Anda di halaman 1dari 80

RPJMD Kabupaten Lumajang Tahun 2015-2019

BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
KABUPATEN LUMAJANG

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri atau Permendagri Nomor 54


tahun 2010, pada bagian gambaran umum kondisi daerah ini diuraikan tentang kondisi
geografi dan demografi serta capaian indikator catatan kinerja penyelenggaraan
pemerintahan kabupaten Lumajang. Indikator capaian kinerja dimaksud meliputi 3
(tiga) aspek yaitu; (a). Aspek kesejahteraan masyarakat; (b). Aspek pelayanan umum
dan (c). Aspek daya saing. Analisis gambaran umum kondisi daerah memberikan
pemahaman tentang data awal tentang kondisi wilayah dan keberhasilan
pembangunan yang selama ini telah dicapai oleh kabupaten Lumajang. Basis data dan
kinerja yang telah berhasil dicapai selama ini selanjutnya digunakan sebagai pijakan
dalam merumuskan program pembangunan yang dirancang dalam kurun waktu 5
(lima) tahun ke depan.
Sebagaimana dipahami bahwa Kabupaten Lumajang merupakan salah satu
wilayah di Jawa Timur yang memiliki potensi sumber daya alam dan potensi sosial-
ekonomi yang dapat dikembangkan dan dimanfatkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Segala bentuk kekayaan alam dan potensi yang dimiliki
Kabupaten Lumajang di masa yang akan datang sangat penting untuk dikelola dan
dimanfatkan secara optimal, agar kesejahteraan masyarakat dapat direalisasikan.
Sangat disadari bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
sesungguhnya bukan merupakan sesuatu hal yang mudah. Sebagaimana dipahami
bahwa pembangunan di wilayah kabupaten Lumajang masih dihadapkan pada
sejumlah situasi problematik seperti; masih adanya penduduk atau keluarga miskin,
kualitas sumber daya manusia yang relatif belum terlampau tinggi, adanya wilayah
yang relatif terisolasi, dan ditambah lagi posisi geografis wilayah,terdapat wilayah
relatif jauh dari akses jalan poros pusat pertumbuhan ekonomi serta sejumlah
problematika yang lain. Menyadari kondisi ini oleh karenanya sangat dipahami jika
upaya pengembangan potensi sumber daya alam dan potensi sosial-ekonomi yang
dimiliki selama ini masih belum dapat dilakukan secara optimal. Selanjutnya, agar
upaya menciptakan kesejahteraan masyarakat dan membangun Kabupaten Lumajang
dapat dilakukan secara optimal dan lebih terarah sesuai dengan potensi yang ada,

II-1
maka pada bagian ini dideskripsikan kondisi dan potensi, sumber daya yang dimiliki
serta profil kabupaten Lumajang sekaligus merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari perencanaan program pembangunan dalam kurun 5 tahun ke depan.

2.1. Aspek Geografi dan Demografi


Analisis aspek geografis perlu dilakukan dalam upaya memperoleh gambaran
tentang karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah dan
kerentanan wilayah terhadap kondisi bencana yang mungkin dihadapi. Sementara itu
analisis tentang kondisi demografis wilayah kabupaten Lumajang perlu dilakukan
dalam rangka menyampaikan perubahan penduduk, komposisi dan distribusi
penduduk secara keseluruhan di wilayah kabupaten Lumajang.

2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah


Kondisi geografis terdiri dari informasi tentang luas wilayah dan letak
geografis wilayah, topografi, hidrologi, klimatologi, luas dan sebaran kawasan
budidaya, kawasan lindung dan kawasan rawan bencana. Berbagai informasi ini perlu
mendapatkan perhatian dalam perencanaan pembangunan daerah. Dengan
pertimbangan kondisi geografis kabupaten Lumajang, terutama topografi, hidrologi
atau klimatologi memiliki arti yang penting di masa-masa mendatang.

2.1.1. 1. Letak dan Kondisi Geografis


Secara geografis, Pemerintah Kabupaten Lumajang terletak antara 112o 50’-
113o 22’ Bujur Timur dan 7o 52’ – 8o 23’ Lintang Selatan. Kabupaten Lumajang
terdiri dari 21 (dua puluh satu) kecamatan, yaitu: Yosowilangun, Kunir, Tempeh,
Pasirian, Candipuro, Pronojiwo, Tempursari, Rowokangkung, Tekung, Lumajang,
Sumbersuko, Sukodono, Senduro, Pasrujambe, Padang, Gucialit, Jatiroto,
Randuagung, Kedungjajang, Klakah dan Ranuyoso. Adapun batas – batas
administrasi Kabupaten Lumajang sebagai berikut :
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo;
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Jember;
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia;
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Malang;
Gambar 2.1.
Peta Administrasi Kabupaten Lumajang

Tabel 2.1.
Tabel Luas dan Prosentase Luasan Perkecamatan Kab. Lumajang
LUAS PROSENTASE
NO KECAMATAN
(Km2) (%)
1 Tempursari 101.36 5.66
2 Pronojiwo 38.74 2.16
3 Candipuro 144.93 8.09
4 Pasirian 183.91 10.27
5 Tempeh 88.05 4.92
6 Lumajang 30.26 1.69
7 Sumbersuko 26.54 1.48
8 Tekung 30.40 1.70
9 Kunir 50.18 2.80
10 Yosowilangun 81.30 4.54
11 Rowokangkung 77.95 4.35
12 Jatiroto 77.06 4.30
13 Randuagung 103.41 5.77
14 Sukodono 30.79 1.72
15 Padang 52.79 2.95
16 Pasrujambe 97.30 5.43
17 Senduro 228.68 12.77
18 Gucialit 72.83 4.07
19 Kedungjajang 92.33 5.16
20 Klakah 83.67 4.67
21 Ranuyoso 98.42 5.50
JUMLAH 1,790.90 100.00
Sumber : BPS Kabupaten Lumajang Tahun 2012
2.1.1.2. Klimatologi dan Hidrologi
Lokasi Kabupaten Lumajang yang berada di sekitar garis khatulistiwa
menyebabkan daerah ini mempunyai perubahan iklim dua jenis setiap tahun, yaitu
musim kemarau dan musim penghujan. Untuk musim kemarau berkisar pada bulan
April hingga Oktober, sedangkan musim penghujan dari bulan Oktober hingga
April.Daerah Lumajang mempunyai 3 tipe iklim yaitu agak basah, sedang dan agak
kering. Untuk tipe basah jumlah bulan kering rata-rata 3 bulan setahun yang
mencakup daerah Gucialit, Senduro, sebagian Pasirian, Candipuro, Pronojiwo, dan
gunung Semeru. Untuk daerah dengan kategori sedang mencakup daerah Ranuyoso,
Klakah, Kedungjajang, Sukodono, Lumajang, Jatiroto dan Rowokangkung dengan
rata-rata bulan kering 3-4 bulan pertahunnya. Sedang daerah dengan iklim agak kering
meliputi Tekung, Kunir dan Yosowilangun.
Pemantauan yang dilakukan oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah
Sungai Bondoyudo-Mayang di Lumajang dalam kurun waktu setahun ini rata-rata hari
hujan berkisar antara 1 sampai dengan 27 hari tiap bulannya. Sedangkan rata-rata
intensitas curah hujan pada tahun 2011 berkisar antara 0 – 733 mm3.

2.1.1.3. Penggunaan Lahan dan Kawasan Budidaya


Secara umum penggunaan lahan di Kabupaten Lumajang meliputi kawasan
lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung di Kabupaten Lumajang meliputi
Hutan Lindung dan Taman Nasional dengan total seluas 35.067,05 Ha atau sekitar
19,58 %, sedangkan kawasan budidaya seluas 144.022,95 Ha atau sekitar 80,42 %
meliputi Hutan Produksi, Hutan Rakyat, Permukiman, Lahan Pertanian, Lahan
Perkebunan Perikanan darat (tambak, kolam, empang) serta sungai dan perairan.
Peruntukan Luas Ha)
Kawasan Hutan Lindung 11.527,60
Taman Nasional 23.539,45
Kawasan Hutan Produksi 22.735,00
Kawasan Hutan Rakyat 56.436,00
Total Luasan Hutan : 114.238,05
Penggunaan lain : 64.851,95
- Permukiman 15.927,00
- Lahan pertanian 35.993,00
- Lahan Perkebunan 9.921,00
Peruntukan Luas Ha)
- Perikanan (tambak,kolam,empang) 127,00
- Sungai dan perairan 2.883,95
Sumber : RTRW Kab. Lumajang Tahun 2012-2032

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah


Kabupaten Lumajang merupakan wilayah dengan karakter wilayah relatif
cukup beragam. Dengan karakter wilayah cukup beragam maka wilayah kabupatan
Lumajang ditandai oleh wilayah pertanian, perkebunan, wilayah hutan, perikanan dan
sebagainya. Berbagai jenis karakter wilayah tersebut pada gilirannya menghasilkan
berbagai jenis produk baik di sektor pertanian, perkebunan, perikanan, hasil hutan,
dan sebagainya. Selain itu dengan potensi dan kondisi wilayah yang ada maka ke
depan beberapa wilayah perlu memperoleh perhatian untuk dikembangkan agar
produk yang dihasilkan oleh wilayah bersangkutan dapat dicapai secara optimal
sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Dalam penggunaan lahannya, Kabupaten didominasi oleh guna lahan kawasan


hutan meliputi hutan lindung, taman nasional. Hutan produksi dan hutan rakyat
dengan luas 114.238,05 Ha atau sekitar 63,79% dari total luas Kabupaten Lumajang.
Sedangkan untuk pemanfaatan lainnya yaitubudidaya pertanian, budidaya perikanan,
budidaya perkebunan, permukiman, perindustrian, rawa/waduk dan sebagainya.
Komposisi pemanfaatan ruang terkecil adalah pemanfaatan ruang untuk perikanan
(tambak, kolam, empang) yaitu 127 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa ruang di
Kabupaten Lumajang masih didominasi oleh lahan tidak terbangun sehingga
pengalokasian ketersediaan lahan skala kabupaten sangat dapat diaplikasikan dengan
dikembangkannya kawasan budidaya antara lain :

 Kawasan Perdagangan dan Jasa


Peruntukkan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa dikembangkan di
seluruh Kecamatan di Kabupaten Lumajang mencakup pengembangan skala
wilayah meliputi Kecamatan Lumajang, Sukodono, Pasirian, Senduro, Klakah
dan Yosowilangun. Sedangkan untuk kecamatan yang lain dikembangkan
perdagangan skala lokal.
 Kawasan Permukiman
Pengembangan kawasan permukiman dibedakan atas permukiman perkotaan
dan permukiman pedesaan dimana dikembangkan di seluruh kecamatan
Kabupaten Lumajang.
 Kawasan Pendidikan
Pengembangan kawasan pendidikan diarahkan menyebar di seluruh kecamatan
di Kabupaten Lumajang.
 Kawasan Pemerintahan dan Perkantoran
Pengembangan kawasan Pemerintahan dan Perkantoran diarahkan menyebar
di seluruh kecamatan di Kabupaten Lumajang.
 Kawasan Industri
Berdasarkan rencana tata ruang, Kabupaten Lumajang tidak direncanakan
sebagai kawasan industri, namun dikembangkan sebagai kawasan peruntukkan
industri dimana dibedakan menjadi tiga yaitu :
o Kawasan Peruntukkan Industri Besar di Kecamatan Pasirian, Tempeh,
Sumbersuko, Kunir, Jatiroto, Kedungjajang dan Klakah
o Kawasan Peruntukkan Industri Menengah dikembangkan di Kecamatan
Candipuro, Tekung, Yosowilangun, Sukodono, Rowokangkung,
Randuagung dan Ranuyoso
o Kawasan Peruntukkan Industri Kecil dan/atau Mikro, dikembangkan di
seluruh wilayah kecamatan.
 Kawasan Pariwisata
Pengembangan kawasan pariwisata dibagi atas dua jenis yaitu :
o Pengembangan Daya Tarik Wisata, meliputi :
- Pariwisata alam :
a. taman wisata
b. taman wisata ranu
c. taman wisata goa
d. taman wisata air terjun
e. wisata pantai
f. wisata pemandian alam
- Pariwisata budaya
- Pariwisata buatan
o Pengembangan jalur koridor wisata diarahkan pada Kecamatan Senduro,
Ranuyoso, Tempursari dan Candipuro.
 Kawasan Pertanian
Pengembangan kawasan pertanian diarahkan pada pelestarian dan
pengendalian alih fungsi lahan sawah menjadi terbangun melalui penetapan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan menyebar di seluruh kecamatan di
Kabupaten Lumajang.
 Kawasan Pertambangan
Kawasan pertambangan tidak diarahkan pada pengembangan koridor/wilayah,
melainkan diarahkan pada pengembangan budidaya potensi bahan galian yaitu
pada Kecamatan Tempursari, Pasirian, Tempeh, Kunir, Yosowilangun,
Pronojiowo, Pasrujambe, Senduro, Candipuro, Sumbersuko dan Ranuyoso.

2.1.3. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Lumajang tahun 2013 sebanyak 1.086.669
jiwa, terdiri dari laki-laki sebesar 528.129 jiwa dan perempuan sebanyak 558.540
jiwa. Dari sisi kepadatan penduduk, Kabupaten Lumajang tingkat kepadatan
penduduk rata-rata adalah 695 jiwa/km2. Apabila dilihat dari tingkat kepadatan
penduduk per kecamatan, kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatannya adalah
Kecamatan Lumajang (3.123 jiwa/ km2), diikuti dengan Kecamatan Sukodono (1.793
jiwa/km2) dan Kecamatan Sumbersuko (1.369 jiwa/km 2). Sex ratio merupakan
perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan dikalikan
100. Pada tahun 2012 setiap 100 penduduk perempuan di Indonesia terdapat 98
penduduk laki-laki. Dalam kurun waktu tahun 2011 sampai tahun 2012 pertumbuhan
penduduk Kabupaten Lumajang tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 1.292 jiwa
atau 0,19 persen.
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Kabupaten Lumajang Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan dan
Rasio Seks Tahun 2013
Penduduk Luas Area
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Kepadatan Jumlah KK
Km2
1 Tempursari 15,424 16,717 32,141 101.36 317 9,993
2 Pronojiwo 17,890 19,156 37,046 38.74 956 11,111
3 Candipuro 34,337 35,789 70,126 144.93 484 21,765
4 Pasirian 41,583 43,470 85,053 183.91 462 25,990
5 Tempeh 39,801 41,029 80,830 88.05 918 24,475
6 Kunir 26,201 27,769 53,970 50.18 1,076 16,910
7 Yosowilangun 30,016 31,305 61,321 81.30 754 20,033
8 Rowokangkung 17,958 19,499 37,457 77.95 481 12,131
9 Tekung 16,769 18,079 34,848 30.40 1,146 10,814
10 Lumajang 43,117 44,329 87,446 30.26 2,890 27,610
11 Pasrujambe 19,620 20,832 40,452 97.30 416 11,380
12 Senduro 22,879 24,061 46,940 228.68 205 14,162
13 Gucialit 11,916 13,602 25,518 72.83 350 7,655
14 Padang 17,183 18,941 36,124 52.79 684 10,872
15 Sukodono 25,862 27,207 53,069 30.79 1,724 15,926
16 Kedungjajang 21,062 23,239 44,301 92.33 480 12,829
17 Jatiroto 23,746 25,104 48,850 77.06 634 14,874
18 Randuagung 31,717 32,814 64,531 103.41 624 19,511
19 Klakah 30,655 32,091 62,746 83.67 750 18,399
20 Ranuyoso 23,725 25,096 48,821 98.42 496 13,495
21 Sumbersuko 16,668 18,411 35,079 26.54 1,322 11,077
Jumlah 528,129 558,540 1,086,669 1,790.90 607 331,012
Sumber : Hasil Konsolidasi Database Kementerian Dalam Negeri
Sebagai ibukota kabupaten, maka gejala urban bias tidak dapat dihindari di
Kabupaten Lumajang. Pembangunan fisik dengan segala fasilitasnya tak terhindarkan
lebih banyak bermunculan di Kecamatan Lumajang, dan beberapa tempat di
Kecamatan Sukodono, sebagai tempat pemekaran keramaian di kota Lumajang.
Bagi kalangan swasta di mana seluruh aktivitasnya lebih banyak yang
berorientasi ekonomi, maka berbagai investasi yang ditanam memilih lokasi-lokasi
yang menguntungkan, paling tidak memiliki potensi agar aktivitas usaha yang
ditekuni dapat berjalan lancar dan mencapai kesuksesan. Kalangan pemodal akan
mempertimbangkan lokasi-lokasi yang dinilai telah memiliki atau berpotensi untuk
dilakukan pembangunan sarana dan prasarana memadai guna mendukung usahanya.
Kecamatan Lumajang sebagai ibukota kabupaten tentu lebih memberikan peluang dan
menawarkan sejumlah fasilitas sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan
ekonomi para investor dan pelaku ekonomi. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan
jika berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para pemodal dan investor yang terpusat
di ibukota kecamatan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi penduduk untuk
melakukan migrasi ke Kecamatan Lumajang.
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pemerintah kabupaten dalam meningkatkan kesejahteraan penduduknya.
Rencana kerja tahunan yang dilaksanakan oleh seluruh satuan kerja akan diukur
efektivitasnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. IPM merupakan indeks
komposit dari 3 (tiga) jenis indeks yang mengukur tingkat kesehatan, pendidikan, dan
pendapatan masyarakat yang diukur melalui tingkat daya beli masyarakat.
Pengukuran IPM Kabupaten Lumajang berdasarkan data tahun 2011 yang telah
dihitung oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Lumajang dan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah menunjukkan angka 68,45. Capaian IPM tersebut diperoleh
dari Indeks Kesehatan 70,28, Indeks Pendidikan sebesar 72,17 dan Indeks Daya Beli
sebesar 62,52. Adapun angka indek pendidikan dipengaruhi oleh angka lama sekolah,
angka melek huruf dan angka pendidikan yang ditamatkan dan angka partisipasi
sekolah, adapun perkembangan variabel angka-angka IPM tersebut adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.3.
Perkembangan Variabel IPM Kabupaten Lumajang Tahun 2007-2012
Index Index Daya
Tahun Index Kesehatan IPM
Pendidikan Beli
2007 68.91 70.63 59.05 66.20
2008 69.30 70.63 60.01 66.65
2009 69.79 70.94 61.06 67.26
2010 70.28 71.11 62.07 67.82
2011 70.64 72.17 62.52 68.45
2012 70.93 72.62 63.14 68.90
Sumber : Analisa Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Lumajang, BPS

Dari tabel diatas, terlihat bahwa dari tahun 2007 sampai 2012 angka IPM
Kabupaten Lumajang terus naik, begitu juga nilai pendukungnya yaitu indeks
kesehatan, indeks pendidikan serta indeks daya beli cenderung relatif naik sampai
Tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di bidang kesehatan,
pendidikan dan ekonomi mampu menaikkan kesejahteraan masyarakat yang diwakili
oleh angka IPM tersebut.
Tabel 2.4
Beberapa indikator yang mempengaruhi angka indek pendidikan
Tahun Tahun Tahun
No Indikator
2010 2011 2012
1 Angka lama sekolah 6.8 7.0 7.2
2 Angka Pendidikan yg ditamatkan
TK 36.415 37.442 37.627
SD 110.971 108.991 109.877
SMP 46.568 46.799 47.335
SMA 24.373 25.266 26.420
PT 7.450 8.155 8.750
3 Angka Melek Huruf usia 15-45 tahun 97,60 97,66 97,76
Sumber : Analisa Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Lumajang, BPS & LKPJ Tahun 2012

Dari tabel diatas terlihat bahwa rata-rata lama sekolah naik dari 6.8 di tahun
2010 menjadi 7.2 di tahun 2012. Hal ini dikarenakan banyaknya siswa SD dan SMP
yang masih bersekolah. Pada tahun 2010 siswa SD tercatat 110.971 siswa lalu
meningkat menjadi 109.877 siswa. Begitu juga jumlah siswa SMP meningkat dari
46.568 siswa di tahun 2010 menjadi 47.335 siswa di tahun 2012.Angka melek huruf
masyarakat Lumajang tahun 2012 sebesar 97,76 persen, naik dari 97,66 pada tahun
2011.
Selain pendidikan, aspek kesehatan juga mempengaruhi kesejahteraan
manusia. Untuk mengukur kualitas pelayanan kesehatan yang telah dinikmati oleh
masyarakat menggunakan indeks kesehatan. Indeks ini sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh UNDP (United Nation Development Program) yang diukur
berdasarkan capaian usia harapan hidup masyarakat. Usia harapan hidup masyarakat
merupakan ukuran untuk menilai umur maksimal rata-rata masyarakat di suatu
daerah. Berdasarkan tolok ukur ini diasumsikan bahwa semakin tinggi usia harapan
hidup suatu wilayah, semakin baik pula pemenuhan pelayanan kesehatannya. Usia
harapan hidup masyarakat Lumajang sebesar 67,38 tahun poada tahun 2011. Angka
ini naik dari 66,10 pada tahun 2007, dan kondisi di tahun 2012 menjadi 67,56. Hal ini
menunjukkan sekin baiknya tingkat kesehatan di Kabupaten Lumajang. Semakin
meningkatnya usia harapan hidup dan angka melek huruf ini menunjukkan bahwa
program pelayanan kesehatan dan program pelayanan pendidikan telah berjalan
dengan baik meskipun diakui tidak terjadi lompatan prestasi yang dihasilkan. Pada
masa yang akan datang masih diperlukan kerja keras dari seluruh aparat yang
menangani bidang ini.
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Perekonomian daerah dapat dilihat dari gambaran Produk Domistik Regional
Bruto baik berdasarkan harga konstan maupun harga berlaku. Selain itu
perekonomian daerah dapat dilihat dari tingkat inflasi, investasi, pajak dan retribusi,
pinjaman daerah, dana perimbangan, atau sumber penerimaan daerah lainnya. Data
perekonomian daerah dapat menjadi sumber untuk mengetahui seberapa besar
pertumbuhan ekonominya.
2.2.1.1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB merupakan jumlah nilai tambah barang dan jasa akhir yang dihasilkan
(nilai barang dan jasa akhir dikurangi biaya untuk menghasilkannya) oleh berbagai
unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu satu tahun. Unit-unit produksi
tersebut dikelompokkan ke dalam 9 (sembilan) sektor, yaitu pertanian, pertambangan,
industri, listrik, gas dan air minum, bangunan atau konstruksi, perdagangan, hotel dan
restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan
jasa-jasa lainnya.
Besaran nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 yaitu sebesar
Rp. 17.461.478,26 mengalami peningkatan dari Rp. 11.132.920,40 di tahun 2008.
Secara konstan naik dari tahun ke tahun sekitar Rp 1.000.000,00. Nilai PDRB atas
dasar harga konstan 2000 menunjukkan besarnya kenaikan produksi di suatu daerah.
Besaran nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 yang tercipta pada tahun 2012
sebesar Rp. 7.202.952,07 mengalami peningkatan yang konstan dari tahun 2008 yang
mencapai Rp. 5.702.076,22. Peningkatan nilai tersebut seiring dengan peningkatan
nilai PDRBnya.
Grafik 2.2
Perkembangan Angka PDRB Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2012
20,000,000.00
18,000,000.00
16,000,000.00
14,000,000.00
12,000,000.00
10,000,000.00
8,000,000.00
Grafik 6,000,000.00
: 2.2 Perkembangan PDRB Kabupaten Lumajang Tahun 2008 - 2012
4,000,000.00
2,000,000.00
-
2008 2009 2010 2011 2012
PDRB ADHB 11,132,920.40 12,369,238.44 13,886,442.96 15,583,420.16 17,461,478.26
PDRB ADHK 2000 5,702,076.22 6,013,672.17 6,369,904.28 6,768,517.45 7,202,952.07

Sumber : LKPJ AMJ Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2012


2.2.1.1.1. PERTUMBUHAN PDRB PERKAPITA
Salah satu indikator ekonomi yang penting untuk menggambarkan
kemakmuran masyarakat secara makro adalah bila dilhat perkapita penduduk,
semakin tinggi nilainya semakin baik kesejahteraan di suatu wilayah yang
bersangkutan. Pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Lumajang terus mengalami
peningkatan yang signifikan selama periode 2008 -2012. Pendapatan perkapita ADHB
di Kabupaten Lumajang pada tahun 2008 mencapai Rp. 10.365.582,- meningkat pada
tahun berikutnya sebesar 10.70 % menjadi Rp 11.474.416,- dan akhirnya pada Tahun
2012 menjadi Rp. 16.042.436,-.
Pada tahun 2009 merupakan kenaikan pendapatan perkapita terendah
selama periode 2008-2012, yaitu sebesar 10.7 %. Hal ini merupakan cerminan adanya
perlambatan pertumbuhan ekonomi dikarenakan adanya kenaikan harga barang dan
jasa secara drastis akibat kenaikan harga BBM pada pertengahan tahun 2008. Akan
tetapi peningkatan nilai ini belum dapat menggambarkan secara riil kenaikan daya
beli regional sebagai cerminan kesejahteraan masyarakat. Hal ini disebabkan karena
indikator ini dihitung berdasarkan harga berlaku, dan masih terkandung faktor inflasi
yang berpengaruh pada peningkatan besaran daya beli masyarakat. Selain itu pula
diperlukan indikator tingkat pemerataan distribusi pendapatan untuk meningkaan
keakuratan dalamevaluasi kesejahteraan masyarakat. Secara rinci dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.5.
Pendapatan Perkapita Kabupaten Lumajang dan Pertumbuhannya
Harga Berlaku Harga Konstan
Tahun Pertumbuhan (%) Pertumbuhan (%)
(Rp) (Rp)
2008 10.365.582 - 5.309.060 -
2009 11.474.416 10,7 5.578.628 5,08
2010 12.839.804 11,9 5.889.797 5,58
2011*) 14.328.258 11,59 6.223.349 5,66
2012**) 16.042.436 11,52 6.591.623 5,92
*) Angka diperbaiki
**) Angka sementara
Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lumajang tahun 2008- 2012, BPS dan
LKPJ AMJ 2008 - 2012

2.2.1.1.2 PERTUMBUHAN PDRB PER SEKTOR


Berdasarkan kontribusi persektor PDRB terlihat bahwa perekonomian
Kabupaten Lumajang sebagian besar ditunjang sektor pertanian, diikuti sektor
perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan. Hal tersebut
memberikan gambaran bahwa struktur/pola perekonomian masyarakat Kabupaten
Lumajang mengalami pergeseran meskipun belum cukup signifikan namun terjadi
secara keseluruhan berdampak positif pada levelling besaran PDRB.
Selang beberapa tahun kemudian ada beberapa sektor yang meningkat
jumlahnya,yaitu di bidang perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini terjadi dari sektor
pertanian/agraris ke sektor perdagangan ataupun industri yang merupakan ciri spesifik
dari daerah perkotaan;walaupun sektor pertanian masih mendominasi.
Hal ini menunjukkan juga bahwa bidang perdagangan mulai menjadi
mata pencaharian penduduk, dan pariwisata Kabupaten Lumajang mulai berperan
dalam mempengaruhi PDRB. Penjelasan pertumbuhan potensi unggulan dari tahun
2008 ke tahun 2012 sebagaimana grafik berikut :
Grafik 2.3
Pergeseran Pertumbuhan Potensi Unggulan Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2012
40

35

30

25

20

15

10 Keuangan, Persewaan & Jasa


Perdagangan, Pengangkutan
PertanianPertambanganIndustri Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan Hotel & Restoran 4,29 Jasa-Jasa
dan Penggalian Pengolahan & Komunikasi
23,22 4,26
5 23,42 4,31
200836,45 1,92 13,50 0,59 2,93 24,31 4,50 4,38 12,60
200936,59 1,92 13,31 0,58 2,90 25,22 4,40 4,41 12,62
0 201035,72 1,88 13,37 0,58 2,90 26,01 4,37 12,57
201134,56 1,83 13,46 0,57 2,93 4,42 12,64
201233,62 1,77 13,50 0,57 2,95 4,45 12,72

Sumber : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012

Dari tabel di atas pula dapat dilihat sejak tahun dasar 2000, besaran nilai
PDRB dan PDRB perkapita yang tercipta selalu mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Selama kurun waktu 5 tahun nilai PDRB atas dasar harga berlaku telah
mengalami perkembangan rata-rata sebesar 11 persen dan nilai PDRB atas dasar
harga konstan tahun 2000 berkembang sebanyak 6 persen. Besarnya perbedaan
perkembangan PDRB ADHB dengan ADHK 2000 mencerminkan besarnya
perkembangan harga-harga (inflasi) dari tahun 2000 sampai dengan 2012.

Grafik 2.4
Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi PDRB Kabupaten Lumajang
Th 2008 - 2012
10

2
2008 2009 2010 2011 2012
P.E 5,43 5,46 5,92 6,26 6,42
Inflasi 8,86 5,35 5,99 5,61 5,29

Sumber : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012


Tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah menggambarkan tingkat
produktifitas penduduk di dalam menghasilkan barang dan jasa di daerah tersebut
pada suatu periode. Secara makro pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lumajang dapat
dilihat dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
harga konstan 2000. Penggunaan atas dasar harga konstan ini, karena pengaruh harga
telah dikeluarkan sehingga hasil yang diperoleh hanya mencerminkan kenaikan
produksi barang dan jasa.
Hingga akhir tahun 2012 perekonomian Kabupaten Lumajang tumbuh
sebesar 6,42 persen atau mengalami pertumbuhan sebesar 0,16 point dibandingkan
dengan tahun 2011. Trend laju inflasi mengalami penurunan cukup signifikan jika
dibandingkan dengan kondisi tahun 2008. Pada tahun 2008 laju inflasi mencapai 8,86
persen dengan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Lumajang bersama seluruh pelaku penggerak perekonomian sampai dengan akhir
tahun 2012 laju inflasi dapat ditekan menjadi 5,29 persen. Di samping kondisi
tersebut dipengaruhi oleh semakin membaiknya kondisi perekonomian yang
berdampak positif pada dunia usaha.

2.2.1.1.3. Penanaman Modal/Investasi


Investasi oleh sektor swasta mempunyai daya dorong/multiplayer efek
yang lebih besar daripada pengeluaran pemerintah(APBD). Untuk itu iklim investasi
perlu ditingkatkan di Kabupaten Lumajang. Adapun perkembangan investasi adalah
seperti terlihat pada grafik berikut:
Grafik 2.5.
Pengaruh Peningkatan Nilai Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Tahun 2010 - 2011
120.000.000 3,50

3,00
100.000.000
2,50
80.000.000
2,00

60.000.000
1,50

40.000.000 1,00

0,50
20.000.000
- -
2009 2010 2011
74.647.720 94.169.229 105.470.433
Nilai Investasi (Rp.000) 0,69 1,54 3,32
Penyerapan Tenaga Kerja (%)

Sumber : LKPJ Tahun 2012


Dari grafik diatas terlihat bahwa grafik investasi dari tahun 2009 sampai
2011 cenderung naik, dari 74.647.720.000 menjadi 105.470.433.000. Hal ini diikuti
oleh naiknya penyerapan tenaga kerja dari 0,69 % di tahun 2009 menjadi 3,32 % di
tahun 2011. Hal ini menunjukkan efek positif dari kenaikan investasi daerah, ternyata
mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak lagi, terutama di bidang industri
dan perdagangan.

2.2.1.1.4.Perbandingan Tingkat PDRB ADHB tiap Kecamatan


Berikut disajikan data PDRB atas dasar Harga Berlaku tiap Kecamatan se
Kabupaten Lumajang
Tabel 2.6
Perbandingan Nilai PDRB ADHB tiap Kecamatan di Kabupaten
Lumajang Tahun 2010 - 2012
Kecamatan 2010 2011 2012
Tempursari 357,616.88 401,691.50 446,550.18
Pronojiwo 372,060.58 412,850.28 454,520.33
Candipuro 771,695.24 870,402.06 975,834.30
Pasirian 1,220,137.99 1,373,057.00 1,547,279.77
Tempeh 1,226,206.52 1,386,779.96 1,567,270.71
Lumajang 1,433,781.39 1,625,041.47 1,863,526.50
Sumbersuko 539,500.44 604,644.51 676,917.07
Tekung 399,006.56 443,652.20 490,234.10
Kunir 620,644.71 701,720.99 791,556.64
Yosowilangun 760,623.43 856,302.50 964,774.68
Rawakangkung 437,213.27 484,835.57 535,449.67
Jatiroto 853,926.52 954,243.76 1,062,099.51
Randuagung 750,220.04 839,366.23 934,407.10
Sukodono 568,722.42 642,289.57 725,630.39
Padang 345,558.03 382,898.00 419,150.31
Pasrujambe 694,565.86 762,760.13 837,297.87
Senduro 411,320.08 459,936.66 509,167.29
Gucialit 356,231.37 397,032.21 439,029.44
Kedungjajang 559,439.51 626,595.01 698,942.62
Klakah 723,476.26 814,035.11 915,040.64
Ranuyoso 484,475.85 543,285.45 606,799.15
Sumber : PDRB Kabupaten Lumajang Menurut Kecamatan Tahun 2010-2012

Dari tabel terlihat bahwa Kecamatan Lumajang mempunyai PDRB paling


besar diantara Kecamatan-kecamatan lain. Hal ini dikarenakan Kecamatan Lumajang
sebagai pusat pemerintahan, juga sebagai pusat perdagangan dan pusat kegiatan
ekonomi. Di tahun 2010 nilai PDRB di Kecamatan Lumajang sebesar Rp.
1,433,781.39,- dan meningkat di tahun 2012 sebesar Rp. 1,863,526.50,-.Nilai paling
rendah adalah Kecamatan Padang yang bernilai Rp 345,558.03,- di tahun 2010
walaupun ada kenaikan di tahun 2012 sebesar Rp 419,150.31,- akan tetapi, nilainya
tetap paling rendah diantara kecamatan-kecamatan lainnya.

2.2.1.1.5. Tingkat Kemiskinan Kabupaten Lumajang


Grafik 2.6.
Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Lumajang tahun2002 -2011

Sumber : BPS Kab. Lumajang

Dari grafik diatas terlihat bahwa jumlah penduduk miskin dan tingkat
prosentase penduduk miskin Kabupaten Lumajang dari Tahun 2003 – 2011
mengalami penurunan. Di akhir tahun 2011 jumlah penduduk miskin Kabupaten
Lumajang mencapai 131.912 jiwa dengan prosentase sekitar 13,01 %. Hal ini
menunjukkan bahwa komitmen Kabupaten Lumajang dalam usaha menurunkan angka
kemiskinan berhasil dan hal ini sejalan dengan usaha Propinsi Jawa Timur dalam
usaha menekan angka kemiskinan. Akan tetapi banyak faktor yang mempengaruhi
kemiskinan suatu daerah, sehingga perlu analisa lebih jauh dengan komponen
pendukung lainnya.

2.2.1.2. Laju Inflasi


Penghitungan inflasi Jawa Timur didasarkan pada hasil pemantauan/
pendataan harga barang dan jasa yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
pada pasar tradisional dan pasar modern di berbagai wilayah di Jawa Timur. Dari
hasil pendataan tersebut diperoleh bahwa pada bulan September 2010 Jawa Timur
mengalami inflasi 0,46 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK)
dari 122,43 pada bulan Agustus 2010 menjadi 123,00 pada bulan September 2010.
Sampai dengan bulan September 2010 secara kumulatif Jawa Timur mengalami
inflasi sebesar 5,36 persen.
Hingga akhir tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lumajang
mencapai 6,42 persen atau mengalami pertumbuhan sebesar 0,16 point dibanding
tahun 2011 dan mencapai 0,99 point dibanding tahun 2008. Selanjutnya secara
agregat inflasi dengan system point to point, trend laju inflasi PDRB mengalami
penurunan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2012 laju inflasi PDRB sebesar 5,29 persen, turun sebesar 0,32 poit dari
tahun 2011 dan mengalami penurunan sebesar 3,57 poit dari inflasi pada tahun 2008.
Kondisi tersebut menunjukkan tren positif bagi perekonomian masyarakat Kabupaten
Lumajang. Hal ini menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat yang semakin
meningkat serta meningkatkan daya saing terhadap daerah lain. Penurunan inflasi
mencerminkan bahwa harga barang/jasa secara umum lebih terkontrol dan masih
dalam batas kewajaran dan terjangkau oleh masyarakat. Perkembangan pertumbuhan
ekonomi dan Inflasi selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada grafik dan tabel
sebagai berikut :
Grafik 2.7
Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi PDRB Kabupaten Lumajang
Tahun 2008- 2012

10

2
2008 2009 2010 2011 2012
P.E 5,43 5,46 5,92 6,26 6,42
Inflasi 8,86 5,35 5,99 5,61 5,29

Sumber : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012

2.2.1.3RASIO PENDUDUK YANG BEKERJA


Jumlah penduduk yang bekerja di suatu wilayah menunjukkan berhasil
tidaknya Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menekan jumlah pengangguran.
Berdasarkan data dari Dnas Tenaga Kerja dan transmigrasi, penduduk usia produktif
(15-45 tahun) di Kabupaten Lumajang pada tahun 2010 sebanyak 491.369 orang
dengan 95 %nya bekerja. Dan pada tahun 2012 jumlah penduduk usia produktif
mencapai 520.497 orang dan 95 %nya dalam status bekerja. Selain itu Angka
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) cenderung naik di tahun 2011 sekitar 69,30 dari
tahun 2010 yngnilainya 64,71, terus mengalami penurunan di tahun 2012 menjadi
67,51. Hal ini berbanding terbalik dengan pola Tingkat pengangguran yang semula di
tahun 2010 3,28 % akhirnya turun di tahun 2011 sebesar 2,70, lalu naik lagi menjadi
4,7 di tahun 2012. Seperti dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.7
Prosentase Penduduk Yang Bekerja Di Kabupaten Lumajang Tahun 2010-2012

INDIKATOR 2010 2011 2012


Jumlah Angkatan Kerja 491.369 orang 495.752 orang 520.497 orang
Jml Penduduk Bekerja 471.053 orang 476.685 orang 496.036 orang
% Penduduk Bekerja 95.8 % 96.15 % 95,3 %
TPAK 64,71 69,30 67,51
TPT 3,17 2,70 2,73
Sumber : BPS & LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial
Analisis kinerja atas kesejahteraan sosial dilakukan terhadap indikator yang
berkaitan dengan pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan maupun
ketenagakerjaan. Secara rinci fokus kesejahteraan sosial berisikan data tentang angka
melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan
yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia
harapan hidup, jumlah penduduk yang bekerja dan sebagainya.
Berdasarkan data yang ada pada LKPJ AMJ Kabupaten Lumajang,beberapa
capaian indikator pendidikan sebagai berikut :
Tabel 2.8
Capaian Indikator Pembangunan Bidang Pendidikan Tahun 2008 – 2012
Capaian
Indikator
2008 2009 2010 2011 2012
Angka Melek Huruf 98,42 97,02 97,60 97,66 97,76
 Angka Partisipasi Kasar SD/MI 106,77 107,66 107,70 107,35 106,67
 Angka Partisipasi Kasar SMP/MTs 104,86 105,20 105,36 106,58 106,88
 Angka Partisipasi Kasar SMA/SMK/MA 44,69 50,15 51,53 53,23 56,11

 Angka Partisipasi Murni SD/MI 98,80 99,69 99,73 99,75 99,77


 Angka Partisipasi Murni SMP/MTs 97,98 98,90 99,10 99,18 99,27
 Angka Partisipasi Murni SMA/SMK/MA 37,61 48,56 48,67 49,33 52,04

 Angka Putus Sekolah SD/MI 0,18 0,11 0,10 0,09 0,08


 Angka Putus Sekolah SMP/MTs 1,27 0,68 0,58 0,52 0,31
 Angka Putus Sekolah SMA/SMK/MA 1,02 0,81 0,74 0,67 0,47

Sumber data : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012

Selanjutnya dalam bidang kesehatan, situasi derajat kesehatan masyarakat


digambarkan dengan angka mortalitas (angka kematian ibu, kematian bayi dan balita)
serta status gizi. Angka mortalitas akan meningkat dan status gizi menurun apabila
upaya promotif, preventif, kuartif dan rehabilitatif tidak dilaksanakan secara optimal.
Dimana beberapa upaya tersebut diukur melalui beberapa indikator yang antara lain
meliputi indikator dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, pencegahan dan
penanggulangan penyakit, pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, gizi, kesehatan
lingkungan srta pemberdayaan masyarakat. Capaian keberhasilan beberapa indikator
tersebut menggambarkan pengendalian angka mortalitas dan status gizi.
Tabel 2.9
Perbandingan Perkembangan Pencapaian Angka Mortalitas
Tahun 2008-2012
ANGKA JUMLAH CAPAIAN
NO
MORTALITAS 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012
1 Angka Kematian 5 13 10 10 8 30 80,44 61,80 61,15 51,59
Ibu
2 Angka Kematian 114 145 106 149 157 8,8 8,97 6,55 9,11 10,12
Bayi
3 Angka Kematian 121 154 111 159 164 9,4 9,53 6,86 9,73 10,58
Balita
Sumber : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012

Trend balita gizi buruk atau di Bawah Gari Merah (BGM) pada tahun 2012
menunjukkan penurunan dibanding tahun 2008. Berdasarkan bulan intensifikasi
penimbangan tahun 2012, jumlah balita gizi buruk sebanyak 386 balita atau 0,50%
dari 76.812 balita yang ditimbang. Sedangkan data tahun 2008, balita gizi buruk
sebanyak 501 balita atau sebesar 0,64% dari 78.701 balita yang ditimbang.
Grafik : 2.8
Perbandingan Pencapaian Penurunan BGM Tahun 2008 – 2012

2012 76.812 386 0,50%

2011 76.229 428 0,56%

2010 76.553 519 0,68%

2009 77.060 477 0,62%

2008 78.701 501 0,64%

74.000 75.000 76.000 77.000 78.000 79.000 80.000

Bayi Ditimbang BGM %

Sumber : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012

2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga


Menurut catatan yang ada sampai dengan tahun 2010 ternyata
kabupaten Lumajang memiliki sejumlah kesenian yang banyak tersebar di berbagai
wilayah. Jenis kesenian yang sampai saat ini masih cukup eksis di kabupaten
Lumajang antara lain; jaran kencak,jaran slining dan sebagainya. Berbagai jenis
kesenian ini sekaligus menunjukkan bahwa di kabupaten Lumajang memiliki berbagai
jenis kesenian tidak hanya seni tari, melainkan juga seni lukis, musik, seni drama dan
sebagainya. Salah satu andalan Kabupaten Lumajang adalah batik Lumajang,yang
semakin hari banyak dikenal masyarakat, beserta pisang Agung dan Kirana sebagai
komoditas pangannya.
Ragam budaya yang hidup dan berkembang di masyarakat Kabupaten
Lumajang pada hakikatnya merupakan identitas khas (local genius) dan mengandung
tatanan nilai dari kelompok masyarakat pada suatu wilayah tertentu yang berfungsi
menjadi semacam perekat bagi kebersamaan, perkauman, kekerabatan. Ragam budaya
ini seyogyanya terus dipelihara dan dikembangkan dalam kerangka pembangunan
manusia seutuhnya sehingga masyarakat tidak tercerabut dari akar budayanya.
Untuk menjaga kekayaan seni dan budaya, selain pemeliharaan terhadap
cagar budaya Pemerintah Kabupaten Lumajang terus mendorong dan melakukan
berbagai upaya pelestarian dan pengembangan terhadap nilai-nilai budaya yang hidup
di tengah masyarakat diantaranya yaitu dengan mendukung tetap lestarinya beberapa
perayaan tradisional. Di samping itu juga digelar Pentas Seni Tradisi serta atraksi
kesenian para pelajar SMP/MTs, SMA/SMK/MA,sanggar-sanggar tari dan kelompok-
kelompok seni yang dikemas dalam peringatan hari-hari besar dan diselenggarakan
secara rutin pada peringatan Hari Jadi Lumajang (HARJALU).

2.3. Aspek Pelayanan Umum


Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa
pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Aspek pelayanan umum meliputi 2
jenis fokus layanan yakni fokus layanan urusan wajib dan fokus layanan urusan
pilihan.

2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib


Analisis kinerja atas layanan urusan wajib dilakukan terhadap indikator-
indikator kinerja penyelenggaraan urusan wajib pemerintah daerah yang meliputi
bidang urusan pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang,
perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan,
kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak,
keluarga berencana, ketenagakerjaan, sosial, Koperasi dan UKM, penanaman modal,
otonomi daerah dan sebagainya.

2.3.1.1. Aspek Pendidikan


Kendati masyarakat Kabupaten Lumajang, sudah mulai maju, tetapi,
kesadaran tentang arti penting sekolah nampaknya masih belum tumbuh dengan
maksimal. Dalam satu dekade terakhir, nyaris tidak terjadi perubahan yang benar-
benar signifikan tentang apresiasi masyarakat terhadap arti penting pendidikan,
khususnya fungsi sekolah.
Secara teori, pendidikan sebetulnya adalah hak sekaligus semacam tiket untuk
meraih masa depan yang lebih baik. Tetapi, bagi anak-anak dari keluarga yang secara
ekonomis tak berkecukupan, pendidikan seringkali menjadi barang mahal karena
mereka tidak memiliki kemampuan dan akses yang cukup untuk bisa melangsungkan
pendidikan sampai jenjang yang maksimal. Sudah banyak kajian membuktikan,
bahwa faktor utama penyebab anak putus sekolah adalah kesulitan ekonomi atau
karena orang tua tidak mampu menyediakan biaya bagi sekolah anak-anaknya. Di
samping itu, tidak jarang terjadi orang tua meminta anaknya berhenti sekolah karena
mereka membutuhkan tenaga anaknya untuk membantu pekerjaan orang tua.
Di Kabupaten Lumajang, terutama di daerah pedesaan yang terpelosok dan
kepulauan, anak-anak di bawah usia terkadang terpaksa bekerja di rumah membantu
orang tuanya di sawah, bekerja di sektor pertanian, perkebunan, industri kecil, dan
sebagainya untuk membantu ekonomi orang tua. Jam kerja yang panjang, kelelahan
fisik, dan sejenisnya —ditambah lagi pengaruh lingkungan teman seusia yang rata-
rata memang kurang perhatian kepada kegiatan belajar— adalah faktor gabungan
yang menyebabkan anak-anak usia sekolah di Kabupaten Lumajang terpaksa bekerja
acapkali prestasi belajarnya di sekolah relatif kurang berkembang, dan bahkan DO
(Drop Out) sebelum waktunya.
Tabel 2.10.
Pencapaian Beberapa Indikator Pendidikan Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2012
CAPAIAN
URAIAN 2008 2009 2010 2011 2012
Banyaknya Tenaga Pendidik
(orang)
 TK/RA/PAUD 2.669 3.334 3.426 3.429 3.517
 SD/MI 7.190 7.473 7.487 7.527 7.030
 SMP/MTs 3.104 3.464 3.475 3.484 3.058
 SMA/SMK 1.524 1.798 1.826 1.877 1.440
CAPAIAN
URAIAN 2008 2009 2010 2011 2012
Banyaknya Sekolah (unit)
a. TK/RA 435 438 440 511 531
b. SD/MI 740 741 742 748 749
c. SMP/MTs 149 160 165 175 177
d. SMA/SMK 55 59 63 68 74
Banyaknya Kelas (ruang)
 TK/RA 987 993 997 1.122 1.142
 SD/MI 5.981 5.984 5.987 6.023 6.025
 SMP/MTs 1.183 1.216 1.231 1.261 1.292
 SMA/SMK 578 590 602 617 741
Banyaknya Siswa (anak)
 TK/RA 33.490 35.482 36.415 37.442 37.627
 SD/MI
 SMP/MTs 109.985 110.908 110.971 108.991 109.877
 SMA/SMK 45.815 46.082 46.568 46.799 47.335
21.119 23.711 24.373 25.266 26.420
Rasio Murid : Guru (negeri dan
swasta)
 TK/RA 13 11 11 12 13
 SD/MI 15 15 15 15 15
 SMP/MTs 15 13 13 14 15
 SMA/SMK 14 13 13 13 13
Rasio Murid : Sekolah (negeri
dan swasta)
 TK/RA 20 20 20 20 20
 SD/MI 25 25 25 25 25
 SMP/MTs 37 40 40 32 32
 SMA/SMK 38 42 44 40 40
Pendidikan Luar Sekolah
 PBHKF 3.080 9.000 9.600 6.100 8.380
 Kejar Paket A Setara SD 62 95 112 345 390
 Kejar Paket B Setara SMP 685 775 840 1.766 1.294
 Kejar Paket C Setara SMU 235 258 275 1.249 1.009
Sumber data : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012

Dari data di atas terlihat bahwa jumlah murid tingkat sekolah dasar tahun
2010/2011 cenderung mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
begitu pula dengan jumlah siswa SMP atau SMA sederajat terus mengalami kenaikan.
Dari data tersebut, tentu saja akan mempengaruhi banyaknya sekolah yang ada.
Menurut data jumlah SD, SMP, SMA sederajat terus mengalami kenaikan dari tahun
ke tahun.
Kecenderungan seperti ini merupakan fakta positif bagi perhatian Pemerintah
Kabupaten Lumajang terhadap kemajuan di bidang pendidikan. Ketika jumlah anak
usia sekolah kian bertambah maka peningkatan sarana dan prasarana juga dilakukan,
sementara itu ketika jumlah murid mengalami penurunan maka penyediaan sarana dan
prasarana pendidikan tidak dilakukan penambahan berarti.
Persoalannya sekarang adalah bagaimana cara melakukan peningkatan dalam
aspek kualitas pendidikannya. Sebab meski secara kuantitatif jumlah murid dan
fasilitas sarana prasarana pendidikan mengalami peningkatan tetapi tidak diimbangi
dengan kualitasnya niscaya mutu lulusan dan SDM yang ada di kabupaten Lumajang
juga akan mengkhawatirkan perkembangannya. Oleh sebab itu ke depan dalam sektor
pendidikan Pemerintah Daerah perlu segera bersikap konsisten dengan
mengalokasikan sekitar 20% dana APBD untuk pembangunan bidang pendidikan, dan
merancang serta melaksanakan program pembangunan bidang pendidikan yang benar-
benar terfokus dan berpihak kepada peserta didik. Sebab dengan sumber daya
manusia yang tidak berkualitas tentu cukup sulit bagi Kabupaten Lumajang untuk
dapat segera keluar dari tekanan kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami oleh
sebagian masyarakat.

2.3.1.2. Aspek Kesehatan


Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan berikut sumberdaya
manusia untuk meningkatingkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
sangat diperlukan. Fasilitas dan sumber daya kesehatan yang ada di Kabupaten
Lumajang sampai dengan tahun 2012 meliputi 6 Rumah Sakit, yaitu 1 (satu) Rumah
Sakit Umum Daerah, 1 (satu) Rumah Sakit Polri, 1 (satu) Rumah Sakit BUMN, 3
(tiga) Rumah Sakit Swasta (salah satunya RS Bersalin), 25 (dua puluh lima)
Puskesmas dan 51 Puskesmas Pembantu, 550 Posyandu Purnama, 257 Posyandu
Mandiri, 41 Puskesmas Keliling, 6 Balai Pengobatan/Klinik Non Rawat Inap dan 3
Klinik Rawat Inap. Ditambah dengan 121 praktek dokter umum, 30 tenaga dokter
spesialis dan tenaga dokter gigi 40 orang sedangkan untuk bidan praktek sebanyak
246 orang dan perawat sebanyak 339 orang.(Sumber dari LKPJ AMJ Kabupaten
Lumajang Tahun 2008-2012)
Penyediaan Puskesmas yang merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar
yang menyelenggarakan kegiatan Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan,
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk Keluarga Berencana (KB),
Perbaikan Gizi, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, dan Pengobatan.
Jumlah Puskesmas di Kabupaten Lumajang sebanyak 25, dengan Puskesmas
Perawatan sebanyak 21. Dengan demikian, rasio Puskesmas terhadap penduduk pada
tahun 2012 adalah 25 : 1.180.351 penduduk, atau rata-rata tiap Puskesmas melayani
47.214 penduduk.

2.3.1.3. Aspek Pekerjaan Umum


Jalan dan Jembatan
Panjang jalan raya di kabupaten Lumajang pada tahun 2013 mencapai
1.051.987 km, yang terdiri dari 123.260 km jalan hot mix, 882.707 km merupakan
jalan aspal, 31.470 km permukaan jalan kerikil dan 14.550 km merupakan jalan tanah.
Dilihat dari kondisi jalan, maka sepanjang 610.635 km dalam keadaan baik, 174.111
km dalam keadaan sedang dan 144.382 km dalam keadaan rusak serta 122.859 Km
dalam keadaan rusak berat.
Dalam berjalannya program kegiatan ini selama lima tahun, terjadi
peningkatan yang sangat signifikan untuk jalan perkerasan Hotmix mengalami
peningkatan pada tahun 2012 menjadi 134,87 km atau meningkat sebesar 186,37%
dari tahun 2008 sepanjang 72,37 Km, begitu pula untuk kondisi perkerasan jalan aspal
juga mengalami peningkatan sebesar 144,77% dari panjang jalan aspal 328,57 Km di
tahun 2008 menjadi 804,25 Km di tahun 2012. Sedangkan untuk kondisi jalan kerikil
dan tanah tentunya akan menurun. Gambaran mengenai perkembangan kualitas
jaringan jalan sebagaimana berikut
Tabel 2.11.
Data Keadaan Jalan Di Kabupaten Lumajang Tahun 2012
Jenis Tahun
Perkerasan 2008 2009 2010 2011 2012
Hot Mix 72,37 72,37 87,078 123,26 207,243
Aspal 874,69 928,573 913,865 882,71 804,254
Kerikil 73,325 31,894 31,894 31,47 29,04
Tanah 31,6 19,15 19,15 14,55 11,45
Jumlah 1.051,99 1.051,99 1.051,99 1.051,99 1.051,99
Sumber data : LKPJ Tahun 2008-2012

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa kondisi jaringan jalan aspal
baik lapen maupun Hotmix mengalami peningkatan 6,12% dari 90,03% di tahun 2008
menjadi 96,15% di tahun 2012. Sedangkan kondisi jaringan tanah dan/atau kerikil
mengalami penurunan menjadi 3,85% di tahun 2012.
Grafik 2.9.
Perkembangan Kondisi Perkerasan Jalan

Capaian indikator jambatan dalam kondisi baik, untuk prasarana jembatan di


Kabupaten Lumajang pada tahun 2012 tercatat sebanyak 193 buah, mengalami
peningkatan dari tahun 2008 sebanyak 192 buah. Sekitar 84,7% jembatan di
Kabupaten Lumajang dalam kondisi baik di tahun 2012 dimana ketersediaan terhadap
kebutuhan jembatan sudah sangat menunjang kegiatan perekonomian dan mobilitas
penduduk.

Air Limbah
Praktik BAB (buang air besar) di tempat yang tidak aman adalah salah satu
faktor risiko bagi turunnya status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah
(field), praktik semacam itu dapat mencemari sumber air minum warga. Yang
dimaksud dengan tempat yang tidak aman bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka,
seperti di sungai/ kali/ got/ kebun, tetapi juga penggunaan sarana jamban di rumah
yang mungkin dianggap nyaman, namun sarana penampungan dan pengolahan
tinjanya tidak memadai, misalnya yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat
dengan sumber air minum.
Berdasarkan Dokumen Environment Health and Rapid Assesment (EHRA),
pemakaian kloset jongkok oleh masyarakat sebesar (63,18 %), kloset duduk (2,68 %),
lain-lain (7,95 %), sisanya tidak memiliki WC (26,18 %). Sedangkan untuk tempat
pembuangan tinja di Kab Lumajang antara lain meliputi septic tank 53,85 %, cubluk
11,38 %, langsung saluran drainase1,96 %, dan Lainnya (sungai, kebun, kolam) 32,81
%. Kemudian terkait tentang pembuangan air limbah domestik adalah sebagai
berikut:
Grafik 2.10.
Tempat BAB Anggota Keluarga Yang Sudah Dewasa

Dari grafik 2.10. diatas dapat diketahui bahwa kondisi umum di Kabupaten
Lumajang masyarakatnya sudah membuang kotorannya di jamban pribadi, namun
masih ada sebagian kecil yang BAB di tempat terbuka seperti di WC helikopter di
empang/kolam, sungai, kebun maupun parit.

Drainase
Drainase lingkungan merupakan sarana yang penting dalam sanitasi. Selain
itu darinase berfungsi juga mengalirkan limbah cair dari rumah rangga seperti dapur,
kamar mandi, tempat cucian dan juga wastafel. Drainase yang buruk akan
menimbulkan banjir pada waktu hujan, selain itu juga akan membuat genangan air
dari limbah cair rumah tangga. Bila kondisinya demikian akan menjadi tempat
perindukan nyamuk yang bisa menularkan berbagai penyakit seperti demam berdarah,
chikungunya, juga filariasis.
Berdasarkan dokumen EHRA, terdapat gambaran bahwa rumah tangga yang
mempunyai saluran pembuangan air limbah (SPAL) di Kabupaten Lumajang
sebanyak 748 responden atau sebesar 65%, dan rumah tangga yang tidak mempunyai
SPAL sebanyak 410 responden atau sebesar 35% sebagaimana grafik berikut
Grafik 2.11.
Kepemilikan saluran pembuangan air limbah rumah tangga

Tabel 2.12.
Tempat pembuangan limbah rumah tangga
Tempat
Kamar
No Uraian Dapur cuci Wastafel
mandi
pakaian
1 Sungai/selokan/kolam 245 229 243 109
2 Jalan/halaman/kebun 78 65 64 18
3 Saluran terbuka 168 192 194 46
4 Saluran tertutup 152 162 154 64
5 Lubang galian 96 103 97 30
6 Pipa saluran 7 14 15 4
pembuangan kotoran
7 Pipa IPAL Sanimas 0 0 0 0
8 Tidak tahu 0 0 0 0
Sumber : EHRA Kab. Lumajang 2012

Dari tabel 3.4.2 dapat diketahui bahwa pembuangan limbah rumah tangga
yang mempunyai resiko kesehatan terbesar adalah yang dibuang ke sungai, selokan,
kolam sebesar 245 berasal dari limbah dapur, 229 dari limbah kamar mandi, 243 dari
tempat cuci pakaian dan 109 dari wastafel. Sungai, selokan dan kolam menjadi tempat
yang paling sering digunakan oleh masyarakat untuk membuang sampah.
Persampahan
Untuk pelayanan persampahan, Kabupaten Lumajang dilakukan dengan dua
cara yaitu pengelolaan sampah terpusat dan pengelolaan sampah setempat.
Pengelolaan sampah setempat dilakukan dengan dua cara yaitu tradisional dan
petugas. Pengelolaan sampah setempat oleh petugas dikumpulkan dari tempat sampah
hunian ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Berikut jumlah TPS Kabupaten
Lumajang
Tabel 2.13.
Jenis Fasilitas Pengolahan Sampah Setempat
Volume
No Jenis Fasilitas Jumlah
(m3/unit)
1 Tempat Pembuangan Sampah
(TPS)
 Terbuka 36 8
 Tertutup 0 0
 Dengan pemisahan sesuai 13 2
jenis sampah
2 Fasilitas Pengolahan Sampah 1 8
(TPA)
Sumber : Profil Adipura Kab. Lumajang, 2011
Pengumpulan sampah oleh petugas didukung oleh peralatan atau kendaraan
angkut dimana terdapat gerobak sampah, dump truck, truk terbuka, motor sampah dll,
berikut adalah jumlah kendaraan angkut sampah sebagai pendukung kinerja
pengelolaan sampah Kabupaten Lumajang Tahun 2010
Tabel 2. 14.
Jumlah Kendaraan Angkut Sampah Kabupaten Lumajang
Kapasitas/unit Operasi
No Alat Angkut Jumlah Ritasi Ya Tidak
(m3)
1 Gerobak sampah 96 0,75 3x 96 0
2 Truk terbuka kecil 2 6 2x 2 0
3 Mini truk 1 1,75 4x 1 0
4 Dump Truk 5 6 2x 5 0
5 Arm Roll kecil 3 6 2x 3 0
6 Motor Sampah 4 0.7 2x 4 0
Jumlah 114 111 3
Sumber : Profil Adipura Kab. Lumajang, 2011
Dalam pelayanan pengelolaan sistem persampahan, fokus pengelolaan
persampahan di Kabupaten Lumajang adalah mereduksi volume sampah domestik
yang terangkut ke TPA dengan pengoptimalan penerapan sistem 3 R yang meliputi
reduksi, reuse dan recycle dengan memanfaatkan 36 TPS yang ada dan tersebar di
Kabupaten Lumajang. Capaian indikator peningkatan sampah terangkut pada tahun
2008 sebanyak 71.688 m3 yang terangkut terangkut ke TPA, mengalami penurunan
volume sampah terangkut pada tahun 2012 sebanyak 58.340,40 m3 atau berkurang
sekitar 18,62 %. Dan pada tahun 2013, volume sampah yang terangkut juga
mengalami penurunan yaitu sebesar 58.181 m3 dimana hal ini menggambarkan
bahwa upaya pemerintah Kabupaten Lumajang dalam mereduksi sampah berhasil.
Sistem Pengelolaan sampah terpusat merupakan proses terkoordinasi dari
rangkaian panjang pengumpulan sampah, pengangkutan dan pembuangan di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA). TPA yang ada saat ini berada di Desa Besuk Kecamatan
Sumbersuko dengan luas 3,80 Ha yang dipergunakan sejak tahun 1994. dari 3,8 Ha
luas TPA yang ada, 3,58 Ha sudah terpakai untuk penimbunan sampah, pengolahan
sampah di TPA Besuk menggunakan system control landfill dimana timbunan sampah
ditimbun dengan tanah lempung / clay dengan ketebalan satu meter. pengelolaan
persampahan di lokasi TPA Besuk sebesar 151,84 m3/hari (20%) dengan jumlah
penduduk yang terlayani sebesar 43.186 jiwa

2.3.1.4. Aspek Perumahan


Saat ini sektor perumahan merupakan salah satu sektor prioritas nasional
dikarenakan masuk dalam isu strategis pengembangan baik nasional maupun di
daerah, adapun salah satu isu strategisnya adalah meningkatnya backlog perumahan.
Backlog perumahan merupakan jumlah kebutuhan/ kekurangan rumah. Nilai backlog
didapatkan dari selisih antara jumlah rumah tangga dengan jumlah rumah yang ada.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka perhitungan backlog dapat dilakukan pada tahun
terakhir, yaitu tahun 2013.
Jumlah bangunan rumah di Kabupaten Lumajang tahun 2013 sebesar
252.482 unit, sedangkan jumlah rumah tangga di Kabupaten Lumajang sebanyak
331.008 KK/RT. Kondisi tersebut terkait dengan keberadaan data terakhir mengenai
jumlah rumah tangga dan jumlah/ ketersediaan rumah yang ada. Berikut analisa
perhitungan proyeksi kebutuhan rumah/ backlog rumah tahun 2013 sebagaimana
berikut.
Tabel 2.15.
Analisa Perhitungan Proyeksi Kebutuhan Rumah/ Backlog Rumah Tahun 2013
Tahun 2013
Rumah
Jumlah
No Kecamatan Jumlah Backlog Tidak
Rumah
Rumah Rumah Layak
Tangga
Huni
1 Lumajang 27.610 19.409 8.201 6.435
Tahun 2013
Rumah
Jumlah
No Kecamatan Jumlah Backlog Tidak
Rumah
Rumah Rumah Layak
Tangga
Huni
2 Sukodono 15.926 12.264 3.662 6.108
3 Kedungjajang 12.829 10.062 2.767 8.235
4 Klakah 18.399 11.868 6.531 2.866
5 Ranuyoso 13.495 10.430 3.065 3.281
6 Kunir 16.910 14.027 2.883 2.982
7 Yosowilangun 20.033 14.942 5.091 2.958
8 Tempeh 24.475 20.540 3.935 6.485
9 Pasirian 25.990 21.416 4.574 6.266
10 Senduro 14.162 10.712 3.450 2.662
11 Jatiroto 14.874 11.954 2.920 9.376
12 Sumbersuko 11.077 8.805 2.272 4.949
13 Tekung 10.810 8.460 2.350 7.037
14 Padang 10.872 6.712 4.160 3.055
15 Randuagung 19.511 15.920 3.591 6.557
16 Candipuro 21.765 14.329 7.436 4.415
17 Gucialit 7.655 6.488 1.167 4.797
18 Pasrujambe 11.380 9.924 1.456 4.625
19 Pronojiwo 11.111 8.313 2.798 8.549
20 Rowokangkung 12.131 8.958 3.173 4.923
21 Tempursari 9.993 6.949 3.044 5.258
Sumber : RP3KP; DPU Kab. Lumajang, 2013; diolah
Berdasarkan tersebut diatas, diketahui bahwa kebutuhan rumah pada wilayah
perencanaan mencapai 78.526 unit. Seluruh wilayah kecamatan mengalami
kekurangan/kebutuhan rumah dengan jumlah yang bervariasi. Wilayah yang memiliki
nilai backlog tertinggi ialah Kecamatan Lumajang yaitu mencapai 8.201 unit
sedangkan nilai backlog terendah pada Kecamatan Gucialit yaitu 1.167 unit. Dari
tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa jumlah rumah tiak layak huni sebesar 111.819
unit.
Isu permasalahan lain dalam sektor perumahan adalah tumbuhnya kawasan
kumuh, Kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi memiliki kecenderungan
membentuk kawasan permukiman kumuh, khususnya pada kawasan permukiman di
sekitar sempadan sungai dan kawasan permukiman pada jalan kecil atau gang.
Kondisi tersebut terjadi pada kawasan permukiman swadaya yang berkembang secara
organis/alami.
2.3.1.5. Aspek Perhubungan
Pada tahun 2008, jumlah mobil (bus, truk, station wagon, sedan, pick up)
yaitu 13.875 unit, jumlah sepeda motor dan motor gerobak sebanyak 125.741 unit.
Pada tahun 2009, jumlah mobil (bus, truk, station wagon, sedan, pick up) yaitu
10.875 unit, jumlah sepeda motor dan motor gerobak sebanyak 125.741 unit. Pada
tahun 2010, jumlah mobil (bus, truk, station wagon, sedan, pick up) yaitu 12.311
unit, jumlah sepeda motor dan motor gerobak sebanyak 145.880 unit. Pada tahun
2011, jumlah mobil (bus, truk, station wagon, sedan, pick up) yaitu 13.037 unit,
jumlah sepeda motor dan motor gerobak sebanyak 173.449 unit. Pada tahun 2012
jumlah mobil (bus, truk, station wagon, sedan, pick up) yaitu 13.720 unit, jumlah
sepeda motor dan motor gerobak sebanyak 186.886 unit. Hal ini menunjukkan tren
peningkatan jumlah kepemilikan kendaraan bermotor di Kabupaten Lumajang.
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor paling banyak terjadi pada kendaraan sepeda
motor, bila dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 125.741 unit, terjadi
peningkatan sebesar 48,63 % menjadi sebanyak 186.886 unit pada tahun 2012.
Tabel 2.16.
Target dan Realisasi Capaian Indikator Urusan Perhubungan Tahun 2008 – 2012
Tahun
No Uraian Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
1 Angkutan umum 411 375 439 550 515 Unit
2 Angkutan Barang 9.368 10.639 11.236 11.821 9.172 Unit
3 Angka kecelakaan lalu lintas 38 63 82 402 429 Kasus
4 Angka pelanggaran lalu lintas 179 203 196 128 116 Kasus
5 Jumlah kendaraan sudah 9.979 11.991 12.553 13.037 13.720 Unit
melakukan uji kelayakan

Untuk jumlah angkutan umum di Kabupaten Lumajang pada tahun 2013


sejumlah 515 unit dimana mengalami peningkatan dari sejumlah 411 unit di tahun
2008, kemudian jumlah penumpang angkutan umum pada tahun 2010 sebesar 56.645
orang yang mengalami penurunan dari tahun 2009 yaitu 61.942 orang. Perkembangan
jumlah penumpang angkutan umum sangat fluktuatif. Rasio ijin trayek angkutan
umum sebanyak 43 ijin dengan jumlah terinal sebanyak 5 unit. Jumlah kepemilikan
Kir angkutan umum pada tahun 2010 sebanyak 566 dengan lama uji kir selama 30
menit.
Tabel 2.17.
Capaian Pelayanan Perhubungan Kabupaten Lumajang Tahun 2006-2010
REALISASI
INDIKATOR UTAMA
SATUAN 2006 2007 2008 2009 2010

1 Jumlah Penumpang Angkutan Umum Orang 62.628 61.238 58.414 61.942 56.645
2 Rasio Ijin Trayek Unit 43 43 43 43 43
3 Jumlah Uji KIR Angkutan Umum Unit 537 624 596 585 566
4 Jumlah Terminal Unit 5 5 5 5 5
5 Jumlah Angkutan Darat Unit 615 555 565 570 570
Jumlah Kepemilikan KIR Angkutan
6 Umum Unit 537 624 596 585 566
7 Lama Pengujian Menit 30 30 30 30 30
8 Biaya Pengujian
*Uji Berkala, Mutasi/Numpang Uji
Masuk/Keluar
- Pendaftaran Nilai/Rp. 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000
- Sejenis Station Nilai/Rp. 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000
- Denda Nilai/Rp. 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
- Bus Truck dan Mobil Barang Nilai/Rp. 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
- Denda Nilai/Rp. 137.000 137.000 137.000 137.000 137.000
- Tonton Nilai/Rp. 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
- Denda Nilai/Rp. 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
- Biaya STUK (Buku Uji) Nilai/Rp. 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000
- Biaya Buku Uji Hilang Nilai/Rp. 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
- Biaya Plat Tanda Uji Nilai/Rp. 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
Pemasangan Rambu Rambu Lalu
9 Lintas Unit 100 100 100 100 128
Sumber : Dinas Perhubungan Kab. Lumajang, 2011

Terminal Menak Koncar merupakan terminal Type B di Kabupaten Lumajang


yang didukung dengan empat terminal type C lainnya yaitu Terminal Klakah,
Terminal Lumajang, Terminal Pasirian, Terminal Pronojiwo. Tercatat bahwa MPU
yang masuk keluar terminal mengalami peningkatan dari 28.837 buah tahun 2010,
menjadi 49.329 buah di tahun 2011. Begitu juga banyaknya angkutan kota. Pada
tahun 2010 mencapai 28.717 buah mengalami peningkatan menjadi 37.626 buah di
tahun 2011.
Pada tahun 2010 telah melayani armada bus antar kota antar propinsi sebanyak
54 kendaraan, antar kota dalam propinsi sebanyak 363 kendaraan, dan angkutan
pedesaan sebanyak 57 kendaraan, serta melayani penumpang sebanyak 14.379 orang.
Pada tahun 2011 pelaksanaan program dan kegiatan urusan perhubungan telah
melayani armada bus antar kota dalam propinsi sebanyak 174.068 kendaraan, dan
angkutan pedesaan sebanyak 91 kendaraan, serta melayani penumpang sebanyak
453.784 orang. Pada tahun 2012 pelaksanaan program dan kegiatan urusan
perhubungan telah melayani armada bus antar kota dalam propinsi sebanyak 338.062
kendaraan, dan angkutan pedesaan sebanyak 1 kendaraan, serta melayani penumpang
sebanyak 2.771.099 orang.

2.3.1.6. Aspek Ketenagakerjaan


Secara umum, penyelenggaraan urusan ini selama tahun 2008 – 2012 relatif
berhasil dengan baik yang tampak dari indikator-indikator sebagaimana diuraikan
berikut ini :
a. Persentase Pencari Kerja yang ditempatkan
Angka pengangguran terbuka merupakan indikator yang menggambarkan
keberhasilan dalam mengendalikan pengangguran. Jumlah pengangguran terbuka
tahun 2008 adalah 19.715 orang dan terserap sebanyak 1.115 orang atau 5,66 %
sedangkan jumlah pengangguran terbuka tahun 2012 adalah 14.326orang dan terserap
sebanyak 1.332orang atau 9,30 % .
Selanjutnya untuk tingkat pengangguran terbuka dapat dilihat dari grafik
berikut terlihat adanya angka pengangguran dan prosentase tingkat pengangguran
terbuka naik di tahun 2011 sebesar 2,70 persen menjadi 2,73 persen, namun dapat
dikategorikan wajar bila dibandingkan dengan kenaikan jumlah orang yang bekerja
naik sebanyak 34,3 %, dapat disimpulkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka dari
Tahun 2008 – 2012 cenderung menurun.
Grafik : 2.12
Trend Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
5,00
4,33
4,00 3,81

3,17
3,00
2,702,73

2,00

1,00

-
2008 2009 2010 2011 2012
Sumber : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012
Perluasan lapangan kerja dilaksanakan melalui program pelayanan
penempatan pencari kerja terdaftar (AKAL, AKAD, dan AKAN) dengan dukungan
peran sektor swasta dan masyarakat sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.18.
Penempatan Tenaga Kerja Tahun 2008 – 2012
Tahun
No. Uraian
2008 2009 2010 2011 2012
1 AKL 1.295 503 119 173 5.823
2 AKAD 52 13 202 202 11
3 AKAN 253 141 206 189 152
JUMLAH 1.600 657 527 564 5.986
Sumber : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012

Grafik 2.13
Jumlah Angkatan Kerja Tahun 2008 – 2012
520.497
525.000
520.000 514.412
515.000 510.684
510.000
505.000
500.000 495.752
495.000 491.369
490.000
485.000
480.000
475.000

20082009201020112012
Sumber : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012

b. Persentase kepatuhan perusahaan terhadap norma Jamsostek


Perkembangan pencapaian indikator tingkat kepatuhan perusahaan terhadap
peraturan salah satunya dapat dilihat dari keikutsertaan perusahaan dalam program
JAMSOSTEK. Melalui program JAMSOSTEK diharapkan perlindungan terhadap
tenaga kerja akan lebih terjamin, sehingga lebih meningkatkan semangat dan
kinerjanya. Perkembangan jumlah perusahaan yang mengikuti program JAMSOSTEK
setiap tahunnya semakin meningkat. Dari data yang ada masih kecil para buruh dan
bekerja yang ikut Jamsostek. Dari data Kantor Jamsostek Jember, dari 21 Kecamatan,
hanya ada 4 PKM yang ada data kepesertaan Jamsostek ada sekitar 1.092 yang
terdaftar oleh Pelayanan Umum, 1.209 di Pelayanan Gigi dan 13 di Kategori Salin.
Rendahnya angka kepesertaan Jamsostek ini, dikareakan masih rendahnya kesadaran
pengusaha akan keselamatan para pekerjanya.

c. Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja


Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja juga terus dilakukan
melalui perbaikan upah kerja dengan menaikan Upah Minimum Kabupaten (UMK),
pada tahun 2008 sebesar Rp. 655.000,- mengalami kenaikan 54,50 persen menjadi Rp.
1.011.950,- pada tahun 2012.
Selanjutnya dalam rangka menangani permasalahan pengangguran dan
menciptakan kesempatan kerja serta mendorong pertumbuhan usaha baru, maka ke
depan perlu diupayakan untuk memberdayakan para sarjana untuk menjadi wirausaha
yang tangguh dan mandiri serta berdaya saing. Untuk menjadi wirausaha yang
tangguh, mandiri dan berdaya saing salah satu upaya pemerintah Kabupaten
Lumajang yang perlu dilakukan dengan menciptakan usaha baru (wirausaha baru)
yakni dalam bentuk program pertumbuhan wirausaha baru bagi sarjana melalui
pelatihan/ pembinaan teknik kewirausahaan, pelatihan kewirausahaan, pengembangan
pusat pustakan enterprenuer dan bantuan permodalan dengan bunga lunak yang
ditujukan bagi wirausaha baru atau sarjana baru.

2.3.1.7. Aspek Pariwisata dan Budaya


Kabupaten Lumajang memiliki potensi wisata relatif cukup banyak. Obyek
wisata yang ada di Kabupaten Lumajangdapat dikelompokkan menjadi enam yaitu:
wisata alam, wisata sejarah dan ziarah, wisata bahari, wisata konservasi, wisata
budaya, wisata minat khusus. Obyek pariwisata tersebut selain banyak dikunjungi
oleh wisatawan domestik juga dikunjungi oleh wisatawan asing. Selanjutnya kawasan
pengembangan masing-masing jenis wisata yang ada di Kabupaten Lumajang antara
lain;
Tabel 2.19.
Daftar Kawasan Pariwisata di Kabupaten Lumajang
Jenis Lokasi
No Nama Obyek
Wisata Desa Kecamatan

1. Pemandian Tirtosari Alam Desa Penanggal Kec. Candipuro


2. Pemandian Tirtowono Alam Desa Jarit Kec. Candipuro
Jenis Lokasi
No Nama Obyek
Wisata Desa Kecamatan
3. Puncak Gunung Sawur Alam Desa Penanggal Kec. Candipuro
4. Hutan Bambu Alam Desa Sumbermujur Kec. Candipuro
5. Candi Putri Budaya Desa Candipuro Kec. Candipuro
6. Air Terjun Semingkir Alam Desa Gucialit Kec. Gucialit
7. Air Terjun Goa Pawon Alam Desa Kertowono Kec. Gucialit
8. Wisata Agro Kebun Teh Alam Desa Gucialit Kec. Gucialit
9. Coban Pawon Alam Desa Kertowono Kec. Gucialit
10. Wisata Agro Pabrik Gula Alam Desa Jatiroto Kec. Jatiroto
11. Water Park Buatan Desa Wonorejo Kec. Kedungjajang
12. Rowo Damungan Alam Desa Wonorejo Kec. Kedungjajang
13. Ranu Klakah Alam Desa Tegalrandu Kec. Klakah
14. Ranu Pakis Alam Desa Ranu Pakis Kec. Klakah
15. Ranu Lading Alam Desa Sumber Weringin Kec. Klakah
16. Puncak Gunung Lamongan Alam Desa Papringan Kec. Klakah
Gunung Fuji /Padepokan Sinyoruri
17. ( Mbah Citro) Religi Desa Papringan Kec. Klakah
18. Pantai Parupa Alam Desa Jatimulyo Kec. Kunir
19. Taman Kota Alun-alun Buatan Pusat Kota Lumajang Kec. Lumajang
20. Kolam Renang Veteran Buatan Jl. Veteran 98 Lumajang Kec. Lumajang
21. Pemandian Surojoyo Buatan Desa Citrodiwangsan Kec. Lumajang
22. Rowo Kancu Alam Desa Padang Kec. Padang
23. Pemandian Telaga Semeru Alam Desa Sememu Kec. Pasirian
24. Pantai Watu Pecak Alam Desa Selok awar-awar Kec. Pasirian
25. Pantai Bambang Alam Desa Bago Kec. Pasirian
26. Pantai Dampar Alam Desa Dampar Kec. Pasirian
27. Pantai Ciut Alam Desa Dampar Kec. Pasirian
28. Pantai Tlepuk Alam Desa Gondoruso Kec. Pasirian
29. Panorama Gunung Tambuh Alam Desa Bago Kec. Pasirian
30. Goa Bima Alam Desa Dampar Kec. Pasirian
31. Goa Lowo Alam Desa Dampar Kec. Pasirian
32. Goa Terowongan Alam Desa Dampar Kec. Pasirian
33. P. Tirta Rahman Ade Putra Buatan Kec. Pasirian
34. Pemandian Mina Sari Buatan Desa Sememu Kec. Pasirian
35. Loji Tawon songo Alam Desa Tawon songo Kec. Pasrujambe
36. Watu Klosot Religi Desa Pasrujambe Kec. Pasrujambe
37. Arca Lembu Andiini Budaya Dsn Tesirejo - Kertosari Kec. Pasrujambe
38. Agro Royal Family Buatan Pasrujambe Kec. Pasrujambe
39. Piket Nol Alam Desa Sumberwuluh Kec. Pronojiwo
40. Goa Tetes Alam Desa Sidomulyo Kec. Pronojiwo
41. Ranu Glebeg Alam Desa Ranuworong Kec. Randuagung
42. Candi Agung Budaya Desa Ledok Tempuro Kec. Randuagung
43. Ranu Bedali Alam Desa Ranu Bedali Kec. Rannuyoso
44. Pemandian Batu Kambang Buatan Desa Sidorejo Kec. Rowokangkug
45. Ranu Pane Alam Desa Ranu Pane Kec. Senduro
46. Ranu Kumbolo Alam Desa Ranu Pane Kec. Senduro
Jenis Lokasi
No Nama Obyek
Wisata Desa Kecamatan
47. Ranu Regulo Alam Desa Ranu Pane Kec. Senduro
48. Puncak Gunung Semeru Alam Desa Ranu Pane Kec. Senduro
49. Puncak B-29 Argosari Alam Desa Argosari Kec. Senduro
50. Air Terjun Manggis Alam Desa Kandangan Kec. Senduro
51. Air Terjun Antrukan Alam Desa Sari Kemuning Kec. Senduro
52. Pura Mandaragiri S. Agung Religi Desa Sendur Kec. Senduro
53. Pura Rondo Kuning Religi Desa Ranu Pane Kec. Senduro
54. Coban Sobyok Alam Desa Burno Kec. Senduro
55. Makam Minak Koncar Religi Desa Kutoreneon Kec. Sukodono
56. Situs Biting Budaya Desa Kutoreneon Kec. Sukodono
57. P. A. Selokambang Alam Desa Petahunan Kec. Sumbersuko
58. Rowo Sumo Alam Desa Tukum Kec. Tekung
59. Pantai Translog Alam Desa Pandan Wangi Kec. Tempeh
60. Pemandian Kayu Batu Buatan Desa Pulo Kec. Tempeh
61. Pemandian Joyokarto Buatan Ds. Jokarto Kec. Tempeh
62. Pemandian Umbulan Alam Desa Tegalrejo Kec. Tempursari
63. Pantai Watu Gedheg Alam Desa Bulurejo Kec. Tempursari
64. Pantai Watu Godheg Alam Desa Bulurejo Kec. Tempursari
65. Pantai TPI Permai Alam Desa Bulurejo Kec. Tempursari
66. Pantai Bantengan Alam Desa Bulurejo Kec. Tempursari
67. Pantai Bulu Alam Desa Bulurejo Kec. Tempursari
68. Pantai Wot Galih (maleman) Alam Desa Wot Galih Kec. Yosowilangun
69. Pemandian Al - Kautsar Buatan Desa Kalipepe Kec. Yosowilangun
70. Makam Mbah Drajid Religi Desa Wot Galih Kec. Yosowilangun
Sumber : RTRW Kabupaten Lumajang Tahun 2012- 2032

Dalam upaya meningkatkan pariwisata Kabupaten Lumajang maka aktivitas


diarahkan pada pengembangan pemasaran, penataan wilayah, jalan dan jembatan,
serta kualitas sumber daya manusia. Dengan demikian upaya yang dilakukan
dimaksudkan untuk mengoptimalkan sumberdaya yang ada baik sumber daya alam
maupun sumber daya manusia. Pemasaran untuk wisatawan domestik selama ini telah
cukup besar, hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan domestik. Namun
untuk wisatawan asing masih belum maksimal. Oleh sebab itu ke depan perlu adanya
peningkatan pemasaran untuk pasar luar negeri. Sektor kepariwisataan perlu
dikembangkan di daerah-daerah yang memiliki potensi wisata. Obyek-obyek yang
sudah ada dipertahankan, serta perlu adanya perluasan untuk kawasan wisata alam.
Sementara itu kawasan budaya/sejarah tetap dipertahankan sebagai bagian dari
kekayaan budaya kabupaten Lumajang.
2.3.1.8. Aspek Tata Guna Lahan
Dalam proses perencanaan suatu daerah, aspek tata guna tanah merupakan
aspek penting untuk ditinjau sehingga dapat ditelaah jenis penggunaan lahan dan pola
struktur ruang yang ada. Struktur penggunaan tanah secara umum di Kabupaten
Lumajang adalah kawasan hutan dan penggunaan lainnya yang meliputi permukiman,
lahan pertanian, perkebunan, perikanan dan perairan darat. Secara keseluruhan
penggunaan lahan di Kabupaten Lumajang didominasi oleh tanah kawasan lindung
dan pertanian.
Secara umum penggunaan lahan di Kabupaten Lumajang meliputi kawasan hutan
seluas 114.238,05 Ha (63,79%) yang meliputi kawasan hutan lindung, taman
nasional, hutan produksi dan hutan rakyat dan penggunaan lainnya meliputi
permukiman, lahan pertanian dan perkebunan, tambak serta sungai dan perikanan
seluas 64.851,95 Ha (36,21%). Berikut rincian penggunaan lahan Kabupaten
Lumajang :
Tabel 2.20.
Penggunaan Lahan Kabupaten Lumajang Tahun 2012
Peruntukan Luas Ha)
Kawasan Hutan Lindung 11.527,60
Taman Nasional 23.539,45
Kawasan Hutan Produksi 22.735,00
Kawasan Hutan Rakyat 56.436,00
Total Luasan Hutan : 114.238,05
Penggunaan lain : 64.851,95
- Permukiman 15.927,00
- Lahan pertanian 35.993,00
- Lahan Perkebunan 9.921,00
- Perikanan (tambak,kolam,empang) 127,00
- Sungai dan perairan 2.883,95
Sumber : RTRW Kab. Lumajang

Rencana Sistem Dan Fungsi Perwilayahan


Penentuan struktur kegiatan tata ruang/hirarki kota-kota di Kabupaten
Lumajang didasarkan pada jalur upaya pemantapan-pemantapan fungsi kota dalam
kerangka strategi dan Dengan demikian struktur kegiatan tata ruang diarahkan pada
tujuan keseimbangan pembangunan antar wilayah.
Rencana pengembangan fungsi wilayah Kabupaten Lumajang adalah :
a) Sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang mendukung perkembangan
sektor pertanian pangan dan hortikultura;
b) Mengendalikan kawasan hutan lindung dengan tetap mempertahankan fungsi
lindungnya;
c) Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan
permukiman dan perkotaan;
d) Mengembangkan pusat sentra agribis/hortikultura serta mengembangkan aksesnya
menuju titik distribusi wilayah;
e) Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali (urban
sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi) melalui pengembangan jalur hijau
yang membatasi fisik kota;
f) Meningkatkan aksesbilitas Kota Pasuruan – Probolinggo (Pasuruan – Malang,
Pasuruan – Gempol, Pasuruan – Problinggo, Probolinggo – Leces – Lumajang,
Probolinggo – Situbondo) dengan meningkatkan prasarana jalan;
g) Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan,
air bersih, energi, telekomunikasi, drainase) sesuai standar nasional.

Sistem Perkotaan
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan
ekonomi.

Arahan pengembangan sistem pusat perkotaan meliputi arahan terhadap fungsi


pusat kegiatan dan arahan terhadap penataan struktur ruang pusat-pusat perkotaan.
Perkotaan merupakan pusat dari distribusi barang dan jasa dari hasil-hasil produksi di
kawasan perdesaan, serta pusat pelayanan bagi penduduk perkotaan dan wilayah
pengaruhnya.
Penataan kawasan perkotaan dilakukan sesuai dengan fungsi dan peran
masing-masing yakni sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan dan
distribusi hasil pertanian, perdagangan dan jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan
serta transportasi dan sebagainya.Penetapan pusat kegiatan perkotaan di Kabupaten
Lumajang ditentukan juga oleh analisis indeks sentralitas untuk menentukan pusat
kegiatan dan wilayah pelayanan dalam skala regional dan lokal yang secara langsung
mempengaruhi sistem perkotaan di Kabupaten Lumajang.
Kecamatan Lumajang sebagai ibukota Kabupaten memiliki kesiapan dan
kelengkapan sarana fasilitas sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Perkotaan
Kabupaten Lumajang dengan wilayah Kecamatan Sukodono sebagai wilayah
pelayananannya karena karakter Kecamatan Sukodono merupakan kawasan perkotaan
yang berdekatan langsung dengan Kecamatan Lumajang. Kecamatan-kecamatan lain
yang berada dalam klasifikasi I (selain Kecamatan Lumajang) merupakan kecamatan
yang memiliki potensi untuk menjadi Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) bagi
Kabupaten Lumajang, yaitu kecamatan Candipuro, Pasirian, Tempeh, Lumajang,
Yosowilangun, Randuagung dan Klakah. PKL promosi adalah pusat kegiatan yang
dipromosikan untuk ditetapkan di kemudian hari. Namun berdasarkan pertimbangan
penentuan SSWP dalam kebijakan RTRW Kabupaten Lumajang periode sebelumnya
dan juga berdasarkan kondisi eksisting potensi masing-masing kecamatan, maka
PKLp yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Lumajang 2011-2030/2031 ada
sejumlah 4 PKLp Perkotaan, yaitu PKLp Perkotaan Pasirian, Klakah, Yosowilangun
dan Senduro. Selanjutnya kecamatan yang termasuk klasifikasi II dan III merupakan
kecamatan yang akan menjadi PPK Perkotaan yaitu menjadi daerah pelayanan bagi
PKL Perkotaan dan PKLp Perkotaan.
Tabel 2.21.
Penentuan Pusat Kegiatan Lokal Kabupaten Lumajang
No Pusat Kegiatan Fungsi eksisting Arahan fungsi yang akan dikembangkan
1 PKL Perkotaan Permukiman Pusat kegiatan sosial dan pelayanan umum
Lumajang (PKL) Pendidikan (pemerintahan kabupaten, pendidikan skala
Kesehatan kabupaten,pelayanan kesehatan skala kabupaten)
Perdagangan dan jasa Perdagangandan jasa primer(pusat perbelanjaan
Industri dan niaga kawasan)
Pengembangan industri kecil dan menengah
2 PKLp Perkotaan Pertambangan Pengembangan kawasan pertambangan
Pasirian (PKLp 1) Perkebunan Pengembangan kawasan perkebunan
Perikanan Pengembangan kawasan perikanan
Industri Pengembangan industri kecil dan menengah
Pariwisata Pengembangan kegiatan kehutanan
Pengembangan pariwisata
3 PKLp Perkotaan Pariwisata Pengembangan kawasan pariwisata
Klakah (PKLp 2) Pertanian Pengembangan pertanian
Perikanan air tawar Pengembangan perikanan budidaya
Kehutanan Pengembangan kegiatan kehutanan
Pengembangan industrikecil dan menengah
4 PKLp Perkotaan Pertambangan Pengembangan kawasan pertambangan
Yosowilangun Pertanian Pengembangan pertanian
(PKLp 3) Perikanan Pengembangan kawasan perikanan budidaya dan
Pariwisata tangkap
Pengembangan wisata bahari
No Pusat Kegiatan Fungsi eksisting Arahan fungsi yang akan dikembangkan
5 PKLp Perkotaan Pertanian Pengembangan pertanian (tanaman pangan,
Senduro (PKLp Perkebunan hortikultura, perkebunan)
4) Peternakan Pengembangan kegiatan agropolitan (kegiatan
Pariwisata produksi, pengolahan serta pemasaran produk-
Kehutanan produk pertanian)
Industri Pengembangan kawasan peternakan
Pengembangan kawasan pariwisata
Pengembangan kegiatan kehutanan
Pengembangan industri agribisnis
Kawasan strategis sosial budaya
Kawasan strategis ekonomi agropolitan (pertanian
tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,
peternakan, dan perikanan)
Sumber : RTRW Kabupaten Lumajang

2.3.1.9. Aspek Koperasi dan UMKM


Pemberdayaan terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
diharapkan mampu memberikan dampak terhadap peningkatan kualitas UMKM itu
sendiri. Di masa yang akan datang diharapkan usaha mikro yang ada dan tersebar di
kabupaten Lumajang mampu meningkat menjadi usaha kecil dan pada gilirannya
usaha kecil juga dapat berkembang menjadi usaha dengan skala menengah. Salah satu
upaya pemerintah daerah untuk memberdayakan UMKM dalam menghadapi pasar
bebas (globalisasi) adalah dengan mendorong UMKM melalui peningkatan
produktivitas antara lain; dengan meningkatkan akses pasar, standar kualitas, desain,
kontinuitas produski dan sebagainya. Untuk mengembangkannya tentu sangat
dibutuhkan dukungan dan perkuatan dalam rangka menjamin terwujudnya akselerasi
bagi peningkatan UMKM sebagaimana diamatkan oleh Undang-Undang 17 tahun
2005 tentang RPJP dan Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang UMKM.
Untuk mengembangkan UMKM yang banyak tersebar di berbagai wilayah di
kabupaten Lumajang sangat dibutuhkan dukungan dan peran pemerintah Kabupaten
Lumajang. Peran pemerintah baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah agar
UMKM dapat tumbuh dan berkembang secara positif dapat dilakukan melalui
berbagai aspek atau kegiatan antara lain; (a). Pendanaan; (b). Fasilitas sarana dan
prasarana, (c). Informasi usaha; (d). Kemitraan; (e). Perijinan usaha; (f). Kesempatan
berusaha; (g). Promosi dagang serta dukungan kelembagaan. UMKM sendiri
sesungguhnya merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas dan menciptakan
peluang serta lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada
masyarakat. Selain itu melalui peningkatan UMKM sangat dimungkinkan
terwujudnya pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong
pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Lumajang.
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun dari Dinas Koperasi dan UKM
Kabupaten Lumajang memperlihatkan telah tersedianya lembaga ekonomi yang
tersebar di berbagai wilayah di Kabupaten Lumajang dari wilayah kecamatan sampai
pada tingkat desa/ kelurahan. Menurut catatan yang ada di Kabupaten Lumajang
terdapat beberapa jenis lembaga ekonomi yang berkaitan dengan usaha kecil dan
menengah yaitu;
(a). Pengembangan usaha nasional dalam bentuk koperasi, pengusaha di luar
pedagang dan penyerapan tenaga kerja;
(b). Lembaga keuangan dan
(c). Lembaga non perbankan.

Peningkatan jumlah lembaga koperasi berkualitas merupakan indikator yang


menunjukkan banyaknya lembaga koperasi yang terbentuk berdasarkan klasifikasi
yang ada.
Grafik 2.14.
Perkembangan Jumlah Koperasi di Kabupaten Lumajang

Sumber : Dinas Koperasi dan UKM dan LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012

Peningkatan kuantitas lembaga koperasi dan UKM merupakan indikator yang


menunjukkan perkembangan jumlah lembaga koperasi dan UKM tahun 2008
sebanyak 41.706 UKM; 2009 sebanyak 25.056 UKM; tahun 2010 sebanyak
25.206 UKM; tahun 2011 sebanyak 25.356 UMKM; dan tahun 2012 menjadi 25.431
UMKM.
Grafik 2.15.
Perkembangan Jumlah UKM di Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2012

Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Kab. Lumajang

2.3.1.10.Aspek Ketertiban, Ketentraman dan Keamanan Daerah


Ketertiban, ketentraman dan keamanan daerah berkaitan dengan upaya
penegakan hukum oleh pihak yang berwenang terhadap pelanggar hukum. Hal ini
dapat dilihat dari data tingkat kejahatan dari jumlah napi di lapas. Jumlah narapidana
di Lapas IIIb di Kabupaten Lumajang pada tahun 2011 mencapai sebanyak 316 orang,
yang 313laki-laki dan 3 wanita. Dilihat dari lama menjalani hukuman, sebanyak 19
orang dihukum lebih dari 5 tahun, sebanyak 74 orang menjalani hukuman selama 1-5
tahun dan 226 orang menjalani hukuman kurang dari 1 tahun.
Data-data tindak kriminalitas dari tahun 2008 -2012 dapat dilihat dari tabel
berikut :
Tabel 2.22.
Tindak Pidana yang Terjadi di Wilayah Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2012
Jenis Kejahatan 2008 2009 2010 2011 2012
Kesusilaan 36 32 38 56 61
Perjudian 126 71 75 58 29
Penculikan 0 3 2 0 0
Pembunuhan 19 7 11 7 5
Penganiayaan 21 17 15 14 9
Pencurian 213 71 100 107 102
Perampokan 33 23 23 13 6
Pemerasan 4 11 4 2 1
Penggelapan 2 12 11 2 1
Penipuan 41 13 6 17 15
Perusakan 4 0 0 0 0
Penadahan 24 12 11 9 2
Narkotika 22 6 21 29 65
Lainnya 86 64 44 2 2
Jumlah 631 342 361 316 298
Sumber : Kabupaten Lumajang Dalam Angka
Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah tindakan kriminal cenderung menurun, dan
terjadi penurunan drastis antara tahun 2008 sekitar 631 kasus menjadi 342 kasus di
tahun 2012. Mayoritas didominasi oleh tindakan pencurian dan perampokan terutama
curanmor dan hewan ternak. Akan tetapi perlu diwaspadai tindakan kriminal
narkotika cenderung naik dari 6 kasus di tahun 2009 menjadi 65 kasus di tahun 2012.

2.3.1.11.Aspek Perkembangan Otonomi Daerah


Sejak kebijakan otonomi daerah dicanangkan, sebetulnya berbagai upaya telah
dilakukan Pemerintah Kabupaten Lumajang untuk memperbaiki kinerja pemerintahan
dan birokrasi, meningkatkan kualitas pelayanan publik, dan membangun good
governance. Kehadiran UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 —yang
merupakan tonggak awal (bench mark) pelaksanaan desentralisasi dan dekonsentrasi
— bukan saja mendorong Pemerintah Kabupaten Lumajang untuk mencoba lebih
peka pada kebutuhan lokal, tetapi juga dapat bekerja lebih efisien dan efektif,
khususnya dalam upaya memberikan pelayanan kebutuhan dasar kepada warga
masyarakat yang sesuai dengan standar pelayanan minimal yang telah diitetapkan.
Disadari bahwa hakekat otonomi, pada dasarnya bukan sekadar pengalihan otoritas
dari pusat ke daerah, tetapi yang terpenting adalah: apa implikasi dari pengalihan
otoritas itu bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
Reformasi di bidang politik harus diikuti dengan reformasiReformasi birokrasi
publik, sistem kelembagaan atau reformasi birokrasi harus menghasilkan perbaikan
kualitas pelayanan publik. Kendati sejak reformasi kadar keberdayaan masyarakat
telah makin meningkat, hubungan eksekutif-legislatif juga makin berimbang dan
demokrasi pada batas-batas tertentu juga telah mulai menemukan bentuknya. Tetapi,
tanpa dibarengi dengan perbaikan kinerja birokrasi, maka dampak yang bisa langsung
dirasakan masyarakat sesungguhnya masih menjadi tanda tanya.
Di Kabupaten Lumajang sendiri, meski telah dilakukan langkah-langkah
perbaikan, tetapi diakui atau tidak hingga saat ini masih cukup warga masyarakat
yang belum memperoleh pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan, kependudukan
dan berbagai bentuk pelayanan publik lain secara maksimal. Situasi krisis yang tak
kunjung usai dan masa transisi pasca reformasi bagaimana pun tidak serta merta
melahirkan perubahan seperti yang diharapkan. Di tengah keterbatasan dana
pembangunan dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di jajaran birokrasi yang
masih belum merata bahkan sebagian masih belum lepas sama sekali dari pola yang
lama di masa Orde Baru, maka upaya untuk memperbaiki kualitas pelayanan publik
dan membangun good governance seringkali masih tersendat-sendat. Belum
dimilikinya standar pelayanan minimal yang bisa dijadikan acuan yang pasti, dan juga
karena belum didukung oleh penataan aparat birokrasi yang efisien dan efektif, adalah
beberapa faktor yang ditengarai mempengaruhi kualitas pelayanan publik
sebagaimana diharapkan.
Di Kabupaten Lumajang, menurut data dari Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Lumajang diketahui jumlah PNS sekitar 10.684 orang. Secara keseluruhan
jumlah PNS ini sedikit lebih banyak bila dibandingkan jumlah PNS pada tahun
sebelumnya. Apakah jumlah aparatur pemerintahan sebanyak ini termasuk efisien
atau tidak barangkali masih bisa diperdebatkan. Secara rinci, pendidikan aparatur
pemerintahan di Kabupaten Lumajang adalah yang berpendidikan setingkat Pasca
Sarjana sebanyak 167 orang, Sarjana (S1) sebanyak 3.947 orang, dan lulusan DI -
DIV sebanyak 3.009 orang. Sementara itu PNS yang berpendidikan SLTA sejumlah
2.435 orang dan PNS yang beperndidikan SLTP sejumlah 461 orang dan SD sejumlah
665 orang. Meskipun bukan satu-satunya prasyarat. Tetapi, satu hal yang perlu kita
sadari bersama, bahwa untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, kinerja dan
akuntabilitas birokrasi pemerintahan, prasyarat utama yang dibutuhkan, tak pelak
adalah kualitas pendidikan aparatur yang memadai, komitmen untuk melakukan
reformasi birokrasi, penataan kepegawaian yang transparan dan profesional, serta
dukungan sistem jaringan kerjasama antar lembaga yang solid. Sebuah tata
pemerintahan yang baik (good governance), niscaya tidak akan dapat tercipta jika
tidak didukung oleh kualitas SDM yang mumpuni dan tatanan birokrasi yang
profesional dan peka pada lingkungan di sekitarnya.
Di era otonomi daerah seperti sekarang ini, ada tiga hal penting yang perlu
diperhatikan dalam penataan birokrasi dan perbaikan kualitas pelayanan publik di
jajaran aparatur Pemerintah Kabupaten Lumajang, yaitu: penemuan kembali jati diri
(reorientasi), penyusunan kembali struktur (restrukturisasi) dan upaya penyatuan
sistem kerja yang menghasilkan sinergi kinerja (aliansi). Upaya untuk meningkatkan
kualitas pelayanan publik dan membangun good governance, niscaya akan banyak
bertali-temali dengan faktor-faktor lain, sehingga penanganan yang dilakukan tentu
tidak akan bisa secara parsial, tetapi harus benar-benar komprehensif. Secara garis
besar, beberapa kendala yang menghambat upaya membangun good governance di
Kabupaten Lumajang adalah:
Pertama, masih belum berkembangnya code of conduct yang benar-benar kuat
yang menjadi spirit atau roh bagi seluruh aparat birokrasi dalam menjalankan tugas-
tugas mereka melayani masyarakat. Di masa pemerintahan yang termasuk masih
transisional yakni dari model awal yang semula serba sentralistik dan top-down,
kemudian diharuskan berubah ke pola baru yang lebih terdesentralistik dan bottom-
up, harus diakui terkadang masih timbul kegamangan, sehingga respon birokrasi
terhadap tuntutan perkembangan masyarakat terkadang agak lamban. Bahkan,yang
memprihatinkan tidak mustahil di tingkat pelaksanaan, terkadang muncul individu
birokrat yang bersikap overacting dan melampui wilayah kewenangannya (beyond the
scope of their authority).
Kedua, sekali pun disadari bahwa tugas utama birokrasi adalah melayani
kepentingan publik, tetapi harus diakui masih sering terjadi akuntabilitas birorkasi
kepada publik belum berkembang maksimal. Dalam banyak kasus kinerja birokrasi di
berbagai daerah masih terjebak pada ruang diskresi yang luas: banyak aparat birokrasi
yang merasa lebih perlu bertanggungjawab kepada atasan dan pihak legislatif
daripada bertanggungjawab kepada publik. Di sisi lain, tidak jarang pula bentuk
pertanggungjawaban yang dilakukan lebih pada soal-soal administratif, sedangkan
bagaimana hasil riil kerja mereka di lapangan masih kurang memperoleh perhatian.
Ketiga, sekali pun sudah dirinci tugas dan kewenangan masing-masing dinas,
badan atau lembaga sesuai tupoksi-nya, tetapi koordinasi dan jaringan kerjasama antar
lembaga yang ada umumnya masih belum berkembang secara maksimal. Bahkan,
tidak jarang masih berkembang ego sektoral yang kuat, sehingga kinerja birokrasi
secara keseluruhan menjadi kurang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Keempat, fokus dan prioritas jenis pelayanan publik yang dikembangkan
jajaran birokrasi di Kabupaten Lumajang harus diakui masih belum tertata dengan
baik, sehingga masing-masing dinas atau lembaga yang ada seolah-olah belum
memiliki acuan yang sama tentang arah yang hendak dituju. Orientasi dinas atau
lembaga, dalam banyak hal lebih melayani kepentingan birokrasi itu sendiri, dan
bahkan dalam beberapa kasus justru mengembangkan sikap yang meminta dilayani
dengan berbagai fasilitas atau keistimewaan daripada melayani masyarakat.
Kedepan, untuk memperbaiki kinerja birokrasi dan membangun tata
pemerintahan yang lebih baik, perlu disadari bersama bahwa yang namanya birokrasi
sesungguhnya bukan hanya sebuah lembaga pemerintah yang berfungsi melayani
kebutuhan masyarakat atau sekadar perpanjangan tangan negara untuk melaksanakan
program-program pembangunan. Lebih dari itu, birokrasi adalah sebuah komunitas,
kumpulan orang-orang yang memiliki tugas dan peran untuk merencanakan program
pembangunan, melaksanakan, mengevaluasi, dan sekaligus memfasilitasi upaya
pemberdayaan masyarakat miskin agar dapat merespon program-program
pembangunan dengan memadai.
Secara teoritis, birokrasi pemerintah setidaknya memiliki tiga tugas pokok
(Rashid: 2000). Pertama, memberikan pelayanan umum (service) yang bersifat rutin
kepada masyarakat, seperti memberikan pelayanan perijinan, pembuatan dokumen,
perlindungan, pemeliharaan fasilitas umum, pemeliharaan kesehatan, dan
menyediakan jaminan keamanan bagi penduduk. Kedua, melakukan pemberdayaan
(empowerment) terhadap masyarakat untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan
yang lebih baik, seperti melakukan pembimbingan, pendampingan, konsultasi,
menyediakan modal dan fasilitas usaha, serta melaksanakan pendidikan. Ketiga,
menyelenggarakan pembangunan (development) di tengah masyarakat, seperti
membangun infrastruktur perhubungan, telekomunikasi, perdagangan dan sebagainya.
Agar aparatur birokrasi di Kabupaten Lumajang dapat menjalankan tugas
dengan baik, selain tetap menjaga akuntabilitasnya kepada publik, yang tak kalah
penting adalah bagaimana birokrasi tidak hanya bekerja di bawah garis komando atau
instruksi-instruksi yang sifatnya top-down. Kreativitas, sikap inovatif dan kepekaan
pada persoalan di tingkat lokal adalah modal awal yang dibutuhkan untuk
memperbaiki kinerja birokrasi dan meningkatkan kualitas pelayanan publik. Birokrasi
yang bekerja hanya atas dasar proyek dan kepentingan pribadi, niscaya akan selalu
lambat merespon situasi terbaru, dan ujung-ujungnya jangan heran jika mereka pelan-
pelan menjadi usang, bahkan mengalami krisis dalam dirinya sendiri. Birokrasi yang
usang, mereka bukan saja akan menghambat pembangunan, tetapi mereka juga akan
menjadi sumber kegagalan pembangunan itu sendiri.
2.3.1.12.Aspek Perlindungan dan Kesejahteraan Sosial

Selain permasalahan kesejahteraan ekonomi masyarakat di kabupaten


Lumajang ternyata juga dihadapkan pada fakta tentang banyaknya permasalahan
sosial yang ada. Di luar soal kemiskinan, salah satu persoalan yang juga
membutuhkan perhatian serius di Kabupaten Lumajang adalah keberadaan kelompok
PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial). Permasalahan sosial dimaksud
antara lain; anak terlantar, gelandangan dan pengemis, wanita tuna susila, korban
bencana alam, wanita rawan sosial ekonomi dan sebagainya. Jumlah Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) pada tahun 2012 sebanyak 78.379 jiwadari
total jumlah penduduk 1.180.351 jiwa. Jika dibandingkan dengan kondisi pada tahun
2008 dimana jumlah PMKS sebanyak 47.624 jiwamaka secara absolut jumlah PMKS
pada tahun 2012meningkat sebanyak 30.755 jiwa. Hal ini menjadi tantangan sekaligus
perhatian Pemerintah Kabupaten Lumajang dalam merencanakan program/kegiatan
pembangunan menyangkut penanggulangan/pengentasan PMKS.
Sebagaimana banyak ditemukan di berbagai wilayah fenomena merebaknya
penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) mengalami perkembangan pasang
surut seolah tanpa henti. Di Kabupaten Lumajang, eksistensi kelompok masyarakat
yang terkategori sebagai penyandang masalah kesejahteraan sosial ternyata
mengalami perkembangan berseiring dengan ritme denyut nadi perkembangan
wilayah. Kian lama wilayah berkembang pada saat yang bersamaan seolah
problematika PMKS senantiasa melengkapi dan menyertai perkembangan itu. Sejauh
ini memang ada sinyalemen bahwa ketika suatu wilayah berkembang dengan pesat
baik dari sisi pertumbuhan ekonomi maupun kelengkapan fasilitas, sarana dan
prasarana pendukung maka pada saat yang bersamaan ternyata fenomena PMKS juga
memperlihatkan eksistensinya.
Tabel 2.23.
Perkembangan Jumlah Lembaga Swadaya Sosial Masyarakat Tahun 2008 – 2012
No Jenis Organisasi
2008 2009 2010 2011 2012
Sosial Masyarakat
1. Orsosmas Panti Sosial
1. Yayasan Panti Asuhan 40 Panti 41 Panti 42 46 50
2. Yayasan Panti Sosial Non 9 Panti 10 Panti 11 11 3
Panti
2. Karang Taruna & Aktif
1. Karang Taruna Kabupaten 1 Katar 1Katar 1Katar 1Katar 1Katar
2. Karang Taruna Kecamatan 4 Katar 21 Katar 21 Katar 21 Katar 21 Katar
3. Karang Taruna Desa/Kel 103 Katar 205 Katar 205 Katar 205 Katar 205 Katar
3. Karang Werda
No Jenis Organisasi
2008 2009 2010 2011 2012
Sosial Masyarakat
- Karang Werda Desa/Kel 2 Krg 12 Krg 12 Krg 12 Krg 12 Krg
Werda Werda Werda Werda Werda
4. Pekerja Sosial Masyarakat
(PSM)
1.Forum Komunikasi Pekerja 1 FK-PSM 1 FK PSM 1 FK PSM 1 FK PSM 1 FK PSM
Sosial Masyarakat (FK- (20 0rang)
PSM) Kabupaten
2. FK PSM Kecamatan - 21 FK PSM 21 FK PSM 21 FK PSM 21 FK PSM
3. PSM Kecamatan 15 0rang 63 Orang 63 Orang 63 Orang 63 Orang
4. PSM Desa/Kelurahan 238 0rang 410 Orang 410 Orang 410 Orang 410 Orang
Sumber: LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012

Jumlah sarana sosial berupa panti sosial non panti pada tahun 2012
mengalami penurunan bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena adanya
penutupan panti oleh pengelolanya, sedangkan Pemerintah Kabupaten Lumajang
secara relatif belum memiliki kemampuan yang memadai untuk menyelenggarakan
panti sosial.
Hasil kajian yang pernah dilakukan, misalnya menangkap adanya sinyalemen
bahwa meningkatnya jumlah PMKS tidak lepas dari beberapa kondisi antara lain; (a).
adanya situasi yang dinilai cukup menjanjikan di daerah pusat kota terutama dalam
konteks ekonomi. Meski tidak menutup kemungkinan adanya motif lain tetapi faktor
ekonomi nampaknya paling banyak diungkap sebagai motif seseorang untuk datang
ke pusat kota sebagaimana banyak disinggung dalam teori perkembangan dan
pembangunan. Apalagi jika jarak daerah asal dengan tujuan (pusat kota) tidak
terlampau jauh, sarana trasportasi mudah diakses/ dijangkau, dan berbagai bentuk
kemudahan yang lainnya. (b). keterbatasan pemerintah untuk menyediakan fasilitas
publik dan lapangan kerja tak urung juga memberikan kontribusi cukup signifikan
terhadap kian merebaknya penduduk kelas bawah dan kaum migran dalam
mengembangkan katup penyelamat kehidupan mereka. Akibatnya tidak sedikit orang
yang mengembangkan sektor informal yang ilegal sekalipun dengan kondisi
kehidupan seadanya sebagai strategi untuk dapat menjaga kelangsungan hidup mereka
selama di pusat kota. Tragisnya tidak jarang mereka memanfaatkan lahan-lahan
kosong yang dianggap tidak bermasalah sebagai tempat tinggal. Selain tidak memiliki
pekerjaan yang layak mereka juga banyak yang tinggal di bantaran/ pinggiran atau
stren kali, kolong jembatan, pemukiman liar, di trotoir, dan sebagainya; (c). Kondisi
struktural di luar kemampuan masyarakat seperti; adanya pemutusan hubungan kerja,
kesempatan kerja yang terbatas, ketidaaan modal dan keterbatasan akses terhadap
informasi berkaitan dengan pekerjaan tidak saja mengakibatkan orang menjadi jatuh
miskin tetapi orang-orang yang dekat dengan kemiskinan justru kian terpuruk dan
mendapatkan gelar baru yakni sebagai kelompok masyarakat miskin. Satu hal yang
patut dicatat bahwa akibat situasi kenaikan BBM bukan tidak mungkin justru
melahirkan pengangguran dan kemiskinanbagi penduduk. Nampaknya sampai saat ini
situasi tersebut masih belum terselesaikan secara tuntas dan memberikan implikasi
ketenagakerjaan yang luar biasa yakni banyaknya jumlah pengangguran dan angka
kemiskinan masih bertahan pada angka relatif tinggi.; (d). Masih dalam tataran
konsep strukturalis bahwa kondisi kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di
tengah masyarakat juga tidak lepas oleh adanya investasi atau penanaman modal serta
kekuatan komersial yang memiliki daya untuk menggeser kepemilikan aset produksi
dan proses marginalisasi penduduk di wilayah pedesaan. Pembagian keuntungan yang
kurang adil, lemahnya posisi bargaining penduduk desa terhadap kekuatan modal
besar serta berbagai bentuk eksploitasi dalam banyak hal masih mewarnai aktivitas
ekonomi di berbagai daerah. Akibatnya kemiskinan dan pengangguran serta
keterpurukan banyak ditemukan.(e). Selain terbatasnya lapangan pekerjaan yang ada
di daerah pedesaan, faktor perbedaan besar penghasilan atau upah antara desa dan
kota juga memicu timbulnya fenomena urbanisasi ke pusat kota. Ketika lapangan
kerja di desa sulit karena proses komersialisasi dan modernisasi di sektor pertanian,
penghasilan atau upah di desa rendah maka kota menjadi harapan satu-satunya bagi
mereka untuk mendapatkan income yang lebih tinggi.

2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan

2.3.2.1. Aspek Perikanan dan Kelautan


Kabupaten Lumajang memiliki potensi perairan umum dengan luas areal ±
888,434 Ha yang diakses oleh masyarakat yang tersebar hampir diseluruh wilayah
Kabupaten Lumajang. Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan potensi kelautan
dan perikanan untuk mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.
Kontribusi yang telah diberikan oleh pembangunan urusan kelautan dan perikanan
pada upaya peningkatan produksi kelautan dan perikanan yang menunjang pelestarian
lingkungan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Produksi perikanan mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu
dari produksi sebesar 6.747,618 ton meningkat menjadi 7.135,22 ton pada tahun
2013, atau sebesar 5,74 persen;
2) Volume ekspor mengalami kenaikan sebesar 3,63 ton, yaitu dari 725,77 ton pada
tahun 2012 menjadi 729,40 ton pada tahun 2013 dan nilai ekspor juga mengalami
kenaikan, yaitu dari Rp. 25.625.107.000 pada tahun 2012 naik menjadi Rp.
30.603.399.103 pada tahun 2013 atau naik sebesar 19,43 persen;
3) Jumlah nelayan dan pembudidaya ikan pada tahun 2013 mencapai 2.851 orang
meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 2.829 orang, atau meningkat sebesar
0,78 persen.
Secara umum, produksi perikanan baik budidaya maupun tangkap pada
periode 2011, 2012, 2013 menunjukkan peningkatan sebesar 12,58 persen,
sebagaimana tabel berikut :
Tabel : 2.24.
Perkembangan Produksi Perikanan Tahun 2011, 2012, 2013
PRODUKSI (dalam Ton)
URAIAN
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Penangkapan :
- Laut 3.625,11 3.805,37 4.083,94
- Perairan umum 573,01 581,64 577,39
Jumlah 4.198,12 4.387,02 4.661,33
Budidaya :
- Tambak 466,45 632,47 697,36
- Inbudkan/kolam 709,46 776,29 806,47
- Karamba 964,00 951,84 970,06
Jumlah 2.139,91 2.360,60 2.473,89
TOTAL 6.338,03 6.747,62 7.135,22
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lumajang Tahun 2013

Pada sisi produksi perikanan menunjukkan kecenderungan semakin naik dan


hal tersebut tentunya berdampak cukup signifikan terhadap peningkatan jumlah
tenaga kerja perikanan dan pendapatan petani ikan, sebagaimana dijelaskan dalam
grafik sebagai berikut :
Grafik : 2.16.
Peningkatan Produksi Perikanan dari Tahun 2011-2013
5.000

4.000

3.000

2.000

1.000
2011 2012 2013
-
Penangkapan (ton) 4.198 4.387 4.661
Budidaya (ton) 2.140 2.361 2.474
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lumajang Tahun 2013

Secara lebih terinci pengaruh peningkatan produksi perikanan terhadap


pendapatan sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel : 2.25.
Perkembangan RTP Sektor Perikanan dan Kelautan
No. URAIAN SATUAN TAHUN
2011 2012 2013
1 Tenaga Kerja
a. Nelayan RTP 1.264 1.277 1.287
Pembudidaya
b. Ikan RTP 1.330 1.552 1.564

2 Pendapatan
a. Nelayan Rp. 12.427.666 12.948.523 13.440.566
Pembudidaya
b.
Ikan :
- Intensif Rp. 23.449.370 29.210.355 32.873.180
- Semi Intensif Rp. 9.239.332 9.113.842 9.356.911
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lumajang Tahun 2013

Peningkatan tenaga kerja disebabkan karena usaha sektor kelautan dan


perikanan terbukti tahan terhadap krisis moneter dan cukup menguntungkan, sehingga
pada tahun ini semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk melakukan usaha
kelautan dan perikanan. Peningkatan tenaga kerja ini diikuti pula oleh peningkatan
pendapatan. Hal ini disebabkan karena semakin tingginya produksi perikanan yang
menyebabkan semakin banyaknya permintaan pasar akan produk-produk perikanan
dan kelautan.
Lebih lanjut dapat disampaikan bahwa pada tahun 2013 juga tercatat
pencapaian indikator hasil pembangunan lainnya, seperti konsumsi ikan masyarakat
mengalami peningkatan, yaitu dari sebesar 19,62 kg/kapita/tahun pada tahun 2012
meningkat menjadi 20,21 kg/kapita/tahun pada tahun 2013. Perkembangan konsumsi
perikanan secara keseluruhan meningkat, sebagaimana nampak dalam tabel berikut :
Tabel : 2.26.
Konsumsi Ikan Tahun 2012 - 2013
Tahun 2012 Tahun 2013
Uraian Satuan Target Realisasi Target Realisasi
0,5 % 0,56 % 0,5 % 3%
Konsumsi ikan Kg/kap/th
19,32 19,62 19,42 20,21
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lumajang Tahun 2013
Konsumsi ikan mengalami peningkatan disebabkan karena semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani
ikan. Hal ini juga tidak lepas dari intensifnya pembinaan gemar makan ikan dan
meningkatnya produksi perikanan.
Perikanan laut merupakan salah satu potensi unggulan yang dapat
dikembangkan di Kabupaten Lumajang. Jumlah sarana penangkapan ikan di laut yang
berupa kapal dan perahu penangkap ikan sebanyak 416 unit yang terdiri dari kapal
motor dan perahu jukung tempel, serta jukung tidak bermotor dengan berbagai macam
alat tangkap. Seperti Gillnet, trammel net, bubu, pole and line. Jumlah tempat
pendaratan ikan (TPI) / Pangkalan pendaratan ikan (PPI) sebanyak 5 unit yaitu : TPI
Bulurejo, Tegalrejo (Kec. Tempursari), Dampar, Selok Awar-awar (Kec. Pasirian),
Wotgalih (Kec.Yosowilangun). Hasil tangkapan perikanan laut selama tahun 2013
sebanyak 4.083,94 kg.

2.3.2.2. Aspek Pertanian


Dilihat dari sisi pendapatan secara umum pendapatan petani pada 13
komoditas tercatat mengalami peningkatan pada tahun 2013 dibandingkan dengan
tahun 2012, peningkatan tersebut dapat dijelaskan pada tabel sebagai berikut :
Tabel : 2.27.
Peningkatan Pendapatan Petani
Tahun
No. Pendapatan Petani 2012 (Rp.) 2013 (Rp.)

1 Padi Sawah (Ha/musim) 12.847.500,00 13.602.500,00


2 Padi Ladang (Ha/musim) 6.867.500,00 7.413.600,00
3 Jagung Sawah (Ha/musim) 3.457.500,00 4.597.500,00
4 Jagung Ladang (Ha/musim) 2.795.000,00 3.542.500,00
5 Kedele Sawah (Ha/musim) 3.975.000,00 4.735.000,00
6 Kedele Ladang (Ha/musim) 3.370.000,00 3.580.000,00
7 Kacang Hijau Sawah 3.260.000,00 3.382.400,00
(Ha/musim)
Kacang Hijau Ladang
8 2.982.500,00 3.128.800,00
(Ha/musim)
9 Kentang (Ha/musim) 42.820.000,00 45.269.400,00
10 Kubis (Ha/musim) 14.121.000,00 14.121.000,00
11 Bawang Daun (Ha/musim) 13.318.000,00 17.044.000,00
12 Pisang mas kirana (Ha/musim) 15.460.000,00 16.176.800,00
13 Jeruk (Ha/musim) 78.275.000,00 83.350.000,00
14 Tomat 36.306.900,00
15 Alpukat 13.679.100,00
16 Salak 14.875.250,00
17 Cabe besar (Ha/musim) 43.670.800,00
18 Cabe rawit (Ha/musim) 51.954.000,00
Sumber : Dinas Pertanian Kab. Lumajang Tahun 2013

Selanjutnya untuk pendapatan pada tanaman semusim khususnya petani tebu


pada tahun 2012 sebesar Rp. 24.091.200,- mengalami peningkatan pada tahun 2013
menjadi sebesar Rp. 29.522.500,- tahun, hal ini disebabkan karena peningkatan
produksi ditunjang penambahan areal dan peningkatan produktifitas seiring mulai
banyak tanaman tebu yang dibongkar ratoon.
Tabel : 2.28.
Peningkatan Pendapatan Petani Pekebun Tahun 2012 - 2013
Tahun
No. Pendapatan Petani
2012 (Rp.) 2013 (Rp.)
A. Tanaman semusim
1 Tebu (ha/musim) 24.091.200,- 29.522.500,-
2 Tembakau (ha/musim) 18.980.000’- 21.140.000,-
3 Nilam (ha/musim) 9.063.000,- 6.375.000,-
B. Tanaman tahunan
1 Kopi (ha/musim) 8.075.000,- 10.354.832,-
2. Kelapa (ha/Th)) 8.325.000,- 17.400.000,-
3 Cengkeh (ha/musim) 32.812.500,- 35.753.810,-
4 Kakao (ha/musim) 8.550.000.- 10.719.018.-
5 Pinang (ha/musim) 3.847.500- 4.250.317-
Sumber : Kantor Perkebunan Kab. Lumajang 2013

Jumlah produksi dan produktivitas tanaman pangan secara terinci tersaji


dalam informasi dinamis sebagaimana tabel berikut :
Tabel : 2.29.
Jumlah produksi dan produktivitas dalam tahun 2012 dan 2013
Tahun 2012 Tahun 2013

No URAIAN Luas panen Produksi Produk- Luas Produk-


Produksi
tivitas panen tivitas
(Ha) (Kw) (Kw/Ha) (Ha) (Kw) (Kw/Ha)
1 Padi 77.889 4.627.461 59,41 75.548 4.584.066 60,68
2 Jagung 32.931 1.553.456 47,17 30.380 1.437.508 47,32
3 Kedelai 1.251 18.193 14,54 1.074 15.675 14,59
4 Kacang
3.831 47.573 12,45 3.518 46.116 13,11
tanah
5 Ubi kayu 2.216 515.447 232,60 2.165 513.470 237,17
Total 118.118 6.762.130 57,25 112.685 6.596.835 58,54

Sumber : Dinas Pertanian Kab. Lumajang Tahun 2013

Produksi maupun produktivitas tanaman pisang mengalami peningkatan


dikarenakan masyarakat sudah mulai banyak membudidayakan tanaman pisang,
seperti halnya pengembangan kawasan pisang yang ada di Gucialit dan Senduro,
selain itu petani sudah menerapkan SL-GAP (Sekolah Lapang Good Agriculture
Practices), dan perawatan yang intensif sehingga produksi yang dihasilkan mulai
meningkat, namun tanaman yang menghasilkan mengalami penurunan dikarenakan
banyak tanaman tua dan tanaman baru mulai berbuah. Tanaman Alpukad, manggis,
durian, rambutan, nangka, mengalami penurunan baik produktivitas maupun
produksinya mengingat tanaman sangat peka sekali terhadap perubahan iklim yang
terjadi pda tahun 2013 yaitu intensitas hujan yang cukup tinggi menyebabkan
penyerbukan yang tidak sempurna, sehingga produksi maupun produktivitasnya
mengalami penurunan. Secara rinci luas panen, produksi dan produktivitas dapat
dilihat pada di bawah ini:
Tabel : 2.30.
Prosentase Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura
Khususnya Buah-buahan Dominan
Tahun 2012 Tahun 2013
Luas Produk- Luas Produk-
No. URAIAN Produksi Produksi
panen tivitas panen tivitas
(Ha) (Kw) (Kw/Ha) (Ha) (Kw) (Kw/Ha)
1. Pisang 5.797 1.132.979 195,44 5.775 1.156.076 200,00
2. Manggis 191 14.987 78,49 153 8.781 57,48
3. Durian 292 48.262 165,40 164 13.682 83,23
4. Rambutan 792 49.909 62,97 347 20.273 58,41
5. Apokad 483 26.266 54,38 333 17.218 51,78
No. URAIAN Tahun 2012 Tahun 2013
6. Nangka 488 55.682 114,05 411 23.960 58,35
7. Jeruk Siam 581 163.996 282,35 520 122.285 235,37
TOTAL: 8.624 1.492.081 173,01 7.703 1.362.275 176,84
Sumber : Dinas Pertanian Kab. Lumajang Tahun 2013

Selanjutnya untuk produksi dan produktivitas tanaman sayuran khususnya


tanaman kentang mengalami peningkatan karena masyarakat lebih banyak
membudidayakan kentang karena harga yang cukup bagus sehingga memberikan
keuntungan yang cukup tinggi, selain itu masyarakat sudah mulai mengetahui
budidaya yang sesuai anjuran dan ditunjang juga dengan adanya program MP3MI
(Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi). Luas panen cabe rawit
mengalami peningkatan karena tanaman ini diusahakan oleh petani sesuai kebutuhan
sehari-hari namun produksi dan produktivitasnya mengalami penurunan karena curah
hujan yang cukup tinggi karena cabe rawit sangat rentan terhadap hujan sehingga
cepat membusuk dan produksi mengalami penurunan sehingga menyebabkan harga
mengalami peningkatan. Luas panen, produksi dan produktivitas sayuran disajikan
dalam tabel di bawah ini:
Tabel : 2.31.
Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Hortikultura
Tahun 2012 - 2013
Tahun 2012 Tahun 2013
Luas Produk- Luas Produk-
No. URAIAN Produksi Produksi
panen tivitas panen tivitas
(Ha) (Kw) (Kw/Ha) (Ha) (Kw) (Kw/Ha)
1. Kentang 652 81.500 125,00 705 88.125 125,00
2. Bawang Daun 1.479 177.480 120,00 1.272 152.640 120,00
3. Kubis 433 110.440 255,00 416 105.770 254,25
4. Cabe Rawit 1.773 341.343 193,00 1.827 239.022 130,83
TOTAL: 4.337 710.763 163,88 4.220 585.557 138,76
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang Tahun 2013

Secara kumulatif produksi dan produktivitas tanaman pangan dan


hortikultura dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel : 2.32.
Prosentase Peningkatan Produksi dan Produktivitas
Tanaman Pangan dan Hortikultura tahun 2012 - 2013
Tahun 2012 Tahun 2013

No. URAIAN Luas Produk- Luas Produk-


Produksi Produksi
panen tivitas panen tivitas
(Ha) (Kw) (Kw/Ha) (Ha) (Kw) (Kw/Ha)
1. Pangan 118.118 6.762.130 57,25 112.685 6.596.835 58,54
2. Buah2an 8.624 1.492.081 173,01 7.703 1.362.275 176,84
3. Sayuran 4.337 710.763 163,88 4.220 585.557 138,76
TOTAL: 131.079 8.964.974 68,39 124.608 8.544.667 68,57
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang Tahun 2013

Perbandingan target dan realisasi jumlah produksi dan produktivitas tanaman


perkebunan di Kabupaten Lumajang pada tahun 2012 dan 2013, sebagaimana tabel
berikut :
Tabel : 2.33.
Produksi dan Produktivitas Perkebunan Tahun 2012 - 2013
Tahun 2012 Tahun 2013
Luas Produk Luas Produk
No URAIAN Produksi Produksi
panen tivitas panen tivitas
(Ha) (ton) (Kg/Ha) (Ha) (ton) (Kg/Ha)
A. Tanaman semusim
1 Tebu 12.338 848.556 68.832 12.504 1.054.712 84.350
2 Tembakau 1.723 1.585 730 2.110 1.828 755
3 Nilam 322 1.520 4.770 256 960 3.750
JUMLAH: 14.383 851.661 74.332 14.870 1.057.500 88.855
B. Tanaman tahunan
1 Kopi 3.398 1.612 425 3.394 1.850 545
2. Kelapa 7.113 8.059 1.110 7.090 8.224 1.160
3 Cengkeh 853 224 263 853 235 275
4 Kakao 133 37 475 82 42 510
5 Pinang 383 335,5 855 394 335 850
TOTAL 11.880 10.278,5 3.128 11.813 10.685 3.340
Sumber : Kantor Perkebunan Kabupaten Lumajang Tahun 2013

Selanjutnya pada urusan pertanian sub urusan peternakan, potensi sumber


daya lahan di Kabupaten Lumajang dapat menampung kurang lebih 500.000 satuan
ternak atau setara dengan 365.000 ekor ternak besar, 375.000 ekor ternak kecil dan
5.000.000 ekor ternak unggas. Sementara dari populasi yang ada relatif masih
mungkin untuk dikembangkan. Atas dasar kondisi, peluang dan tantangan tersebut,
untuk pemenuhan terhadap komoditi hasil ternak khususnya daging sapi masih dapat
terus dipotimalkan melalui berbagai implementasi program/kegiatan pada urusan
pertanian sub urusan peternakan.
Perbandingan realisasi jumlah populasi hewan ternak yang telah dihasilkan
pada tahun 2012 dan tahun 2013 sebagai berikut :
Tabel : 2.34.
Perbandingan Populasi Ternak Tahun 2012 – 2013
2012 2013 Naik/turun
JENIS Ekor Ekor %
a. Ternak besar : 216.267 168.972 -21,87 %
1. Sapi potong 210.039 164.892 -21,49 %
2. Sapi perah 6.228 4.080 -34,49 %

b. Ternak kecil : 123.373 126.793 2,77 %


1. Kambing 88.558 91.038 2,80 %
2. Domba 34.815 35.755 2,70 %
c. Unggas : 3.519.006 3.550.172 0,89 %
1. Ayam buras 992.855 1.002.784 1,00 %
2. Ayam ras petelur 504.092 506,612 1,00 %
3. Ayam ras pedaging 1.721.434 1.738.648 1,00 %
4. Itik 300.624 302.128 0,50 %
Sumber: Kantor Peternakan Kabupaten Lumajang Tahun 2013

Selanjutnya untuk realisasi produksi daging, telur dan susu tahun 2012 dan
pada tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Tabel : 2.35.
Perbandingan Realisasi Produksi Daging, Telur & Susu
Tahun 2012 - 2013
2012 2013 Naik(turun)
JENIS Kg/Liter Kg/Liter %
1. Daging 16.553.308 16.517.641 0,2 (turun)
2. Telur 6.971.666 7.860.915 0,13
3. Susu 8.094.327 6.959.083 0,14 (turun)
Sumber: Kantor Peternakan Kabupaten Lumajang Tahun 2013

Pendapatan peternak pada tahun 2013 mengalami peningkatan apabila


dibandingkan dengan tahun 2012, seperti tercantum dalam tabel di bawah ini.
Tabel : 2.36.
Perkembangan Jumlah Petani Peternak dan Pendapatan
Tahun 2012 - 2013
Naik/Turun
N0 URAIAN Tahun 2012 Tahun 2013
(%)
Jumlah RT Petani
1. 123.099 143.993 19%
Peternak
2. Jumlah Petani Peternak
 Pemilik Ternak 55.692 58.398 5%
Naik/Turun
N0 URAIAN Tahun 2012 Tahun 2013
(%)
 Buruh Ternak 67.407 70.078 4%
3. Pendapatan Rata2/Bulan
 Pemilik Ternak 863.465 949.812 10%
 Buruh Ternak 399.973 479.968 20%
Sumber : Kantor Peternakan Kabupaten Lumajang Tahun 2013

Dalam rangka mendukung pemberdayaan kelompok tani dan untuk


meningkatkan produktivitas pertanian, perkebunan dan peternakan, telah dilakukan
penguatan modal bagi kelompok tani. Secara rinci perkembangan kelompok tani
penerima dana penguatan modal dan dana penguatan modal dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel : 2.37.
Perkembangan Jumlah gapoktan Desa Penerima Dana
Penguatan Modal Tahun 2008 – 2013
Jml Kelompoktani Penerima PUAP Tahun
NO KECAMATAN 2008-
2010 2011 2012 2013 Jumlah
1 Tempursari 3 2 2 - 7
2 Pronojiwo 5 - 1 - 6
3 Candipuro 6 2 2 - 10
4 Pasirian 3 1 7 - 11
5 Tempeh 4 - 9 - 13
6 Lumajang 4 1 7 - 12
7 Sumbersuko 1 2 5 - 8
8 Tekung 1 1 6 - 8
9 Kunir 5 1 5 - 11
10 Yosowilangun - 1 11 - 12
11 Rowokangkung - 1 6 - 7
12 Jatiroto 5 1 - - 6
13 Randuagung 3 2 7 - 12
14 Sukodono 4 1 5 - 10
15 Padang 2 1 6 - 9
16 Pasrujambe 6 - 1 - 7
17 Senduro 10 - 2 - 12
18 Gucialit 1 - 8 - 9
19 Kedungjajang - 1 11 - 12
20 Klakah 1 2 9 - 12
21 Ranuyoso - 2 9 - 11
Jumlah 64 22 119 - 205
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang Tahun 2013

2.3.2.3. Aspek Kehutanan


Untuk mengurangi tingkat kerusakan lahan di Kabupaten Lumajang selama
tahun 2013 telah diadakan gerakan rehabilitasi hutan dan lahan, seluas 19.771,32
hektar yang terdiri dari penambahan hutan rakyat seluas 297,00 hektar, pengkayaan
dan pemeliharaan hutan rakyat 978,50 hektar, penghijauan untuk penyelamatan
sumber mata air dan kanan kiri sungau 2,00 hektar, reboisasi dalam kawasan hutan
Perum Perhutani dan TNBTS 118,40 hektar, penghijauan untuk penggantian tebangan
8.095,02 hektar dan penghijauan lingkungan seluas 10.280,41 hektar meliputi
tanaman mahoni, sengon, jati, jabon, suren, tanaman perkebunan, dan MPTS.
Dalam hal penataan hasil hutan di Kabupaten Lumajang telah dilaksanakan
dengan baik. Namun, dalam rangka pelaksanaan amanat Undang-undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
sebelumnya diperoleh dari sumbangan pihak ke III berupa pelayanan SKSKB-KR,
FAKO dan Surat Ijin Penebangan Pohon (SIPP) tidak dianggarkan dalam DPA SKPD
Dinas Kehutanan Kabupaten Lumajang Tahun 2013. Selain itu, berdasarkan
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.30/Menhut-II/2012 tentang Penatausahaan
Hasil hutan yang berasal dari hutan hak, sudah tidak diperlukan lagi dokumen Surat
Keterangan Sahnya Kayu Bulat Kayu Rakyat (SKSKB-KR) dan surat ijin penebangan
pohon. Sedangkan kewenangan untuk menerbitkan Surat Keterangan Asal Usul Kayu
(SKAU) diberikan kepada pihak Kepala Desa.
Meskipun sudah tidak ditargetkan adanya PAD namun sumbangan Pihak ke-
3 tetap diterima melalui rekening Kas Daerah. PAD yang berasal dari bagi hasil
Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) sebesar Rp. 494.753.970,- (Empat ratus
sembilan puluh empat juta tujuh ratus lima puluh tiga ribu sembilan ratus tujuh puluh
rupiah).
Hasil implementasi program dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun
2013 mampu mendukung hasil produksi kehutanan mengingat luas daratan Kabupaten
Lumajang sekitar 179.090 hektar memiliki potensi sumberdaya hutan rakyat seluas
66.936,69 hektar (hasil inventarisasi tegakan hutan rakyat tahun 2009). Dari berbagai
upaya yang dilakukan dalam pembangunan hutan rakyat baik melalui sumber dana
pemerintah (APBN dan APBD Kabupaten) maupun swadaya masyarakat yang
bertujuan sebagai upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah juga untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, hutan rakyat di Kabupaten Lumajang pada
tahun 2013 seluas 57.310,00 hektar.
Tabel : 2.38.
Perbandingan perkembangan luas hutan rakyat Tahun
2012 - 2013 Berdasarkan lokasi/kecamatan
No Lokasi Th. 2012 Jumlah (Ha) 2013

1 Tempursari 1.880,33 1.932,83


2 Pronojiwo 4.890,51 4.940,51
3 Candipuro 7.186,64 7.211,64
4 Pasirian 2.816,74 2.836,24
5 Tempeh 8.852,18 2.852,18
6 Lumajang 282,53 282,53
7 Sumbersuko 1.076,33 1.076,33
8 Tekung 454,15 454,15
9 Kunir 6.333,19 6.333,19
10 Yosowilangun 317,84 317,84
11 Rowokangkung 475,76 475,76
12 Jatiroto 141,28 141,28
13 Randuagung 1.636,84 1.651,84
14 Sukodono 143,50 143,50
15 Padang 1.730,62 1.730,62
16 Pasrujambe 2,859,81 2.889,81
17 Senduro 7.012,58 7.042,58
18 Gucialit 6.270,30 6.270,30
19 Kedungjajang 1.755,96 1.785,96
20 Klakah 2.837,08 2.844,58
21 Ranuyoso 4.058,83 4.096,33
JUMLAH 57.013,00 57.310,00
Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Lumajang Tahun 2013

Realisasi produksi hasil hutan rakyat yang berhasil dicapai pada tahun 2013
sebanyak 1.052.352,23 m³ kayu hutan atau naik sebesar 183 persen dari target sebesar
575.000 m³ yang dominasi oleh tanaman sengon sebesar 1.031.676,31 m³, produksi
dari kayu hutan jenis rimba campur sebesar 9.027,81 m³, mahoni sebesar 3.671,33 m³,
Jati sebesar 3.037,90 m³, Kembang sebesar 2.371,92 m³, Damar sebesar 1.607,27 m³,
Bendo sebesar 424,87 m³, Nyampo sebesar 294,68 m³, Sono sebesar 206,30 m³ dan
Pinus sebesar 33,86 m³.
Dibandingkan dengan tahun 2012 produksi hasil hutan rakyat mengalami
kenaikan sebesar 52,71 persen atau sebanyak 363.199,59 m³. Besarnya kenaikan ini
salah satu faktornya adalah masyarakat dipermudah untuk menebang pohon di
lahannya sendiri tanpa perlu Surat Ijin Penebangan Pohon (SIPP) sehingga
menyebabkan kesulitan dalam pengendalian penebangan kayu yang berasal dari hutan
rakyat. Hal ini berakibat pada tingginya produksi tahun 2013 sehingga melebihi
taksiran tebangan maksimum yang menjamin kelestarian hutan di Kabupaten
Lumajang yaitu sebesar 751.186,54 m³/tahun.
Tabel : 2.39.
Peningkatan Produksi Hutan Tahun 2011 – 2012 - 2013
Volume (M3)
Jenis Kayu
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Jati 2.627,88 1.951,25 3.037,90
Mahoni 4.006,78 3.126,83 3.671,33
Sono 317,19 208,66 206,30
Damar 549,03 1.079,58 1.607,27
Pinus 577,28 29,53 33,86
Kembang 1.889,11 1.780,07 2.371,92
Bendo 344,82 264,02 424,87
Nyampo 291,97 209,04 294,68
Rimba campur 7.166,03 5.658,58 9.027,81
Sengon 659.899,01 674.845,07 1.031.676,31
Jumlah 677.669,10 689.152,64 1.052.352,23
Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Lumajang Tahun 2013

Dalam hal pelayanan ijin pemanfaatan hasil hutan dan pemanfaatan kawasan
hutan, mempunyai kewenangan dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat
lokal dengan mengacu pada acuan nasional dan memberikan pertimbangan teknis dan
rekomendasi kepada Pemerintah Pusat yang selanjutnya akan mempertimbangkan
untuk memberi atau menolak usulan ijin tersebut. Dengan diberlakukannya Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.30 Tahun 2012 yang mengatur tentang Penatausahaan
hasil hutan yang berasal dari hutan hak, Pemerintah Kabupaten Lumajang melalui
Dinas Kehutanan tidak lagi mempunyai kewenangan dalam memberikan ijin
pemanfaatan hasil hutan. Dokumen-dokumen yang diperlukan hanya SKAU (Surat
Keterangan Asal Usul) Kayu dan Nota Angkutan yang dapat diterbitkan oleh desa.
Sedangkan FAKO dapat diterbitkan oleh perusahaan sendiri.
Tabel : 2.40.
Perbandingan Realisasi Pelayanan Ijin Berbagai Keperluan
Tahun 2012 – 2013
Th. 2012 Th. 2013 % Naik/Turun
No. Uraian
Lembar M 3 Lembar M3 Lembar M3
1. Jumlah Ijin / Blanko yang Dikeluarkan
 SKSKB- 991 7.071,69 NIHIL
KR
 FAKO 11.836 639.081,12 25.539 1.379.134,463 115,77 115,77
 SKAU 17.910 395.939,41 NIHIL
2. Penerbitan
 SIPP 472 689.152,64 NIHIL
Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Lumajang Tahun 2013
Potensi hutan rakyat yang cukup besar dari segi populasi pohon maupun
jumlah rumah tangga yang mengusahakannya ternyata mampu menyediakan bahan
baku industri kehutanan. Perkiraan potensi dan luas hutan rakyat yang dihimpun
sampai dengan tahun 2013 mencapai 7.641.333 m3 dengan luas 57.310,00 ha. Jumlah
pohon yang ada mencapai 22.924.000 batang, dengan jumlah pohon siap tebang
sebanyak 3.230.500 batang. Perbandingan jumlah RT Petani Kehutanan tahun 2012 -
2013, sebagaimana tabel berikut :
Tabel : 2.41.
Perbandingan Jumlah RT Petani Kehutanan
Tahun 2012 – 2013
%
No. Uraian Th. 2012 Th. 2013 Naik/Turun
1. Jml. RT Petani Kehutanan 9.921 11.558 17
2. Jml. Kelompok Tani Kehutanan 134 135 0,75
Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Lumajang Tahun 2013

Untuk jumlah pengusaha kehutanan sampai dengan tahun 2013 dapat


dibandingkan sebagaimana tabel berikut :
Tabel : 2.42.
Perbandingan Jumlah Pengusaha Kehutanan
Tahun 2012 - 2013
%
No. Uraian Th. 2011 Th. 2012 Naik/Turun
1. Jumlah Pengusaha 50 71 42
Pengolahan Hasil Hutan yang
terdaftar
2. Jml. Penangkar Bibit 86 86 0
Swadaya
Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Lumajang Tahun 2013

Penanganan lahan kritis selama tahun 2013 berupa penambahan luasan hutan
rakyat dan reboisasi ditaksir dapat mengurangi jumlah luasan areal lahan kritis
sebanyak 415,40 ha atau 2,84 persen dari luas lahan kritis hasil inventarisasi BPDAS
Sampean Bondowoso tahun 2012 yaitu 14.627,60 ha. Sehingga Luas lahan kritis yang
belum tertangani di akhir tahun 2013 sebesar 14.212,20 ha yang terdiri dari lahan
kritis dalam kawasan hutan seluas 6.680,78 ha dan di luar kawasan seluas 7.531,42
ha. Keberhasilan ini disebabkan karena berhasilnya kegiatan penghijauan dan
reboisasi pada lahan-lahan kritis, baik yang dilaksanakan melalui kegiatan Dinas
Kehutanan, Perum Perhutani, dan TNBTS Kabupaten Lumajang maupun swadaya
masyarakat. Sebagai gambaran terhadap upaya dimaksud, dapat dijelaskan melalui
tabel berikut :
Tabel : 2.43.
Perbandingan Jumlah Penanganan Luasan Hutan dan Sumber Mata Air
Tahun 2012 – 2013
% Naik/
No. Uraian Th. 2012 Th.2013
Turun
1. Jml. Luasan Hutan Negara (Ha.) 59.462 59.462 Tetap
2. Jml. Kerusakan Hutan Negara (Ha.) 6.799,18 6.680,78 (1,74)
3. Kerusakan Kawasan Hutan Negara (%) 11,45 11,23 (1,92)
4. Jml. Luasan Hutan Negara Yang 274,3 118,4 (56,84)
Tertangani (Ha)
5. Jml Keseluruhan Sumber Mataair 326 326 Tetap
6. Jumlah sumber mata air yang dilakukan 10 1 (90)
penghijauan (buah)
Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Lumajang Tahun 2013

Tabel : 2.44.
Penghijauan Catchment Area Tahun 2013
No. Kecamatan Desa Luas (ha) Sumber/Blok
1 Candipuro Sumbermujur 2 Sumber Umbulan
Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Lumajang Tahun 2013

Tabel : 2.45.
Penghijauan Jalan Tahun 2013
No. Kecamatan Desa Jenis Tanaman Volume
1. Pronojiwo Tamanayu Mahoni 2,0 km
Oro-oro Ombo Mahoni 2,0 km
2. Padang Kalisemut Mahoni 1,5 km
3. Sumbersuko Grati Mahoni 2,0 km
4. Tempeh Sumberjati Mahoni 2,0 km
Besuk Mahoni 1,5 km
5. Gucialit Dadapan Mahoni 2,0 km
6. Ranuyoso Alun-alun Mahoni 2,0 km
Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Lumajang Tahun 2013

Tabel : 2.46.
Penghijauan lahan kritis luar kawasan Hutan Tahun 2013
No. Kecamatan Jenis Tanaman Luas (Ha)
1. Tempursari Sengon 52,50
2. Pronojiwo Sengon 50,00
3. Candipuro Sengon 39,00
4. Pasirian Sengon 19,50
9. Randuagung Sengon 15,00
12. Pasrujambe Sengon 30,00
13. Senduro Sengon 94,00
14. Gucialit Sengon 16,30
15. Kedungjajang Sengon 30,00
16. Klakah Sengon 16,40
17. Ranuyoso Sengon 55,70
Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Lumajang Tahun 2013
2.3.2.4. Aspek ESDM
Pemanfaatan energi listrik sampai dengan tahun 2013 dari keseluruhan
jumlah dusun sebanyak 865 dusun yang telah teraliri jaringan listrik sebanyak 758
dusun. Secara keseluruhan jumlah dusun yang belum mendapat jaringan listrik
sebanyak 107 dusun. Untuk memenuhi kebutuhan listrik pada wilayah-wilayah yang
belum teraliri listrik akan dilaksanakan pemenuhannya secara bertahap.
Di samping upaya penyediaan energi listrik yang berasal dari PLN,
Pemerintah Kabupaten Lumajang juga berupaya untuk menyediakan listrik untuk
masyarakat yang tidak terjangkau layanan listrik PLN, yaitu dengan menggunakan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro (PLTMH) yang merupakan alternatif dengan menggunakan teknologi
sederhana untuk menghasilkan sumber energi dengan kemampuan output di bawah
500 KW dan pemanfaatan energi biogas dengan memanfaatkan kotoran sapi. Sampai
tahun 2013 jumlah dusun yang telah memanfaatkan PLTMH di Kabupaten Lumajang
sebanyak 4 dusun, dan memanfaatan biogas sejumlah 30 unit yang tersebar di 13
Desa.

2.3.2.5. Aspek Pariwisata


Pelaksanaan pembangunan urusan pariwisata yang melekat dalam seluruh
aspek kehidupan dan mempunyai daya ungkit strategis dalam memacu pertumbuhan
daerah. Pembangunan urusan pariwisata diarahkan untuk mendukung pencapaian
sasaran prioritas pembangunan Kabupaten Lumajang dengan indikator peningkatan
jumlah kunjungan wisatawan. Adapun capaian dari indikator tersebut selama tahun
2013 sebagaimana penjelasan dalam tabel berikut :
Tabel : 2.47.
Perbandingan Jumlah Kunjungan Wisatawan Per Obyek Wisata
Tahun 2012 - 2013
Tahun 2012 Tahun 2013 % Naik/
No Nama Obyek Wisnu Wisman Wisnu Wisman Turun
1 Selokambang 244.878 32 139.702 3 T. 42,96
2 Waterpark 143.499 4 41.929 0 T. 70,78
3 Ranu Klakah 4.124 35 15.577 3 N. 274
4 Ranu Pakis 657 26 986 0 N. 44,36
5 Ranu Bedali 550 30 626 0 N. 7,9
6 Pantai Bambang 108.329 0 28.106 0 T. 74,05
7 Pantai Watu Pecak 10.082 0 17.531 0 N. 73,88
8 Pantai Wotgalih 17.319 0 17.285 0 T. 0,20
9 Pantu Watu Godeg 15.140 1 16.253 0 N. 7,34
Tahun 2012 Tahun 2013 % Naik/
No Nama Obyek Wisnu Wisman Wisnu Wisman Turun
10 Pantai TPI Permai 25.302 2 18.423 2 T. 27,19
11 Goa Tetes 2.973 0 6.106 0 N. 105,38
12 Hutan Bambu 3.382 10 12.584 1 N. 271,02
13 Situs Biting 1.217 0 2.315 0 N. 90,22
14 Candi Randu Agung 667 0 3.031 0 N. 354,42
15 Candi Gedung Putri 376 0 2.726 0 N. 625
16 Pure Mandara Giri 92.723 710 32.406 512 T. 64,01
17 Telaga Semeru 5.831 0 14.839 0 N. 154,48
18 Kayu Batu 3.957 0 16.715 0 N. 322,42
19 Al Kautsar 3.520 0 16.675 0 N. 373,72
20 Joyokarto 2.092 0 18.132 4 N. 766,92
21 Gunung Fuji 4.007 0 9.064 0 N. 126,2
22 Ranu Pani 7.861 870 22.688 353 N. 163,9
23 Piket Nol 4.412 0 8.294 0 N. 87,99
24 Agro Royal Family 2.574 27 3.503 34 N. 35,99
JUMLAH 705.472 1.747 856.410 2.079 N. 17,62
Sumber : Kantor Pariwisata Kab. Lumajang Tahun 2013

Berdasarkan tabel kunjungan wisatawan ke Kabupaten Lumajang pada tahun


2013 dapat diketahui bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung adalah sebanyak
858.489 orang yang terdiri dari wisnu 856.410 orang dan wisatawan manca negara
(wisman) internasional mencapai jumlah 2.079 orang. Pertumbuhan jumlah
wisatawan pada tahun 2013 mengalami Kenaikan sebesar 17,62 persen atau sebesar
151.270 orang dari tahun sebelumnya yang sebesar 707.219 orang. Sedangkan
pertumbuhan penerimaan dari sektor pariwisata secara keseluruhan mengalami
kenaikan sebesar Rp. 265.465.400 atau 14,99 persen dari tahun 2012 yang sebesar Rp.
1.770.798.600,-
Tabel 2.48.
Kontribusi Pendapatan Pariwisata Tahun 2012 – 2013
Tahun 2012 Tahun 2013 % Naik/
No. Nama Obyek Kontribusi (Rp). Kontribusi (Rp). Turun
1 Selokambang 1.076.227.000,- 1.230.275.000,- N. 14,31
2 Waterpark 583.817.100,- 613.151.000,- N. 5,02
3 Pantai Bambang 50.000.000,- 100.000.000,- N. 100
4 Pantai Wotgalih 2.000.000,- 5.500.000,- N. 175
5 Pantai TPI Permai 9.800.000,- 15.602.000,- N. 59,20
6 Goa Tetes 3.499.500,- 5.180.000,- N. 48,02
7 Segitiga Ranu 44.955.000,- 66.556.000,- N. 48,05
JUMLAH 1.770.798.600,- 2.036.264.000,- N. 14,99
Sumber : Kantor Pariwisata Kab. Lumajang Tahun 2013
Prospek usaha penunjang sektor pariwisata di Kabupaten Lumajang cukup
baik, hal ini dapat dilihat dari stabilnya tingkat Pendapatan Wisata Terutama Wisata
Pemandian Selokambang dan Waterpark. Untuk memenuhi kebutuhan para
wisatawan, tersedia obyek-obyek wisata lainnya yang meliputi 25 (dua puluh lima)
obyek wisata diantaranya wisata Pemandian Alam Selokambang, Waterpark, Segita
Ranu, Pantai Bambang, Pantai Wot Galih, Pantai Tempursari, Goa Tetes, dan lainnya.

2.3.2.6. Aspek Industri


Pada tahun 2013 nilai produksi mengalami kenaikan, hal ini ditunjukkan
dengan realisasi omset nilai produksi tahun 2012 sebesar Rp. 963.287.835 naik
menjadi Rp. 1.129.895.610 pada tahun 2013 dengan tingkat kenaikan sebesar 17,30
persen. Jika dibandingkan dengan target pada tahun 2013 yaitu nilai produksinya
sebesar Rp. 588.103.335 maka tingkat capaiannya sebesar 97,08 persen yang berarti
lebih tinggi sebesar 197,08 persen dari target.

Tabel : 2.49.
Perkembangan Industri di Kabupaten Lumajang
Tahun 2012 – 2013
Unit Nilai Investasi Nilai Produksi Tenaga
No Th. Katagori
Usaha (Rp. 000,-) (Rp.000,-) Kerja
0 0 0 0
1. 2012 Industri Besar
Indst. Menengah & 552 99.879.893 963.287.835 15.970
Kecil
Non Formal 12.817 14.752.480 529.124.320 33.684
Jumlah 13.369 114.632.373 1.415.389.155 49.654
Industri Besar
2. 2013 0 0 0 0
Indst. Menengah &
Kecil 578 105.967.734 1.129.895.610 16.588
Non Formal
12.904 15.427.159 601.569.878 33.928
Jumlah 13.482 121.394.893 1.731.465.488 50.516
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Lumajang Tahun 2013

Pembangunan urusan industri yang dilakukan selama tahun 2013 telah


mampu mendorong peningkatan pertumbuhan unit industri, baik industri besar,
menengah dan kecil maupun industri kerajinan rakyat. Jumlah industri menengah
pada tahun 2012 sebanyak 552 usaha dan tahun 2013 mengalami kenaikan sebanyak
26 usaha menjadi 578 usaha, sedangkan industri informal (usaha mikro dan kerajinan
rumah tangga) pada tahun 2012 sebanyak 12.817 usaha dan pada tahun 2013
mengalami kenaikan sebanyak 87 usaha menjadi 12.904 usaha. Pertumbuhan industri
informal dipicu adanya peluang untuk membuka usaha baru utamanya makanan
olahan, karena tersedia bahan baku yang melimpah, seperti buah pisang, ubi-ubian,
salak dan nangka.
Sedangkan jumlah tenaga kerja yang terserap di urusan industri mengalami
kenaikan yaitu tahun 2012 sebanyak 49.654 orang menjadi 50.516 orang pada tahun
2013, hal ini disebabkan adanya kenaikan investasi. Disamping itu juga, di sisi
produktivitas urusan industri memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap
pertumbuhan perekonomian Kabupaten Lumajang, khususnya pada industri
pengolahan terhadap produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan tahun
2012 sebesar 13,50 persen dan meningkat pada tahun 2013 sebesar 13,57 persen dari
total PDRB Kabupaten Lumajang sebesar Rp. 19.614.554,55 juta sehingga
memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, perluasan
lapangan kerja dan memperluas kesempatan berusaha. Di samping itu juga,
pembangunan industri ke depan diarahkan dalam rangka mewujudkan industri yang
tangguh dan mandiri yang dapat bersaing di era globalisasi.
Selanjutnya untuk peningkatan nilai produksi tahun 2012 – 2013 dari 21 kecamatan
sebagaimana tabel berikut :
Tabel : 2.49.
Peningkatan Nilai Produksi IKM Formal di Kabupaten Lumajang
Tahun 2012 – 2013
Nilai PRODUKSI (Rp.000) %
Kecamatan Tahun 2012 Tahun 2013 Naik/Turun
1. Tempursari 3.033.983 3.307.441 9.01
2. Pronojiwo 22.926.108 24.562.618 7.14
3. Candipuro 56.447.815 62.963.228 11.54
4. Pasirian 61.663.182 67.829.387 10.00
5. Tempeh 374.583.405 443.637.816 18.43
6. Lumajang 64.873.660 72.364.026 11.55
7. Tekung 6.648.335 7.346.407 10.50
8. Kunir 10.253.503 11.791.724 15.00
9. Yosowilangun 11.728.474 13.253.175 13.00
10. Rowokangkung 1.655.070 2.081.337 25.76
11. Jatiroto 13.515.245 7.274.513 (46.18)
12. Randuagung 4.286.725 4.615.397 7.67
13. Sukodono 20.064.112 22.271.165 11.00
14. Senduro 17.308.627 19.027.489 9.93
15. Gucialit 817.990 894.789 9.39
16. Kedungjajang 10.653.487 11.345.943 6.50
17. Klakah 148.293.250 159.787.915 7.75
18. Ranuyoso 4.980.573 5.478.628 10.00
19. Pasrujambe 52.670.878 55.831.627 6.00
20. Padang 8.685.493 9.554.042 10.00
21. Sumbersuko 68.197.920 124.676.943 82.82
Jumlah 963.287.835 1.129.895.610 17.30
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Lumajang Tahun 2013
Untuk peningkatan sentra-sentra usaha yang berbasis teknologi dan barang /
produk yang berhasil memperoleh pengakuan pemenuhan standar/ kualifikasi mutu/
atau yang berstandar SNI secara rinci perkembangan industri dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel : 2.50.
Peningkatan Sentra- Sentra Usaha
di Kabupaten Lumajang Tahun 2012 - 2013
%
No URAIAN Tahun 2012 Tahun 2013 Naik/Turun
1. Jumlah sentra usaha berbasis teknologi
116 118 1,72
(ber GKM dan yg tidak)
2. Jumlah sentra usaha berbasis teknologi
17 17 0
yang ber GKM.
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Lumajang Tahun 2013

Tabel : 2.51.
Peningkatan Produk Ber- SNI
di Kabupaten Lumajang Tahun 2012 – 2013
%
No URAIAN Th. 2012 Th. 2013 Naik/Turun
1. Jumlah Jenis Produk Yang
167 189 13,71
Diperdagangkan
2. Jumlah Produk Yang Ber-SNI 30 32 6,67
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Lumajang Tahun 2013

2.3.2.7. Aspek Perdagangan


Perkembangan nilai perdagangan tahun 2012 - 2013 sebagaimana tabel
berikut
:
Tabel : 2.52
Perkembangan Jumlah Eksportir, Volume dan Nilai
Ekspor Tahun 2012 - 2013
No. Uraian 2012 2013
1 Jumlah eksportir 19 16
2 Volume (Kg) 69.268.285.000 53.682.802.000
3 Nilai ( Rp ) 314.678.755.000 569.597.153.225
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Lumajang Tahun 2013

Untuk perkembangan nilai ekspor berdasarkan komoditi adalah sebagai


berikut :
Tabel : 2.53.
Perkembangan Nilai Ekspor Kabupaten Lumajang
Tahun 2012 – 2013
Tahun 2012 Tahun 2013 Perkem-
Komoditi
bangan %
1. Kayu olahan 155.968.383.000 386.123.531.170 59,61
2. Sumpit bambu - -
3. Mebel kayu - -
4. Kerajinan perak 56.810.425.000 54.253.956.000 (4,5)
5. Garment - -
6. Tembakau - 49.643.588.930 -
7. Teh 9.741.555.000 - -
8. Kakao 1.467.800.000 - -
9. Plastik Bekas 30.078.900.000 35.965.322.125 19,57
10 Udang windu - -
11 Udang Lokal - -
12 Udang Vannamae 23.064.375.000 41.990.940.000 82,06
13 Udang Baron 231.975.000 241.875.000 4,27
14 Ikan Kakap 689.600.000 154.600.000 (77,56)
15 Ikan Kerapu 612.320.000 229.600.000 (62,50)
16 Ikan cucut - -
17 Ikan Layur 695.476.000 616.500.000 (11,36)
18 Ikan Lele - - -
19 Bekicot 331.361.000 377.240.000 13,85
JUMLAH 314.678.755.000 569.597.153.225 81,00
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Lumajang Tahun 2013

Perkembangan nilai perdagangan tahun 2012 - 2013 sebagaimana berikut :


Tabel : 2.54.
Perkembangan Nilai Perdagangan Kabupaten Lumajang
Tahun 2012 - 2013
Nilai Nilai perdagangan daerah
Uraian ekspor (Rp. (Rp. 000)
000)
Target Realisasi Target Realisasi
Tahun 2012 202.018.518.000 314.678.755.000 1.496.796.000.000 2.141.777.500.000

Tahun 2013 222.220.370.000 569.597.153.225 1.580.419.000.000 1.999.582.769.524


Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Lumajang Tahun 2013

Perkembangan produk unggulan daerah tahun 2012 - 2013 sebagaimana tabel


berikut
:
Tabel : 2.55.
Perkembangan Produk Unggulan
Daerah Tahun 2012 – 2013
Unit Tenaga Kapa
No Jenis Komoditi Thn Satuan Pemasaran
Usaha Kerja sitas
1 Industri Kecil 2013 388 1.760 6.309 Lokal, Nasional,
Perhiasan Perak Regional dan
Kg Luar Negri
2012 388 1.816 6.606 (Belanda, Jerman,
AS, , Australia)
Unit Tenaga Kapa
No Jenis Komoditi Thn Satuan Pemasaran
Usaha Kerja sitas
2 Industri Kecil Gula 2013 1.978 4.825 12.901 Lokal, Nasional,
Kelapa Ton Regional
2012 1.967 4.805 12.618
3 Industri Kecil 2013 218 906 949,45 Lokal, Nasional,
Kripik Pisang Ton Regional dan
2012 211 881 886,83 Luar Negri
4 Industri Kayu Jepang,
Olahan 2013 25 5.826 229.650 Hongkong,
M3 Singapura,
2012 25 5.570 245.908 Australia,
Belanda, Jerman
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Lumajang Tahun 2013

Untuk melihat meningkatnya dinamika perkembangan usaha baik industri


maupun perdagangan dilihat melalui jumlah industri dan usaha perdagangan yang
memiliki perijinan, sebagaimana tabel berikut :
Tabel : 2.56.
Jumlah Industri dan Usaha Perdagangan Yang Berijin
Tahun 2012 – 2013
%
No URAIAN Th. 2012 Th. 2013
Naik/Turun
1. Jumlah keseluruhan Industri 13.369 13.482 0,84
2. Jumlah Industri Yang Telah
552 578 4,7
Terdaftar (kumulatif)
3. Jumlah keseluruhan Usaha
46.238 48.550 5
Perdagangan
4. Jumlah Usaha Perdagangan Yang
Telah Mendapat Tanda Daftar 13.160 13.880 5,5
(Kumulatif)
5. Jumlah Usaha Perdagangan Berijin 14.242 15.246 7,05
6. Jumlah Keseluruhan Gudang 320 352 10
7. Jumlah Gudang Yang Telah
320 336 5
Mendapatkan Tanda Daftar
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Lumajang Tahun 2013

Jumlah pasar di Kabupaten Lumajang tahun 2013 sebanyak 29 buah, yang


terdiri dari pasar daerah dan pasar swasta, dengan rincian sebagaimana tabel berikut:
Tabel : 2.57.
Jumlah Pasar di Kabupaten Lumajang Tahun 2013
Tahun
No Uraian
2013
1. Jumlah Pasar Daerah 29
2. Jumlah Pasar Swasta 19
Sumber : Dinas Pasar Kabupaten Lumajang Tahun 2013
Perkembangan peningkatan kapasitas pedagang pasar di Kabupaten
Lumajang tahun 2012 - 2013 sebagaimana tabel berikut :
Tabel : 2.58.
Peningkatan Kapasitas Pedagang
Tahun Tahun % Naik /
No Uraian
2012 2013 Turun
1. Jumlah Pedagang Pasar Daerah 6.014 6.773 NAIK
2. Jumlah Pedagang Yang Tertampung 6.014 6.773 NAIK
di Pasar Seluruhnya
3. Perkiraan Jumlah Pedagang Yang 6.014 6.773 NAIK
Telah Tertampung dan Yang Belum
Tertampung di Seluruh Pasar
Sumber : Dinas Pasar Kabupaten Lumajang Tahun 2013

Daya tampung pasar di Kabupaten Lumajang tahun 2013 sebagaimana tabel


berikut
:
Tabel : 2.59.
Daya Tampung Pasar di Kabupaten Lumajang Tahun 2013
No Uraian Tahun 2013
1. Luas Seluruh Pasar Daerah (m2) 169.878 m2
2. Luas Seluruh Pasar Swasta (m2) 8.500 m2
3. Luas Seluruh Pasar Yang Belum 4.000 m2
Dikelola / Tumbuh (m2)
4. Luas Pasar (1+2+3) seluruhnya (m2) 169.878 m2
5. Perkiraan Kebutuhan Luas Pasar Bagi 10.000 m2
Pedagang Yang Telah Tertampung dan
Yang Belum Tertampung di Seluruh
Pasar (m2)
Sumber : Dinas Pasar Kabupaten Lumajang Tahun 2013

Perkembangan peningkatan kelayakan pasar di Kabupaten Lumajang tahun


2012 - 2013 sebagaimana tabel berikut :
Tabel : 2.60.
Peningkatan Kelayakan Pasar
Tahun Tahun % Naik
No Uraian / Turun
2012 2013
1. Jumlah Pasar Daerah 28 29 TETAP
2. Jumlah Pasar Daerah Kondisi Baik 18 6 TURUN
(21% - 0% Bangunan Rusak)
3. Jumlah Pasar Daerah Kondisi Sedang 3 13 NAIK
(49% - 20% Bangunan Rusak)
4. Jumlah Pasar Daerah Kondisi Rusak 2 10 NAIK
Berat (80% - 50% Bangunan Rusak)
5. Jumlah Seluruh Pasar Daerah Kondisi 5 23 NAIK
Rusak
Sumber : Dinas Pasar Kabupaten Lumajang Tahun 2013
Jumlah Pasar Daerah dalam kondisi rusak meningkat dikarenakan dana
anggaran tahun 2012 dan 2013 tidak mencukupi dalam kegiatan pemeliharaan seluruh
pasar daerah, sehingga penanganannya diprioritaskan pada pasar dengan kondisi rusak
berat terlebih dahulu.
Perkembangan peningkatan kapasitas tenaga kerja pengelola pasar di
Kabupaten Lumajang tahun 2012 - 2013 sebagaimana tabel berikut :
Tabel : 2.61.
Peningkatan Kapasitas Tenaga Kerja Pengelola Pasar
Tahun Tahun % Naik /
No Uraian
2012 2013 Turun
1. Jumlah Tenaga Kerja Pasar Umum 112 142 NAIK
Daerah
2. Jumlah Tenaga Kerja Pasar Hewan 13 11 TURUN
3. Jumlah Tenaga Kerja Pasar Daerah + 125 153 NAIK
Hewan (1+2)
4. Jumlah Pasar Umum Daerah 24 25 NAIK
5. Jumlah Pasar Hewan 4 4 TETAP
6. Jumlah Pasar Daerah + Pasar Hewan 28 29 NAIK
(4+5)
Sumber : Dinas Pasar Kabupaten Lumajang Tahun 2013

2.3.2.8. Aspek Transmigrasi


Dengan bertambahnya wawasan, pemahaman dan persepsi masyarakat
tentang ketransmigrasian diharapkan minat masyarakat untuk mengikuti program
transmigrasi juga meningkat. Pada tahun 2013 telah diberangkatkan sebanyak 15 KK
dari target sebanyak 40 KK atau 37,50 persen. Hal ini disebabkan karena adanya
kebijakan pembatasan jumlah penerimaan transmigran di daerah tujuan.
Tabel : 2.62.
Terget dan Realisasi Pemberangkatan Transmigran
Kabupaten Lumajang Tahun 2013
Target Realisasi
No. Asal Transmigran Daerah Penempatan
(KK) (KK)
1 40 10 - Kec. Kedungjajang (1KK) Kab. Nunukan Prop.
- Kec. Sumbersuko (1KK) Kalimantan Timur
- Kec. Yosowilangun (5KK)
- Kec. Tempursari (2 KK)
- Kec. Kunir (1 KK)
2 5 5 - Kec. Yosowilangun (1KK) Kab. Buton Utara Prop.
- Kec. Sukodono (1 KK) Sulawesi Tenggara
- Kec. Kedungjajang (1KK)
- Kec. Tekung (1KK)
- Kec. Klakah (1KK)
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Lumajang Tahun 2013
Tabel : 2.63.
Perkembangan Jumlah Transmigran Kabupaten Lumajang Berdasarkan
Provinsi Penerima Transmigran Tahun 2007 – 2013
TAHUN (KK)
NO PROVINSI
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Sumatra Utara - - - - - - -
2 Sulawesi Tengah - - 10 15 15 10 -
3 Bengkulu 10 - 10 10 15 10 -
4 Sumatra Selatan 25 10 - - - - -
5 Kalimantan Selatan - - - - - - -
6 Sumatra Barat 10 - - - - - -
7 Gorontalo 5 - - - - - -
8 Kalimantan Timur 5 - - 10 - - 10
9 Sulawesi Selatan - 20 - - - - -
10 Sulawesi Tenggara - - - - - - 5
11 Jambi - - 10 - - - -
12 Maluku Utara - - - - - 10 -
JUMLAH 55 30 30 45 30 30 15
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Lumajang Tahun 2013

Untuk meningkatkan kerjasama antar wilayah, antar pelaku, dan antar sektor
dalam rangka pengembangan kawasan transmigrasi, pada tahun 2013 telah
direalisasikan perjanjian kerjasama lokasi transmigrasi dengan :
1) Pemerintah Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Utara lokasi penempatan
untuk 10 KK calon transmigran dengan lokasi penempatan UPT. Simanggaris SP5
Kecamatan Nunukan Kabupaten Nunukan
2) Pemerintah Kabupaten Buton Utara Propinsi Sulawesi Tenggara lokasi
penempatan untuk 5 KK calon transmigran dengan lokasi penempatan UPT.
Laeya Kecamatan Wokorumba Utara Kabupaten Buton Utara.

2.4. Aspek Daya Saing Daerah


Daya saing daerah merupakan kemampuan perekonomian daerah dalam
mencapai pertumbuhan tingkat klesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan
tetap terbuka pada persaingan dengan wilayah lain yang berdekatan maupun
secaranasional dan internasional. Aspek daya saing daerah terdiri dari kemampuan
ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber
daya manusia.
Analisis terhadap aspek daya saing daerah dapat dilakukan melalui beberapa
indikator antara lain; peningkatan PAD, investasi aset pemerintah, kondisi jalan
penghubungan, angkutan darat, jumlah pelabuhan laut/terminal, meningkatnya pola
pangan harapan, pengeluaran konsumsi rumah tangga, produktivitas total daerah,
fasilitas wilayah atau infrastruktur, penataan ruang, ketaatan terhadap RTRW, luas
lahan produktif dan sebagainya.
Selanjutnya berdasarkan sektor pertanian kontribusi sektor pertanian terhadap
PDRB sebesar 2.801.689,24 juta rupiah dan kontribusi sektor kehutanan terhadap
PDRB sebesar 67.214,62 juta rupiah. Di sektor peternakan pada tahun 2010 populasi
sapi potong sebanyak 200.577 ekor; kambing 82.972 ekor; domba 33.458 ekor; ayam
buras sebanyak 970.907 ekor; ayam ras petelur 431.036 ekor dan ayam ras pedaging
sebesar 1.512.496 ekor dan itik sebanyak 288.531 ekor. Di sektor kelautan produksi
ikan tahun 2011 tercatat sebanyak 7.027.216, dari peraiaran umum
sebanyak1.038.078dan budidaya sebanyak 2.545.738.
Dalam hal keamanan jumlah linmas diperkirakan sebanyak 12.537 orang di
desa 37 orang di linmas kabupaten 21 orang di seluruh Kecamatan se-Kabupaten
Lumajang. Selanjutnya dari sisi sumberdaya manusia yang ada khususnya berkaitan
dengan ketenagakerjaan terlihat menurut BPS tahun 2011di kabupaten Lumajang
menunjukkan angka pencari kerja sebanyak 3.868 orang dengan tingkat pendidikan
yang bervariasi. Dilihat dari tingkat pendidikan terbanyak berasal dari jenjang SLTA,
yaitu mencapai sebesar 1.355 orang. Sebaliknya paling rendah berasal dari SD, yaitu
hanya sebesar 193 orang. Sementara itu masih cukup banyak penduduk yang
terkategori sebagai pencari kerja berpendidikan SD bahkan tidak tamat SD. Menurut
catatan yang ada sebanyak 934 orang pencari kerja dengan pendidikan sekolah
menengah dan sebanyak 624 pencari kerja dengan pendidikan tamat akademi dan 762
orang dengan pendidikan sarjana. Ke depannya sangat dibutuhkan komitmen dan
sikap konsisten dari berbagai pihak untuk senantiasa memberikan dukungan
pembangunan terutama di bidang pendidikan agar terwujud cita-cita bagi
pengembangan sumber daya manusia yang benar-benar bekualitas.
Tidak dapat dipungkiri bahwa seluruh aktivitas masyarakat bergantung pada
moda pergerakan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pergerakan dalam kota dan
mempermudah akses antar daerah di Kabupaten Lumajang perlu ditingkatkan baik
dari segi kualitas maupun kuantitas dari angkutan kota yang ada. Dalam pengaturan
rute angkutan dalam Kabupaten Lumajang ditekankan rute tersebut mampu
memberikan pelayanan semaksimal mungkin untuk pergerakan penduduk dari
kawasan permukiman ke kawasan pusat pelayanan ataupun dengan kawasan
permukiman lainnya. Dengan demikian diharapkan setiap kawasan yang ada di
Kabupaten Lumajang memilki akses mudah dengan kawasan-kawasan lainnya.
Besarnya tingkat pergerakan penduduk harus ditunjang dengan oleh sarana
dan prasarana transportasi yang memadai. Salah satu sarana utama penunjang untuk
menunjang pergerakan penduduk adalah kendaraan penunpang umum. Dalam
perencanaan angkutan umum ini harus ada keterpaduan rute angkutan umum sehingga
tidak terjadi tumpang tindih rute dan jangkauan pelayanan dapat menjadi lebih luas
dan berkembang. Sedangkan rute angkutan umum antar kota direncanakan dapat
melayani pergerakan penumpang dengan tujuan antar kota. Adapun arahan sarana
angkutan umum adalah rencana pengembangan rute angkutan umum dengan rute :
a. Senduro - Gucialit – Sukodono ,
b. Rute Pasrujambe – Tempeh,
c. Rute Yosowilangun – Tempeh,
d. Rute Candipuro – Pasrujambe,
e. Rute Pasirian –Tempursari,
f. Rute Tempursari – Pronojiwo.

Rencana jaringan jalan Kabupaten Lumajang terdiri dari pengembangan


jaringan jalan baru dan peningkatan jalan yang ada. Pengembangan jaringan jalan
baru meliputi Jalan Lintas Selatan (JLS) sebagai bagian dari jalan strategis nasional
serta jalan bypass barat perkotaan yang melalui ruas Sukodono – Kedungjajang.
Sedangkan untuk peningkatan jaringan jalan meliputi :
a. Jalan nasional kolektor primer 2 meliputi 10 ruas;
b. Jalan provinsi kolektor primer 3 meliputi 6 ruas;
c. Jalan strategis provinsi meliputi 3 ruas;
d. Jalan kabupaten kolektor primer 4 meliputi 15 ruas;
e. Jalan kabupaten local primer meliputi 22 ruas;
f. Jalan strategis kabupaten meliputi Jalur Lingkar Timur Perkotaan dan Jalur
Lingkar Luar Kabupaten;
g. Jalan local primer antara PKL dengan PKLing meliputi 109 ruas; dan
h. Jalan lingkungan primer tersebar di seluruh wilayah kabupaten.
Salah satu pengembangan jaringan jalan adalah Jalan Lintas Selatan yang
merupakan Jalan Strategis Nasional. Adapun progres pembangunan Jalan Lintas
Selatan Kabupaten Lumajang sampai dengan tahun 2013 sebagai berikut:
RPJMD Kabupaten Lumajang Tahun 2015-2019

Tabel. 2.64.
Progres Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS) Kabupaten Lumajang sampai dengan Tahun 2013
Progres Pembebasan
Progres Penanganan fisik
Lahan
Jalan Jembatan
No Nama ruas
Jumlah (Km)
Badan Jalan Jalan Aspal
Rencana Rencana Realisasi Sisa
(Km) (Km)
(Km)
Realisasi Sisa Realisasi Sisa (Bh) (m) (Bh) (m) (Bh) (m) Rencana Realisasi Sisa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Bts. Malang (Bulurejo) 22,66 0,00 22,66 0,00 22,66 50,00 755,00 1,00 40,00 49,00 715,00 22,66 0,60 22,06
– Pertigaan Dampar
2 Pertigaan Dampar – 8,00 2,00 6,00 0,00 8,00 5,00 320,00 0,00 0,00 5,00 320,00 8,00 2,00 6,00
Bago
3 Jarit - Bago 7,80 7,80 0,00 4,00 3,80 2,00 18,00 0,00 0,00 2,00 18,00 7,80 7,80 0,00
4 Bago – Selokanyar 4,60 4,60 0,00 0,00 4,60 4,00 20,00 4,00 20,00 0,00 0,00 4,60 4,60 0,00
5 Selokanyar – 6,30 6,30 0,00 0,00 6,30 4,00 413,00 4,00 413,00 0,00 0,00 6,30 6,30 0,00
Pandanwangi
6 Pandanwangi - 4,90 4,90 0,00 0,00 4,90 5,00 33,00 5,00 33,00 0,00 0,00 4,90 4,90 0,00
Jatimulyo
7 Jatimulyo – Wotgalih 4,10 4,10 0,00 0,00 4,10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,10 4,10 0,00
8 Wotgalih – Bts. Jember 4,00 2,42 1,58 1,00 3,00 2,00 112,00 2,00 112,00 0,00 0,00 4,00 4,00 0,00

Jumlah 62,36 32,13 30,24 5,00 57,36 72,00 1.671,00 16,00 618,00 56,00 1.053,00 62,36 34,30 28,06

II-78
RPJMD Kabupaten Lumajang Tahun 2015-2019

Peta Jalan Lintas Selatan

II-79

Anda mungkin juga menyukai