Penerapan Metode Ahp Untuk Pembangunan Saluran Drainase Trotoar
Penerapan Metode Ahp Untuk Pembangunan Saluran Drainase Trotoar
E-ISSN: 2615-1553
ABSTRAK
Rendahnya kemampuan sistem drainase perkotaan menampung aliran air terutama saat musim hujan, dapat
menyebabkan timbulnya genangan dan banjir. Permasalahan yang muncul apabila rencana pembangunan
drainase ini pada kota padat penduduknya dan memerlukan penanganan yang cepat dalam mengatasi
permasalahan banjir. Sehingga diperlukan teknologi yang tepat dalam pembangunan sistem drainase.
Mengingat letak geografis kota Bandung yang berada di wilayah pegunungan serta banyak tumbuh pepohonan
besar, maka diperlukan teknologi yang tepat dan ramah lingkungan dalam pembangunan saluran drainase
trotoar. Diperlukan berbagai pertimbangan untuk menentukan keputusan jenis konstruksi awal dengan bentuk
dan tipe/ jenis konstruksi yang kokoh,efisien, hemat biaya dan tetap ramah lingkungan, apakah dengan
menggunakan pembetonan setempat (insitu), beton pracetak (precast) atau pasangan batu kali.
Kata kunci:drainase, insitu, precast, pasangan batu kali
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat memberikan tekanan terhadap lahan terbuka menjadi lahan
terbangun.Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai konsep tata ruang dapat menyebabkan berkurangnya luas resapan
air dan mengakibatkan timbulnya genangan air serta banjir. Sehingga pemerintah perlu memperhatikan sistem
pengelolaan air hujan, yaitu dengan pengelolaan sistem drainase.Drainase jalan berperan penting untuk
menampung air yang jatuh ke permukaan jalan dan membuang air sehingga tidak menggenang di jalan.
Untuk penelitian ini, studi kasus yang diambil adalah pembangunan saluran drainase/ gorong-gorong trotoar
di Jl. H. Djuandasegmen 1dari Jl. Surapati s/d Jl. Martadinata, Bandung . Mengingat, lokasi trotoar yang strategis
di pusat kota Bandung dengan kondisi sekitar trotoar dikelilingi oleh pepohonan yang besar dan rimbun,
sehingga diperlukan teknologi yang tepat dalam pembangunan saluran drainase trotoar, yang tetap ramah
lingkungan. Diperlukan berbagai pertimbangan untuk menentukan keputusan jenis konstruksi awal dengan
bentuk dan tipe/jenis konstruksi yang kokoh,efisien, hemat biaya dan tetap ramah lingkungan, apakah dengan
menggunakan Pembetonan Setempat (insitu), beton pracetak (Precast) atau pasangan batu kali.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk menentukan keputusan jenis konstruksi awal dengan
bentuk dan tipe/jenis konstruksi serta metode pelaksanaan apa yang digunakan bagi pengambil kebijakan untuk
dipertimbangkan.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menentukan indikasi pemilihan alternatif teknologi pembangunan drainase di kota
Bandung apa yang akan digunakan serta kriteria apa saja yang mempengaruhi pemilihan alternatif tersebut.
Pilihan alternatif teknologi pembangunan drainase adalah (1) Pembetonan Setempat (insitu), Pracetak (Precast)
atau pasangan batu dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP).
98
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553
99
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553
Gambar 1. Model Hirarki Pemilihan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Dalam Penentuan Teknologi
Pembangunan Drainase
Variabel AHP disusun berdasarkan tingkatan yaitu tujuan pada level 1, kriteria AHP pada level 2 dan
alternatif pada level 3. Model hierarki ditunjukkan pada Gambar 1, tujuan pada level 1 adalah pemilihan faktor-
faktor yang berpengaruh dalam penentuan teknologi pembangunan drainase. Faktor kriteria yang mempengaruhi
tujuan tersebut adalah biaya, waktu pelaksanaan, ketersediaan material, kondisi lahan dan ketersediaan alat.
A. Biaya
Alokasi dana untuk pembangunan drainase dengan perhitungan estimasi biaya berdasarkan pada SNI dengan
harga bahan bangunan serta upah tukang dan tenaga kerja disesuaikan dengan yang berlaku di Kota Bandung.
Sumber Pembiayaan untuk adalah melalui APBDKota Bandung
B. Waktu Pelaksanaan
Kota Bandung sering dilanda hujan sehingga diharapkan waktu pembanguan saluran drainase secepat
mungkin dilaksanakan supaya genangan bisa teratasi.
C. Ketersediaan Material
Merupakan akses dalam mendapatkan material di pasar. Untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan
Infrastruktur diperlukan kepastian ketersediaan material.
D. Kondisi Lahan
Kondisi lahan sangat mempengaruhi jenis teknologi pembangunan drainase. Ketersediaan lahan merupakan
luas daerah yang berada di sub sistem jaringan drainase.
E. Ketersediaan Alat
(1)
100
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553
101
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553
C. Penentuan Prioritas
Penentuan Prioritas yaitu menentukan prioritas atas alternatif-alternatif yang telah diperbandingkan pada
pairwise comparison. Perhitungan dilakukan dengan metode aproksimasi 2 yaitu melakukan perkalian matriks
kriteria sampai 3 kali iterasi sehingga didapatkan bobot masing-masing kriteria.
Dari pembobotan di atas diketahui bahwa teknologi pembangunan drainase ditentukan pertama dari biaya
yang dianggarkan, kedua dari waktu yang dibutuhkan, selanjutnya kondisi lahan, ketersediaan material dan
ketersediaan alat.
1) Bobot Prioritas Masing – Masing Kriteria
Nilai Bobot kriteria didapat dari matriks kriteria maupun matriks alternative pada Tabel 4.
Tabel 4.Bobot Kriteria dan Alternatif
No. Alternatif Bobot Ranking
1 Cor Beton Setempat 0,5213 1
2 Precast 0,3384 2
3 Pasangan Batu 0,1403 3
Jumlah 1
102
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553
2) Konsistensi Logis
Konsistensi logis adalah mengevaluasi tingkat konsistensi penilaian yang diberikan oleh responden pada
tahap pairwise comparison. Konsistensi data didapat dari rasio konsistensi (CR) yang merupakan hasil bagi
antara indeks konsistensi (CI) dan indeks random (RI) jika menggunakan perhitungan AHP secara manual.
Dengan terlebih dahulu diketahui nilai Bilangan Eigen Maksimum (Lambdamaks).
max n CI
CI , CR 0.10 (2)
n 1 RI
Nilai Random Consistency Index (RI) untuk matriks kriteria dengan n = 3 adalah 0.58. sedangkan untuk
matriks alternatif dengan n = 5 adalah 1.12.
Nilai CRH (Consistency Ratio keseluruhan sistem) adalah 3,08 % , yang berarti bahwa sistem hierarki yang
dibangun melalui penilaian responden secara keseluruhan adalah konsisten.
DAFTAR PUSTAKA
Auzan, Azkira, N., Faqih, M., & Atmodjo, P. S. (2017). Perencanaan Drainase Kawasan Pagarsih Kota
Bandung, Jurnal Karya Teknik Sipil, 6 (4), 280-289.
Dachlan, A. Tactang. Metode Pelaksanaan dan Evaluasi Perbaikan Jalan Beton dengan Injeksi Semen, Cor
DiTempat dan Beton Pracetak.
I Ervianto, Wulfram. (2006).Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Beton Pracetak dan beksiting. Andi
Offset, Yogyakarta. Hal 2.
Khakim, Zainul, Anwar, M. Ruslin, dan Hasyim, M. Hamzah.(2011). Studi Pemilihan Pengerjaan Beton
Antara Pracetak Dan Konvensional Pada Pelaksanaan Konstruksi Gedung Dengan Metode Ahp,
Jurnal Rekayasa Sipil / Volume 5, No. 2 – 2011 ISSN 1978 –5658.
Pane, Y., F. Hasiholan, F., Sachro, S., S., & S., A., Pranoto. (2016). Perencanaan Drainase Jalan Raya
Semarang-Bawen KM. 12+400-KM16+600 (Jamu Jago-Balai Pelatihan Transmigrasi Dan
Penyandang Cacat Jateng). Jurnal Karya Teknik Sipil, 5 (1), 179-189.
Suripin. (2004).Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. ANDI Offset Yogyakarta.
103