Anda di halaman 1dari 23

Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

3.1 RENCANA POLA RUANG SESUAI RTRW 2010-2029


3.1.1 Penggunaan Lahan
Perkiraan luas lahan menurut jenis penggunaannya berdasarkan data rencana
pola ruang dari Bappeda sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1
Luas Lahan (Ha) Menurut Jenis Penggunaan
Per Kecamatan Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2012
Hutan Hutan Hutan Produksi Taman Hutan Produksi Areal Pengunaan
Kecamatan
Lindung Produksi Terbatas Nasional Konversi Lahan Lain
Kota Maba 29.525 9.597 35.177 - 18.131 7.072
Maba 7.860 639 18.513 1.040 3.693 7.556
Maba Selatan 1.651 13.044 9.374 - 11.035 6.404
Maba Tengah 4.814 16.038 14.827 18.349 5.889 7.822
maba utara 529 12.384 27.199 17.371 20.443 8.279
Wasile 7.592 651 1.755 2.005 902 6.974
Wasile Selatan 24.488 3.558 45.211 6.818 3.718 34.162
Wasile Tengah 4.715 12.867 10.547 22.894 - 3.420
Wasile Timur 13.737 2.980 9.871 7.635 577 10.157
Wasile Utara 2.301 6.322 16.676 6.120 7.470 15.872
Total 97.212 78.085 189.150 82.232 71.858 107.718
Sumber : Hasil Perhitungan GIS 2012

Hutan Lindung Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas


Taman Nasional Hutan Produksi Konversi APL

107.718 97.212

71.858
78.085

82.232

189.150

Grarik 1 Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2012

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-1


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-2


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

Tabel 1.1
Kondisi Tutupan Lahan Eksisting
Pada RTRW Kabupaten Halmahera Timur 2010-2

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-3


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

3.1.2 Rencana Kawasan Lindung


Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan merupakan komponen
dalam penataan ruang baik yang dilakukan berdasarkan wilayah administratif,
kegiatan kawasan, maupun nilai strategis kawasan. yang termasuk dalam kawasan
lindung adalah :
1. Kawasan yang memberikan pelindungan kawasan bawahannya, antara lain
kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air;

2. Kawasan perlindungan setempat, antara lain sempadan pantai, sempadan


sungai, kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air;

3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, antara lain, kawasan suaka alam,
kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan
bakau, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam,
suaka margasatwa, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

4. Kawasan rawan bencana alam, antara lain kawasan rawan letusan gunung
berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan
rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir; dan

5. Kawasan lindung lainnya, misalnya taman buru, cagar biosfer, kawasan


perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa, dan terumbu
karang.

A. Kawasan Hutan Lindung


Kriteria umum penetapan hutan lindung didasarkan kepada kriteria
kelayakan fisik hutan lindung menurut SK Menteri Kehutanan No
837/KPTS/UM/11/1980, yaitu :
Secara umum kawasan hutan lindung di Kabupaten Halmahera Timur
direncanakan seluas 58.486,11 Ha. Kawasan Hutan Lindung ini meliputi
Kecamatan Maba, Kota Maba (termasuk Pulau Pakal dan Pulau Gee ),
Maba Utara, Wasile, Wasile Tengah, dan Wasile Selatan.

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-4


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-5


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

B. Kawasan Perlindungan Setempat, terdiri atas :


Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Halmahera Timur terdiri
dari sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar mata air.

Sempadan Pantai
Sempadan pantai ditetapkan dengan kriteria : daratan sepanjang tepi laut
berjarak minimal 100 m dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat;
atau daratan sepanjang tepi laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya
curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi
fisik pantai.
Sempadan pantai berada di sepanjang pantai di Kabupaten Halmahera
Timur.
Sempadan Sungai
Sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria : daratan sepanjang tepi
sungai bertanggul dengan lebar minimal 5 m dari kaki tanggul sebelah
luar; daratan sepanjang tepi sungai besar tidak bertanggul di luar
kawasan permukiman dengan lebar minimal 100 m dari tepi sungai; dan
daratan sepanjang tepi anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar minimal 50 m dari tepi sungai. Sempadan sungai
berada di sepanjang sungai di Kabupaten Halmahera Timur.
Sempadan sungai berada di sepanjang sungai di Kabupaten Halmahera
Timur.
Kawasan Sekitar Mata Air
Kawasan sekitar mata air dengan ketentuan untuk melindungi mata air
dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik
kawasan sekitarnya yang terdapat di Dorosago SP I, Ake Daga, dan Desa
Tewil (Kecamatan Kota Maba).
C. Kawasan Pelestarian Alam, terdiri atas :
Kawasan Pantai Berhutan Mangrove

Pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan


habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi memberikan
perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan. Kriteria dari pantai

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-6


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

berhutan bakau adalah minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air
pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut
terendah ke arah darat.
Kawasan pantai berhutan bakau seluas 22.500 Hektar yang merupakan
salah satu yang terluas di Provinsi Maluku Utara yang terdapat di
Kabupaten Halmahera Timur terdapat di Kecamatan Wasile, Wasile
Selatan, Kecamatan Maba Selatan, dan Kecamatan Kota Maba.
Taman Nasional
Taman nasional yang terdapat di Kabupaten Halmahera Timur yaitu
Taman Nasional Aketajawe (8.329 Ha) ( Lolobata (89.525 Ha) seluas
97.854 hektar. SK Menteri Kehutanan tahun 2010.
D. Kawasan Rawan Bencana
Untuk Kabupaten Halmahera Timur kawasan-kawasan yang mempunyai
potensi untuk mengalami bencana lebih dari satu, antara lain :
a. Kawasan rawan longsor dan gempa bumi, berada di perbukitan di
sekitar zona patahan lokal yang cukup intensif seperti di perbukitan
sebelah barat Wayamli, Watam, Dorolome, Dorosago, serta perbukitan
di sebelah timur Iga dan Lolobata serta di sekitar Wasile.

b. Kawasan rawan banjir disekitar Kota Maba, Dodaga dan wilayah


sepanjang pesisir Kecamatan Wasile Selatan.

c. Kawasan Rawan tsunami di selatan Parapara dan Minamin.

Jalur evakuasi bencana yaitu berada pada kawasan yang aman dengan
mengikuti ruas jalan yang telah ada.

3.1.3 Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya


Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar Kawasan Lindung, yang
mempunyai fungsi utama budidaya, antara lain seperti: Kawasan Hutan Produksi,
Pertanian, Pertambangan, Perindustrian, Pariwisata, dan Permukiman.
1. Potensi sumberdaya alam dan kesesuaian lahan, seperti potensi
pertanian, perkebunan, perikanan, dan sebagainya

2. Lingkungan buatan, yang tercermin dari pola penggunaan lahan dan


sebaran pusat-pusat aktivitasnya

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-7


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

3. Zonasi rawan bencana, meliputi rawan gempa, rawan tsunami, rawan


banjir, rawan longsor, rawan abrasi pantai, dan sebagainya.

4. Sinergitas, keterkaitan, dan kemungkinan konflik antar penggunaan


lahan.

5. Ketersediaan prasarana wilayah, seperti: aksesibiltas, ketersediaan


fasilitas umum dan fasilitas social, serta jaringan utilitas.

6. Keseimbangan pertumbuhan wilayah

7. Kelestarian fungsi ekosistem keseluruhan


A. Kawasan Peruntukkan Hutan Produksi
Kabupaten Halmahera Timur memiliki potensi hutan dan lahan yang sangat
potensial untuk dikelola, dimana ekosistemnya dapat dikatakan mewakili
biodiversity (keanekaragaman hayati) yang ada di Maluku Timur. Potensi
kehutanannya adalah hasil hutan kayu (azas hutan lestari), hasil hutan non
kayu berupa rotan dan di masa mendatang jasa lingkungan adalah yang
paling menonjol. Kendala subsektor Kehutanan adalah adanya potensi konflik
kepentingan antara sektor kehutanan dengan sektor pertambangan dan
energi karena terdapat tambang nikel di kawasan hutan lindung.
Kawasan peruntukan hutan di Kabupaten Halmahera Timur terdiri dari hutan
produksi, hutan produksi tetap, dan hutan produksi konversi. Hutan produksi
di Kabupaten Halmahera Timur memiliki luas 78.085 hektar yang tersebar di
hampir seluruh kecamatan Kecuali Kecamatan Maba dan Wasile, Hutan
produksi terbatas memiliki luas 189.150 hektar yang tersebar di seluruh
kecamatan dan hutan produksi konversi seluas 71.858 hektar. Alokasinya
Kawasan Peruntukan Hutan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2
Alokasi Kawasan Peruntukan Hutan
Hutan Produksi
Kecamatan Hutan Lindung Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas Taman Nasional Jumlah
Konversi
Kota Maba 29.525 9.597 35.177 - 18.131 99.502
Maba 7.860 639 18.513 1.040 3.693 39.301
Maba Selatan 1.651 13.044 9.374 - 11.035 41.508
Maba Tengah 4.814 16.038 14.827 18.349 5.889 67.739
Maba Utara 529 12.384 27.199 17.371 20.443 86.210
Wasile 7.592 651 1.755 2.005 902 19.879
Wasile Selatan 24.488 3.558 45.211 6.818 3.718 117.955
Wasile Tengah 4.715 12.867 10.547 22.894 - 54.443
Wasile Timur 13.737 2.980 9.871 7.635 577 44.957
Wasile Utara 2.301 6.322 16.676 6.120 7.470 54.761
Total 97.212 78.085 189.150 82.232 71.858 626.255
Sumber : Hasil Perhitungan GIS, 2012

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-8


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

B. Kawasan Peruntukan Pertanian dan Perkebunan


Potensi komoditas unggulan sektor pertanian di Kabupaten Halmahera
Timur cukup besar dan memungkinkan untuk dikembangkan sebagai
komoditas andalan di dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah
ini ke depan. Potensi unggulan subsektor tanaman pangan di Kabupaten
Halmahera Timur adalah padi, selain itu terdapat palawija (jagung, ubi
kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau) dan
holtikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan). Luas lahan di Kabupaten
Halmahera Timur 5.024 ha atau 15,5 % dari seluruh lahan yang
diperuntukan pertanian dan sekitar 7,5% dari luas Kabupaten Halmahera
Timur dengan hasil produksi pada tahun 2009 sebanyak 12074.1 ton.
Kemungkinan untuk dilakukan perluasan lahan sawah masih terbuka
lebar. Sementara dari keseluruhan lahan sawah yang ada, sekitar 3.749
ha atau 74,62% berada di kecamatan Wasile (Desa Bumi Restu sampai
dengan Desa Tutuling Jaya) dengan produktifitas 3,4 Ton/Ha.
Di Kabupaten Halmahera Timur pengembangan kawasan perkebunan
diarahkan pada peningkatan produksi dan peningkatan aksesibilitas
kawasan perkebunan dengan pusat-pusat aktivitas ekonomi seperti
pelabuhan. Komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten Halmahera
Timur yang diprioritaskan untuk dikembangkan adalah komoditas
kelapa, cengkeh, pala, kakao, dan kopi. Pada saat ini, karena belum
adanya industri, maka produksi perkebunan hanya berupa bahan baku
industri, seperti: kopra, bunga cengkeh kering, biji pala, dan foeli kering.
Potensi tanaman pangan tersebut pada umumnya dikelola oleh para
transmigran. Sementara tanaman perkebunan yang potensial antara lain :
kelapa, cengkih, kopi, pala dan coklat. Komoditi kelapa merupakan lahan
terluas di daerah ini yakni 8.422 Ha, disusul pala 6.695 Ha dan sagu
407,15 Ha. Direncanakan kedepan akan dikembangkan perkebunan
komoditi Kelapa Sawit seluas 10.000 Hektar di wilayah Kecamatan Maba
Selatan dengan Pola perkebunan Inti Rakyat serta dilengkapi dengan
industri pengolahannya. Dan rencana pengembangan di Wasile Selatan
dan Kecamatan Wasile Utara. Kawasan Perkebunan sosial di wilayah

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-9


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

Desa Mabapura Kecamatan Kota Maba yang luasanya diperkirakan seluas


300 Ha.
Sedangkan subsektor Peternakan potensi yang ada adalah: ayam, itik,
sapi, dan kambing yang tersebar di Kabupaten Halmahera Timur.

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-10


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-11


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

C. Kawasan Peruntukkan Perikanan


1. Rencana Pengembangan Perikanan Tangkap
Potensi perikanan tangkap di Kabupaten Halmahera Timur adalah
sekitar 113,375 ton ikan, yang terdiri dari 59.891 ton ikan pelagis
besar, 19.361 ton ikan pelagis kecil, 10.644 ton ikan demersal, 9.961
ton ikan karang, 1.201 ton udang lobster, 6.261 ton cumi-cumi dan
6.254 ton udang peneid. Lokasi potensial untuk penangkapan ikan
(fishing ground) untuk wilayah Halmahera Timur ada di perairan
sebelah Timur pulau Halmahera dan di sebelah Timur Kabupaten
Halmahera Timur.
Potensi yang besar dan keberadaan fishing ground di kedua lokasi
tersebut belum berkontribusi nyata bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat setempat dan pembangunan Kabupaten Halmahera Timur
karena kemampuan pemanfaatan yang terbatas akibat ketersediaan
sarana dan prasarana yang kurang menunjang dan kemampuan
sumberdaya manusia perikanan Kabupaten Halmahera Timur yang
relatif rendah. Sementara itu meskipun belum dimanfaatkan oleh
masyarakat Kabupaten Halmahera Timur, potensi tersebut diduga
telah menurun, karena kegiatan illegal fishing oleh nelayan asing dari
Filipina dan Taiwan, dan perusakan terumbu karang oleh nelayan
yang menangkap ikan dengan menggunakan racun dan bom.

Berkenaan dengan permasalahan tersebut maka upaya yang perlu


dilakukan dalam pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten
Halmahera Timur adalah:

a. Infrastruktur
Dalam rangka menfasilitasi nelayang-nelayan yang menangkap
ikan di kedua lokasi fishing ground tersebut maka direncanakan:
Pembangunan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) di Sill untuk
memfasilitasi nelayan-nelayan yang melakukan penangkapan di
Perairan Selatan Kabupaten Halmahera Timur.
Pembangunan PPI di Lolobata untuk memfasilitasi nelayan-
nelayan yang melakukan penangkapan di perairan Timur

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-12


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

Kabupaten Halmahera Timur. PPI di Lolobata perlu dilengkapi


dengan pabrik es kapasitas 20 ton, cold sotrage kapasitas 600
1.000 ton, serta dermaga beton.
Pengembangan PPI pengumpul di tanjung Manitinting dimana
nantinya berfungsi sebagai sentra eksport hasil perikanan
karena mengingat Pelabuhan Manitinting nantinya juga akan
dikembangkan Pelabuhan Peti Kemas di Kabupaten Halmahera
Timur.
Pembangunan Balai Benih Ikan air tawar (BBI) di Subaim.

Pengadaan pabrik Es guna menunjang nelayan-nelayan kecil


yang menggunakan perahu tanpa alat pendingin.

Pengadaan industri pengolahan ikan di PPI yang berkelayakan


tinggi.
Peningkatan kemampuan armada (perahu) penangkapan ikan
milik masyarakat dengan penggantian atau penambahan jumlah
sarana dan prasarana penangkapan, misalnya dengan
penambahan motor tempel sebagai sumber tenaga penggerak
perbaikan armada supaya nelayan dapat menjangkau daerah
penangkapan yang lebih jauh.

Pembangunan Dok / Bengkel kapal perikanan

Pengadaan bantuan pada pengembangan alat tangkap yang


ramah lingkungan dan mudah dikuasi oleh masyarakat;

Pengadaan bantuan pada stasiun BBM. Jumlah stasiun BBM


untuk nelayan sangat terbatas sehingga untuk mendapatkan
BBM nelayan banyak membuang waktu dan harganya menjadi
mahal; untuk itu perlu adanya stasiun distribusi BBM untuk
nelayan.

Pembangunan Pasar Ikan Higienis.

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-13


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

2. Pengembangan Budidaya Perikanan


Data yang ada mengungkapkan bahwa potensi luas lahan untuk
budidaya perikanan ada sekitar 55.733,07 hektar yang terdiri dari
30.011,69 hektar untuk budidaya laut, 25.721,38 hektar untuk
budidaya payau dan 19.587,41 untuk budidaya air tawar. Perairan
yang mempunyai prospek pengembangan baik adalah di sepanjang
perairan Teluk Kao (koridor Subaim-Nusa Jaya), Perairan ini
mempunyai kelayakan yang tinggi untuk pengembangan budidaya
ikan-ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti ikan Kerapu dan
Napoleon. Pada awalnya daerah perairan Teluk Buli juga layak dan
diusulkan menjadi kawasan budidaya perikanan; namun karena
diduga telah tercemar oleh tailing penambangan nikel di Pulau Gee
maka usulan tersebut dibatalkan. Potensi tersebut sampai saat ini
belum dimanfaatkan yang disebabkan karena sumber daya manusia
dibidang budidaya perikanan yang profesional belum memadai dan
dukungan infrastruktur yang ada masih sangat minim.

Dalam rangka peningkatan efektifitas dan effisiensi sumberdaya maka


pengembangan perikanan perlu difokuskan melalui pengembangan
sentra-sentra perikanan. Sentra-sentra tersebut dapat dikelompokan
berdasarkan kecamatan dan gugusan pulau-pulau kecil yang
terintegrasi dalam suatu kawasan penangkapan ikan dan pendaratan
hasil tangkapan. Pusat pengembangan tersebut adalah:
1. Pusat Pengembangan Wasile
Mencakup kecamatan Wasile, Wasile Tengah, Wasile Utara,
Wasile Timur dan Wasile Selatan. Prasarana dan sarana
perikanan di pusat pengembangan ini cukup memadai namun
perlu ditingkatkan. Di wilayah ini, tepatnya di Lolobata, perlu
dibangun Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) yang akan dilengkapi
dengan pabrik es kapasitas 20 ton, cold sotrage kapasitas 600 -
1.000 ton, serta dermaga beton.
2. Pusat Pengembangan Maba

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-14


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

Mencakup kecamatan Maba, Kota Maba, Maba Tengah, Maba


Utara dan Maba Selatan. Prasarana dan sarana perikanan di
pusat pengembangan ini cukup memadai namun perlu
ditingkatkan. Pada saat ini telah mulai dibangun (dalam tahap
konstruksi) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Manitingting untuk
melayani kebutuhan lokal dan regional. Fasilitas pendukung TPI
ini akan dilengkapi dengan pabrik es kapasitas 5 ton, kamar
pendingin, dermaga kayu, pasar ikan, kantor pengelola dan
cadangan lahan 2 hektar. Di wilayah ini juga, tepatnya di Sill,
direncanakan akan dibangun pula Pelabuhan Pendaratan Ikan
(PPI) yang juga akan dilengkapi dengan pabrik es kapasitas 20
ton, cold sotrage kapasitas 600 - 1.000 ton, serta dermaga
beton.
D. Kawasan Peruntukkan Pertambangan
Jenis tambang yang telah diidentifikasi terdapat di Kabupaten Halmahera
Timur adalah:

1. Nikel dihampir semua lokasi Kecamatan di Kabupaten Halmahera


Timur, yaitu sekitar Buli, Pekaulang, Tanjung Buli, P. Gee, P. Pakal,
Maba Pura, Mornopo, Sangadji, Wailukum, Tewil, Soagimalaha di
Kecamatan Kota Maba, Tanjung Bus-bus di Kecamatan Maba Tengah,
Cemara Jaya di Kecamatan Wasile, Bololo, Marimoi dan Akelamo di
Kecamatan Wasile Utara, Foli, Lolobata di Kecamatan Wasile Tengah,
Loleba dan Waijoi Kecamatan Wasile Selatan.

2. Magnesit di sepanjang S. Mancalele, Kecamatan Wasile.

3. Batu gamping di Desa Subaim, Kecamatan Wasile dan Desa Fayaul,


Kecamatan Wasile Selatan, Dodaga Kecamatan Wasile Timur, Bicoli
Kecamatan Maba Selatan.

4. Talk di Desa Fayaul sepanjang S. Mancalele, Kecamatan Wasile


Selatan.

5. Minyak bumi di Desa Lolobata, Kecamatan Wasile.

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-15


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

6. Pasir besi di Kecamatan Wasile Utara, Wasile Tengah, Maba Selatan,


Maba Tengah dan di Maba Utara.

7. Emas di Kecamatan Labi-labi Wasile Utara dan Kecamatan Maba Utara.

8. Deposit Batu bara yang ada di Bicoli Kecamatan Maba Selatan.

Dari 5 jenis tambang tersebut, yang telah dieksploitasi baru nikel, yaitu di
P. Gee (tahun 1997) dan Tanjung Buli (tahun 2001), keduanya di
Kecamatan Maba, serta di Mornopo, Desa Wailukum, Kecamatan Kota
Maba (tahun 2004). Lokasi lainnya adalah di P. Pakal, Kecamatan Maba
dan Desa Soa Sangaji, Kecamatan Kota Maba, Desa Subaim Kecamatan
Wasile. Lokasi-lokasi tersebut berada di sekitar Teluk Buli. Data yang
diperoleh dari Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Halmahera
Timur adalah sebagai berikut:

1. Luas Kuasa Pertambangan (KP) = 159.502, 47 hektar


2. Luas KP di Hutan Lindung = 13.343 hektar (26 persen)
3. Total cadangan:
Limolit (1,44 persen Ni) dan Saprolit = 401.636.296 juta ton
4. Luas Kuasa Pertambangan Eksploitasi = 110.586,3 hektar (76 persen KP Total)
5. Pemegang KP PT Aneka Tambang
PT Sembaki Tambang Sentosa
PT Kemakmuran Pertiwi Tambang
PT Makmur Jaya Lestari
PT Indo Bumi Nikel
PT Alam Raya Abadi
6. Kontraktor:
a. PT. Minerina Bhakti (P. Gee);
b. PT Yudhistira Bumi Bhakti (Tanjung Buli)
7. Produksi Tahunan Saprolit:
a. Mornopo = 24,9 juta ton
b. Tanjung Buli = 16,6 Juta ton
c. Pulau Pakal = 12,9 Juta ton
d. Sangadji = 84,7 Juta ton

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-16


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

8. Produksi tahunan limolit di Tanjung Buli = 10,3 juta ton.


9. Permasalahan yang dihadapi:
a. Lokasi cadangan nikel berada di kawasan hutan lindung: Kecamatan
Kota Maba;
b. Wilayah kegiatan pertambangan dekat ibukota Kabupaten
Halmahera Timur (Maba);
c. Kurangnya investor yang berniat untuk mengelola tambang.
Solusi Permasalahan :
Hasil produksinya dalam bentuk bijih diangkut ke pabrik di Sulawesi Tenggara
dan ada yang langsung dikirim ke luar negeri (Jepang, Australia, Amerika).
Cara demikian memang dapat menguntungkan dari segi pencemaran
dikarenakan limbah hasil pengolahan, tetapi tidak efisien, mengurangi
kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi lokal. Sehingga Pemerintah
Daerah Kabupaten Halmahera Timur dewasa ini lebih mengedepankan untuk
setiap perusahaan pertambangan skala besar untuk membangun Pabrik
Feronikel dengan maksud meningkatkan efesiensi serta mendorong
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Halmahera Timur. Rencananya telah
disepakati melalui MOU antara Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera
Timur dengan PT ANTAM untuk proses pembangunan pabrik feronikel serta
pembangunan Township PT ANTAM didaerah desa Soalaipo Kecamatan Kota
Maba juga rencana pembangunan pabrik feronikel dengan investor dari rusia.
E. Kawasan Peruntukan Industri
Rencana pengembangan Kawasan industri yang akan dikembangkan di
wilayah Kabupaten Halmahera Timur dalam skala besar adalah sebagai
berikut :

1. Kawasan industri pengolahan pertanian/perkebunan di Mabapura


didukung dengan prasarana pelabuhan laut dan pengembangan
Kawasan industri agropertanian di Subaim Kecamatan Wasile.

2. Kawasan industri pengolahan hasil perikanan di Buli (Kecamatan


Maba), Kota Maba dan Bicoli (Kecamatan Maba Selatan) didukung
dengan keberadaan Pelabuhan Manitinting sebagai pelabuhan umum
juga berfungsi sebagai PPI dan Pelabuhan Peti Kemas.

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-17


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

3. Kawasan industri pengolahan nikel di Maba Kecamatan Kota Maba


(pembangunan Pabrik ferronikel PT ANTAM) maupun rencana
pembangunan Pabrik feronikel oleh investor Rusia.
4. Kawasan Industri pertambangan nikel di Loleba Waijoi Kecamatan
Wasile Selatan
5. Rencana Pengembangan Industri Batu Gamping di Kecamatan Wasile

F. Kawasan Peruntukan Pariwisata


Sesuai dengan potensi dan daya dukung daerahnya, rencana kegiatan
kepariwisataan yang prospektif dapat dikembangkan di wilayah
Kabupaten Halmahera Timur antara lain adalah :
1. Kawasan peruntukan wisata bawah laut, terdiri atas :
a. Kawasan wisata penyelaman bawah laut:
Kawasan wisata penyelaman bawah laut terdapat di Pulau Mia
Kecamatan Maba Selatan.
Kawasan Wisata Penyelaman Bawah Laut di Tanjung Buli
Kecamatan Maba;
Kawasan Wisata Penyelaman bawah laut di pulau Jara-jara
Kecamatan Maba Utara;
b. Kawasan wisata bendungan
Kawasan wisata bendungan yang terdapat di bawah kaki gunung
Watoto desa Batu Raja Kecamatan Wasile;
Kawasan Wisata Bendungan Mancalele Kecamatan Wasile;
c. Kawasan wisata pantai pasir putih
Kawasan wisata pantai pasir putih terdapat di Desa Saramake
sampai Desa Nanas Kecamatan Wasile Selatan, Jara-jara
Kecamatan Maba Utara, dan Bicoli Kecamatan Maba Selatan.
kawasan wisata pantai terdapat di Manitingting di Kecamatan
Kota Maba;
d. Kawasan Wisata air terjun
Kawasan Wisata air terjun tiga bidadari di Kecamatan Wasile;
kawasan wisata air terjun terdapat di air terjun Cicebi di Desa
Waci dan Petelei Kecamatan Maba Selatan, air terjun Ngosngonne
Di desa Waci Kecamatan Maba Selatan.

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-18


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

2. Kawasan peruntukan pariwisata budaya yaitu kawasan wisata


bersejarah terdapat di Desa Foli Kecamatan Wasile Tengah berupa
Bungker Peninggalan Tentara Jepang.
3. Kawasan Pariwisata Alam Batu Baboa di Kecamatan Wasile Utara.

G. Kawasan Peruntukan Permukiman


Berdasarkan tipologinya terdapat dua macam sifat perumahan, yaitu
perumahan perdesaan dan perumahan perkotaan. Di wilayah perkotaan
dan perdesaan perumahan dapat tumbuh secara alami. Pembangunan
perumahan secara terencana cenderung terjadi di perkotaan yang
dilaksanakan oleh pengembang, sedangkan pola pengembangan
perumahan di kawasan pedesaan cenderung sporadis menyebar di
seluruh wilayah desa, sedangkan pola pengembangan perumahan di
wilayah perkotaan cenderung mengikuti pertumbuhan jaringan
infrstruktur. Direncanakan areal untuk pemukiman yang diharapkan bisa
menampung berbagai kebutuhan untuk areal pemukiman seiring
bertambahnya penduduk di Kabupaten Halmahera Timur yaitu 3.392,83
Ha dari rencana alokasi Areal Penggunaan Lain yaitu 174.773,97 Ha yang
bisa dijadikan cadangan areal untuk penambahan pemukiman.
Dengan memperhitungkan jumlah penduduk Kabupaten Halmahera Timur
sebesar 69.912 jiwa pada tahun 2009, maka diprediksi ada sekitar 17.478
kepala keluarga yang membutuhkan tempat tinggal/ rumah. Apabila
asumsi prosentase pembangunan rumah yang ditetapkan 1:3:6 serta
diasumsikan luas unit rumah masing-masing adalah 300 m2, 200 m2, dan
100 m2, maka dibutuhkan lahan sekitar 2.621.700 m2 atau 2.621,7
hektar. Alokasi lahan untuk perumahan ini akan disesuaikan dengan
distribusi jumlah penduduk di masing-masing wilayah.
Keberadaan perumahan di kawasan perkotaan seperti Kota Maba, Cemara
Jaya atau ibukota Kecamatan lainnya akan tetap dipertahankan dengan
meningkatkan pelayanan prasarana permukiman. Untuk pengembangan
perumahan dan permukiman di kawasan perdesaan disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat dan pusat-pusat kegiatan.

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-19


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-20


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-21


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-22


Survey dan Pemetaan Areal Penggunaan Lain, 2017

MATERI TEKNIS RTRW 2010-2029 3-23

Anda mungkin juga menyukai