Anda di halaman 1dari 93

CONTOH DRAFT DOKUMEN PENATAAN

BAB I
DESKRIPSI KAWASAN

A. Lokasi

Kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop Secara geografis terletak pada posisi
140o 22 – 145o 43’ BT dan 2o 25’ – 2o 33’ LS. Kawasan ini berbentuk memanjang
dan membentang dari Tanjung Tanah Merah Depapre hingga ke arah Timur Teluk
Numbay. Gunung Raveni merupakan puncak tertinggi dalam kawasan ini, dengan
ketinggian mencapai 1.880 meter dari permukaan laut.

Secara administrasi Cagar Alam Pegunungan Cycloop melintasi 2 wilayah


pemerintahan yaitu Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura dengan batas-batas
wilayahnya sebagai berikut :

Sebelah Utara : Distrik Ravenirara Kabupaten Jayapura dan Samudera Pasifik


Sebelah Timur : Distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura dan Heram
Kota Jayapura
Sebelah Selatan : Distrik Heram Kota Jayapura dan Distrik Sentani timur, Sentani,
Sentani Barat, Waibu dan Depapre Kabupaten Jayapura
Sebelah Barat : Distrik Depapre Kabupaten Jayapura

B. Sejarah dan Dasar Hukum/Status Kawasan

Untuk pertama kalinya kawasan ini terungkap dari perjalanan J.S.C Dumont
D’Urvelle pada tahun 1827, ketika ia merapat ke bagian utara pantai pegunungan
ini. Iamencatat bahwa gugusan pegunungan yang masif pertama di daerah bagian
barat Pulau New Guinea dan menamakannya sebagai pegunungan Cycloop dan
masif kedua di bagian Timur diberi nama Bougenfille di Papua New Guinea. Gugusan
pegunungan yang berdiri megah ibarat seorang raksasa kemudian diberi nama

1
“Cycloop”. Cycloop adalah seorang raksasa bermata satu yang terdapat dalam
legenda orang Yunani (Van Royen, 1959).

Status perlindungan Cycloop telah dimulai sejak zaman pemerintah Belanda.


Tepatnya pada tahun 1954, pemerintah Belanda menetapkan areal seluas 6.300 ha,
dengan pertimbangan dan alasan perlindungan yaitu perlindungan atas tanah. Pada
tahun 1974, Dinas Kehutanan Irian Jaya (kini Papua) kembali meninjau Ordonansi
Pemerintah Belanda tersebut serta memetakan kawasan ini seluas 4,197 ha, dengan
alasan dan pertimbangan perlindungan atas sumber air bagi masyarakat yang
bermukim di kota Jayapura, Abepura, Sentani dan penduduk asli lainnya yang
bermukim di sekeliling Cycloop. Selain itu pegunungan Cycloop merupakan “bak”
penampung air bagi Danau Sentani (WWF-1995).

Status perlindungan ini kemudian dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia, dengan


ditetapkannya Cycloop sebagai Cagar Alam berdasarkan Surat Keputusan (SK)
Menteri Perkebunan Nomor 56/Kpts/Um/4/1979 dan kemudian dipertegas dengan
SK Menteri Kehutanan Nomor 365/Kpts-II/87, dengan status sebagai Cagar Alam
seluas 22.500 ha. Kemudian pada tahun 2012 terjadi perubahan luasan kawasan
berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor SK.782/Menhut-II/2012 tanggal 27
Desember 2012, dimana luas kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop menjadi ±
31.479,89 Ha.

Kawasan Cagar Alam Pengunungan Cycloop mencakup beberapa tipe hutan mulai
dari hutan pantai, hutan hujan dataran rendah hingga ke hutan pegunungan.
Pertimbangan terhadap perlindungan kawasan ini mengacu kepada pentingnya
perlindungan terhadap :
a. Pusat endemis dan evolusi penting biogeography pulau Papua. Ralina mayri dan
Paraleptomys rufogaster hidup di daerah ini; banyak tanaman dan satwa
endemik Papua juga terwakili disini.
b. Pegunungan Cycloop/Dafonsoro mempunyai arti yang penting dalam
penampilannya terisolir dari wilayah pegunungan lainnya, lagi pula merupakan
wilayah tersendiri yang terdiri atas tanah ultrabasik khusus yang tidak dapat
ditumbuhi taxa tropis dan toleran. Dengan demikian wilayah ini memberikan

2
tempat bagi banyak spesies daripada biasanya yang disebabkan oleh faktor
geologisnya.
c. Keragaman ketinggian kawasan ini meliputi spectrum luas jenis-jenis habitat
termasuk daerah pantai berbatu, hutan pantai, hutan daratan rendah, hutan
gunung rendah, hutan lumut, hutan ultra basic dan padang rumput.
d. Sumber-sumber mata air utama bagi masyarakat yang berada kota Jayapura
dan Kabupaten Jayapura.

C. Hasil-hasil Inventarisasi Potensi

1. Potensi Flora

Komposisi hutan dan keragaman tumbuhan di hutan hujan dataran rendah


Yongsu, Papua, berdasarkan hasil Rapid assesment yang dilakukan oleh
Conservation International (Stephen & Suryadi, 2002) ditemukan Seratus tujuh
puluh delapan spesies. Tingkat kanopi didominasi oleh Manilkara fasciculata,
Mastixiodendron pachyclados, Palaquium ridleyi dan Parastemon
urophyllus.Hutan di sekitar Yongsu merupakan bahan penting untuk pembuatan
rumah dan perahu oleh penduduk setempat. Namun demikian, vegetasi di
daerah Yongsu, khususnya di Jari, masih dalam keadaan baik dan ekstraksi
sumberdaya hutan pada saat ini tampaknya dalam kondisi lestari berkelanjutan.
Kekayaan jenis tumbuhan di hutan dataran rendah Yongsu mirip dengan
kawasan tropis lainnya di Asia Pasifik tetapi lebih rendah daripada Amerika Latin.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Uji, 2005, mengenai potensi


keanekaragaman dan potensi flora di Cagar Alam Cycloop, terdapat 107 jenis
tumbuhan yang berpotensi dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
ponghasil obat-obatan, penghasil kayu dan tanaman hias serta penghasil sayu,
buah-buahan, perabotan rumah tangga dan lainnya. Jenis tanaman yang
memiliki potensi penghasil kayu ditemukan 33 jenis pohon yang berpotensi
sebagai penghasil kayu bahan bangunan, konstruksi, mebel, perahu dan lain-
lain.Terdapat 35 jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan
obat. Jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai tanaman hias berasal dari suku
Araceae, Areca cycloopeae, liliaceae dan dari kelompok suku paku-pakuan. Jenis

3
tumbuhan penghasil sayur berasal dari jenis paku-pakuan. Buah merah
(Pandanus conoideus), matoa (Pometia pinnata), pisang, sukun,
melinjo/genemo, merupakan jenis penghasil buah yang banyak tumbuh di
kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop. Untuk peralatan rumah tangga yang
sering dimanfaatkan adalah jenis pandanus, daun podo (Donnax Cagar Alam
naeformis), dan dube (Neololeba atra).

2. Potensi Fauna

Letak Cagar Alam Pegunungan Cycloop yang terisolasi secara geografis,


menyebabkan jenis flora maupun fauna di kawasan ini mempunyai ciri khas
yang sangat menarik. Secara umum di Cagar Alam Pegunungan Cycloop dapat
dijumpai beberapa jenis satwa antara lain mamalia, yang diperkirakan sebanyak
107 jenis. Beberapa jenis mamalia yang cukup dominan ditemui antara lain babi
hutan, kelelawar, dan lain-lain. Untuk jenis burung ditemukan sekitar 279 jenis.
Beberapa jenis diantaranya merupakan jenis-jenis yang dilindungi antara lain ;
Kakatua Jambul Kuning (Cacatua galerita), Nuri Kepala Hitam (Lorius lorry),
Bayan (Eclectus roratus) Cenderawasih Kecil (Paradisea minor), raja udang (dari
famili Alcedinidae), dan elang bondol (haliastur indus). Walaupun beberapa jenis
antara lain Cenderawasih, Kakatua Jambul Kuning, Kakatua Raja, dan Raja
Udang saat ini telah susah ditemui terutama di daerah sekitar Sentani Kota,
Kampung Harapan dan Doyo Baru.

Selain itu Cagar Alam Pegunungan Cycloop merupakan rumah bagi sekitar 31
jenis katak, 65 jenis reptil dan 271 jenis kupu-kupu. Berdasarkan survey yang
dilakukan oleh Conservation Internatioal (Stephen & Suryadi, 2002), di daerah
Yongsu diperoleh data potensi keanekaragaman hayati fauna sebagai berikut :

 Kupu-kupu :

Enam puluh sembilan spesies kupu-kupu dari dari 4 famili berhasil ditemukan
dengan menggunakan jaring penangkap dan layar dengan lampu merkuri dan
neon. Fauna yang berhasil dikumpulkan terdiri dari: Papilionidae (7 spesies),
Pieridae (7 spesies), Lycaenidae (17 spesies) dan Nymphalidae (38 spesies).

4
Kupu-kupu Nymphalidae, Elymnias paradoxa adalah spesies yang sebelumnya
hanya diketahui berada di sebelah timur Papua New Guinea, dan dengan
ditemukannya spesies tersebut di Yongsu menunjukkan adanya perluasan
distribusi ke arah barat. Total keragaman spesies di dataran rendah ini
mewakili hampir setengah dari 144 spesies yang pernah dilaporkan
keberadaannya di seluruh Cagar Alam Pegunungan Cycloop, menunjukkan
bahwa hutan-hutan di Yongsu memberikan kualitas habitat yang bagus untuk
serangga. Kurva akumulasi spesies mengindikasikan adanya kemungkinan
spesies yang ada di daerah ini tetapi tidak tercatat.

 Ikan :

Jenis ikan yang ditemukan sebanyak 33 spesies dari 25 genus dan 15 famili.
Ikan-ikan di Yongsu telah teradaptasi dengan kondisi sungai yang relatif
curam, dan faunanya mirip dengan kelompok yang hidup di pesisir bergunung
di pesisir utara New Guinea. Jenis ikan didominasi oleh kelompok Gobi
(Gobiidae dan Eleotridae) dengan jumlah hampir setengah dari total spesies
yang ada. Ikan “Cling goby”sub-famili Sicydiinae terwakili dengan tujuh
spesies. Daerah Yongsu dan sekitar pesisir Cycloop merupakan contoh terbaik
untuk habitat sungai pesisir yang curam di seluruh Papua. Daerah ini juga
merupakan rumah bagi dua ikan gobi endemik dari genus Lentipes, salah
satunya adalah spesies baru yang ditemukan pada kegiatan pelatihan,
sehingga dapat dijadikan justifikasi bagi kegiatan konservasi.

 Amfibia dan Reptilia :

Dua puluh enam spesies reptilia dan delapan spesies katak ditemukan di
daerah Yongsu dengan mengkombinasikan pengamatan langsung dan suara
serta plot serasah. Dua spesies katak tergolong spesies baru bagi ilmu
pengetahuan dan satu katak lainnya terdengar dari kanopi hutan yang tinggi
dan hampir dipastikan merupakan spesies Litoria yang belum pernah
dideskripsikan. Spesies amfibi di lantai hutan ditemukan sebanyak lima
spesies, sedangkan untuk speseis penyu ditemukan dua spesies penyu di
pantai Yongsu yaitu spesies penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu

5
tempayan (Caretta caretta). Dan diperkirakan masih terdapat spesies lainnya
yang belum dideskripsikan dengan baik yang terdapat di kawasan Cagar Alam
Pegunungan Cycloop sehingga diperlukan upaya lebih lanjut untuk
mengoleksi dan mengidentifiasi spesies amfibi baik yang menghuni kanopi,
lantai hutan hingga perairan laut yang sangat menarik ini.

 Burung :

Survey di kawasan hutan Yongsu mengindikasikan bahwa burung-burung


hutan tersebar tidak merata pada tingkat lokal, kemungkinan akibat
penyebaran sumber pakan, sensus informal pohon-pohon hutan menunjukkan
bahwa tumbuhan strata arboreal tidak tersebar merata. Sembilan puluh
spesies burung berhasil ditemukan, dan kebanyakan adalah burung-burung
penghuni hutan. Lima belas burung tipikal hutan dataran rendah, termasuk
Mambruk Victoria dan Cekakak Pita-Biasa tidak dijumpai. Sebaliknya, adanya
populasi yang sehat dari Rangkong Papua, Kakatua Raja, dan Kasuari
Gelambir-Satu mengindikasikan bahwa di hutan ini tidak terjadi penurunan
jumlah pada fauna besarnya. Tidak adanya dataran pesisir dan hutan dataran
rendah merupakan faktor yang memungkinkan sedikitnya jumlah spesies
burung. Laporan dari naturalis setempat membuktikan bahwa burung dan
mamalia di Pegunungan Cycloop masih belum banyak diteliti.

3. Tipe Ekosistem

Cagar Alam Pegunungan Cycloop merupakan miniature perwakilan type


ekosistem pantai utara Papua. Berdasarkan klasifilasi Global 2000 ecoregion,
Cagar Alam Pegunungan Cycloop terdiri dari beberapa type ecoregion antara
lain: Northern New Guinea Montain Forest dan pada bagian lembah di bagian
barat dari kota Sentani terus membujur ke arah Teluk Tanah Merah masuk
dalam kelompok Northern New Guinea Lowland Rain dan Freshwater Swamp
Forest.

Menurut J.B Rattcliffle, kawasan pegunungan Cycloop didominasi oleh hutan


hujan primer, yang bervariasi berdasarkan ketinggian dalam struktur
komposisinya. Hutan dataran rendahya terutama di dominasi oleh “Pometia

6
pinnata” yang tingginya dapat mencapai30 meter. Selain itu juga dijumpai
Intsia bijuga, Anisoptera dillenia, Dracontomelon, Firmiana, Maplolobus, Mristica
sp, Callophyllum dan Pleiogynium spp. Selain itu juga terdapat tumbuhan
berspora berbatang lembut, termasuk pakis mulia (Cyathea spp), baik di dasar
hutan maupun sebagai tumbuhan rambat dan epiphytes, rotan (Clamus spp)
dan berbagai jenis anggrek. Beberapa jenis anggrek unik dari Cagar Alam
Pegunungan Cycloop yang saat ini semakin langka ditemukan antara lain:
Anggrek Dasi (Bulbophyllum fletcherianum), Angrek kribo (Dendrobium
spectabile) dan Dendrobium johnsoniae.

Di atas ketinggian 800 Mdpl dapat dijumpai lumut (moss) pada batang pohon,
cabang, dan bahkan daun, yang menunjukkan kondisi yang lebih basah bersama
dengan banyaknya sinar matahari yang mencapai tanah. Daerah ini umumnya
didominiasi oleh tumbuhan dengan daun yang ukurannya lebih kecil seperti
Nothofagusflaviramea, Quercus sp. dan spesies Myrtaceae, dengan spesies
andalan dari kawasan ini adalah jenis kayu Sowang (Xanthostemom sp). Pada
ketinggian ini, jenis-jenis cemara mulai menjadi lebih dominan seperti
Dacrydium, Papuacerdrus dan Phyllocladus.

Pada ketinggian di atas 600 m dpl. didominasi oleh Castonopsis spp, dan
Quercus spp, sering terlihat bersama-sama dengan species-species Sapotaceae ;
Palaqium warburgianum, Plancchonella,Caensis), Callophyllum carii, Engelhardia
rigida, Ficus spp dan Syzygium spp. Kemudian pada ketinggian 200 Mdpl
didominasi oleh Castanopsis accuminatissima dan Hopea sp., selain itu juga
dijumpai Araucari cunninghamii, Engelhardia rigida, Gevuina papuana dan
spesies lain yang biasanya lebih banyak terdapat di daerah-daerah yang lebih
tinggi. Daerah yang lebih tinggi dari hutan ultrabasik ini didominasi oleh
Castonopsis sp., Nothofagus sp., dan Dacrydium elatum.

Selain itu juga di sekitar Cagar Alam Pegunungan Cycloop juga dapat dijumpai
hutan sekunder, terutama di bagian selatan kawasan ini. Hal ini disebabkan
karena pembukaan hutan primer oleh masyarakat untuk dijadikan sebagai areal
perlandangan mereka. Rumput yang dominan tumbuh di areal ini adalah
Imperata cylindrical dan Themeda australis. Selain itu juga banyak ditumbuhi
7
oleh jenis-jenis anggrek tanah ungu, putih dan merah (Spathoglottis plicata),
Thysanotis chinesis dan Nussaenda frondosa.

Daerah berawa dan tergenang dijumpai di bagian utara dari kawasan ini dan
biasanya ditumbuhi oleh rumput dan Pandanus sp, sedangkan daerah rawa yang
dianggap cukup luas di daerah Sabron, Maribu, Waibron, Sentani dan Kampung
Harapan yang umumnya ditumbuhi oleh Sagu (Metroxylon sago).

4. Proses Ekologis

Pola penutupan vegetasi dan penggunaan lahan saat ini di wilayah DAS Sentani,
meliputi hutan, rawa, lahan kritis, semak belukar, kebun campuran, pemukiman
dan danau. Hasil analisis citra landsat tahun 2009 menunjukkan bahwa
penutupan lahan di wilayah DAS Sentani, didominasi oleh hutan yakni seluas
49.864 ha ( 63,95 %) dari total luas DAS Sentani, walaupun mutu penutupan
lahan hutan tersebut telah mengalami kerusakan. Luas lahan terbuka yang
kondisinya telah kritis di wilayah DAS Sentani yakni seluas 14.847 ha (19,04%).
Selanjutnya penutupan lahan semak belukar terdapat seluas 7.271 ha (9,33%),
pemukiman terdapat seluas 1.697 ha (2,18%), kebun campuran terdapat seluas
2.509 ha.

D. Aksesibilitas Kawasan

Letak pemukiman dalam wilayah administrasi ini sebagian besar berada pada daerah
penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloop, namun aktivitas masyarakat terutama
yang bekerja pada sektor informal telah merambah masuk sampai ke dalam
kawasan Cagar Alam dengan berbagai alasan. Hal ini memungkinkan karena
aksesibilitasnya didukung ketersediaan sarana-prasarana jalan permanen maupun
setapak dapat dilihat pada berikut ini.

8
Tabel 1. Aksesibilitas Kampung/Kelurahan di sekitar Cagar Alam Pegunungan
Cycloop
No Wilayah Kampung/Kelurahan Aksesibilitas

A. Kabupaten Jayapura
1. Distrik Depapre Tablanusu, Yapase, Mudah, jalan darat dan
Wambena,Doromena setapak
2. Distrik Sentani Barat Sabron Sari, Sabron Yaru,
Dosai, Maribu, Waibron Mudah, jalan darat dan
3. Distrik Waibu Doyo Lama, Doyo Baru setapak
4. Distrik Sentani Hinekombe, Sentani, Hobong,
Ifar Besar, Sereh Mudah, jalan darat dan
5. Distrik Sentani Timur Asei Kecil, Asei Besar, Nolokla setapak
6. Distrik Ravinerara Necheibe, Negeibe, Ormu, Mudah, jalan darat dan
Negasawa, Yongsu Sapari, setapak
Yongsu Dosoyo
Mudah, jalan darat dan
setapak
Sulit, jalan setapak
B. Kota Jayapura
1. Distrik Jayapura Utara Angkasapura, Bhayangkara, Mudah, jalan darat dan
Gurabesi. setapak
Distrik Jayapura Selatan
2. Distrik Heram Entrop
Mudah, jalan darat dan
3. Yabansai setapak

Mudah, jalan darat dan


setapak
Sumber: Data diolah, 2015

Akses ke dalam kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop sisi selatan dapat
ditempuh melalui perjalanan darat dan sisi utara melalui perjalanan laut. Perjalanan
darat dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda 2 dan roda 4. Untuk
kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop daerah Pos 7 di wilayah Kabupaten
Jayapura dapat ditempuh ± 15 menit dari bandara Sentani, dan untuk kawasan
Cagar Alam Pegunungan Cycloop wilayah Kota Jayapura, perjalanan membutuhkan
waktu ± 1,5 jam dari bandara Sentani sampai di wilayah Angkasa dan Bhayangkara.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan akses ke kawasan Cycloop bila perjalanan
ditempuh dari Pelabuhan Laut. Dari pelabuhan laut menuju ke kawasan Angkasa-

9
Bhayangkara dapat ditempuh ± 20 menit, namun apabila menuju ke kawasan di
wilayah Kabupaten Jayapura dapat ditempuh selama ± 1,5 jam

Namun untuk wilayah yang berada di sisi utara Cagar Alam Pegunungan Cycloop
dapat ditempuh menggunakan sarana transportasi laut ± 2 jam untuk mencapai
Kampung Ormu Distrik Ravenirara.

E. Kondisi Fisik Kawasan


1. Iklim
Cagar Alam Pegunungan Cycloop terletak pada wilayah beriklim tropis yang terus
menerus lembab karena pengaruh ketinggian dan curah hujan yang terjadi
sepanjang tahun, walaupun ada perbedaan nyata selama musim yang agak
kering yaitu Mei – November dan musim penghujan terjadi pada bulan Desember
– April. Musim angin yang bertiup dari Barat Laut menurunkan hujan sepanjang
Pantai Utara Papua, selama musim ini gelombang laut semakin besar dan
menghantam pantai membentuk rona pantai baru. Musim ini juga mengakibatkan
tanah longsor akibat curah hujan yang tinggi.
Hujan terjadi sepanjang tahun dengan curah hujan relatif tinggi. Curah hujan di
wilayah Sentani dan sekitarnya pada tahun 2013 berkisar 36 antara 359 mm per
bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April dan terendah pada bulan
Oktober tercatat di stasiun Genyem. Jumlah curah hujan tahunan mencapai
1.922 – 2.485 mm. Hari hujan terbanyak terjadi ada bulan Mei yaitu 30 hari dan
tersingkat pada bulan November yaitu 5 hari tercatat di stasiun Genyem. Total
jumlah hari hujan dalam setahun antara 226 – 246 hari.
Suhu udara rata-rata maksimal tercatat antara 31,4 – 32,6 oC dengan suhu
maksimal sebesar 32,9oC terjadi pada bulan Februari. Suhu rata-rata minimal
tercatat antara 23,1 – 24,6 oC dengan suhu minimal terbesar 22,7 oC terjadi pada
bulan Agustus. Fluktuasi suhu terjadi secara tidak nyata atau tidak menentu
sepanjang tahun.
Berdasarkan data curah hujan bulanan periode tahun 1988 – 2015 yang
diterbitkan oleh BMKG Wilayah V Jayapura, maka tipe Iklim Cagar Alam
Pegunungan Cycloop terbagi atas 2 tipe iklim menurut perhitungan “Schmitd dan
Ferguson” yakni untuk areal yang termasuk dalam wilayah Kota Jayapura

10
termasuk dalam Tipe Iklim B dan areal yang termasuk wilayah Kabupaten
Jayapura termasuk dalam tipe Iklim A.

2. Geologi

Kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop umumnya terdiri dari batuan beku
basa-ultrabasa dan batuan metamorfik sebagai batuan dasar (Suwarna dan Noya,
1995). Batuan berumur Tersier dijumpai di sekitar Pegunungan Cycloop umumnya
adalah batuan basa-ultrabasa dan batuan metamorfik (urutan dari paling muda
hingga ke paling tua) adalah sebagai berikut :

 Formasi Nubai (Tomn), berupa batugamping bersisipan biomikrit, napal, pasir


halus, grewak gampingan, tufan, tuf setempat bersisipan kalkarenit dan
kalsipelit. Formasi ini terhampar di sebelah timur Pegunungan Cycloop.
 Batuan beku basa (m), berupa gabro dan diorit, terbreksikan oleh struktur sesar.
Batuan ini terhampar di sebelah Selatan Pegunungan Cycloop dan di dalam
Danau Sentani.
 Batuan ultrabasa (um) terdiri dari harsburgit, serpentinit, piroksenit, dan dunit.
Batuan ini terhampar luas di bagian Timur Pegunungan Cycloop dan tersebar
setempat-setempat pada bagian Utara dan Barat, yaitu Tanjung Tanah Merah.
 Kelompok batuan metamorfik (pTmc) terdiri dari sekis, geneis, filit, amfibolit,
unakit, dan batu pualam, aktinolit dan hornfels. Kelompok batuan ini
terhampar pada bagian inti Pegunungan Cycloop sebelah Barat.

Struktur geologi yang berkembang disekitar Pegunungan Cycloop berupa sesar -


sesar. Arah umum sesar pada batuan yang berumur Tersier umumnya berarah
tenggara hingga ke selatan. Sedangkan, arah struktur pada batuan basa-
ultrabasa adalah timur – timurlaut, dan pada batuan malihan arah berarah hampir
ke selatan. Struktur sesar naik berarah jurus baratlaut - tenggara, memisahkan
batuan malihan Cycloop dengan batuan ultrabasa dan basa. Sesar mendatar
berarah barat daya-timur laut umumnya juga merupakan batas satuan batuan
dan formasi. Struktur sesar dan kekar lebih dominan berada pada batuan yang
berumur Tersier yaitu di batuan malihan dan ultrabasa-basa.

11
Dengan banyaknya struktur kekar pada batuan yang berumur Tersier, maka batuan
yang umumnya relatif kompak akan menjadi berongga dan dapat dilalui air tanah.
Diperkirakan arah aliran air tanah ini umumnya menuju ke arah Danau Sentani.

3. Tanah

Wilayah Pegunungan Cycloop dan sekitarnya memiliki kandungan tanah hutan


coklat. Jenis tanah ini sebagian besar terdapat di daerah batuan berkapur yang
basa, yang mendapat curah hujan dengan intensitas sedang. Sedangkan di
tempat yang lebih tinggi yang curah hujannya tinggi, kondisi tanah lebih asam.
Sering kali jenis tanah hutan coklat ini bergabung dengan jenis tanah regosol
yang merupakan jenis tanah liat coklat yang bercampur dengan hancuran batu
yang lapuk oleh iklim. Jenis tanah regosol ini terdapat di lereng-lereng gunung
yang tidak stabil, sedangkan tanah hutan coklat terdapat pada lereng yang lebih
stabil.

4. Topografi

Cycloop merupakan jantung pegunungan yang terdiri dari sebaris puncak yang
melintang dari arah Timur ke arah Barat, ketinggiannya mencapai 1880 Mdpl,
Gunung Refeni merupakan puncak tertinggi dari gugusan pegunungan Cycloop.
Sebagian besar kawasan ini mempunyai lereng amat curam dan seolah-olah
terpotong oleh aliran sungai, tebing-tebing yang mengelilingi melengkung tajam.
Pada bagian lain, guguran batuan pegungungan tampak berupa sebagaran batu
dan kerikil yang memenuhi sebagian lembah hingga ke selatan kota dan Danau
Sentani.

Kondisi topografi kawasan ini, dari bergelombang ringan hingga wilayah


bergelombang berat. Disisi utara, terdapat cuatan dan tebing, bukit-bukit yang
membentuk tanjung kecil sepanjang pantai yang terkikis oleh gelombang laut
menjadi tebing-tebing yang tidak stabil. Di beberapa tempat terdapat gua-gua
litoral. Teluk-teluk yang terbentuk diantaranya menimbulkan pantai yang
umumnya terdiri dari pasir atau kerikil halus.

12
5. Hidrologi

Kondisi hidrologi / hidrogeologi dikenali dari aliran permukaan (sungai) dan aliran
bawah permukaan (air tanah). Aliran permukaan berupa kecepatan dan pola
aliran sungai yang masuk ke dalam danau Sentani. Sedangkan air tanah berupa
lapisan akuifer.

Kondisi hidrologi kawasan Pegunungan Cycloop ditandai oleh pola aliran sungai
radial ke arah Danau Sentani. Berdasarkan data laporan studi Tim ESC Uncen
(1984), jumlah keseluruhan sungai yang mengalir di daerah aliran danau
sebanyak 35 sungai dengan panjang keseluruhan 242,95 km. Dari jumlah
tersebut, 26 sungai di antaranya (208,45 km) bermuara di Danau Sentani dan
sungai tersebut merupakan sungai perenial yang mengalir sepanjang tahun.
Namun dari pengamatan yang dilakukan PLN Papua (1993) didapatkan hanya 10
sungai yang masih mengalirkan air, yaitu delapan sungai di bagian utara dan dua
sungai di bagian selatan.

Studi dan Detail Desain Pengembangan Danau Sentani (PT Pramathana


Konsultan, 2002) mencatat sungai-sungai yang berpengaruh dominan terhadap
pasokan air Danau Sentani adalah sungai-sungai yang berhulu di Pegunungan
Cycloop di utara danau, yaitu Sungai Deyaw, Kemiri, Sentani, Jaferi, Nimebem,
Haway, Yabawi, Yapataita, Hobai, Younolo, Klandeli, Dofroko, dan Kuyabu.
Sedang di bagian barat adalah Sungai Dombule dan Boroway dan di bagian
selatan adalah Sungai Tenak Sawe dan Ayape. Sungai-sungai yang mengalir dari
arah utara bersumber dari beberapa mata air yang terdapat di Pegunungan
Cycloop. Satu-satunya outlet Danau Sentani adalah Sungai Jaifuri di bagian
selatan yang menyatu dengan Sungai Sungrum, Sekamto, dan Tami pada jarak
sekitar 10 km ke hilir untuk kemudian bermuara di Teluk Youtefa di Samudera
Pasifik.

Debit aliran sungai yang mengalir dari Pegunungan Cycloop semakin berkurang,
bahkan beberapa sungai telah mengering. Debit air di Sungai Anafre menurun
debitnya dari semula 80 m3/detik menjadi 50 m3/detik. Kali Entrop memiliki debit
62 m3/detik menjadi 45 m3/detik. Keadaan ini cukup mengkhawatirkan jika

13
dibiarkan dan berlangsung lama, maka akan terjadi krisis air bersih bagi Kota
Jayapura dan Kota Sentani.

F. Kondisi Sosial Budaya, Ekonomi dan Lingkungan Masyarakat Sekitar


Kawasan

1. Sosial Budaya
Kawasan PegununganCycloop yang terdiri dari tiga puncak tertinggi, yaitu Puncak
Raveni (1.880 meter), Puncak Rara (1.700 meter) dan Puncak Dafonsoro (1.530
meter), berbatasan langsung dengan kampung-kampung lokal mulai dari bagian
timur sampai barat, dan dari bagian utara sampai selatan.

Semua kampung di kawasan ini, mulai dari kampung Kayu Batu di sebelah Timur
sampai kampung Tablasupa di sebelah Barat, kampung Yongsu di sebelah utara
dan kampung-kampung di sebelah utara danau Sentani, merupakan lokasi
pemukiman penduduk lokal sebagai batas wilayah kawasan gunung Cycloop.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat pada kampung-kampung tersebut
selalu dikaitkan dengan hutan dan gunung Cycloop, termasuk dalam menentukan
batas kepemilikan dan penguasaan lahan yang menggunakan nilai dan kearifan
lokal. Batas-batas yang berlaku dalam kehidupan masyarakat lokal yang disepakti
dan dipatuhi bersama untuk menunjukkan batas antar suku dalam penguasaan
hak ulayat di Kawasan Gunung Cycloop berupa sungai dan kali, pohon besar,
gunung karang, sagu berduri halus.

Dahulu dalam aktivitas kehidupan masyarakat lokal, tanda batas yang diketahui
merupakan kesepakatan bersama yang harus ditaati, tidak boleh disentuh apalagi
dilanggar, karena bila terjadi pelanggaran akan ada risiko dimarah penjaga
gunung dalam bentuk bencana bagi semua orang berupa tanah longsor, hujan
lebat dan banjir besar.

Peranan kebudayaan tradisional masih sangat kuat bagi masyarakat asli suku-
suku yang memiliki dan mendiami tanah ulayat di kawasan Cycloop dalam wilayah
administrasi pemerintahan Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura. Suku-suku
yang berada dan memiliki ulayat terhadap kawasan Cycloop antara lain suku
Tepra, Mooi, Sentani, Ormu dan suku Numbay.

14
Sistem adat yang kuat dalam kehidupan suku-suku ini turut mempengaruhi sistem
pemanfaatan lahan atau tanah dan sumber daya alam yang lebih dikenal dengan
hak ulayat. Kawasan hutan pegunungan Cycloop telah ditetapkan oleh Pemerintah
sebagai kawasan Cagar Alam, namun bagi warga masyarakat suku-suku lokal
menganggap bahwa kawasan hutan Cagar Alam Pegunungan Cycloop merupakan
tanah adat yang merupakan hak ulayatnya turun temurun.

Dalam kehidupan masyarakat lokal, kawasan Cycloop memiliki budaya sebagai


nilai dan kearifan lokal yang walaupun tidak tertulis namun selalu dimaknai,
ditaati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
1) sebagai tanah adat
- Cycloop sebagai tempat tinggal bagi arwah dan roh leluhur nenek moyang
- Cycloop harus dilindungi karena merupakan tanah keramat sebagai warisan
leluhur
- Cycloop dimanfaatkan sesuai aturan dan ketentuan adat tentang batas dan
ruang dengan memperhatikan nilai dan kearifan lokal
- Cycloop sebagai ibu yang memberikan air susu untuk kehidupan
- Cycloop harus dijaga agar tanahnya tetap ada dan tidak berpindah karena
longsor

2) sebagai tempat kebun


- Kekayaan Cycloop merupakan air susu ibu sebagai sumber dan tumpuan
hidup sejak jaman dahulu sampai sekarang
- Lahan Cycloop yang subur karena dialiri air dari sumber yang digunakan
lelulur sehingga tanah ditumbuhi berbagai jenis tanaman dan pohon
- Cycloop sebagai sumber bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan
hidup, namun tidak boleh melewati zona adat yang disebut “seke” sebagai
daerah perburuan, pengambilan kayu rumah dan perahu
3) sebagai tempat pemukiman
- Cycloop sebagai pangkuan ibu tempat tinggal menetap dan duduk (zona
buso) dan diberi makan (zona emi seke).
- Cycloop sebagai tempat berteduh sehingga jangan sembarang menembang
pohon dan mengganggu tempat-tempat tertentu

15
- Cycloop sebagai tempat tinggal bagi semua mahluk hidup (manusia,
tumbuhan dan hewan) yang merupakan warisan leluhur.

2. Ekonomi

Kawasan Cycloop mempunyai peran strategis dalam dinamika pembangunan,


termasuk dalam aspek sosial karena merupakan penyangga bagi kehidupan
manusia (penduduk lokal dan migran), merupakan media dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan berbagai penelitian, serta mempunyai nilai estetika atau
keindahan alam yang sangat alami.

Dari aspek ekonomi, kawasan Cycloopberperan penting sebagai Daerah


Tangkapan Air (DTA) yang mengalirkan air untuk wilayah Kota Jayapura dan
kabupaten Jayapura termasuk Danau Sentani, sebagai sumber baku industri air
minum dan perikanan air tawar. Nilai ekonomi lain berupa peluang
pengembangan ecotourisme, sumber pengembangan obat-obat tradisional yang
berkhasiat dari berbagai jenis tanaman dan tumbuhan serta lokasi
pengembangan tanaman buah merah karena bentuk topografi yang sesuai
dengan syarat tumbuh tanaman tersebut.

Konsekuensi dari pengembangan aspek sosial dan ekonomi yang begitu cepat di
kawasan Cycloop ini telah berdampak pada berbagai masalah berupa:

 Pelepasan tanah kepada pihak lain (migran) sehingga terjadi pengabaian


terhadap nilai dan kearifan lokal dalam menjaga kawasan Cycloop.
 Tekanan penduduk yang menyebabkan perluasan perladangan berpindah
tidak terkendali, kebakaran lahan akibat perladangan berpindah yang kerap
menggunakan api untuk pembersihan areal, penebangan liar dan pembuatan
arang, penggalian pasir dan batu (bahan Galian C), pendulangan emas dan
perburuan tumbuhan dan satwa liar.
 Pembangunan dan pengembangan wilayah kawasan penyangga Cycloop
dengan membangun sarana-prasarana berupa jalan, perkantoran dan
pembangunan pemukiman (termasuk pemukiman liar).
 Rendahnya pemahaman masyarakat terutama migran tentang pentingnya
hutan dan kelestarian kawasan Cycloop.

16
3. Lingkungan Masyarakat Sekitar Kawasan

Cagar Alam Pegunungan Cycloop terletak memanjang dan membentang pada dua
wilayah administrasi kota/kabupaten dari Teluk Tanah Merah (Kabupaten
Jayapura) ke arah Timur sampai di Tanjung Kayu Batu (Kota Jayapura).Secara
administratif dalam wilayah Kabupaten Jayapura (74%) antara lain Distrik
Depapre, Sentani Barat, Waibu, Sentani, Sentani Timur dan Distrik Ravenirara,
sedangkan dalam wilayah Kota Jayapura (26%) antara lain distrik Jayapura Utara,
Jayapura Selatan dan Distrik Heram.

Kampung dan kelurahan yang aktivitas penduduknya bersentuhan langsung


dengan kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop, antara lain :

Tabel 2. Persebaran Distrik dan Kampung di sekitar Cagar Alam Pegunungan


Cycloop

No Wilayah Kampung Kelurahan


A Kabupaten Jayapura
1. Distrik Depapre Tablanusu, Yapase, Wambena,
2. Distrik Sentani BaratDoromena Hinekombe,
Sabron Sari, Sabron Yaru, Dosai Sentani
3. Distrik Waibu Maribu, Waibron
4. Distrik Sentani Doyo Lama, Doyo Baru
5. Distrik Sentani TimurHobong, Ifar Besar, Sereh
6. Distrik Ravinerara Asei Kecil, Asei Besar, Nolokla,
Necheibe, Negeibe, Negasawa, Ormu,
Yongsu Sapari, Yongsu Dosoyo
B Kota Jayapura
1. Distrik Jayapura Angkasapura,
Utara Bhayangkara
Gurabesi

2. Distrik Jayapura Entrop


Selatan
3. Distrik Heram Yabansai

Sumber: Kota/Kabupaten Jayapura dalam Angka, 2015

17
BAB II
ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Analisa

A1. Metodologi
PERHATIAN : (SILAKAN PILIH SALAH SATU SESUAI DENGAN FUNGSI
KAWASAN NYA)

Metode penentuan blok pengelolaan CA. Pegunungan Cycloop didasarkan kepada


Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan no. 76 tahun 2015 tentang
Kriteria Zona pengelolaan Taman Nasional dan Blok Pengelolaan Cagar Alam,
Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.

Metode penyusunan penataan blok meliputi pemanfaatan hasil kegiatan pemetaan


potensi kawasan konservasi yang telah dibuat dan mengiventarisasi serta
mengumpulkan data untuk tujuan penyusunan blok termasuk data primer maupun
sekunder yang kemudian diolah dan dianalisis secara spasial dan dilengkapi dengan
input/masukan dalam konsultasi publik dan verifikasi lapangan.

PEMETAAN POTENSI INVENTARISASI &


PENGOLAHAN &
KAWASAN PENGUMPULAN
ANALISIS DATA
KONSERVASI DATA UNTUK BLOK

DRAFT PETA BLOK &


INPUT/MASUKAN DOKUMEN BLOK
KONSULTASI PUBLIK PENGELOLAAN

VERIFIKASI / PENGOLAHAN &


CEK LAPANGAN ANALISA DATA
ULANG

DRAF FINAL
DOKUMEN & PETA
BLOK PENGELOLAAN
18
Gambar 1. Alur Metode Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop

Pemetaan potensi kawasan konservasi adalah kegiatan sebelum penyusunan


penataan blok yang bertujuan memetakan seluruh potensi kawasan konservasi
yang menggambarkan kondisi status, fisik, sosial dan keragaman hayati kawasan
konservasi. Berikut adalah kumpulan peta-peta tematik dalam pemetan potensi:

Gambar 2. Substansi pemetaan potensi kawasan konservasi

A.2. Kriteria Zona & Blok Pengelolaan Kawasan Konservasi


Pembagian zona Taman Nasional menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 meliputi:
1. Zona Inti;
2. Zona Rimba;
3. Zona Pemanfaatan; dan/atau
4. Zona Lainnya sesuai dengan keperluan yang dibagi menjadi: Zona
Perlindungan Bahari; Zona Tradisional; Zona Rehabilitasi; Zona Religi, Budaya
dan Sejarah; dan/atau Zona Khusus.
Kriteria dan masing-masing zonasi tersebut di atas adalah seperti yang disajikan
dalam Tabel 2.1.

Tabel Error! No text of specified style in document..1 Nama dan Kriteria Zonasi
untuk Taman Nasional
Nama Zona Kriteria
Zona Inti 1. Memiliki ekosistem atau merupakan perwakilan tipe ekosistem
atau fenomena/gejala alam dan formasi geologi yang masih asli

19
dan alami;
2. Merupakan konsentrasi komunitas tumbuhan/biota target
dan/atau merupakan area dengan keragaman jenis yang tinggi;
3. Merupakan lokasi tempat kawin dan bersarang satwa target
dan/atau tempat berpijah dan pembesaran satwa/biota target;
dan/atau
4. Tempat singgah satwa migran secara periodik.
Zona Rimba/ 1. Merupakan daerah sebaran tumbuhan dan daerah jelajah satwa
Perlindungan serta perkembangbiakan jenis target;
Bahari 2. Berbatasan dengan zona inti dan atau zona pemanfaatan/batas
fungsi;
3. Merupakan lokasi tempat kawin/berpijah dan pembesaran
satwa/biota target;
4. Memiliki ekosistem yang masih asli dan alami; dan/atau
5. Masih ditemukan tumbuhan dan satwa/biota utama dalam
jumlah yang cukup.
Zona Pemanfaatan1. Merupakan wilayah yang memiliki keindahan alam/daya tarik
alam atau nilai sejarah dan/atau wilayah dengan aksesibilitas
yang mampu mendukung aktivitas pemanfaatan;
2. Merupakan wilayah yang memungkinkan dibangunnya sarana
prasarana antara lain untuk menunjang pemanfaatan dan
pengelolaan;
3. Bukan merupakan konsentrasi komunitas tumbuhan/biota utama;
4. Bukan merupakan areal dengan keragaman jenis yang tinggi;
dan/atau
5. Terdapat potensi jasa lingkungan yang dapat dimanfaatkan.
Zona Tradisional Memenuhi kriteria sebagai zona rimba atau zona pemanfaatan
yang telah dimanfaatkan untuk kepentingan tradisional masyarakat
secara turun-temurun.
Zona Rehabilitasi Merupakan wilayah yang telah mengalami kerusakan sehingga
perlu dilakukan kegiatan pemulihan ekosistem.
Zona Religi, Budaya
Merupakan wilayah yang memenuhi kriteria sebagai zona rimba
dan Sejarah atau zona pemanfaatan yang telah dimanfaatkan untuk
kepentingan religi, adat budaya, perlindungan nilai-nilai budaya
atau sejarah.
zona khusus 1. Terdapat bangunan yang bersifat strategis yang tidak dapat
dielakkan;
2. Merupakan pemukiman masyarakat yang bersifat sementara
yang keberadaannya telah ada sebelum penetapan kawasan
tersebut sebagai TN; dan/atau
3. Memenuhi kriteria sebagai wilayah pembangunan strategis yang
tidak dapat dielakkan yang keberadaannya tidak mengganggu
fungsi utama kawasan.

Pembagian Blok Pengelolaan CA menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup


dan Kehutanan Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 meliputi:
1. Blok Perlindungan/Perlindungan Bahari; dan

20
2. Blok Lainnya yang meliputi:
a. Blok Rehabilitasi;
b. Blok Religi, Budaya dan Sejarah; dan/atau
c. Blok Khusus.
Pembagian Blok Pengelolaan SM menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 meliputi:
1. Blok Perlindungan/Perlindungan Bahari;
2. Blok Pemanfaatan; dan/atau
3. Blok Lainnya yang meliputi:
a. Blok Rehabilitasi;
b. Blok Religi, Budaya dan Sejarah; dan/atau
c. Blok Khusus.
Pembagian Blok Pengelolaan TWA menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 meliputi:
1. Blok Perlindungan/Perlindungan bahari;
2. Blok Pemanfaatan; dan/atau
3. Blok Lainnya yang meliputi:
a. Blok Tradisional
b. Blok Rehabilitasi;
c. Blok Religi, budaya dan sejarah; dan/atau
d. Blok khusus.
Pembagian Blok Pengelolaan Tahura menurut Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 meliputi:
1. Blok perlindungan/perlindungan bahari;
2. Blok pemanfaatan; dan/atau
3. Blok koleksi tumbuhan dan/atau satwa
4. Blok lainnya yang meliputi:
a. Blok tradisional
b. Blok rehabilitasi;
c. Blok religi, Budaya dan Sejarah; dan/atau
d. Blok Khusus.

Kriteria dan masing-masing blok pengelolaan untuk CA, SM, TWA dan Tahura
sebagaiamana tersebut diatas adalah seperti yang disajikan dalam Tabel 2.2.

Tabel Error! No text of specified style in document..2 Nama dan kriteria blok
pengelolaan untuk CA, SM, Tahura dan TWA
Nama Blok Kriteria Berada di
CA SM TahuraTWA
Blok  Memiliki ekosistem atau merupakan √ - - -
Perlindunga perwakilan tipe ekosistem atau
n/Perlindun fenomena/gejala alam dan formasi geologi
gan Bahari yang masih asli dan alami;
 Sebagai areal konsentrasi komunitas √ √ - -
tumbuhan atau satwa/biota utama;
 Sebagai tempat kawin/berpijah, pembesaran - √ - -

21
dan bersarang satwa/biota utama;
 Tingkat ancaman manusia rendah; dan/atau √ √ √ √
 Tempat singgah satwa migran secara periodik. √ √ -
 Tempat perlindungan jenis tumbuhan dan - - √ √
satwa
 Merupakan wilayah yang memiliki keterwakilan - - - √
bentang alam, gejala alam dan formasi geologi
yang unik.
Blok  Merupakan wilayah yang memiliki potensi - √ - -
Pemanfaata wisata alam terbatas dan kondisi lingkungan
n berupa penyimpanan dan/atau penyerapan
karbon, masa air, energi air, energi panas dan
energi angin.
 Merupakan wilayah yang memiliki obyek dan - - √ √
daya tarik wisata;
 Merupakan wilayah yang memiliki potensi - - √ √
kondisi lingkungan berupa penyimpanan
dan/atau penyerapan karbon, masa air, energi
air, energi panas dan energi angin;
 Merupakan wilayah yang memungkinkan - - √ √
dibangunnya sarana prasarana bagi kegiatan
pemanfaatan kondisi lingkungan, penelitian
dan pendidikan, dan wisata alam;
 Merupakan wilayah yang memiliki nilai sejarah - - √ √
atau wilayah dengan aksesibilitas yang mampu
mendukung aktivitas wisata alam.
Blok Merupakan wilayah yang telah mengalami √ √ √ √
Rehabilitasikerusakan sehingga perlu dilakukan kegiatan
pemulihan ekosistem.
Blok Religi,Merupakan wilayah yang memenuhi kriteria √ √ √ √
Budaya dansebagai blok perlindungan/perlindungan bahari
Sejarah yang telah dimanfaatkan untuk kepentingan religi,
adat budaya, perlindungan nilai-nilai budaya atau
sejarah.
Blok Khusus  Terdapat bangunan yang bersifat strategis √ √ √ √
yang tidak dapat dielakkan;
 Merupakan pemukiman masyarakat yang √ √ √ √
bersifat sementara yang keberadaannya telah
ada sebelum penetapan kawasan tersebut
sebagai CA, SM, Tahura atau TWA;
 Memenuhi kriteria sebagai wilayah √ √ √ √
pembangunan strategis yang tidak dapat
dielakkan yang keberadaannya tidak
mengganggu fungsi utama kawasan.
Blok Merupakan wilayah yang memenuhi kriteria - - √ √
Tradisionalsebagai blok perlindungan / perlindungan bahari
atau blok pemanfaatan yang telah dimanfaatkan

22
untuk kepentingan tradisional masyarakat secara
turun temurun.
Blok Koleksi
 Wilayah yang ditujukan untuk koleksi - - √ -
Tumbuhan tumbuhan dan/atau satwa liar;
dan/atau  Terdapat tumbuhan dan/atau satwa asli atau - - √ -
Satwa unggulan setempat dalam jumlah yang cukup;
 Lokasi dengan kondisi biofisiknya memenuhi - - √ -
syarat untuk dijadikan pusat pengembangan
koleksi tumbuhan dan/atau satwa liar.

B. Alat, Bahan, dan Data


1) Alat
1. Alat tulis kantor.
2. Kertas berbagai ukuran untuk pembuatan laporan dan mencetak peta.

2) Bahan
1. Perangkat Keras:
 Komputer baik Personal Computer (PC) maupun Laptop.
 Printer dan Plotter.
2. Perangkat lunak:
 ArcGIS atau perangkat lunak SIG yang lain.
 Microsoft Word.
 Microsoft Excel.

3) Data Primer
Hasil pengukuran di lapangan khususnya dalam bentuk:
1. Koordinat perjumpaan satwa.
2. Koordinat kerapatan vegetasi.
3. Koordinat tempat kawin/bersarang/berpijah/pembesaran satwa/biota target.
4. Koordinat atau delineasi area dari fenomena alam/geologi unik.
5. Koordinat atau delineasi area dari lokasi singgah satwa migran.
6. Koordinat lokasi-lokasi religi, situs budaya, dan sejarah di dalam kawasan.
7. Koordinat lokasi atau delineasi area bangunan strategis.
8. Koordinat lokasi atau delineasi area permukiman sementara di dalam
kawasan.

4) Data Sekunder
1. Peta Topografi.
2. Citra satelit resolusi menengah atau tinggi untuk mengidentifikasi kerusakan
ekosistem.
3. Peta penutupan/penggunaan lahan.
4. Peta sIstem lahan RePPProT (Regional Physical Planning Programme for
Transmigration).

23
5. Peta-peta ijin pemanfaatan kawasan konservasi.
C. Identifikasi Data Spasial Berdasarkan Kriteria Zona & Blok Pengelolaan
PERHATIAN : (SILAKAN PILIH SALAH SATU SESUAI DENGAN FUNGSI
KAWASAN NYA)
Kriteria zona dan blok pengelolaan seperti yang sudah dijelaskan pada bagian
terdahulu perlu diterjemahkan dalam bentuk data-data spasial yang diperlukan sebagai
masukan dalam analisa spasial penentuan zona dan blok pemanfaatan kawasan
konservasi. Hal itu dilakukan dengan cara mengidentifikasi parameter spasial yang
relevan sesuai kriteria yang disebutkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan P.76/2015 dan kebutuhan data spasial yang digunakan sebagai pendekatan
untuk merepresentasikan kriteria tersebut secara keruangan.

1. Kebutuhan Data Spasial untuk Pembuatan Zona Pengelolaan TN


Identifikasi kebutuhan data spasial berdasarkan kriteria zona inti, zona
rimba/perlindungan bahari, zona pemanfaatan, zona tradisional, zona rehabilitasi, zona
religi, budaya dan sejarah, serta zona khusus disajikan berturut-turut dalam Tabel 2.3
sampai dengan 2.9.

Tabel Error! No text of specified style in document..3 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan Kriteria Zona Inti TN
Kata kunci kriteria Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
menurut P.76
Ekosistem asli. Peta Ekosistem asli dicirikan dengan kondisi
penutupan/penggunaanpenutupan lahan berupa hutan primer
lahan Ditjen Planologi baik yang berada di hutan lahan kering,
Kehutanan dan Tata hutan rawa maupun hutan mangrove.
Lingkungan.
Konsentrasi Koordinat perjumpaan Kelompok koordinat perjumpaan satwa
tumbuhan/satwa utama.satwa. merupakan konsentrasi keberadaan
tumbuhan/satwa utama sehingga daerah
tersebut harus dijadikan zona inti.
Hasil analisa spasial Semakin tinggi kerapatan jenis di suatu
Kerapatan jenis. area, maka area tersebut harus dijadikan
zona inti.
Tempat Koordinat tempat Tempat
kawin/bersarang/berpijah
kawin/bersarang/berpijah kawin/bersarang/berpijah/pembesaran
/pembesaran satwa/biota
/pembesaran satwa/biota satwa/biota target harus dilindungi
target. target. sehingga harus dimasukkan ke dalam
zona inti.
Fenomena alam/geologiKoordinat atau delineasiFenomena alam/geologi unik harus
unik area dari fenomena dilindungi sehingga harus dimasukkan ke
alam/geologi unik. dalam zona inti.
Area singgah satwa Koordinat atau delineasiArea singgah satwa migran harus
migran. area dari lokasi singgah dilindungi sehingga harus dimasukkan ke

24
satwa migran. dalam zona inti.

Tabel Error! No text of specified style in document..4 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria zona rimba/perlindungan TN
Kata kunci kriteriaData yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
menurut P.76
Berbatasan dengan Hasil delineasi zona Dikarenakan diperlukan data zona
zona inti dan/atau inti/zona pemanfaatan. inti/zona pemanfaatan, maka penentuan
zona pemanfaatan. zona rimba/perlindungan bahari ini
dilakukan paling akhir.

Tabel Error! No text of specified style in document..5 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria zona pemanfaatan TN
Kata kunci kriteriaData yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
menurut P.76
Terdapat keindahan Koordinat lokasi yang Potensi wisata berupa spot-spot keindahan
alam/daya tarik memiliki keindahan alam/daya tarik wisata atau nilai sejarah
wisata atau nilai alam/daya tarik wisata dapat dimanfaatkan untuk ekowisata.
sejarah. atau nilai sejarah.
Memungkinkan Peta topografi atau Sarana dan prasarana sebaiknya dibangun
dibangun sarana kemiringan lereng. pada lokasi-lokasi dengan topografi datar.
prasarana penunjang
pemanfaatan.
Potensi jasa Peta Penyimpan/penyerap karbon, potensi air
lingkungan. penutupan/penggunaan dapat direpresetasikan dengan kondisi
lahan Ditjen Planologi penutupan lahan yang tutupan hutan
Kehutanan dan Tata primer baik yang berada di hutan lahan
Lingkungan, Peta ijin kering, hutan rawa maupun hutan
pemanfaatan kawasan mangrove.
konservasi. Areal-areal yang sudah dibebani ijin
Koordinat mata air/air pemanfaatan kawasan konservasi harus
terjun. dimasukan kedalam zona pemanfaatan.

Tabel Error! No text of specified style in document..6 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria zona tradisional TN
Kata kunci kriteriaData yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
menurut P.76

25
Berada di zona rimbaKoordinat atau delineasiZona tradisional pada umumnya sudah lebih
atau pemanfaatan danarea pemanfaatan dulu ada sebelum TN dibentuk. Oleh karena
digunakan oleh tradisional. itu area-area ini harus dipetakan koordinat
masyarakat lokasinya atau didelineasi secara khusus.
tradisional.

Tabel Error! No text of specified style in document..7 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria zona rehabilitasi TN
Kata kunci Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
kriteria menurut
P.76
Wilayah yang telahPeta hasil identifikasi Kerusakan lahan yang diidentifikasi antara
mengalami kerusakan kawasan lain disebabkan karena perambahan hutan,
kerusakan dan perlu
berdasarkan penafsiran kebakaran hutan, bencana alam seperti
pemulihan. citra satelit. tanah longsor, dll.

Tabel Error! No text of specified style in document..8 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria zona religi, budaya dan sejarah TN
Kata kunci Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
kriteria menurut
P.76
Telah dimanfaatkanKoordinat lokasi-lokasi Daerah-daerah yang dimanfaatkan untuk
untuk kepentinganreligi, situs budaya dan kepentingan religi, budaya dan sejarah,
religi, budaya dan sejarah di dalam kawasan.pada umumnya sudah lebih dulu ada
sejarah. sebelum TN dibentuk. Oleh karena itu area-
area ini harus dipetakan koordinat lokasinya
atau didelineasi secara khusus.

Tabel Error! No text of specified style in document..9 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria zona khusus TN
Kata kunci kriteriaData yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
menurut P.76
Bangunan strategis.Koordinat lokasi atau Bangunan strategis seperti sarana militer,
delineasi area bangunantelekomunikasi, energi, dll, pada umumnya
strategis. menyangkut kepentingan Negara secara luas,
karena itu area ini dimasukkan dalam zona
khusus.

26
Pemukiman Koordinat lokasi atau Pemukiman masyarakat sementara di dalam
masyarakat delineasi area kawasan pada umumnya adalah pemukiman
sementara di dalampermukiman sementaramasyarakat adat yang secara turun temurun
kawasan. di dalam kawasan. sudah menempati area tersebut, sehingga
area ini dimasukkan dalam zona khusus.

2. Kebutuhan Data Spasial Untuk Pembuatan Blok Pengelolaan CA


Identifikasi kebutuhan data spasial berdasarkan kriteria blok
perlindungan/perlindungan bahari, blok rehabilitasi, blok religi, budaya dan sejarah, blok
khusus, disajikan berturut-turut dalam Tabel 2.10 sampai dengan 2.13.

Tabel Error! No text of specified style in document..10 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria blok perlindungan/perlindungan CA
Kata kunci Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
kriteria menurut
P.76
Ekosistem asli. Peta Ekosistem asli dicirikan dengan kondisi
penutupan/penggunaan penutupan lahan berupa hutan primer baik
lahan Ditjen Planologi yang berada di hutan lahan kering, hutan
Kehutanan dan Tata rawa maupun hutan mangrove.
Lingkungan.
Konsentrasi Koordinat perjumpaan Kelompok koordinat perjumpaan satwa
tumbuhan/satwa satwa. merupakan konsentrasi keberadaan
utama. tumbuhan/satwa utama sehingga daerah
tersebut harus dijadikan zona inti.
Inventarisasi Kerapatan Semakin tinggi kerapatan jenis di suatu
jenis. area, maka area tersebut harus dijadikan
zona inti.
Fenomena Koordinat atau delineasi Fenomena alam/geologi unik harus
alam/geologi unik.area dari fenomena dilindungi sehingga harus dimasukkan ke
alam/geologi unik. dalam zona inti.
Area singgah Koordinat atau delineasi Area singgah satwa migrant harus dilindungi
satwa migran. area dari lokasi singgah sehingga harus dimasukkan ke dalam zona
satwa migran. inti.
Ancaman manusia. Peta jaringan jalan. Semakin dekat dengan jaringan jalan umum
maka aksesibilitas semakin mudah, sehingga
ancaman manusia semakin besar.
Peta jaringan sungai yang Semakin dekat dengan jaringan sungai yang
bisa dipakai untuk dipakai untuk lalu lintas umum maka
transportasi umum. aksesibilitas semakin mudah, sehingga
ancaman manusia semakin besar.
Peta area permukiman Semakin dekat dengan areal permukiman
disekitar kawasan (aktifitasmaka interaksi dengan kawasan semakin

27
penduduk harian pemukim intensif, sehingga ancaman manusia
merupakan ancaman). semakin besar.

Tabel Error! No text of specified style in document..11 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria blok rehabilitasi CA
Kata kunci Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
kriteria menurut
P.76
Wilayah yang telahPeta hasil identifikasi Kerusakan lahan yang diidentifikasi antara
mengalami kerusakan kawasan lain disebabkan karena perambahan hutan,
kerusakan dan perlu
berdasarkan penafsiran kebakaran hutan, bencana alam seperti
pemulihan. citra satelit. tanah longsor, dll.

Tabel Error! No text of specified style in document..12 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria blok religi, budaya dan sejarah CA
Kata kunci Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
kriteria menurut
P.76
Telah dimanfaatkanKoordinat lokasi-lokasi Daerah-daerah yang dimanfaatkan untuk
untuk kepentinganreligi, situs budaya dan kepentingan religi, budaya dan sejarah,
religi, budaya dan sejarah di dalam kawasan.pada umumnya sudah lebih dulu ada
sejarah. sebelum TN dibentuk. Oleh karena itu area-
area ini harus dipetakan koordinat lokasinya
atau didelineasi secara khusus.
Tabel Error! No text of specified style in document..13 Identifikasi kebutuhan data
spasial berdasarkan kriteria blok khusus CA
Kata kunci kriteriaData yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
menurut P.76
Bangunan strategis.Koordinat lokasi atau Bangunan strategis seperti sarana militer,
delineasi area bangunantelekomunikasi, energi, dll, pada umumnya
strategis. menyangkut kepentingan Negara secara luas,
karena itu area ini dimasukkan dalam zona
khusus.
Pemukiman Koordinat lokasi atau Pemukiman masyarakat sementara di dalam
masyarakat delineasi area kawasan pada umumnya adalah pemukiman
sementara di dalampermukiman sementaramasyarakat adat yang secara turun temurun
kawasan. di dalam kawasan. sudah menempati area tersebut, sehingga
area ini dimasukkan dalam zona khusus.

28
3. Kebutuhan Data Spasial untuk Pembuatan Blok Pengelolaan SM
Indentifikasi kebutuhan data spasial berdasarkan kriteria blok
perlindungan/perlindungan bahari, blok pemanfaatan, blok rehabilitasi, blok religi,
budaya dan sejarah, blok khusus, disajikan berturut-turut dalam Tabel 2.14 sampai
dengan 2.18.

Tabel Error! No text of specified style in document..14 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria blok perlindungan/perlindungan SM
Kata kunci kriteria Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
menurut P.76
Konsentrasi Koordinat perjumpaan Kelompok koordinat perjumpaan satwa
tumbuhan/satwa utama.satwa. merupakan konsentrasi keberadaan
tumbuhan/satwa utama sehingga daerah
tersebut harus dijadikan zona inti.
Inventarisasi Kerapatan Semakin tinggi kerapatan jenis di suatu
jenis. area, maka area tersebut harus dijadikan
zona inti.
Tempat Koordinat tempat Tempat
kawin/bersarang/berpijah
kawin/bersarang/berpijah kawin/bersarang/berpijah/pembesaran
/pembesaran satwa/biota
/pembesaran satwa/biota satwa/biota utama harus dilindungi
utama. utama. sehingga harus dimasukkan ke dalam
blok perlindungan.
Area singgah satwa Koordinat atau delineasiArea singgah satwa migrant harus
migran. area dari lokasi singgah dilindungi sehingga harus dimasukkan ke
satwa migran. dalam zona inti.
Ancaman manusia. Peta jaringan jalan. Semakin dekat dengan jaringan jalan
umum maka aksesibilitas semakin
mudah, sehingga ancaman manusia
semakin besar.
Peta jaringan sungai Semakin dekat dengan jaringan sungai
yang bisa dipakai untuk yang dipakai untuk transportasi umum
transportasi umum. maka aksesibilitas semakin mudah,
sehingga ancaman manusia semakin
besar.
Peta area permukiman Semakin dekat dengan areal permukiman
disekitar kawasan maka interaksi dengan kawasan semakin
(aktifitasi harian intensif, sehingga ancaman manusia
masyarakat merupakan semakin besar.
ancaman).

Tabel Error! No text of specified style in document..15 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria blok pemanfaatan SM
Kata kunci Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan

29
kriteria menurut
P.76
Potensi wisata Potensi wisata berupa spot-spot landscape
Koordinat spot-spot wisata,
terbatas, Peta secara terbatas dapat dimanfaatkan untuk
penyimpan/ penutupan/penggunaan ekowisata. Penyimpan/penyerap karbon,
penyerap karbon, lahan Ditjen Planologi potensi air dapat direpresentasikan dengan
potensi air dan Kehutanan dan Tata kondisi penutupan lahan yang tutupan
angin. Lingkungan, Peta ijin hutan primer baik yang berada di hutan
pemanfaatan kawasan lahan kering, hutan rawa maupun hutan
konservasi. mangrove.
Koordinat air terjun. Areal-areal yang sudah dibebani ijin
pemanfaatan kawasan konservasi harus
dimasukan kedalam blok pemanfaatan.

Tabel Error! No text of specified style in document..16 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria blok rehabilitasi SM
Kata kunci Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
kriteria menurut
P.76
Wilayah yang telahPeta hasil identifikasi Kerusakan lahan yang diidentifikasi antara
mengalami kerusakan kawasan lain disebabkan karena perambahan hutan,
kerusakan dan perlu
berdasarkan penafsiran kebakaran hutan, bencana alam seperti
pemulihan. citra satelit. tanah longsor, dll.

Tabel Error! No text of specified style in document..17 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria blok religi, budaya dan sejarah SM
Kata kunci Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
kriteria menurut
P.76
Telah dimanfaatkanKoordinat lokasi-lokasi Daerah-daerah yang dimanfaatkan untuk
untuk kepentinganreligi, situs budaya dan kepentingan religi, budaya dan sejarah,
religi, budaya dan sejarah di dalam kawasan.pada umumnya sudah lebih dulu ada
sejarah. sebelum TN dibentuk. Oleh karena itu area-
area ini harus dipetakan koordinat lokasinya
atau didelineasi secara khusus.

Tabel Error! No text of specified style in document..18 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria blok khusus SM
Kata kunci kriteria
Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan

30
menurut P.76
Bangunan strategis.Koordinat lokasi atau Bangunan strategis seperti sarana militer,
delineasi area bangunantelekomunikasi, energi, dll, pada umumnya
strategis. menyangkut kepentingan Negara secara luas,
karena itu area ini dimasukkan dalam zona
khusus.
Pemukiman Koordinat lokasi atau Pemukiman masyarakat sementara di dalam
masyarakat delineasi area kawasan pada umumnya adalah pemukiman
sementara di dalampermukiman sementaramasyarakat adat yang secara turun temurun
kawasan. di dalam kawasan. sudah menempati area tersebut, sehingga
area ini dimasukkan dalam zona khusus.

4. Kebutuhan Data Spasial untuk Pembuatan Blok Pengelolaan Tahura


Indentifikasi kebutuhan data spasial berdasarkan kriteria blok
perlindungan/perlindungan bahari, blok pemanfaatan, blok koleksi tumbuhan dan/atau
satwa, blok tradisional, blok rehabilitasi, blok religi, budaya dan sejarah, blok khusus,
disajikan berturut-turut dalam Tabel 2.19 sampai dengan 2.25.

Tabel Error! No text of specified style in document..19 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria blok perlindungan/perlindungan Tahura
Kata kunci kriteria Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
menurut P.76
Tempat Koordinat tempat Tempat
kawin/bersarang/berpijah
kawin/bersarang/berpijah/kawin/bersarang/berpijah/pembesaran
/pembesaran satwa/biota
pembesaran satwa/biotasatwa/biota utama harus dilindungi
utama. utama. sehingga harus dimasukkan ke dalam
blok perlindungan.
Area singgah satwa Koordinat atau delineasi Area singgah satwa migrant harus
migran. area dari lokasi singgah dilindungi sehingga harus dimasukkan
satwa migran. ke dalam zona inti.
Ancaman manusia. Peta jaringan jalan. Semakin dekat dengan jaringan jalan
umum maka aksesibilitas semakin
mudah, sehingga ancaman manusia
semakin besar.
Peta jaringan sungai yangSemakin dekat dengan jaringan sungai
bisa dipakai untuk yang dipakai untuk transportasi umum
transportasi umum. maka aksesibilitas semakin mudah,
sehingga ancaman manusia semakin
besar.
Peta area permukiman Semakin dekat dengan areal
disekitar kawasan permukiman maka interaksi dengan
(aktifitas harian kawasan semakin intensif, sehingga
masyarakat merupakan ancaman manusia semakin besar.

31
ancaman).

Tabel Error! No text of specified style in document..20 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria blok pemanfaatan Tahura
Kata kunci kriteriaData yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
menurut P.76
Terdapat obyek Koordinat lokasi obyek Potensi wisata berupa spot-spot landscape
wisata. wisata. Peta ijin secara terbatas dapat dimanfaatkan untuk
pemanfaatan kawasan ekowisata. Areal-areal yang sudah dibebani
konservasi. ijin pemanfaatan kawasan konservasi harus
dimasukan kedalam blok pemanfaatan.
penyimpan/penyerap Peta Penyimpan/penyerap karbon, potensi air
karbon, potensi air penutupan/penggunaan dapat direpresetasikan dengan kondisi
dan angin. lahan Ditjen Planologi penutupan lahan yang tutupan hutan
Kehutanan dan Tata primer baik yang berada di hutan lahan
Lingkungan. kering, hutan rawa maupun hutan
mangrove.
Memungkinkan Peta topografi atau Sarana dan prasarana sebaiknya dibangun
dibangun sarana kemiringan lereng. pada lokasi-lokasi dengan topografi datar.
prasarana.
Wilayah dengan nilaiPeta jaringan jalan. Semakin dengan dengan jaringan jalan
sejarah dengan maka aksesibilitas semakin mudah,
aksesibilitas mudah. sehingga memudahkan wisatawan untuk
berkunjung.

Tabel Error! No text of specified style in document..21 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria blok koleksi tumbuhan dan/atau satwa Tahura
Kata kunci Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
kriteria menurut
P.76
Terdapat Inventarisasi kerapatan Kerapatan jenis asli menunjukan area
flora/fauna asli atau
jenis asli. tersebut dapat dijadikan blok koleksi.
unggulan dalam
jumlah cukup.
Memenuhi syarat Peta kemiringan lereng. Sarana dan prasarana sebaiknya dibangun
sbg pusat koleksi. pada lokasi-lokasi dengan topografi datar.
Peta jaringan jalan. Semakin dengan dengan jaringan jalan
maka aksesibilitas semakin mudah,
sehingga memudahkan wisatawan untuk
berkunjung.
Koordinat sumber air atauKetersediaan air yang cukup sepanjang
32
jaringan sungai. tahun diperlukan untuk pemeliharaan
koleksi flora/fauna.

Tabel Error! No text of specified style in document..22 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria blok tradisional Tahura
Kata kunci Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
kriteria menurut
P.76
Berada di blok Koordinat atau delineasi Blok tradisional pada umumnya sudah lebih
perlindungan atau area pemanfaatan dulu ada sebelum Tahura dibentuk. Oleh
pemanfaatan dan tradisional. karena itu area-area ini harus dipetakan
digunakan oleh koordinat lokasinya atau didelineasi secara
masyarakat khusus.
tradisional.

Tabel Error! No text of specified style in document..23 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria blok rehabilitasi Tahura
Kata kunci Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
kriteria menurut
P.76
Wilayah yang telahPeta hasil identifikasi Kerusakan lahan yang diidentifikasi antara
mengalami kerusakan kawasan lain disebabkan karena perambahan hutan,
kerusakan dan perlu
berdasarkan penafsiran kebakaran hutan, bencana alam seperti
pemulihan. citra satelit. tanah longsor, dll.

Tabel Error! No text of specified style in document..24 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria blok religi, budaya dan sejarah Tahura
Kata kunci Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
kriteria menurut
P.76
Telah dimanfaatkanKoordinat lokasi-lokasi Daerah-daerah yang dimanfaatkan untuk
untuk kepentinganreligi, situs budaya dan kepentingan religi, budaya dan sejarah,
religi, budaya dan sejarah di dalam kawasan.pada umumnya sudah lebih dulu ada
sejarah. sebelum TN dibentuk. Oleh karena itu area-
area ini harus dipetakan koordinat lokasinya
atau didelineasi secara khusus.

33
Tabel Error! No text of specified style in document..25 Identifikasi kebutuhan data
spasial berdasarkan kriteria blok khusus Tahura
Kata kunci kriteriaData yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
menurut P.76
Bangunan strategis.Koordinat lokasi atau Bangunan strategis seperti sarana militer,
delineasi area bangunantelekomunikasi, energi, dll, pada umumnya
strategis. menyangkut kepentingan Negara secara luas,
karena itu area ini dimasukkan dalam zona
khusus.
Pemukiman Koordinat lokasi atau Pemukiman masyarakat sementara di dalam
masyarakat delineasi area kawasan pada umumnya adalah pemukiman
sementara di dalampermukiman sementaramasyarakat adat yang secara turun-temurun
kawasan. di dalam kawasan. sudah menempati area tersebut, sehingga
area ini dimasukkan dalam zona khusus.

5. Kebutuhan Data Spasial untuk Pembuatan Blok Pengelolaan TWA


Indentifikasi kebutuhan data spasial berdasarkan kriteria blok
perlindungan/perlindungan bahari, blok pemanfaatan, blok tradisional, blok rehabilitasi,
blok religi, budaya dan sejarah, blok khusus, disajikan berturut-turut dalam Tabel 2.26
sampai dengan 2.30.

Tabel Error! No text of specified style in document..26 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria blok perlindungan/perlindungan TWA
Kata kunci kriteria Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
menurut P.76
Tempat Koordinat tempat Tempat
kawin/bersarang/ kawin/bersarang/berpijah/kawin/bersarang/berpijah/pembesaran
berpijah /pembesaranpembesaran satwa/ biotasatwa/biota utama harus dilindungi
satwa/ biota utama. utama. sehingga harus dimasukkan ke dalam blok
perlindungan.
Area singgah satwa Koordinat atau delineasi Area singgah satwa migran harus
migran. area dari lokasi singgah dilindungi sehingga harus dimasukkan ke
satwa migran. dalam zona inti.
Ancaman manusia. Peta jaringan jalan yang Semakin dekat dengan jaringan jalan
dipakai untuk transportasiumum maka aksesibilitas semakin mudah,
umum sehingga ancaman manusia semakin
besar.
Peta jaringan sungai yangSemakin dekat dengan jaringan sungai
bisa dipakai untuk yang dipakai untuk transportasi umum
transportasi umum. maka aksesibilitas semakin mudah,
sehingga ancaman manusia semakin
besar.
Peta area permukiman Semakin dekat dengan areal permukiman
disekitar kawasan maka interaksi dengan kawasan semakin
(aktifitas masyarakat intensif, sehingga ancaman manusia

34
mengancam kelestarian semakin besar.
hutan).

Tabel Error! No text of specified style in document..27 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria blok pemanfaatan TWA
Kata kunci kriteriaData yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
menurut P.76
Terdapat obyek Koordinat lokasi obyek Potensi wisata berupa spot-spot landscape
wisata. wisata. Peta ijin secara terbatas dapat dimanfaatkan untuk
pemanfaatan kawasan ekowisata. Areal-areal yang sudah dibebani
konservasi. ijin pemanfaatan kawasan konservasi harus
dimasukan kedalam blok pemanfaatan.
penyimpan/penyerap Peta Penyimpan/penyerap karbon, potensi air
karbon, potensi air penutupan/penggunaan dapat direpresetasikan dengan kondisi
dan angin. lahan Ditjen Planologi penutupan lahan yang tutupan hutan
Kehutanan dan Tata primer baik yang berada di hutan lahan
Lingkungan, Koordinat air kering, hutan rawa maupun hutan
terjun. mangrove.
Memungkinkan Peta topografi atau Sarana dan prasarana sebaiknya dibangun
dibangun sarana kemiringan lereng. pada lokasi-lokasi dengan topografi datar.
prasarana.
Wilayah dengan nilaiPeta jaringan jalan. Semakin dengan dengan jaringan jalan
sejarah dengan maka aksesibilitas semakin mudah,
aksesibilitas mudah. sehingga memudahkan wisatawan untuk
berkunjung.

Tabel Error! No text of specified style in document..28 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria blok rehabilitasi TWA
Kata kunci Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
kriteria menurut
P.76
Wilayah yang telahPeta hasil identifikasi Kerusakan lahan yang diidentifikasi antara
mengalami kerusakan kawasan lain disebabkan karena perambahan hutan,
kerusakan dan perlu
berdasarkan penafsiran kebakaran hutan, bencana alam seperti
pemulihan. citra satelit. tanah longsor, dll.

35
Tabel Error! No text of specified style in document..29 Identifikasi kebutuhan data
spasial berdasarkan kriteria blok religi, budaya dan sejarah TWA
Kata kunci Data yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
kriteria menurut
P.76
Telah dimanfaatkanKoordinat lokasi-lokasi Daerah-daerah yang dimanfaatkan untuk
untuk kepentinganreligi, situs budaya dan kepentingan religi, budaya dan sejarah,
religi, budaya dan sejarah di dalam kawasan.pada umumnya sudah lebih dulu ada
sejarah. sebelum TN dibentuk. Oleh karena itu area-
area ini harus dipetakan koordinat lokasinya
atau didelineasi secara khusus.

Tabel Error! No text of specified style in document..30 Identifikasi kebutuhan data


spasial berdasarkan kriteria blok khusus TWA
Kata kunci kriteriaData yang dibutuhkan Alasan/penjelasan
menurut P.76
Bangunan strategis.Koordinat lokasi atau Bangunan strategis seperti sarana militer,
delineasi area bangunantelekomunikasi, energi, dll, pada umumnya
strategis. menyangkut kepentingan Negara secara luas,
karena itu area ini dimasukkan dalam zona
khusus.
Pemukiman Koordinat lokasi atau Pemukiman masyarakat sementara di dalam
masyarakat delineasi area kawasan pada umumnya adalah pemukiman
sementara di dalampermukiman sementaramasyarakat adat yang secara turun temurun
kawasan. di dalam kawasan. sudah menempati area tersebut, sehingga
area ini dimasukkan dalam zona khusus.

D. Proses Analisa Keruangan dan Penentuan Arahan Pengelolaan


Setelah dilakukan identifikasi data-data spasial yang relevan dengan kriteria zona
atau blok pengelolaan, selanjutnya dari data-data masukan tersebut dilakukan proses
analisa keruangan untuk mendapatkan peta keluaran berupa peta zona atau blok
pengelolaan kawasan konservasi.
Metode analisa keruangan yang digunakan dalam penentuan zona atau blok
pengelolaan adalah menggunakan proses penyesuaian (matching) yaitu membandingkan
data kondisi lapangan yang disajikan dalam peta-peta masukan dengan
persyaratan/kriteria dari zona atau blok pengelolaan baik KSA maupun KPA. Proses
penyesuaian dilakukan secara berjenjang mulai dari kriteria yang spesifik sampai dengan
kriteria yang umum. Jika sebuah area memiliki kondisi lapangan sesuai dengan kriteria
zona atau blok pengelolaan tertentu maka area tersebut akan dijadikan zona atau blok
dimaksud. Jika tidak maka harus dicari kesesuaiannya berdasarkan kriteria zona atau

36
blok pengelolaan lainnya. Demikian seterusnya sehingga seluruh kawasan terbagi
menjadi zona atau blok pengelolaan.

PERHATIAN : (SILAKAN PILIH SALAH SATU SESUAI DENGAN FUNGSI


KAWASAN NYA
1. Proses Analisa Keruangan Penentuan Zona Pengelolaan TN
Proses analisa keruangan untuk penentuan zona pengelolaan TN secara ringkas
disajikan dalam Gambar 2.1. Adapun penjelasan dari gambar tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Masukan awal adalah peta batas kawasan TN.
2. Menumpangsusunkan dengan peta area religi, budaya dan sejarah. Peta ini
dibuat dengan proses buffer pada jarak tertentu mempertimbangkan kondisi
lapangan misalnya sejauh 500 m dari koordinat lokasi religi, budaya dan
sejarah atau dengan delineasi/pengukuran lapangan. Jika area masuk dalam
wilayah buffer, maka area tersebut termasuk kedalam zona religi, budaya dan
sejarah. Jika tidak termasuk maka akan diseleksi di tahap berikutya.
3. Menumpangsusunkan peta hasil tahap sebelumnya dengan peta kawasan
strategis dan area permukiman sementara. Peta ini dibuat dengan proses
buffer pada jarak tertentu mempertimbangkan kondisi lapangan misalnya
sejauh 500 m dari koordinat lokasi kawasan strategis dan permukiman
sementara atau dengan delineasi/pengukuran lapangan. Jika area masuk
dalam wilayah buffer, maka area tersebut termasuk ke dalam zona khusus.
Jika tidak termasuk maka akan diseleksi di tahap berikutya.
4. Menumpangsusunkan peta hasil tahap sebelumnya dengan peta kawasan
tradisional. Peta ini dibuat dengan proses buffer pada jarak tertentu
mempertimbangkan kondisi lapangan misalnya sejauh 500 m dari koordinat
lokasi masyarakat tradisional atau dengan delineasi/pengukuran lapangan.
Jika area masuk dalam wilayah buffer, maka area tersebut termasuk ke dalam
zona tradisional. Jika tidak termasuk maka akan diseleksi di tahap berikutnya.
5. Menumpangsusunkan peta hasil tahap sebelumnya dengan peta hutan primer,
hutan sekunder dan savana yang bersumber dari peta penutupan/penggunaan
lahan. Peta ini merupakan hasil queri dari peta penutupan/penggunaan lahan,
dimana yang diseleksi adalah hutan primer dan sekunder baik hutan lahan
kering, rawa atau mangrove serta savana. Jika termasuk dalam kategori
penutupan lahan tersebut, maka area tersebut masih memiliki ekosistem asli
dan termasuk ke dalam zona inti.
6. Menumpangsusukan peta hasil tahap sebelumnya dengan peta jelajah satwa.
Peta ini dibuat menggunakan metode minimum convex polygon. Jika termasuk
kedalam polygon daerah jelajah satwa maka area tersebut termasuk kedalam
zona inti.
7. Menumpangsusunkan peta hasil tahap sebelumnya dengan peta fenomena
alam/geologi. Peta ini dibuat dengan proses buffer pada jarak tertentu
mempertimbangkan kondisi lapangan misalnya sejauh 1 km dari koordinat
lokasi fenomena alam/geologi atau dengan delineasi/pengukuran lapangan.
Jika termasuk maka area tersebut termasuk kedalam zona inti.
8. Menumpangsusunkan peta hasil tahap sebelumnya dengan peta area singgah
satwa migran. Peta ini dibuat dengan proses buffer pada jarak tertentu
mempertimbangkan kondisi lapangan misalnya sejauh 1 km dari koordinat
37
lokasi singgah satwa atau dengan delineasi/pengukuran lapangan. Jika
termasuk maka maka area tersebut termasuk kedalam zona inti.
9. Menumpangsusunkan peta hasil tahap sebelumnya dengan peta lokasi tempat
kawin/bersarang/berpijah/perbesaran biota target. Peta ini dibuat dengan
proses buffer pada jarak tertentu mempertimbangkan kondisi lapangan
misalnya sejauh 1 km dari koordinat lokasi tersebut atau dengan
delineasi/pengukuran lapangan. Jika termasuk kedalam lokasi tempat
kawin/bersarang/berpijah/perbesaran biota target area tersebut termasuk
kedalam zona inti.
10. Setelah ditentukan zona inti maka area-area yang belum termasuk kedalam
zona-zona tersebut diatas diidentifikasi, apakah bersinggungan dengan zona
inti atau tidak. Jika bersinggungan maka daerah tersebut termasuk kedalam
zona rimba/perlindungan bahari.
11. Menumpangsusunkan peta hasil tahap sebelumnya dengan peta kerusakan
kawasan. Peta kerusakan kawasan dibuat berdasarkan interpretasi kerusakan
dalam kawasan yang disebabkan karena perambahan, kebarakan hutan,
bencana alam seperti tanah longsor, dll. Data kerusakan kawasan ini juga
dapat diperoleh dari peta lahan kritis (kelas kritis dan sangat kritis). Jika area
masuk dalam wilayah area yang rusak, maka area tersebut termasuk kedalam
zona rehabilitasi. Jika tidak termasuk maka seluruh area yang belum termasuk
kedalam blok-blok diatas seluruhnya termasuk kedalam zona pemanfaatan.
12. Area yang sudah ditetapkan sebagai zona pemanfaatan ini harus dikonfirmasi
dengan beberapa kriteria yaitu:
- Menumpangsusunkan dengan peta spot keindahan alam/daya tarik wisata
atau nilai sejarah. Jika termasuk maka memperkuat areal tersebut adalah
zona pemanfaatan.
- Jika akan dibangun sarana prasarana untuk menunjang kegiatan
pemanfaatan maka harus ditumpangsusunkan dengan peta kemiringan
lereng untuk memastikan bahwa lokasi yang akan dibangun memiliki
kemiringan lereng datar atau landai.
- Menumpangsusunkan dengan peta-peta ijin pemanfaatan kawasan
konservasi untuk memastikan bahwa areal yang sudah dibebani ijin
tersebut termasuk kedalam zona pemanfaatan.

38
500 m
500 m 500 m

500 m
500 m 500 m

500 m
500 m 500 m

TIDAK

TIDAK

39
Gambar Error! No text of specified style in document..1 Diagram alir proses
penyesuaian (matching) penentuan zona pengelolaan TN
2. Proses Analisa Keruangan Penentuan Blok Pengelolaan CA
Proses analisa keruangan untuk penentuan blok pengelolaan CA secara ringkas
disajikan dalam Gambar 2.2. Adapun penjelasan dari gambar tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Masukan awal adalah peta batas kawasan CA.
2. Menumpangsusunkan dengan peta area religi, budaya dan sejarah. Peta ini
dibuat dengan proses buffer pada jarak tertentu mempertimbangkan kondisi
lapangan misalnya sejauh 500 m dari koordinat lokasi religi, budaya dan
sejarah atau dengan delineasi/pengukuran lapangan. Jika area masuk dalam
wilayah buffer, maka area tersebut termasuk kedalam blok religi, budaya dan
sejarah. Jika tidak termasuk maka akan diseleksi di tahap berikutya.
3. Menumpangsusunkan peta hasil tahap sebelumnya dengan peta kawasan
strategis dan area permukiman sementara. Peta kawasan strategis dan area
permukiman sementara dibuat dengan proses buffer pada jarak tertentu
mempertimbangkan kondisi lapangan misalnya sejauh 500 m dari koordinat
lokasi kawasan strategis dan permukiman sementara atau dengan
delineasi/pengukuran lapangan. Jika area masuk dalam wilayah buffer, maka
area tersebut termasuk kedalam blok khusus. Jika tidak termasuk maka akan
diseleksi di tahap berikutya.
4. Menumpangsusunkan peta hasil tahap sebelumnya dengan peta kerusakan
kawasan. Peta kerusakan kawasan dibuat berdasarkan interpretasi kerusakan
dalam kawasan yang disebabkan karena perambahan, kebarakan hutan,
bencana alam seperti tanah longsor, dll. Data kerusakan kawasan ini juga
dapat diperoleh dari peta lahan kritis (kelas kritis dan sangat kritis). Jika area
masuk dalam wilayah area yang rusak, maka area tersebut termasuk kedalam
blok rehabilitasi. Jika tidak termasuk maka seluruh area yang belum termasuk
kedalam blok-blok diatas seluruhnya termasuk kedalam blok perlindungan.
5. Namun area yang sudah ditetapkan sebagai blok perlindungan ini harus
dikonfirmasi dengan beberapa kriteria yaitu:
- Menumpangsusunkan dengan peta hutan lahan kering, hutan rawa atau
hutan mangrove baik primer dan sekunder serta savanna yang bersumber
dari peta penutupan/penggunaan lahan. Jika termasuk dalam kelas
penutupan lahan tersebut, maka memperkuat areal tersebut adalah blok
perlindungan. Jika tidak termasuk maka harus dimasukkan sebagai blok
rehabilitasi.
- Menumpangsusukan dengan peta jelajah satwa. Jika termasuk maka
semakin memperkuat areal tersebut sebagai blok perlindungan.
- Menumpangsusunkan dengan peta fenomena alam unik (misanya;
formasigeologi unik, goa, kaldera, dll). Peta ini dibuat dengan proses buffer
pada jarak tertentu mempertimbangkan kondisi lapangan misalnya sejauh
1 km dari koordinat lokasi fenomena alam/geologi atau dengan
delineasi/pengukuran lapangan. Jika termasuk maka semakin memperkuat
areal tersebut sebagai blok perlindungan.
- Menumpangsusunkan dengan peta ancaman manusia. Peta ini dibuat
dengan proses buffer pada jarak tertentu mempertimbangkan kondisi

40
lapangan misalnya sejauh 0,5 km dari jaringan jalan, alur sungai yang
digunakan untuk sarana transportasi masyarakat, dan permukiman
disekitar kawasan hutan yang aktivitasnya mengancam kawasan. Jika area
masuk dalam wilayah buffer (ancaman manusia tinggi), maka area
tersebut termasuk kedalam blok rehabilitasi. Jika tidak maka tetap sebagai
blok perlindungan.
- Menumpangsusunkan dengan peta area singgah satwa migran. Peta ini
dibuat dengan proses buffer pada jarak tertentu mempertimbangkan
kondisi lapangan misalnya sejauh 1 km dari koordinat lokasi singgah satwa
atau dengan delineasi/pengukuran lapangan. Jika termasuk maka semakin
memperkuat areal tersebut sebagai blok perlindungan.

500 m
500 m 500 m

500 m
500 m 500 m

Gambar Error! No text of specified style in document..2 Diagram alir proses


penyesuaian (matching) penentuan blok pengelolaan CA

41
3. Proses Analisa Keruangan Penentuan Blok Pengelolaan SM
Proses analisa keruangan untuk penentuan blok pengelolaan SM secara ringkas
disajikan dalam Gambar 2.3. Adapun penjelasan dari gambar tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Masukan awal adalah peta batas kawasan SM.
2. Menumpangsusunkan dengan peta area religi, budaya dan sejarah. Peta ini
dibuat dengan proses buffer pada jarak tertentu mempertimbangkan kondisi
lapangan misalnya sejauh 500 m dari koordinat lokasi religi, budaya dan
sejarah atau dengan delineasi/pengukuran lapangan. Jika area masuk dalam
wilayah buffer, maka area tersebut termasuk kedalam blok religi, budaya dan
sejarah. Jika tidak termasuk maka akan diseleksi di tahap berikutya.
3. Menumpangsusunkan peta hasil tahap sebelumnya dengan peta kawasan
strategis dan area permukiman sementara. Peta kawasan strategis dan area
permukiman sementara dibuat dengan proses buffer pada jarak tertentu
mempertimbangkan kondisi lapangan misalnya sejauh 500 m dari koordinat
lokasi kawasan strategis dan permukiman sementara atau dengan
delineasi/pengukuran lapangan. Jika area masuk dalam wilayah buffer, maka
area tersebut termasuk kedalam blok khusus. Jika tidak termasuk maka akan
diseleksi di tahap berikutya.
4. Menumpangsusunkan peta hasil tahap sebelumnya dengan peta kerusakan
kawasan. Peta kerusakan kawasan dibuat berdasarkan interpretasi kerusakan
dalam kawasan yang disebabkan karena perambahan, kebarakan hutan,
bencana alam seperti tanah longsor, dll. Data kerusakan kawasan ini juga
dapat diperoleh dari peta lahan kritis (kelas kritis dan sangat kritis). Jika area
masuk dalam wilayah area yang rusak, maka area tersebut termasuk kedalam
blok rehabilitasi. Jika tidak termasuk maka akan diseleksi di tahap berikutya.
5. Menumpangsusunkan dengan peta hutan lahan kering, hutan rawa atau hutan
mangrove baik primer dan sekunder serta savanna yang bersumber dari peta
penutupan/penggunaan lahan. Jika termasuk dalam kelas penutupan lahan
tersebut, maka areal tersebut adalah blok perlindungan.
6. Menumpangsusukan dengan peta jelajah satwa. Peta ini dibuat menggunakan
metode minimum convex polygon. Jika termasuk kedalam polygon daerah
jelajah satwa maka dimasukkan kedalam blok perlindungan.
7. Menumpangsusunkan dengan peta ancaman manusia. Peta ini dibuat dengan
proses buffer pada jarak tertentu mempertimbangkan kondisi lapangan
misalnya sejauh sejauh 0,5 km dari jaringan jalan, alur sungai yang digunakan
untuk sarana transportasi masyarakat, dan permukiman disekitar kawasan
hutan. Jika area tidak termasuk dalam wilayah buffer, maka area tersebut
memiliki tingkat ancaman manusia yang rendah sehingga termasuk kedalam
blok perlindungan. Jika ancaman manusia tinggi dan berbatasan dengan blok
perlindungan maka dimasukan dalam blok rehabilitasi.
8. Menumpangsusunkan dengan peta area singgah satwa migran. Peta ini dibuat
dengan proses buffer pada jarak tertentu mempertimbangkan kondisi
lapangan misalnya sejauh sejauh 1 km dari koordinat lokasi singgah satwa
atau dengan delineasi/pengukuran lapangan. Jika termasuk maka dimasukkan
kedalam blok perlindungan.
9. Seluruh area yang belum termasuk kedalam blok-blok diatas seluruhnya
termasuk kedalam blok pemanfaatan. Namun area yang sudah ditetapkan
42
sebagai blok pemanfaatan ini harus dikonfirmasi dengan beberapa criteria
yaitu:
- Menumpangsusunkan dengan peta spot keindahan alam/daya tarik wisata
atau nilai sejarah. Jika termasuk maka memperkuat areal tersebut adalah
blok pemanfaatan.
- Jika akan dibangun sarana prasarana untuk menunjang kegiatan
pemanfaatan maka harus ditumpangsusunkan dengan peta kemiringan
lereng untuk memastikan bahwa lokasi yang akan dibangun memiliki
kemiringan lereng datar atau landai.
- Menumpangsusunkan dengan peta-peta ijin pemanfaatan kawasan
konservasi untuk memastikan bahwa areal yang sudah dibebani ijin
tersebut termasuk kedalam blok pemanfaatan.

43
500 m
500 m 500 m

500 m
500 m 500 m

BLOK
PERLINDUNGAN

Jika ancaman tinggi


dan berbatasan
dengan blok
perlindungan

Gambar Error! No text of specified style in document..3 Diagram alir proses


penyesuaian (matching) penentuan blok pengelolaan SM

44
4. Proses Analisa Keruangan Penentuan Blok Pengelolaan Tahura
Proses analisa keruangan untuk penentuan blok pengelolaan Tahura secara
ringkas disajikan dalam Gambar 2.4. Adapun penjelasan dari gambar tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Masukan awal adalah peta batas kawasan Tahura.
2. Menumpangsusunkan dengan peta area religi, budaya dan sejarah. Peta ini
dibuat dengan proses buffer pada jarak tertentu mempertimbangkan kondisi
lapangan misalnya sejauh 500 m dari koordinat lokasi religi, budaya dan
sejarah atau dengan delineasi/pengukuran lapangan. Jika area masuk dalam
wilayah buffer, maka area tersebut termasuk kedalam blok religi, budaya dan
sejarah. Jika tidak termasuk maka akan diseleksi di tahap berikutya.
3. Menumpangsusunkan peta hasil tahap sebelumnya dengan peta kawasan
strategis dan area permukiman sementara. Peta kawasan strategis dan area
permukiman sementara dibuat dengan proses buffer pada jarak tertentu
mempertimbangkan kondisi lapangan misalnya sejauh 500 m dari koordinat
lokasi kawasan strategis dan permukiman sementara atau dengan
delineasi/pengukuran lapangan. Jika area masuk dalam wilayah buffer, maka
area tersebut termasuk kedalam blok khusus. Jika tidak termasuk maka akan
diseleksi di tahap berikutya.
4. Menumpangsusunkan peta hasil tahap sebelumnya dengan peta kerusakan
kawasan. Peta kerusakan kawasan dibuat berdasarkan interpretasi kerusakan
dalam kawasan yang disebabkan karena perambahan, kebarakan hutan,
bencana alam seperti tanah longsor, dll. Data kerusakan kawasan ini juga
dapat diperoleh dari peta lahan kritis (kelas kritis dan sangat kritis). Jika area
masuk dalam wilayah area yang rusak, maka area tersebut termasuk kedalam
blok rehabilitasi. Jika tidak termasuk maka akan diseleksi di tahap berikutya.
5. Menumpangsusunkan dengan peta hutan lahan kering, hutan rawa atau hutan
mangrove baik primer dan sekunder serta savanna yang bersumber dari peta
penutupan/penggunaan lahan. Jika termasuk dalam kelas penutupan lahan
tersebut, maka areal tersebut adalah blok perlindungan.
6. Menumpangsusukan dengan peta jelajah satwa. Peta ini dibuat menggunakan
metode minimum convex polygon. Jika termasuk kedalam polygon daerah
jelajah satwa maka dimasukkan kedalam blok perlindungan.
7. Menumpangsusunkan dengan peta ancaman manusia. Peta ini dibuat dengan
proses buffer pada jarak tertentu mempertimbangkan kondisi lapangan
misalnya sejauh 0,5 km dari jaringan jalan, alur sungai yang digunakan untuk
sarana transportasi masyarakat, dan permukiman disekitar kawasan hutan.
Jika area tidak termasuk dalam wilayah buffer, maka area tersebut memiliki
tingkat ancaman manusia yang rendah sehingga termasuk kedalam blok
perlindungan. Jika ancaman manusia tinggi dan berbatasan dengan blok
perlindungan maka dimasukan dalam blok rehabilitasi.
8. Menumpangsusunkan dengan peta area singgah satwa migran. Peta ini dibuat
dengan proses buffer pada jarak tertentu mempertimbangkan kondisi
lapangan misalnya sejauh 1 km dari koordinat lokasi singgah satwa atau

45
dengan delineasi/pengukuran lapangan. Jika termasuk maka dimasukkan
kedalam blok perlindungan.
9. Menumpangsusunkan dengan peta lokasi koleksi baik flora maupun fauna.
Peta lokasi koleksi flora/fauna ini harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan
mempertimbangkan parameter kerapatan jenis flora/fauna, aksesibilitas dan
kedekatan dengan sumber air. Jika termasuk dalam area lokasi koleksi
flora/fauna maka dimasukkan ke dalam blok koleksi.
10. Menumpangsusunkan dengan peta area tradisional yaitu area yang secara
turun-temurun sudah ditempati masyarakat jauh sebelum kawasan tersebut
ditunjuk atau ditetapka sebagai kawasan hutan. Jika area dalam butir e, f, g, h
dan i tersebut, termasuk dalam area tradisional maka dimasukkan sebagai
blok tradisional.
11. Seluruh area yang belum termasuk kedalam blok-blok diatas seluruhnya
termasuk kedalam blok pemanfaatan. Namun area yang sudah ditetapkan
sebagai blok pemanfaatan ini harus dikonfirmasi dengan beberapa kriteria
yaitu:
- Menumpangsusunkan dengan peta spot keindahan alam/daya tarik wisata
atau nilai sejarah. Jika termasuk maka memperkuat areal tersebut adalah
blok pemanfaatan.
- Jika akan dibangun sarana prasarana untuk menunjang kegiatan
pemanfaatan maka harus ditumpangsusunkan dengan peta kemiringan
lereng untuk memastikan bahwa lokasi yang akan dibangun memiliki
kemiringan lereng datar atau landai.
- Menumpangsusunkan dengan peta-peta ijin pemanfaatan kawasan
konservasi untuk memastikan bahwa areal yang sudah dibebani ijin
tersebut termasuk kedalam blok pemanfaatan.

46
500 m
500 m 500 m

500 m
500 m 500 m

500 m
500 m 500 m

YA
BLOK
PERLINDUNGAN

Jika ancaman tinggi dan


berbatasan dengan blok
perlindungan

Gambar Error! No text of specified style in document..4 Diagram alir proses


penyesuaian (matching) penentuan blok pengelolaan Tahura

47
5. Proses Analisa Keruangan Penentuan Blok Pengelolaan TWA
Proses analisa keruangan untuk penentuan blok pengelolaan Tahura secara
ringkas disajikan dalam Gambar 2.4. Adapun penjelasan dari gambar tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Masukan awal adalah peta batas kawasan Tahura.
2. Menumpangsusunkan dengan peta area religi, budaya dan sejarah. Peta
ini dibuat dengan proses buffer pada jarak tertentu mempertimbangkan
kondisi lapangan misalnya sejauh 500 m dari koordinat lokasi religi,
budaya dan sejarah atau dengan delineasi/pengukuran lapangan. Jika
area masuk dalam wilayah buffer, maka area tersebut termasuk ke dalam
blok religi, budaya dan sejarah. Jika tidak termasuk maka akan diseleksi di
tahap berikutya.
3. Menumpangsusunkan peta hasil tahap sebelumnya dengan peta kawasan
strategis dan area permukiman sementara. Peta kawasan strategis dan
area permukiman sementara dibuat dengan proses buffer pada jarak
tertentu mempertimbangkan kondisi lapangan misalnya sejauh 500 m dari
koordinat lokasi kawasan strategis dan permukiman sementara atau
dengan delineasi/pengukuran lapangan. Jika area masuk dalam wilayah
buffer, maka area tersebut termasuk ke dalam blok khusus. Jika tidak
termasuk maka akan diseleksi di tahap berikutya.
4. Menumpangsusunkan peta hasil tahap sebelumnya dengan peta
kerusakan kawasan. Peta kerusakan kawasan dibuat berdasarkan
interpretasi kerusakan dalam kawasan yang disebabkan karena
perambahan, kebarakan hutan, bencana alam seperti tanah longsor, dll.
Data kerusakan kawasan ini juga dapat diperoleh dari peta lahan kritis.
Jika area masuk dalam wilayah area yang rusak, maka area tersebut
termasuk kedalam blok rehabilitasi. Jika tidak termasuk maka akan
diseleksi di tahap berikutya.
5. Menumpangsusunkan dengan peta hutan lahan kering, hutan rawa atau
hutan mangrove baik primer dan sekunder serta savanna yang bersumber
dari peta penutupan/penggunaan lahan. Jika termasuk dalam kelas
penutupan lahan tersebut, maka areal tersebut adalah blok perlindungan.
6. Menumpangsusukan dengan peta jelajah satwa. Peta ini dibuat
menggunakan metode minimum convex polygon. Jika termasuk kedalam
polygon daerah jelajah satwa maka dimasukkan kedalam blok
perlindungan.
7. Menumpangsusunkan dengan peta ancaman manusia. Peta ini dibuat
dengan proses buffer pada jarak tertentu mempertimbangkan kondisi
lapangan misalnya sejauh 0,5 km dari jaringan jalan, alur sungai yang
digunakan untuk sarana transportasi masyarakat, dan permukiman
disekitar kawasan hutan. Jika area tidak termasuk dalam wilayah buffer,
maka area tersebut memiliki tingkat ancaman manusia yang rendah
sehingga termasuk kedalam blok perlindungan.

48
8. Menumpangsusunkan dengan peta area singgah satwa migran. Peta ini
dibuat dengan proses buffer pada jarak tertentu mempertimbangkan
kondisi lapangan misalnya sejauh 1 km dari koordinat lokasi singgah
satwa atau dengan delineasi/pengukuran lapangan. Jika termasuk maka
dimasukkan ke dalam blok perlindungan.
9. Menumpangsusunkan dengan peta fenomena alam yang unik, misalnya
formasi geologi tertentu, gua, kaldera, dll. Peta ini dibuat dengan proses
buffer pada jarak tertentu mempertimbangkan kondisi lapangan misalnya
sejauh 1 km dari koordinat lokasi fenomena alam/geologi atau dengan
delineasi/pengukuran lapangan.
10. Menumpangsusunkan dengan peta area tradisional yaitu area yang secara
turun-temurun sudah ditempati masyarakat jauh sebelum kawasan
tersebut ditunjuk atau ditetapkan sebagai kawasan hutan. Jika area dalam
butir e, f, g, h dan i tersebut, termasuk dalam area tradisional maka akan
dimasukkan sebagai blok tradisional.
11. Seluruh area yang belum termasuk kedalam blok-blok diatas seluruhnya
termasuk kedalam blok pemanfaatan. Namun area yang sudah ditetapkan
sebagai blok pemanfaatan ini harus dikonfirmasi dengan beberapa kriteria
yaitu:
- Menumpangsusunkan dengan peta spot keindahan alam/daya tarik
wisata atau nilai sejarah. Jika termasuk maka memperkuat areal
tersebut adalah blok pemanfaatan.
- Jika akan dibangun sarana prasarana untuk menunjang kegiatan
pemanfaatan maka harus ditumpangsusunkan dengan peta kemiringan
lereng untuk memastikan bahwa lokasi yang akan dibangun memiliki
kemiringan lereng datar atau landai.
- Menumpangsusunkan dengan peta-peta ijin pemanfaatan kawasan
konservasi untuk memastikan bahwa areal yang sudah dibebani ijin
tersebut termasuk kedalam blok pemanfaatan.

49
500 m
500 m 500 m

500 m
500 m 500 m

500 m
500 m 500 m

YA
BLOK
PERLINDUNGAN

Jika ancaman tinggi dan


berbatasan dengan blok
perlindungan

Gambar Error! No text of specified style in document..5 Diagram alir proses


penyesuaian (matching) penentuan blok pengelolaan TWA

50
E. Aplikasi Model Analisa Spasial untuk membuat Peta Arahan
Pengelolaan Kawasan Konservasi
Hasil dari proses analisa keruangan penentuan arahan pengelolaan kawasan
konservasi baik untuk TN, CA, SM, TWA dan Tahura sebagaimana yang diurakan dalam
Sub Bab sebelumnya adalah peta arahan pengelolaan kawasan konservasi. Peta ini
memberikan gambaran secara umum sebaran keruangan penataan kawasan kawasan
dalam bentuk zonasi untuk TN dan blok untuk CA, SM, TWA dan Tahura. Peta ini
merupakan informasi awal yang digunakan dalam proses pembuatan Peta Zonasi TN dan
Blok CA, SM, TWA dan Tahura.
Peta Arahan pengelolaan kawasan konservasi memberikan informasi fakta-fakta di
lapangan berdasarkan data inventarisasi potensi dan peta-peta tematik, sebagai
gambaran kondisi kawasan konservasi tersebut yang harus di kelola pada setiap zona
atau bloknya. Peta ini selanjutnya harus ditelaah dan dicermati oleh UPT pengelola
untuk mendapatkan masukan secara internal. Masukan internal ini antara lain berupa
kebijakan yang mungkin berbeda dari kriteria zona/blok yang sudah ditetapkan. Sebagai
contoh sebuah area berdasarkan kriteria seharusnya ditetapkan sebagai blok rehabilitasi.
Namun dikarenakan pada area tersebut sudah direncanakan untuk dibuat sebuah
sanctuary maka area tersebut ditetapkan sebagai blok perlindungan. Hasil pencermatan
secara internal ini menghasilkan peta zona/blok yang bersifat tentative dan perlu
mendapatkan masukan secara eksternal melalui proses konsultasi public.
Selanjutnya dilakukan konsultasi publik dengan para pihak terkait untuk
mendapatkan berbagai masukan secara eksternal. Dalam proses konsultasi publik
tersebut kemungkinan akan terjadi proses penyesuaian (adjustment) zona/blok untuk
mengakomodir kepentingan dari berbagai parapihak baik dari instansi pemerintah lain
maupun dari masyarakat. Sebagai contoh sebuah area menurut kriteria ditetapkan
sebagai blok perlindungan, tetapi terdapat keberatan dari masyarakat dikarenakan
secara turun-temurun masyarakat sudah terbiasa mengambil pekan ternak dari area
tersebut. Dalam hal ini terjadi proses negosiasi dengan masyarakat setempat, dimana
kepentingan masyarakat tersebut dapat diakomodir dengan menetapkan area tersebut
menjadi blok pemanfaatan, namun bisa jadi tidak dapat diakomodir dikarenakan
terdapat tumbuhan/satwa liar yang harus dilindungi, sehingga masyarakat diarahkan
untuk mencari pakan ternak di blok pemanfaatan yang lain.
Perlu digarisbawahi disini bahwa dalam proses negosiasi tersebut diupayakan
agar proses penyesuaian peta arahan pengelolaan KK menjadi zona/blok definitif ini
tidak terlalu menyimpang jauh dari arahan awal supaya tidak mengorbankan aspek-
aspek konservasi sumberdaya alam dan ekosistemnya.

Model spasial penentuan arahan blok kawasan konservasi ini disusun dengan
software GIS menggunakan metode matching dengan menggunakan query yang disusun
dengan bahasa pemrograman Phyton. Arahan yang disusun dalam model spasial ini
memerlukan input data yang diperlukan sebagai berikut:

Fitur Religi, Budaya dan Sejarah : Merupakan sebuah fitur religi, budaya
atau sejarah yang secara langsung dan tidak langsung memberikan pengaruh
terhadap sekitarnya dan dianggap “sakral” untuk pelestarian adat budaya dan

51
perlindungan nilai sejarah sehingga diperlukan pengelolaan pada zona tersendiri.
Contoh : Makam, Masjid, Candi. (data hasil inventarisasi)

Fitur Strategis : Merupakan sebuah fitur yang keberadaannya dianggap penting


sebagai penunjang keberlangsungan NKRI. Selain itu fitur strategis ini juga dapat
merupakan permukiman eksisting yang sudah ada sebelum kawasan ini ditetapkan.
Contoh : PLTA, Jalan Nasional eksisting pada kawasan, Menara SUTET, Markas Militer,
Permukiman Eksisting atau keterlanjuran yang sulit untuk dilakukan penegakan hukum.
(data hasil inventarisasi)

Fitur lahan kritis : Merupakan fitur dari kekritisan lahan pada kawasan konservasi.
Kawasan yang dianggap paling kritis merupakan kawasan yang sangat diperlukan
pemulihan ekosistem didalamnya. (dari data lahan kritis dengan updating lebih
lanjut)

Fitur Ancaman : Merupakan fitur yang menunjukkan dimana daerah yang


terancam keberadaannya dan dapat mengganggu stabilitas di dalam kawasan konservasi
dan perlu mendapat penanganan khusus di dalamnya.
Contoh : Area perambahan, Areal kebakaran. (data hasil inventarisasi).

Fitur Fenomena Alam Unik: Merupakan fitur yang berisi fenomena geologis/
alam yang unik yang berbeda dari kenampakan yang lain.
contoh : Batuan karst, Kawah Gunung Api, Savanna. (data hasil inventarisasi)

Fitur tradisional : Merupakan fitur area pemanfaatan yang dimanfaatkan


oleh warga setempat secara turun temurun yang sudah dilakukan sejak
sebelum kawasan ditetapkan. (data hasil inventarisasi)
Contoh : Ladang berpindah

Fitur Penggunaan Lahan : Merupakan fitur penggunaan lahan pada kawasan


konservasi yang mengacu pada sistem penamaan penggunaan lahan dari BAPLAN,
dengan dilakukan updating terlebih dahulu. (dari data lahan kritis dengan updating
lebih lanjut)

Adapun Model dan Fitur Aplikasi Model Spasial sebagai berikut:

PERHATIAN : (SILAKAN PILIH SALAH SATU SESUAI DENGAN FUNGSI


KAWASAN NYA

52
1. Aplikasi Model Analisa Spasial untuk Pengelolaan Arahan TN
a. Desain Model Builder untuk Pengelolaan Arahan TN

Gambar 3.6 Desain Model Builder untuk Pengelolaan Arahan TN

53
b. Tampilan Aplikasi Model Spasial untuk Pengelolaan Arahan TN

Gambar 3.7 Kebutuhan Data Masukan untuk Pengelolaan Arahan TN

Tabel 3.31 Syarat dan Kebutuhan Data Masukan untuk Pengelolaan Arahan TN
Keterangan dan tata cara penyusunan zona/blok
pengelolaan KK yang lebih lengkap silakan dibaca
Perhatian
pada BAB I PENDAHULUAN dan BAB II
METODOLOGI.
Semua input harus tersedia datanya dalam format
Syarat shapefile (.shp). Jika ada data yang tidak tersedia,
gunakan data shapefile (.shp) kosong.
No. Data Keterangan
1 Poligon TN Isikan batas kawasan TN (.shp) [dari KLHK]
2 Titik Religi Isikan titik objek religi/sejarah/budaya (.shp)
Isikan nilai buffer dari titik religi/sejarah/budaya
3 Jarak Buffer Religi
(jarak dan satuan menyesuaikan ketentuan tiap KK)
4 Poligon Religi Isikan poligon objek religi/sejarah/budaya (.shp)
5 Poligon Strategis Isikan poligon objek strategis: militer, dst (.shp)
6 Poligon Ancaman Isikan poligon objek ancaman (.shp)
54
7 Poligon Tradisional Isikan poligon objek tradisional (.shp)
8 Poligon Fenomena Alam Isikan poligon fenomena alam unik/khas (.shp)
9 Penggunaan Lahan Isikan poligon penggunaan lahan (.shp) [dari KLHK]
10 Tiik Potensi JasLing Isikan titik objek jasa lingkungan (.shp)
Isikan nilai buffer dari titik wisata (jarak dan satuan
11 Jarak Buffer Wisata
menyesuaikan ketentuan tiap kawasan)
12 Poligon Izin JasLing Isikan poligon objek izin pemanfaatan JasLing (.shp)
13 Poligon Potensi JasLing Isikan poligon objek jasa lingkungan (.shp)
14 Poligon Gambut Isikan poligon persebaran gambut (.shp) [dari KLHK]
Isikan nilai buffer kawasan rimba dengan nilai negatif
15 Jarak Buffer Rimba yang artinya buffer ke dalam kawasan (jarak dan
satuan menyesuaikan ketentuan tiap kawasan)
16 Titik Satwa Isikan titik objek tumbuhan satwa liar (.shp)
17 Geometry Type Pilih tipe geometri (convex hull atau menyesuaikan)
18 Lahan Kritis Isikan poligon lahan kritis (.shp) [dari KLHK]
Pilih lokasi penyimpanan data akhir hasil pemrosesan:
19 Arahan Pengelolaan
Arahan Pengelolaan (.shp)

55
2. Aplikasi Model Analisa Spasial untuk Pengelolaan Arahan CA
a. Desain Model Builder untuk Pengelolaan Arahan CA

56
Gambar 3.8 Desain Model Builder untuk Pengelolaan Arahan CA

57
b. Tampilan Aplikasi Model Spasial untuk Pengelolaan Arahan CA

Gambar 3.9 Kebutuhan Data Masukan untuk Pengelolaan Arahan CA

Tabel 3.32 Syarat dan Kebutuhan Data Masukan untuk Pengelolaan Arahan CA
Keterangan dan tata cara penyusunan zona/blok
pengelolaan KK yang lebih lengkap silakan dibaca
Perhatian
pada BAB I PENDAHULUAN dan BAB II
METODOLOGI.
Semua input harus tersedia datanya dalam format
Syarat shapefile (.shp). Jika ada data yang tidak tersedia,
gunakan data shapefile (.shp) kosong.
No. Data Keterangan
1 Titik Religi Isikan titik objek religi/sejarah/budaya (.shp)
Isikan nilai buffer dari titik religi/sejarah/budaya
2 Jarak Buffer Religi
(jarak dan satuan menyesuaikan ketentuan tiap KK)
3 Poligon Religi Isikan poligon objek religi/sejarah/budaya (.shp)
4 Poligon Strategis Isikan poligon objek strategis: militer, dst (.shp)
5 Poligon Ancaman Isikan poligon objek ancaman (.shp)
6 Poligon Fenomena Alam Isikan poligon fenomena alam unik/khas (.shp)
7 Penggunaan Lahan Isikan poligon penggunaan lahan (.shp) [dari KLHK]
8 Poligon Gambut Isikan poligon persebaran gambut (.shp) [dari KLHK]
9 Titik Satwa Isikan titik objek tumbuhan satwa liar (.shp)
58
10 Geometry Type Pilih tipe geometri (convex hull atau menyesuaikan)
11 Lahan Kritis Isikan poligon lahan kritis (.shp) [dari KLHK]
Pilih lokasi penyimpanan data akhir hasil pemrosesan:
12 Arahan Pengelolaan
Arahan Pengelolaan (.shp)

59
3. Aplikasi Model Analisa Spasial untuk Pengelolaan Arahan SM
a. Desain Model Builder untuk Pengelolaan Arahan SM

60
Gambar 3.10 Desain Model Builder untuk Pengelolaan Arahan SM

41

61
b. Tampilan Aplikasi Model Spasial untuk Pengelolaan Arahan SM

Gambar 3.11 Kebutuhan Data Masukan untuk Pengelolaan Arahan SM

Tabel 3.33 Syarat dan Kebutuhan Data Masukan untuk Pengelolaan Arahan SM
Keterangan dan tata cara penyusunan zona/blok
pengelolaan KK yang lebih lengkap silakan dibaca
Perhatian
pada BAB I PENDAHULUAN dan BAB II
METODOLOGI.
Semua input harus tersedia datanya dalam format
Syarat shapefile (.shp). Jika ada data yang tidak tersedia,
gunakan data shapefile (.shp) kosong.
No. Data Keterangan
1 Titik Religi Isikan titik objek religi/sejarah/budaya (.shp)
Isikan nilai buffer dari titik religi/sejarah/budaya
2 Jarak Buffer Religi
(jarak dan satuan menyesuaikan ketentuan tiap KK)
3 Poligon Religi Isikan poligon objek religi/sejarah/budaya (.shp)
4 Poligon Strategis Isikan poligon objek strategis: militer, dst (.shp)
5 Poligon Ancaman Isikan poligon objek ancaman (.shp)
6 Penggunaan Lahan Isikan poligon penggunaan lahan (.shp) [dari KLHK]
7 Tiik Potensi JasLing Isikan titik objek jasa lingkungan (.shp)
62
Isikan nilai buffer dari titik wisata (jarak dan satuan
8 Jarak Buffer Wisata
menyesuaikan ketentuan tiap kawasan)
9 Poligon Izin JasLing Isikan poligon objek izin pemanfaatan JasLing (.shp)
10 Poligon Potensi JasLing Isikan poligon objek jasa lingkungan (.shp)
11 Poligon Gambut Isikan poligon persebaran gambut (.shp) [dari KLHK]
12 Titik Satwa Isikan titik objek tumbuhan satwa liar (.shp)
13 Geometry Type Pilih tipe geometri (convex hull atau menyesuaikan)
14 Lahan Kritis Isikan poligon lahan kritis (.shp) [dari KLHK]
Pilih lokasi penyimpanan data akhir hasil pemrosesan:
15 Arahan Pengelolaan
Arahan Pengelolaan (.shp)

63
4. Aplikasi Model Analisa Spasial untuk Pengelolaan Arahan THR
a. Desain Model Builder untuk Pengelolaan Arahan THR

64
Gambar 3.12 Desain Model Builder untuk Pengelolaan Arahan THR

65
b. Tampilan Aplikasi Model Spasial untuk Pengelolaan Arahan THR

Gambar 3.13 Kebutuhan Data Masukan untuk Pengelolaan Arahan THR

Tabel 3.34 Syarat dan Kebutuhan Data Masukan untuk Pengelolaan Arahan THR
Keterangan dan tata cara penyusunan zona/blok
pengelolaan KK yang lebih lengkap silakan dibaca
Perhatian
pada BAB I PENDAHULUAN dan BAB II
METODOLOGI.
Semua input harus tersedia datanya dalam format
Syarat shapefile (.shp). Jika ada data yang tidak tersedia,
gunakan data shapefile (.shp) kosong.
No. Data Keterangan
1 Titik Religi Isikan titik objek religi/sejarah/budaya (.shp)
Isikan nilai buffer dari titik religi/sejarah/budaya
2 Jarak Buffer Religi
(jarak dan satuan menyesuaikan ketentuan tiap KK)
3 Poligon Religi Isikan poligon objek religi/sejarah/budaya (.shp)
4 Poligon Strategis Isikan poligon objek strategis: militer, dst (.shp)
5 Poligon Ancaman Isikan poligon objek ancaman (.shp)
6 Poligon Tradisional Isikan poligon objek tradisional (.shp)
7 Poligon Koleksi Isikan poligon objek koleksi (.shp)
66
8 Poligon Sarana PrasaranaIsikan poligon objek sarana prasarana (.shp)
9 Penggunaan Lahan Isikan poligon penggunaan lahan (.shp) [dari KLHK]
10 Tiik Potensi JasLing Isikan titik objek jasa lingkungan (.shp)
Isikan nilai buffer dari titik wisata (jarak dan satuan
11 Jarak Buffer Wisata
menyesuaikan ketentuan tiap kawasan)
12 Poligon Izin JasLing Isikan poligon objek izin pemanfaatan JasLing (.shp)
13 Poligon Potensi JasLing Isikan poligon objek jasa lingkungan (.shp)
14 Poligon Gambut Isikan poligon persebaran gambut (.shp) [dari KLHK]
15 Titik Satwa Isikan titik objek tumbuhan satwa liar (.shp)
16 Geometry Type Pilih tipe geometri (convex hull atau menyesuaikan)
17 Lahan Kritis Isikan poligon lahan kritis (.shp) [dari KLHK]
Pilih lokasi penyimpanan data akhir hasil pemrosesan:
18 Arahan Pengelolaan
Arahan Pengelolaan (.shp)

67
5. Aplikasi Model Analisa Spasial untuk Pengelolaan Arahan TWA
a. Desain Model Builder untuk Pengelolaan Arahan TWA

68
Gambar 3.14 Desain Model Builder untuk Pengelolaan Arahan TWA

47

69
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

b. Tampilan Aplikasi Model Spasial untuk Pengelolaan Arahan TWA

Gambar 3.15 Kebutuhan Data Masukan untuk Pengelolaan Arahan TWA

Tabel 3.35 Syarat dan Kebutuhan Data Masukan untuk Pengelolaan Arahan TWA
Keterangan dan tata cara penyusunan zona/blok
pengelolaan KK yang lebih lengkap silakan dibaca
Perhatian
pada BAB I PENDAHULUAN dan BAB II
METODOLOGI.
Semua input harus tersedia datanya dalam format
Syarat shapefile (.shp). Jika ada data yang tidak tersedia,
gunakan data shapefile (.shp) kosong.
No. Data Keterangan
1 Titik Religi Isikan titik objek religi/sejarah/budaya (.shp)
Isikan nilai buffer dari titik religi/sejarah/budaya
2 Jarak Buffer Religi
(jarak dan satuan menyesuaikan ketentuan tiap KK)
3 Poligon Religi Isikan poligon objek religi/sejarah/budaya (.shp)
4 Poligon Strategis Isikan poligon objek strategis: militer, dst (.shp)

70
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

5 Poligon Ancaman Isikan poligon objek ancaman (.shp)


6 Poligon Tradisional Isikan poligon objek tradisional (.shp)
7 Poligon Fenomena AlamIsikan poligon fenomena alam unik/khas (.shp)
8 Poligon Sarana PrasaranaIsikan poligon objek sarana prasarana (.shp)
9 Penggunaan Lahan Isikan poligon penggunaan lahan (.shp) [dari KLHK]
10 Tiik Potensi JasLing Isikan titik objek jasa lingkungan (.shp)
Isikan nilai buffer dari titik wisata (jarak dan satuan
11 Jarak Buffer Wisata
menyesuaikan ketentuan tiap kawasan)
12 Poligon Izin JasLing Isikan poligon objek izin pemanfaatan JasLing (.shp)
13 Poligon Potensi JasLing Isikan poligon objek jasa lingkungan (.shp)
Isikan poligon persebaran gambut (.shp) [dari
14 Poligon Gambut
KLHK]
15 Titik Satwa Isikan titik objek tumbuhan satwa liar (.shp)
16 Geometry Type Pilih tipe geometri (convex hull atau menyesuaikan)
17 Lahan Kritis Isikan poligon lahan kritis (.shp) [dari KLHK]
Pilih lokasi penyimpanan data akhir hasil
18 Arahan Pengelolaan
pemrosesan: Arahan Pengelolaan (.shp)

2. Tahapan penyusunan penataan blok


1. Persiapan
Berupa pengumpulan data dan penyiapan peta-peta yang berkontribusi
terhadap kriteria penyusunan penataan blok atau zonasi. Pengumpulan ini
didasarkan kepada kriteria yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pemilihan
data dari data yang ada perlu dicermati berdasarkan status fungsi kawasan
konservasi. Karena tiap fungsi kawasan konservasi memiliki kriteria dan
pengelolaan blok/zona yang berlainan. Akan diperlihatkan matrik kebutuhan
data berdasarkan Permen LHK no. 76 tahun 2015.

2. Pengolahan data
Penolahan data data dibagi menjadi 2 tahapan:
a. Pengolahan data awal
Adalah Pemodelan Data masukan yang pada umumnya berupa data
mentah/ data primer dan atau data sekunder sehingga perlu
diproses/dianalisa untuk menjadi “Peta siap pakai” dalam proses Analisa
pemisahan batas blok (atau Analisa Data Lanjut).
Proses ini meliputi :

71
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

- Digitalisasi data (jika data masih berupa data analog/ peta kertas)
- Konversi format (jika data masih belum berformat universal- format
universal biasanya digunakan adalah shapefile (vector) atau format Grid
(raster) atau format tabel koordinat dan format GPS ke dalam format
SHP, dan lain sebagainya.
- Standar proyeksi dan datum yang sama
- Menggunakan tools antara lain : Updated tabel, Query tabel, Modeling
data vector (Buffer, Convex polygon, coversion), Analisa raster (Slope,
Hillshade, Aspect, Density, Raster Calculation/Map Algebra,
Feature/Raster Conversion dan Overlay (Union, Identitiy, Interect,
Erase)

Gambar 4. Data dan analisa pada tahap pengolahan data awal

b. Pengolahan data lanjut


Merupakan analisa yang dilakukan setelah data masukan hasil analisa awal
untuk pemisahan blok sudah terbentuk/ data siap pakai sudah tersedia.
Analisa ini menggunakan fasilitas/menu overlay dengan syntax tertentu,
dengan mengikuti alur proses analisis dari pemisahan blok dengan urutan
proses tertentu sesuai kriteria klasifikasi blok

72
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

B. Pembahasan (TERLAMPIR CONTOH BLOK CA CYCLOOP)


1. Blok Religi, Budaya dan Sejarah

Untuk kawasan CA Cycloop berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan


tidak ditemukan titik atau lokasi situs religi/keagamaan/kepercayaan. Juga tidak
ditemukan lokasi tempat proses adat/budaya setempat. Selain itu juga tidak
ditemukan situs sejarah/kepurbakalaan di wilayah CA Cycloop. Jadi untuk blok ini
tidak terpetakan dalam blok pengelolaan CA Cycloop.

2. Blok Khusus

Blok khusus berdasarkan kriteria adalah bangunan bersifat strategis yang tidak
dapat dielakkan. Ada 4 kawasan bangunan atau infrastruktur yang telah berdiri
dan ada di dalam kawasan CA Cycloop. Keempat itu adalah:
1. Daerah Transmigran Kampung Sabronsari
2. Intake Air Peninggalan Belanda
3. Markas/ Pangkalan Militer (Komando Daerah Militer XVII Cenderawasih)
4. Jalan Pasir 6

Identifikasi lokasi dan batas wilayah tersebut dilakukan dengan bantuan


interpretasi citra satelit resolusi tinggi (SPOT6) tahun 2015 dan cek lapangan.

3. Blok Perlindungan

Untuk menyusun blok perlindungan sesuai dengan matrik kriteria dan data di
atas. Maka beberapa peta yang harus dianalisis, diantaranya :

1. Peta Tutupan hutan primer dan ekosistem asli termasuk savanna, diolah
dengan menggunakan peta tutupan lahan terkini dari KLHK 2014
2. Peta distrubisi satwa dilindungi , diolah dari berbagai sumber termasuk survey
lapangan dan SMART PATROL
3. Peta tipe habitat, diolah dari kombinasi peta Elevasi (ketinggian), tutupan
Hutan, dan Geologi induk
4. Peta Potensi Erosi (kombinasi slope dan jenis tanah)

73
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

4.Blok Rehabilitasi

Untuk menyusun blok rehabilitasi sesuai dengan matrik kriteria dan data di atas.
Maka beberapa peta yang harus dianalisis, diantaranya :

1. Peta Tutupan non Hutan termasuk bukan ekosistem asli


2. Peta Lahan Kritis
3. Peta Deforestasi

Gambar 6. Peta Tipe habitat Cagar Alam Pegunungan Cycloop

74
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

Gambar 7. Peta Tutupan lahan 2014 pada Cagar Alam Pegunungan Cycloop

Gambar 8. Peta hasil Pembagian Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop

75
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

BAB III
DESKRIPSI MASING-MASING BLOK

(TERLAMPIR CONTOH BLOK CA CYCLOOP)

( Dalam masing-masing zona/blok dijelaskan Lokasi, Luas dan Letak


Geografis; Potensi sumber daya alam dan obyek yang dapat
dimanfaatkan untuk wisata alam dan pendidikan konservasi, Kegiatan
yang dapat dilakukan. )

Kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop yang telah dianalisis, kemudian dibagi
menjadi blok-blok seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Luas dan Proporsi Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop


No. Blok Luas Blok (Ha) Prosentase
1 Blok Perlindungan 28.758,46 91,36 %
2 Blok Rehabilitasi 2.611,47 8,29 %
3 Blok Khusus 109,96 0,35 %

JUMLAH 31,479.89 100%


Berikut adalah penjelasan kondisi masing-masing blok dan kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan di dalam blok-blok tersebut.

A. Blok Perlindungan

76
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

Gambar 9. Peta Blok Perlindungan Cagar Alam PegununganCycloop (skala tidak


berlaku)

Blok Perlindungan pada Cagar Alam Pegunungan Cycloop terletak pada wilayah
Distrik Jayapura Selatan, Dsitrik Jayapura Utara, Distrik Ravenirara, Distrik Depapre,
Distrik Sentani Timur dan Distrik Sentani Barat, dengan luasan 28. 758,46 hektar
atau sekitar 91,36 % dari luas kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop. Blok ini
merupakan blok terbesar dan sesuai dengan fungsinya sebagai Cagar Alam, bahwa
sebagian besar kawasan pada Cagar Alam adalah merupakan blok perlindungan.

Gambar 10. Peta Citra Landsat SPOT 6 pada Blok Perlindungan Cagar Alam
PegununganCycloop(skala tidak berlaku)

Blok ini ditujukan untuk perlindungan dan pengamanan sehingga dapat


mempertahankan kelestarian dan keaslian ekosistem. Blok Perlindungan merupakan

77
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

bagian kawasan yang letaknya relatif sulit dari jangkauan masyarakat karena
keadaan topografi yang berat sehingga tetap terjaga seperti keadaan aslinya,
merupakan kawasan perlindungan ”water chatment” bagi daerah-daerah di
bawahnya untuk ketersedian air bersih, dan mewakili tipe habitat dalam kawasan
Cagar Alam yang kondisi fisiknya masih asli dan khas serta merupakan habitat
spesies penting diantaranya Burung Cenderawasih (Paradiseae minor), Burung
Kakatua Jambul Kuning (Cacatua galerita), Burung Nuri Kepala Hitam (Lorius lory),
Burung Bayan (Electus roratus sp), Kasuari, Burung Rangkong (Bucerotidae Spp),
Burung Mambruk (Goura victoria), dan Kangguru Pohon (Dendrolagus sp.).

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan pada Blok Perlindungan Cagar Alam


Pegunungan Cycloop berdasarkan P.76/Menlhk-setjen/2016 adalah sebagai berikut :
1) Perlindungan dan pengamanan.
2) Inventarisasi dan monitoring sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
3) Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
4) Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam.
5) Pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya.
6) Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan terbatas untuk menunjang
kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan pada nomor 1 sampai dengan 5.

(ATAU DISAJIKAN DENGAN TABEL SEBAGAI BERIKUT:)

No. Tutupan Lahan Existing Luas (Ha) Kegiatan yang Langkah


boleh dan yang Pengelolaan
tidak boleh Yang Akan
dilakukan Ditempuh UPT
1. Hutan Lahan Kering 350 1. 1.
Sekunder 2. 2.

2. Semak Belukar Rawa 12 1. 1.


2. 2.
dst

78
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

B. Blok Rehabilitasi

Gambar 11. Peta Blok Rehabilitasi Cagar Alam PegununganCycloop (skala tidak
berlaku)

Blok Rehabilitasi merupakan blok yang akan dilakukan upaya pemulihan ekosistem,
baik melalui rehabilitasi maupun restorasi ekosistem. Rehabilitasi dan restorasi
ekosistem akan dilakukan melalui pengkayaan jenis dan penanaman dengan
mengunakan spesies asli setempat (endemik).

79
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

Blok Rehabilitasi terletak di 18 (delapan belas) kampung di Kota Jayapura dan


Kabupaten Jayapura dengan rincian sdebagai berikut: 11 (sebelas) kampung di
Kabupaten Jayapura yaitu Sabronsari, Doyo Baru, Sentani, Hinekombe, sereh,
Nendali, Nolokha, Asei Kecil, Ormu Nagasawa, Yongsu Dosoyo (Kecil), Yongsu Sapari
(Besar) dan 7 (tujuh) Kelurahan di Kota Jayapura yaitu Waena, Yabansai, Entrop,
Gurabesi, Bhayangkara, Angkasapura dan Tanjung Ria, dengan luasan 2.611,47
hektar atau 8,29 % dari luas kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop.

Saat ini pada blok rehabilitasi terdapat jenis-jenis tanaman perkebunan, rumput dan
alang-alang. Hal ini disebabkan daerah yang menjadi blok rehabilitasi sebenarnya
adalah merupakan kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop yang dirambah
menjadi perkebunan-perkebunan milik masyarakat urban.

Gambar 12. Peta Citra Landsat SPOT 6 pada Blok Rehabilitasi Cagar Alam
PegununganCycloop(skala tidak berlaku)

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan pada Blok Rehabilitasi Cagar Alam


Pegunungan Cycloop berdasarkan P.76/Menlhk-setjen/2016 adalah sebagai berikut :
1) Perlindungan dan pengamanan.

80
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

2) Inventarisasi dan monitoring sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.


3) Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
4) Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam.
5) Pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya.
6) Pemulihan ekosistem melalui mekanisme alam dan restorasi.
7) Pelepasliaran satwa liar.
8) Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan terbatas untuk menunjang
kegiatan pada nomor 1 sampai 6.

(ATAU DISAJIKAN DENGAN TABEL SEBAGAI BERIKUT:)

No. Tutupan Lahan Existing Luas (Ha) Kegiatan yang Langkah


boleh dan yang Pengelolaan
tidak boleh Yang Akan
dilakukan Ditempuh UPT
1. 350 1. 1.
2. 2.

2. 12 1. 1.
2. 2.
dst

C. Blok Khusus

81
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

Gambar 13. Peta Blok Khusus Cagar Alam PegununganCycloop (skala tidak
berlaku)

Blok Khusus pada Cagar Alam Pegunungan Cycloop memiliki luas 109,97 Ha atau
0.35 % dari Luas Cagar Alam Pegunungan Cycloop, dengan rincian sebagai berikut:

1. Daerah Transmigran Kampung Sabronsari


Memiliki luas 76,85 Hektar, 0,24% dari luasan kawasan cagar Alam Pegunungan
Cycloops, berupa pemukiman dan lahan garapan transmigran. Berdasarkan
sejarah kampung dari hasil wawancara yang diperoleh dari Kepala Kampung
Sabronsari serta pelaku sejarah yang masih hidup serta yang tertuang dalam
Profil Kampung Sabronsari dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Kampung (RPJMDes) Kampung Sabron Sari tahun 2015 – 2020, Transmigran
perintis yang pertama pada tahun 1964 sebanyak 5 KK, tahun 1967 Transmigran
kedua sebanyak 20 KK berasal dari Arso, Kota Jayapura, Tahun 1972
Transmigrasi ketiga berasal dari Pulau Jawa, namun tidak tercatat jumlahnya.

82
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

Gambar 14. Peta Citra Landsat SPOT 6 pada Blok Khusus Cagar Alam
PegununganCycloop bagian Kampung Sabronsari (skala tidak
berlaku)

Gambar 15. Salah satu rumah permanen pada Blok Khusus Cagar Alam
Pegunungan Cycloop bagian Kampung Sabronsari

83
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

Batas areal transmigran berupa batas alam, penanaman pohon serta batas
sungai Doyewi/Dey.Tim telah melakukan Groundcheck pada lokasi pemukiman
dan batas transmigran sesuai dengan hasil dengan menyelusuri kali weri dan
sungai Doweyi (Indey/Dey).

Alasan menjadikan daerah transmigran di kampung sabronsari menjadi blok


Khusus karena lokasi pemukiman dan transmigran tersebut sudah ada sebelum
penunjukan pegunungan Cycloops menjadi Cagar Alam sebagaimana dijelaskan
pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor: P.76/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman
Nasional Dan Blok Pengelolaan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan
Raya Dan Taman Wisata Alam Pasal 11 Huruf d Ayat 2 pada Kriteria Blok Khusus
meliputi “pemukiman masyarakat yang bersifat sementara yang keberadaannya
telah ada sebelum penetapan kawasan tersebut sebagai CA”.

2. Intake Air Peninggalan Belanda

Intake yang berada di Dalam kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloops


sebanyak 15 (lima belas) Buah dengan luasan 1, 64 Ha atau 0,01 % dari Luas
Cagar Alam Pegunungan Cycloops yaitu 13 intake di Kota Jayapura (Intake anafre
I, Intake Anafre II, Intake Bhayangkara, Intake Ajen Jalur Polimak I, Intake Ajen
Jalur Polimak II, Intake Ajen Jalur Pasar Ampera, Intake Borgonji, Intake Kojabu,
Intake Ajen Kalibiru, Intake Kampwolker I, Intake Kampwolker II, Intake Korem,
dan Intake Ajen Jalur Dok IV/Paulus) dan 2 Intake di Kabupaten Jayapura (Intake
Pos 7 Sentani I dan Intake Pos 7 Sentani II), lokasi intake tersebut telah di Buffer
dengan jarak 20 m, hanya pada intakenya saja tidak pada pipa salurannya.

84
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

Gambar 16. Peta Citra Landsat SPOT 6 pada Blok Khusus Cagar Alam
PegununganCycloop bagian Intake Air Wilayah Kota Jayapura (skala tidak
berlaku)

85
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

Gambar 17. Gambar Jalur Pipa Intake di Bhayangkara (“tangga seribu”), Distrik
Jayapura Utara Kota Jayapura

Gambar 18. Peta Citra Landsat SPOT 6 pada Blok Khusus Cagar Alam
PegununganCycloop bagian Intake Air Wilayah Kabupaten Jayapura
(skala tidak berlaku)

86
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

Gambar 19. Foto salah satu intake di Pos 7, Kampung Sereh, Distrik Sentani,
Kabupaten Jayapura

Alasan menjadikan blok khusus pada kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop
karena bangunan intake tersebut sudah dibangun sejak jaman belanda pada tahun
1954 dan merupakan bangunan strategis yang sangat penting untuk kehidupan
masyarakat kota dan kabupaten jayapura, dimana intake tersebut berperan dalam
penyuplai air pada kedua kabupaten tersebut. sebagaimana dijelaskan pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.76/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional Dan
Blok Pengelolaan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya Dan Taman
Wisata Alam Pasal 11 Huruf d Ayat 1, 2 dan 3, kriteria blok khusus pada CA yaitu 1)
terdapat bangunan yang bersifat strategis yang tidak dapat dielakkan; 2)
merupakan pemukiman masyarakat yang bersifat sementara yang keberadaannya
telah ada sebelum penetapan kawasan tersebut sebagai CA; dan/atau 3) memenuhi
kriteria sebagai wilayah pembangunan strategisyang tidak dapat dielakkan yang
keberadaannya tidak mengganggu fungsi utama kawasan, intake tersebut memenuhi
syarat dan kriteria sebagai blok khusus.

87
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

3. Markas/ Pangkalan Militer (Komando Daerah Militer XVII Cenderawasih)

Gambar 20. Peta Citra Landsat SPOT 6 pada Blok Khusus Cagar Alam
PegununganCycloop bagian Komando Daerah Militer XVII
Cenderawasih(skala tidak berlaku)

Komando Daerah Militer XVII Cenderawasihdengan luasan 17,15 hektar atau


sekitar 0,05% dari luas kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop, berada pada
kelurahan entrop Distrik Jayapura Selatan Kota Jayapura

Alasan kawasan ini dijadikan blok khusus sebab pada wilayah ini telah berdiri
Komando Daerah Militer XVII Cenderawasih. Berdasarkan P.85/Menhut-II/2014
tentang Tata cara Kerjasama Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam pasal 4 menyatakan bahwa “ruang lingkup kegiatan
kerjasama dalam penyelenggaraan KSA dan KPA meliputi (c) pembangunan
strategis yang tidak dapat dielakkan”. Dalam penjabarannya pada BAB III pasal
13, dijelaskan bahwa “kerjasama dalam rangka pembangunan strategis yang

88
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

tidak dapat dielakkan sebagaimana dimaksud pada pasal 4 huruf (c) meliputi (a)
kegiatan yang mempunyai pengaruh terhadap kedaulatan Negara dan pertahanan
keamanan Negara”. Selain itu dijelaskan pula pada Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015
Tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional Dan Blok Pengelolaan Cagar
Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya Dan Taman Wisata Alam Pasal 11
Huruf d Ayat 1 dan 3, kriteria blok khusus pada CA yaitu 1) terdapat bangunan
yang bersifat strategis yang tidak dapat dielakkan; 3) memenuhi kriteria
sebagai wilayah pembangunan strategisyang tidak dapat dielakkan yang
keberadaannya tidak mengganggu fungsi utama kawasan.

Gambar 21. Gerbang Masuk Pangkalan Militer Komando Daerah Militer XVII
Cenderawasih.

89
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

4. Jalan Pasir 6

Gambar 22. Peta Citra Landsat SPOT 6 pada Blok Khusus Cagar Alam
PegununganCycloop bagian Jalan Pasir 6 (skala tidak berlaku)

Jalan Pasir 6 sepanjang ± 3 km dengan lebar jalan pengerasan (makadam) ± 8


memiliki dan telah di “buffer” dari line jalan melalui ArcGIS dengan jarak 20 m
sehingga memiliki luas 14,31 Ha atau 0,045 % dari luas Cagar Alam Pegunungan
Cycloops, Berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 365/Kpts-II/87, dengan
status sebagai Cagar Alam seluas 22,500 ha, lokasi tersebut berada diluar Cagar
Alam Pegunungan Cycloop, namun setelah perubahan RTRW Kota Jayapura dan
berdasarkan SK Menteri kehutanan Nomor SK.782/Menhut-II/2012 tanggal 27
Desember 2012, dimana luas kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop menjadi
± 31.479,89 Ha, lokasi Jalan Pasir 6 tersebut menjadi di dalam kawasan Cagar
Alam Pegunungan Cycloop.

90
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

Gambar 23. Kondisi Jalan Pengerasan (macadam) Pasir 6

Jalan Pasir 6 tersebut berada di Kelurahan Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara
Kota Jayapura. Jalan tersebut merupakan penghubung Kota Jayapura dan
Kabupaten Jayapura bagian utara.Jalan tersebut sangat penting bagi masyarakat
yang berada di wilayah sisi utara Cagar Alam Pegunungan Cycloop yaitu kampung
Necheibe, Ormu, Negasawa, Yongsu Sapari, Yongsu Dosoyo Distrik Ravenirara
Kabupaten Jayapura, dimana selama ini sarana transportasi laut menjadi satu-
satunya alat transportasi mereka, dengan jarak tempuh ± 2 jam. Mengingat hal
tersebut, jalan pasir 6 ini merupakan salah satu jalan keluar dari keterisolasian
pada kampung-kampung tersebut di atas, jika musim gelombang laut dan angin,
keselamatan mereka menjadi taruhan apabila masih menggunakan transportasi
laut. Kebanyakan dari mereka merupakan nelayan, yang menjual hasil tangkapan
ikannya ke Pasar Hamadi yang berada di Kota Jayapura.
Alasan menjadikan jalan pasir 6 tersebut menjadi blok khusus yaitu karena
memiliki nilai strategis yang tidak dapat dielakkan dan keberadaannya tidak
mengganggu fungsi utama kawasan sebagaimana dijelaskan pada Peraturan

91
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor


P.76/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional Dan
Blok Pengelolaan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya Dan Taman
Wisata Alam Pasal 11 Huruf d Ayat 1, 2 dan 3 yaitu kriteria blok khusus pada CA
yaitu 1) terdapat bangunan yang bersifat strategis yang tidak dapat dielakkan;
2) merupakan pemukiman masyarakat yang bersifat sementara yang
keberadaannya telah ada sebelum penetapan kawasan tersebut sebagai CA;
dan/atau 3) memenuhi kriteria sebagai wilayah pembangunan strategis yang
tidak dapat dielakkan yang keberadaannya tidak mengganggu fungsi utama
kawasan.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam blok khusus di Cagar Alam


berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional
Dan Blok Pengelolaan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya Dan
Taman Wisata Alam pasal 17 Ayat 4, meliputi:

a. perlindungan dan pengamanan;


b. inventarisasi dan monitoring sumber daya alam hayati dengan ekosistemnya;
c. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
d. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam;
e. pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya;
f. pemulihan ekosistem dengan cara rehabilitasi dan restorasi;
g. pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana berupa sarana
telekomunikasi dan listrik, fasilitas transportasi dan lain-lain yang bersifat
strategis dan tidak dapat terelakkan.

Kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop yang merupakan kawasan konservasi


yang penting dan merupakan aset regional dengan sejumlah potensi biodiversitas
yang tinggi, dengan kekhasan ekosistem, dapat tetap terjaga apabila ada kepedulian
dari semua pihak.

Pelaksanaan penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop dapat terwujud apabila
adanya kemauan dan komitmen politik yang tinggi, kesamaan persepsi dan tujuan,

92
Penataan Blok Cagar Alam Pegunungan Cycloop 2016

konsistensi dan keberlanjutan, ketersediaan dana/anggaran serta dukungan


masyarakat dan para pihak terkait.

(ATAU DISAJIKAN DENGAN TABEL SEBAGAI BERIKUT:)

No. Tutupan Lahan Existing Luas (Ha) Kegiatan yang Langkah


boleh dan yang Pengelolaan
tidak boleh Yang Akan
dilakukan Ditempuh UPT
1. 350 1. 1.
2. 2.

2. 12 1. 1.
2. 2.
dst

93

Anda mungkin juga menyukai