Anda di halaman 1dari 6

SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561

E-ISSN: 2615-1553

PENERAPAN METODE AHP


UNTUK PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE TROTOAR

Widi Ayu Kinanti1


1Magister Teknik Sipil, Konsentrasi Manajemen Proyek Kontruksi, Universitas Katolik Parahyangan Bandung
Jl. Merdeka No. 30, Bandung 40117 Indonesia
widiayukinanti@gmail.com

ABSTRAK
Rendahnya kemampuan sistem drainase perkotaan menampung aliran air terutama saat musim hujan, dapat
menyebabkan timbulnya genangan dan banjir. Permasalahan yang muncul apabila rencana pembangunan
drainase ini pada kota padat penduduknya dan memerlukan penanganan yang cepat dalam mengatasi
permasalahan banjir. Sehingga diperlukan teknologi yang tepat dalam pembangunan sistem drainase.
Mengingat letak geografis kota Bandung yang berada di wilayah pegunungan serta banyak tumbuh pepohonan
besar, maka diperlukan teknologi yang tepat dan ramah lingkungan dalam pembangunan saluran drainase
trotoar. Diperlukan berbagai pertimbangan untuk menentukan keputusan jenis konstruksi awal dengan bentuk
dan tipe/ jenis konstruksi yang kokoh,efisien, hemat biaya dan tetap ramah lingkungan, apakah dengan
menggunakan pembetonan setempat (insitu), beton pracetak (precast) atau pasangan batu kali.
Kata kunci:drainase, insitu, precast, pasangan batu kali

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat memberikan tekanan terhadap lahan terbuka menjadi lahan
terbangun.Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai konsep tata ruang dapat menyebabkan berkurangnya luas resapan
air dan mengakibatkan timbulnya genangan air serta banjir. Sehingga pemerintah perlu memperhatikan sistem
pengelolaan air hujan, yaitu dengan pengelolaan sistem drainase.Drainase jalan berperan penting untuk
menampung air yang jatuh ke permukaan jalan dan membuang air sehingga tidak menggenang di jalan.
Untuk penelitian ini, studi kasus yang diambil adalah pembangunan saluran drainase/ gorong-gorong trotoar
di Jl. H. Djuandasegmen 1dari Jl. Surapati s/d Jl. Martadinata, Bandung . Mengingat, lokasi trotoar yang strategis
di pusat kota Bandung dengan kondisi sekitar trotoar dikelilingi oleh pepohonan yang besar dan rimbun,
sehingga diperlukan teknologi yang tepat dalam pembangunan saluran drainase trotoar, yang tetap ramah
lingkungan. Diperlukan berbagai pertimbangan untuk menentukan keputusan jenis konstruksi awal dengan
bentuk dan tipe/jenis konstruksi yang kokoh,efisien, hemat biaya dan tetap ramah lingkungan, apakah dengan
menggunakan Pembetonan Setempat (insitu), beton pracetak (Precast) atau pasangan batu kali.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk menentukan keputusan jenis konstruksi awal dengan
bentuk dan tipe/jenis konstruksi serta metode pelaksanaan apa yang digunakan bagi pengambil kebijakan untuk
dipertimbangkan.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menentukan indikasi pemilihan alternatif teknologi pembangunan drainase di kota
Bandung apa yang akan digunakan serta kriteria apa saja yang mempengaruhi pemilihan alternatif tersebut.
Pilihan alternatif teknologi pembangunan drainase adalah (1) Pembetonan Setempat (insitu), Pracetak (Precast)
atau pasangan batu dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP).

II. LANDASAN TEORI


A. Pengertian Drainase
Drainase memiliki peran dalam suplai air untuk mencegah banjir. Menurut Suripin (2004) drainase
mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan
sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/ atau membuang kelebihan air dari suatu
kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

98
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

B. Metode Pembetonan Setempat (Insitu)


Metode pembetonan yang umum digunakan dimana beton dicor langsung pada tempatnya dalam struktur
yang telah dibentuk oleh kayu-kayu bekisting.
C. Metode Precast
Metode pembetonan yang melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan tanah
(fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulannya, antara lain
mutu yang terjamin, produksi cepat dan massal danpengerjaannya tidak tergantung cuaca.
D. Pasangan Batu Kali
Pasangan batu kali adalah bagian struktur terbuat dari sekumpulan batu alam yang dibuat dengan bentuk dan
ukuran tertentu menggunakan bahan pengikat berupa campuran adukan beton.
E. Analytic Hierarchy Process (AHP)
Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan teori pendukung keputusan yang dikembangkan oleh
Thomas L. Saaty, seorang profesor berkebangsaan Irak. Permasalahan dengan multi kriteria dikelompokkan
dalam suatu hierarki.Menurut Saaty, hierarki didefenisikan sebagai representasi dari sebuah permasalahan yang
kompleks dalam sebuah struktur multi level, dengan level tertinggi merupakan tujuan. Dibawah level tujuan
adalah level faktor, kriteria, sub-kriteria dan seterusnya sampai level terakhir berupa alternatif.

III. METODE PENELITIAN


I. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara kepada para pemegang kepentingan dalam proyek
pembangunan drainase di kota Bandung dan kajian literatur. Pengumpulan data untuk mencari tahu tingkat
preferensi responden terhadap faktor-faktor yang berpengaruh dalam penggunaan teknologi pembangunan
drainase yang akan digunakan pada pembangunan saluran drainase/ gorong-gorong trotoar di Jl. H. Djuanda
segmen 1 dari Jl. Surapati s/d Jl. Martadinata, Bandung apakah menggunakan teknologi precast atau sistem cor
setempat (insitu) atau pasangan batu. Faktor – faktor alternatif itu antara lain biaya, waktu pelaksanaan,
ketersediaan material, kondisi lahan dan ketersediaan alat.
II. Analisis Data
Setelah melakukan pengumpulan data melalui kuesioner, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan dan
analisis data. Matrik hasil tabulasi kemudian dihitung secara manual menggunakan aplikasi Excel. Tahapan
Analisis AHP pada penelitian ini meliputi tahap identifikasi kriteria beserta alternatif dari masing-masing kriteria
tersebut, dilanjutkan penyusunan hierarki kriteria pemilihan.
Kemudian mengukur nilai geometrik dari variabel yang diteliti lalu dilakukan analisis prioritas Eigen Vektor.
Sintesis model diperoleh rangking bobot kriteria pemilihan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan
teknologi pembangunan drainase dan diuji konsistensinya (CR) dengan toleransi < 0,10.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Problem Decomposition
Decomposition merupakan proses pemecahan permasalahan kedalam bentuk unsur-unsur permasalahan
sampai kepada unsur terkecil yang tidak mungkin dipecah lagi. Tahap pertama yang dilakukan adalah
mendefinisikan permasalahan berupa pemilihan faktor-faktor yang berpengaruh dalam teknologi pembangunan
drainase kemudian membuat hierarki faktor-faktor tersebut.

99
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

Gambar 1. Model Hirarki Pemilihan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Dalam Penentuan Teknologi
Pembangunan Drainase

Variabel AHP disusun berdasarkan tingkatan yaitu tujuan pada level 1, kriteria AHP pada level 2 dan
alternatif pada level 3. Model hierarki ditunjukkan pada Gambar 1, tujuan pada level 1 adalah pemilihan faktor-
faktor yang berpengaruh dalam penentuan teknologi pembangunan drainase. Faktor kriteria yang mempengaruhi
tujuan tersebut adalah biaya, waktu pelaksanaan, ketersediaan material, kondisi lahan dan ketersediaan alat.
A. Biaya
Alokasi dana untuk pembangunan drainase dengan perhitungan estimasi biaya berdasarkan pada SNI dengan
harga bahan bangunan serta upah tukang dan tenaga kerja disesuaikan dengan yang berlaku di Kota Bandung.
Sumber Pembiayaan untuk adalah melalui APBDKota Bandung
B. Waktu Pelaksanaan
Kota Bandung sering dilanda hujan sehingga diharapkan waktu pembanguan saluran drainase secepat
mungkin dilaksanakan supaya genangan bisa teratasi.
C. Ketersediaan Material
Merupakan akses dalam mendapatkan material di pasar. Untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan
Infrastruktur diperlukan kepastian ketersediaan material.
D. Kondisi Lahan
Kondisi lahan sangat mempengaruhi jenis teknologi pembangunan drainase. Ketersediaan lahan merupakan
luas daerah yang berada di sub sistem jaringan drainase.
E. Ketersediaan Alat

B. Penilaian Perbandingan Berpasangan


Pairwise Comparison adalah pengambilan keputusan dengan membandingkan dua alternatif yang berbeda ,
menggunakan sebuah skala yang bervariasi dari sama penting sampai dengan jauh lebih penting. Penilaian
dilakukan dengan memberikan pembobotan terhadap kriteria pemilihan yaitu memberikan angka numerik dari 1
hingga 9. Angka numerik tersebut berdasarkan angka penilaian yang disusun Thomas L. Saaty sebagai skala
untuk penilaian perbandingan berpasangan.
Berdasarkan hasil pengumpulan data, diperoleh kriteria dan alternatif penilaian, yang kemudian dihitung
bobotnya. Perhitungan bobot kepentingan digunakan rumus rata-rata geometrik.

(1)

Tabel 1. Hasil rata-rata geometrik


Kriteria Rata-rata Nilai Elemen Kepentingan
geometrik Kepentingan
Biaya- Waktu Pelaksanaan 2,048 2 Biaya
Biaya- Ketersediaan Material 1,966 2 Biaya
Biaya- Kondisi Lahan 2,048 2 Biaya
Biaya- Ketersediaan Alat 2,011 2 Biaya

100
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

Waktu Pelaksanaan- Ketersediaan 2,195 2 Waktu Pelaksanaan


Material
Waktu Pelaksanaan- Kondisi Lahan 2,475 2 Waktu Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan- Ketersediaan Alat 2,475 2 Waktu Pelaksanaan
Ketersediaan Material-Kondisi Lahan 0,446 2 Kondisi Lahan
Ketersediaan Material - Ketersediaan 3,319 3 Ketersediaan Material
Alat
Kondisi Lahan - Ketersediaan Alat 3,415 3 Kondisi Lahan
Kriteria : Biaya Rata-rata Nilai Elemen Kepentingan
geometrik Kepentingan
Menggunakan Cor Beton Setempat 2,534 3 Menggunakan Beton Pracetak
(Insitu) (Precast)
- Menggunakan Beton Pracetak
(Precast)
Menggunakan Cor Beton Setempat 5,175 5 Menggunakan PWaktu
(Insitu)- menggunakan pWaktu Pelaksanaanngan Batu
Pelaksanaanngan batu
Menggunakan Beton Pracetak (Precast) 2,996 3 Menggunakan Cor Beton
- Menggunakan pWaktu Setempat ( Insitu)\
Pelaksanaanngan batu

Kriteria : Waktu Pelaksanaan Rata-rata Nilai Elemen Kepentingan


geometrik Kepentingan
Menggunakan Cor Beton Setempat 2,011 2 Menggunakan Cor Beton
(Insitu) Setempat (Insitu)
- Menggunakan Beton Pracetak
(Precast)
Menggunakan Cor Beton Setempat 2,702 3 Menggunakan Cor Beton
(Insitu)- Menggunakan pWaktu Setempat ( Insitu)\
Pelaksanaanngan batu
Menggunakan Beton Pracetak (Precast) 2,734 3 Menggunakan Beton Pracetak
- Menggunakan pWaktu (Precast)
Pelaksanaanngan batu
Kriteria : Ketersediaan Material Rata-rata Nilai Elemen Kepentingan
geometrik Kepentingan
Menggunakan Cor Beton Setempat 0,397 3 Menggunakan Beton Pracetak
(Insitu) (Precast)
- Menggunakan Beton Pracetak
(Precast)
Menggunakan Cor Beton Setempat 2,434 2 Menggunakan Cor Beton
(Insitu)- menggunakan pWaktu Setempat (Insitu)
Pelaksanaanngan batu
Menggunakan Beton Pracetak (Precast) 2,612 3 Menggunakan Beton Pracetak
- Menggunakan pWaktu (Precast)
Pelaksanaanngan batu
Kriteria : Kondisi Lahan Rata-rata Nilai Elemen Kepentingan
geometrik Kepentingan
Menggunakan Cor Beton Setempat 2,390 2 Menggunakan Cor Beton
(Insitu) Setempat ( Insitu)\
- Menggunakan Beton Pracetak
(Precast)
Menggunakan Cor Beton Setempat 2,141 2 Menggunakan Cor Beton
(Insitu)- menggunakan pWaktu Setempat (Insitu)
Pelaksanaanngan batu
Menggunakan Beton Pracetak (Precast) 1,990 2 Menggunakan Beton Pracetak
- Menggunakan pWaktu (Precast)
Pelaksanaanngan batu

101
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

Kriteria : Ketersediaan Alat Rata-rata Nilai Elemen Kepentingan


geometrik Kepentingan
Menggunakan Cor Beton Setempat 2,829 3 Menggunakan Cor Beton
(Insitu) Setempat ( Insitu)
- Menggunakan Beton Pracetak
(Precast)
Menggunakan Cor Beton Setempat 3,557 4 Menggunakan Cor Beton
(Insitu)- menggunakan pWaktu Setempat (Insitu)
Pelaksanaanngan batu
Menggunakan Beton Pracetak (Precast) 2,521 3 Menggunakan Beton Pracetak
- Menggunakan pWaktu (Precast)
Pelaksanaanngan batu

Tabel 2. Matriks Kriteria


Waktu Ketersediaan
Biaya Kondisi lahan Ketersediaan alat
pelaksanaan material
Biaya 1,000 2,000 2,000 2,000 2,000
Waktu
0,500 1,000 2,000 2,000 2,000
pelaksanaan
Ketersediaan
0,500 0,500 1,000 0,500 3,000
material
Kondisi lahan 0,500 0,500 2,000 1,000 3,000
Ketersediaan
0,500 0,500 0,333 0,333 1,000
alat

C. Penentuan Prioritas
Penentuan Prioritas yaitu menentukan prioritas atas alternatif-alternatif yang telah diperbandingkan pada
pairwise comparison. Perhitungan dilakukan dengan metode aproksimasi 2 yaitu melakukan perkalian matriks
kriteria sampai 3 kali iterasi sehingga didapatkan bobot masing-masing kriteria.

Tabel 3. Pembobotan Alternatif


No Kriteria Bobot
1 Biaya 0,3167

2 Waktu Pelaksanaan 0,2415


3 Kondisi Lahan 0,1986
4 Ketersediaan Material 0,1515
5 Ketersediaan Alat 0,0917
Jumlah 1

Dari pembobotan di atas diketahui bahwa teknologi pembangunan drainase ditentukan pertama dari biaya
yang dianggarkan, kedua dari waktu yang dibutuhkan, selanjutnya kondisi lahan, ketersediaan material dan
ketersediaan alat.
1) Bobot Prioritas Masing – Masing Kriteria
Nilai Bobot kriteria didapat dari matriks kriteria maupun matriks alternative pada Tabel 4.
Tabel 4.Bobot Kriteria dan Alternatif
No. Alternatif Bobot Ranking
1 Cor Beton Setempat 0,5213 1
2 Precast 0,3384 2
3 Pasangan Batu 0,1403 3
Jumlah 1

102
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

2) Konsistensi Logis
Konsistensi logis adalah mengevaluasi tingkat konsistensi penilaian yang diberikan oleh responden pada
tahap pairwise comparison. Konsistensi data didapat dari rasio konsistensi (CR) yang merupakan hasil bagi
antara indeks konsistensi (CI) dan indeks random (RI) jika menggunakan perhitungan AHP secara manual.
Dengan terlebih dahulu diketahui nilai Bilangan Eigen Maksimum (Lambdamaks).
max  n CI
CI  , CR   0.10 (2)
n 1 RI

Nilai Random Consistency Index (RI) untuk matriks kriteria dengan n = 3 adalah 0.58. sedangkan untuk
matriks alternatif dengan n = 5 adalah 1.12.

Tabel 5. Rekapitulasi Consistency Ratio (CR)


Lambda Consistency Consistency
No. Matriks Ket.
Max. Index (CI) Ratio (CR)
1 Kriteria 5,315 0,079 7% Konsisten
2 Biaya 3,070 0,035 7% Konsisten
3 Waktu Pelaksanaan 3,054 0,027 5% Konsisten
4 Ketersediaan Material 3,054 0,027 4,6% Konsisten
5 Kondisi Lahan 3,054 0,027 5% Konsisten
6 Ketersediaan Alat 3,074 0,037 6% Konsisten

Nilai CRH (Consistency Ratio keseluruhan sistem) adalah 3,08 % , yang berarti bahwa sistem hierarki yang
dibangun melalui penilaian responden secara keseluruhan adalah konsisten.

V. SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisa data maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Adapun urutan kriteria yang paling berpengaruh dalam penentuan pemilihan teknologi pembangunan drainase
di Bandung adalah
1) Kriteria biaya merupakan prioritas tertinggi dengan bobot 31,67%
2) Kriteria waktu pelaksanaan merupakan prioritas kedua dengan bobot 24.15%
3) Kriteria kondisi lahan merupakan prioritas ketiga dengan bobot 19.86%.
4) Kriteria Ketersedian material merupakan prioritas keempat dengan bobot 15.15 %
5) Kriteria Ketersediaan alat prioritas kelima dengan bobot 9.17 %
2. Alternatif pilihan teknologi pembangunan drainase yang diperoleh dari hasil pengolahan data adalah
pembangunan drainase menggunakan teknologi cor di tempat (in situ) dengan bobot tertinggi 52.13 %.

DAFTAR PUSTAKA

Auzan, Azkira, N., Faqih, M., & Atmodjo, P. S. (2017). Perencanaan Drainase Kawasan Pagarsih Kota
Bandung, Jurnal Karya Teknik Sipil, 6 (4), 280-289.
Dachlan, A. Tactang. Metode Pelaksanaan dan Evaluasi Perbaikan Jalan Beton dengan Injeksi Semen, Cor
DiTempat dan Beton Pracetak.
I Ervianto, Wulfram. (2006).Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Beton Pracetak dan beksiting. Andi
Offset, Yogyakarta. Hal 2.
Khakim, Zainul, Anwar, M. Ruslin, dan Hasyim, M. Hamzah.(2011). Studi Pemilihan Pengerjaan Beton
Antara Pracetak Dan Konvensional Pada Pelaksanaan Konstruksi Gedung Dengan Metode Ahp,
Jurnal Rekayasa Sipil / Volume 5, No. 2 – 2011 ISSN 1978 –5658.
Pane, Y., F. Hasiholan, F., Sachro, S., S., & S., A., Pranoto. (2016). Perencanaan Drainase Jalan Raya
Semarang-Bawen KM. 12+400-KM16+600 (Jamu Jago-Balai Pelatihan Transmigrasi Dan
Penyandang Cacat Jateng). Jurnal Karya Teknik Sipil, 5 (1), 179-189.
Suripin. (2004).Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. ANDI Offset Yogyakarta.

103

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Johny Iskandar Arsyad Nst
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen5 halaman
    Bab 3
    Johny Iskandar Arsyad Nst
    Belum ada peringkat
  • Bab I - V Bahan Iqbal Yang Dipake
    Bab I - V Bahan Iqbal Yang Dipake
    Dokumen51 halaman
    Bab I - V Bahan Iqbal Yang Dipake
    Johny Iskandar Arsyad Nst
    Belum ada peringkat
  • Perencanaan Sistem Produksi Pada Manajemen Rantai
    Perencanaan Sistem Produksi Pada Manajemen Rantai
    Dokumen17 halaman
    Perencanaan Sistem Produksi Pada Manajemen Rantai
    Johny Iskandar Arsyad Nst
    Belum ada peringkat
  • Bab I-Iii
    Bab I-Iii
    Dokumen20 halaman
    Bab I-Iii
    Johny Iskandar Arsyad Nst
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen15 halaman
    Bab Iv
    Johny Iskandar Arsyad Nst
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen11 halaman
    Bab 1
    Johny Iskandar Arsyad Nst
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Asli
    BAB IV Asli
    Dokumen2 halaman
    BAB IV Asli
    Johny Iskandar Arsyad Nst
    Belum ada peringkat
  • BAB V Asli
    BAB V Asli
    Dokumen12 halaman
    BAB V Asli
    Johny Iskandar Arsyad Nst
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen11 halaman
    Bab 5
    Johny Iskandar Arsyad Nst
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Johny Iskandar Arsyad Nst
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 Marisa
    Bab 2 Marisa
    Dokumen20 halaman
    Bab 2 Marisa
    Johny Iskandar Arsyad Nst
    Belum ada peringkat