Kabupaten Aceh Barat memiliki luas wilayah mencapai 2.927,95 km2. Dengan
mekarnya Desa Keuramat pada Tahun 2011, Kabupaten Aceh Barat terdiri atas
12 Kecamatan, 32 mukim dan 322 Gampong. Sebanyak 192 Gampong
diantaranya berada di daratan dan 83 gampong tertetak di lembah. Hanya 47
Gampong yang terletak di Iereng.
BAB IV-1
Tabel 4.1. Pembagian Administrasi Kabupaten Aceh Barat
BAB IV-2
Gambar 4-1 : Peta Administrasi Kabupaten Aceh Barat
BAB IV-3
4.2. Gambaran Demografi
Penduduk di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2012 berjumlah 182.364 jiwa
2
dengan kepadatan penduduk 2.078 jiwa/km sehingga kepadatan penduduk di
kabupaten ini termasuk padat. Dengan jumlah penduduk tersebut Kecamatan
Johan Pahlawan menjadi wilayah terpadat dengan rata-rata 1.316 jiwa penghuni
2
tiap 1 km . Tingkat kepadatan ini terus bertambah tiap tahunnya yang disebabkan
jumlah kelahiran dan migrasi masuk. Sedangkan kepadatan terendah berada di
Kecamatan Sungai Mas yang tiap kilo meter perseginya hanya dihuni oleh 5 jiwa.
Tingkat kepadatan ini pun tidak berubah tiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan
bahwa tidak ada pertambahan penduduk yang berarti disini. Tingginya angka
kelahiran juga diimbangi dengan besarnya tingkat kematian. Angka imigrasi
masuk disini pun hampir tidak ada.
BAB IV-4
adalah 103. Artinya, dari setiap 100 perempuan terdapat 103 laki-laki.
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3.
Jumlah keluarga Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2012 berjumlah 48.992
keluarga dan sebagain termasuk kategori keluarga.miskin. Keluarga miskin terbagi
dalam beberapa kategori antara lain : Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera
I, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, Keluarga Sejahtera Plus. Distribusi
penduduk miskin dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut :
BAB IV-5
Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Barat 2012
1. Johan Pahlawan 14,837 3,498 23.58 2915 19.65 5584 37.64 2,338 15.76 502 3.38
2. Samatiga 4,167 679 16.29 915 21.96 1747 41.92 413 9.91 413 9.91
3.Bubon 1,646 235 14.28 193 11.73 737 44.78 481 29.22 0 0.00
4. Arongan Lambalek 3,103 1,127 36.32 1327 42.77 516 16.63 133 4.29 0 0.00
5. Woyla 3,256 1,494 45.88 887 27.24 543 16.68 223 6.85 109 3.35
6. Woyla Barat 2,294 593 25.85 588 25.63 1032 44.99 81 3.53 0 0.00
7. Woyla Timur 1,289 681 52.83 583 45.23 25 1.94 0 0.00 0 0.00
8.Kaway XVI 5,429 1,049 19.32 2073 38.18 1209 22.27 760 14.00 338 6.23
9.Meureubo 6,803 737 10.83 2608 38.34 2815 41.38 501 7.36 142 2.09
10. Pante Ceureumen 3,251 60 1.85 395 12.15 1452 44.66 1,334 41.03 10 0.31
11. Panton Reu 1,767 808 45.73 505 28.58 315 17.83 73 4.13 66 3.74
12.Sungai Mas 1,150 172 14.96 452 39.30 312 27.13 155 13.48 59 5.13
BAB IV-6
Tabel 4.5. Jumlah Penyandang Masalah Sosial Kabupaten Aceh Barat 2012
BAB IV-7
Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kab. Aceh Barat 2007-2012
BAB IV-8
4.2.5. Persebaran Penduduk
Dengan luas wilayah yang tidak berubah, penambahan jumlah penduduk tersebut
menyebabkan angka kepadatan penduduk terus bertambah setiap jiwanya. Pada
tahun 2012 tercatat setiap 1 km2 luas wilayah dihuni oleh 62 jiwa. Tingkat
kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kecamatan Johan Pahlawan dengan
kepadatan 1.316 jiwa/km2, sedangkan yang terendah di Kecamatan Sungai Mas
yang tiap 1 km2 dihuni hanya 5 jiwa.
Tabel 4.7. Sebaran dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Aceh Barat 2012
Kondisi fisik Kabupaten Aceh Barat sebagian besar terdiri dari daerah perbukitan
dengan bentuk topografi dibagian utara adalah daerah pegunungan yang
merupakan rangkaian dari Bukit Barisan dan termasuk dalam ekosistem Leuser.
Berdasarkan kajian lereng dengan mengggunakan skala Maberry, maka dapat
dikatakan daerah Aceh Barat memiliki lahan yang sesuai untuk pengembangan
BAB IV-9
wilayah karena memiliki sudut lereng berkisar antara 0 sampai 3 persen. Jika
ditinjau dari kontur wilayah, sebagian wilayah di Kecamatan Sungai Mas dan
Pante Ceureumen memiliki ketinggian diatas 1500 m dpl, sedangkan sekitar 20
persen dari keseluruhan wilayah yang merupakan dataran pesisir berada pada
ketinggian sekitar 25 m dpl yang mencakup Kecamatan Johan Pahlawan dan
Meureubo.
Kabupaten Aceh Barat terdiri atas 12 Kecamatan, 32 mukim dan 322 Gampong.
Sebanyak 192 desa diantaranya berada di dataran dan 83 desa tertetak di
lembah. Hanya 47 desa yang terletak di Iereng.
BAB IV-
10
Gambar 4-3 : Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Aceh Barat
BAB IV-
11
Gambar 4-4 : Peta Ketinggian Kabupaten Aceh Barat
BAB IV-
12
4.4. Gambaran Geohidrologi
Pada wilayah Kabupaten Aceh Barat terbagi dalam 5 wilayah Daerah Aliran
Sungai (DAS) yaitu :
Potensi sumber daya air yang dimiliki sangat besar karena dialiri oleh 2 (dua)
sungai besar yaitu Krueng Woyla dan Krueng Meureubo dengan kapasitas
alirannya lebih dari 250 liter/detik. Dengan karakteristik dan pola aliran sungai ini,
terdapat permasalahan berupa adanya banjir periodik pada musim penghujan.
Banjir periodik tersebut terjadi sebagai limpasan air sungai, terutama yang
perbedaan tinggi dengan muara (permukaan laut) tidak terlalu besar, seperti pada
sungai-sungai di bagian tengah dan timur wilayah. Limpasan sungai tersebut
bermuara ke Samudera Indonesia. Area yang mengalami banjir periodik tersebut
adalah pada alur limpasan sungai : Krueng Woyla dan anak-anak sungainya yaitu
sejak dari wilayah Kecamatan Sungai Mas, Woyla Timur, Woyla Barat, Arongan
Lambalek dan Samatiga; Krueng Meurebo dan anak-anak sungainya, sejak dari
Kecamatan Pante Ceuremen, Kaway XVI, Meureubo dan Johan Pahlawan; di
mana pertemuan Krueng Keureuto dengan anaknya Krueng Peuto ini adalah di
Kecamatan Lhok Bubon; Krueng Bubon, yaitu sejak dari Kecamatan Bubon dan
Samatiga. Dari sejumlah sungai di atas, yang paling luas cakupan masalah
banjirnya adalah Krueng Woyla dan Meureubo. Khususnya Krueng Meureubo
dimana pada area banjirnya terdapat simpul perkotaan Meulaboh sebagai ibukota
Kabupaten Aceh Barat. Selain kawasan perkotaan Meulaboh (Kecamatan Johan
Pahlawan), wilayah Kecamatan Meurebo dan Kecamatan Kaway XVI. Sementara
Krueng Woyla cakupan banjir yang sering melanda wilayah hilir sungai yaitu
Kecamatan Arongan Lambalek dan sebagian Kecamatan Samatiga. Untuk
mengatasi masalah banjir tersebut, selain langkah-langkah pembangunan tanggul,
pelurusan atau penyodetan aliran, pelebaran dan pendalaman sungai, patut
dipertimbangkan langkah pembangunan waduk atau kolam retensi pada aliran
BAB IV-
13
Krueng Meurebo tersebut, di bagian lebih hulu dari wilayah Kecamatan Pante
Ceuremen.
Beberapa sungai di Kabupaten Aceh Barat saat ini dimanfaatkan sebagai sumber
air baku untuk Sistem Prasarana Air Minum antara lain:
1. Krueng Meureubo dengan potensi debit aliran 250 liter/detik;
2. Krueng Woyla dengan potensi debit aliran 250 liter/detik;
3. Krueng Bubon dengan potensi debit aliran 80 liter/detik.
Sumber air baku dari Aset Sumber Daya Air berupa air permukaan :
BAB IV-
14
Gambar 4-5 : Peta Daerah Aliran Sungai
BAB IV-
15
4.5. Gambaran Geologi
Jenis batuan di Kabupaten Aceh Barat dapat dikelompokkan menjadi batuan beku
dan batuan metamorfik atau malihan, batuan sedimen, lempung, batuan pasir,
serta endapan aluvium. Secara rinci dijelaskan sebagai berikut :
Kelompok batuan beku dan batuan metamorfik terdiri dari granit, diorit,
gabro, sekis, dan batu sabak; terdapat sebagian besar di Kecamatan
Pante Cereumin dan Kecamatan Sungai Mas. Batuan bersifat padu,
kelulusan airnya rendah, daya dukung fondasi bangunan umumnya baik,
mampu mendukung bangunan bertingkat tinggi, dan jarang menjadi
akuifer. Tanah hasil pelapukannya bertekstur lempung hingga pasir.
Kesuburan potensialnya tergolong sedang karena kandungan silika yang
tinggi.
Dilihat dari jenis tanah, secara umum terdapat 6 jenis tanah, yaitu jenis tanah
regosol, terdapat di sepanjang pantai yang mempunyai luas 74.757 Ha. Jenis
tanah organosol seluas 189.840 ha yang terdapat di sepanjang pantai bagian
selatan. Jenis tanah Alluvial seluas 346.622 ha, jenis tanah podsolik merah kuning
(PMK 1) latosol 51.579 ha. serta jenis tanah renzina seluas 157.248 ha.
BAB IV-
16
Gambar 4-6 : Peta Geologi Kabupaten Aceh Barat
BAB IV-
17
Gambar 4-7 : Peta Land System Kabupaten Aceh Barat
BAB IV-
18
4.6. Gambaran Klimatologi
Kondisi iklim di Kabupaten Aceh Barat termasuk dalam kategori daerah sub-tropis
yang terdiri dari 2 (dua) musim iklim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Musim hujan yang disertai gejolak gelombang laut biasanya terjadi pada bulan
September sampai dengan bulan Februari setiap tahunnya. Tingkat curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Nopember mencapai 649,4 mm. Curah hujan terendah
pada umumnya terjadi pada Oktober mencapai 97,9 mm, rata – rata curah hujan
di kabupaten Aceh Barat 255,1 mm. Sedangkan Musim kemarau berlangsung
antara bulan Maret sampai dengan bulan Agustus dengan suhu udara rata-rata
berkisar antara 26° C – 31,2° C pada siang hari dan 23° C – 25° C pada malam
hari. Sedangkan rata - rata lamanya penyinaran matahari minimum terjadi bulan
Agustus yaitu 20 persen, dan penyinaran maksimum 58 persen pada Bulan
Februari. Sedangkan tekanan serta kelembaban udara rata-rata setiap bulannya
mencapai 1.010,1 atm dan 86 persen.
Suhu udara rata-rata sepanjang tahun 2012 adatah 26°C dengan suhu terendah
18°C pada bulan Januari dan suhu tertinggi 30°C di bulan Mei. Kelembaban udara
berkisar pada 89%. Curah hujan pada tahun 2012 menurun drastis dibanding
tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 curah hujan Kabupaten Aceh Barat
sebanyak 3.245,2 mm per tahun. Sedangkan curah hujan pada tahun sebelumnya
mencapai 3.937,7mm per tahun.
Curah hujan tertinggi tahun 2012 terjadi pada bulan Nopember, yaitu 537,1 mm
dan jumlah curah hujan terendah adalah di bulan Maret yakni 88,2 mm.
Sementara pada tahun 2011, curah hujan tertinggi dan terendah terjadi pada
bulan Agustus (774,3 mm) dan Mei (136,1 mm).
BAB IV-
19
Gambar 4-8 : Peta Curah Hujan Kabupaten Aceh Barat
BAB IV-
20
Tabel 4.9. Suhu, Tekanan dan Kelembaban Udara, 2011-2012
TEKANAN KELEMBABAN
Bulan SUHU UDARA UDARA UDARA
(0 C) (atm) (%)
2011 2012 2011 2012 2011 2012
Januari 26,3 26,3 1 008,5 1 009,4 88,5 89
Pebruari 26,2 26,1 1 009,0 1 008,6 88,6 91
Maret 26,3 26,3 1 008,5 1 009,6 88,5 88
April 26,6 26,4 1 009,5 1 010,2 90,3 90
Mei 26,1 27,0 1 009,6 1009,3 89,5 87
Juni 26,9 26,3 1 009,0 1 010,1 84,0 86
JuIi 26,2 26,3 1 009,0 1 009,8 86,7 86
Agustus 26,1 26,5 1 009,0 1010,4 87,2 86
September 25,9 26,3 1 010,0 1 010,0 86,6 87
Oktober 25,8 26,3 1 009,2 1 014,4 88,9 91
Nopember 26,1 26,3 1 008,6 1 010,2 85,2 91
Desember 26,2 26,5 1 008,8 1 009,4 90,7 91
Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013
BAB IV-
21
Tabel 4.11. Jumlah Hari Hujan, 2012
Rata-Rata Maksimum
Bulan
Arah Kecepatan Arah Kecepatan
Januari S 6.2 180 7.7
Pebruari NE 6.1 45 7.4
Maret S 6.0 180 7.8
April SW 3.1 225 6.9
Mei W 3.0 270 8.3
Juni W 3.2 270 9.6
JuIi W 3.5 270 10.6
Agustus W 2.9 270 6.7
September SW 3.0 225 6.0
Oktober SW 3.0 225 7.0
Nopember SW 3.0 225 7.0
Desember S 3.0 180 6.0
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013
BAB IV-
22
Tabel 4.13. Data Curah Hujan dan Hari Hujan. 2012
4.7.1. Pendidikan
Angka Melek Huruf usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Aceh Barat tahun 2007
adalah 94,07. Angka ini mengalami peningkatan di tahun 2011 menjadi 95,67
persen sebagaimana yang tertera dalam Tabel 4.14.
Tabel 4.14.
BAB IV-
23
Dengan semakin meningkatnya angka melek huruf di Kabupaten Aceh Barat yang
mencapai 95,67 persen di tahun 2011, maka angka buta aksara usia 15 tahun ke
atas di Kabupaten Aceh Barat tahun 2011 semakin berkurang dibandingkan
dengan tahun 2010. Dengan angka melek huruf sebesar 95,67 persen berarti
penduduk Kabupaten Aceh Barat yang masih buta huruf pada tahun 2011 adalah
sebesar 4,33 persen. Jika dibandingkan dengan angka melek huruf Provinsi Aceh
tahun 2011 sebesar 96,95 persen, maka Angka melek huruf Kabupaten Aceh
Barat ini masih tergolong rendah.
Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Aceh Barat tahun 2009 adalah 8,23 tahun.
Angka rata-rata lama sekolah ini mengalami peningkatan di tahun 2010 menjadi
sebesar 8,48 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa pendidikaan dasar 9 tahun
di Kabupaten Aceh Barat belum tuntas.
Tabel 4.15.
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Barat, 2011 dan Bappeda Aceh, 2012
BAB IV-
24
10
6
Aceh Barat
5 Nagan Raya
4 Aceh Jaya
Aceh
3
0
2006 2007 2008 2009 2010
Gambar 4-9 :
Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SD/MI dan SLTP/MTs tahun 2011
mengalami penurunan dari tahun 2010. Angka Partisipasi Kasar SD/MI tahun
2011 sebesar 112,07 persen atau turun sebesar 5,93 persen dari tahun 2010
yakni 118 persen. Jika dibandingkan dengan APK nasional untuk tingkat SD/MI
termasuk paket A tahun 2008/2009 sebesar 116,77, APK tingkat SD/MI di
kabupaten Aceh Barat ini masih tergolong lebih rendah.
Pada jenjang pendidikan tingkat SLTP/MTs, Angka Partisipasi Kasar pada tahun
2011 sebesar 103,17 persen atau turun sebesar 4,83 persen dibandingkan tahun
2010 yaitu sebesar 108 persen. Sedangkan Angka Partisipasi Kasar di tingkat
jenjang pendidkan SLTA/MA tahun 2011 sebesar 97,74 persen atau meningkat
sebesar 2,74 persen dari tahun 2010 yaitu sebesar 95 persen.
BAB IV-
25
Tabel 4.16. Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh
Barat Tahun 2011
Penyebab utama turunnya Angka Partisipasi Kasar di Kabupaten Aceh Barat pada
tahun 2011 terutama dijenjang pendidikan tingkat SD/MI dan SMP/MTs terjadi
akibat peningkatan sarana dan prasarana pendidikan serta kesadaran orang tua
dalam menyekolahkan anaknya pada jenjang pendidikan sesuai kelompok umur
usia sekolah. Sedangkan peningkatan APK ditingkat SLTA/MA terjadi akibat
kemampuan ekonomi dan keterbatasan pendapatan dari orang tua murid
sehingga harus menunda pendidikan anaknya setelah lulus SMP.
Angka Partisipasi Murni (APM) tingkat SD/MI, SLTP/MTs dan SLTA/MA tahun
2011 mengalami penurunan dari tahun 2010. Angka Partisipasi Murni pada
jenjang pendidikan SD/MI tahun 2011 sebesar 93,31 persen atau turun sebesar
2,59 persen dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 95,90 persen. APM tingkat
SD/MI Kabupaten Aceh Barat tahun 2009 dan 2010 masih berada dibawah APM
BAB IV-
26
Aceh, sedangkan tahun 2011 sebesar 93,31 persen ini masih rendah jika
dibandingkan dengan APM nasional tingkat SD/MI tahun 2008/2009 sebesar
95,23 persen.
Angka Partisipasi Murni tingkat SLTP/MTs tahun 2011 sebesar 73,52 persen atau
turun sebesar 1,18 persen dari tahun 2010 yang sebesar 74,70 persen.
Sedangkan pada jenjang pendidikan tingkat SLTA/MA tahun 2011 sebesar 70,39
persen atau meningkat sebesar 0,62 persen dari tahun 2010 yaitu sebesar 69,77
persen. Peningkatan Angka Partisipasi Murni di semua jenjang pendidikan terjadi
akibat mulai meningkatnya kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya
pendidikan bagi anak–anaknya.
BAB IV-
27
Tabel 4.17. Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang Pendidikan di
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009 – 2011
2009 2010
APM berdasarkan
2011
Jenjang Pendidikan
Aceh Barat Aceh Aceh Barat Aceh
APM SD/MI
APM SMP/MTs
APM SMA/MA
Jika dibandingkan dengan APM provinsi Aceh tahun 2009-2010, terlihat bahwa
APM Kabupaten Aceh Barat tingkat SD/MI, SLTP/MTs masih dibawah Provinsi
Aceh. Namun untuk tingkat SMA/MA, APM Kabupaten Aceh Barat masih lebih
tinggi dari APM Provinsi Aceh.
Jumlah Angka Putus Sekolah di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2011
mengalami peningkatan dari tahun 2010. Angka Putus Sekolah ditingkat jenjang
pendidikan SD/MI sebesar 0,09 persen yaitu terjadi peningkatan sebesar 0,04
persen dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 0,05 pesen.
BAB IV-
28
Tabel 4.18.
Ditingkat SLTP/MTs Angka Putus Sekolah tahun 2011 sebesar 0,17 persen yang
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni 0,22 persen sedangkan
angka putus sekolah untuk SLTA/MA meningkat sebesar 0,37 persen menjadi
0,59 persen di tahun 2011.
BAB IV-
29
(survei Sosial Ekonomi Nasional). Penyesuaian ini dilakukan untuk menghilangkan faktor kenaikan
harga barang (inflasi).
Peningkatan ketiga komponen diatas membuat angka IPM Kabupaten Aceh Barat terus meningkat
setiap tahunnya, dari 70,79 di tahun 2010 menjadi 71,73 pada tahun 2012.
Peningkatan nilai IPM tersebut tidak serta merta meningkatkan posisi Aceh Barat di tingkat propinsi.
Dari 23 kabupaten/kota di Aceh, pembangunan kesejahteraan rakyat di Kabupaten Aceh Barat berada
di posisi keempat belas selama tiga tahun terakhir
Peningkatan IPM diatas terkait erat dengan penurunan tingkat kemiskinan. Penduduk miskin disini
adalah penduduk yang pengeluarannya sebulan berada dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan
setiap tahunnya meningkat dari 372 ribu rupiah per kapita per bulan pada tahun 2010 menjadi 436
ribu rupiah pada tahun 2012 dikarenakan adanya inflasi.
Artinya, apabila rata-rata anggota rumah tangga adalah 4 orang (ayah, ibu dan 2 orang anak) maka
rumah tangga yang pengeluarannya sebulan berada dibawah 1,7 juta rupiah akan
dianggap miskin dan terdapat empat orang penduduk miskin. Pada tabel X.10 dapat dilihat bahwa
setiap tahunnya persentase penduduk miskin semakin berkurang. Pada tahun 2010, terdapat 24
persen penduduk miskin di Aceh Barat. Sedangkan pada tahun 2012, masyarakat yang miskin hanya
tinggal 23 persen lagi.
Penduduk miskin ini sebagian besar tinggal didaerah pedesaan. Dari hasil pengolahan Survei Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilakukan pada setiap tahunnya, terlihat bahwa 27 persen
masyarakat di perdesaan tergolong miskin. Sedangkan di perkotaan jumlah masyarakat tidak mampu
ini hanya 5 persen
Walaupun terjadi penurunan kemiskinan, akan tetapi angka dua puluhan persen tersebut masih
terlalu besar. Pemerintah Daerah harus berusaha keras untuk menurunkan angka ini. Penduduk
miskin ini sebagian besar terdapat di daerah perdesaan diluar Kecamatan Johan Pahlawan. Selain
pemberdayaan masyarakat miskin, pembangunan daerah perdesaan diharapkan mampu
menjadi solusi masalah ini.
BAB IV-
30
4.7.3. Perekonomian dan PDRB
Pertumbuhan ekonomi Aceh Barat tiga tahun trakhir ini bernilai positif. Tingkat pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2010 adalah sebesar 5,24 persen dengan PDRB 1,26 trilyun rupiah. Sedangkan tingkat
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 dan 2012 masing-masing sebesar 5,11 dan 5,00 persen. Nilai
PDRB harga konstan pada kedua tahun tersebut adalah 1,32 dan 1,39 trilyun rupiah.
Jauhnya perbedaan antara nilai PDRBharga berlaku dengan nilai PDRB harga konstan tahun 2000
mengindikasikan bahwa kenaikan harga pada tingkat produsen dalam Kabupaten Aceh Barat
tergolong tinggi.
Laju kenaikan harga pada tingkat produsen tersebut dapat tercermin dari laju indeks implisit.
Sedangkan kenaikan harga di tingkat konsumen (di pasaran) disebut laju inflasi. Kedua angka ini akan
berdekatan nilainya dikarenakan kenaikan barang ditingkat produsen akan menyebabkan kenaikan
barang di pasaran, demikian pula sebaliknya. Ada dua kota pencatat inflasi di Propinsi Aceh yang
dijadikan rujukan kabupaten/kota lain, yaitu Kota Banda Aceh dan Kota Lhokseumawe.
Pada tahun 2010, rata-rata kenaikan harga barang produksi dalam Kabupaten Aceh Barat adalah
sebesar 5,99 persen. Angka ini berada antara laju inflasi barang di pasaran pada Kota Banda
Aceh (4,64 persen) dan Kota Lhokseumawe (7,19). Selanjutnya pada tahun 2011
perkembangan harga dapat lebih terkontrol. Hal ini membuat laju indeks implisit kabupaten ini dapat
turun ke level 3,61 persen. Mendekati laju inflasi kota Banda Aceh (3,25 persen) dan Kota
Lhokseumawe (3,55 persen). Selama tahun 2012, laju indeks implisit Kabupaten Aceh Barat terbentuk
sebesar 1,77 persen
Untuk melihat rata-rata nilai produksi yang dihasilkan oleh setiap penduduk, dipakailah ukuran
Pendapatan Perkapita sebagai pendekatan tingkat kesejahteraan penduduk.
Pendapatan perkapita Aceh Barat terus meningkat selama kurun waktu tiga tahun terakhir dari 16 juta
rupiah pada tahun 2010 menjadi 17 juta rupiah di tahun 2011 dan 18 juta rupiah dalam tahun 2012.
Jika rumah tangga terdiri dari 4 anggota rumah tangga (ayah, ibu dan dua orang anak) maka
pendapatan keluarga tersebut selama tahun 2012 sejumlah 72 juta pertahun atau 6 juta rupiah per
bulan.
Akan tetapi bila dilihat atas dasar harga konstan 2000, kenaikan pendapatan perkapita relatif kecil (6,9
juta rupiah di tahun 2010 menjadi 7,2 juta rupiah pada tahun 2012). Ini mengindikasikan bahwa
kenaikan harga yang terjadi di Kabupaten ini relatif tinggi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang
dihasilkan suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun. PDRB didapat dengan cara mengalikan
jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tersebut dengan harganya. Apabila harga yang dipakai
merupakan harga berlaku pada tahun tersebut maka didapatlah PDRB atas dasar harga berlaku.
BAB IV-
31
Akan tetapi apabila harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2000 maka didapatlah PDRB
Harga Konstan tahun 2000.
PDRB Kabupaten Aceh Barat terus mengalami kenaikan yang signifikan selama tiga tahun terakhir.
Pada tahun 2010, PDRB Aceh Barat bernilai 3 trilyun rupiah. Angka ini terus bertambah menjadi 3,3
trilyun rupiah di tahun 2011 dan 3,5 trilyun rupiah pada tahun 2012.
Besarnya angka PDRB tersebut ditopang oleh tiga sektor utama. Sektor penyumbang Nlai Tambah
Bruto (NTB) terbesar adalah sektor pertanian (382% ditahun 2012), dimana subsektor dominan disini
adalah perkebunan (kelapa sawit dan karet) dan tanaman bahan makanan (padi). dan restoran serta
sektor jasa-jasa. Peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran di tahun 2012 mencapai 18
persen. Subsektor utama disini adalah perdagangan. Sementara itu, kontribusi sektor jasa pada
tahun yang sama bernilai 18 persen. Subsektor pemerintahan umum (PNS,TNI,POLRI) amat dominan
pada sektor ini.
Sebagian besar PDRB tersebut digunakan untuk konsumsi Rumah Tangga masyarakat di Kabupaten
Aceh Barat (48 persen), dibelanjakan untuk pembentukan modal tetap (29 persen), dikeluarkan untuk
belanja pemerintah (19 persen) dan sisanya diperuntukan untuk belanja lembaga non profit, disimpan
sebagai barang persediaan ataupun diekspor keluar daerah. Komponen-komponen pengeluaran ini
dikenal dengan sebutan PDRB menurut penggunaan.
Nilai PDRB tersebut masih dipengaruhi oleh kenaikan harga (inflasi). Untuk melihat kenaikan
produksi suatu wilayah digunakanlah PDRB harga konstan. Kenaikan produksi ini disebut
pertumbuhan ekonomi. Kenaikan nilai PDRB atas dasar harga konstan akan memyebabkan
pertumbuhan ekonomi bernilai positif (meningkat), demikian pula sebaliknya Sektor yang
memegang peranan terbesar selanjutnya adalah sektor perdagangan, hotel.
Pertumbuhan ekonomi Aceh Barat tiga tahun trakhir ini bernilai positif. Tingkat pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2010 adalah sebesar 5,24 persen dengan PDRB 1,26 trilyun rupiah. Sedangkan tingkat
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 dan 2012 masing-masing sebesar 5,11 dan 5,00 persen. Nilai
PDRB harga konstan pada kedua tahun tersebut adalah 1,32 dan 1,39 trilyun rupiah.
Jauhnya perbedaan antara nilai PDRBharga berlaku dengan nilai PDRB harga konstan tahun 2000
mengindikasikan bahwa kenaikan harga pada tingkat produsen dalam Kabupaten Aceh Barat
tergolong tinggi.
Laju kenaikan harga pada tingkat produsen tersebut dapat tercermin dari laju indeks implisit.
Sedangkan kenaikan harga di tingkat konsumen (di pasaran) disebut laju inflasi. Kedua angka ini akan
berdekatan nilainya dikarenakan kenaikan barang ditingkat produsen akan menyebabkan kenaikan
barang di pasaran, demikian pula sebaliknya. Ada dua kota pencatat inflasi di Propinsi Aceh yang
BAB IV-
32
dijadikan rujukan kabupaten/kota lain, yaitu Kota Banda Aceh dan Kota Lhokseumawe.
Pada tahun 2010, rata-rata kenaikan harga barang produksi dalam Kabupaten Aceh Barat adalah
sebesar 5,99 persen.
Pertumbuhan PDRB
Dalam skala Aceh, pada triwulan II 2012, pertumbuhan ekonomi yang hanya 5,59
%. Kondisi ini meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
5,83% (yoy) dan ini sesuai dengan target RPJM Aceh tahun 2012 yang mematok
pertumbuhan ekonomi 5,02 % dan pada tahun 2013 capaian pertumbuhan antara
6,1-6,6% akan tercapai.
Pertumbuhan ekonomi Aceh Barat tiga tahun terakhir ini bernilai positif dan
semakin cepat. Tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 adalah sebesar 5
persen dengan PDRB 1,2 T. Sedangkan tingkat pertumbuhan ekonomi pada
tahun 2010 dan 2011 masing-masing sebeser 5,09 dan 5,24 persen. Nilai PDRB
harga konstan pada kedua tahun tersebut adalah 1,26 T Rupiah dan 1,32 T
Rupiah.
BAB IV-
33
11,95
7,23
6,20
6,00 6,50
5,00
5,49 5,89
6,30 4,60
5,46 5,24
3,97
1,92
2007 2008
Pertumbuhan Ekonomi Nasional2009 2010
Pertumbuhan Ekonomi Aceh 2011
Gambar 4-10 :
Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Barat dengan
Provinsi Aceh dan Nasional Tahun 2007-2011
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat tertinggi terjadi pada tahun 2007
sebesar 11,95 persen. Tahun ini pertumbuhan ekonomi ditopang oleh empat
sektor utama yaitu bangunan/konstruksi yang tumbuh sebesar 24,72 persen;
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 18,22 persen; listrik dan air minum
sebesar 17,27 persen dan jasa-jasa sebesar 16 persen. Besarnya kontribusi
keempat sektor tersebut sebagai implikasi dari proses rehabilitasi dan rekonstruksi
di Kabupaten Aceh Barat akibat gempa dan tsunami yang terjadi pada 26
Desember 2004. Kondisi ekonomi Kabupaten Aceh Barat tahun 2008-2011
cenderung konstan. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan tahun 2008 sebesar
5,46 persen menjadi 5,24 persen di tahun 2011 atau terjadi perlambatan aktivitas
ekonomi sebesar 2,2 persen selama 4 tahun.
BAB IV-
34
14
11,95
12
9,94
10
8 7,7
7,23
Prop Aceh (tanpa migas)
Kab. Aceh Barat
5,09 5,24
6 5,49 5,46 5,89
5,24 Kab. Nagan Raya
5 5,1
5,49 Kab. Aceh Jaya
4 4,57 4,52 4,44
4,27 3,97
4,12
3,63 3,46
2
1,92
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Diolah dari PDRB Provinsi Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Jaya 2012.
Gambar 4-11 :
Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Barat dengan
Provinsi Aceh dan Kabupaten Tetangga Tahun 2007-2011
BAB IV-
35
Tabel 4.20.
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Aceh Barat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2011 (juta Rupiah)
1. Pertanian 267.869,62 24,76 270.946,33 23,75 301.195,83 25,14 330.663,87 26,27 358.855,54 27,09
Pertambangan &
2. 5.371,43 0,50 5.465,41 0,48 5.453,03 0,46 5.669,60 0,45 5.889,22 0,44
Penggalian
3. Industri Pengolahan 16.808,50 1,55 17.651,57 1,55 195.85,83 1,64 21.504,97 1,71 23.593,52 1,78
4. Listrik & Air Minum 2.712,92 0,25 3.159,22 0,28 3.798,41 0,32 4.154,92 0,33 4.651,26 0,35
5. Bangunan/Konstruksi 126.815,2 11,72 136.980,48 12,01 135.918,62 11,35 138.998,62 11,04 143.908,36 10,86
Perdagangan, Hotel
6. 306.492,86 28,33 329.701,65 28,90 334.739,15 27,94 341.867,04 27,16 352.061,94 26,57
& Restoran
Pengangkutan &
7. 79.165,69 7,32 81.969,17 7,19 84.423,15 7,05 88.221,82 7,01 90.208,01 6,81
Komunikasi
Keuangan,
8. Persewaan & Jasa 18.261,47 1,69 18.917,33 1,66 19.786,14 1,65 20.799,33 1,65 22.357,79 1,69
Perusahaan
9. Jasa-jasa 258.224,94 23,87 276.026,20 24,20 293.004,87 24,46 307.056,58 24,39 323.368,90 24,41
PDRB Aceh Barat 1.081.722,63 100,00 1.140.817,36 100,00 1.197.904,53 100,00 1.258.936,75 100,00 1.324.894,54 100,00
36
Tabel 4.21. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Aceh Barat Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2011
(juta Rupiah)
1.220.305,6
1. Pertanian 664.714,75 32,27 716.372,68 29,66 882.593,49 32,69 107.8420,57 35,87 37,32
4
2. Pertambangan & Penggalian 12.382,43 0,60 15.179,57 0,63 16.525,92 0,61 17.224,80 0,57 18.023,62 0,55
3. Industri Pengolahan 23.967,76 1,16 27.293,03 1,13 33.234,24 1,23 39.990,71 1,33 48.058,88 1,47
4. Listrik & Air Minum 6.788,75 0,33 8.506,15 0,35 11.965,58 0,44 13.355,65 0,44 14.990,60 0,46
5. Bangunan/Konstruksi 276.101,14 13,40 377.155,73 15,61 378.039,06 14,00 389.716,37 12,96 409.213,57 12,52
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 486.873,50 23,63 569.047,06 23,56 579.654,44 21,47 603.249,10 20,07 624.268,65 19,09
7. Pengangkutan & Komunikasi 182.869,90 8,88 241.206,27 9,99 262.751,80 9,73 278.811,60 9,27 288.182,16 8,81
9. Jasa-jasa 371.517,70 18,03 420.874,88 17,42 489.932,77 18,14 534037,12 17,76 586.971,25 1795
37
Tabel 4.22. Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Aceh BaratAtas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan
Harga Konstan (ADHK) Tahun 2007-2011
No Sektor ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK
persen persen persen persen persen Persen Persen persen Persen persen
1. Pertanian 32,27 24,76 29,66 23,75 32,69 25,14 35,87 26,27 37,32 27,09
2. Pertambangan & Penggalian 0,60 0,50 0,63 0,48 0,61 0,46 0,57 0,45 0,55 0,44
3. Industri Pengolahan 1,16 1,55 1,13 1,55 1,23 1,64 1,33 1,71 1,47 1,78
4. Listrik & Air Minum 0,33 0,25 0,35 0,28 0,44 0,32 0,44 0,33 0,46 0,35
5. Bangunan/Konstruksi 13,40 11,72 15,61 12,01 14,00 11,35 12,96 11,04 12,52 10,86
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 23,63 28,33 23,56 28,90 21,47 27,94 20,07 27,16 19,09 26,57
7. Pengangkutan & Komunikasi 8,88 7,32 9,99 7,19 9,73 7,05 9,27 7,01 8,81 6,81
9. Jasa-jasa 18,03 23,87 17,42 24,20 18,14 24,46 17,76 24,39 1795 24,41
PDRB Aceh Barat 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
38
Tabel 4.23. Pertumbuhan Sektor dalam PDRB Kabupaten Aceh Barat Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Harga
Konstan (ADHK) Tahun 2007-2011
1. Pertanian 13,72 1,04 7,77 1,15 23,2 11,16 22,19 9,78 13,16 8,53
2. Pertambangan & Penggalian 14,20 4,14 22,59 1,75 8,87 -0,23 4,35 3,97 4,52 3,87
3. Industri Pengolahan 14,14 4,94 13,87 5,02 21,77 10,96 20,33 9,80 20,18 9,71
4. Listrik & Air Minum 32,23 17,27 25,3 16,45 40,67 20,23 11,62 9,39 12,24 11,95
5. Bangunan/Konstruksi 33,97 24,72 36,60 8,02 0,23 -0,78 3,09 2,27 5,00 3,53
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 21,66 18,22 16,88 7,57 1,86 1,53 4,07 2,13 3,48 2,98
7. Pengangkutan & Komunikasi 28,04 3,51 31,90 3,54 8,93 2,97 6,11 4,52 3,36 2,25
9. Jasa-jasa 20,31 16,00 13,29 6,89 16,41 6,15 9,00 4.80 9,91 5,31
PDRB Aceh Barat 20,44 11,95 17,25 5,46 11,79 5,00 11,33 5,09 8,77 5,24
39
Tabel 4.24.
Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita. Kab. Aceh Barat 2012
Tabel 4.25. Laju Pertumbuhan Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita
Kab. Aceh Barat 2012
40
4.7.4. Tingkat Investasi
Selain angka perkapita, indikator ekonomi lainnya yang dapat diturunkan dari
PDRB adalah Sumber Pertumbuhan Ekonomi (SPE), produktivitas tenaga kerja
dan Incremental Capital Output Ratio (ICOR).
SPE merupakan perbandingan antara penambahan output sektor tahun benjalan
dan tahun sebelumnya dengan total PDRB tahun sebelumnya. Sehingga diketahui
seberapa besar bagian dan masing-masing sektor dalam penciptaan total laju
pertumbuhan ekonomi suatu daerah di tahun berjalan tersebut. Penjumlahan SPE
semua semua sektor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi Aceh Barat.
Produktivitas tenaga kerja didapat dengan membandingkan nilai PDRB tiap sektor
dengan tenaga kerja yang bekerja di sektor tersebut pada tahun yang sama.
Karena keterbatasan data tenaga kerja per sektor, maka semua sektor
dikelompokkan pada tiga kelompok sektor, yaitu kelompok PDRB sektor primer,
sekunder dan tersier serta kelompok tenaga kerja sektor pertanian, industri dan
jasa-jasa. Indikator ini akan menggambarkan sektor mana yang produktivitasnya
tinggi sehingga lebih menguntungkan daerah.
Indikator lain yang tidak kalah penting adalah ICOR, yaitu perbandingan antara
nilai investasi di suatu daerah dengan penambahan PDRB pada tahun tersebut.
indikator ini akan menggambarkan besaran investasi yang dibutuhkan untuk
menghasilkan penambahan 1 unit output/PDRB. Semakin kecil angka ICOR ini
maka semakin baik. Akan tetapi hanya negara maju saja yang nilai ICOR nya
mencapai dua. Pada negara-negara berkembang, nilai ICOR yang terbentuk
bervariasi antara 3 sampai 4.
Pada tabel 4.26. terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Aceh Barat pada tahun
2010 dan 2011 digerakkan oleh sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor
perdagangan. Ketiga sektor tersebut tentu mengecil pertumbuhannya selama
kurun waktu tiga tahun terakhir. Sehingga sumber pertumbuhan ekonomi ini
berubah di tahun 2012.
Pada tahun 2012 sektor pertanian tetap menjadi penyumbang terbesar yaitu 1,76
persen terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh Barat yang sebesar 5,00 persen.
Diikuti oleh sektor kontruksi (1,06 persen) dan sektor jasa-jasa (0,88 persen). Hal
ini menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor perdagangan yang kecil semakin
menunun pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi keseluruhan Aceh Barat.
Pada tahun tersebüt terlihat bahwa pertumbuhan sektor pertambangan dan
41
penggalian mulai memberikan pengaruh yang semakin nyata.
Tabel 4.26.
Sumber Pertumbuhan Ekonomi Aceh Barat Tahun 2010-2012 (Persen)
Lapangan Usaha 2010 2011 2012
Pertanian 2.46 2.17 1.76
Pertambangan dan Penggalian 0.02 0.04 0.1
Industrui Pengolahan 0.16 0.16 0.15
Listrik, Gas dan Air bersih 0.03 0.04 0.03
Konstruksi 0.26 0.39 1.06
Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.6 0.81 0.63
Pengangkutan dan Komunikasi 0.34 0.16 0.27
Keuangan , Real Estate & JS PRSH 0.08 0.12 0.12
Jasa-jasa 1.1 1.21 0.88
Pertumbuhan Ekonomi 5.04 5.11 5
Sumber : BPS KAb. Aceh Barat 2013
Pada gambar dibawah, terlihat bahwa produktivitas tenaga kerja sektor industri di
tahun 2010 hingga 2012 merupakan yang tertinggi. Hal ini dapat dimakiumi
mengingat sektor kontruksi dan sektor listrik yang bernilai besar termasuk di
dalamnya. Pada tahun 2010 setiap tenaga kerja sektor mi mampu menghasilkan
output PDRB senilai 48,80 juta rupiah setahun, atau semlai 4 juta rupiah per bulan
per orang. Produktifitas tenaga kerja sektor jasa-jasa di tahun tersebut hampir
sama yaitu 48,59 juta per tahun (4 juta perbulan). Sayangnya setiap tahun
produktifitas tenaga kerja sektor pertanian tetap yang terkecil, yaitu hanya tiga
puluhan juta per tahun atau dibawah tiga juta per bulannya.
42
Gambar 4-12 :
Tingkat Produktifitas Tenaga Kerja Aceh Barat Tahun 2010-2012
(Juta Rupiah)
Angka ICOR Kabupaten Aceh Barat bernilai 3,21 sampai 4,78 sepanjang tiga
tahun terakhir. Artinya, untuk menambah output PDRB Aceh Barat senilai 1 unit
akan membutuhkan investasi 3 sampai 5 unit.
Gambar 4-13 : Grafik Perekembangan ICOR Kab. Aceh Barat tahun 2010-
2012.
43
4.7.5. Laju Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-
menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor antara lain : konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi,
sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Untuk
dapat melihat perbandingan inflasi Kabupaten Aceh Barat yang dibandingkan
dengan Provinsi Aceh dapat dilihat Tabel 4.27. dan Gambar 4-14.
Tabel 4.27.
Perbandingan Laju Inflasi Kabupaten Aceh Barat dengan Provinsi Aceh dan
Nasional Tahun 2007-2011
Rata-Rata
Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
pertumbuhan
11,92
11,79
10,72
9,41 9,7
11,06
Sumber: Diolah dari BPS Kabupaten Aceh Barat dan BPS Provinsi Aceh, 2012.
Gambar 4-14 : Grafik Laju Inflasi Kabupaten Aceh Barat dan Provinsi Aceh
Tahun 2007-2011
44
Dari data di atas terlihat bahwa di tahun 2007-2008, inflasi Aceh Barat berada di
bawah inflasi Provinsi Aceh. Nilai inflasi tertinggi berada di tahun 2008 yakni
sebesar 11,79 persen yang diakibatkan oleh dampak krisis ekonomi global dimana
pada tahun ini inflasi Provinsi Aceh mencapai 11,92 persen. Mulai tahun 2009
terjadi penurunan nilai inflasi di Kabupaten Aceh Barat namun masih berada di
atas inflasi Provinsi Aceh. Tahun 2011 inflasi Aceh Barat mencapai 8,18 persen.
Dengan demikian dalam 3 tahun terakhir nilai inflasi Kabupaten Aceh Barat telah
dapat diturunkan sebesar 3,61 persen yang merupakan suatu keberhasilan
pemerintah dalam pembangunan ekonomi.
Inflasi Aceh pada tahun 2010 mencapai 5,86 jauh lebih rendah dibanding tahun
yang sama terhadap inflasi nasional yang mencapai 6,96 dan pada tahun 2011
inflasi Aceh semakin membaik yaitu 3,43 dan nasional 3,79. Di sisi lain secara
keseluruhan, inflasi IHK sampai dengan Juli 2012 berada pada kisaran 1,38 masih
rendah dibanding dengan Nasional yang mencapai 2,50. Secara keseluruhan,
inflasi IHK sampai dengan akhir tahun diperkirakan akan berada pada kisaran
4,7% hingga 5,3% (yoy) atau masih sejalan dengan sasaran inflasi nasional (4,5%
± 1%).
45
Tabel 4.28. Perkembangan Tenaga Kerja Menurut Sektor
2010 2011 2012
Uraian
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Lahan karet terbesar berada di Kecamatan Woyla Barat, Kaway XVI dan Arongan
Lambalek. Sedangkan lahan pekerbunan sawit rakyat terluas terdapat di
Kecamatan Kaway XVI, Meureubo dan Arongan Lambalek. Wilayah Aceh Barat
mempunyai banyak pantai dengan tanaman pohon kelapa tumbuh subur dimana-
mana. Pohon kelapa ini menghasilkan produksi yang tidak sedikit dan tidak
pernah berhenti sepanjang tahun. Limpahan buah kelapa ini membuat masyarakat
Aceh Barat sangat menggemari komoditi ini. Sebagian besar makanan khas
wilayah ini menggunakan santan, selain itu kelapa muda juga sangat diminati
sebagai minuman yang menyegarkan. Selama tahun 2012 tercatat 1.172 ton
kelapa dalam diproduksi, dengan Kecamatan Arongan Lambalek dan Samatiga
sebagai penyumbang terbesarnya. Jumlah ini menurun dibanding tahun-tahun
sebelumnya. Produksi komoditi lainnya seperti kelapa hibrida, kakao, kapuk,
pinang, biji kopi, lada dan pala masih kecil, tidak sampai 1000 ton per tahunnya.
Selain kelapa hibrida, komoditi lainnya diusahakan merata di semua kecamatan.
Sedangkan kelapa hibrida hanya terdapat di Kecamatan Johan Pahlawan,
Samatiga, Bubon, Arongan Lambalek, Kaway XVI dan Meureubo.
46
Sektor primer dalam perekonomian masih berperan cukup signifikan dalam
perekonomian Kabupaten Aceh Barat.
47
Tabel 4.31. Komoditas Peternakan Kab. Aceh Barat 2012
Tahun Sapi Kerbau Kambing Domba
Disamping sektor pertanian dan peternakan Kabupaten Aceh Barat juga memiliki
potensi perikanan karena memiliki garis pantai yang cukup panjang, badan air
yang dapat dikembangkan untuk perikanan budidaya, sedangkan Samudera
Hindia yang potensi perikanan tangkap yang besar, baik potensi perikanan
tangkap ikan, cumi, kerang ataupun udang.
Tabel 4.33. Komoditas Perikanan Budidaya Air Tawar Kab. Aceh Barat, 2012
Tahun Mas Mujahir Nila Lele Lainnya Jumlah
2010 16.57 1.64 38.75 9.69 11.84 78.49
2011 17.88 44.54 13.43 16.18 92.03
2012 13.51 78.47 19.38 3.96 115.32
Sumber : BPS Kab. Aceh Barat 2013
Tabel 4.34. Komoditas Perikanan Budidaya Air Payau Kab. Aceh Barat 2012
48
Tabel 4.35. Komoditas Perikanan Tangkap Kab. Aceh Barat 2012
49