Aceh Selatan berupa dampak negatif aspek
geologi, yaitu:

1. Erosi

Bahaya erosi di wilayah Kabupaten Aceh Selatan, terutama terdapat di daerah


perbukitan yang bertekstur sedang. Faktor utama bahaya erosi tanah antara lain
ditentukan oleh kemiringan lahan, stabilitas tanah, dan tekstur tanah. Dari seluruh
penyebab terjadinya erosi tersebut adalah faktor lereng dan stabilitas tanah
merupakan faktor dominan yang sangat berpengaruh, karena sekitar 19,95% wilayah
Kabupaten Aceh Selatan berada dalam kemiringan >15%. Karakteristik erosi di
wilayah Kabupaten Aceh Selatan dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu
sebagai berikut.

a). Kemiringan yang curam ( > 15% )

Terjadi di wilayah perbukitan, pegunungan vulkan dan karst. Di wilayah


pegunungan/perbukitan vulkan yang tersebar di 12 kecamatan dari 16
kecamatan wilayah Kabupaten Aceh Selatan. Mulai dari Kecamatan

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-32
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Labuhanhaji Barat di Ie Rotan-Meukek- Sawang-Pasie Raja-Kluet Tengah-


Kluet Utara-hingga Seneubok Kranji Bakongan dan sekitarnya.

Sedangkan wilayah pegunungan/perbukitan karst yang tersebar kurang lebih di


4 kecamatan dari 16 kecamatan wilayah Kabupaten Aceh Selatan, yaitu
Labuhanhaji, Labuhanhaji Timur, Kluet Timur serta Batuputeh Bakongan
Timur dan daerah sekitarnya.

b). Erosi Oleh Aktivitas Sungai

Bahaya erosi akibat sungai terutama terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Krueng Baro, Krueng Kluet di Kecamatan Kluet Tengah, Kluet Utara, Kluet
Timur, dan Kluet Selatan, Krueng Bakongan, Krueng Trumon, Krueng
Meukek, Krueng Samadua, Krueng Sawang, Krueng Alue Paku, dan Krueng
Serullah serta Kreung Koto di Kluet Tengah.

2. Pengikisan Pantai (Abrasi)

Pengikisan pantai diakibatkan oleh aktivitas gelombang air laut, keadaan batuan yang
lunak/sudah melapuk dan tidak adanya zona pelindung berupa hutan bakau, batu
karang dan sebagainya. Di wilayah Kabupaten Aceh Selatan daerah yang mempunyai
potensi abrasi adalah sebagai berikut.
a). Lhok Rukam, Air Berudang, dan Gunung Kerambil Kecamatan Tapaktuan.
b). Ujung Mangki dan Keude Bakongan Kecamatan Bakongan.
c). Seubadeh Kecamatan Bakongan Timur.
d). Ujong Tanoh, Kuta Blang, dan Kp. Baru Kecamatan Samadua.
e). Lhom Pawoh, Sawang I, Ujung Kareng, dan Sawang Bak’U Keacamatan
Sawang.
f). Pasie Meukek, Aron Tanggai Kecamatan Meukek.
g). Padang Bakau Kecamatan Labuhanhaji Timur.
h). Kampung Padang, Pasar Lama, Desa Pawoh Kecamatan Labuhanhaji.
i). Keude Trumon Kecamatan Trumon.

Daerah-daerah tersebut mempunyai kondisi fisik pantai yang landai pada kawasan
kegiatan permukiman (baik perkotaan maupun perdesaan pantai).

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-33
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

3. Gerakan Tanah

Potensi gerakan tanah umumnya banyak terjadi pada fisiografi


pegunungan/perbukitan karst dan vulkan. Aktivitas gerakan tanah di wilayah
pegunungan/perbukitan vulkan terdapat di daerah-daerah pengaruh Gunung Leuser
dan gunung atau pegunungan lainnya yang tersebar di wilayah Kabupaten Aceh
Selatan. Sedangkan untuk potensi gerakan tanah di Wilayah perbukitan/pegunungan
karst meliputi Kecamatan Labuhanhaji, Tapaktuan, Pasie Raja, Kluet Tengah,
Trumon Timur, dan daerah sekitarnya yaitu daerah perbatasan Kabupaten Aceh
Selatan dan Kabupaten Aceh Singkil yang termasuk dalam kategori sedang. Kategori
tersebut sesuai dengan hasil survey Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi yang ditindaklanjuti oleh Surat Gubernur Nomor 360/8687.

Penanggulangan bahaya erosi dan lingkungan aspek geologis di Wilayah Kabupaten


Aceh Selatan telah dikelola oleh Yayasan Kawasan Ekosistem Leuser. Namun dalam
mengantisipasi perkembangan bahaya lingkungan aspek geologis tersebut diperlukan
penataan kembali kawasan perlindungan yang mengacu pada Keppres Nomor 32
Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung dan Kepmenhut No. 170 Tahun 2000 tentang
Ketentuan Kawasan Hutan Lindung.

4. Bahaya Banjir

Daerah potensi banjir di wilayah Kabupaten Aceh Selatan, yaitu yang sebagian besar
terdapat pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dan daerah pengaruh sekitar muara-
muara sungai besar, karena selain limpasan air sungai juga karena dorongan air laut
pasang, terutama pada daerah-daerah permukiman yang mempunyai elevasi tanahnya
lebih rendah/sejajar dengan muka air tertinggi.

Daerah potensi banjir yang dimaksud tersebut, adalah sebagai berikut.


a). Muara Krueng Desa Blang Baro, Pante Geulima pada Kelurahan Ujung Tanah.
b). Muara Krueng Labuhan.
c). Kutapaya dan Panton Pawoh Kecamatan Labuhanhaji Barat.
d). Krueng Keumumu dan Peulumat di Labuhanhaji Timur.
e). Krueng Buket Mirah dan Krueng pada Desa Buket Meuh, Kuta Buloh, Drien
Jalo, Raun Tunggai, dan Keude Pasie Kecamatan Meukek.

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-34
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

f). Krueng Lubuk Layu pada Desa Lubuk Layu, Air Sialang Hilir Tengah dan Hulu
serta Desa Jilatang, Kelurahan Hilir, Kelurahan Padang, dan Kelurahan Pasar
Kecamatan Tapaktuan.
g). Kampung Paya, Pulo Kambing, Limau Purut Kecamatan Kluet Utara.
h). Lawe Sawah, Lawe Buluh Didi, Pasirkuala, Gunung Pulo, dan Sialang
Kecamatan Kluet Timur.
i). Pulo Ie, Suaq Bakong dan Rantau Binuang Kecamatan Kluet Selatan
j). Ujung Mangki Kecamatan Bakongan.
k). Desa Simpang Kecamatan Bakongan Timur.
l). Desa Seunebok Jaya, Pulo Paya, dan Krueng Batee Kecamatan Trumon.
m). Desa Cot Bayu, Lhok Raya, dan Desa Kapa Seusak Kecamatan Trumon Timur.
n). Meuligo, Sawang, dan Sikulait Kecamatan Sawang.

Daerah-daerah tersebut merupakan kawasan permukiman yang dilintasi oleh sungai


maupun daerahnya merupakan kawasan muara sungai yang tidak memiliki atau yang
hutan bakaunya (mangrove) menyempit bahkan habis oleh kegiatan penduduk
setempat. Untuk daerah yang terkena genangan air adalah Kecamatan Kluet Selatan
dan Kluet Utara. Secara umum daerah bahaya lingkungan aspek geologis tersebut
sebagian besar merupakan kawasan-kawasan pertanian produktif dan permukiman
perkotaan maupun perdesaan.

2.1.6 Potensi Sumber Daya Pertambangan

Sumberdaya bahan galian yang terdapat di wilayah Kabupaten Aceh Selatan meliputi bahan
galian golongan A, B, dan C. Sebaran bahan galian masing-masing golongan. secara lebih
jelasnya diuraikan dalam Tabel 2.13.

Tabel 2.13 Potensi Pertambangan Kabupaten Aceh Selatan


NO SUMBER LOKASI KETERANGAN
GALIAN
I. GALIAN GOLONGAN A (STRATEGIS)
1. Gas Alam Kecamatan Trumon. Sampai tahun 2004/2005,
lokasi ini baru tahap
identifikasi dan rencana

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-35
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

NO SUMBER LOKASI KETERANGAN


GALIAN
pemetaan oleh pihak
Departemen Pertambangan.
2. Batu Bara  Ladang Tuha Kecamatan Sampai tahun 2004/2005,
Pasie Raja. alokasi potensi sumber batu
 Panjupian Kecamatan bara di kawasan ini
Tapaktuan. menunggu studi Amdal dan
rencana pembukaannya.
 Kluet Timur.
3. Timah Hitam  Alur Paku Kecamatan Studi Amdal dan indentifikasi
Sawang. alokasi sumber timah hitam.
II. GALIAN GOLONGAN B (VITAL)
1. Emas  Krueng Baro Kecamatan Sudah ada tahapan kegiatan
Labuhanhaji. dalam pembangunan
 Desa Mutiara Kecamatan potensinya, yaitu pada tahap
Sawang. eksplorasi dan eksploitasi.
 Sorotan Kecamatan Kluet
Utara.
 Manggamat, Kecamatan Kluet
Tengah.
 Kecamatan Labuhanhaji
Timur.
 Kecamatan, Samadua.
 Terbangan, Kecamatan Pasie
Raja
2. Tembaga  Lhok Bengkuang Kecamatan Sampai tahun 2004/2005,
Tapaktuan. alokasi potensi sumber
 Sorotan Kecamatan Kluet tembaga di kawasan ini
Utara. menunggu studi Amdal dan
rencana pembukaannya.
 Krueng Peulumat, Drien Jala,
Jambo Peupen Kecamatan
Labuhanhaji.
3. Besi  Krueng Sikulait dan Alur Tahapan kegiatan yaitu
Paku Kecamatan Sawang. PU/SKIP dan eksplorasi.
 Sorotan, Kecamatan Kluet
Utara.
 Kecamatan Tapaktuan.
 Kecamatan Labuhanhaji Barat
 Kecamatan Trumon.
 Kecamatan Pasie Raja.

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-36
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

NO SUMBER LOKASI KETERANGAN


GALIAN
 Kecamatan Meukek.
 Kecamatan Trumon Timur.
 Kecamatan Labuhanhaji.
 Kecamatan Kluet Tengah.
III. GALIAN GOLONGAN C
1. Granit  Kecamatan Kluet Utara. Informasi awal sampai tahun
 Kecamatan Tapaktuan. 2005. Untuk
pengembangannya belum ada
 Kecamatan Samadua. informasi dan data yang
 Kecamatan Sawang. lengkap bagi potensi galian
golongan C jenis Granit.
2. Marmer  Kecamatan Kluet Utara. Sebagian kecil sudah digali
 Kecamatan Tapaktuan. oleh masyarakat daerah
setempat.
 Kecamatan Samadua.
 Kecamatan Sawang.
 Labuhanhaji Barat.
3. Pasir dan  Sebagian besar alokasi Galian Sudah dimanfaatkan dan
Batu (Sirtu) C ada di sekitar sungai di digali oleh masyarakat
wilayah Kabupaten Aceh sebagai kegiatan ekonomi
Selatan. tambahan.
4. Andesit Kecamatan Meukek Belum dibudidaya usahakan
secara permanen melainkan
diusahakan secara
perorangan, guna kegiatan
ekonomi tambahan.
5. Diorit  Belum teridentifikasi secara Data dan informasi belum
menyeluruh untuk kawasan lengkap.
diorit.
6. Mangan  Kecamatan Bakongan. PU/SKIP.
7. Tanah Urug  Kecamatan Sawang. Volume dan kapasitasnya
 Kecamatan Labuhanhaji. belum terdata dengan baik.
 Kecamatan Tapaktuan.
IV. GALIAN INDUSTRI
1. Batu Kecamatan Meukek Sebagian kecil sudah digali
Gamping oleh masyarakat daerah
setempat.
2. Pasir Kwarsa Kecamatan Meukek Volume dan kapasitasnya

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-37
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

NO SUMBER LOKASI KETERANGAN


GALIAN
belum terdata dengan baik.
3. Batu Apung Belum terdata dengan baik Informasi dan data tidak
lengkap.
Sumber: Olahan Fakta dan Analisa 2010, dan Olahan 2010

2.1.7 Potensi Ekonomi Wilayah

Apabila dikelompokkan, perekonomian Kabupaten Aceh Selatan menjadi 3 sektor PDRB


yaitu sektor primer, sekunder dan tersier, sumbangan terbesar diberikan oleh kelompok Sektor
Primer kemudian disusul oleh Sektor Sekunder dan terakhir Sektor Tersier untuk tahun 2000-
2007. Berikut ini Tabel 2.14 hasil identifikasi terhadap sektor unggulan dan potensial dari
PDRB tahun 2000 dan 2007. dan Tabel 2.16 besaran kontribusi di setiap sektor di tahun
2000–2007.

Tabel 2.14 Identifikasi Sektor Unggulan Dan Potensial Di Kabupaten Aceh Selatan

LAPANGAN LPE (%) PERTUMBUHAN


No STRUKTUR
USAHA 2000 2007 PROPORSIONAL
1. Pertanian Dari Lapangan usaha
Pertanian mempunyai nilai
43,09 43,71 kontribusi yang dominan
SEKTOR terhadap pembentukan
Pertambangan dan
2. PRIMER PDRB, sehingga sektor
Penggalian
kegiatan ini menjadikan
sektor basis ekonomi
wilayah.
3. Industri Pengolahan Pertumbuhannya cepat (nilai
17,75 17,60 turun)
4. Listrik dan Air SEKTOR Pertumbuhannya cepat (nilai
Minum SEKUNDER turun)
5. Bangunan/Konstruksi Pertumbuhannya lambat
(nilai stabil)
6. Perdagangan, Hotel Pertumbuhannya lambat
dan Restoran (nilai turun)
7. Pengangkutan dan 39,15 36,68 Tumbuh cepat dan
Komunikasi SEKTOR berpengaruh +
8. Keuangan, Persewaan TERSIER Tumbuh cepat dan
& Jasa Perusahaan berpengaruh +
9. Jasa – Jasa Tumbuh lambat &

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-38
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

berpengaruh -
Sumber: Analisis tahun 2011

Dari ketiga kelompok sektor tersebut, kelompok sektor Primer yang mempunyai kontribusi
dominan terhadap PDRB, ternyata pada tahun 2000 dan 2007 kontribusinya mengalami
kenaikan. Dari perbandingan secara keseluruhan sektor, nilai kontribusi ini menjadikan sektor
basis ekonomi wilayah Kabupaten Aceh Selatan.

Sektor Sekunder kontribusinya pada periode tahun 2000-2007 terjadi penurunan sebesar
0,15%. Secara umum, penurunan ini terjadi dari pengaruh fluktuasi harga-harga barang dasar
(untuk bahan bangunan/konstruksi) dan beberapa alokasi sumber (terutama untuk sumber air
bersih) yang mengalami kerusakan sebagai akibat bencana alam (banjir dan genangan air
dengan durasi waktu yang cukup lama) dan kurangnya pemeliharaan terhadap jaringan pipa
distribusinya.
Tabel 2.15 Besaran Nilai Konstribusi Tiap Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Aceh
Selatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000–2007
(Dalam Jutaan Rupiah dan %)
JUTAAN RUPIAH PERSENTASE
LAPANGAN USAHA
2000 2007 2000 2007
42.
I PERTANIAN 381,292.93 757,263.56 19 42.66
Tanaman bahan 1
1.1 makanan 147,461.60 330,302.54 6.32 18.61
1.2 Tanaman perkebunan 73,055.51 156,850.90 8.08 8.84
108,43
1.3 Peternakan 5.89 176,294.20 12.00 9.93
1.4 Kahutanan 25,074.35 27,615.45 2.77 1.55
1.5 Perikanan 27,265.58 66,200.45 3.02 3.73

PERTAMBANGAN DAN
2 PENGGALIAN 8,129.36 18,571.69 0.90 1.05
Petambangan minyak
2.1 dan gas - - -
Penggalian dan
2.2 penggaraman 8,129.36 18,571.69 0.90 1.05

3 INDUSTRI PENGOLAHAN 42,682.24 76,279.80 4.72 4.30


3.1 Industri migas - - - -
4.7
3.2 Industri non migas 42,682.24 76,279.80 2 4.30

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-39
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

4 LISTRIK DAN AIR MINUM 2,348.55 4,506.28 0.26 0.25


4.1 Listrik 2,054.35 3,880.72 0.23 0.22
4.2 Air minum 294.20 625.66 0.03 0.03

13.0
5 BANGUNAN/KONSTRUKSI 115,418.70 231,634.92 12.77 5

PERDAGANGAN,
6 HOTEL& RM 158,397.84 239,046.52 17.53 13.47
6.1 Perdagangan 154,577.66 232,029.96 17.10 13.07
6.2 Hotel 690.51 1,174.41 0.08 0.07
6.3 Restoran /rumah makan 3,129.67 5,842.15 0.35 0.33

ANGKUTAN &
7 KOMUNIKASI 27,307.93 66,918.39 3. 02 3.77
Angkutan jalan raya
7.1 (datar) 18,576.37 43,015.59 2.06 2.42
Angkutan laut, sungai,
7.2 danau 1,116.38 3,215.79 0.12 0.18
7.3 Pengangkutan udara - - - -
7.4 Jasa penunjang angkutan 115.30 234.20 0.01 0.02
7.5 Komunikasi 7,499.88 20,452.81 0.83 1.15

KEUANGAN & JASA


8 PERUSAHAAN 14,029.02 55,141.94 1.55 3.11
8.1 Bank 6,341.04 38,428.68 0.70 2.16
Lembaga keuangan
8.2 tanpa bank 888.21 1,951.88 0.10 0.11
Jasa penunjang
8.3 keuangan - - - -
8.4 Sewa bangunan 6,529.13 14,313.51 0.72 0.81
8.5 Jasa perusahaan 270.65 447.87 0.03 0.02

17.0
9 JASA-JASA 154,038.82 325,624.49 5 18.33
16
9.1 Pemerintahan umum 147,122.04 309,989.75 .28 17.46
9.2 Sosial kemasyarakatan 3,603.76 8,794.28 0.40 0.49
0.0
9.3 Hiburan & Rekreasi 423.32 812.73 5 0.04
Perorangan dan rumah
9.4 tangga 2,889.70 6,027.72 0.32 0.34

JUMLAH 903,645.40 1,774,987.58 100.00 100.00


Sumber: BPS-Bappeda Kabupaten Aceh Selatan 2000–2007 dan Hasil Olahan Tahun 2008

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-40
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Untuk Sektor Tersier, mempunyai nilai kontribusi peringkat ke dua (2) setelah sektor primer.
Dari perbandingan kontribusi keseluruhannya, sektor primer merupakan dukungan yang
cukup penting terutama pada sub sektor kegiatan pada lapangan usaha perdagangan dan
keuangan. Walaupun di lapangan usaha perdagangan ini pada periode tahun 2000–2007
mengalami penurunan nilai, tetapi pengaruh terhadap sektor lainnya cukup besar.

Penurunan nilai sebagai akibat dari adanya fluktuasi harga-harga barang dasar juga dari
intensitas kegiatannya, yakni kegiatan yang terjadi sebagian besar hanya pada wilayah
Kabupaten Aceh Selatan dan beberapa komoditi unggulan yang ada masih mempunyai
produktivitas yang relatif kecil, sehingga untuk perdagangan ke luar wilayah umumnya relatif
rendah.

Mengacu kepada uraian perekonomian dasar tersebut di atas, maka wilayah Kabupaten Aceh
Selatan memiliki sektor basis dan sektor unggulannya adalah dibidang pertanian. Oleh sebab
itu pengembangan ekonomi Kabupaten Aceh Selatan relatif akan bertumpu pada sektor
pertanian. Mengingat bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Aceh Selatan termasuk
kedalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dengan fungsi lindungnya, maka perlu dieliminir
pertikaian pendayagunaan sumberdaya alam (SDA) guna pengembangan kegiatan produksi
ekonomi disatu sisi dengan pelestarian kawasan lindung disisi yang lain. Dalam hal ini sangat
perlu penegasan kawasan budidaya dan kawasan lindung serta pengendaliannya di Kawasan
Ekosistem Leuser (KEL).

Dengan demikian pola pengembangan ekonomi perlu diselaraskan dengan kapasitas


pengembangan sehingga ekosistem Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) di Kabupaten Aceh
Selatan bisa lestari.

Rincian selanjutnya adalah gambaran produktivitas di setiap sub sektor kegiatan yang ada di
wilayah Kabupaten Aceh Selatan, yaitu sebagai berikut.

A. Tanaman Pangan

Rendahnya produktifitas dan mutu komoditas pertanian serta rendahnya kemampuan dan
akses terhadap sumberdaya produktif, disebabkan oleh penggunaan sarana produksi dan
teknologi yang belum tepat. Hal tersebut dikarenakan teknologi pasca panen yang belum
baik serta rendahnya kualitas SDM petani dan kinerja penyuluh pertanian lapangan (PPL)
yang belum maksimal. Sementara itu peluang pengembangan lahan yang berpotensi
tanaman pangan adalah:

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-41
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

a). Potensi Pengembangan Tanaman Padi Sawah yang berpola intensifikasi harus
mengubah sawah pengairan/irigasi semi teknis/setengah teknis, irigasi sederhana,
irigasi desa, pompanisasi, dan tadah hujan dan irigasi teknis. Pengembangan irigasi
teknis ini terutama terbuka peluang di Kecamatan Bakongan, Bakongan Timur,
Trumon, Trumon Timur, Kluet Tengah, Kluet Timur, Labuhan Haji Barat, Labuhan
Haji, Labuhan Haji Timur, Meukek, Sawang, Pasie Raja, Samadua. Tingkat
produktivitas tanaman padi relatif bervariasi antara kecamatan di daerah ini. Selain
peluang tersebut, di daerah ini juga memiliki potensi lahan basah/rawa untuk
pengembangan cetak lahan sawah baru (ekstensifikasi).

b). Potensi Pengembangan Tanaman Palawija

Komoditi tanaman pangan yang dibudidayakan oleh petani selain dari tanaman padi
adalah palawija seperti kacang tanah, jagung, kedele, kacang hijau, ubi kayu, ubi
jalar, dan lain-lain. Semua komoditi ini cukup berpotensi pengembangannya di
Kabupaten Aceh Selatan. Hal ini sesuai dengan potensi lahan kering yang tersedia.
Apabila potensi lahan untuk itu dapat dimanfaatkan secara optimal melalui kegiatan
intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi maka produksi akan meningkat
sekaligus menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang pada akhirnya
akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani serta mendorong
perkembangan ekonomi daerah.

B. Kegiatan Produksi Hortikultura (Buah-buahan dan Sayuran)

Tanaman buah-buahan dan sayuran di Kabupaten Aceh Selatan merupakan jenis tanaman
dataran rendah dengan keanekaragaman yang cukup bervariasi. Buah-buahan selain
sebagai tanaman yang telah diusahakan sesuai ketentuan teknis budidaya, namun juga
tidak sedikit yang tumbuh dengan pemeliharaan seadanya. Jenis tanaman buah-buahan
yang relatif mudah ditemukan adalah pisang, mangga, nangka, durian, dan lain-lain.

Kecamatan yang memiliki areal panen dan jumlah produksi buah-buahan yang relatif
tinggi adalah di wilayah Kecamatan Samadua, Kecamatan Labuhan Haji Timur, dan
Kecamatan Kluet Tengah. Mengingat bahwa tanaman buah-buahan merupakan tanaman
yang memberikan hasil secara musiman maka anggota masyarakat belum sepenuhnya
mengandalkan sumber ekonominya dari pengusahaan tanaman buah-buahan.

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-42
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Masyarakat di Kabupaten Aceh Selatan sesuai dengan kondisi agroklimatnya, mereka


mengusahakan sayuran dataran rendah. Berbagai jenis sayuran yang umum diusahakan
yakni kacang panjang, ketimun, terung, kangkung, bawang, cabe, dan lain-lain. Sejalan
dengan itu, maka pengusahaan tanaman sayuran relatif lebih intensif dibandingkan
dengan pengusahaan tanaman buah-buahan. Walaupun begitu pengusahaan tanaman
sayuran juga masih diperlakukan sebagai kegiatan sambilan. Artinya, masyarakat yang
mengusahakan tanaman sayuran belum sepenuhnya mengandalkan sumber ekonominya
dari kegiatan ini. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pengusahaan tanaman sayuran di
Kabupaten Aceh Selatan masih sangat tertinggal. Pemenuhan kebutuhan akan sayuran
sebagian besar masih didatangkan dari luar wilayah ini.

Sebaran jenis tanaman sayuran yang perlu dipertahankan dan dikembangkan di sebagian
wilayah di Kabupaten Aceh Selatan yang ada, diantaranya yaitu: Kecamatan Samadua,
Kecamatan Kluet Utara, Kecamatan Meukek, dan Kecamatan Labuhan Haji Timur.
Namun dapat dikatakan bahwa pengusahaan tanaman sayuran ini mempunyai luasan
yang terbatas, sehingga mempunyai peluang didalam pengembangannya baik dalam arti
peningkatan produksi melalui perbaikan kultur teknis (intensifikasi) maupun perluasan
areal panen (ekstensifikasi).

C. Peternakan

Kegiatan usaha peternakan yang berkembang di Kabupaten Aceh Selatan meliputi


kegiatan pengusahaan ternak besar (sapi, kerbau), ternak kecil (kambing dan domba) dan
ternak unggas (ayam ras, ayam kampung, itik). Ternak besar, ternak kecil dan ternak
unggas (ayam dan itik) menyebar pada setiap wilayah kecamatan di Kabupaten Aceh
Selatan.

Populasi ternak sapi paling banyak terdapat di Kecamatan Labuhan Haji, Kecamatan
Trumon Timur, Kecamatan Kluet Selatan, Kecamatan Trumon, dan Kecamatan Samadua.
Kecamatan lainnya dengan populasi ternak sapi kurang dari 100 ekor. Untuk ternak
kerbau paling banyak terdapat di Kecamatan Kluet Selatan, kemudian Kecamatan Pasie
Raja, Kecamatan Kluet Timur, Kecamatan Kluet Utara dan Kecamatan Sawang. Kegiatan
pemeliharaan ternak besar di Kabupaten Aceh Selatan masih dilaksanakan secara
tradisional.

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-43
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Ternak kecil, seperti kambing paling banyak terdapat di wilayah Kecamatan Kluet
Selatan, kemudian Kecamatan Bakongan, Kecamatan Sawang, Kecamatan Meukek dan
Kecamatan Pasie Raja. Ternak domba paling banyak terdapat di Kecamatan Pasie Raja,
Kecamatan Kluet Utara, Kecamatan Meukek, Kecamatan Kluet Selatan, dan Kecamatan
Samadua. Pada wilayah ini pengusahaan ternak kecil dilaksanakan sebagai kegiatan
sambilan dan secara tradisional. Belum ada di wilayah tersebut, usaha ternak kecil yang
dikelola secara intensif.

Pengusahaan peternakan jenis unggas di wilayah ini didominasi kegiatan usaha ternak
ayam. Populasi ternak ayam paling banyak terdapat berturut-turut di Kecamatan Sawang,
Kecamatan Meukek, Samadua, Kluet Utara, dan Pasie Raja. Sedangkan ternak itik paling
banyak terdapat berturut-turut di Kecamatan Samadua, Kecamatan Sawang, dan
Kecamatan Meukek.

Kondisi penyebaran ternak yang terjadi di wilayah Kabupaten Aceh Selatan dapat
dinyatakan bahwa tidak ada kecamatan yang menjadi sentra produksi atas jenis ternak
tertentu. Tingkat produksi ternak baik ternak besar, ternak kecil maupun ternak unggas
belum dapat memenuhi kebutuhan di wilayah ini.

Banyak ditemui berbagai masalah pada sub sektor peternakan di wilayah Kabupaten
Aceh Selatan sampai awal tahun 2004/2005 (sebelum terjadinya gempa dan gelombang
tsunami), dengan demikian perkembangan baik dilihat dari kuantitas dan kualitas
produksinya bisa dibilang relatif masih sangat rendah.

Sebagai upaya stabilitas potensi dan pengembangan kegiatan usaha peternakan di wilayah
Kabupaten Aceh Selatan, yaitu pemberian penyuluhan, penyediaan kawasan penangkaran
bibit ternak dan distribusi obat-obatan yang dapat dijangkau ke seluruh kecamatan hingga
perdesaan.

D. Perkebunan dan Kehutanan

Pengusahaan tanaman perkebunan di Wilayah Kabupaten Aceh Selatan, merupakan


usaha perkebunan rakyat dan perkebunan besar swasta. Jenis-jenis tanaman perkebunan
yang diusahakan adalah: karet, kelapa, nilam, kelapa sawit, pala, pinang, kopi, dan lain-
lain. Adapun tanaman yang menyebar pada semua kecamatan di wilayah Kabupaten
Aceh Selatan adalah tanaman karet dan kelapa, sedangkan kelapa sawit dan kopi
penyebarannya tidak di setiap kecamatan.

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-44
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Tanaman perkebunan yang paling luas yang diusahakan di Kabupaten Aceh Selatan
adalah tanaman kelapa dalam (kelapa yang tumbuh dan ditanamnya bukan daerah pantai
atau di daerah daratan pedalaman/hutan), pala, kelapa sawit, kopi, dan pinang. Jenis
tanaman perkebunan lainnya diusahakan dengan luas areal yang relatif sempit. Perlu kita
ketahui bahwa tanaman pala dan kelapa dapat dikatakan sebagai tanaman tradisi di
wilayah Kabupaten Aceh Selatan, karena dimiliki oleh hampir setiap keluarga yang
berusaha tani. Oleh sebab itu penyebarannya hampir proporsional dengan luas wilayah
administrasi dan merupakan sumber ekonomi andalan, terutama bagi masyarakat petani
di Kabupaten Aceh Selatan.

Sementara itu tanaman kelapa sawit dapat dikatakan relatif baru berkembang di wilayah
Kabupaten Aceh Selatan. Melihat prospek keuntungan yang diperoleh dan didukung
ketersediaan lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditas ini, maka pengembangan
tanaman kelapa sawit berkembang dengan pesat terutama di Kecamatan Bakongan,
Bakongan Timur, Trumon Timur, dan Trumon. Sementara di kecamatan lainnya kurang
berkembang dengan pesat, karena tidak tersedianya industri pengolahan hasil yang
menyebabkan harga jual tandan buah segar relatif lebih rendah dibandingkan dengan
produksi di Kecamatan Trumon.

Dengan demikian pembangunan sub sektor perkebunan dan kehutanan untuk jenis
komoditas kelapa sawit, pinang dan pala di wilayah Kabupaten Aceh Selatan
memerlukan perhatian yang cukup besar, terutama pengembangan untuk jenis komoditi
unggulan dan bernilai ekonomis tinggi. Merupakan komoditi unggulan yang dominan di
kabupaten Aceh Selatan adalah tanaman pala, disamping komoditi lainnya seperti kelapa
sawit, kelapa dalam, cengkeh, kakao, dan kemiri. Bagi masyarakat setempat tanaman pala
cukup berpotensi, dimana memiliki nilai ekonomis sehingga dapat memberikan nilai
konstribusi cukup besar terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Walaupun
tanaman pala ini cukup menyebar di seluruh wilayah kabupaten Aceh Selatan, namun
sentra-sentra produksi komoditi pala sebagian besar berada di wilayah Labuhanhaji Barat,
Labuhanhaji Timur, Samadua, Meukek, Tapaktuan, dan Pasie Raja.

E. Perikanan dan Kelautan

Kondisi fisik alam di wilayah Kabupaten Aceh Selatan, menunjang untuk kegiatan
produksi perikanan, yang terdiri dari perikanan laut (tangkap, tambak) dan perikanan air

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-45
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

tawar. Masing-masing jenis perikanan ini memberikan kontribusi kepada masyarakat di


daerah ini, baik sebagai pemenuhan gizi masyarakat maupun sebagai sumber mata
pencaharian. Hasil perikanan yang dikonsumsi umumnya berupa ikan segar dan hanya
sebagian kecil berupa ikan olahan.

Kegiatan produksi nelayan untuk ikan tangkapan berlangsung hampir di seluruh


kecamatan. Hanya Kecamatan Trumon Timur, Kecamatan Kluet Tengah, Kluet Timur,
dan Kecamatan Kluet Selatan yang tidak memiliki kegiatan produksi nelayan tangkap.
Produksi nelayan tangkap paling tinggi terdapat di Kecamatan Sawang, Kecamatan
Tapaktuan, Kecamatan Meukek, Kecamatan Bakongan, dan Kecamatan Labuhan Haji.
Untuk produksi perikanan laut yang bersumber dari tambak paling banyak terdapat di
Kecamatan Labuhan Haji, Kecamatan Labuhan Haji Timur, dan Kecamatan Kluet Utara.
Produksi perikanan di Kabupaten Aceh Selatan dapat dikatakan hampir seluruhnya dijual
untuk konsumen di luar wilayah dan hanya sebagian kecil untuk konsumsi masyarakat.

Jumlah nelayan paling banyak terdapat di wilayah Kecamatan Tapaktuan, Kecamatan


Sawang, Kecamatan Labuhanhaji, dan Kecamatan Meukek. Kecamatan lainnya dengan
jumlah nelayan kurang dari 500. Jadi meskipun dapat dikatakan Kabupaten Aceh Selatan
sebagai daerah bahari, namun hanya sebagian kecil masyarakatnya yang mengandalkan
sumber ekonominya dari sumberdaya laut.

Dalam rangka meningkatkan hasil dari kegiatan usaha perikanan tangkap, masyarakat
nelayan di wilayah Kabupaten Aceh Selatan menggunakan berbagai jenis alat tangkap.
Alat tangkap yang dipergunakan oleh nelayan berpengaruh terhadap daerah operasi, serta
jenis dan jumlah ikan tangkapan. Penggunaan alat tangkap juga mencerminkan tingkat
teknologi yang dipergunakan masyarakat.

Untuk jumlah perahu paling banyak terdapat di Kecamatan Tapaktuan, Sawang, Meukek,
Labuhanhaji, dan Bakongan. Ketersediaan jumlah alat tangkap maupun kapal motor tidak
berbanding lurus dengan produksi yang dicapai karena produksi perikanan tangkap paling
besar di Kecamatan Sawang, Kemudian Kecamatan Meukek, Bakongan, Labuhan Haji,
dan Tapaktuan.

Menurut Kabupaten Aceh Selatan Dalam Angka, tahun 2007 produksi perikanan laut,
mencapai 10.984,30 ton dan untuk jenis komoditi perikanan air payau mencapai 12,80
ton serta perikanan darat mencapai 350,33 ton. Hal ini disebabkan kurangnya sarana

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-46
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

tangkap yang dimiliki disamping sarana yang ada sebagian besar masih merupakan
perahu tanpa motor. Sampai tahun 2007, jumlah sarana yang ada di Kabupaten Aceh
Selatan yaitu kapal motor 546 unit, motor tempel 1.011 unit dan perahu tanpa motor 646
unit.

Peluang dan pengembangan sektor kegiatan usaha perikanan dan kelautan ini, adalah
penataan kembali kawasan pelabuhan nelayan yang ada dan upaya rehabilitasi sarana
yang sudah ada untuk TPI (Tempat Pelelangan Ikan) serta sarana-sarana kegiatan nelayan
tangkap seperti peberian modal usaha berupa perahu motor tempel dan perangkat-
perangkat lainnya yang sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku.

F. Perindustrian

Perkembangan usaha industri, khususnya industri kecil dan rumah tangga di wilayah
Kabupaten Aceh Selatan masih sangat lamban, dimana sampai akhir tahun 2004 dan
pertengahan tahun 2005, jumlah unit usaha ini baru mencapai 430 unit formal dengan
serapan tenaga kerja ± 2.523 jiwa dan 55 unit non formal dengan jumlah serapan tenaga
kerja ± 138 jiwa.

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengembangan sub sektor ini, adalah
terbatasnya modal usaha dan kemampuan pengetahuan dari SDM pengrajin yang masih
sangat rendah, sehingga produktivitasnya maupun kualitas produksi kurang dapat
bersaing di pasaran. Secara keseluruhan untuk upaya pengembangan perekonomian
sektor kegiatan ekonomi yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Selatan, berdasarkan hasil
diskusi identifikasi dan aspirasi masyarakat di tingkat Kabupaten Aceh Selatan, adalah
sebagai berikut.

 Pengembangan Perikanan Laut

1). Pengembangan Sentra Perikanan.

2). Pengembangan dan Pembangunan Pelabuhan Ikan atau TPI.

3). Pengembangan Balai Nelayan.

4). Pengadaan Bantuan Peralatan Perikanan Laut.

 Pengembangan Lapangan Kerja

1). Pembangunan Perikanan Tambak.

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-47
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

2). Pengembagan Pertanian dan Perkebunan Rakyat dan Swasta.

3). Pengembangan Industri Bahan Baku Ikan dan Hasil Pertanian.

 Pengembangan Pertanian

1). Penentuan lokasi hutan yang dapat dimanfaatkan penduduk sebagai daerah
pertanian.

2). Pengembangan Lahan Perkebunan.

3). Pengembangan Lahan yang belum dimanfaatkan (lahan tidur).

4). Pengembangan Lahan Sawah yang tidak diusahakan.

5). Pengembangan Pendukung Kegiatan Pertanian.

 Pengembangan Irigasi

Pengembangan Dam Irigasi dan pembangunan/ perbaikan saluran irigasi.

G. Pariwisata

Kabupaten Aceh Selatan memiliki potensi objek-objek wisata alam dan budaya yang
menarik untuk dinikmati dan dikunjungi. Di Tapaktuan, misalnya, objek wisatanya
berupa Gunung Lampu, Pantai Lhok Rukam, Air terjun Tingkat tujuh, Pantai Batu
Mereh, Pantai Rindu Alam, Gua Kalam, Panorama Hatta, Pasir Setumpuk Lhokrukam,
Kolam Renang Aroya, dan Lubuk Simerah. Di Samadua, daya tarik wisatanya berupa
Batu Berlayar, Sungai Sekabu, Sungai Lubuk Bayu, Pantai pasir Putih, dan Batu
Sumbang. Di Kecamatan Sawang, objek-objek wisata menarik, seperti Pantai Pasi Tuan
Hilang, Air Terjun Tuwi Lhok, pulau Ujung Serudung, Sungai Trieng meuduro, Air
terjun Air Dingin. Untuk Kecamatan Meukek, objek wisatanya berupa Pantai Lhok
Aman, Pantai Lhok Bengkuang, dan Air Terjun Ceuraceu. Di Labuhanhaji, wisata
alamnya meliputi Gua Kelonsong, Sungai Pagar Gantung, pantai Ujung, Pelabuhan
penyeberangan antarpulau, kolam air sejuk, pantai gosong, dan Goa Panjang.

Objek wisata yang tidak kalah menariknya juga ditemui di Kecamatan Labuhanhaji
Timur, seperti pantai batu meletus, sungai batu berhujan, pantai sawang biduk buruk, dan
pantai batu termenung. Sementara itu, di Kecamatan Labuhanhaji Barat objek wisata
yang diminati meliputi Sungai Krueng Baru, dan Gua Batu Sicanang. Di Kecamatan
Pasie Raja, juga dijumpai objek wisata berupa Batee goa panton bili, Pasie ladang tuha,

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-48
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

Pucok Krueng, Pantai pasir rasian lancang. Objek wisata lainnya juga terdapat di
Kecamatan Kluet Tengah, seperti irigasi gunong pudong, muara simpali, batu hampa,
batu sumbang, alue kejrun, dan damar buih. Di Bakongan, daya tarik alamnya berupa
pantai ujung pulo cut, pulau dua, pantai ujung mangki, pantai ujueng kareung, danau laut
bangko, dan pantai Ie hitam. Untuk Bakongan Timur, wisata yang menarik adalah
irigasi/air terjun simpang Seubadeh, Pantai Lhok Jamin Seubadeh, dan air terjun/sungai
Seuleukat Seubadeh.

Objek-objek wisata ini perlu dibenahi dan ditata kembali berikut penambahan fasilitas
pendukungnya. Pembenahan dilakukan tanpa menghilangkan keindahan dan wujud
aslinya sehingga daya tarik wisata di Kabupaten Aceh Selatan benar-benar dapat
dinikmati oleh para wisatawan (baik lokal maupun luar daerah). Lebih lanjut,
pengembangan pariwisata ini dapat berperan dalam peningkatan pendapatan masyarakat
sekaligus memacu pertumbuhan ekonomi wilayah. Selain objek-objek wisata alam,
Kabupaten Aceh Selatan juga memiliki beragam budaya dan peninggalan bersejarah yang
prospektif dikembangkan sebagai objek wisata budaya. Potensi wisata budaya yang
dimiliki, salah satunya adalah seni tari-tarian yang kerap ditampilkan pada acara budaya,
keagamaan, kegiatan sosial, serta acara resmi dan seromonial lainnya. Sementara itu,
daya tarik wisata budaya dan sejarah lainnya adalah makam, tapak, tongkat, dan topi
Tuan Tapa, mesjid tuo, bungker Jepang Kelurahan Hilir, dan Bevak Belanda Panton Luas
(Kecamatan Tapaktuan); makam Abuya Syech H. Muda Waly Al-Khalidy, kitab Al-
Quran Kampung Dalam, dan Sulok Pesantren Darussalam (Kecamatan Labuhanhaji).
Juga di Labuhanhaji Timur terdapat makam Tgk.Keuramat Peulumat dan di Kecamatan
Labuhanhaji Barat terdapat makam Kuburan Syahid. Wisata budaya dan sejarah lainnya
berupa Makam Teuku Cut Ali, (Kluet Selatan), makam badan T. Cut Ali Alur Mubrang
(Kecamatan Kluet Timur), Makam Abuya Syech H. Jailani Musa (Kluet Utara), dan
lainnya.

2.2 ISU-ISU STRATEGIS

Isu strategis Wilayah Kabupaten Aceh Selatan sebagai bahan pertimbangan dan kajian
didalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Aceh Selatan. Secara
garis besar isu strategis Kabupaten Aceh Selatan hingga 20 tahun mendatang menggambarkan

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-49
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

permasalahan pembangunan daerah, dengan memperhatikan kondisi aktual Kabupaten Aceh


selatan.

1. Optimalisasi sektor pertanian dan perkebunan sebagai fundamental ekonomi daerah


melalui peningkatan akses jalan, penyediaan pasar yang representatif dan peningkatan
mutu hasil pertanian dan perkebunan, sehingga diharapkan dapat memicu pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Aceh Selatan untuk masa yang akan datang.

2. Serapan investasi yang masih kurang mengingat Kabupaten Aceh Selatan mempunyai
sumber daya alam yang cukup potensial dikembangkan, terutama dari sektor pertanian
sebagai sektor fundamental, sektor pertambangan serta sektor perikanan dan kelautan.

3. Terbukanya akses yang mudah, cepat, dan nyaman seharusnya diharapkan dapat memicu
ketinggalan Kabupaten Aceh Selatan, baik dari sisi peningkatan ekonomi wilayah,
maupun sektor pendidikan dan kesehatan serta investasi dari luar daerah.

4. Posisi Kabupaten Aceh Selatan sebagai salah satu wilayah pesisir di bagian barat Provinsi
Aceh merupakan suatu peluang bagi sektor perikanan dan kelautan sebagai sektor
potensial. Potensi sektor perikanan dan kelautan yang cukup potensial ini perlu
penyediaan berbagai infrastruktur pendukung sehingga dapat meningkatan perekonomian
penduduk dan Kabupaten Aceh Selatan.

5. Kabupaten Aceh Selatan memiliki pelabuhan laut yang potensial dikembangkan sebagai
pintu gerbang bagian barat Provinsi Aceh. Hal ini perlu peningkatan sarana dan prasaran
pendukung untuk menunjang pengangkutan berbagai potensi yang terdapat di Kabupaten
Aceh Selatan (pertanian, pertambangan, perikanan, dan lain-lain), serta angkuan
penumpang/orang, sehingga transportasi laut dapat menjadi bagian dari kerangka
pengembangan wilayah Kabupaten Aceh Selatan untuk masa yang akan datang.

6. Pengembangan kawasan perkotaan ditetapkan untuk mendukung kebutuhan


pengembangan perkotaan dan pertumbuhan ekonomi yang akan terjadi di kawasan
tersebut. Kawasan ini diarahkan pengembangannya untuk mendukung kegiatan perkotaan
seperti kegiatan perdagangan, jasa dan permukiman. Wilayah yang bisa dikembangkan
untuk pengembangan kawasan perkotaan di masa mendatang adalah kawasan perkotaan
Labuhanhaji, Kotafajar, dan Bakongan.

7. Sektor pariwisata yang cukup potensial, terutama pariwisata bahari yang didukung oleh
keanekaragam objek wisatanya yang indah dan alami, perlu dikembangkan lebih lanjut

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-50
CV. JASA LINGKUNGAN ACEH

dengan dukungan prasarana penunjang, seperti penyediaan akomodasi, peningkatan


kualitas objek dan promosi. Dalam rangka pengembangan wisata untuk masa yang akan
datang untuk mewujudkan Kabupaten Aceh Selatan sebagai salah satu destinasi wisata
Provinsi Aceh di bagian barat tetap mendukung slogan wisata Islami dan berbudaya.

8. Pengembangan aksesibilitas ke daerah-daerah pelosok/terpencil perlu medapat perhatian


yang serius dalam kerangka pengembangan wilayah secara keseluruhan, terutama untuk
menghubungkan ke sentra-sentra produksi pertanian dan perkebunan.

LAPORAN AKHIR
DED IPLT Kabupaten Aceh Selatan (PR INFRA 44) II-51

Anda mungkin juga menyukai