Anda di halaman 1dari 49

4.1.

Gambaran Geografis dan Administrasi Wilayah


4.1.1. Letak Geografis
Letak Geografis Kabupaten Aceh Barat terletak antara 040 06’ - 040 07’ Lintang
Utara dan 95°52’ - 96040’ Bujur Timur. Secara administratif Kabupaten Aceh Barat
memiliki batas wilayah sebagai berikut :

- Utara : Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Aceh Jaya


- Selatan : Kabupaten Nagan Raya dan Samudera Hindia
- Timur : Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya
- Barat : Samudera Hindia

4.1.2. Administrasi Wilayah

Kabupaten Aceh Barat memiliki luas wilayah mencapai 2.927,95 km2. Dengan
mekarnya Desa Keuramat pada Tahun 2011, Kabupaten Aceh Barat terdiri atas
12 Kecamatan, 32 mukim dan 322 Gampong. Sebanyak 192 Gampong
diantaranya berada di daratan dan 83 gampong tertetak di lembah. Hanya 47
Gampong yang terletak di Iereng.

BAB IV-1
Tabel 4.1. Pembagian Administrasi Kabupaten Aceh Barat

Luas Persentase Jumlah Jumlah


Ibukota
No Kecamatan Wilayah Dari Luas
Kecamatan
(Km) Kabupaten Mukim Gampong

1 Johan Pahlawan Meulaboh 44,91 2,00 0 21

2 Samatiga Suak Timah 140,69 5,00 6 32

3 Bubon Layueng 129,58 4,00 3 17

4 Arongan Lambalek Drien Rampak 130,06 4,00 2 27

5 Woyla Kuala Bhee 249,04 9,00 3 43

6 Woyla Barat Pasie Mali 123,00 4,00 2 24

7 Woyla Timur Tangkeh 132,06 5,00 2 26

8 Kaway XVI Peureumeue 510,18 17,00 4 44

9 Meureubo Meureubo 112,87 4,00 2 27

10 Pante Ceureumen Pante Ceureumen 490,25 17,00 4 25

11 Panton Reu Meutulang 83,04 3,00 2 19

12 Sungai Mas Kajeung 781,73 26,00 2 18

Total Luas 2.927,95 100,00 32 322

Sumber : RPJMD Kab. Aceh Barat

Kecamatan terluas adalah Sungai Mas, yang menempati 26 % wilayah Kabupaten


Aceh Barat. Daerah ini sebagian besar masih berupa hutan. Sedangkan
Kecamatan terkecil adalah Johan Pahlawan yang merupakan Ibukota Kabupaten
Aceh Barat. Luas kecamatan ini hanya 44,61 km2 atau hanya 2 % dari luas
Kabupaten Aceh Barat.

Kota Meulaboh merupakan ibukota Kabupaten Aceh Barat terletak di Kecamatan


Johan Pahlawan. Kecamatan terdekat dari pusat Kota Meulaboh adalah
Kecamatan Meureubo, Kecamatan Samatiga dan Kecamatan Kaway XVI.
Sedangkan Kecamatan terjauh adalah Woyla Timur, Panton Reu dan Sungai Mas.

BAB IV-2
Gambar 4-1 : Peta Administrasi Kabupaten Aceh Barat

BAB IV-3
4.2. Gambaran Demografi

4.2.1. Jumlah Penduduk

Penduduk di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2012 berjumlah 182.364 jiwa
2
dengan kepadatan penduduk 2.078 jiwa/km sehingga kepadatan penduduk di
kabupaten ini termasuk padat. Dengan jumlah penduduk tersebut Kecamatan
Johan Pahlawan menjadi wilayah terpadat dengan rata-rata 1.316 jiwa penghuni
2
tiap 1 km . Tingkat kepadatan ini terus bertambah tiap tahunnya yang disebabkan
jumlah kelahiran dan migrasi masuk. Sedangkan kepadatan terendah berada di
Kecamatan Sungai Mas yang tiap kilo meter perseginya hanya dihuni oleh 5 jiwa.
Tingkat kepadatan ini pun tidak berubah tiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan
bahwa tidak ada pertambahan penduduk yang berarti disini. Tingginya angka
kelahiran juga diimbangi dengan besarnya tingkat kematian. Angka imigrasi
masuk disini pun hampir tidak ada.

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat 2012


Luas Jumlah
Kecamatan
(Km2) Penduduk
1. Johan Pahlawan 44.91 59,103
2. Samatiga 140.69 14,020
3.Bubon 129.58 6,845
4. Arongan Lambalek 130.06 11,099
5. Woyla 249.04 12,627
6. Woyla Barat 123 7,173
7. Woyla Timur 132.6 4,324
8.KawayXVI 510.18 20,007
9.Meureubo 112.87 27,879
10. Pante Ceureumen 490.25 9,804
11. Panton Reu 83.04 5,932
12.SungaiMas 781.73 3,551
Jumlah 2927.95 182,364
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013

4.2.2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Struktur penduduk di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2012 berdasarkan jenis
kelamin memiliki proporsi yang hampir seimbang yaitu penduduk laki-laki sebesar
50,76 % dan penduduk perempuan sebesar 49,23 %. Pada tahun 2012 terdapat
92.573 jiwa laki-laki dan 89.791 jiwa perempuan dengan rasio jenis kelamin

BAB IV-4
adalah 103. Artinya, dari setiap 100 perempuan terdapat 103 laki-laki.
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3.

Jumlah Rumah Tangga, Penduduk Dan Rasio Jenis Kelamin Menurut


Kecamatan Di kabupaten Aceh Barat, 2012

Rumah Penduduk Rasio Jenis


Kecamatan/
Tangga Laki-laki Perempuan Jumlah Kelamin
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Johan Pahlawan 14.243 29.976 29.127 59.103 102,91
2. Samatiga 3.812 7.092 6.928 14.020 102,37
3. Bubon 1.629 3.442 3.403 6.845 101,15
4. Arongan Lambalek 2.904 5.713 5.386 11.099 106,07
5. Woyla 3.287 6.308 6.319 12.627 99,83
6. Woyla Barat 1.881 3.625 3.548 7.173 102,17
7. Woyla Timur 1.138 2.176 2.148 4.324 101,30
8. Kaway XVI 4.731 10.233 9.774 20.007 104,70
9. Meureubo 6.633 14.344 13.535 27.879 105,98
10. Pante Ceureumen 2.556 4.880 4.924 9.804 99,11
11. Panton Reu 1.502 2.991 2.941 5.932 101,70
12. Sungai Mas 953 1.793 1.758 3.551 101,99
Jumlah/Total 2012 45.269 92573 89791 182364 103,10
2011 44 068 90107 87425 177532 103,07
2010 43 594 88 090 85 468 173 558 100,12
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat

4.2.3. Jumlah Penduduk Miskin

Jumlah keluarga Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2012 berjumlah 48.992
keluarga dan sebagain termasuk kategori keluarga.miskin. Keluarga miskin terbagi
dalam beberapa kategori antara lain : Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera
I, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, Keluarga Sejahtera Plus. Distribusi
penduduk miskin dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut :

BAB IV-5
Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Barat 2012

Keluarga Pra Keluarga Sejahtera


Sejahtera Keluarga Sejahtera I Keluarga Sejahtera II Keluarga Sejahtera III Plus
Kecamatan Keluarga
Keluarga Persen Keluarga Persen Keluarga Persen Keluarga Persen Keluarga Persen
(%) (%) (%) (%) (%)

1. Johan Pahlawan 14,837 3,498 23.58 2915 19.65 5584 37.64 2,338 15.76 502 3.38

2. Samatiga 4,167 679 16.29 915 21.96 1747 41.92 413 9.91 413 9.91

3.Bubon 1,646 235 14.28 193 11.73 737 44.78 481 29.22 0 0.00

4. Arongan Lambalek 3,103 1,127 36.32 1327 42.77 516 16.63 133 4.29 0 0.00

5. Woyla 3,256 1,494 45.88 887 27.24 543 16.68 223 6.85 109 3.35

6. Woyla Barat 2,294 593 25.85 588 25.63 1032 44.99 81 3.53 0 0.00

7. Woyla Timur 1,289 681 52.83 583 45.23 25 1.94 0 0.00 0 0.00

8.Kaway XVI 5,429 1,049 19.32 2073 38.18 1209 22.27 760 14.00 338 6.23

9.Meureubo 6,803 737 10.83 2608 38.34 2815 41.38 501 7.36 142 2.09

10. Pante Ceureumen 3,251 60 1.85 395 12.15 1452 44.66 1,334 41.03 10 0.31

11. Panton Reu 1,767 808 45.73 505 28.58 315 17.83 73 4.13 66 3.74

12.Sungai Mas 1,150 172 14.96 452 39.30 312 27.13 155 13.48 59 5.13

Jumlah 2012 48,992 11,133 13,441 16,287 6,492 1,639


Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013

BAB IV-6
Tabel 4.5. Jumlah Penyandang Masalah Sosial Kabupaten Aceh Barat 2012

Jenis Masalah Sosial


Kecamatan Fakir Lanjut Jumlah
Miskin Yatim/Piatu Usia Gelandangan
1. Johan Pahlawan 2137 1000 379 3516
2. Samatiga 1707 375 436 7 2525
3.Bubon 570 178 122 3 873
4. Arongan Lambalek 1881 410 116 2407
5. Woyla 1868 323 425 2 2618
6. Woyla Barat 927 156 55 1138
7. Woyla Timur 521 246 150 917
8.Kaway XVI 1523 375 871 15 2784
9.Meureubo 2080 459 51 6 2596
10. Pante Ceureumen 1486 329 164 1979
11. Panton Reu 695 183 213 1091
12.Sungai Mas 171 171 79 421
Jumlah 2012 15566 4205 3061 33 22865
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013

4.2.4. Laju Pertumbuhan Penduduk


Jumlah penduduk pada tahun 2007 adalah 155.301 jiwa dan pada tahun 2008
berkembang menjadi 165.913 jiwa, angka pertumbuhan penduduk 6,83 %,
merupakan laju pertumbuhan yang cukup pesat. Selanjutnya tahun 2009 menjadi
171.130 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 3.14%. Rata-rata laju
pertumbuhan penduduk tahun 2007-2012 di Kabupaten Aceh Barat sebesar
3,28%. Pesatnya penduduk tersebut disebabkan oleh arus migrasi masuk ke Aceh
Barat, terutama dari luar pada daerah perkotaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut.

Selama kurun waktu 2010-2012, angka ketergantungan cenderung menurun.


Pada tahun 2012 setiap 100 penduduk usia produktif usia 15 tahun sampai
dengan 64 tahun akan menanggung penduduk usia non produktif, yaitu penduduk
4 muda (0-14 tahun) dan penduduk tua (65 tahun ke atas).

BAB IV-7
Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kab. Aceh Barat 2007-2012

Kecamatan 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1. Johan Pahlawan 45,654 53,080 54,623 56,050 57,334 59,103

2. Samatiga 13,019 12,161 12,981 13,322 13,627 14,020

3.Bubon 5,712 6,198 6,377 6,545 6,695 6,845

4. Arongan Lambalek 10,481 10,047 10,337 10,609 10,850 11,099

5. Woyla 12,102 11,433 11,764 12,073 12,349 12,627

6. Woyla Barat 7,158 6,495 6,682 6,858 7,015 7,173

7. Woyla Timur 4,178 3,919 4,032 4,138 4,233 4,324

8.Kaway XVI 18,429 17,759 18,273 18,753 19,182 20,007

9.Meureubo 19,194 25,105 25,831 26,510 27,116 27,879


10. Pante
Ceureumen 9,509 9,124 9,388 9,635 9,856 9,804

11. Panton Reu 3,552 5,370 5,526 5,671 5,801 5,932

12.Sungai Mas 4,306 3,214 3,307 3,394 3,472 3,551

Jumlah 155,301 165,913 171,130 175,568 179,541 182,364

200.000 171.130 175.568 179.541 182364


164.913
180.000 153,301
160.000
140.000
120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
0

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Gambar 4-2 : Grafik Penduduk Kabupaten Aceh Barat Tahun 2007-2012

BAB IV-8
4.2.5. Persebaran Penduduk

Dengan luas wilayah yang tidak berubah, penambahan jumlah penduduk tersebut
menyebabkan angka kepadatan penduduk terus bertambah setiap jiwanya. Pada
tahun 2012 tercatat setiap 1 km2 luas wilayah dihuni oleh 62 jiwa. Tingkat
kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kecamatan Johan Pahlawan dengan
kepadatan 1.316 jiwa/km2, sedangkan yang terendah di Kecamatan Sungai Mas
yang tiap 1 km2 dihuni hanya 5 jiwa.

Persebaran penduduk Kabupaten Aceh Barat terpadat pada wilayah kecamatan


yang memiliki karakter wilayah perkotaan yaitu di Kecamatan Johan Pahlawan,
Kecamatan Meureubo dan Kecamatan Samatiga yang terletak pada koridor Jalan
Nasional. Berbeda halnya dengan daerah terpencil seperti halnya Sungai Mas.

Tabel 4.7. Sebaran dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Aceh Barat 2012

Luas Jumlah Kepadatan


Kecamatan 2
(Km ) Penduduk Penduduk
1. Johan Pahlawan 44.91 59103 1.316.03
2. Samatiga 140.69 14.020 99.65
3.Bubon 129.58 6.845 52.82
4. Arongan Lambalek 130.06 11.099 85.34
5. Woyla 249.04 12.627 50.70
6. Woyla Barat 123 7.173 58.32
7. Woyla Timur 132.6 4.324 32.61
8.KawayXVI 510.18 20.007 39.22
9.Meureubo 112.87 27.879 247.00
10. Pante Ceureumen 490.25 9.804 20.00
11. Panton Reu 83.04 5.932 71.44
12.SungaiMas 781.73 3.551 4.54
Jumlah 2.927.95 182.364 62
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013

4.3. Gambaran Topografi

Kondisi fisik Kabupaten Aceh Barat sebagian besar terdiri dari daerah perbukitan
dengan bentuk topografi dibagian utara adalah daerah pegunungan yang
merupakan rangkaian dari Bukit Barisan dan termasuk dalam ekosistem Leuser.
Berdasarkan kajian lereng dengan mengggunakan skala Maberry, maka dapat
dikatakan daerah Aceh Barat memiliki lahan yang sesuai untuk pengembangan

BAB IV-9
wilayah karena memiliki sudut lereng berkisar antara 0 sampai 3 persen. Jika
ditinjau dari kontur wilayah, sebagian wilayah di Kecamatan Sungai Mas dan
Pante Ceureumen memiliki ketinggian diatas 1500 m dpl, sedangkan sekitar 20
persen dari keseluruhan wilayah yang merupakan dataran pesisir berada pada
ketinggian sekitar 25 m dpl yang mencakup Kecamatan Johan Pahlawan dan
Meureubo.
Kabupaten Aceh Barat terdiri atas 12 Kecamatan, 32 mukim dan 322 Gampong.
Sebanyak 192 desa diantaranya berada di dataran dan 83 desa tertetak di
lembah. Hanya 47 desa yang terletak di Iereng.

Tabel 4.8. Letak Geografis Gampong per Kecamatan


Letak Topografi
KECAMATAN Jumlah
Lembah Lereng Dataran
1. Johan Pahlawan - - 21 21
2. Samatiga - - 32 32
3.Bubon 2 - 15 17
4. Arongan Lambalek 8 3 16 27
5. Woyla 2 5 36 43
6. Woyla Barat 11 7 6 24
7. Woyla Timur 5 9 12 26
8.KawayXVI 22 4 17 43
9.Meureubo 3 6 17 26
10. Pante Ceureumen 14 0 11 25
11. Panton Reu 10 2 7 19
12.SungaiMas 6 11 1 18
JUMLAH 83 47 191 321

Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013

Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Aceh Barat didominasi dataran rendah


yang memiliki ketinggian 0-90 m dpl. Pada dataran merupakan lembah sungai
yang bermuara di Samudera Hindia. Dengan perbukitan dan lereng di bagian
utara wilyah Kabupaten Aceh Barat sehingga pada dataran rendah sering terjadi
banjir.

BAB IV-
10
Gambar 4-3 : Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Aceh Barat

BAB IV-
11
Gambar 4-4 : Peta Ketinggian Kabupaten Aceh Barat

BAB IV-
12
4.4. Gambaran Geohidrologi

Pada wilayah Kabupaten Aceh Barat terbagi dalam 5 wilayah Daerah Aliran
Sungai (DAS) yaitu :

1. DAS Krueng Tenom


2. DAS Krueng Meureubo
3. DAS Krueng Bubon
4. DAS Krueng Woyla
5. DAS Krueng Suenagan

Potensi sumber daya air yang dimiliki sangat besar karena dialiri oleh 2 (dua)
sungai besar yaitu Krueng Woyla dan Krueng Meureubo dengan kapasitas
alirannya lebih dari 250 liter/detik. Dengan karakteristik dan pola aliran sungai ini,
terdapat permasalahan berupa adanya banjir periodik pada musim penghujan.
Banjir periodik tersebut terjadi sebagai limpasan air sungai, terutama yang
perbedaan tinggi dengan muara (permukaan laut) tidak terlalu besar, seperti pada
sungai-sungai di bagian tengah dan timur wilayah. Limpasan sungai tersebut
bermuara ke Samudera Indonesia. Area yang mengalami banjir periodik tersebut
adalah pada alur limpasan sungai : Krueng Woyla dan anak-anak sungainya yaitu
sejak dari wilayah Kecamatan Sungai Mas, Woyla Timur, Woyla Barat, Arongan
Lambalek dan Samatiga; Krueng Meurebo dan anak-anak sungainya, sejak dari
Kecamatan Pante Ceuremen, Kaway XVI, Meureubo dan Johan Pahlawan; di
mana pertemuan Krueng Keureuto dengan anaknya Krueng Peuto ini adalah di
Kecamatan Lhok Bubon; Krueng Bubon, yaitu sejak dari Kecamatan Bubon dan
Samatiga. Dari sejumlah sungai di atas, yang paling luas cakupan masalah
banjirnya adalah Krueng Woyla dan Meureubo. Khususnya Krueng Meureubo
dimana pada area banjirnya terdapat simpul perkotaan Meulaboh sebagai ibukota
Kabupaten Aceh Barat. Selain kawasan perkotaan Meulaboh (Kecamatan Johan
Pahlawan), wilayah Kecamatan Meurebo dan Kecamatan Kaway XVI. Sementara
Krueng Woyla cakupan banjir yang sering melanda wilayah hilir sungai yaitu
Kecamatan Arongan Lambalek dan sebagian Kecamatan Samatiga. Untuk
mengatasi masalah banjir tersebut, selain langkah-langkah pembangunan tanggul,
pelurusan atau penyodetan aliran, pelebaran dan pendalaman sungai, patut
dipertimbangkan langkah pembangunan waduk atau kolam retensi pada aliran

BAB IV-
13
Krueng Meurebo tersebut, di bagian lebih hulu dari wilayah Kecamatan Pante
Ceuremen.

Beberapa sungai di Kabupaten Aceh Barat saat ini dimanfaatkan sebagai sumber
air baku untuk Sistem Prasarana Air Minum antara lain:
1. Krueng Meureubo dengan potensi debit aliran 250 liter/detik;
2. Krueng Woyla dengan potensi debit aliran 250 liter/detik;
3. Krueng Bubon dengan potensi debit aliran 80 liter/detik.

Sumber air baku dari Aset Sumber Daya Air berupa air permukaan :

1. Geunang Geudong dengan potensi : 351,61 m3/dt


2. Geunang Peunia dengan potensi : 69,34 m3/dt;
3. Geunang Krueng Unyat dengan potensi : 87,10 m3/dt;
4. Geunang Laot Blang dengan potensi : 42,32 m3/dt;
5. Geunang Pucok Laot dengan potensi : 8,60 m3/dt.

BAB IV-
14
Gambar 4-5 : Peta Daerah Aliran Sungai

BAB IV-
15
4.5. Gambaran Geologi
Jenis batuan di Kabupaten Aceh Barat dapat dikelompokkan menjadi batuan beku
dan batuan metamorfik atau malihan, batuan sedimen, lempung, batuan pasir,
serta endapan aluvium. Secara rinci dijelaskan sebagai berikut :

 Kelompok batuan beku dan batuan metamorfik terdiri dari granit, diorit,
gabro, sekis, dan batu sabak; terdapat sebagian besar di Kecamatan
Pante Cereumin dan Kecamatan Sungai Mas. Batuan bersifat padu,
kelulusan airnya rendah, daya dukung fondasi bangunan umumnya baik,
mampu mendukung bangunan bertingkat tinggi, dan jarang menjadi
akuifer. Tanah hasil pelapukannya bertekstur lempung hingga pasir.
Kesuburan potensialnya tergolong sedang karena kandungan silika yang
tinggi.

 Kelompok batuan sedimen terdapat di seluruh Kecamatan Kabupaten


Aceh Barat. Sifat batuan umumnya padu, kelulusan airnya rendah,
mampu mendukung bangunan bertingkat, dan dapat menjadi akuifer
dengan produktifitas kecil hingga sedang. Tanah hasil pelapukannya
bertekstur lanau hingga pasir. Kesuburan potensialnya berkisar rendah
hingga sedang.

 Kelompok endapan aluvium terdiri dari lempung dan pasir; terdapat di


sebagian pantai dan di sepanjang DAS Krueng Woyla dan Krueng
Meurebo, termasuk Kota Banda Aceh. Endapan masih bersifat lepas
hingga agak padu, kelulusan airnya rendah hingga sedang, daya dukung
pondasinya rendah hingga sedang. Kesuburan potensial tanahnya
rendah hingga tinggi.

 Batu pasir hanya terdapat di Kecamatan Sungai Mas.

Dilihat dari jenis tanah, secara umum terdapat 6 jenis tanah, yaitu jenis tanah
regosol, terdapat di sepanjang pantai yang mempunyai luas 74.757 Ha. Jenis
tanah organosol seluas 189.840 ha yang terdapat di sepanjang pantai bagian
selatan. Jenis tanah Alluvial seluas 346.622 ha, jenis tanah podsolik merah kuning
(PMK 1) latosol 51.579 ha. serta jenis tanah renzina seluas 157.248 ha.

BAB IV-
16
Gambar 4-6 : Peta Geologi Kabupaten Aceh Barat
BAB IV-
17
Gambar 4-7 : Peta Land System Kabupaten Aceh Barat

BAB IV-
18
4.6. Gambaran Klimatologi
Kondisi iklim di Kabupaten Aceh Barat termasuk dalam kategori daerah sub-tropis
yang terdiri dari 2 (dua) musim iklim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Musim hujan yang disertai gejolak gelombang laut biasanya terjadi pada bulan
September sampai dengan bulan Februari setiap tahunnya. Tingkat curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Nopember mencapai 649,4 mm. Curah hujan terendah
pada umumnya terjadi pada Oktober mencapai 97,9 mm, rata – rata curah hujan
di kabupaten Aceh Barat 255,1 mm. Sedangkan Musim kemarau berlangsung
antara bulan Maret sampai dengan bulan Agustus dengan suhu udara rata-rata
berkisar antara 26° C – 31,2° C pada siang hari dan 23° C – 25° C pada malam
hari. Sedangkan rata - rata lamanya penyinaran matahari minimum terjadi bulan
Agustus yaitu 20 persen, dan penyinaran maksimum 58 persen pada Bulan
Februari. Sedangkan tekanan serta kelembaban udara rata-rata setiap bulannya
mencapai 1.010,1 atm dan 86 persen.

Suhu udara rata-rata sepanjang tahun 2012 adatah 26°C dengan suhu terendah
18°C pada bulan Januari dan suhu tertinggi 30°C di bulan Mei. Kelembaban udara
berkisar pada 89%. Curah hujan pada tahun 2012 menurun drastis dibanding
tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 curah hujan Kabupaten Aceh Barat
sebanyak 3.245,2 mm per tahun. Sedangkan curah hujan pada tahun sebelumnya
mencapai 3.937,7mm per tahun.

Curah hujan tertinggi tahun 2012 terjadi pada bulan Nopember, yaitu 537,1 mm
dan jumlah curah hujan terendah adalah di bulan Maret yakni 88,2 mm.
Sementara pada tahun 2011, curah hujan tertinggi dan terendah terjadi pada
bulan Agustus (774,3 mm) dan Mei (136,1 mm).

BAB IV-
19
Gambar 4-8 : Peta Curah Hujan Kabupaten Aceh Barat

BAB IV-
20
Tabel 4.9. Suhu, Tekanan dan Kelembaban Udara, 2011-2012

TEKANAN KELEMBABAN
Bulan SUHU UDARA UDARA UDARA
(0 C) (atm) (%)
2011 2012 2011 2012 2011 2012
Januari 26,3 26,3 1 008,5 1 009,4 88,5 89
Pebruari 26,2 26,1 1 009,0 1 008,6 88,6 91
Maret 26,3 26,3 1 008,5 1 009,6 88,5 88
April 26,6 26,4 1 009,5 1 010,2 90,3 90
Mei 26,1 27,0 1 009,6 1009,3 89,5 87
Juni 26,9 26,3 1 009,0 1 010,1 84,0 86
JuIi 26,2 26,3 1 009,0 1 009,8 86,7 86
Agustus 26,1 26,5 1 009,0 1010,4 87,2 86
September 25,9 26,3 1 010,0 1 010,0 86,6 87
Oktober 25,8 26,3 1 009,2 1 014,4 88,9 91
Nopember 26,1 26,3 1 008,6 1 010,2 85,2 91
Desember 26,2 26,5 1 008,8 1 009,4 90,7 91
Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013

Tabel 4.10. Suhu Udara Minimum dan Maksimum, 2012

Suhu Minimum (0 C) Suhu Maksimum (0 C)


Bulan
Rata-Rata Terendah Rata-Rata Terendah
Januari 20.8 18 31.1 29.2
Pebruari 21.6 19 30 28
Maret 22 19.2 31.4 29.7
April 22.1 18.3 30.9 29.3
Mei 22.4 18.8 31.5 30.4
Juni 21.2 19.6 31.5 29.2
JuIi 21.7 20.5 31 28.8
Agustus 22.4 21.1 31 27.4
September 21.7 20.4 30.8 26.8
Oktober 22.1 21.2 30.7 26.8
Nopember 22.8 19 30.5 25.4
Desember 23.1 20.3 30.8 30
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013

BAB IV-
21
Tabel 4.11. Jumlah Hari Hujan, 2012

Per Hari (%) Per Bulan (%)


Bulan
2011 2012 2011 2012
Januari 5.3 5.3 60 60
Pebruari 6.2 6.2 92 92
Maret 5.3 5.3 49 49
April 5.8 5.8 59 59
Mei 6.4 6.4 44 44
Juni 5.6 5.6 59 59
JuIi 9.2 9.2 45 45
Agustus 3.3 3.3 59 59
September 2.8 2.8 40 40
Oktober 3.9 3.9 54 54
Nopember 5.2 5.2 22 22
Desember 3.8 3.8 52 52
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013

Tabel 4.12. Kecepatan Angin, Arah dan Rata-Rata, 2012

Rata-Rata Maksimum
Bulan
Arah Kecepatan Arah Kecepatan
Januari S 6.2 180 7.7
Pebruari NE 6.1 45 7.4
Maret S 6.0 180 7.8
April SW 3.1 225 6.9
Mei W 3.0 270 8.3
Juni W 3.2 270 9.6
JuIi W 3.5 270 10.6
Agustus W 2.9 270 6.7
September SW 3.0 225 6.0
Oktober SW 3.0 225 7.0
Nopember SW 3.0 225 7.0
Desember S 3.0 180 6.0
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013

BAB IV-
22
Tabel 4.13. Data Curah Hujan dan Hari Hujan. 2012

Curah Hujan (mm) Hari Hujan (HH)


Bulan
2011 2012 2011 2012
Januari 457.9 132.1 18 10
Pebruari 171 356.3 11 14
Maret 457.9 88.2 11 11
April 417.9 321.8 19 17
Mei 136.1 208 16 12
Juni 169.2 145.1 9 8
JuIi 182.8 297.6 8 13
Agustus 774.3 198.8 18 10
September 210.7 185.3 16 10
Oktober 324.3 348.4 21 20
Nopember 311.3 537.1 19 26
Desember 324.3 426.5 22 22
Jumlah 3937.7 3245.2 188 173
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013

4.7. Kondisi Sosial dan Ekonomi

4.7.1. Pendidikan

a. Angka Melek Huruf

Angka Melek Huruf usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Aceh Barat tahun 2007
adalah 94,07. Angka ini mengalami peningkatan di tahun 2011 menjadi 95,67
persen sebagaimana yang tertera dalam Tabel 4.14.

Tabel 4.14.

Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Aceh Barat Tahun 2007-2011

No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah Penduduk usia


1 diatas 15 tahun yang bisa 106.979 109.575 112.849 116.466 119.845
membaca dan menulis

Jumlah penduduk usia 15


2 113.724 116.304 119.666 122.821 125.270
tahun ke atas

3 Angka Melek Huruf persen) 94,07 94,21 94,30 94,85 95,67

Sumber: Dinas Pendidikan, 2011.

BAB IV-
23
Dengan semakin meningkatnya angka melek huruf di Kabupaten Aceh Barat yang
mencapai 95,67 persen di tahun 2011, maka angka buta aksara usia 15 tahun ke
atas di Kabupaten Aceh Barat tahun 2011 semakin berkurang dibandingkan
dengan tahun 2010. Dengan angka melek huruf sebesar 95,67 persen berarti
penduduk Kabupaten Aceh Barat yang masih buta huruf pada tahun 2011 adalah
sebesar 4,33 persen. Jika dibandingkan dengan angka melek huruf Provinsi Aceh
tahun 2011 sebesar 96,95 persen, maka Angka melek huruf Kabupaten Aceh
Barat ini masih tergolong rendah.

b. Angka Rata-Rata Lama Sekolah

Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Aceh Barat tahun 2009 adalah 8,23 tahun.
Angka rata-rata lama sekolah ini mengalami peningkatan di tahun 2010 menjadi
sebesar 8,48 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa pendidikaan dasar 9 tahun
di Kabupaten Aceh Barat belum tuntas.

Jika dibandingkan dengan rata-rata lama sekolah kabupaten tetangga, rata-rata


lama sekolah di Kabupaten Aceh Barat lebih tinggi dari rata-rata lama sekolah di
Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Jaya yang mencapai 8,72 persen.
Sedangkan pada tahun 2010, rata-rata lama sekolah Kabupaten Aceh Barat
dibandingkan dengan rata-rata Provinsi Aceh, di masih tergolong rendah.

Tabel 4.15.

Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Kab. Aceh Barat Dibandingkan


dengan Kabupaten Tetangga dan Provinsi Aceh Tahun 2006-2010

Rata-Rata Lama Sekolah


Tahun
Kab. Aceh Barat Kab. Nagan Raya Kab. Aceh Jaya Provinsi Aceh

2006 8,20 6,70 8,70 8,50

2007 8,20 7,32 8,70 8,50

2008 8,20 7,32 8,70 8,50

2009 8,23 7,34 8,71 8,63

2010 8,48 7,57 8,72 8,81

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Barat, 2011 dan Bappeda Aceh, 2012

BAB IV-
24
10

6
Aceh Barat
5 Nagan Raya
4 Aceh Jaya
Aceh
3

0
2006 2007 2008 2009 2010

Sumber : BPS Propvinsi Aceh

Gambar 4-9 :

Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Aceh Barat dengan


Kabupaten Tetangga dan Provinsi Aceh Tahun 2006-2010

c. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SD/MI dan SLTP/MTs tahun 2011
mengalami penurunan dari tahun 2010. Angka Partisipasi Kasar SD/MI tahun
2011 sebesar 112,07 persen atau turun sebesar 5,93 persen dari tahun 2010
yakni 118 persen. Jika dibandingkan dengan APK nasional untuk tingkat SD/MI
termasuk paket A tahun 2008/2009 sebesar 116,77, APK tingkat SD/MI di
kabupaten Aceh Barat ini masih tergolong lebih rendah.

Pada jenjang pendidikan tingkat SLTP/MTs, Angka Partisipasi Kasar pada tahun
2011 sebesar 103,17 persen atau turun sebesar 4,83 persen dibandingkan tahun
2010 yaitu sebesar 108 persen. Sedangkan Angka Partisipasi Kasar di tingkat
jenjang pendidkan SLTA/MA tahun 2011 sebesar 97,74 persen atau meningkat
sebesar 2,74 persen dari tahun 2010 yaitu sebesar 95 persen.

BAB IV-
25
Tabel 4.16. Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh
Barat Tahun 2011

APK SD dan APK SMP dan


No Kecamatan APK SMA,SMK & MA
MI MTs

1 Johan Pahlawan 116,68 116,63 141,53

2 Samatiga 118,86 106,19 109,62

3 Woyla 106,20 97,75 107,79

4 Kaway XVI 114,02 102,42 69,36

5 Sungaimas 146,56 72,57 79,31

6 Bubon 95,76 105,68 76,02

7 Arongan Lambalek 108,03 105,37 91,99

8 Meureubo 98,56 93,70 61,02

9 Pante Ceureumen 112,67 92,49 51,61

10 Woyla Barat 115,59 76,12 58,33

11 Woyla Timur 127,17 80,22 37,74

12 Panton Reu 117,78 103,71 42,52

Rata - rata Kabupaten 112,07 103,17 97,74

Sumber: Dinas Pendidikan, 2011.

Penyebab utama turunnya Angka Partisipasi Kasar di Kabupaten Aceh Barat pada
tahun 2011 terutama dijenjang pendidikan tingkat SD/MI dan SMP/MTs terjadi
akibat peningkatan sarana dan prasarana pendidikan serta kesadaran orang tua
dalam menyekolahkan anaknya pada jenjang pendidikan sesuai kelompok umur
usia sekolah. Sedangkan peningkatan APK ditingkat SLTA/MA terjadi akibat
kemampuan ekonomi dan keterbatasan pendapatan dari orang tua murid
sehingga harus menunda pendidikan anaknya setelah lulus SMP.

d. Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) tingkat SD/MI, SLTP/MTs dan SLTA/MA tahun
2011 mengalami penurunan dari tahun 2010. Angka Partisipasi Murni pada
jenjang pendidikan SD/MI tahun 2011 sebesar 93,31 persen atau turun sebesar
2,59 persen dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 95,90 persen. APM tingkat
SD/MI Kabupaten Aceh Barat tahun 2009 dan 2010 masih berada dibawah APM

BAB IV-
26
Aceh, sedangkan tahun 2011 sebesar 93,31 persen ini masih rendah jika
dibandingkan dengan APM nasional tingkat SD/MI tahun 2008/2009 sebesar
95,23 persen.

Angka Partisipasi Murni tingkat SLTP/MTs tahun 2011 sebesar 73,52 persen atau
turun sebesar 1,18 persen dari tahun 2010 yang sebesar 74,70 persen.
Sedangkan pada jenjang pendidikan tingkat SLTA/MA tahun 2011 sebesar 70,39
persen atau meningkat sebesar 0,62 persen dari tahun 2010 yaitu sebesar 69,77
persen. Peningkatan Angka Partisipasi Murni di semua jenjang pendidikan terjadi
akibat mulai meningkatnya kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya
pendidikan bagi anak–anaknya.

Dalam upaya meningkatkan kesetaraan gender di semua jenjang dan jenis


pendidikan dapat terlihat dari perbandingan antara APM laki-laki dan perempuan
di semua jenjang pendidikan. Dari Tabel 4.17 terlihat bahwa perbandingan APM
SD/MI tahun 2011 antara siswa laki-laki dan perempuan yakni 93,75 dan 92,91.
Demikian juga halnya dengan APM SMP/MTs yakni 68,59 dan 77,56 serta APM
SMA/MA yakni 71,32 dan 69,04. Dengan demikian, partisipasi dalam hal
pendidikan, secara efektif telah menuju pencapaian kesetaraan gender.

BAB IV-
27
Tabel 4.17. Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang Pendidikan di
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009 – 2011

2009 2010
APM berdasarkan
2011
Jenjang Pendidikan
Aceh Barat Aceh Aceh Barat Aceh

APM SD/MI

Laki-Laki 93,87 96,78 93,75

Perempuan 93,80 96,88 92,91

Jumlah 93,83 96,95 95,90 97,32 93,31

APM SMP/MTs

Laki-Laki 77,22 78,70 68,59

Perempuan 82,39 70,46 77,56

Jumlah 79,36 77,40 74,70 78,56 73,52

APM SMA/MA

Laki-Laki 66,55 62,94 71,32

Perempuan 64,41 75,25 69,04

Jumlah 65,52 62,10 69,77 62,42 70,39

Sumber: BPS Kabupaten Aceh Barat, 2012

Jika dibandingkan dengan APM provinsi Aceh tahun 2009-2010, terlihat bahwa
APM Kabupaten Aceh Barat tingkat SD/MI, SLTP/MTs masih dibawah Provinsi
Aceh. Namun untuk tingkat SMA/MA, APM Kabupaten Aceh Barat masih lebih
tinggi dari APM Provinsi Aceh.

e. Angka Putus Sekolah

Jumlah Angka Putus Sekolah di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2011
mengalami peningkatan dari tahun 2010. Angka Putus Sekolah ditingkat jenjang
pendidikan SD/MI sebesar 0,09 persen yaitu terjadi peningkatan sebesar 0,04
persen dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 0,05 pesen.

BAB IV-
28
Tabel 4.18.

Jumlah Angka Putus Sekolah di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2011

Angka Putus Sekolah


No Kecamatan SD dan SMP dan
SMA,SMK & MA
MI MTs

1 Johan Pahlawan 0,00 0,21 0,64

2 Samatiga 0,00 0,00 0,45

3 Woyla 0,00 0,00 0,30

4 Kaway XVI 0,00 0,52 0,00

5 Sungaimas 0,00 0,00 12,70

6 Bubon 0,00 0,00 0,00

7 Arongan Lambalek 0,00 0,00 0,19

8 Meureubo 0,30 0,00 0,14

9 Pante Ceureumen 0,00 0,00 0,49

10 Woyla Barat 0,57 0,00 0,00

11 Woyla Timur 0,43 0,00 0,00

12 Panton Reu 0,00 1,22 0,00

Rata - rata Kabupaten 0,09 0,17 0,59


Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Barat, 2012.

Ditingkat SLTP/MTs Angka Putus Sekolah tahun 2011 sebesar 0,17 persen yang
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni 0,22 persen sedangkan
angka putus sekolah untuk SLTA/MA meningkat sebesar 0,37 persen menjadi
0,59 persen di tahun 2011.

4.7.2. Kesejahteraan Penduduk


Dari sisi kesehatan, umur harapan hidup penduduk kabupaten Aceh Barat semakin panjang. Di tahun
2010, setiap anak yang baru dilahirkan diprediksi akan hidup selama 69,97 tahun. Angka ini terus
bertambah sehingga di tahun 2012 tiap bayi yang baru lahir diharapkan mampu mencapai umur 70,15
tahun.
Kehidupan ekonomi Aceh Barat juga diukur dengan melihat kesanggupan daya beli penduduk antar
wilayah. Untuk itu dipakailah indikator pengeluaran perkapita yang disesuaikan hasil dari Susenas

BAB IV-
29
(survei Sosial Ekonomi Nasional). Penyesuaian ini dilakukan untuk menghilangkan faktor kenaikan
harga barang (inflasi).
Peningkatan ketiga komponen diatas membuat angka IPM Kabupaten Aceh Barat terus meningkat
setiap tahunnya, dari 70,79 di tahun 2010 menjadi 71,73 pada tahun 2012.
Peningkatan nilai IPM tersebut tidak serta merta meningkatkan posisi Aceh Barat di tingkat propinsi.
Dari 23 kabupaten/kota di Aceh, pembangunan kesejahteraan rakyat di Kabupaten Aceh Barat berada
di posisi keempat belas selama tiga tahun terakhir
Peningkatan IPM diatas terkait erat dengan penurunan tingkat kemiskinan. Penduduk miskin disini
adalah penduduk yang pengeluarannya sebulan berada dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan
setiap tahunnya meningkat dari 372 ribu rupiah per kapita per bulan pada tahun 2010 menjadi 436
ribu rupiah pada tahun 2012 dikarenakan adanya inflasi.
Artinya, apabila rata-rata anggota rumah tangga adalah 4 orang (ayah, ibu dan 2 orang anak) maka
rumah tangga yang pengeluarannya sebulan berada dibawah 1,7 juta rupiah akan
dianggap miskin dan terdapat empat orang penduduk miskin. Pada tabel X.10 dapat dilihat bahwa
setiap tahunnya persentase penduduk miskin semakin berkurang. Pada tahun 2010, terdapat 24
persen penduduk miskin di Aceh Barat. Sedangkan pada tahun 2012, masyarakat yang miskin hanya
tinggal 23 persen lagi.
Penduduk miskin ini sebagian besar tinggal didaerah pedesaan. Dari hasil pengolahan Survei Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilakukan pada setiap tahunnya, terlihat bahwa 27 persen
masyarakat di perdesaan tergolong miskin. Sedangkan di perkotaan jumlah masyarakat tidak mampu
ini hanya 5 persen
Walaupun terjadi penurunan kemiskinan, akan tetapi angka dua puluhan persen tersebut masih
terlalu besar. Pemerintah Daerah harus berusaha keras untuk menurunkan angka ini. Penduduk
miskin ini sebagian besar terdapat di daerah perdesaan diluar Kecamatan Johan Pahlawan. Selain
pemberdayaan masyarakat miskin, pembangunan daerah perdesaan diharapkan mampu
menjadi solusi masalah ini.

Tabel 4.19. Perkembangan Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Barat 2010-


2012

Uraian 2010 2011 2012

Garis Kemiskinan (Rp) 371,762 402,636 436,074


(%) Penduduk Miskin 24.43 23.81 22.76
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013

BAB IV-
30
4.7.3. Perekonomian dan PDRB
Pertumbuhan ekonomi Aceh Barat tiga tahun trakhir ini bernilai positif. Tingkat pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2010 adalah sebesar 5,24 persen dengan PDRB 1,26 trilyun rupiah. Sedangkan tingkat
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 dan 2012 masing-masing sebesar 5,11 dan 5,00 persen. Nilai
PDRB harga konstan pada kedua tahun tersebut adalah 1,32 dan 1,39 trilyun rupiah.
Jauhnya perbedaan antara nilai PDRBharga berlaku dengan nilai PDRB harga konstan tahun 2000
mengindikasikan bahwa kenaikan harga pada tingkat produsen dalam Kabupaten Aceh Barat
tergolong tinggi.
Laju kenaikan harga pada tingkat produsen tersebut dapat tercermin dari laju indeks implisit.
Sedangkan kenaikan harga di tingkat konsumen (di pasaran) disebut laju inflasi. Kedua angka ini akan
berdekatan nilainya dikarenakan kenaikan barang ditingkat produsen akan menyebabkan kenaikan
barang di pasaran, demikian pula sebaliknya. Ada dua kota pencatat inflasi di Propinsi Aceh yang
dijadikan rujukan kabupaten/kota lain, yaitu Kota Banda Aceh dan Kota Lhokseumawe.
Pada tahun 2010, rata-rata kenaikan harga barang produksi dalam Kabupaten Aceh Barat adalah
sebesar 5,99 persen. Angka ini berada antara laju inflasi barang di pasaran pada Kota Banda
Aceh (4,64 persen) dan Kota Lhokseumawe (7,19). Selanjutnya pada tahun 2011
perkembangan harga dapat lebih terkontrol. Hal ini membuat laju indeks implisit kabupaten ini dapat
turun ke level 3,61 persen. Mendekati laju inflasi kota Banda Aceh (3,25 persen) dan Kota
Lhokseumawe (3,55 persen). Selama tahun 2012, laju indeks implisit Kabupaten Aceh Barat terbentuk
sebesar 1,77 persen
Untuk melihat rata-rata nilai produksi yang dihasilkan oleh setiap penduduk, dipakailah ukuran
Pendapatan Perkapita sebagai pendekatan tingkat kesejahteraan penduduk.
Pendapatan perkapita Aceh Barat terus meningkat selama kurun waktu tiga tahun terakhir dari 16 juta
rupiah pada tahun 2010 menjadi 17 juta rupiah di tahun 2011 dan 18 juta rupiah dalam tahun 2012.
Jika rumah tangga terdiri dari 4 anggota rumah tangga (ayah, ibu dan dua orang anak) maka
pendapatan keluarga tersebut selama tahun 2012 sejumlah 72 juta pertahun atau 6 juta rupiah per
bulan.

Akan tetapi bila dilihat atas dasar harga konstan 2000, kenaikan pendapatan perkapita relatif kecil (6,9
juta rupiah di tahun 2010 menjadi 7,2 juta rupiah pada tahun 2012). Ini mengindikasikan bahwa
kenaikan harga yang terjadi di Kabupaten ini relatif tinggi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang
dihasilkan suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun. PDRB didapat dengan cara mengalikan
jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tersebut dengan harganya. Apabila harga yang dipakai
merupakan harga berlaku pada tahun tersebut maka didapatlah PDRB atas dasar harga berlaku.

BAB IV-
31
Akan tetapi apabila harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2000 maka didapatlah PDRB
Harga Konstan tahun 2000.
PDRB Kabupaten Aceh Barat terus mengalami kenaikan yang signifikan selama tiga tahun terakhir.
Pada tahun 2010, PDRB Aceh Barat bernilai 3 trilyun rupiah. Angka ini terus bertambah menjadi 3,3
trilyun rupiah di tahun 2011 dan 3,5 trilyun rupiah pada tahun 2012.
Besarnya angka PDRB tersebut ditopang oleh tiga sektor utama. Sektor penyumbang Nlai Tambah
Bruto (NTB) terbesar adalah sektor pertanian (382% ditahun 2012), dimana subsektor dominan disini
adalah perkebunan (kelapa sawit dan karet) dan tanaman bahan makanan (padi). dan restoran serta
sektor jasa-jasa. Peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran di tahun 2012 mencapai 18
persen. Subsektor utama disini adalah perdagangan. Sementara itu, kontribusi sektor jasa pada
tahun yang sama bernilai 18 persen. Subsektor pemerintahan umum (PNS,TNI,POLRI) amat dominan
pada sektor ini.

Sebagian besar PDRB tersebut digunakan untuk konsumsi Rumah Tangga masyarakat di Kabupaten
Aceh Barat (48 persen), dibelanjakan untuk pembentukan modal tetap (29 persen), dikeluarkan untuk
belanja pemerintah (19 persen) dan sisanya diperuntukan untuk belanja lembaga non profit, disimpan
sebagai barang persediaan ataupun diekspor keluar daerah. Komponen-komponen pengeluaran ini
dikenal dengan sebutan PDRB menurut penggunaan.

Nilai PDRB tersebut masih dipengaruhi oleh kenaikan harga (inflasi). Untuk melihat kenaikan
produksi suatu wilayah digunakanlah PDRB harga konstan. Kenaikan produksi ini disebut
pertumbuhan ekonomi. Kenaikan nilai PDRB atas dasar harga konstan akan memyebabkan
pertumbuhan ekonomi bernilai positif (meningkat), demikian pula sebaliknya Sektor yang
memegang peranan terbesar selanjutnya adalah sektor perdagangan, hotel.
Pertumbuhan ekonomi Aceh Barat tiga tahun trakhir ini bernilai positif. Tingkat pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2010 adalah sebesar 5,24 persen dengan PDRB 1,26 trilyun rupiah. Sedangkan tingkat
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 dan 2012 masing-masing sebesar 5,11 dan 5,00 persen. Nilai
PDRB harga konstan pada kedua tahun tersebut adalah 1,32 dan 1,39 trilyun rupiah.
Jauhnya perbedaan antara nilai PDRBharga berlaku dengan nilai PDRB harga konstan tahun 2000
mengindikasikan bahwa kenaikan harga pada tingkat produsen dalam Kabupaten Aceh Barat
tergolong tinggi.
Laju kenaikan harga pada tingkat produsen tersebut dapat tercermin dari laju indeks implisit.
Sedangkan kenaikan harga di tingkat konsumen (di pasaran) disebut laju inflasi. Kedua angka ini akan
berdekatan nilainya dikarenakan kenaikan barang ditingkat produsen akan menyebabkan kenaikan
barang di pasaran, demikian pula sebaliknya. Ada dua kota pencatat inflasi di Propinsi Aceh yang

BAB IV-
32
dijadikan rujukan kabupaten/kota lain, yaitu Kota Banda Aceh dan Kota Lhokseumawe.
Pada tahun 2010, rata-rata kenaikan harga barang produksi dalam Kabupaten Aceh Barat adalah
sebesar 5,99 persen.

Pertumbuhan PDRB

Kondisi perekonomian Nasional mencatat bahwa perekonomian Indonesia pada


2012 tumbuh cukup tinggi sebesar 6,3% dan diperkirakan akan meningkat di
2013-2014. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh konsumsi yang terus meningkat
dan investasi yang tetap kuat. Meskipun pertumbuhan 2012 sedikit di bawah
target APBN 2012 sebesar 6,5 persen, capaian pertumbuhan pada kisaran 6,3
persen merupakan sebuah prestasi yang patut diapresiasi karena dicapai pada
saat perekonomian global mengalami perlambatan. Sementara itu, Inflasi 2012
mencapai 4,30% (yoy) dan ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap
terkendali.

Dalam skala Aceh, pada triwulan II 2012, pertumbuhan ekonomi yang hanya 5,59
%. Kondisi ini meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
5,83% (yoy) dan ini sesuai dengan target RPJM Aceh tahun 2012 yang mematok
pertumbuhan ekonomi 5,02 % dan pada tahun 2013 capaian pertumbuhan antara
6,1-6,6% akan tercapai.

Pertumbuhan ekonomi Aceh Barat tiga tahun terakhir ini bernilai positif dan
semakin cepat. Tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 adalah sebesar 5
persen dengan PDRB 1,2 T. Sedangkan tingkat pertumbuhan ekonomi pada
tahun 2010 dan 2011 masing-masing sebeser 5,09 dan 5,24 persen. Nilai PDRB
harga konstan pada kedua tahun tersebut adalah 1,26 T Rupiah dan 1,32 T
Rupiah.

Sebagai perbandingan dengan pertumbuhan ekonomi nasional dan Aceh, maka


pertumbuhan ekonomi Aceh Barat dari pertumbuhan 12 persen pada tahun 2007
turun menjadi 5,2 persen pada tahun 2011 dan pertumbuhan ini di bawah dari
pada pertumbuhan ekonomi nasional dan Aceh sebagaimana tergambar pada
grafik di bawah ini.

BAB IV-
33
11,95

7,23
6,20
6,00 6,50
5,00
5,49 5,89
6,30 4,60
5,46 5,24

3,97

1,92

2007 2008
Pertumbuhan Ekonomi Nasional2009 2010
Pertumbuhan Ekonomi Aceh 2011

Pertumbuhan Ekonomi Aceh Barat

Gambar 4-10 :
Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Barat dengan
Provinsi Aceh dan Nasional Tahun 2007-2011

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat tertinggi terjadi pada tahun 2007
sebesar 11,95 persen. Tahun ini pertumbuhan ekonomi ditopang oleh empat
sektor utama yaitu bangunan/konstruksi yang tumbuh sebesar 24,72 persen;
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 18,22 persen; listrik dan air minum
sebesar 17,27 persen dan jasa-jasa sebesar 16 persen. Besarnya kontribusi
keempat sektor tersebut sebagai implikasi dari proses rehabilitasi dan rekonstruksi
di Kabupaten Aceh Barat akibat gempa dan tsunami yang terjadi pada 26
Desember 2004. Kondisi ekonomi Kabupaten Aceh Barat tahun 2008-2011
cenderung konstan. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan tahun 2008 sebesar
5,46 persen menjadi 5,24 persen di tahun 2011 atau terjadi perlambatan aktivitas
ekonomi sebesar 2,2 persen selama 4 tahun.

BAB IV-
34
14

11,95
12
9,94
10

8 7,7
7,23
Prop Aceh (tanpa migas)
Kab. Aceh Barat
5,09 5,24
6 5,49 5,46 5,89
5,24 Kab. Nagan Raya
5 5,1
5,49 Kab. Aceh Jaya
4 4,57 4,52 4,44
4,27 3,97
4,12
3,63 3,46
2
1,92

0
2006 2007 2008 2009 2010 2011

Sumber : Diolah dari PDRB Provinsi Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Jaya 2012.

Gambar 4-11 :
Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Barat dengan
Provinsi Aceh dan Kabupaten Tetangga Tahun 2007-2011

Tahun 2006-2009 pertumbuhan ekonomi Aceh Barat berada di atas pertumbuhan


ekonomi Provinsi Aceh. Namun di tahun 2010 dan 2011, laju pertumbuhan
Kabupaten Aceh Barat berada di bawah pertumbuhan ekonomi Aceh.

BAB IV-
35
Tabel 4.20.

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Aceh Barat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2011 (juta Rupiah)

2007 2008 2009r 2010* 2011**


No. Sektor
(Rp) (persen) (Rp) (persen) (Rp) (persen) (Rp) (persen) (Rp) (persen)

1. Pertanian 267.869,62 24,76 270.946,33 23,75 301.195,83 25,14 330.663,87 26,27 358.855,54 27,09

Pertambangan &
2. 5.371,43 0,50 5.465,41 0,48 5.453,03 0,46 5.669,60 0,45 5.889,22 0,44
Penggalian

3. Industri Pengolahan 16.808,50 1,55 17.651,57 1,55 195.85,83 1,64 21.504,97 1,71 23.593,52 1,78

4. Listrik & Air Minum 2.712,92 0,25 3.159,22 0,28 3.798,41 0,32 4.154,92 0,33 4.651,26 0,35

5. Bangunan/Konstruksi 126.815,2 11,72 136.980,48 12,01 135.918,62 11,35 138.998,62 11,04 143.908,36 10,86

Perdagangan, Hotel
6. 306.492,86 28,33 329.701,65 28,90 334.739,15 27,94 341.867,04 27,16 352.061,94 26,57
& Restoran

Pengangkutan &
7. 79.165,69 7,32 81.969,17 7,19 84.423,15 7,05 88.221,82 7,01 90.208,01 6,81
Komunikasi

Keuangan,
8. Persewaan & Jasa 18.261,47 1,69 18.917,33 1,66 19.786,14 1,65 20.799,33 1,65 22.357,79 1,69
Perusahaan

9. Jasa-jasa 258.224,94 23,87 276.026,20 24,20 293.004,87 24,46 307.056,58 24,39 323.368,90 24,41

PDRB Aceh Barat 1.081.722,63 100,00 1.140.817,36 100,00 1.197.904,53 100,00 1.258.936,75 100,00 1.324.894,54 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat, 2012.

36
Tabel 4.21. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Aceh Barat Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2011
(juta Rupiah)

2007 2008 2009r 2010* 2011**


No. Sektor
(persen (persen (persen (persen (persen
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
) ) ) ) )

1.220.305,6
1. Pertanian 664.714,75 32,27 716.372,68 29,66 882.593,49 32,69 107.8420,57 35,87 37,32
4

2. Pertambangan & Penggalian 12.382,43 0,60 15.179,57 0,63 16.525,92 0,61 17.224,80 0,57 18.023,62 0,55

3. Industri Pengolahan 23.967,76 1,16 27.293,03 1,13 33.234,24 1,23 39.990,71 1,33 48.058,88 1,47

4. Listrik & Air Minum 6.788,75 0,33 8.506,15 0,35 11.965,58 0,44 13.355,65 0,44 14.990,60 0,46

5. Bangunan/Konstruksi 276.101,14 13,40 377.155,73 15,61 378.039,06 14,00 389.716,37 12,96 409.213,57 12,52

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 486.873,50 23,63 569.047,06 23,56 579.654,44 21,47 603.249,10 20,07 624.268,65 19,09

7. Pengangkutan & Komunikasi 182.869,90 8,88 241.206,27 9,99 262.751,80 9,73 278.811,60 9,27 288.182,16 8,81

Keuangan, Persewaan & Jasa


8. 34.808,96 1,69 39.769,64 1,65 45.537,38 1,69 51.384,48 1,71 59.770,29 1,83
Perusahaan

9. Jasa-jasa 371.517,70 18,03 420.874,88 17,42 489.932,77 18,14 534037,12 17,76 586.971,25 1795

2.060.024,8 2.415.404,5 2.700.234,6 3.006.210,4 3.269.784,6


PDRB Aceh Barat 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
9 1 8 1 6

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat, 2012.

37
Tabel 4.22. Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Aceh BaratAtas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan
Harga Konstan (ADHK) Tahun 2007-2011

2007 2008 2009r 2010* 2011**

No Sektor ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK

persen persen persen persen persen Persen Persen persen Persen persen

1. Pertanian 32,27 24,76 29,66 23,75 32,69 25,14 35,87 26,27 37,32 27,09

2. Pertambangan & Penggalian 0,60 0,50 0,63 0,48 0,61 0,46 0,57 0,45 0,55 0,44

3. Industri Pengolahan 1,16 1,55 1,13 1,55 1,23 1,64 1,33 1,71 1,47 1,78

4. Listrik & Air Minum 0,33 0,25 0,35 0,28 0,44 0,32 0,44 0,33 0,46 0,35

5. Bangunan/Konstruksi 13,40 11,72 15,61 12,01 14,00 11,35 12,96 11,04 12,52 10,86

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 23,63 28,33 23,56 28,90 21,47 27,94 20,07 27,16 19,09 26,57

7. Pengangkutan & Komunikasi 8,88 7,32 9,99 7,19 9,73 7,05 9,27 7,01 8,81 6,81

Keuangan, Persewaan & Jasa 1,65 1,69 1,71 1,83


8. 1,69 1,69 1,66 1,65 1,65 1,69
Perusahaan

9. Jasa-jasa 18,03 23,87 17,42 24,20 18,14 24,46 17,76 24,39 1795 24,41

PDRB Aceh Barat 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat, 2012.

38
Tabel 4.23. Pertumbuhan Sektor dalam PDRB Kabupaten Aceh Barat Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Harga
Konstan (ADHK) Tahun 2007-2011

2007 2008 2009r 2010* 2011**


No. Sektor
ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK

1. Pertanian 13,72 1,04 7,77 1,15 23,2 11,16 22,19 9,78 13,16 8,53

2. Pertambangan & Penggalian 14,20 4,14 22,59 1,75 8,87 -0,23 4,35 3,97 4,52 3,87

3. Industri Pengolahan 14,14 4,94 13,87 5,02 21,77 10,96 20,33 9,80 20,18 9,71

4. Listrik & Air Minum 32,23 17,27 25,3 16,45 40,67 20,23 11,62 9,39 12,24 11,95

5. Bangunan/Konstruksi 33,97 24,72 36,60 8,02 0,23 -0,78 3,09 2,27 5,00 3,53

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 21,66 18,22 16,88 7,57 1,86 1,53 4,07 2,13 3,48 2,98

7. Pengangkutan & Komunikasi 28,04 3,51 31,90 3,54 8,93 2,97 6,11 4,52 3,36 2,25

Keuangan, Persewaan & Jasa


8. 12,28 3,56 14,25 3,59 14,5 4,59 12,84 5,12 16,32 7,49
Perusahaan

9. Jasa-jasa 20,31 16,00 13,29 6,89 16,41 6,15 9,00 4.80 9,91 5,31

PDRB Aceh Barat 20,44 11,95 17,25 5,46 11,79 5,00 11,33 5,09 8,77 5,24

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat, 2012.

39
Tabel 4.24.

Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita. Kab. Aceh Barat 2012

Uraian 2010 2011 2012


Atas Dasar Harga Berlaku

1. PDRB 3,006,428 3,274,135 3,498,853

2. Pendapatan Regional 2,825,348 3,075,729 3,300,445

3. PDRB Per Kapita 17,322,326 18,442,505 19,186,093


4. Pendapatan Regional Per
Kapita 16,278,986 17,324,929 18,098,118
Atas dasar Harga Konstan
2000

1. PDRB 1,258,308 1,322,607 1,388,781

2. Pendapatan Regional 1,192,022 1,252,740 1,318,911

3. PDRB Per Kapita 7,250,075 7,449,966 7,615,434


4. Pendapatan Regional Per
Kapita 6,868,149 7,056,416 7,232,300
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013

Tabel 4.25. Laju Pertumbuhan Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita
Kab. Aceh Barat 2012

Uraian 2010 2011 2012


Atas Dasar Harga Berlaku
1. PDRB 11.34 8.90 6.86
2. Pendapatan Regional 11.69 8.86 7.31
3. PDRB Per Kapita 8.49 6.47 4.03
4. Pendapatan Regional Per
Kapita 8.83 6.43 4.46
Atas dasar Harga Konstan 2000
1. PDRB 5.04 5.11 5.00
2. Pendapatan Regional 5.13 5.09 5.28
3. PDRB Per Kapita 2.35 2.76 2.22
4. Pendapatan Regional Per
Kapita 2.43 2.74 2.49
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013

40
4.7.4. Tingkat Investasi

Selain angka perkapita, indikator ekonomi lainnya yang dapat diturunkan dari
PDRB adalah Sumber Pertumbuhan Ekonomi (SPE), produktivitas tenaga kerja
dan Incremental Capital Output Ratio (ICOR).
SPE merupakan perbandingan antara penambahan output sektor tahun benjalan
dan tahun sebelumnya dengan total PDRB tahun sebelumnya. Sehingga diketahui
seberapa besar bagian dan masing-masing sektor dalam penciptaan total laju
pertumbuhan ekonomi suatu daerah di tahun berjalan tersebut. Penjumlahan SPE
semua semua sektor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi Aceh Barat.
Produktivitas tenaga kerja didapat dengan membandingkan nilai PDRB tiap sektor
dengan tenaga kerja yang bekerja di sektor tersebut pada tahun yang sama.
Karena keterbatasan data tenaga kerja per sektor, maka semua sektor
dikelompokkan pada tiga kelompok sektor, yaitu kelompok PDRB sektor primer,
sekunder dan tersier serta kelompok tenaga kerja sektor pertanian, industri dan
jasa-jasa. Indikator ini akan menggambarkan sektor mana yang produktivitasnya
tinggi sehingga lebih menguntungkan daerah.
Indikator lain yang tidak kalah penting adalah ICOR, yaitu perbandingan antara
nilai investasi di suatu daerah dengan penambahan PDRB pada tahun tersebut.
indikator ini akan menggambarkan besaran investasi yang dibutuhkan untuk
menghasilkan penambahan 1 unit output/PDRB. Semakin kecil angka ICOR ini
maka semakin baik. Akan tetapi hanya negara maju saja yang nilai ICOR nya
mencapai dua. Pada negara-negara berkembang, nilai ICOR yang terbentuk
bervariasi antara 3 sampai 4.
Pada tabel 4.26. terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Aceh Barat pada tahun
2010 dan 2011 digerakkan oleh sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor
perdagangan. Ketiga sektor tersebut tentu mengecil pertumbuhannya selama
kurun waktu tiga tahun terakhir. Sehingga sumber pertumbuhan ekonomi ini
berubah di tahun 2012.
Pada tahun 2012 sektor pertanian tetap menjadi penyumbang terbesar yaitu 1,76
persen terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh Barat yang sebesar 5,00 persen.
Diikuti oleh sektor kontruksi (1,06 persen) dan sektor jasa-jasa (0,88 persen). Hal
ini menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor perdagangan yang kecil semakin
menunun pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi keseluruhan Aceh Barat.
Pada tahun tersebüt terlihat bahwa pertumbuhan sektor pertambangan dan

41
penggalian mulai memberikan pengaruh yang semakin nyata.

Tabel 4.26.
Sumber Pertumbuhan Ekonomi Aceh Barat Tahun 2010-2012 (Persen)
Lapangan Usaha 2010 2011 2012
Pertanian 2.46 2.17 1.76
Pertambangan dan Penggalian 0.02 0.04 0.1
Industrui Pengolahan 0.16 0.16 0.15
Listrik, Gas dan Air bersih 0.03 0.04 0.03
Konstruksi 0.26 0.39 1.06
Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.6 0.81 0.63
Pengangkutan dan Komunikasi 0.34 0.16 0.27
Keuangan , Real Estate & JS PRSH 0.08 0.12 0.12
Jasa-jasa 1.1 1.21 0.88
Pertumbuhan Ekonomi 5.04 5.11 5
Sumber : BPS KAb. Aceh Barat 2013

Pada gambar dibawah, terlihat bahwa produktivitas tenaga kerja sektor industri di
tahun 2010 hingga 2012 merupakan yang tertinggi. Hal ini dapat dimakiumi
mengingat sektor kontruksi dan sektor listrik yang bernilai besar termasuk di
dalamnya. Pada tahun 2010 setiap tenaga kerja sektor mi mampu menghasilkan
output PDRB senilai 48,80 juta rupiah setahun, atau semlai 4 juta rupiah per bulan
per orang. Produktifitas tenaga kerja sektor jasa-jasa di tahun tersebut hampir
sama yaitu 48,59 juta per tahun (4 juta perbulan). Sayangnya setiap tahun
produktifitas tenaga kerja sektor pertanian tetap yang terkecil, yaitu hanya tiga
puluhan juta per tahun atau dibawah tiga juta per bulannya.

42
Gambar 4-12 :
Tingkat Produktifitas Tenaga Kerja Aceh Barat Tahun 2010-2012
(Juta Rupiah)

Angka ICOR Kabupaten Aceh Barat bernilai 3,21 sampai 4,78 sepanjang tiga
tahun terakhir. Artinya, untuk menambah output PDRB Aceh Barat senilai 1 unit
akan membutuhkan investasi 3 sampai 5 unit.

Gambar 4-13 : Grafik Perekembangan ICOR Kab. Aceh Barat tahun 2010-
2012.

43
4.7.5. Laju Inflasi

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-
menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor antara lain : konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi,
sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Untuk
dapat melihat perbandingan inflasi Kabupaten Aceh Barat yang dibandingkan
dengan Provinsi Aceh dapat dilihat Tabel 4.27. dan Gambar 4-14.

Tabel 4.27.

Perbandingan Laju Inflasi Kabupaten Aceh Barat dengan Provinsi Aceh dan
Nasional Tahun 2007-2011

Rata-Rata
Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
pertumbuhan

Aceh Barat 8,49 11,79 10,72 9,70 8,18 1,15

Aceh 9,41 11,92 3,72 5,86 3,43 -0,58

Nasional 6,59 11,06 2,78 6,96 3,79 -0,70

Sumber: BPS Kabupaten Aceh Barat dan BPS Provinsi Aceh

Aceh Barat Aceh Nasional

11,92
11,79
10,72
9,41 9,7
11,06

8,49 6,96 8,18

6,59 3,72 3,79


5,86
3,43
2,78

2007 2008 2009 2010 2011

Sumber: Diolah dari BPS Kabupaten Aceh Barat dan BPS Provinsi Aceh, 2012.

Gambar 4-14 : Grafik Laju Inflasi Kabupaten Aceh Barat dan Provinsi Aceh
Tahun 2007-2011

44
Dari data di atas terlihat bahwa di tahun 2007-2008, inflasi Aceh Barat berada di
bawah inflasi Provinsi Aceh. Nilai inflasi tertinggi berada di tahun 2008 yakni
sebesar 11,79 persen yang diakibatkan oleh dampak krisis ekonomi global dimana
pada tahun ini inflasi Provinsi Aceh mencapai 11,92 persen. Mulai tahun 2009
terjadi penurunan nilai inflasi di Kabupaten Aceh Barat namun masih berada di
atas inflasi Provinsi Aceh. Tahun 2011 inflasi Aceh Barat mencapai 8,18 persen.
Dengan demikian dalam 3 tahun terakhir nilai inflasi Kabupaten Aceh Barat telah
dapat diturunkan sebesar 3,61 persen yang merupakan suatu keberhasilan
pemerintah dalam pembangunan ekonomi.

Inflasi Aceh pada tahun 2010 mencapai 5,86 jauh lebih rendah dibanding tahun
yang sama terhadap inflasi nasional yang mencapai 6,96 dan pada tahun 2011
inflasi Aceh semakin membaik yaitu 3,43 dan nasional 3,79. Di sisi lain secara
keseluruhan, inflasi IHK sampai dengan Juli 2012 berada pada kisaran 1,38 masih
rendah dibanding dengan Nasional yang mencapai 2,50. Secara keseluruhan,
inflasi IHK sampai dengan akhir tahun diperkirakan akan berada pada kisaran
4,7% hingga 5,3% (yoy) atau masih sejalan dengan sasaran inflasi nasional (4,5%
± 1%).

4.7.6. Potensi Ekonomi


Selama beberapa tahun terakhir ini perekonomian Aceh Barat sangat ditopang
oleh
sub sektor perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit dan karet. Selain dua
komoditi tersebut, kabupaten Aceh Barat juga menghasilkan banyak tanaman
perkebunan yang lain. Akan tetapi karena keterbatasan data, hanya komoditi
kelapa, kakao, kapuk, pinang, biji kopi, lada dan pala saja yang akan ditampilkan.
Data yang tercatat di sini hanya data yang berasal dari perkebunan rakyat.
Melonjaknya harga karet dan kelapa sawiit membuat banyak masyarakat yang
mengusahakan tanaman ini sehingga luas arealnya terus bertambah setiap
tahunnya. Pada tahun 2012 luas kebun karet dan kelapa sawit yang diusahakan
rakyat mencapai 24.096 hektar dan 6.481 hektar. Dengan luas lahan tersebut
dihasilkan produksi karet dan kelapa sawit sebesar 17.270 ton dan 60.965 ton.

45
Tabel 4.28. Perkembangan Tenaga Kerja Menurut Sektor
2010 2011 2012
Uraian
Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Pertanian 30,874 44.01 40,289 53.12 33,547 48.26

Industri 9,068 12.92 5,294 6.98 7,616 10.96

Jasa-jasa 30,217 43.07 30,262 39.90 28,347 40.78

Jumlah 70,159 75,845 69,510


Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013

Tabel 4.29. Produksi Komoditas Perkebunan Kab. Aceh Barat 2010-2012


Karet Sawit Kelapa Kelapa Hibrida
Tahun Prod Luas Prod Prod Luas Prod
Luas (ha) (ton) (ha) (ton) Luas (ha) (ton) (ha) (ton)

2010 22,642.37 13,259.50 5,472.00 52,091.24 2,712.00 1,362.78 259.00 153.54

2011 23,862.37 13,259.50 5,709.00 52,091.24 2,736.10 1,362.36 247.00 118.94

2012 24,096.77 17,270.43 6,481.00 60,965.35 22,739.10 1,172.70 93.00 29.00


Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013

Lahan karet terbesar berada di Kecamatan Woyla Barat, Kaway XVI dan Arongan
Lambalek. Sedangkan lahan pekerbunan sawit rakyat terluas terdapat di
Kecamatan Kaway XVI, Meureubo dan Arongan Lambalek. Wilayah Aceh Barat
mempunyai banyak pantai dengan tanaman pohon kelapa tumbuh subur dimana-
mana. Pohon kelapa ini menghasilkan produksi yang tidak sedikit dan tidak
pernah berhenti sepanjang tahun. Limpahan buah kelapa ini membuat masyarakat
Aceh Barat sangat menggemari komoditi ini. Sebagian besar makanan khas
wilayah ini menggunakan santan, selain itu kelapa muda juga sangat diminati
sebagai minuman yang menyegarkan. Selama tahun 2012 tercatat 1.172 ton
kelapa dalam diproduksi, dengan Kecamatan Arongan Lambalek dan Samatiga
sebagai penyumbang terbesarnya. Jumlah ini menurun dibanding tahun-tahun
sebelumnya. Produksi komoditi lainnya seperti kelapa hibrida, kakao, kapuk,
pinang, biji kopi, lada dan pala masih kecil, tidak sampai 1000 ton per tahunnya.
Selain kelapa hibrida, komoditi lainnya diusahakan merata di semua kecamatan.
Sedangkan kelapa hibrida hanya terdapat di Kecamatan Johan Pahlawan,
Samatiga, Bubon, Arongan Lambalek, Kaway XVI dan Meureubo.

46
Sektor primer dalam perekonomian masih berperan cukup signifikan dalam
perekonomian Kabupaten Aceh Barat.

Tabel 4.30. Komoditas Pertanian Kab. Aceh Barat 2012

Luas Luas Rata-rata


Komoditi/ Produksi
tanam Panen Produksi
Tahun (ton)
(Ha) (Ha) (ton)
Padi
Sawah
2010 13687 14568 49.007 4.27
2011 15346 12884 55165.72 4.28
2012 13737 11345 62123 4.26
Padi
Ladang
2012 982 420 840 2
Kedele
2010 33 28 28.32 1.01
2011 33 40 41.41 1.04
2012 28 19 19.19 1.01
Jagung
2010 280 250 511.14 2.04
2011 224 232 473.28 2.04
2012 194 173 356.06 2.06
Kacang Tanah
2010 1815 1497 2431.82 1.62
2011 1479 1976 3257.53 1.65
2012 642 582 954.62 1.65
Kacang Hijau
2010 11 9 9.11 1.01
2011 29 28 28.28 1.01
2012 16 14 14.14 1.01
Ubikayu
2010 87 117 1700.46 14.53
2011 54 65 944.45 14.53
2012 86 86 1249.61 14.53
Ubi jalar
2010 27 32 432.16 13.51
2011 24 23 310.73 13.51
2012 62 51 688.73 13.5
Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013

47
Tabel 4.31. Komoditas Peternakan Kab. Aceh Barat 2012
Tahun Sapi Kerbau Kambing Domba

2010 5,803 22,428 20,518 1,155

2011 4,281 20,278 22,160 1,247

2012 4,195 20,082 11,538 1,199


Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013

Tabel 4.32. Komoditas Peternakan Unggas Kab. Aceh Barat 2012

Tahun Ayam Buras Ayam Ras Itik

2010 359424 24667 60748


2011 388178 24828 59657
2012 282009 28140 40799
Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013

Disamping sektor pertanian dan peternakan Kabupaten Aceh Barat juga memiliki
potensi perikanan karena memiliki garis pantai yang cukup panjang, badan air
yang dapat dikembangkan untuk perikanan budidaya, sedangkan Samudera
Hindia yang potensi perikanan tangkap yang besar, baik potensi perikanan
tangkap ikan, cumi, kerang ataupun udang.

Tabel 4.33. Komoditas Perikanan Budidaya Air Tawar Kab. Aceh Barat, 2012
Tahun Mas Mujahir Nila Lele Lainnya Jumlah
2010 16.57 1.64 38.75 9.69 11.84 78.49
2011 17.88 44.54 13.43 16.18 92.03
2012 13.51 78.47 19.38 3.96 115.32
Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013

Tabel 4.34. Komoditas Perikanan Budidaya Air Payau Kab. Aceh Barat 2012

Tahun Bandeng Udang Windu Nila Jumlah


2010 7.7 5.06 6.82 19.58
2011 8.32 5.31 7.5 21.13
2012 8.98 5.57 8.25 22.8
Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013

48
Tabel 4.35. Komoditas Perikanan Tangkap Kab. Aceh Barat 2012

Tahun Nilai (Rp.)


Produksi (ton)

2010 11,202.63 289,014,149.72

2011 12,723.72 373,759,275.00

2012 22,964.34 674,590,119.00


Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013

49

Anda mungkin juga menyukai