Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PROYEK

‘’PENGUKURAN TATA BATAS DAN PEMASANGAN PATOK


KELILING BATAS KAWASAN TAHURA SIMEULUE”
KEGIATAN PENGEMBANGAN KAWASAN KONSERVASI
HUTAN/TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) KABUPATEN SIMEULUE
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan

I. RELEVANSI/URGENSI

1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan


a. Pasal 6
- Ayat 1 : Hutan mempunyai 3 fungsi yaitu : fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi
produksi
- Ayat 3 : Pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok yaitu : hutan
konservasi, hutan lindung dan hutan produksi.

b. Pasal 7 : hutan konservasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) huruf a terdiri
dari kawasan hutan suaka alam, kawasan hutan pelestarian alam dan taman buru.

2. Perturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :


P.35/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2016 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pengelolaan
Kawasan Suak Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
- Pasal 2: Tata Cara Penyusunan Rencana Pengelolaan KSA dan KPA bertujuan
sebagai pedoman bagi jajaran Unit Pengelola/UPTD TAHURA dalam menyusun
Rencana Pengelolaan KSA dan KPA atau Taman Buru.

3. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor SK. 76/IV-
KKBHL/2015 tentang Nomor Registrasi Kawasan Suak Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan
Taman Buru.
- Point I. Nomor Registrasi Kawasan Suak Alam/Kawasan Pelestarian Alam
“100201002” Calon Tahura Simeulue Povinsi Aceh.

4. Qanun Kabupaten Simeulue Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Simeulue 2014-2034.
- Pasal 23 : Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat 1 huuf a
terdiri atas : kawasan hutan lindung, kawasan perlindungan setempat, kawasan suak
alam, pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam dan
kawasan lindung geologi.

- Pasal 26 ayat 1. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 huruf c berupa Taman Hutan Raya.
Ayat 2 : Taman Hutan Raya (Tahura) sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) seluas 919
,59 Ha meliputi:
a. Kecamatan Simeulue Timur seluas 328,07 Ha di Desa Suak Buluh dan
b. Kecamatan Teupah Selatan seluas 591,52 Ha. Di desa Anaó.

5. Qanun Kabupaten Simeulue Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Taman Hutan Raya
Simeulue.

6. RPJP Aceh Tahun 2017 – 2022 : Misi 10 “Pembangunan dan Peningkatan Kualitas
Infrastruktur yang terintegasi dan lingkungan yang berkelanjutan”

7. RPJM Kab. Simeulue Tahun 2017 – 2022 ; Misi 6 : ‘Mengelola sumber daya alam secara
optimal, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan.
- Program Prioritas : Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan

DLH Kabupaten Simeulue Tahun 2018 Hal 1


Indiakator Program : Persentase pengelolaan kawasan Tahura 100 %. Tahun 2022.

II. LATAR BELAKANG MASALAH

1. Kebutuhan akan material kayu untuk keperluan pembangunan infrastruktur di Kabupaten


Simeulue menyebabkan terjadinya penebangan pohon di kawasan hutan oleh
masyarakat.
2. Adanya jenis flora tanaman hutan “kayu arang’’ pada sebagian kawasan hutan yang perlu
dilindungi dan dilestarikan.
3. Belum tersedianya kawasan pelestarian alam khususnya pada kawasan hutan sebagai
pelindung dari flora dan fauna serta perlindungan sumber mata air di Kabupaten
Simeulue yang sekaligus dapat dijadikan tempat wisata dan edukasi terkait lingkungan
hidup.
4. Masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya fungsi dari kawasan
hutan
5. Dukungan pendanaan APBK di sektor lingkungan hidup masih sangat terbatas.

III. MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP


Pengelolaan TAHURA Simeulue dimaksudkan untuk terciptanya suatu sistem pengelolaan
Taman Hutan Raya yang optimal dan berkembang berdasarkan fungsinya secara berkelanjutan.

Berdasarkan Qanun Kabupaten Simeulue Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pengelolaan


Taman Hutan Raya Kabupaten Simeulue, bahwa pengelolaan Tahura Simeulue bertujuan untuk:
a. terjaminnya kelestarian ekosistem dan fungsi hutan dalam kawasan TAHURA Simeulue;
b. terlaksananya pengembangan koleksi tumbuhan dan satwa serta potensi kawasan TAHURA
Simeulue;
c. mengoptimalkan pemanfaatan TAHURA Simeulue untuk kepentingan penelitian, pendidikan,
ilmu pengetahuan, menunjang budidaya dan kearifan tradisional budaya, pariwisata dan
rekreasi;
d. tertatanya Taman Hutan Raya sebagai aset kebanggaan Pemerintah Kabupaten dan
masyarakat.

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMEULUE

a. Luas dan Batas Wilayah Administrasi


Kabupaten Simeulue merupakan salah satu daerah gugusan kepulauan di Aceh.
Kabupaten Simeulue dengan ibukotanya Sinabang diresmikan sebagai kabupaten yang otonom
pada tanggal 12 Oktober 1999, berdasarkan Undang- Undang No.48 Tahun 1999. Kabupaten ini
terletak di sebelah Barat Provinsi Aceh dengan jarak 105 Mil laut dari Meulaboh, Kabupaten Aceh
Barat, atau 85 Mil laut dari Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan. Berdasarkan digitasi Peta RBI
Bappeda Kabupaten Simeulue, luas wilayah daratan Simeulue adalah 183.809,50 Ha, atau setara
3,26 persen dari luas wilayah daratan Provinsi Aceh.

Kabupaten Simeulue berbatasan dengan Samudera Hindia disebelah utara, timur, barat,
dan selatan. Dengan posisi ini, Kabupaten Simeulue memiliki potensi yang besar di sektor
perikanan dan kelautan. Selain itu, wilayahnya yang dikelilingi Samudera Hindia memiliki
keanekaragaman pariwisata yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong percepatan
pembangunan wilayah.

Dari total luas wilayah Kabupaten Simeulue, Kecamatan Simeulue Barat memiliki wilayah
terluas, yaitu mencapai 44.607,40 ha (24,27 persen). Kecamatan lainnya yang memiliki luas
wilayah yang memadai atau lebih dari 10 persen dari wilayah Simeulue, meliputi Kecamatan Teluk

DLH Kabupaten Simeulue Tahun 2018 Hal 2


Dalam, Teupah Selatan, Alafan, dan Salang. Adapun luas wilayah terkecil adalah Kecamatan
Simeulue Cut dengan luasnya hanya 3.539,92 ha (1,93 persen).

Gambar 1. Peta Orientasi Kabupaten Simeulue

Gambar 2. Peta Administrasi Kabupaten Simeulue

DLH Kabupaten Simeulue Tahun 2018 Hal 3


Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Simeulue
Kecamatan Luas Wilayah Menurut Persentase
Digitasi Peta RBI (Ha) (%)
Teupah Selatan 22.223,80 10,44
Simeulue Timur 17.597,25 9,57
Teupah Tengah 8.369,55 4,55
Teupah Barat 14.673,05 7,98
Simeulue Tengah 11.248,34 6,12
Simeulue Cut 3.539,92 1,93
Teluk Dalam 22.467,74 12,22
Salang 19.895,55 10,82
Simeulue Barat 44.607,40 24,27
Alafan 19.186,90 10,44
Jumlah 183.809,50 100

Tabel 2. Ibukota Kecamatan, Jarak Ke Ibukota Kabupaten,


Jumlah Mukim dan Desa di Kabupaten Simeulue, Tahun 2017

Kecamatan Ibukota Jarak ke Ibukota Mukim Desa


Kecamatan Kabupaten (km)
Teupah Selatan Labuhan Bajau 45,0 4 19
Simeulue Timur Sinabang 0,0 4 17
Teupah Tengah Lasikin 11,0 2 12
Teupah Barat Saur 24,0 3 18
Simeulue Tengah Kampung Aie 64,0 3 16
Simeulue Cut Kuta Padang 68,0 2 8
Teluk Dalam Selare-e 57,0 2 10
Salang Nasreuhe 70,0 3 16
Simeulue Barat Sibigo 93,0 4 14
Alafan Langi 135,0 2 8
Jumlah 29 138

b. Hidrologi

Potensi hidrologi Kabupaten Simeulue, sebagaimana kondisi hidrologi kepulauan


sangatlah terbatas. Hingga saat ini potensi ini hanya dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari
sehingga masih dirasakan cukup. Sumber air permukaan di kepulauan Simeulue berasal dari
beberapa mata air, sungai, dan danau.Di Pulau Simeulue banyak dijumpai sungai, baik sungai
sepanjang tahun maupun sungai musiman, umumnya berpola dendritik, parallel dan sub parallel.
Kualitas air, jernih sampai keruh dengan pH rata–rata 6.5 Rawa umumnya dijumpai didaerah
pantai, air berwarna jernih kecoklatan, umumnya payau dengan pH sekitar 6.

Mata air dijumpai dibeberapa tempat, umumnya pada Formasi Dihit antara lain di Desa
Labuah, Desa Kuala Makmur, Desa Kampung Air dan dibanyak tempat lainnya lagi.Debit air rata-
rata < 1 liter/detik, jernih, tawar, tidak berbau dan tidak berasa, pH 6,5 dandapat digunakan untuk
keperluan hidup sehari-hari masyarakat setempat.Air tanah bebas adalah air tanah yang terdapat
diantara permukaan tanah danlapisan kedap air (akifer) di bawahnya, dapat muncul sebagai mata
air. Air tanah bebasdapat diamati pada sumur-sumur gali penduduk, umumnya jernih sampai
kecoklatan, tidakberbau dan tidak berasa. Didaerah sekitar pantai kedalam muka air sekitar 1-2
meter,fluktuasi 1-2 meter dengan debit sekitar10 ltr/ detik.

Biasa juga disebut air tanah dalam yaitu air tanah yang terdapat pada lapisan kedapair
(akifer) yang terdapat di bawah permukaan tanah dengan kedalaman yang sangat bervariasi.
Pengamatan hanya bisa dilakukan dengan metode pendugaan geolistrik dan hasilpemboran air
didaerah Lasikin. Lapisan pembawa air terdapat pada lapisan batu pasir kedapair, pada
kedalaman sekitar 120 m di bawah permukaan tanah, kurang produktif dengan debit < 2 ltr/detik,
jernih, tidak berbau dan tidak berasa.
DLH Kabupaten Simeulue Tahun 2018 Hal 4
c. Klimatologi
Kabupaten Simeulue termasuk ke dalam zona iklim tropika basah dengan temperatur
udara berkisar antara 23°–34,5° C dan rata-rata harian antara 25°–27° C. Berdasarkan data
curah hujan yang ada menunjukkan bahwa curah hujan rata-rata cukup tinggi yaitu 2.884
mm/tahun. Musim hujan umumnya terjadi antara bulan September-Februari, sedangkan musim
kemarau pada umumnya antara bulan Maret-Agustus.

Berdasarkan pada tipe iklim Oldeman, Pulau Simeulue memiliki tipe iklim A yaitu daerah
dengan bulan basah selama 9 bulan berturut-turut dan selama dua bulan atau kurang mengalami
musim kering. Bulan basah adalah curah hujan lebih dari 200 mm/bulan (Whitten, 1984).
Keadaan cuaca di Kabupaten Simeulue ditentukan oleh penyebaran musim, dimana musim Barat
berlangsung sejak Bulan September sampai dengan Bulan Februari, ditandai dengan terjadinya
musim badai dan gelombang besar yang berasal dari Lautan Hindia sehingga sangat berbahaya
bagi pelayaran. Sedangkan pada musim Timur berlangsung sejak Bulan Maret sampai dengan
Bulan Agustus ditandai dengan musim kemarau diselingi oleh hujan yang tidak merata dan
keadaan laut sedikit tenang. Kelembaban udara berkisar antara 60 persen sampai 75 persen dan
lamanya penyinaran rata-rata perhari adalah 13 – 14 jam. Kecepatan angin rata-rata di wilayah ini
berkisar antara 50 – 65 knot/jam. Perkembangan curah hujan dan hari hujan Kabupaten Simeulue
Tahun 2012-2016 tertera pada tabel 2.3.

Tabel 3. Perkembangan Curah Hujan dan Hari Hujan Kabupaten Simeulue Tahun 2012-2016

Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Bulan Curah Hari Curah Hari Curah Hari Curah Hari Curah Hari
Hujan Hujan Hujan Huja Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan
(mm) (mm) n (mm) (mm) (mm)
Januari 172,8 13 155,50 17 152,00 18 26,50 13 178,5 26
Februari 341 23 247,00 23 43,50 6 73,50 19 313,0 16
Maret 69,5 13 269,00 21 244,00 16 93,00 18 493,0 27
April 236,5 21 256,50 22 426,00 19 210,50 24 194,5 16
Mei 191,5 21 606,00 18 169,00 19 80,00 16 188,5 27
Juni 257 13 237,00 17 215,00 18 328,00 17 379,0 19
Juli 133 15 122,00 13 225,00 19 288,00 22 248,5 19
Agustus 381,5 18 184,00 20 319,00 24 295,00 20 371,0 24
September 265,0 217 368,50 16 259,50 17 598,00 24 222,0 26
Oktober 449,5 17 80,00 21 477,50 25 313,00 27 358,0 26
Nopember 320,5 21 278,50 24 433,00 29 510,50 29 574,5 28
Desember 477 20 286,50 19 206,50 24 530,50 24 419,0 26
3.248,80 210 3.080,60 231 3.170,00 234 3.348,60 263 3761,0 254

d. Perkembangan dan Distribusi Penduduk


Potensi penduduk yang besar merupakan faktor produksi dalam mendorong percepatan
pembangunan. Pemerintah Kabupaten Simeulue berupaya mendayagunakan potensi penduduk
tersebut secara optimal sehingga berkontribusi signifikan dalam mendorong percepatan
pembangunan Kabupaten Simeulue. Periode 2012-2016, perkembangan penduduk Kabupaten
Simeulue cenderung berfluktuatif. Selama kurun waktu tersebut, penurunan jumlah penduduk
yang drastis terjadi pada tahun 2013 dan peningkatan yang drastis terjadi pada tahun 2014. Akhir
tahun 2016, populasi penduduk yang mendiami Kabupaten Simeulue berjumlah 89.059 jiwa.
Adapun tahun 2012 penduduk di Kabupaten Simeulue berjumlah 88.963 jiwa.

.Perkembangan dan distribusi penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Simeulue dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 4. Perkembangan dan Distribusi Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2012-2016

DLH Kabupaten Simeulue Tahun 2018 Hal 5


Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Pert. Rata-
2012 2013 2014 2015 2016 rata (%)
Teupah Selatan 9.122 9.347 9.491 8.615 8.974 -0,41
Simeulue Timur 26.489 27.430 28.429 26.785 26.082 -0,38
Teupah Tengah 6.172 6.310 6.469 5.969 6.314 0,57
Teupah Barat 7.769 7.930 8.162 7.976 7.972 0,65
Simeulue Tengah 6.821 6.949 7.101 6.963 7.026 0,74
Simeulue Cut 3.215 3.253 3.302 3.019 3.201 -0,10
Teluk Dalam 5.213 5.380 5.524 5.483 5.404 0,91
Salang 8.496 8.656 8.835 8.519 8.361 -0,39
Simeulue Barat 10.888 11.049 11.241 10.538 10.997 0,25
Alafan 4.778 4.845 4.945 4.468 4.728 -0,26
Total 88.963 91.149 93.499 88.335 89.059 0,027
Rata-rata 8.896 9.114 9.349 8.833 8.905

e. Status Desa (Gampong) dan Dana Alokasi Desa

Secara administratif, jumlah desa di Kabupaten Simeulue sebanyak 138 desa. Selama
enam tahun terakhir, tidak ada penambahan (pemekaran) desa di Kabupaten Simeulue. Dari 138
desa, paling kurang 36,95 persen (51 desa) tergolong sebagai desa berkembang. Desa tertinggal
sangat menonjol jumlahnya mencapai lebih dari separuh (51,44 persen) dari keseluruhan desa
pada tahun 2016. Angka desa tertinggal tersebut belum mengalami perubahan status dari tahun
2012 yang sebanyak 73 desa. Adapun jumlah desa sangat tertinggal sebanyak 13 desa tahun
2016, juga belum mengalami perubahan status desa dari tahun 2012.

V. DESKRIPSI TENTANG TAHURA SIMEULUE

Taman Hutan Raya (Tahura) Simeulue adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan
koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami dan buatan, jenis asli maupun bukan asli, yang
dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya
tanaman, budaya, pariwisata dan rekreasi yang terletak di Tahura Simeulue.

Pengelolaan TAHURA Simeulue mencakup kegiatan perencanaan, pengorganisasian,


pembangunan, pengusahaan, pemanfaatan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian.
Dimana kegiatan tersebut nantinya dilaksanakan sesuai dengan Rencana Induk Pengelolaan dan
Rencana Tahunan Tahura Simeulue yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten.

Perencanaan TAHURA Simeulue disusun berdasarkan fungsinya, yaitu sebagai koleksi


tumbuhan dan/atau satwa yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian pendidikan, ilmu
pengetahuan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Rencana Induk Pengelolaan
TAHURA Simeulue disusun oleh Dinas yang membidangi kehutanan dan disahkan oleh Bupati.
Rencana Kerja Tahunan TAHURA Simeulue disusun oleh Unit Pelaksana Teknis dan disahkan oleh
Dinas yang membidangi kehutanan.

Dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Simeulue Tahun 2014 –
2034, luas daratan kabupaten adalah 183.809,53 ha, dimana luasan tersebut telah diatur dengan
jelas peruntukannya, yakni 64.103,90 ha sebagai kawasan lindung dan 119.705,63 ha sebagai
kawasan budidaya. Kawasan yang tersebut dalam RTRW tersebut tersebar di 138 desa dalam 10
Kecamatan yang ada di Kabupaten Simeulue.

DLH Kabupaten Simeulue Tahun 2018 Hal 6


Tabel 6. Luas Peruntukan Lahan Menurut RTRW Kabupaten Simeulue Tahun 2014 - 2034

JUMLAH LUASAN TOTAL


NO KECAMATAN KECAMATAN
DESA (ha)

A KAWASAN LINDUNG 64.103,90


B KAWASAN BUDIDAYA 119.705,63
JUMLAH 183.809,53

Sebagai sebuah Kabupaten yang terletak di tengah-tengah samudera Hindia, kawasan


“berhutan” sepertinya menjadi hal wajib untuk dipertahankan, mengingat salah satu fungsi hutan
adalah memberi jaminan akan terpenuhinya kebutuhan air bersih bagi penduduk, terutama untuk
air minum.
Pentingnya hutan tersebut telah dijabarkan dalam RTRWK Simeulue dengan
mengalokasikan dan menetapkan 64.103,90 ha sebagai kawasan lindung atau 34,88% dari luas
daratan kabupaten simeulue. Dari total luasan tersebut, ada 57.632,29 ha merupakan kawasan
hutan lindung dan 2.459,87 ha kawasan hutan lindung mangrove, sisanya diperuntukkan bagi
perlindungan hutan sekitar sungai, danau dan pantai.

JUMLAH LUASAN TOTAL


NO KECAMATAN KECAMATAN
DESA (ha)
A KAWASAN LINDUNG 64.103,90
1 Hutan Lindung 57.632,29
2 Tahura 919,59
3 Kawasan Lindung Mangrove 2.459,87
4 Danau / Situ 216,97
5 Sungai 306,29
6 Sempadan Danau 75,56
7 Sempadan Sungai 1.204,26
8 Sempadan Pantai 1.289,07

DLH Kabupaten Simeulue Tahun 2018 Hal 7


B KAWASAN BUDIDAYA 119.705,63
1 Hutan Produksi 23.901,21
2 Hutan Rakyat 10.123,77
3 Perkebunan Besar 5.809,45
4 Perkebunan Rakyat 53.467,17
5 Pertanian Lahan Kering 4.238,52
6 Holtikultura 199,52
7 Sawah Irigasi 4.724,22
8 Sawah Tadah Hujan 3.691,75
10 Permukiman Pedesaan 1.152,12
11 Permukiman Perkotaan 689,76
12 Transmigrasi 4.999,84
13 Peternakan 2.604,98
14 Industri 100,30
15 Pariwisata 3.377,04
16 Tambang 469,16
18 Budidaya Air Tawar 118,22
19 Budidaya Air Payau 38,60

Salah satu peruntukan dalam penetapan kawasan lindung tersebut adalah peruntukan lahan
seluas 919,59 ha untuk Taman Hutan Raya (TAHURA), yang terdapat di 2 desa dengan masing-
masing luas :

1. Desa Suak Buluh, Kecamatan Simeulue Timur seluas 328,07 ha.


2. Desa Anao, Kecamatan Teupah Selatan seluas 591,52 Ha.

Kawasan berhutan yang akan dijadikan sebagai Taman Hutan Raya berlokasi di Desa Anao
Kecamatan Teupah Selatan dan Desa Suak Buluh Kecamatan Simeulue Timur dengan luas
mencapai 919,59 ha yang berisi aneka jenis tumbuhan tingkat tinggi khas simeulue seperti
kapuk hutan (Casampinus malabarica), mahoni (swietenia mahagoni) keruing
(dipterocarpus sp), meranti (sore asp), kayu arang (dyospiros sp), rotan jenis manao
(Calamus Quantheae), serta dihuni oleh bermacam jenis fauna burung, seperti murai batu
(Copsychus malabaricus), jalak kerbau (acridotheres javanicus), bakuk (dicaeum
trochileum) dan lain sebagainya.
Kawasan Taman Hutan Raya Kabupaten Simeulue ditetapkan melalui Keputusan Direktur
Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Nomor : SK. 76/IV-KKBHL/2015 Tentang
Nomor Register Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam Dan Taman Buru dimana
nomenklatur penetapannya masih bersifat Calon TAHURA dengan nomor register 100201002.

Gambar 3. Peta Lokasi Taman Hutan Raya

DLH Kabupaten Simeulue Tahun 2018 Hal 8


Tindak lanjut dari peruntukan kawasan seluas 591,52 ha di Desa Anao yang akan
dikembangkan pengelolaannya sebagai Taman Hutan Raya yang akan mendukung sektor
pariwisata adalah dukungan dari Pemerintah Aceh guna disampaikan kepada Menteri Kehutanan
agar TAHURA Kabupaten Simeulue dikukuhkan sebagai salah satu kawasan konservasi di
Indonesia, tidak lagi berstatus CALON TAHURA.

Untuk mencapai tahapan tersebut, sosialisasi dan pencapaian kesepakatan bersama


dengan masyarakat perihal pengelolaan bersama di dalam kawasan harus segera diselesaikan.
Mengingat didalam peta kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan Taman Hutan Raya
tersebut telah ada tanaman perkebunan masyarakat seperti cengkeh (eugenia aromatica), pinang
(areca cathecu), karet (havea brasiliensis) dll.

VI. RUANG LINGKUP KEGIATAN PENGEMBANGAN KAWASAN KONSERVASI


HUTAN/TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) KABUPATEN SIMEULUE

Pengelolaan Kawasan Tahura meliputi kawasan seluas 919,59 ha yang berada dalam
wilayah Administrasi Desa Anao Kecamatan Teupah Selatan (591,52 Ha) dan Desa Suak Buluh
Kecamatan Simeulue Timur (328,07 ha). Kawasan Pengelolaan TAHURA berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Nomor : SK. 76/IV-KKBHL/2015
Tentang Nomor Register Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam Dan Taman Buru,
nomor register 100201002 beserta lampiran peta didalamnya.

Dalam pengelolaan TAHURA, stakeholder yang terlibat adalah aparatur desa dimana
kawasan berada, KPH selaku perpanjang tanganan Dinas Kehutanan, Aparatur Kepolisian dan
TNI sebagai aparatur penegakan Undang-Undang Kehutanan dan Lingkungan Hidup, lintas
SKPK, LSM dan tokoh-tokoh masyarakat.

Dalam Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Simeulue


(RPJM) Tahun 2017 – 2022 pada Misi 6 disebutkan bahwa ‘Mengelola sumber daya alam secara
optimal, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan. Salah satu program prioritas yang
merupakan penjabaran dari misi tersebut adalah Program Perlindungan dan Konservasi Sumber
Daya Hutan dengan Indiakator ‘Persentase pengelolaan kawasan Tahura 100 %. Tahun 2022.’’

Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan ini telah temuat dalam
Dokumen Renstra Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Simeulue selaku SKPD pengelola
lingkungan hidup dengan 6 (enam) output yang harus dicapai hingga tahun 2022 yaitu:
1. Terkoordinasikannya dan tersosialisasinya program pengembangan Tahura ke Masyarakat
Kabupaten Simeulue.
2. Tersusunya Masterplan dan Detail Plan Rencana Pengembangan Tahura Simeulue.
3. Terpasangnya patok permanen keliling tabal batas Kawasan Tahura Simeulue.
4. Terbentuknya UPTD Pengelolaan Tahura Simeulue
5. Terbangunnya Kawasan Tahura Simeulue
6. Terpeliharanya Tahura Simeulue

DLH Kabupaten Simeulue Tahun 2018 Hal 9


Target out put program sebagaimana tersebut diatas dijabarkan kedalam dokumen Rencana
Kerja DLH Kabupaten Simeulue Tahun 2019 dengan 3 (tiga) target output yang harus dicapai
pada akhir tahun 2019 yaitu:
1. Terkoordinasikannya dan tersosialisasinya program pengembangan Tahura ke Masyarakat
Kabupaten Simeulue.
2. Tersusunya Masterplan dan Detail Plan Rencana Pengembangan Tahura Simeulue.
3. Terpasangnya patok permanen keliling tabal batas Kawasan Tahura Simeulue.

Pelaksanaan koordinasi dan sosialisasi program pengembangan Tahura Simeulue


direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2018 melalui sumber pendanaan APBK-P Simeulue
Tahun 2018 untuk menginformasikan kepada masyarakat dan meminta dukungan dari seluruh
stake holder yang terkait agar kegiatan pengembangan Tahua Simeulue dapat terwujud.

Selanjutnya pada tahun 2019 akan disusun Dokumen Masterplan dan Detail Plan
Rencana Pengembangan Tahura Simeulue melalui sumber pendanaan APBK Simeulue agar
untuk mendapatkan rencana pengembangan dan perhitungan nilai investasi yang akan
dianggarkan secara lebih rinci. Dengan adanya dokeumen masterplan pengembangan tahura
akan tergambarkan pembagian tahapan pembangunan Tahura Simeulue dalam Jangka
Menengah dan Panjang.

Untuk pengukuran dan pemasangan patok permanen keliling tapal batas kawasan
Tahura Simeulue diharapkan dapat diakomodir melalui pendanaan APBA Tahun 2019.
Adapun panjang keliling Kawasan Tahura yaitu : ± 18.150 m, dengan panjang batas yang
berbatasan dengan jalan Kabupaten Simeulue sepanjang ± …….

VII. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Penataan batas kawasan Tahura Simeulue dilakukan terhadap batas-batas kawasan yang
bersinggungan dengan APL (kawasan budi daya atau non hutan) maupun perbatasan dengan
fungsi-fungsi hutan lainnya misalnya hutan produksi.
Sebagaimana telah digambarkan pada Point VI bahwa untuk pengukuran dan
pemasangan patok permanen keliling tapal batas kawasan Tahura Simeulue diharapkan dapat
diakomodir melalui pendanaan APBA Tahun 2019. Adapun panjang keliling Kawasan Tahura
berdasarkan peta deliniasi awal yang tertuang dalam RTRWK Simeulue 2014-2034 adalah yaitu :
± 18.150 m.

1. Identifikasi, Koordinasi & Sosialiasi


Tahapan kegiatan identifikasi meliputi inventarisasi dokumen pendukung, pelaksanaan FGD
kawasan TAHURA serta sosialisasi dengan pihak-pihak yang nantinya akan terlibat dalam
kegiatan Pengelolaan TAHURA.

2. Pembentukan Panitia Tata Batas.

3. Penataan Batas TAHURA Simeule meliputi:


a. Pembuatan peta trayek batas
b. Pemancangan batas sementara
c. Pengumuman hasil pemancangan batas sementara
d. Inventarisasi, identifikasi dan penyelesaian hak-hak pihak ketiga
e. Pembuatan dan penandatanganan berita acara tata batas sementara dan peta lampiran
tata batas
f. Pengukuran batas dan Pemasangan tanda batas
g. Pemetaan hasil penataan batas
h. Pembuatan dan penandatanganan berita acara tata batas dan peta tata batas
i. Pelaporan kepada menteri.

DLH Kabupaten Simeulue Tahun 2018 Hal 10


VIII. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan Pengukuran Tata Batas dan Pemasangan Patok Keliling Kawasan Tahura
Simeulue ini dilaksanakan secara swakelola dengan gambaran umum pelaksanaan kegiatan
sebagai berikut:

1. Untuk mengumpulkan respon dan saran dari masyarakat perihal akan dikembangkannya
kawasan TAHURA, dilaksanakan dengan melakukan FGD 1 kali ( 1 atau 2 hari) di Kabupaten
Simeulue, dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dari Desa Anao dan Desa Suak Buluh
beserta perwakilan dari Kecamatan dan unsur-unsur lain yang berada di sekitar kawasan
TAHURA.
Hasil yang diharapkan dari FGD ini adalah :
- Adanya kesepakatan kesepahaman mengenai pengelolaan TAHURA
- Rekomendasi luasan areal dalam kawasan yang akan dilaksanakan pembangunan fisik.
- Rencana pengukuran batas-batas kawasan tahura
- Rekomendasi Nama spesifik untuk Taman Hutan Raya
- Rencana yang akan ditindak lanjuti dalam rangka persiapan pengelolaan Kawasan
TAHURA
- Kesepahaman tentang Peran Desa, Masyarakat dan Pihak Lain dalam Pengelolaan
TAHURA
- Lain-lain yang berkembang

2. Pembentukan Panitia Tata Batas Kawasan Tahura Simeulue mengacu pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Nomor
P.93/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 tentang Panitia Tata Batas Kawasan Hutan.
Panitia Tata Batas Kawasan Hutan dibentuk oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri
diketuai oleh Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah Provinsi Aceh
dengan bernaggotakan unsur-unsur:
a. Dinas Provinsi sebagai sekretaris
b. Bappeda Kabupaten Simeulue
c. Kantor Pertanahan Kabupaten Simeulue
d. Bagian Tata Pemerintahan pada Sekretariat Daerah Kabupaten Simeulue
e. KPHL Unit IV Provinsi Aceh
f. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Simeulue
g. Camat setempat
h. Pemerintah Desa setempat. (unsur tambahan)
Adapun tugas Panitai Tata Batas Kawasan Tahura yaitu:
a. Menilai dan menetapkan rencana trayek batas.
b. Menilai dan menetapkan hasil identifikasi dan inventarisasi hak-hak pihak ketiga
c. Menilai dan menetapkan peta kerja tata batas definitif
d. Menilai dan menetapkan peta hasil tata batas serta menandatangani berita acara tata
batas kawasan hutan dan peta hasil tata batas kawasan hutan.

3. Hasil pelaksanaan kegiatan pemancangan batas sementara dan hasil inventarisasi dan
identifikasi hak-hak pihak ketiga dituangkan dalm berita acara pengukuran dan pemancangan
batas sementara yang ditandatangani oleh pelaksana tata batas yang diketahui oleh kepala
desa dan camat setempat.

4. Kepala BPKH lalu menyampaikan laporann hasil kegiatan pemancangan batas semnetara
kepada Bupati selaku Ketua Panitia Tata Batas dengan tembusan disampaikan kepada kepala
instansi pengelola kawasan hutan. Berdasarkan laporan hasil pelaksanaan kegiatan
pemancangan batas sementara ini Bupati melaksanakan rapat pembahasan Panita Tata
Batas dan Peninjauan Lapangan.

5. Dalam rangka penyelesaian hak-hak pihak ketiga , Panitia Tata Batas melakukan inventarisasi
dan identifikasi wilayah yang ditunjuk, selanjutnya panitia melakukan penyelesaian hak-hak
pihak ketiga yang teridentifikasi. Hak-hak pihak ketiga tersebut misalnya terdapat tanah

DLH Kabupaten Simeulue Tahun 2018 Hal 11


hak/tanah masyarakat di dalam kawasan hutan yang ditunjuk. Model penyelesaian ada 2
(dua) cara:
a. Jika hak pihak ketiga berada di sepanjang trayek batas, maka solusinya dikeluarkan dari
trayek batas;
b. BJika pihak ketiga berada di dalam kawasan rencana Tahura maka solusinya enclave atau
dikeluarkan dari kawasan hutan yang pelaksanaanya penataan batasnya dilaksanakan
tersendiri.

6. Sebagai penanda batas kawasan Tahura sebagaimana telah ditunjuk oleh Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dilakukan pemasangan tugu batas kawasan. Pemasangan
tugu ini dilakukan pada kawasan Tahura yang terindikasi tidak rawan perambahan dan tidak
terdapat hak-hak pihak ketiga. Tugu batas dipasang pada posisi/letak sebagaimana pada
deliniasi batas kawasan Tahura pada peta penunjukan kawasan Tahura yang dilengkapi
dengan koordinat tertentu.

7. Setelah penataan batas selesai, hasilnya dituangkan dalam Peta Tata Batas skala minimal 1 :
25.000 dimana peta ini menjadi lampiran pada Berita Acara Tata Batas.

IX. PELAKSANA

Kegiatan ini diharapkan dapat dilaksanakan oleh SKPA Dinas Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Aceh pada Tahun 2019 bekerjasama dengan BPKH Provinsi Aceh dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Simeulue melalui Sumber Pendanaan APBA Tahun 2019.
dengan melibatkan pihak-pihak (stakeholders) yang konsern dengan pengelolaan TAHURA..
Selain dari pada itu. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh akan berkoordinasi dengan
Tim Koordinasi Pemerintah Kabupaten Simeulue yang nantinya akan dibentuk oleh
Bupati Simeulue melalui SK Bupati Simeulue yang meliputi SKPD terkait antara lain :
1. DPRK Simeulue
2. Sekreteariat Daerah Kabupaten Simeulue
3. Bappeda Kabupaten Simeulue
4. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Simeulue
5. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Simeulue
6. Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Simeulue
7. Polhut. KPH Simeulue.
8. Bagian Hukum Setdakab. Simeulue
9. Bagian Ekonomi Setdakab. Simeulue
10. Bagian Pembangunan Setdakab. Simeulue
11. Camat Simeulue Timur
12. Camat Teupah Selatan
13. Pemerintah Desa Anao
14. Pemerintah Desa Suak Buluh
15. Pemerintah Desa Blang Sebel
16. Pemerintah Desa Kota Batu
17. Tokoh Masyarakat/Tokoh Adat

X. PEMBIAYAAN

Pembiayaan untuk Kegiatan Pengukuran Tata Batas dan Pemasangan Patok Keliling
Kawasan TAHURA Simeulue ini adalah sebesar Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah)
yang bersumber dari sumber dana APBA Tahun Anggaran 2019 (Rincian Terlampir)

XI. PENUTUP

Demikian kami sampaikan, Proposal Proyek Pengukuran dan Pemasangan Patok


Permanen Keliling Tapal Batas Kawasan TAHURA SIMEULUE Tahun Anggaran 2019.
Usulan tersebut di atas diharapkan menjadi dasar didalam pengembangan kawasan TAHURA
menjadi kawasan wisata, pengetahuan, penelitian dan rekreasi bagi masyarakat Simeulue
DLH Kabupaten Simeulue Tahun 2018 Hal 12
khususnya dan Institusi/Lembaga/Organisasi terkait lainnya, baik yang berhubungan dengan
konservasi sumber daya alam maupun kepentingan lainnya.

Sinabang, 6 April 2017


KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN SIMEULUE

T.RIDUAN, SP
Pembina Tk.I
Nip. 1973601 200112 1 002

No Uraian Kegiatan Volume Satuan Harga Satuan Jumlah


1 Koordinasi dan Sosialisasi Awal : 6,500,000,000
a. Biaya Akomodasi 3500 unit 400,000 1,400,000,000
b. Biaya Konsumsi 500 unit 1,200,000 600,000,000
c. Penginapan 40 unit 25,000,000 1,000,000,000
d. Biaya kepesertaan 40 unit 8,000,000 320,000,000
e. Biaya ATK 4 unit 300,000,000 1,200,000,000
f. Sewa Tempat/Tenaga Kebersihan 4 unit 300,000,000 1,200,000,000

2 Pengukuran dan Pemasangan Patok Tapal Batas 6,714,000,000


Sementara
a. Biaya Sewa Kenderaan Roda Empat 10 unit 135,000,000 1,350,000,000
b. Biaya Sewa Kenderaan Roda Dua 1 unit 800,000,000 800,000,000
c. Penginapan 1 unit 300,000,000 300,000,000
d. Biaya Tenaga Ahli Pengukuran 1 unit 100,000,000 100,000,000
e. Biaya Tenaga Ahli Pemetaan 3 unit 500,000,000 1,500,000,000
f. Biaya Tenaga pembantu/ 1 unit 864,000,000 864,000,000
g. Biaya Konsumsi 1 paket 1,800,000,000 1,800,000,000

Jumlah 13,214,000,000
PPN (10 %) 1,321,400,000
Total Jumlah 14,535,400,000

DLH Kabupaten Simeulue Tahun 2018 Hal 13


Terbilang : Empat Belas Milyar Lima Ratus Tiga Puluh Lima Juta Empat Ratus Ribu Rupiah

XII. LAMPIRAN

V.I. LAMPIRAN PETA

Gambar. 1 Peta Resiko Sanitasi Kabupaten Simeulue

Gambar. 2 Peta Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Kabupaten Simeulue

DLH Kabupaten Simeulue Tahun 2018 Hal 14


Gambar. 2 Peta Zonasi Persampahan Kabupaten Simeulue

DLH Kabupaten Simeulue Tahun 2018 Hal 15

Anda mungkin juga menyukai