Anda di halaman 1dari 19

46

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN MUSI RAWAS

4.1. Keadaan Alam


4.1.1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif
Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Selatan, letaknya disebelah Barat hulu Sungai Musi dan sepanjang
Sungai Rawas Kabupaten Musi Rawas beribukota di Muara Beliti berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2005, dengan ketinggian 129 meter dari
permukaan laut (dpl) dan terletak pada 102º,07’- 103º,45,10” BT dan 2º,20’-
3º,38’ LS. Kabupaten Musi Rawas mempunyai batas-batas wilayah sebagai
berikut :
Sebelah Barat : Provinsi Bengkulu dan Kota Lubuk Linggau
Sebelah Utara : Provinsi Jambi
Sebelah Timur : Kabupaten Musi Banyu Asin dan Kabupaten Muara Enim
Sebelah Selatan : Kabupaten Empat Lawang dan Kabupaten Lahat

Gambar 5. Peta Orientasi Kabupaten Musi Rawas


47

4.1.2. Topografi
Kabupaten Musi Rawas jika dilihat secara keseluruhan keadaan fisik
topografinya merupakan wilayah bergelombang dengan ketinggian antara 25
meter diatas permukaan laut sampai dengan 1.000 meter dpl. Luas tanah
berdasarkan ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 11, dimana tabel tersebut
menunjukkan bahwa wilayah yang berada pada ketinggian 25 – 100 meter di atas
permukaan laut merupakan wilayah yang terluas, yaitu sebesar 650.901 Ha,
berlokasi di bagian tengah dan timur Kabupaten Musi Rawas.

Tabel 11. Luas Tanah Berdasarkan Ketinggian Tempat di Kabupaten Musi Rawas

No Ketinggian dpl (m) Luas (Ha) Lokasi


1 25 – 100 650.901 Bagian Tengah & Timur
2 100 – 500 296.234 Bagian Tengah
3 500 – 1000 144.998 Bagian Barat
4 > 1000 144.449 Bagian Barat
Sumber : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Musi Rawas, 2011

Luas wilayah dominan merupakan daerah potensial untuk pertanian,


selebihnya merupakan tanah perbukitan yang memiliki kemiringan yang sangat
curam dimana sebagian besarnya berupa Bukit Barisan yang memanjang dari
utara sampai selatan. Khusus di bagian barat wilayah ini termasuk ke dalam
wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang membentang luas ke dalam
empat propinsi. Tabel 12 dan Gambar 6. menunjukkan bahwa kemiringan lahan
bervariasi yaitu antara 0 - > 40 persen dan yang terluas adalah wilayah dengan
kemiringan lahan 2 – 15 persen, yaitu seluas 484.197 ha yang umumnya terdapat
di bagian Selatan dan diikuti wilayah dengan kemiringan lahan 0 – 2 persen, yaitu
seluas 462.938 ha yang terdapat di bagian Utara dan Selatan.

Tabel 12. Luas Tanah Berdasarkan Kemiringan Lahan di Kabupaten Musi Rawas

No Ketinggian (%) Luas (Ha) Lokasi


1 0–2 462.938 Bagian Selatan
2 2 – 15 484.197 Bagian Utara dan Selatan
3 15 – 40 144.998 Bagian Barat
4 > 40 144.449 Bagian Barat
Sumber : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Musi Rawas, 2011
48

Gambar 6. Peta Kemiringan Lahan di Kabupaten Musi Rawas

4.1.3. Keadaan dan Jenis Tanah


Berdasarkan Gambar 7 dan Gambar 8, maka keadaan tanah dan jenis tanah
yang terdapat di Kabupaten Musi Rawas terbagi atas tujuh jenis tanah, yaitu :
- Aluvial, dengan ciri warna coklat kekuningan. Terbentuk dari endapan liat dan
pasir, dijumpai di daerah Kecamatan Tugumulyo dan Muara Kelingi, tanah ini
sangat cocok untuk tanaman padi dan palawija.
- Litosol, cocok untuk tanaman keras, rumput-rumputan dan usaha ternak. Seluas
7,17 persen wilayah Kabupaten Musi Rawas merupakan jenis tanah ini.
- Asosiasi Latisol: hanya seluas 0,77 persen dari luas Kabupaten Musi Rawas
merupakan tanah jenis ini, terdapat di Kecamatan STL Ulu dan Rupit.
- Regosol, sangat cocok untuk padi sawah, palawija dan tanaman keras.
Luasnya sama dengan tanah jenis Asosasi Latisol yakni hanya sekitar 0,77
persen dari luas wilayah dan 55,89 persen berada di Kecamatan Muara Beliti
dan 13,34 persen di Kecamatan Rawas Ulu.
- Podsolik, tanah jenis ini seluas 37,72 persen dari luas kabupaten, merupakan
jenis tanah terluas di Kabupaten Musi Rawas, baik untuk tanaman padi sawah,
49

padi ladang dan tanaman karet. Sebagian besar di Kecamatan Rupit, Rawas
Ulu, Muara Lakitan dan Jayaloka.
- Asosiasi Podsolik, hanya terdapat di Rawas Ilir dan Kecamatan Muara Lakitan
dengan luas keseluruhan 29,59 persen dari luas wilayah Kabupaten Musi
Rawas.
- Komplek Podsolik, hanya terdapat di Kecamatan Rawas Ulu.

Gambar 7. Keadaan tanah di Kabupaten Musi Rawas

Gambar 8. Jenis Tanah di Kabupaten Musi Rawas


50

4.1.4. Curah Hujan dan Keadaan Iklim

Kabupaten Musi Rawas memiliki iklim tropis basah dengan kelembaban


udara 87,0 persen dan rata-rata penyinaran matahari sebesar 61,9 persen.
Temperatur maksimum 32,9oC dan temperatur minimum 19,6oC. Sebagai daerah
tropis basah, rata-rata curah hujan di Kabupaten Musi Rawas cukup tinggi, yaitu
2.285 per tahun dan rata-rata hari hujan 116 hari hujan per tahun dengan bulan
kering hanya empat bulan (Juni, Juli, Agustus dan September), maka wilayah ini
termasuk dalam tipe curah hujan B (sangat basah). Tahun 2010 terjadi perubahan
iklim yang cukup ekstrim dimana bulan kering biasa terjadi pada bulan Juni
hingga September, di tahun 2010 ini bulan kering terjadi pada Bulan Oktober dan
Desember yang biasanya merupakan musim hujan. Curah hujan hampir merata
tinggi di sepanjang tahun. Kondisi iklim yang ekstrim tersebut berpengaruh
terhadap kondisi pertanian di Kabupaten Musi Rawas baik pertanian tanaman
pangan maupun perkebunan. Perbandingan kondisi curah hujan antara tahun 2009
dan 2010 dapat dilihat pada Gambar 9. berikut :

Gambar 9. Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Musi Rawas


Tahun 2009 - 2010

4.1.5. Luas Wilayah dan Penggunaan

Kabupaten Musi Rawas memiliki luas sebesar 1.236.582,66 Ha.


Penggunaan wilayah di Kabupaten Musi Rawas bermacam-macam sesuai dengan
kebutuhan dan kesesuaian dari kemampuan wilayah tersebut. Untuk lebih jelasnya
mengenai penggunaan wilayah Kabupaten Musi Rawas dapat dilihat pada Tabel
13. berikut ini.
51

Tabel 13. Penggunaan Lahan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008-2010


Tahun
No Macam Penggunaan 2008 2009 2010
Luas (Ha) (%) Luas (Ha) (%) Luas (Ha) (%)
1. Luas Tanah Sawah 40.156 3,25 37.418 3,03 37.418 3,03
a. Sawah Irigasi 6.952 0,56 6.952 0,56 6.952 0,56
Teknis
b. Sawah Irigasi 1,598 0,13 1.598 0,13 1.598 0,13
Setengah Teknis
c. Sawah Irigasi 2.813 0,23 2.813 0,23 2.813 0,23
Sederhana
d. Sawah Irigasi Desa 3.234 0,26 3.295 0,27 3.295 0,27
e. Sawah Tadah 11.721 0,95 12.383 1,00 12.383 1,00
Hujan
f. Lebak 11.133 0,90 10.377 0,84 10.377 0,84
g. Kolam/Tambak 2.705 0,22
2. Luas Tanah Kering 1.196.427 96,75 1.196.427 96,75 1.196.427 96,75
a. Pekarangan/Bangu 14.129 1,14 14.129 1,14 14.129 1,14
nan
b. Perkebunan 317.890 25,70 317.890 25,71 317.890 25,71
c. Hutan 226.806 18,34 226.806 18,34 226.806 18,34
d. Lain-lain 637.601,66 51,57 637.602 51,56 637.602 51,56
Total 1.236.583 100,00 1.236.583 100,00 1.236.583 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2011

Tabel 13. menunjukkan bahwa penggunaan wilayah di Kabupaten Musi


Rawas terbagi atas dua jenis yaitu tanah sawah dan tanah kering. Penggunaan
wilayah tanah sawah meliputi sawah irigasi teknis, setengah teknis, irigasi
sederhana, irigasi desa, tadah hujan, lebak dan kolam/tambak. Total luas tanah
sawah adalah 37.418 Ha (3,03 persen) dan penggunaan tanah kering seluas
1.196.427 Ha (96,75 persen). Penggunaan wilayah untuk tanah sawah yang
memiliki luas terbesar adalah sawah tadah hujan dengan luas 12.383 Ha (1,00
persen) terhadap luas total sedangkan penggunaan wilayah untuk tanah sawah
yang memiliki luas terkecil adalah sawah setengah teknis dengan luas 1.598 Ha
(0,13 persen) terhadap luas total. Penggunaan wilayah untuk tanah kering meliputi
pekarangan/bangunan, perkebunan, hutan dan lain-lain (rumah). Penggunaan luas
tanah kering terbesar adalah lain-lain (rumah) dengan luas 637.601,66 Ha (51,56
persen) terhadap luas total. Hal ini disebabkan adanya peningkatan jumlah
penduduk setiap tahun dan peningkatan jumlah rumah tangga baru yang menetap
di Kabupaten Musi Rawas. Penggunaan luas tanah kering terkecil adalah
pekarangan/bangunan dengan luas 14.129 Ha (1,14 persen) terhadap luas total.
Pembagian luas tanah kering untuk perkebunan adalah 317.890 Ha (25,71 persen)
52

terhadap luas total dan luas tanah kering untuk hutan adalah 226.806 Ha (18,43
persen) terhadap luas total, seperti terlihat pada Gambar 10. dibawah ini..

Gambar 10. Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Musi Rawas

4.2. Keadaan Penduduk di Kabupaten Musi Rawas

4.2.1. Jumlah Penduduk


Pertambahan jumlah penduduk memiliki dua sisi pandangan, yaitu sisi
positif dan sisi negatif. Segi positifnya adalah bertambahnya jumlah penduduk
suatu wilayah akan meningkatkan jumlah konsumsi masyarakat sehingga akan
memacu kegiatan produksi dan menumbuhkan berbagai kegiatan ekonomi.
Sedangkan dari sisi negatif, jika potensi jumlah penduduk tidak dimanfaatkan
maka terjadinya pertambahan penduduk akan memungkinkan bertambahnya
masalah sosial, seperti pengangguran dan kemiskinan. Penduduk Kabupaten
Musi Rawas Tahun 2010 berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 berjumlah
525.508 jiwa, sedangkan penduduk tahun 2009 berjumlah 505.940 jiwa,
meningkat 3,86 persen dari tahun 2009. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten
Musi Rawas tahun 2010 sebesar 104,27 persen, hal ini berarti bahwa dari setiap
100 orang penduduk perempuan terdapat 104 orang penduduk laki-laki. Hampir
53

semua kecamatan dalam Kabupaten Musi Rawas memiliki rasio jenis kelamin
diatas seratus kecuali Kecamatan Rawas Ulu dan Kecamatan Karang Dapo
memiliki rasio lebih kecil yaitu 99,93 persen di Kecamatan Karang Dapo dan
98,78 persen di Kecamatan Rawas Ulu.
Secara administratif Kabupaten Musi Rawas terbagi menjadi 21
kecamatan yang meliputi 19 kelurahan dan 258 desa. Penduduk merupakan salah
satu faktor utama pembangunan, dengan jumlah penduduk yang banyak
merupakan potensi sumber daya untuk melakukan program pembangunan, tetapi
jumlah penduduk yang besar juga dapat menjadi beban pembangunan itu sendiri.
Jumlah penduduk Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008 sebanyak 498.592 jiwa
yang terdiri dari 116.210 Kepala Keluarga (KK). Kepadatan penduduk Kabupaten
Musi Rawas pada tahun 2010 berdasarkan tiap kecamatan seperti terlihat pada
Tabel 14.
Pada Gambar 18. menunjukkan bahwa Kecamatan Megang Sakti
merupakan kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak yaitu 48.091
jiwa dan Kecamatan Ulu Rawas merupakan kecamatan yang jumlah penduduknya
paling sedikit yaitu sebanyak 10.772 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk
Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 adalah 42,50 jiwa/km2 dengan tingkat
kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Tugumulyo yaitu 637,09 jiwa/km2,
sedangkan Kecamatan Ulu Rawas merupakan kecamatan yang paling jarang
penduduknya yakni hanya 7,41 jiwa/km2. Kondisi seperti ini menjelaskan bahwa
penyebaran penduduk di Kabupaten Musi Rawas belum merata di tiap
kecamatannya, hal ini dipengaruhi oleh kelahiran, kematian dan migrasi
penduduk. Tingginya angka kelahiran disebabkan oleh rata-rata umur perkawinan
pertama wanita di Kabupaten Musi Rawas tergolong usia muda yaitu berusia 18
tahun. Semakin muda usia untuk menikah, wanita akan mempunyai rentang masa
subur yang panjang sehingga peluang untuk mempunyai anak besar. Berikut ini
disampaikan luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Musi
Rawas tahun 2010.
54

Tabel 14. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Musi
Rawas Tahun 2010

Kepadatan
Luas Wilayah Jumlah Penduduk
Kecamatan Penduduk
(KM2) (Jiwa)
(Jiwa/KM2)
Rawas Ulu 49.816,88 31.037 62,30
Ulu Rawas 145.287, 89 10.772 7,41
Rupit 40.975,73 31.602 77,72
Karang Jaya 140.803,48 27.855 19,78
STL Ulu 59.692,40 28.820 48,28
Selangit 71.733,91 17.866 24,91
Sumber Harta 10.378,03 16.892 162,77
Tugumulyo 6.770,91 43.137 637,09
Purwodadi 6.325,77 14.486 229,00
Muara Beliti 17.562,87 22.363 127,33
TP. Kepungut 32.642,43 11.704 35,86
Jayaloka 16.045,82 14.433 89,95
Suka Karya 12.153,13 12.852 105,75
Muara Kelingi 64.581,90 35.386 54,79
BTS Ulu 75.153,61 26.030 34,64
Tuah Negeri 26.345,09 25.042 95,05
Muara Lakitan 196.353,62 38.974 19,85
Megang Sakti 39.977,66 48.091 120,29
Rawas Ilir 108.813,45 28.178 25,90
Karang Dapo 54.875,51 17.720 32,29
Nibung 60.292,57 22.268 36,93
Jumlah 1.236.582,66 525.508 42,50
2009 1.236.582,66 505.940 40,91
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2011

4.2.2. Komposisi Penduduk

Menurut Jenis kelamin


Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan
langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Komposisi
penduduk menurut jenis kelamin dapat mempengaruhi besarnya tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam pembangunan. Hal ini dikarenakan besarnya tenaga yang
dihasilkan antara laki-laki dan perempuan berbeda. Berdasarkan Tabel 14, dapat
diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan terkecil terjadi pada
tahun 2004 yaitu 465.682 penduduk dimana 244.094 untuk penduduk laki-laki
dan 221.558 untuk penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan pada tahun 2010 adalah jumlah penduduk yang terbesar yaitu 528.508
penduduk dimana 268.252 untuk penduduk laki-laki dan 257.256 untuk
55

perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa selama tahun 2004-2008 jumlah


penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Musi Rawas mengalami
peningkatan. Dilihat dari nilai sex ratio yang selalu diatas 100 persen seperti pada
tahun 2010 sebesar 104,27 persen artinya setiap 100 orang perempuan terdapat
104 orang laki-laki di Kabupaten Musi Rawas.

Tabel 15. Komposisi Penduduk Kabupaten Musi Rawas menurut Jenis Kelamin
Tahun 2004-2010

Jumlah Penduduk (jiwa)


Tahun Sex Ratio (%)
Laki-laki Perempuan Jumlah
2004 244.094 221.558 465.682 110,11
2005 247.163 231.026 478.189 106,98
2006 251.768 232.513 484.281 108,28
2007 257.605 234.832 492.437 109,69
2008 255.860 243.378 499.238 105,13
2009 259.202 246.738 505.940 105,05
2010 268.252 257.256 528.508 104,27
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2011

Menurut Kelompok Umur


Komposisi penduduk di Kabupaten Musi Rawas menurut golongan umur
akan mempengaruhi keberhasilan dalam pertumbuhan penduduk. Penduduk
berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif. Penduduk usia non
produktif yaitu penduduk yang berusia 0-14 tahun (anak-anak) dan penduduk
yang berusia lebih dari 65 tahun (Lansia), sedangkan penduduk usia produktif
yaitu penduduk yang berusia 15-64 tahun. Penduduk dengan jumlah usia non
produktif lebih banyak dapat menghambat potensi penduduk usia produktif. Hal
ini dikarenakan penduduk produktif harus menanggung banyaknya penduduk non
produktif sehingga pendapatan yang seharusnya bisa digunakan untuk kebutuhan
yang lain harus digunakan untuk membiayai penduduk usia non produktif.
Komposisi penduduk Kabupaten Musi Rawas berdasarkan kelompok umur dapat
dilihat pada Tabel 15 berikut ini dimana terlihat bahwa jumlah penduduk usia
produktif sebanyak 311.821 orang dan jumlah penduduk usia non produktif
sebanyak 194.119 orang. Hal ini berarti jumlah penduduk usia produktif lebih
besar daripada jumlah penduduk usia non produktif. Angka beban tanggungan
lebih dikenal dengan dependency ratio (DR). Ukuran ini merupakan persentase
56

antara jumlah penduduk usia non produktif yaitu usia 0-14 tahun dan 65 tahun ke
atas per jumlah penduduk usia produktif yaitu usia 15-64 tahun. Nilai DR
menunjukkan banyaknya jumlah penduduk usia tidak produktif yang harus
ditanggung oleh 100 penduduk berusia produktif. Angka beban tanggungan
Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2010 adalah 38,36 persen. Hal ini berarti
setiap 100 orang penduduk produktif harus menanggung 38,36 (≈ 38 orang) yang
tidak produktif.

Tabel 16. Komposisi Penduduk Kabupaten Musi Rawas menurut Kelompok


Umur Tahun 2010

No. Umur (tahun) Jumlah (orang) Angka Beban Tanggungan (%)


1 0 – 14 175.693
2 15 – 64 311.821
3 > 65 18.426
Total 505.940 38,36
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2011

Menurut Lapangan Usaha


Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah dapat dilihat dari tingkat
penyerapan tenaga kerja bagi penduduknya. Besarnya penyerapan tenaga kerja
dapat meningkatkan pendapatan per kapita penduduk dan pada akhirnya akan
menimbulkan kesejahteraan hidup penduduk suatu wilayah. Data distribusi
sektoral penyerapan tenaga kerja dapat digunakan sebagai salah satu indikator
guna melihat kemampuan sektor-sektor ekonomi dalam menyerap tenaga kerja
dan sebagai tolak ukur kemajuan perekonomian suatu daerah. Komposisi
penduduk di Kabupaten Musi Rawas menurut lapangan usaha dapat dilihat pada
Tabel 16 dimana dapat diketahui bahwa untuk tahun 2010, lapangan usaha
mayoritas penduduk yang bekerja di Kabupaten Musi Rawas adalah sektor
pertanian yaitu 75,40 persen atau 194.695 orang, baik sebagai petani sendiri
maupun buruh tani. Banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian
disebabkan karena kondisi alam yang mendukung dan tersedianya lahan pertanian
yang luas. Biasanya sektor pertanian lebih didominasi oleh pekerja keluarga,
kebanyakan pekerjaan tersebut dilakukan secara bersama-sama oleh anggota
keluarga itu sendiri sehingga sebagian penduduk yang bekerja pada sektor ini
berstatus sebagai pekerja tak dibayar. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk
57

tersebut tidak mendapatkan pendapatan sebagaimana pekerja pada umumnya,


tetapi tetap dikategorikan sebagai penduduk yang bekerja.
Tabel 17. Komposisi Penduduk menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Musi
Rawas Tahun 2008 – 2010

Tahun
2008 2009 2010
No. Lapangan Usaha Jumlah Jumlah Jumlah
persentase persentase persentase
Penduduk Penduduk Penduduk
(%) (%) (%)
(jiwa) (jiwa) (jiwa)
1. Pertanian 186.940 78,44 177.169 74,00 194.695 75,40
2. Pertambangan 1.668 0,70 1.526 0,64 1.807 0,70
dan Penggalian
3. Industri 7.960 3,34 6.580 2,75 5.252 2,04
Pengolahan
4. Listrik, Gas dan 0 0 118 0,05 120 0,05
Air Minum
5. Bangunan 2.693 1,13 3.069 1,28 3.069 1,19
6. Perdagangan, 19.474 8,17 26.577 11,10 25.427 9,85
Hotel & Restoran
7. Angkutan & 7.769 3,26 6.180 2,58 8.413 3,26
Komunikasi
8. Keuangan, 405 0,17 848 0,35 1.028 0,40
Persewaan & Jasa
Perusahaan
9. Jasa-jasa 11.415 4,79 17.355 7,25 18.380 7,12
Jumlah Total 238.324 100,00 239.422 100,00 258.071 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2011

Sektor lainnya yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor
perdagangan yaitu 9,85 persen atau 25.427 orang. Komposisi penduduk menurut
lapangan usaha di Kabupaten Musi Rawas yang terkecil adalah penduduk yang
bekerja pada sektor listrik, gas dan air minum yakni sebanyak 120 orang atau 0,05
persen. Hal ini dikarenakan belum berkembangnya lapangan usaha penduduk di
luar sektor pertanian sehingga penduduk Kabupaten Musi Rawas lebih banyak
menumpukan hidupnya pada sektor pertanian sebagai sumber pendapatan.

4.3. Keadaan Sosial

4.3.1. Pendidikan
Pencapaian pendidikan, terutama pendidikan dasar merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan standar kehidupan di daerah berkembang dan juga
mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Pendidikan juga menjadi
salah satu variabel yang bisa menggambarkan keadaan sosial penduduk di
Kabupaten Musi Rawas. Dalam bidang pendidikan ditampilkan variabel-variabel
58

seperti jumlah sekolah, jumlah murid dan jumlah guru untuk melihat situasi
pendidikan salah satunya dengan menghitung rasio antara murid dan guru.

Gambar 12. Rasio Murid Terhadap Guru Menurut Tingkat Pendidikan di


Kabupaten Musi Rawas, 2009/2010

Jika dilihat dari Gambar 12 diatas, pada tahun 2009/2010 untuk rasio
murid guru pada SD negeri sebesar 15,84, SD swasta sebesar 21,69. Pada tahun
yang sama rasio murid guru untuk SMP negeri sebesar 13,17 dan SMP swasta
sebesar 13,02. Untuk SMA Negeri sebesar 15,18 dan SMA swasta sebesar 19,98.
Jika dibandingkan dengan tahun ajaran 2008/2009, rasio guru-murid SMP Negeri,
SMP Swasta dan SMA Swasta meningkat, sebaliknya rasio ini menurun pada SD
Negeri, SD Swasta dan SMA Negeri. Pada tahun ajaran 2009/2010, Kabupaten
Musi Rawas memiliki gedung sekolah sebanyak 553 sekolah yang terdiri atas 427
Sekolah Dasar (SD), 90 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 36 Sekolah
Menengah Atas (SMA) termasuk kejuruan. Sekolah-sekolah tersebut terdiri atas
sekolah negeri dan swasta.

4.3.2. Kesehatan dan Keluarga Berencana


Fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, Puskesmas dan Puskesmas
pembantu merupakan salah satu variabel–variabel yang dapat menunjukkan
pencapaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Musi Rawas. Tahun 2010,
jumlah rumah sakit di Kabupaten Musi Rawas berjumlah 2 buah rumah sakit
umum yang terletak di Kecamatan Muara Beliti dan Kecamatan Rupit. Fasilitas
kesehatan lainnya yaitu puskesmas sebanyak 27 buah dan puskesmas pembantu
sebanyak 145 buah. Perkembangan di bidang Keluarga Berencana (KB)
59

mengalami kemajuan dimana dari target pencapaian peserta KB baru telah


terlampaui dengan persentase realisasi peserta KB baru sebesar 108,60 persen.
Dari 29.631 orang peserta KB baru sebagian besar peserta menggunakan alat
kontrasepsi jenis suntikan yaitu sebesar 40,59 persen disusul dengan jenis alat
kontrasepsi pil sebesar 28,70 persen dan jenis implant sebesar 16,98 persen.

4.3.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


Indeks Pembangunan Manusia merupakan indeks komposit dari tiga
indeks yang masing-masing mewakili dimensi pembangunan manusia. Indeks
harapan hidup dibentuk dari indikator angka harapan hidup. Indeks Pendidikan
dibentuk dari indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Indeks
daya beli dibentuk oleh indikator pengeluaran per kapita yang disesuaikan.
Berikut ini disampaikan nilai IPM Kabupaten Musi Rawas tahun 2009 sebagai
berikut.

Tabel 18. Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Musi Rawas, 2009

Angka
Rata-rata Pengeluaran per
Angka Harapan Melek
Lama kapita
Hidup (e0) Huruf
Sekolah disesuaikan
(AMH)
(tahun) (%) (Tahun) (Rp.000)
64,44 96,51 7,05 603,49
Indek Pembangunan Manusia (IPM)
67,33
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2010

4.4. Keadaan Perekonomian

4.4.1. Struktur Perekonomian


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2007 hingga tahun 2010
atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2000 di Kabupaten Musi Rawas untuk
setiap sektornya dapat dilihat pada Tabel 17, dimana terlihat bahwa besarnya
PDRB tahun 2009-2010 mengalami peningkatan. Sektor pertanian merupakan
sektor yang berada pada urutan pertama dalam pembentukan PDRB Kabupaten
Musi Rawas yaitu 40,01 persen untuk tahun 2009 dan 40,81 persen untuk tahun
2010. Hal ini dikarenakan sektor pertanian masih menjadi tumpuan hidup
sebagian besar penduduk Kabupaten Musi Rawas. Sektor pertambangan dan
60

penggalian merupakan sektor yang berada pada urutan kedua yaitu 34,45 persen
pada tahun 2010. Bahan tambang yang menjadi andalan di kabupaten ini adalah
minyak dan gas bumi, selain itu potensi bahan tambang seperti batu bara yang
melimpah walaupun belum sampai tahap produksi.

Tabel 19. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK) Tahun 2000 Menurut Sektor Perekonomian Kabupaten Musi
Rawas Tahun 2007-2010 (Jutaan Rupiah)

Tahun
Sektor
2007 2008 2009 2010
1.214.865 1.300.965 1.388.334 1.489.561
Pertanian
(38,84) (39,29) (40,01) (40,81)
1.153.732 1.200.986 1.230.250 1.257.378
Pertambangan dan Penggalian
(36,88) (36,26) (35,46) (34,45)
250.239 262.551 272.025 284.051
Industri Pengolahan
(8,00) (8,00) (7,84) (7,78)
2.499 2.680 2.848 3.051
Listrik, Gas dan Air Minum
(0,08) (0,08) (0,08) (0,08)
118.164 129.187 139.548 148.720
Bangunan
(3,77) (3,90) (4,02) (4,07)
133.900 142.488 148.375 156.289
Perdagangan, Hotel & Restoran
(4,30) (4,30) (4,28) (4,28)
13.402 14.965 16.601 18.834
Angkutan & Komunikasi
(0,43) (0,45) (0,48) (0,52)
Keuangan, Persewaan & Jasa 49.904 52.799 56.000 60.072
Perusahaan (1,60) (1,60) (1,61) (1,65)
190.816 202,750 215.870 232.178
Jasa-jasa
(6,10) (6,12) (6,22) (6,36)
3.127.521 3.310.371 3.469.851 3.650.134
Total
(100) (100) (100) (100)
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2011
Keterangan : Angka dalam kurung merupakan persentase PDRB tiap lapangan
usaha terhadap total PDRB

4.4.2. Pendapatan Per Kapita

Pertumbuhan ekonomi akan selalu dikaitkan dengan pertumbuhan


penduduk. Meningkatnya nilai nominal PDRB selalu diikuti dengan
meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Musi Rawas. Pendapatan per
kapita menunjukkan besarnya pendapatan yang dapat dinikmati oleh setiap
penduduk secara rata-rata selama satu tahun. Besaran ini terbentuk dari jumlah
pendapatan yang timbul dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun.
Pendapatan per kapita akan semakin tinggi apabila pertumbuhan pendapatan
61

diikuti dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin menurun. Pendapatan


per kapita Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2007 hingga tahun 2010 dapat
dilihat pada Tabel 20 berikut ini

Tabel 20. Pendapatan Per Kapita Kabupaten Musi Rawas Atas Dasar Harga
Konstan (ADHK) 2000 Tahun 2007 – 2010

Tahun
Uraian
2007 2008 2009 2010
PDRB (Jutaan Rp.) 3.127.521 3.310.371 3.469.851 3.650.134
Penduduk pertengahan
492.437 498.592 505.940 525.508
Tahun (Jiwa)
PDRB Per Kapita (Rp.) 6.351.109 6.639.439 6.858.226 6.945.915
Sumber : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Musi Rawas, 2011

Berdasarkan Tabel 20 diatas, dapat diketahui bahwa pendapatan per kapita


Kabupaten Musi Rawas atas dasar harga konstan (ADHK) 2000 dari tahun 2007-
2010 mengalami peningkatan. Pendapatan per kapita Kabupaten Musi Rawas atas
dasar harga konstan 2000 meningkat dari Rp. 6.351.109,- pada tahun 2007
menjadi Rp. 6.945.915,- pada tahun 2010. Dilihat dari pendapatan perkapita
Kabupaten Musi Rawas yang terus meningkat, maka dapat diketahui bahwa
pembangunan wilayah yang dilakukan di Kabupaten Musi Rawas telah mampu
meningkatkan pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Musi Rawas.

4.5. Keragaan Umum Sektor Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas


Sektor pertanian sebagai sektor yang menjadi mata pencaharian dominan
masyarakat di Kabupaten Musi Rawas, dimana hampir 60 persen penduduknya
mengusahakan komoditas perkebunan. Komoditas perkebunan yang diusahakan
sebagian besar berupa tanaman karet. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan
luas areal tanaman perkebunan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 21. berikut
ini
Usaha perkebunan karet rakyat tersebar merata hampir di seluruh
kecamatan dalam Kabupaten Musi Rawas kecuali di wilayah Kecamatan
Tugumulyo dan Kecamatan Purwodadi. Pada tahun 2010, produksi karet rakyat
menghasilkan 245 ribu ton, dengan rata-rata produksi per hektar sebanyak 1,21
ton. Pengembangan kebun karet unggul di Musi Rawas, diusahakan oleh berbagai
62

pihak. Selain dikembangkan secara swadaya petani juga dikembangkan oleh


pihak swasta antara lain oleh PT. Haruma Amin dan PT. Nibung Arta Mulya,

Tabel 21. Luas Areal, Produksi dan Jumlah Rumah Tangga Perkebunan Rakyat di
Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010

Luas Areal (Ha) Jumlah


Tdk Rata-rata KK /
Jenis Produksi
No Muda Menghasil- Menghasil Produksi Persh.
Tanaman Jumlah (Ton)
(TBM) kan (TM) kan (Ton/Ha)
(TR/TT)
A. Perkebunan Rakyat
1 Karet 72.840,50 202.481,50 54.199,50 329.521,95 245.003,15 1,21 126.527
2 K. Sawit 7.918,50 25.925,30 954,00 34.440,00 321.473,72 12,40 13.722
3 Kopi 1.103,50 2.056,15 841,00 40.006,00 2.076,71 1,01 3.717
4 Kelapa 381,91 1.882,95 175,90 2.340,75 2.223,90 1,18 25.716
5 Lada 3,50 0,00 0,00 3,50 0,00 0,00 35
6 K. Manis 63,00 48,25 3,00 114,25 52,30 1,08 155
7 Cengkeh 0,00 0,00 2,50 2,50 0,00 0,00 21
8 Pinang 63,70 110,45 20,70 194,85 78,58 0,71 1.069
9 Kakao 60,00 57,50 7,00 124,50 74,52 1,29 192
10 Kemiri 33,50 48,80 6,75 89,05 40,20 0,82 417
11 Mengkudu 3,00 5,00 0,00 8,00 10,00 2,00 25
12 Tembakau 0,00 2,50 0,00 2,50 1,25 0,50 36
13 Jahe 2,50 3,00 0,00 5,50 6,75 2,25 43
B Perkebunan Besar Swasta
1 Karet 18,00 40,00 62,00 120,00 31,20 0,78 -
2 K. Sawtit 0,00 138.042,77 0,00 138.041,77 880.722,92 6,90 19
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Rawas, 2011

Berdasarkan Tabel 22 dibawah. menunjukkan bahwa komoditas karet


menduduki nilai produksi urutan pertama pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 1,32
triliun atau sebesar 83,09 persen dari total nilai produksi tanaman perkebunan di
Kabupaten Musi Rawas dan dengan kemampuan menghasilkan produksi total
sebanyak 131 ribu ton. Adapun perusahaan perkebunan besar swasta komoditas
karet yang beroperasi di Kabupaten Musi Rawas adalah PT. Haruma Amin yang
memiliki luas lahan sebesar 120 hektar dan mampu mengelola produksi karet
sebanyak 31 ribu ton di Kabupaten Musi Rawas. Untuk komoditas kelapa sawit
memiliki nilai produksi tertinggi kedua pada sektor tanaman perkebunan yakni
sebesar Rp. 238,5 milyar atau 14,94 persen. Komoditas kelapa sawit merupakan
tumbuhan industri penting yang menghasilkan minyak kelapa sawit mentah untuk
diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Perusahaan perkebunan besar swasta
komoditas kelapa sawit yang beroperasi di Kabupaten Musi Rawas adalah PT.
Juanda Sawit Lestari yang mampu mengelola dan menghasilkan kelapa sawit
berupa tandan buah segar dan memproduksi CPO, secara keseluruhan Kabupaten
63

Musi Rawas mampu menghasilkan lebih dari 35 ribu ton kelapa sawit dengan luas
tanam total sebesar 7.411 hektar. Selain kedua komoditas diatas, komoditas kopi
juga memiliki nilai produksi tertinggi ketiga yakni sebesar Rp. 27,59 milyar atau
sebesar 1,72 persen. Berikut ini disampaikan nilai produksi dari komoditas
perkebunan di Kabupaten Musi Rawas sebagai berikut.

Tabel 22. Nilai Produksi Komoditas Subsektor Tanaman Perkebunan di


Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008 dan Tahun 2010 (Juta Rp.)

Nilai Produksi (Rp.)


No. Nama Komoditas
2008 2010
1. Karet (Ficus elastica nois.x bl) 680.840,58 1.325.971,3
2. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) 202.151,90 238.501,43
3. Kelapa (Cocos Nucifera) 1.947,30 1.947,30
4. Kopi (Coffea arabiva I) 49.447,02 27.594,25
5. Kayu Manis (Cinnamomum burmani (nees) Bl.) 93,90 96,83
6. Kemiri (Aleurites moluccana) 219,82 219,82
7. Kakao (Theobroma cacao L.) 41,64 41.64
8. Aren (Arenga pinnata) 607,16 607,16
9. Tebu (Saccharum officinarum) 334,39 334,39
10. Pinang (Areca Catechu) 409,46 414,72
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2011

Komoditas perkebunan yang memiliki nilai produksi terkecil tahun 2010


adalah komoditas kakao dengan nilai produksi sebesar Rp 41,6 juta. Komoditas
kakao mampu menghasilkan jumlah produksi sebanyak 5.100 kg di Kabupaten
Musi Rawas . Tanaman kakao tidak saja mempunyai arti ekonomi, tetapi disisi
lain juga memiliki nilai tambah yaitu dapat dijadikan tanaman yang bermanfaat
untuk konservasi tanah khususnya untuk merehabilitasi lahan-lahan kritis. Selain
itu, komoditas kayu manis merupakan komoditas yang memiliki nilai produksi
terkecil kedua setelah komoditas kakao, kayu manis memiliki nilai produksi
sebesar Rp 96,8 juta dan menghasilkan sebesar 14 ton pada tahun 2010.
Kemampuan petani untuk meningkatkan mutu komoditas kayu manis masih
rendah, dimana rendahnya mutu kayu manis disebabkan dalam proses
pengeringan sering tidak sempurna sehingga kadar airnya tinggi dan terjadi
pelapukan.
64

Sebagai suatu wilayah, Kabupaten Musi Rawas mempunyai karekteristik


yang menarik, hal ini disebabkan antara lain pertama, letaknya berada di ujung
barat Provinsi Sumatera Selatan yang berbatasan langsung dengan Provinsi
Bengkulu dan Provinsi Jambi, dengan letak geografis tersebut maka Kabupaten
Musi Rawas merupakan pintu gerbang perekonomian Sumatera Selatan bagian
barat. Kedua, Kabupaten Musi Rawas mempunyai potensi besar untuk
mengembangkan perekonomiannya maupun untuk menarik daerah lainnya di
wilayah perbatasan. Sehubungan dengan itu, kondisi perekonomian dari
Kabupaten Musi Rawas masih relatif tertinggal dibanding daerah lainnya di
Sumatera Selatan, hal ini disebabkan daerah ini belum dapat memobilisasi
sumberdaya alam yang dimilikinya serta masih sangat tergantung dengan sektor
pertanian dalam struktur perekonomiannya. Salah satu strategi yang diambil
untuk memacu perkembangan perekonomian Kabupaten Musi Rawas adalah
dengan cara mengembangkan potensi-potensi lokal, yaitu mengembangkan
komoditas-komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif dibanding daerah lain di Sumatera Selatan. Sektor perkebunan
merupakan sektor yang mendapat prioritas tinggi dalam pembangunan
perekonomian Kabupaten Musi Rawas karena berdasarkan agroklimat dan kondisi
fisik geografis lainnya. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2011-2015, Pemerintah
Daerah Kabupaten Musi Rawas memiliki beberapa program kerja agar sektor
tanaman perkebunan tetap menjadi sektor penghasil pendapatan terbesar bagi
perekonomian dengan mengusahakan program kerja dan kegiatan antara lain:
a. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
b. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian / Perkebunan
c. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi
d. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan
e. Program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan

Anda mungkin juga menyukai