GAMBARAN UMUM
WILAYAH KABUPATEN SIGI
2.1.4 Demografi
Penyebaran penduduk di Kabupaten Sigi di 15 kecamatan tidak tersebar secara
merata. Jumlah penduduk menurut kecamatan dalam angka tahun 2018 yaitu
241,991 jiwa. Untuk lebih detailnya jumlah penduduk di setiap kecamatan dapat
dilihat pada table 2.2
Tabel 2.2 jumlah penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Sigi, tahun 2018
Jumlah Penduduk (Jiwa)
No Kecamatan Luas (Ha)
Perempuan Laki -laki Total
1 Pipikoro 104.818,66 4215 4415 8630
2 Kulawi Selatan 39.807,14 4446 4895 9341
3 Kulawi 117.178,23 7612 8036 15648
4 Lindu 54.859,67 2449 2751 5200
5 Nokilalaki 7.596,8 3060 3139 6199
6 Palolo 64.900,40 14342 15793 30135
7 Gumbasa 18.918,32 6229 6651 12880
8 Dolo Selatan 57.047,32 7682 8236 15922
9 Dolo Barat 9.194,18 6827 7020 13847
10 Tanambulava 5.895,23 4235 4449 8684
11 Dolo 5.801,64 10940 11755 22695
12 Sigi Biromaru 30.405,93 23204 29026 52230
13 Marawola 3.842,44 11563 11558 23121
14 Marawola Barat 16.553,88 3494 3532 7026
15 Kinovaro 6.439,13 5151 5282 10433
Kabupaten Sigi 537,457.33 115449 126538 241991
Sumber: Kecamatan Dalam Angka Tahun 2018
dari table di atas dapat dilihat jumlah penduduk di Kabupaten Sigi. Jumlah penduduk
akan berpengaruh pada kajian risiko bencana. Sebaran jumlah penduduk pada suatu
wilayah terdampak bencana akan memberikan potensi terhadap jumlah penduduk
yang terpapar setiap bencana. Semakin tinggi jumlah penduduk di suatu wilayah yang
memiliki potensi besar terhadap bencana, semakin banyak jumlah penduduk terpapar
bencana.
b. Tanah Longsor
Tanah longsor atau Gerakan tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng,
dapat berupa batuan asli, tanah pelapukan, bahan timbunan atau kombinasi dari
material - material tersebut yang bergerak kearah bawah dan keluar lerang. Tanah
longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan yang
menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi
ke tempat yang lebih rendah. Pergerakan tersebut terjadi karena adanya factor gaya
yang terletak pada bidang tanah yang tidak rata atau disebut dengan lereng.
Selanjutnya, gaya yang menahan massa tanah disepanjang lereng tersebut
dipengaruhi oleh kedudukan muka ir tanah, sifat fisik tanah, dan sudut dalam
tahanan geser tanah yang bekerja di sepanjangan bidang.
Factor penyebab tanah longsor alamiah meliputi morfologi permukaan bumi yang
berhubungan dengan lereng, penggunaan lahan, jenis tanah dan litologi, struktur
geologi dan curah hujan. Selain factor alamiah, juga disebabkan oleh factor
aktivitas manusia yang mempengaruhi suatu bentang alam, seperti kegiatan
pertanian, pembebanan lereng, pemotongan lereng, dan penambangan (Dwikorita
Karnawati, 2005).
e. Banjir bandang
Banjir bandang merupakan banjir yang sifatnya cepat dan pada umumnya
membawa material tanah (berupa lumpur), batu dan kayu. Akibat dari kecepatan
aliran banjir yang disertai dengan material tersebut, maka biasanya banjir bandang
ini sifatnya sangat merusak dan menimbulkan korban jiwa pada daerah yang dilalui
disebabkan tidak sempatnya dilakukan evakuasi pada saat kejadian, dan kerusakan
pada bangunan terjadi karena gempuran banjir yang membawa material (Seno Adi,
2013)
Beberapa factor yang diyakini menjadi penyebab terjadinya bencana banjir
bandang adalah sebagai berikut :
Curah hujan yang ekstrem tinggi
Geomorfologi yang bergunung dan lereng curam
Formasi geologi terdiri dari batuan vulkanik muda
Vegetasi penutup tidak mendukung penyerapan air hujan seperti hutan
gundul dan lahan kritis
Perubahan tutupan lahan, khususnya dari vegetasi hutan menjadi non hutan
Kejadian longsor yang menyebabkan terbendungnya sungai dibagian hulu
Perilaku manusia/masyarakat yang eksploitatif terhadap lingkungan
sehingga pemanfaatan lahan tanpa dilakukan konservasi tanah dan air.
f. Gempa bumi
Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam
bumi secra tiba – tiba yang ditandi dengan patahnya lapisan batuan pada kerak
bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempa bumi dihasilkan dari
pergerakan lempeng – lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan
kesegala arah berupa gelombang gempa bumi sehingga efeknya dapat dirasakan
sampai ke permukaan bumi (BMKG). Gempa bumi juga dapat diakibatkan aktifitas
gunung berapi, tanah longsor dan meteor yang menumbuk bumi. Menurut teori
lempeng tektonik, kerak bumi terpecah – pecah menjadi beberapa bagian yang
disebut lempeng.
Akibat pergerakan lempeng maka di sekitar perbatan lempeng akan terakumulasi
energi, dan jika lapisan batuan telah tidak mampu menahannya maka energi akan
terlepas yang menyebabkan terjadinya patahan ataupun deformasi pada lapisan
kerak bumi dan terjadilah gempa bumi tektonik. Disamping itu akibat adanya
pergerakan lempeng tadi terjadi patahan (sesar) pada lapisan bagaian atas kerak
bumi yang merupakan pembangkit kedua terjadinya gempa bumi tektonik. Jadi
sumber – sumber gempa bumi keberadaannya ada pada perbatasan lempeng –
lempeng tektonik dan patahan – patahan aktif.
Gambar
Indonesia merupakan salah satu wilayah yang sangat aktif terhadap gempa bumi,
karena terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dan satu lempeng
tektonik kecil. Ketiga lempeng tektonik itu adalah lempeng tektonik Indo-
Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik serta lempeng kecil Filipina.
Lempeng Indo-Australia bergerak menyusup dibawah lempeng Eurasia, demikian
pula lempeng pasifik bergerak kearah barat. Pertemuan lempeng tektonik Indo-
Australia dan Eurasia berada di laut merupakan sumber gempa dangkal dan
menyusup kearah utara sehingga di bagian barat berturut – turut ke utara di sekitar
Jawa – Nusa tenggara merupakan sumber gempa menengah dan dalam. Gempa –
gempa dangkal di bagian timur Indonesia selain berasosiasi dengan pertemuan
lempeng (trench) juga disebabkan oleh patahan – patahan aktif, seperti patahan
Palu Koro, patahan Sorong, patahan Seram, dan lain-lain. Beberapa tempat di
Sumatera, Jawa, Nusa tenggara, Maluku, Sulawesi dan Irian rentan terhadap
bencana gempa bumi baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung seperti
tsunami dan longsor.
g. Likuefaksi
Likuefaksi sering terjadi sebagai akibat dari peristiwa gempa bumi. Likuefaksi
adalah berkurangnya/hilangnya daya dukung tanah pasir akibat
berkurangnya/hilangnya tekanan antar butir – butir pasir (inter-granular stress).
Gempa bumi akan menimbulkan Gerakan siklik dan hal ini akan menaikkan
tegangan air pori pada tanah pasir yang jenuh air. Tegangan air pori akan
meningkat sampai batas tertentu sehingga dapat memisahkan kontak antara butir –
butir pasir. Akibat yang ditimbulkan adalah hilangnya tekanan antar butir, padahal
tekanan antar butir ini sangat diperlukan dalam rangka menimbulkan tegangan
geser. Apabila tegangan geser antar butir menjadi minimum atau nol, maka
kekuatan tanah pasir akan hilang. Kondisi tersebut adalah kondisi Likuefaksi yang
mana tanah pasir akan menjadi menyerupai bubur dan hamper tak mempunyai
kekuatan lagi. (Widod, 2012).
Untuk mengetahui pada saat saat mendatang apakah di suatu lokasi akan terjadi
likuefaksi dapat diidentifikasi melalui hal – hal sebagai berikut :
1) Apakah di lokasi itu terdapat hubungan yang sudah baku antara parameter
gempa (misalnya percepatan tanah dan magnitude gempa) dengan
intensitas gempa? (Apabila sudah ada hubungan yang baku pada
umumnya).
2) Likuefaksi akan terjadi apabila intensitas gempa ditempat itu MMI > VI
(skala 12).
3) Apakah terdapat tanah pasir jenuh air pada kedalaman antara 0,80 – 15,0
meter, karena likuefaksi umumnya terjadi pada rentang kedalaman itu.
Apabila tidak ada air – tanah yang tinggi maka likuefaksi tidak akan terjadi.
4) Apakah apada situs ini mempunyai geomorfologi pada kurang baik
misalnya pada endapn pasir di sungai, endapan pasir pada delta sungai,
endapan pasir di suatu danau, atau suatu endapan pasir yang sudah
tertimbun?
5) Apakah di daerah itu sudah pernah terjadi likuefaksi sebelumnya?, apabila
sudah maka kemungkinan akan terjadi lagi, apabila belum tinggal prasarat
untuk terjadi likuefaksi dipenuhi atau tidak.
6) Apakah ada bukti – bukti lain di sekitarnya misalnya ada pohon atau
bangunan yang tumbang/terguling akibat gempa itu?
7) Apakah butir – butir tanah pasirnya halus (diameter <0,30 mm) dan tidak
padat?, apabila tidak maka kevil sekali kemungkinan terjadinya likuefaksi.
Berdasarkan DIBI, catatatb kejadian bencana Kabupaten Sigi dimulai dari tahun 2011
sampai tahun 2016 telah mengalami 10 kali kejadian bencana. Kejadian tersebut
disebabkan oleh 4 (empat) jenis bencana, yaitu banjir. Cuaca ekstrem, banjir bandang
dan tanah longsor. Adapun catatan kejadian bencana di Kabupaten sigi dapat dilihat
pada tabel berikut .
Tabel diatas memperlihatkan bahwa bencana banjir merupakan bencana yang paling
banyak sering terjadi di Kabupaten Sigi yaitu 15 (lima belas) kali kejadian dengan
dampak yang ditimbulkan yaitu 10 (sepuluh) korban jiwa, 28 luka – luka, 5.039 orang
mengungsi, 235 unit rumah rusak berat, 122 unit rumah rusak ringan dan 1.011 unit
rumah terendam.
Berdasarkan DIBI terdapat beberapa jenis bencana yang pernah terjadi di kabupaten
Sigi yaitu banjir, cuaca ekstrem, banjir bandang dan tanah longsor. Selain 4 (empat)
jenis bencana tersebut, Kabupaten sigi masih menyimpan potensi bencana lainnya.
Sementara itu, dilihat dari hasil pengkajian risiko bencana, ada beberapa tambahan
potensi potensi bencana yang sewaktu – waktu dapat terjadi di kabupaten sigi. Adapun
seluruh potensu bencana yang telah disepakati dengan daerah di Kabupaten Sigi dapat
dilihat pada tabel berikut.
Berdasarkan tabel diatas terlihat 8 (delapan) jenis bencana yang berpotensi terjadi di
kabupaten sigi. Jenis -jenis bencana tersebut akan dilakukan pengkajian risiko di Kabupaten
Sigi.