Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Persoalan-persoalan lingkungan, bencana lingkungan dan
penurunan kualitas lingkungan hidup (erosi, banjir,
kekeringan/krisis air, kebakaran, angin puting beliung, curah
hujan yang tidak menentu, timbulnya organisme pengganggu,
hilangnya spesies flora/fauna tertentu dan lain-lain) diakibatkan
oleh ulah manusia (anthropogenic activities) karena aktifitas
pembangunan yang memerlukan campur tangan pemerintah
untuk meminimalisir masalah-masalah lingkungan tersebut.
Pemerintah termasuk pemerintah daerah dalam
melaksanakan pembangunan harus menerapkan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan yang mempertimbangkan aspek
lingkungan dalam setiap kegiatan pembangunan dengan
memanfaatkan data dan informasi multisektoral dalam setiap
pengambilan keputusan. Dengan demikian dibutuhkan
ketersediaan data, keakuratan analisis dan penyajian informasi
lingkungan hidup yang informatif dan valid (sistem informasi
lingkungan hidup).
Sistem informasi lingkungan hidup sekurang-kurangnya
harus memuat informasi mengenai status lingkungan hidup, peta
rawan lingkungan hidup dan informasi lingkungan hidup lainnya
(Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Setiap pemerintah daerah
diwajibkan memiliki sistem informasi lingkungan hidup dengan
menyusun dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah (IKPLHD) sebagai indikator atau penunjuk kinerja
pemerintah daerah dalam mengelola lingkungan hidup. Dokumen
IKPLHD ini berisi analisis hubungan kausalitas antara unsur-
unsur penyebab terjadinya masalah-masalah lingkungan hidup,

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-1


status, serta upaya-upaya untuk memperbaiki penurunan kualitas
lingkungan hidup.
Penurunan kualitas lingkungan hidup dipicu oleh beberapa
faktor antara lain peningkatan jumlah penduduk dan
pertumbuhan ekonomi. Hal ini berlaku juga untuk Kabupaten
Timor Tengah Utara (TTU). Menurut data BPS TTU 2019, jumlah
penduduk Kabupaten TTU terus meningkat yaitu pada 256,174
jiwa pada tahun 2018 yang meningkat sekitar 1,01 % (2.587) jiwa
dibandingkan tahun 2017 (253,587jiwa). Pertumbuhan penduduk
Kabupaten TTU periode 2017-2018 adalah 1.02%. Pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten TTU juga mengalami peningkatan
walaupun tidak terlalu besar yaitu sekitar 0.059 % di tahun 2018
(dari 5.009% di tahun 2017 menjadi 5.068% di tahun 2018) (BPS
TTU 2019). Hal ini tentu saja akan memberikan implikasi pada
besarnya tekanan (pressure) terhadap lingkungan di Kabupaten
TTU antara lain dalam bentuk alih fungsi lahan untuk
pembangunan dan peningkatan produksi buangan limbah ke
media lingkungan yang berpotensi menyebabkan bencana
lingkungan.
Sehubungan dengan berbagai tekanan dan perubahan
kondisi lingkungan hidup, maka Kabupaten TTU menganggap
perlu menyusun laporan Informasi Kinerja Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Kabupaten TTU tahun 2019
(tentang kondisi lingkungan hidup Kabupaten TTU tahun 2018)
untuk menjadi sumber data lingkungan dalam pengambilan
kebijakan oleh para pemangku kepentingan agar aspek lingkungan
menjadi salah satu dasar pertimbangan demi pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan. IKPLHD ini mengedepankan 3 (tiga)
isu prioritas lingkungan hidup yang menjadi persoalan lingkungan
utama dan penting yang harus dicermati dan diantisipasi sejak
dini dalam menjalankan proses pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Dokumen ini diharapkan dapat menjadi

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-2


masukan dan basis data yang penting dan bermanfaat bagi
dokumen-dokumen perencanaan daerah lainnya seperti RPJMD,
RTRW dan RPPLH dalam upaya melaksanakan pembangunan
berkelanjutan.

1.2. Profil atau keadaan umum daerah


1.2.1. Geografi dan Demografi
1. Luas dan Kondisi Geografis
Kabupaten Timor Tengah Utara adalah salah satu kabupaten
dari 5 (lima) kabupaten/kota yang ada di daratan /Pulau Timor.
Luas wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara terdiri dari luas
daratan 2. 669,70 km² (266.970 ha) atau sekitar 5,48 % dari luas
daratan Provinsi Nusa Tenggara Timur dan memiliki luas lautan
900 km² dengan panjang garis pantai 50 km.
Secara astronomis, posisi Kabupaten TTU terletak di antara
9002'48" dan 9037' 36" LintangSelatan (LS) serta antara1240
04'02” dan 124046'00" Bujur Timur (BT). Batas Wilayah Kabupaten
TTU terletak di antara Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS),
Belu, Malaka, Kupang dan Negara Timor Leste dengan batas-batas
sebagai berikut:
 - Sebelah Selatan : berbatasan dengan wilayah
Kabupaten Timor Tengah Selatan;
 - Sebelah Utara : berbatasan dengan wilayah
Ambenu-Republik Demokratik
Timor Leste (RDTL) dan Laut Sawu;
 - Sebelah Barat : berbatasan dengan wilayah
Kabupaten Kupang dan Timor
Tengah Selatan; dan
 - Sebelah Timur : berbatasan dengan wilayah
Kabupaten Belu dan Kabupaten
Malaka.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-3


Gambar 1.1. Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Timor
Tengah Utara

Secara administratif pemerintahan, berdasarkan


Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara Nomor 8
Tahun 2007, maka jumlah kecamatan di wilayah Kabupaten
TTU adalah 24 kecamatan, dengan desa/kelurahan sebanyak
174. Pada akhir tahun 2016 jumlah desa di Kabupaten TTU
menjadi 193 desa/kelurahan. 11 desa yang termasuk tipologi
desa kawasan pantai yaitu: Desa Oepuah dan desa Oepuah
Utara Kecamatan Biboki Moenleu; Desa Humusu C, Humusu
Oekolo, Oesoko di Kecamatan Insana Utara; Desa
Nonotbatan, Maukabatan, Tuamese, Oemanu, Motadik dan

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-4


Ponu di Kecamatan Biboki Anleu, sedangkan sisanya 182
desa lainnya yang tersebar di 24 kecamatan yang ada
merupakan desa /daerah bukan pantai. Hal ini berdasarkan
pemekaran desa/kelurahan yang terakhir dilakukan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten TTU berdasarkan Perda
Kabupaten TTU Nomor 4 Tahun 2013, Nomor 3 Tahun 2014
dan Nomor 2 Tahun 2015. Wilayah administratif Kabupaten
Timor Tengah Utara dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini:.
Tabel 1.1.
Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan
No Nama Luas Persentas Jumlah
Kecamatan Wilayah e (%) Desa Kelurahan
(Km²)
1 2 3 4 5 6
1 Kota 74 2,77 - 9
Kefamenanu
2 Insana Tengah 124 4,64 7
3 Insana Barat 102 3,82 12
4 Insana Fafinesu 52,88 1,98 6
5 Insana 333,08 12,48 16 1
6 Noemuti Timur 55,77 2,09 4
7 Noemuti 155,60 5,83 12
8 Bikomi Nilulat 82 3,07 6
9 Bikomi Utara 70,70 2,65 9
10 Bikomi Tengah 61,50 2,30 9
11 Bikomi Selatan 48,68 1,82 10
12 Naibenu 88 3,30 4
13 Musi 82,17 3,18 6
14 Mutis 90,50 3,39 4
15 Biboki Selatan 164,17 6,15 8
16 Biboki Tanpah 99,15 3,71 4
17 Biboki Utara 138,70 5,20 9 1
18 Biboki Feotleu 124,70 4,67 5
19 Biboki Anleu 206,40 7,73 9
20 Biboki Moenleu 85,78 3,21 7
21 Insana Utara 53,84 2,02 5
22 Miomaffo Barat 199,63 7,48 13
23 Miomaffo Tengah 75 2,81 6
24 Miomafo Timur 101,45 3,80 11
Total 2669,70 100 182 11
Sumber : BPS TTU 2019

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-5


Berikut rincian jumlah dusun, rukun warga dan rukun
tetangga menurut kecamatan yang mengalami pemekaran
menjadi lebih banyak dibandingkan tahun 2017.

Tabel 1.2.
Jumlah Dusun, Rukun Warga dan Rukun Tetangga menurut
Kecamatan di Wilayah Kab. TTU Tahun 2018

No Kecamatan Dusun Rukun Rukun


Warga Tetangga
1 2 3 4 5
1 Kota - 63 297
Kefamenanu
2 Insana Tengah 24 24 75
3 Insana Barat 37 39 116
4 Insana Fafinesu 16 13 42
5 Insana 57 74 170
6 Noemuti Timur 12 27 55
7 Noemuti 26 47 122
8 Bikomi Nilulat 16 17 42
9 Bikomi Utara 24 24 51
10 Bikomi Tengah 27 33 88
11 Bikomi Selatan 43 49 125
12 Naibenu 21 21 52
13 Musi 15 26 52
14 Mutis 18 33 77
15 Biboki Selatan 38 40 92
16 Biboki Tanpah 16 24 54
17 Biboki Utara 34 35 115
18 Biboki Feotleu 16 15 61
19 Biboki Anleu 37 40 113
20 Biboki Moenleu 21 29 67
21 Insana Utara 25 4 81
22 Miomaffo Barat 37 78 178
23 Miomaffo Tengah 18 29 65
24 Miomafo Timur 27 33 94
Jumlah 605 817 2284
Sumber : BPS TTU 2019

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-6


2. Topografi
Dilihat dari tingkat kemiringannya, tanah di wilayah
Kabupaten Timor Tengah Utara umumnya bergelombang dan
berbukit-bukit. Ketinggian dari permukaan laut (dpl) mulai dari 0
sampai lebih dari 1.000 dpl. Ketinggian wilayah TTU dapat
dikelompokkan atas 3 yakni: ketinggian < 100 m dpl = 177.06 km²
(6.63%); 100-500 m dpl=1,499.45 (56.17%)dan > 500 m dpl =
993.19 (37.20%). Secara detail kondisi topografi dibagi menjadi 5
(lima) kategori seperti Tabel 1.3 di bawah ini.

Tabel 1.3.
Klasifikasi Ketinggian Diatas Permukaan Laut Wilayah
Kab.TTU
No Ketinggian Luas (Km²) %
1 Daerah dengan ketinggian 0-25 m dpl 6,519.69 2.44
2 Daerah dengan ketinggian 26-100 m dpl 11,186.00 4.19
3 Daerah dengan ketinggian 101–500 m dpl 149,944.94 56.17
4 Daerah dengan ketinggian 501-1000 m dpl 88,908.88 33.30
Daerah dengan ketinggian diatas 1000 m
5 dpl 10,410.50 3.90
Jumlah 266,970.00 100.00
Sumber : KLHS RTRW 2017

3. Iklim dan Cuaca


Sesuai dengan klasifikasi iklim oleh Schmidt dan Ferguson,
Kabupaten TTU termasuk wilayah iklim tipe D (iklim semi arid)
dengan koefisien 2 sebesar 71,43 % atau beriklim tropis dengan
dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Curah hujan
rata-rata selama tahun 2016 sebesar 1.066 mm dengan rata-rata
hari hujan adalah 64 hari. Suhu udara berkisar antara 22º - 34º
C, kelembaban udara 69 – 87 % dan intensitas curah hujan rata-
rata sebesar 234 mm.
Pada bulan Juni – September arus angin berasal dari
Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-7


mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan
Desember – Maret arus angin banyak mengandung uap air yang
berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim
hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah
melewati masa peralihan pada bulan April – Mei dan Oktober –
November. Walaupun demikian, mengingat letak Pulau Timor lebih
dekat dengan Benua Australia, maka pertemuan arus angin dari
Asia yang banyak mengandung uap air dan arus angin dari
Samudera Pasifik yang sedikit kandungan uap airnya
mengakibatkan hari hujan lebih sedikit dibanding wilayah yang
dekat dengan Asia. Hal ini menjadikan TTU sebagai wilayah yang
tergolong kering di mana hanya 4 (empat) bulan yaitu bulan
Januari, Febuari, Maret, dan Desember yang keadaannya relatif
basah dan 8 (delapan) bulan sisanya relatif kering.
Daerah-daerah dengan curah hujan tinggi adalah daerah
bagian barat yang sebagian besar merupakan daerah pegunungan.
Curah hujan selama tahun 2018 tercatat oleh Badan Metereologi
dan Geofisika Provinsi NTT yaitu rata-rata sebesar 1.766 mm
dengan rata-rata hari hujan selama 87 hari. Pada tahun 2018,
Bulan Desember merupakan bulan dengan jumlah hari hujan
terbanyak dan disertai rata-rata curah hujan yang tinggi, yakni 13
hari dengan intensitas curah hujan rata-rata sebesar 257 mm
(BPS TTU 2019).
4. Geologi
Umumnya pulau Timor dan kepulauan Nusa Tenggara
lainnya terletak pada wilayah Ring Api Pasifik Seismik yaitu
lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik dan lempeng Eurosia,
tepatnya pada busur Sunda-Banda bagian luar atau busur
geantiklin yang dimulai dari Timur ke Barat sebelah Selatan yang
tidak bergunung api atau merupakan rona gempa dangkal. Pulau
Timor termasuk ke dalam tipe pegunungan kelopak dimana
intensitas tektoniknya cukup aktif dengan sesar sungkup yang

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-8


cukup banyak ditemukan di bagian selatan, hal ini menyebabkan
litologi yang menyusun daerah ini cukup rumit dan sering
mengalami perulangan (Rosidi, Suwitodirdjo dan Tjokrosapoetro,
1974/1975).
Secara regional Kabupaten TTU termasuk ke dalam Peta
Geologi Lembar Kupang-Atambua, Timor (K. Suwitodirjo, S.
Tjokrosapoetro, 1996). Urutan stratigrafi tua ke muda yang
terdapat di sekitar wilayah studi adalah sbb :
 Komplek Mutis
Umur Pra-Perm, berupa batuan metamorf berderajat rendah
sampai tinggi, termasuk slate filit, sekis, amfibolit sekis, kuarsit,
amfibolit genis dan granulit, Komplek ini terintrusi oleh dike
diabas, diorite hornblende dan diorite kuarsa, secara tektonik
menutupi Formasi Aitutu dan tertutupi oleh Formasi Maubise
Perm, aspek ekonomisnya berupa mineral Krom, garnierit dan
kalkopirit.
 Formasi Maubise Satuan Lava
Umur Perm. merupakan bagian bawah dari Formasi Maubise,
terdiri dari lava basal.
 Formasi Maubise Satuan batugamping
Umur Perm, berupa batu gamping bioklastik berlapis dan batu
gamping terumbu, mengandung banyak Crinoid, algae (ganggang),
Brachiopda, koral, fusulmid sp dan Globella foordi, kontak tektonik
dengan Formasi Aileu, tebal sekitar 500 m, merupakan endapan
laut dangkal.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-9


Gambar 1.2
Batu gamping bioklastik yang dijumpai di bagian
Kecamatan Miomafo Timur. Tampak kumpulan
berbagai jenis foram kecil.

 Formasi Aitutu
Umur Trias Akhir, litologi di dominasi oleh kalsilutit
(berlapis) dengan nodul rijang di beberapa tempat, kalkarenit,
batulanau lapisan tipis marl teralterasi, umumnya berwarna
abu2 muda, fosil halobia sp dan Monotis sp, ketebalan antara
200 – 500 m ligkungan pengenapan laut terbuka, tektonik
setting di batas lempeng atau continental margin, aspek
ekonomis berupa rembesan minyak dan gas, lempung dan
lanau bituminous yang merupakan batuan induk dari
hidrokarbon.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-10


Gambar 1.3
Batu gamping kalsilutit berlapis, di jumpai di
Kecamatan Bikomi Utara.

 Komplek Bobonaro
Umur Miosen Atas – Resen, merupakan batuan bancuh
terdiri dari fragmen ukuran boulder matrik lempung (scaly clay)
berkandungan foraminifera, fosil diantaranya terdiri dari
Globigerinoides unmaturus, Gs Quadrilobus, Gs ierregularis, Gs
rubber, Ga buloides, Ga subcretacea, Gr cultrate, ketebalan
sangat bervariasi, lingkungan laut dalam, bagian dari pada
Komplek Bobonaro adalah Melange (Partoyo et al,1955).
 Formasi Noil Toko
Umur Miosen Awal, berupa konglomerat, batugamping,
batupasir, marl, tuff dan shale, Fosil diantaranya: Catapsydrax
unicova, Globorotalia spp, Operculina sp, Lepidocyclina verbeeki,
Globigerina sellu, menjari dengan Formasi Cablac, tebal sekitar
800 m, berupa endapan laut dangkal, formasi ni dikenal
sebagai ‘Endapan Tersier Muda’.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-11


Gambar 1.4
Bongkahan tuf, sebagai bagian dari Fm. Noil Toko. dijumpai
antara Kecamatan Kefamenanu dan Kecamatan Miomafo
Timur

(Dokumen Amdal PT. Ainun Persada Sakti, 2013)

Secara umum stratigrafi geologi di daerah ini


diklasifikasikan ke dalam empat unit yaitu unit batu karang, liat,
batu gamping dan aluvial. Di daerah batu karang umumnya
mempunyai bentuk lahan yang relatif datar sampai berombak,
tetapi dominan ditutupi oleh batuan induk dan batuan lepas
dalam luasan yang cukup besar. Unit liat umumnya dicirikan
dengan topografi yang sangat curam dengan erosi parit yang hebat
serta potensi longsor yang besar. Unit batu gamping mempunyai
bentuk permukaan yang relatif lebih landai akibat peresapan
(infiltrasi) air yang lebih baik dari liat. Sedangkan unit aluvial
umumnya mempunyai bentuk permukaan yang datar yang
terbentuk di pinggiran sungai atau endapan pada muara sungai.

5. Hidrologi
Kondisi hidrologi Kabupaten TTU terdiri dari air tanah (sumur,
embung, air tanah dalam) dan air permukaan (sungai dan mata
air) tersebar di seluruh wilayah. Terdapat 9 (sembilan) sungai
utama dengan rata-rata panjang aliran 30-50 km yang mengalir
sepanjang tahun yaitu: Noeltoko, Naebesi, Taisola, Noemuti,

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-12


Haekto, Naen, Maubesi, Mena/Kaubele dan Oemanu (Ponu).
Sungai terpanjang adalah sungai Naebesi dengan panjang sungai
50 Km yang terdapat di Kecamatan Miomaffo Barat. Juga terdapat
sumber mata air berupa sungai/kali sedang/kecil sebanyak 1.704.
Dari jumlah tersebut terdapat 635 sumber mata air dapat
mengeluarkan air sepanjang tahun dan tidak dipengaruhi oleh
curah hujan (perenial springs) dengan kondisi ketersediaan air
cukup baik; sebanyak 826 sumber mata air bersifat musiman
karena mengeluarkan air hanya pada musim tertentu dan
tergantung pada curah hujan (intermitent springs), dengan kondisi
ketersediaan air sedikit serta 243 sumber mata air yang kering di
musim kemarau serta dapat mengeluarkan air pada periode
tertentu saja (periodic springs). Nama dan Panjang sungai dapat
dilihat pada Tabel 1.4. berikut ini.
Tabel 1.4.
Nama dan Panjang Sungai di Kab. TTU
No Kecamatan Nama Sungai Panjang Sungai
(Km)
1 2 3 4
1 Miomaffo Barat Noeltoko 40
Naebesi 50
2 Miomaffo Timur Taisola 40
3 Noemuti Noemuti 30
4 Noemuti Timur Haekto 30
5 Kota Kefamenanu Naen 30
6 Insana Tengah Maubesi 40
7 Biboki Moenleu Mena/Kaubele 40
8 Biboki Anleu Oemanu/Ponu 40
Sumber : BPS TTU 2019
Kondisi hidrologi ini menggambarkan pola Daerah aliran
Sungai (DAS) di wilayah Kabupaten TTU dan sesuai Satuan
Wilayah Daerah Aliran Sungai di pulau Timor, maka wilayah
Kabupaten TTU termasuk DAS Benenain (wilayah tengah) dengan
luas 150,080 ha dan memiliki sub DAS Maubesi dan Bikomi. Pola

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-13


aliran DAS tersebut bersifat dendritikdengan kerapatan aliran air
bersifat tergenang.
Ketersediaan mata air hampir tersebar di seluruh desa dengan
rata-rata 3-5 sumber mata air yang tidak kering pada musim
kemarau. Dari kondisi hidrologi ini sebagian besar (78%) telah
digunakan untuk kebutuhan penyediaan air bersih bagi
masyarakat dengan debit rata-rata 5-300 liter/detik. Potensi
sumberdaya air yang dimanfaatkan untuk energi alternatif yaitu :
Desa Kuluan Kecamatan Biboki Feotleu = 100 liter/detik; Oel
Ainiut Kecamatan Insana = 200 liter/detik; Oel Nianin Kecamatan
Miomaffo Barat = 250 liter/detik, Oel Aijao Kecamataan Miomaffo
Barat = 300 liter/detik dan Oel Ainiut Jak Kecamatan Miomaffo
Timur = 100 liter/detik.
Kondisi ketersediaan air di Kabupaten TTU dapat
dikelompokkan atas 3 kelompok yakni hidup sepanjang tahun
dengan ketersediaan air yang cukup, hidup sepanjang tahun
dengan ketersediaan air sedikit dan hanya hidup selama musim
hujan. Jumlah Sumber Mata Air dapat dilihat pada Tabel 1.5 di
bawah ini.
Tabel 1.5.
Kondisi ketersediaan air di Kabupaten TTU
No Kondisi Sumber Mata Air Jumlah Prosentase
(%)
1 2 3 4
1 Hidup Sepanjang Tahun dengan 635 37,27
air cukup
2 Hidup sepanjang tahun dengan 826 48,47
air sedikit
3 Kering pada musim kemarau 243 14,26
Jumlah 1.704 100
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kab.TTU Tahun 2018

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-14


6. Demografi Penduduk
Kondisi kependudukan di Kabupaten Timor Tengah Utara
menjadi faktor terpenting dalam proses pelaksanaan
pembangunan karena penduduk menjadi subyek sekaligus obyek
dari pembangunan tersebut. Jumlah penduduk Kabupaten TTU
tahun 2018 sesuai data BPS Kabupaten TTU Tahun 2019 adalah
256.174 dengan laju pertumbuhan penduduk 1,02%, yang terdiri
dari laki-laki 127.318 jiwa dan perempuan 128.856 jiwa, dengan
rata-rata tingkat kepadatan penduduk 95,96 jiwa/km², dan
Jumlah KK sebanyak 61.383. Jumlah penduduk terbanyak
terdapat di Kecamatan Kota Kefamenanu yaitu sebesar 43.177
jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di
Kecamatan Biboki Feotleu yaitu 4.298 jiwa (Tabel 1.6).

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-15


Tabel 1.6.
Perkembangan Penduduk Kab. TTU Tahun 2018
No. Kecamatan Penduduk(jiwa) KepadatanPenduduk KK
(jiwa/km²)
1 2 3 4 5
1 Kota Kefamenanu 43.177 583.47 9186
2 Insana Tengah 11.307 91.19 2761
3 Insana Barat 10.485 102.79 2654
4 Insana Fafinesu 5.580 105.52 1461
5 Insana 20.530 61.64 4883
6 Noemuti Timur 4.180 74.95 1012
7 Noemuti 12350 79.37 3139
8 Bikomi Nilulat 4567 55.70 1267
9 Bikomi Utara 6.244 88.32 1578
10 Bikomi Tengah 7.377 119.95 1974
11 Bikomi Selatan 11.431 234.82 2561
12 Naibenu 5.463 62.08 1251
13 Musi 4.494 54.69 1265
14 Mutis 7.584 83.80 2027
15 Biboki Selatan 10.002 60.92 2357
16 Biboki Tanpah 6.342 63.96 1491
17 Biboki Utara 11.896 81.58 2657
18 Biboki Feotleu 4.298 34.47 1018
19 Biboki Anleu 16.601 80.43 3949
20 Biboki Moenleu 8.419 98.15 1859
21 Insana Utara 10.333 191.92 2365
22 Miomaffo Barat 15.715 78.72 4095
23 Miomaffo Tengah 6.349 84.65 1244
24 Miomafo Timur 12.031 118.59 3329
Jumlah 256174 2669.70 61383
Sumber : BPS TTU 2019

1.2.2. Potensi pengembangan wilayah


1. Kawasan Lindung
Penentuan kawasan lindung didasarkan atas data dan
berbagai referensi peraturan seperti Keputusan Presiden Nomor 32
Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Kawasan
Lindung dipertegas dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang adalah suatu wilayah yang karena
keadaan dan sifat fisiknya mempunyai fungsi lindung terhadap
tanah, air, flora dan fauna yang didalamnya tidak diperkenankan

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-16


melaksanakan kegiatan budidaya. Dalam hubungan ini konsepsi
dasar pengembangan, aspek konservasi dan rehabilitasi pada
dasarnya ditujukan untuk :
a. Melestarikan lingkungan dengan mempertahankan kawasan
lindung yang meliputi hutan lindung, hutan suaka alam,
kawasan jalur pengamanan aliran sungai/aliran air dan
sumber mata air dan areal lindung lainnya di luar kawasan
hutan yang di dalamnya tidak diperkenankan adanya budi
daya. Kawasan lindung perlu dipertahankan sebagai areal
bervegetasi tetap;
b. Melestarikan hutan suaka alam/hutan wisata dengan
memperhatikan keanekaragaman flora, fauna, tipe
ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan
pengawetan plasma nutfa, ilmu pengetahuan, wisata dan
bagi pembangunan pada umumnya;
c. Membina kawasan lindung yang masih merupakan areal
perkebunan dengan memperhatikan azas konservasi tanah
dan air. Jenis kawasan lindung berupa hutan dan non
hutan terlihat pada Tabel 1.7. berikut.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-17


Tabel 1.7.
Kawasan Lindung Hutan dan Non Hutan Kab. TTU
No Kawasan Lokasi Jenis
(Kecamatan) Tanaman
yg
ditanam
1 2 3 4
1 Hutan Lindung Mutis, Musi, Miomaffo Tanaman
Dominan Barat, Bikomi Nilulat, tahunan
Bikomi Utara, Miomaffo
Timur, Noemuti, Insana
Tengah, Insana Barat,
Insana Utara dan
Biboki Selatan
2 Perlindungan Insana Utara, Biboki Tanaman
Setempat Moenleu dan Biboki Mangrove
(Sempadan Pantai) Anleu
3 Sekitar Mata Air Miomaffo Barat, Tanaman
Miomaffo Timur, tahunan
Noemuti dan Insana
4 Cagar Alam dan Pegunungan Mutis, Tanaman
Cagar Budaya (Air Miomaffo Tengah (Desa tahunan
Tejun Pahkota, Gua Bijaepasu), Noemuti,
Suti, Tumbaba Miomaffo Timur, Insana
Raya, Gua Popnam, Utara dan Biboki Anleu.
Danau Tunoe,
Pantai Tanjung
Bastian dan pantai
Batu Putih)

Sumber : RPJMD Kab. TTU 2016 - 2021

2. Kawasan Budidaya
a. Kawasan Budidaya Pertanian
Pemanfaatan ruang untuk kawasan budidaya pertanian
dialokasikan pada kawasan-kawasan berikut :
 Kegiatan Hutan Produksi Terbatas merupakan kegiatan
budidaya di kawasan hutan. Dalam rencana tata ruang
wilayah alokasi untuk hutan produksi terbatas berada di
kecamatan Miomaffo Tengah, Miomaffo Barat, Bikomi Utara,
Insana Tengah, Insana, Biboki Selatan, Biboki Tanpah, Biboki

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-18


Utara, Biboki Feotleu, Biboki Anleu, Biboki Moenleu, Insana
Utara dan Naibenu.
 Untuk kegiatan hutan produksi dialokasikan sebagai kawasan
penyangga antara fungsi kawasan lindung dan kawasan
budidaya yang diharapkan dapat berfungsi sebagai kawasan
yang berfungsi perlindungan. Alokasi lahan hutan produksi di
kecamatan Kota Kefamenanu, Bikomi Selatan, Noemuti dan
Noemuti Timur. Untuk mendukung fungsi hutan produksi
maka kawasan diarahkan dengan menanam jenis tanaman
tahunan.
 Kegiatan Budidaya lahan basah direncanakan sebagai sentra
produksi tanaman pangan. Untuk lahan basah tersebar di
kecamatan Naibenu, Insana Utara, Biboki Feotleu, Biboki
Utara Biboki Tanpah, Insana, Insana Barat, Bikomi Selatan
Noemuti, Noemuti Timur, Biboki Anleu dan Biboki Moenleu.
 Kegiatan budidaya lahan kering dominan berada di kecamatan
Insana, Biboki Tanpah, Biboki Anleu dan Biboki Selatan.
 Kegiatan budidaya tanaman tahunan dominan berada di
kecamatan Mutis, Miomaffo Barat, Miomaffo Tengah, Bikomi
Nilulat, Musi, Kota Kefamenanu, Bikomi Utara, Miomaffo
Timur, Naibenu, Insana Fafinesu, Insana Utara, Biboki
Feotleu, Biboki Selatan dan Biboki Tanpah.
 Kegiatan Budidaya padang rumput/penggembalaan berada di
kecamatan Mutis, Miomaffo Barat, Bikomi Nilulat, Musi,
Miomaffo Tengah, Noemuti, Noemuti Timur, Bikomi Utara,
Bikomi Tengah, Insana Barat, Insana Tengah, Insana Fafinesu,
Insana dan Biboki Selatan.
 Kegiatan budidaya perikanan air tawar mengikuti keberadaan
air yang dikembangkan di kawasan yang disiapkan untuk
pertanian lahan basah tersebar di kecamatan Naibenu, Insana
Utara, Biboki Utara, Biboki Tanpah, Insana, Insana Barat,
Bikomi Selatan, Noemuti, Noemuti Timur, Biboki Meonleu dan

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-19


Biboki Anleu.
 Pengembangan kegiatan budidaya usaha pertanian laut dan
perikanan laut dengan hasil usaha kegiatan berupa budidaya
rumput laut, keramba jaring apung, usaha tambak ikan
bandeng,dan udang windu serta tambak garam. Kegiatan ini
dikembangkan di kecamatan Insana Utara, Biboki Moenleu
dan Biboki Anleu. Potensi lahan usaha di perairan Kabupaten
Timor Tengah Utara seluas ± 200 ha sedangkan untuk
perikanan tambak seluas ± 3.500 ha.
Untuk kegiatan perikanan laut yang disiapkan berupa kegiatan
perikanan tangkap.
 Pengembangan kawasan buffer di wilayah sekitar perbatasan
Distrik Oecusi, rencana pengembangan buffer dengan
memberikan batasan wilayah dengan menggunakan tanaman
tahunan sebagai buffer negara dengan lebaran kawasan yang
disesuaikan dengan ketentuan negara.
 Penyiapan pengembangan kecamatan-kecamatan di sekitar
perbatasan untuk mengoptimalisasi perkembangan wilayah
sekitar perbatasan dengan memberikan pemenuhan
kebutuhan sarana prasarana pendukung sebagai serambi
depan Negara Indonesia yaitu di kecamatan Mutis, Miomaffo
Barat, Bikomi Nilulat, Bikomi Tengah, Bikomi Utara, Naibenu,
Insana Utara, Biboki Moenleu, Biboki Anleu dan Kota
Kefamenanu sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden
Nomor 179 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Perbatasan Negara di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
 Penyiapan pengembangan kegiatan pertanian di Kota Terpadu
Mandiri (KTM) di Kecamatan Biboki Anleu dengan pusat di
Ponu. Kecamatan Biboki Moenleu, Biboki Anleu, Insana
Tengah, Insana Utara, Insana dan Naibenu merupakan
penyangga bagi pengembangan agropolitan di Kota Terpadu
Mandiri.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-20


 Penyiapan dan pengembangan kawasan-kawasan agropolitan
dengan prioritas kegiatan adalah :
 Miomaffo Barat (kecamatan Mutis Miomaffo Tengah, Musi,
Bikomi Nilulat menjadi wilayah Hinterland penunjang). Untuk
kawasan pengembangan pertanian hortikultura dan
peternakan.
 Miomaffo Timur (kecamatan Bikomi Tengah, Bikomi Utara,
naibenu menjadi wilayah hinterland penunjang) untuk
kawasan pengembangan tanaman pangan dan peternakan.
 Insana (kecamatan Insana Tengah, Insana Barat, Insana
Fafinesu menjadi wilayah hinterland penunjang) untuk
kawasan pengembangan tanaman pangan dan peternakan.
 Insana Utara, Biboki Moenleu dan Biboki Anleu untuk
kawasan pengembangan perikanan laut dan peternakan.
 Noemuti dan Noemuti Timur untuk kawasan pengembangan
tanaman pangan.
b. Kawasan Budidaya Non Pertanian
1. Kawasan Pertambangan
Berdasarkan hasil explorasi/penelitian dari Dinas Pertambangan
Kabupaten Timor Tengah Utara, potensi kandungan mineral
teridentifikasi di beberapa wilayah seperti tercantum pada Tabel
1.8. berikut.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-21


Tabel 1.8.
Wilayah - Wilayah Potensi Tambang di Kabupaten TTU
No Potensi Tambang Lokasi
1 Bahan Galian Desa Benus di Kecamatan Naibenu,
Golongan A (nikel) Desa Nonotbatan dan Motadik di
Kecamatan Biboki Anleu, Desa
Naku di Kecamatan Biboki Feotleu,
Desa Humusu Sainiup di
Kecamatan Insana Utara dan Desa
Fafinesu C di Kecamatan Insana
Fafinesu, Desa Tautpah di
Kecamatan Biboki Selatan, Desa
Tapenpah di Kecamatan Insana dan
Desa Fatuneno, Saenam,
Fatunisuan di Kecamatan Miomaffo
Barat dan Desa Tasinifu di
Kecamatan Mutis.
2 Bahan Galian Zona Benus, Noetoko, Noemeto,
Golongan B : Emas Bakitolas, Nono Tabun dan Bitefa
3 Bahan Galian setiap kecamatan.
Golongan B : Mangan
4 Bahan galian Noemuti, Maurisu, Noe Manufono,
golongan C : Sirtu Manamas, Motasokon, Noel Siman,
sungai Tublopo dan Noe Meto
5 Bahan galian di Tubu Kuaken, Tubu Palak, Tubu
golongan C : batu Kabuta, Tubu Kuanteum, Tubu
gamping Naenim, di wilayah Maurisu,
Nunpene Kecamatan Miomaffo
Timur, Bakitolas, Wini
6 Bahan galian Desa Napan, Sainoni, Haumeni,
golongan C : Batu Amol, Oesena, Taekas, Inbate,
Rijang Nainaban, Nimasi, Sasi, Oelami,
Naiola Bitefa, dan Sunsea.
7 Bahan galian Desa Bakitolas, Oinbit, Fatunisuan,
golongan C : Batu Banain, Napan, Sainoni, Kaenbaun,
Marmer Jak, Amol, Oesena, Haumeni, Buk,
Taekas, Inbate, Nainaban, Nimasi,
Oelami, Sasi, Naiola, Benus, Bitefa
dan Nilulat.
Sumber : RPJMD Kab. TTU 2016 - 2021

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-22


2. Kawasan Pesisir Laut
Potensi pesisir laut cukup dimiliki Kabupaten TTU karena
memiliki panjang garis pantai sepanjang ± 50 km dengan luas
wilayah lautan adalah ± 950 km². Dari kondisi perkembangan
pesisir, masih dapat dikembangkan kegiatan masyarakat terkait
untuk pengembangan kegiatan kelautan berupa kegiatan
perikanan tangkap maupun budidaya perikanan. Jenis
sumberdaya perikanan yang dimilki berupa ikan demersal dan
ikan pelagis dengan produksi penangkapan hasil laut tahun 2015
sebesar 630,99 ton tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar
610,67 ton dan tahun 2017 meningkat lagi menjadi 706,88 ton.
Data tahun 2018 belum tersedia. Sementara untuk pengembangan
kegiatan budidaya berupa budidaya rumput laut dan budidaya
keramba jaring apung dengan luas lahan perairan ± 200 ha.
Sedangkan untuk pengembangan budidaya di wilayah daratan
memiliki potensi budidaya air payau dengan luas 3.500 ha berupa
pengembangan tambak ikan bandeng dan udang windu.
3. Kawasan Pariwisata
Pengembangan pariwisata didasarkan pada hasil Studi
Rencana Pengembangan Pariwisata Kabupaten TTU yang
dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Dari sekian
banyak objek pariwisata di kecamatan ada beberapa objek
prioritas yang akan dikembangkan dan dapat dilihat pada Tabel
1.9. berikut.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-23


Tabel 1.9.
Objek-objek wisata di Kabupaten Timor Tengah Utara
No Objek Wisata Lokasi
1 Kampung adat dan Kota Kefamenanu (Maslete dan
Taman Doa Kelurahan Maubeli)
2 Pegunungan Kecamatan Mutis
3 Religi Gua Suti Desa Bijaepasu di
Kecamatan Miomaffo Tengah,
Gua Naijalu’u di Kecamatan
Biboki Selatan, Gua Bitauni di
Kecamatan Insana
4 Danau Tunbaba Raya, Tunoe,
Oabikase
5 Sonaf Nilulat di Kecamatan Bikomi
Nilulat, Tamkesi di Kecamatan
Biboki Selatan, Maubes di
Kecamatan Insana Tengah dan
Oelolok di Kecamatan Insana
4 Bahari Pantai Utara
5 Pantai Batu Putih di Kecamatan
Biboki Anleu, Oebubun di
Kecamatan Biboki Moenleu
6 Bendungan Bengkoko di Kecamatan Insana
7 Kuburan Sonbay, Prosesi, Kure di
Kecamatan Noemuti
8 Hutan Oeluan
Sumber : RPJMD Kab. TTU 2016 – 2021
4. Kawasan Perkotaan dan Permukiman
Kawasan Perkotaan dan Permukiman merupakan bagian
kedua dari proses penataan ruang wilayah. Secara
keseluruhan kawasan pusat pengembangan perkotaan yang
direncanakan sampai dengan tahun 2028 adalah Kota
Kefamenanu, Wini dan Ponu di wilayah pantai utara. Kedua
lokasi tersebut disiapkan untuk mengantisipasi perkembangan
Kota Kefamenanu yang saat ini sebagai pusat koleksi dan
distribusi. Selain Kecamatan Kota Kefamenanu yang akan
menjadi tujuan permukiman perkotaan tetapi ada kecamatan
yang diperkirakan akan mengalami perkembangan pesat pada
masa mendatang yaitu Wini, Eban, ponu dan Kaubele.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-24


3. Kawasan Pantai Utara
Kawasan pantai utara merupakan daerah yang strategis
untuk perkembangan perekonomian melalui ekowisata,
industri, perdagangan, transportasi (laut, darat dan udara),
pertanian, kehutanan, peternakan dan jasa-jasa lainnya.
Potensi lain yang menarik adalah ekosistem mangrove yang
berkembang dengan baik. Wilayah pengembangan kawasan
pesisir pantai utara terlihat pada Tabel 1.10 berikut.
Tabel 1.10.
Wilayah-wilayah potensi pengembangan kawasan pesisir
Pantai Utara
No Potensi Lokasi
Pengembangan
1 2 3
1 Rumput Laut Kecamatan Insana Utara
2 Terumbu Karang Teluk Wini di Kecamatan Insana
Utara dan Bibhaif, Ponu,
Tuamese, Amtasi, Mankase di
Kecamatan Biboki Anleu dan
Kecamatan Biboki Moenleu
3 Pariwisata (Tourism) Teluk Wini dan Teluk Ponu
4 Tambak Ikan Sisalik dan Oesoko di
Kecamatan Insana Utara,
Oepuah dan Ketbone di
Kecamatan Biboki Moenleu,
Ponu, Tuamese dan Mangkase
di Kecamatan Biboki Anleu
5 Tambak Udang Oesoko di Kecamatan Insana
Utara, Oepuah di Kecamatan
Biboki Moenleu, Ponu dan
Tuamese di Kecamatan Biboki
Anleu
6 Mangrove Binanak, Masmolok, Temkuna
dan Sisalik, Oesoko, Kolam Tua,
Pangkase, Ketbone, Oemanu,
Fatunitu dan Malinta, Tuamese,
Amtasi dan Mangkase
7 Padang Lamun Kecamatan Insana Utara

Sumber : RPJMD Kab. TTU 2016 – 2021

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-25


1.2.3. Wilayah Rawan Bencana

Kawasan rawan Bencana alam merupakan kawasan yang


diindikasikan sebagai kawasan yang sering mengalami bencana
oleh alam. Di Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara kawasan
rawan bencana dikelompokkan dalam kawasan rawan bencana
banjir, kawasan rawan bencana tanah longsor, kawasan rawan
bencana kebakaran hutan dan kawasan rawan angin puting
beliung. Sesuai Data Dokumen Rencana Kontinjensi Ancaman
Banjir Kab. TTU Tahun 2018 terdapat korban bencana banjir
sebanyak 70 orang meninggal pada beberapa kecamatan yakni :
Kota Kefamenanu, Biboki Anleu, Miomaffo Barat, Insana Tengah
Miomaffo Timur dan Biboki Utara, korban bencana kekeringan dan
kebakaran dengan total area seluas 33.291.08 Ha yang tersebar
pada24 kecamatan. Dengan adanya bencana ini dapat berakibat
rusaknya lingkungan secara menyeluruh. Dengan demikian harus
melakukan antisipasi terhadap bencana yang setiap saat dapat
terjadi, melalui pembentukan suatu tatanan baik upaya
melestarikan kawasan lindung dan kegiatan penanggulangan
bencana secara dini.

1.2.4. Kesejahteraan masyarakat


Perkembangan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu
wilayah dapat diamati pada perubahan persentase pengeluaran
yang dialokasikaan untuk makanan maupun non makanan.
Berdasarkan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Tahun 2018 terlihat bahwa masyarakat NTT membelanjakan 59,58
persen dari total pengeluarannya untuk makanan dan sisanya
40,42 persen untuk non makanan. Kabupaten Timor Tengah Utara
persentase pengeluaran non makanan masyarakat sebesar 36,45
persen yang berarti persentase pengeluaran untuk makanan
sebesar 63,55 persen dari total pengeluaran penduduk.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-26


Kesejahteraan penduduk dapat dilihat dari indikator
pertumbuhan Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) dan PDRB
per kapita. Pertumbuhan PDRB Kabupaten TTU tahun 2018
sebesar 5,07 persen meningkat sedikit dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi di tahun 2017 sebesar 5,01 persen. Tingkat
kemakmuran penduduk suatu daerah secara kasar dapat dilihat
dengan angka PDRB per kapita (BPS TTU 2019).

1.3. Penyusunan dan Perumusan Isu Prioritas


1.3.1.Persiapan Penyusunan
1.3.1.1. Tahap Persiapan
a. Perencanaan
Penyusunan dokumen IKPLHD melalui serangkaian proses
antara lain: pembagian tugas, penentuan isu prioritas,
perumusan struktur isi, identifikasi data yang dibutuhkan,
pengumpulan data, pengolahan data, penyimpanan data,
analisis data (sesuai dengan metode PSR), evaluasi, penulisan
laporan, dan finalisasi berupa pencetakan serta upload pada
website.
b. Tim penyusun
Dokumen IKPLHD Kabupaten TTU tahun 2019 disusun oleh
tim penyusun berdasarkan SK Bupati Timor Tengah Utara
Nomor191/KEP/HK/IV/2019. Tim penyusun terdiri dari para
pejabat/staf di Organisasi Perangkat Daerah terkait, Perguruan
Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Pejabat/staf Dinas
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten TTU.
c. Struktur isi
Isi atau substansi dalam dokumen IKPLHD Kabupaten TTU
mengikuti kerangka kerja PSR (Pressure-State-Response).
Struktur isi dokumen ini memuat tentang media lingkungan
berupa tata guna lahan, kualitas air, resiko bencana dan
perkotaan. Kelima aspek lingkungan tersebut dibahas dan

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-27


akan memberikan kesimpulan mengenai status lingkungan
Kabupaten TTU, apakah baik, buruk atau di antaranya serta
dilengkapi dengan analisis penyebab terjadinya kondisi
tersebut (pressure), juga upaya-upaya apa saja yang telah
dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mengatasinya
(response).
d. Pengumpulan dan Pengolahan data
Pada umumnya data IKPLHD meliputi topografi, geologi,
hidrologi, dan tanah. Selain itu ditunjang oleh data sosio-
ekonomiseperti data populasi, kesehatan, kemiskinan,
pendidikan, batasadministratif, tata guna lahan, perdagangan,
infrastruktur, serta pemukiman. Datadasar yang berbeda
digunakan apabila perlu mengkaji isu dari berbagai
perspektifatau pendapat yang berbeda.
Pengumpulan data dilakukan berdasarkan jenis data (spasial
dan tabular) dan bentuk data (numerik, narasi, gambar atau
foto), sedangkan pengolahan datadilakukan dengan urutan
pemilihan, pemilahan, penapisan dan perhitungan datadengan
satuan yang konsisten.
e. Sumber Data
Data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan
dokumen IKPLHD ini diperoleh dari hasil pemantauan
lapangan ke 24 Kecamatan di Kabupaten TTU dan BPS TTU.
Sumber-sumber data IKPLHD antara lain:
a. Unit-unit kerja internal di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
TTU
b. Organisasi Perangkat Daerah terkait di Kabupaten TTU
c. Data dari pihak lain
Laporan IKPLHD Kabupaten TTU menggunakan data
lingkungan hidup di tahun berjalan yang disajikan merupakan
data yang paling terkini sesuai kondisi ketersediaan data dan

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-28


informasi. Dalam hal data dan informasi yang tidak tersedia
pada tahun berjalan maka dipakai data yang paling mutakhir.

1.3.1.2. Tahap Penyusunan


1. Analisis atau pengolahan data
Analisis data adalah usaha untuk mengolah data menjadi
sebuah informasi sehingga dapat dengan mudah dipahami dan
bermanfaat untuk pengambilan keputusan. Data biofisik dan
sosio ekonomi perlu dikumpulkan, diintegrasikan dan dianalisis
untuk dapat menggambarkan keadaan lingkungan hidup secara
komprehensif. Laporan disajikan dengan bahasa yang mudah
dimengerti oleh berbagai kalangan termasuk pemerintah,
peneliti, pemerhati dan masyarakat umum.
2. Kerangka kerja model PSR
Laporan IKPLHD didasarkan pada model PSR (Pressure-
State-Response) yang dikembangkan oleh UNEP (United National
Environment Programme) yang telah menjadi acuan internasional
untuk penulisan status lingkungan hidup dimana bentuk
analisanya lebih sederhana dibandingkan dengan metode
lainnya.
Model PSR adalah model analisa yang menilai hubungan
sebab akibat (kausalitas) antara penyebab masalah lingkungan
dan upaya untuk mengatasinya. Aktivitas manusia dalam
memanfaatkan sumber daya alam berpotensi memberikan
tekanan (pressure) terhadap lingkungan yang menyebabkan
perubahan sumber daya alam dan lingkungan hidup baik
kualitas maupun kuantitas (state). Perubahan ini mendorong
pemerintah dan masyarakat untuk memberikan respon dengan
melakukan adaptasi maupun mitigasi melalui berbagai
kebijakan, program maupun kegiatan-kegiatan untuk
memperbaiki kerusakan lingkungan (reponse). Inilah yang

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-29


dikenal sebagai pendekatan PSR (Pressure-State-Response).
Diagram PSR dapat disajikan pada Gambar berikut.

Gambar 1.2 Diagram model PSR

Ada 3 indikator utama dalam PSR yang akan dianalisis yaitu:


1. Indikator tekanan terhadap lingkungan hidup (pressure)
yang menggambarkan tekanan dari aktivitas manusia
terhadap sumber daya alam dan lingkugnan hidup.
2. Indikator kondisi lingkungan hidup (state) yang
menggambarkan kualitas dan kuantitas sumber daya alam
dan lingkungan hidup.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-30


3. Indikator respon (response) yang menunjukkan berapa besar
upaya yang dilakukan oleh para pemangku kepentingan
dalam hal ini pemerintah terhadap status lingkungan hidup.
Beberapa hal yang tergolong dalam ‘tekanan’ terhadap lingkungan
hidup adalah aktivitas manusia seperti pada bidang transportasi,
pertanian, industri, urbanisasi, kehutanan dan konsumsi energi.
Interaksi-interaksi berikut ini juga termasuk tekanan terhadap
lingkungan:
 Aktivitas manusia mengkonsumsi sumberdaya alam seperti
energi, makanan maupun mineral berpotensi mengurangi
kapasitas sumber-sumber daya alam tersebut dan juga
mengganggu keseimbangan ekosistem.
 Akibat aktivitas manusia pasti menghasilkan dampak negatif
berupa limbah/sampah yang berpotensi merusak
lingkungan hidup.
 Kondisi udara, air dan tanah yang tercemar memberikan
dampak terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia.
3. Penyajian informasi
Pada prinsipnya penyajian data dan informasi harus jelas dan
mudah dipahami dengan cara yang tepat, efektif dan efisien.
Penyajian dapat dilakukan dalam bentuk tabulasi dan grafik
sehingga mempermudah pembaca dalam memahami informasi
yang disajikan.
4. Finalisasi
Pada tahap akhir penyusunan dokumen IKPLHD ini dilakukan
editing dan review yang komprehensif meliputi edit substansi
(menyangkut data), edit bahasa (istilah, pengertian data, dll).
Yang terakhir adalah penataan layout atau tata letak kemudian
setelah semua sempurna maka dokumen siap untuk
diperbanyak.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-31


1.3.2. Perumusan isu prioritas
Isu –isu prioritas lingkungan hidup di Kabupaten TTU
berdasarkan persoalan-persoalan lingkungan hidup yang telah,
sedang dan mungkin akan dialami serta meliputi dimensi yang
khas seperti lintas ruang/wilayah, pelaku/sektor dan lintas
generasi. Penentuan isu-isu prioritas ini juga ditentukan dengan
mempertimbangkan beberapa hal berikut ini:
1. Aktual, mendapat perhatian publik yang luas
2. Urgen, perlu ditangani segera
3. Relevan, sesuai dengan kebutuhan masyarakat
4. Signifikan, dampak yang ditimbulkan cukup berpengaruh
terhadap public
5. Konsisten, dampaknya terus berlangsung
6. Sensitif, berpotensi menimbulkan efek berganda atau
dampak kumulatif.
Isu-isu prioritas dalam dokumen IKPLHD Kabupaten TTU ini
diadopsi dari Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Kabupaten TTU Tahun 2017 dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2016-2021 Kabupaten TTU
dikarenakan oleh keterbatasan dana untuk melakukan kegiatan
FGD untuk menjaring isu-isu tersebut. Namun demikian, isu
prioritas yang diambil dari KLHS merupakan isu yang diperoleh
melalui beberapa kali FGD yang melibatkan para stakeholder dari
OPD terkait, LSM, Perguruan Tinggi, swasta dan masyarakat. Isu-
isu Prioritas Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2019 dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Praktek membakar lahan/padang dan Alih Fungsi Lahan
b. Kekeringan dan Ketersediaan air bersih terutama pada
musim kemarau
c. Pengelolaan sampah dan limbah belum maksimal.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-32


1.4. Maksud dan Tujuan
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah (IKPLHD) Kabupaten TTU 2019 disusun untuk
memberikan informasi dan data tentang kondisi lingkungan hidup
yang kemudian akan menjadi acuan bagi para pengambil
keputusan atau pemangku kepentingan baik di kalangan lembaga
swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas sebagai
upaya mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Dokumen
IKPLHD ini juga dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi
tentang lingkungan kepada masyarakat umum untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memperbaiki dan
meningkatkan kualitas lingkungan.
Adapun tujuan penyusunan dokumen IKPLHD Kabupaten
TTU tahun 2019 adalah:
a. Untuk menyajikan informasi dan data sebagai rujukan
utama dalam pengambilan keputusan dan atau kebijakan,
perencanaan, penelitian, pembelajaran dan pengetahuan
atau wawasan, antara lain tentang kondisi lingkungan
hidup (kualitas air, kualitas udara, tata guna lahan), resiko
bencana dan aspek kesehatan, serta kondisi lingkungan
perkotaan (pencemaran udara, pencemaran air, timbulan
sampah dan kerusakan lahan).
b. Untuk memberikan informasi tentang isu prioritas
lingkungan hidup mulai dari tahap penyaringan isu sampai
dengan proses analisis yang digunakan untuk
mendapatkan isu prioritas.
c. Untuk menyajikan hubungan kausalitas antara faktor-
faktor yang mempengaruhi lingkungan hidup
menggunakan model Pressure-State-Response (PSR)
terhadap masing-masing isu lingkungan hidup daerah.
d. Untuk menyajikan inovasi atau inisiatif yang dilakukan
oleh pemangku kepentingan (dunia usaha, pemerintah

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-33


daerah, dan masyarakat) daklam upaya meningkatkan
kualitas lingkungan hidup.
e. Untuk menyajikan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
(IKLH) guna memberikan gambaran kondisi lingkungan
hidup Kabupaten TTU.
1.5. Ruang lingkup penyusunan
Berdasarkan surat Sekretaris Jendral KLHK Nomor: S.
156/Setjen/DATIN/Set.0/2/2017 Tanggal 9 Februari 2017, SLHD
bertransformasi menjadi dokumen IKPLHD. Penyusunan dokumen
ini meliputi pengumpulan dan pengolahan data, analisis data,
dokumentasi kebijakan dan penyajian informasi dengan model
PSR (Pressure-State-Response). Adapun ruang lingkup dokumen
IKPLHD mencakup:
1. Status lingkungan hidup berdasarkan media lahan dan laut,
udara, air, bencana alam dan perkotaan.
2. Penyebab, pemicu pencemaran dan tingkat kerusakan
3. Data pendukung (penduduk, sosial ekonomi)
4. Dampak berupa bencana, kepunahan, kerusakan, dan
penyakit.
5. Respon kelembagaan, program, kebijakan, dan kegiatan di
pemerintah tingkat pusat, regional, maupun daerah, swasta,
kalangan peneliti dan masyarakat umum.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Timor Tengah Utara 2019 I-34

Anda mungkin juga menyukai