Anda di halaman 1dari 14

2021 // Laporan Rencana

#Bab IV Rencana Pola Ruang


Kabupaten Konawe Utara

Revisi RTRW Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012-2032


2021 // Laporan Rencana

Bab IV
Rencana Pola Ruang
Kabupaten Konawe Utara

Rencana pola ruang di Kabupaten Konawe Utara rencana distribusi peruntukan ruang

BAB IV
wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi
budi daya. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Penyusunan,
Peninjauan Kembali, Revisi, Dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, Dan Rencana Detail Tata Ruang, merumuskan
dengan kriteria :
a. Berdasarkan pada strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Mempertimbangkan alokasi ruang wilayah kabupaten dalam rangka mendukung
kegiatan sosial ekonomi dan pelestarian lingkungan;
c. Mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup ilayah
kabupaten;
d. Mengacu rencana pola ruang wilayah nasional (RTRW nasional dan rencana
rincinya), rencana pola ruang wilayah provinsi (RTRW provinsi dan rencana
rincinya), serta memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang
berbatasan;
e. Dapat ditransformasikan ke dalam penyusunan indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun; dan
f. Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

A. KAWASAN LINDUNG
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam,

Revisi RTRW Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012-2032 IV - 179


2021 // Laporan Rencana

sumberdaya manusia, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan. Pemantapan kawasan lindung sejalan dengan
Undang- Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Keputusan
Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, yang dalam
pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi biogeofisik wilayah yang mempunyai
karakteristik dan keunikan masing-masing.
1. Badan Air
Badan air merupakan kumpulan air yang besarnya antara lain bergantung
pada relief permukaan bumi, kesarangan batuan pembendungnya, curah hujan,
suhu, dsb, misal sungai, rawa, danau, laut, dan Samudera. Badan air yaitu
kawasan berupa sungai, danau dan perairan lainnya seluas kurang lebih 3.079,
83 Ha (tiga ribu tujuh puluh sembilan ribu koma delapan puluh tiga hektar),
tersebar di seluruh kecamatan.
2. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

BAB IV
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di
Kabupaten Konawe Utara berupa kawasan hutan lindung.
Kawasan Hutan Lindung
Sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK Menhut 9422 tahun
2019, Luas dan persentase hutan, hutan lindung sebanyak 201.455,01 Ha,
meliputi seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Konawe Utara. Berikut
tabulasi kawasan hutan menurut fungsi di Kabupaten Konawe Utara dapat
dilihat pada tabel ini.
Tabel 4.1. Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Konawe Utara
Kecamatan Luas (Ha) Persentase (%)
Andowia 5.038,57 2,50
Asera 91.861,66 45,60
Landawe 4.402,00 2,19
Langgikima 498,74 0,25
Lasolo 14.763,13 7,33
Lasolo Kepulauan 14.242,22 7,07
Lembo 4.029,58 2,00
Molawe 4.413,75 2,19
Motui 1.148,89 0,57
Oheo 20.064,85 9,96
Sawa 13,93 0,01
Wawolesea 2.412,75 1,20
Wiwirano 38.564,93 19,14
Total 201.455,01 100
Sumber: SK Menhut 9422 Tahun 2019

Pengembangan kawasan hutan lindung di wilayah Kabupaten Konawe Utara,


dilakukan dengan :

Revisi RTRW Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012-2032 IV - 180


2021 // Laporan Rencana

a. Dilakukan pendelineasian kawasan yang ditetapkan sebagai hutan lindung


sesuai rencana pemanfaatan ruang.
b. Menghindari kegiatan budidaya di kawasan hutan lindung yang dapat
merusak fungsi lindung dan menimbulkan degradasi lingkungan sementara
ataupun permanen.
c. Melakukan perlindungan terhadap flora dan fauna yang ada di hutan lindung.
d. Pembatasan dan relokasi kegiatan budidaya yang sudah ada dari hutan
lindung ke lahan yang sesuai dengan peruntukannya dalam rencana
pemanfaatan ruang.
e. Penetapan enclave bagi kegiatan budidaya di kawasan hutan lindung guna
menghindari perkembangan kegiatan budidaya tersebut.
f. Penegasan status lahan kawasan lindung oleh instansi terkait sehingga jelas
dan tegas peruntukannya dan keberadaannya terlindungi.
g. Reboisasi terhadap hutan lindung atau lahan yang telah ditetapkan sebagai

BAB IV
kawasan hutan lindung sehingga sesuai dengan fungsinya.

3. Kawasan Perlindungan Setempat


Kawasan perlindungan setempat seluas kurang lebih 9.715,56 Ha (sembilan
ribu tujuh ratus lima belas koma lima puluh enam hektar) terdiri atas :
a. Sempadan sungai dengan ketentuan :
Kaw. sempadan sungai di Kab. Konawe Utara, terdapat pada sepanjang sungai
di DAS Lasolo, DAS Molore, DAS Boenaga, DAS Morombo, DAS Mandiodo, DAS
Ranondudu, DAS Mowale, DAS Larodangge, DAS Mataiwoi, DAS Tinobu, DAS
Belalo, DAS Otipulu, DAS Andereo, DAS Lemo, DAS Lamenggara, DAS Aloalo, DAS
Lembo, dan DAS Kokapi, yang menyebar pada kaw. perkotaan dan perdesaan di
seluruh wilayah Kab. Konawe Utara, dengan ketentuan :
1. Sempadan sungai yang melewati kawasan permukiman yang sudah ada,
berjarak minimal 15 meter dari tepi sungai;
2. Sempadan sungai yang melewati kawasan permukiman terencana
berjarak 15-25 meter dari tepi sungai; dan
3. Sempadan sungai di luar kawasan permukiman dan kawasan rawan banjir
berjarak 50 meter dari tepi sungai.
b. Sempadan pantai.
1. Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal 100 meter dari titik
pasang air laut tertinggi ke arah darat; dan
2. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam
atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.

Revisi RTRW Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012-2032 IV - 181


2021 // Laporan Rencana

Hal ini dilakukan untuk memberikan ruang untuk evakuasi bagi


masyarakat. Penetapan sempadan pantai di Kabupaten Konawe Utara tidak
serta merta dapat diberlakukan disepanjang kawasan pesisir mengingat
karakteristik permukiman cenderung tumbuh dan berkembang secara pesat
di Kawasan pesisir.

4. Kawasan Konservasi
Kawasan konservasi sebagaimana, yaitu taman wisata alam laut teluk lasolo
(TWAL lasolo) seluas kurang lebih 81.800 Ha terdapat di kecamatan lasolo
kepulauan.

5. Kawasan Cagar Budaya


Kawasan yang termasuk dalam cagar budaya dan ilmu pengetahuan yaitu
Goa Solooti di Desa Taipa Kecamatan Lembo dan Goa Tengkorak di Desa
Wawontoaho Kecamatan Wiwirano.

BAB IV
6. Kawasan Ekosistem Mangrove
Kawasan ekosistem mangrove yaitu kawasan ekosistem mangrove seluas
kurang lebih 2,35 Ha (dua koma tiga puluh lima hektar) terdapat di kecamatan
wawolesea.

Revisi RTRW Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012-2032 IV - 182


2021 // Laporan Rencana

Peta 4.1
Kawasan Lindung Kabupaten Konawe Utara

BAB IV

Revisi RTRW Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012-2032 IV - 183


2021 // Laporan Rencana

B. KAWASAN BUDIDAYA
Kawasan budi daya kabupaten adalah kawasan di wilayah kabupaten yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Kawasan budidaya, terdiri atas : Kawasan hutan produksi, Kawasan pertanian,
Kawasan perikanan, Kawasan peruntukan industri, Kawasan pariwisata, Kawasan
permukiman, Kawasan pertahanan dan keamanan dan Kawasan transportasi.
Kawasan budidaya yang ditetapkan dalam RTRW Nasional yang terkait dengan
wilayah kabupaten, terdiri atas :
a. Kawasan Andalan Asesolo dengan sektor unggulan agroindustri, pertambangan,
perikanan, perkebunan, pertanian, industri dan pariwisata yang terdapat di
Kecamatan Asera, Sawa, Lembo, Lasolo dan Molawe
b. Kawasan Andalan Laut Asera Lasolo dengan sektor unggulan perikanan dan
pariwisata yang terdapat di Kecamatan Sawa, Lembo, Lasolo dan Molawe.

BAB IV
1. Kawasan Hutan Produksi
a. Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Kawasan hutan produksi terbatas seluas kurang lebih 95.030,33 Ha
(sembilan puluh lima ribu tiga puluh koma tiga puluh tiga hektar), terdapat di
seluruh wilayah kecamatan.
Pemanfataan hasil hutan baik kayu maupun non kayu dilakukan secara
terbatas baik dari jenis dan jumlah produk hutan yang akan dikembangkan
atau dimanfaatkan serta mempertimbangkan keberadaan kawasan
permukiman yang ada disekitar kawasan hutan.

b. Kawasan Hutan Produksi Tetap


Kawasan hutan produksi tetap seluas kurang lebih 59.699,15 Ha (lima
puluh sembilan ribu enam ratus sembilan puluh sembilan koma lima belas
hektar), terdapat di kecamatan andowia, asera, landawe, langgikima, lasolo
kepulauan, lembo, molawe, motui, oheo, sawa, wiwirano. Pemanfaatan
kawasan hutan produksi tetap mencakup pemanfaatan dan pengembangan
hasil hutan baik berupa kayu dan non kayu dengan prinsip yang dikenal
dengan softlanding yaitu mengatur jatah tebangan pada tiap periode untuk
memberikan kesempatan kepada alam untuk memperbaiki alam sehingga
tercapai keseimbangan suplai dan demand bagi keberlanjutan dan
kelestarian pengelolaan Hutan di Kabupaten Konawe Utara. Hutan produksi

Revisi RTRW Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012-2032 IV - 184


2021 // Laporan Rencana

tetap, pemanfaatannya untuk menunjang kepentingan pembangunan dan


untuk kepentingan umum.

c. Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Di Konversi


Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi seluas kurang lebih
27.227,22 Ha (dua puluh tujuh ribu dua ratus dua puluh tujuh koma dua puluh
dua hektar), terdapat di andowia, asera, landawe, langgikima, lasolo
kepulauan, oheo dan wiwirano. Pengembangan kawasan hutan produksi yang
dapat dikonversi dilakukan untuk pengembangan kegiatan pertanian dan
perkebunan. Hutan produksi yang dapat dikonversi, pemanfaatannya sebagai
kawasan hutan yang dicadangkan untuk dapat digunakan bagi
pengembangan kegiatan budidaya lainnya (transmigrasi, permukiman,
pertanian dan perkebunan).

2. Kawasan Pertanian

BAB IV
a. Kawasan Tanaman Pangan
Kawasan tanaman pangan, seluas kurang lebih 1.075 Ha (seribu tujuh
puluh lima hektar), terdapat di kecamatan andowia, asera, landawe, lasolo,
lembo, motui, oheo dan sawa.
Kawasan tanaman pangan merupakan kawasan yang diperuntukan bagi
tanaman pangan lahan basah dimana pengairan dapat diperoleh secara
alamiah maupun teknis. Tujuan pemantapan kawasan ini adalah
mengembangkan tanaman pangan dengan memanfaatkan
potensi/kesesuaian lahan dengan kemungkinan dukungan prasarana
pengairan.
Kawasan yang sesuai untuk tanaman pangan lahan basah adalah yang
mempunyai sistem dan potensi:
1. Ketinggian < 1000 m dpl;
2. Kedalaman efektif lapisan tanah atas > 30 cm.

Pengembangan kegiatan pertanian terutama dalam usaha-usaha


pengelolaan hasil-hasil pertanian untuk menghasilkan produk yang memiliki
nilai tambah. Adapun arahan pengembangan kawasan budidaya tanaman
pangan berupa:
1. Memperluas jaringan terhadap pengembangan pertanian dalam rangka
meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi;
2. Meningkatkan teknologi budidaya pertanian;

Revisi RTRW Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012-2032 IV - 185


2021 // Laporan Rencana

3. Meningkatkan mutu hasil pertanian;


4. Mengusahakan adanya nilai tambah terhadap hasil-hasil pertanian, melalui
pengolahan produk segar hasil budi daya menjadi produk olahan yang siap
dikonsumsi;
5. Pengadaan sarana dan alat pengolahan pertanian bagi petani berupa
pemberian bantuan alat, modal, dan pembinaan secara intensif;
6. Mendorong kerjasama dunia usaha dengan kelompok tani/gabungan
kelompok usaha tani serta kelompok usaha kecil lainnya dalam rangka
peningkatan mutu, hasil dan pemasaran produk pertanian.

Kebijakan pengembangan kawasan pertanian pangan adalah:


1. Perluasan areal sawah (ekstensifikasi) dan intensifikasi.
2. Pengembangan sarana dan prasarana pertanian.
3. Pengendalian kegiatan lain agar tidak menggangu lahan pertanian yang

BAB IV
subur.
4. Penyelesaian masalah tumpang tindih dengan kegiatan budidaya
lainnya.

Sub sektor tanaman pangan terdiri dari tanaman padi sawah/ladang,


jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.

b. Kawasan Holtikultura
Kawasan hortikultura seluas kurang lebih 152,92 Ha (seratus lima puluh
dua koma sembilan puluh dua hektar), tersebar di kecamatan lasolo.

c. Kawasan Perkebunan
Kawasan perkebunan, seluas kurang lebih 11.874,04 Ha (sebelas ribu
delapan ratus tujuh puluh empat koma nol empat hektar), tersebar di seluruh
kecamatan.
Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan pada:
1. Area lahan tegalan, semak/belukar atau alang-alang dengan kemiringan lahan
15 - 40 % sehingga dapat berfungsi sebagai penyangga kawasan lindung;
2. Meningkatkan perekonomian penduduk disekitar kawasan penyangga
hutan lindung melalui pengembangan agroforestry yang sudah ada dengan
jenis komoditas yang komersial dan memiliki keterkaitan dengan industri
serta dapat memantapkan fungsi kawasan lindung;

Revisi RTRW Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012-2032 IV - 186


2021 // Laporan Rencana

3. Meningkatkan kualitas dan produktivitas perkebunan dalam mendukung


pertumbuhan agroindustri;
4. Pembukaan lahan baru untuk perkebunan pada kawasan yang mempunyai
kelerengan lebih dari 25 % perlu dilakukan dengan land covering untuk
mencegah erosi. Sedangkan pembukaan lahan perkebunan pada daerah
rawa perlu dibuat drainase untuk mengeringkannya dan tetap menyisakan
sebagian wilayahnya tetap berupa rawa untuk mencegah terjadinya
penurunan permukaan tanah;
5. Pengawasan dan pengendalian pembukaan lahan perkebunan baru
sehingga tidak terjadi overlap dengan kegiatan lainnya;
6. Perbaikan sistem pemasaran hasil produksi perkebunan.
7. Pembinaan dan penyuluhan terpadu terutama untuk perkebunan rakyat
dan pembangunan sarana dan prasarana penunjang untuk memudahkan
pengelolaan dan penanganan pasca panen.

BAB IV
d. Kawasan Peternakan
Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, seluas
kurang lebih 16,98 Ha (enam belas koma sembilan puluh delapan hektar),
terdapat di kecamatan wiwirnao.
Adapun arahan pengembangan Kawasan Budidaya Peternakan di
Kabupaten Konawe Utara berupa:
a. Pemantapan perencanaan pembangunan peternakan dengan memanfaatkan
keunggulan lokal, ekonomi kerakyatan dan berorientasi agribisnis;
b. Fasilitasi pembangunan dan pengembangan sentra produksi peternakan;
c. Pengembangan ternak berbasis pulau, dimana pengelolaan pengusahaan
ternak dilakukan oleh orang-perorangan dan/atau badan usaha dalam satu
kawasan pulau tertentu dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.
d. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung berkembangnya kawasan
agribisnis peternakan, diantaranya: penyediaan sarana produksi, sarana
pengamanan budidaya, sarana pengemanan pasca panen dan sarana
pemasaran;
e. Pemanfaatan aplikasi teknologi peternakan yang tepat guna;
f. Peningkatan akses petani ternak terhadap pasar dan lembaga permodalan
melalui integrasi dan interaksi antara kelembagaan usaha;
g. Pengusahaan ternak sebagai objek pembangunan melalui penentuan jenis
dan jumlah ternak wajib mengacu pada pedoman beternak yang baik, dapat

Revisi RTRW Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012-2032 IV - 187


2021 // Laporan Rencana

diterima oleh masyarakat setempat dengan tidak mengganggu ketertiban


umum serta selaras dengan kebijakan pembangunan di daerah;
h. Untuk mencegah resiko penularan penyakit hewan pada pengembangan
ternak besar, kecil dan unggas dilarang beternak secara campuran.

Kebijakan-kebijakan tersebut dioperasionalkan ke dalam 5 program yaitu:


1. Program swasembada daging;
2. Program pengawasan mutu dan kesehatan produk asal hewan;
3. Program pengembangan dan investasi peternakan;
4. Program pengembangan sarana dan prasarana;
5. Program pengembangan sumberdaya peternakan.

3. Kawasan Perikanan
Kawasan perikanan, yakni kawasan perikanan budidaya seluas kurang lebih
1.768, 39 (seribu tujuh ratus enam puluh delapan koma tiga puluh sembilan

BAB IV
hektar) terdapat di kecamatan lasolo, lembo, molawe dan motui.

4. Kawasan Peruntukan Industri


a. Kawasan peruntukan industri seluas kurang lebih 8.048 Ha (delapan ribu
empat puluh delapan hektar) di Kecamatan langgikima, lasolo kepulauan,
lembo, motui, sawa dan molawe.
b. Kawasan peruntukan industri terdapat :
1) Kawasan peruntukan industri di Kecamatan langgikima & lasolo
kepulauan seluas kurang lebih 2.146,34 Ha (dua ribu seratus empat puluh
enam koma tiga puluh empat hektar);
2) Kawasan peruntukan industri di kecamatan lembo, motui, sawa seluas
kurang lebih 5.901, 81 Ha (lima ribu sembilan ratus satu koma delapan
puluh satu hektar).

5. Kawasan Pariwisata
Kawasan pariwisata, seluas kurang lebih 21,45 Ha (dua puluh satu koma
empat puluh lima hektar) terdapat di kecamatan lembo, oheo dan sawa.
Pengembangan pariwisata lebih diarahkan kepada kawasan pantai. Diarahkan
pula objek wisata lain yang perlu dikembangkan, diantaranya adalah
a. Kawasan peruntukan pariwisata yang terdiri atas :

Revisi RTRW Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012-2032 IV - 188


2021 // Laporan Rencana

1. Kawasan peruntukan pariwisata alam laut/bahari;


2. Kawasan peruntukan pariwisata alam pegunungan/hutan; dan
3. Kawasan peruntukan pariwisata sejarah dan budaya.
b. Kawasan peruntukan pariwisata alam laut/bahari, terdiri atas :
1. Taman Wisata Alam Laut Teluk Lasolo;
2. Pantai Panggulawu dan Pantai Matanggonawe di Kecamatan Sawa;
3. Pantai Tanjung Taipa di Kecamatan Lembo;
4. Pantai Lameruru dan Pantai Molore di Kecamatan Langgikima; dan
5. Pantai Tondowatu Mataiwoi di Kecamatan Molawe.
c. Kawasan peruntukan pariwisata alam pegunungan/hutan, terdiri atas :
1. Air Terjun Tikumeopu-opua di Kecamatan Lembo;
2. Air Terjun Boenaga, Matapila di Kecamatan Lasolo;
3. Air Terjun Larowiu di Kecamatan Lasolo;
4. Air Terjun Morende-Rende di Kecamatan Asera;

BAB IV
5. Air Panas Wawolesea di Kecamatan Lasolo;
6. Air Terjun Tetewatu di Kecamatan Wiwirano;
7. Telaga Tiga Danau Walasolo di Kecamatan Asera;
8. Danau Tiga Warna di Kecamatan Oheo;
9. Gua Kelelawar di Kecamatan Lasolo;
10. Goa Wawontoaho di Kecamatan Wiwirano; dan
11. Wisata satwa Kupu-kupu di Kecamatan Wiwirano.
d. Kawasan peruntukan pariwisata sejarah dan budaya, terdiri atas :
1. Kawasan peninggalan sejarah kepurbakalaan Goa Poni-Poniki Kecamatan
Motui;
2. Goa Solooti terdapat di Desa Taipa Kecamatan Lembo;
3. Goa Larodangge dan Goa Wawolesea terdapat di Kecamatan Lasolo;
4. Goa Kuwakedo di Kecamatan Molawe;
5. Goa Tenggera di Kecamatan Oheo; dan
6. Goa Wawontoaho Kecamatan Wiwirano

Arahan Pengembangan kawasan pariwisata di Daerah Kabupaten Konawe


Utara sebagai meliputi:
a. Pengembangan objek wisata baru dan peningkatan objek wisata yang sudah
ada, baik sarana maupun prasarananya.
b. Pengembangan objek wisata alam dan wisata sejarah dan budaya diarahkan
menjadi wisata terpadu sehingga dalam pengembangannya harus

Revisi RTRW Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012-2032 IV - 189


2021 // Laporan Rencana

terintegrasi. Dengan diarahkannya kawasan pariwisata alam dan wisata


sejarah dan budaya menjadi kawasan pariwisata terpadu, diharapkan akan
lebih memacu perkembangan kegiatan pariwisata di kawasan kabupaten
luwu, terutama dalam “membuka” kawasan pariwisata alam.
c. Penataan ruang (penyusunan rencana) pengembangan pariwisata kabupaten,
terutama untuk kawasan pariwisata terpadu
d. Pengembangan obyek/atraksi wisata/rekreasi bagi setiap kawasan
pariwisata yang terpadu
e. Pengembangan sarana dan prasarana penunjang bagi kelancaran akses ke
masing-masing kawasan pariwisata.

6. Kawasan Permukiman
a. Kawasan permukiman terdiri atas :
1) Kawasan permukiman perkotaan; dan

BAB IV
2) Kawasan permukiman perdesaan.
b. Kawasan permukiman perkotaan, seluas kurang lebih 844,69 Ha (delapan
ratus empat puluh empat koma enam puluh sembilan hektar), terdapat di
seluruh kecamatan di Kabupaten Konawe Utara.
c. Kawasan permukiman perdesaan, seluas kurang lebih 1.594,43 Ha (seribu
lima ratus sembilan puluh empat koma empat puluh tiga hektar), terdapat
terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Konawe Utara.

7. Kawasan Pertahanan dan Keamanan


Kawasan Kawasan Pertahanan Dan Keamanan, seluas kurang lebih 1,77 Ha
(satu koma tujuh puluh tujuh hektar) terdapat di kecamatan andowia, asera,
molawe, lasolo, sawa dan wiwirano.

8. Kawasan Transportasi
Kawasan transportasi, seluas kurang lebih 1,31 Ha (satu koma tiga puluh satu
hektar) terdapat di kecamatan lasolo.

Revisi RTRW Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012-2032 IV - 190


2021 // Laporan Rencana

Peta 4.2
Kawasan Budidaya Kabupaten Konawe Utara

BAB IV

Revisi RTRW Kabupaten Konawe Utara Tahun 2012-2032 IV - 191

Anda mungkin juga menyukai