Anda di halaman 1dari 8

Luas Wilayah dan Administrasi Kabupaten Bantul

Bantul merupakan salah satu kabupaten yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kabupaten Bantul terkenal akan wisata alam dan pantainya yang indah, yang membuat objek
wisatanya sering dikunjungi dan dicari wisatawan lokal maupun mancanegara. Beberapa
pantai yang terkenal di Kabupaten Bantul adalah Pantai Parangtritis dan Pantai
Parangkusumo, kedua pantai tersebut telah menjadi ikon pariwisata di Yogyakarta sejak
lama.
Secara geografis Kabupaten Bantul terletak pada 07º44'04" 08º00'27" Lintang
Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Bantul merupakan
wilayah daerah dataran yang terletak pada bagian tengah serta wilayah perbukitan pada
wilayah bagian timur dan barat Kabupaten Bantul. Kabupaten Bantul berbatasan langsung
dengan beberapa Kabupaten/Kota yang di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
diantaranya:
a) Sebelah Barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Kulon Progo
b) Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman
c) Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia
d) Sebelah Timur berbatasan langsung dengan Samudera Hindia Kabupaten Gunung
Kidul.

Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah 506,85 Km2, terdiri dari 17 kecamatan di mana luas
per kecamatan lebih dari 18 kilometer persegi.yang dibagi menjadi 75 desa dan 933 pedukuhan.
Dlingo adalah kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas, yaitu 55,87 Km2, sementara
Srandakan adalah kecamatan dengan wilayah paling sempit, yaitu 18,32 Km2. Jumlah desa dan
pedukuhan terbanyak terdapat di Kecamatan Imogiri dengan 8 desa dan 72 pedukuhan dan
paling sedikit di Kecamatan Srandakan dengan 2 desa dan 43 pedukuhan. Berikut peta
administrasi Kabupaten Bantul :
Kecamatan yang memiliki luas paling sempit adalah Kecamatan Srandakan. Kecamatan
Dlingo merupakan kecamatan yang wilayahnya paling luas di antara kecamatan-kecamatan
yang lainnya. Masing-masing kecamatan tersebut memiliki luas wilayah seperti ditampilkan
pada tabel berikut:

Tabel luas daerah dan jumlah pulau menurut Kecamatan di Kabupaten Bantul, 2021.

Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas Total Area


(Subdistrict) (Capital of subdistrict) (Km2/sq.km)
Srandakan Trimurti 18,32
Sanden Murtigading 23,16
Kretek Donotirto 26,77
Pundong Srihardono 23,68
Bambanglipura Sidomulyo 22,70
Pandak Wijirejo 24,30
Bantul Bantul 21,95
Jetis Sumberagung 24,30
Imogiri Imogiri 54,49
Dlingo Dlingo 55,87
Pleret Pleret 22,97
Piyungan Srimulyo 32,54
Banguntapan Baturetno 28,48
Sewon Panggungharjo 27,16
Kasihan Tirtonirmolo 32,38
Pajangan Sendangsari 33,25
Sedayu Argorejo 34,36
Bantul 506,85

Kondisi Topografi Kabupaten Bantul


Kondisi topografi Kabupaten Bantul terdiri dari 40% dataran rendah dan separuhnya (60%)
daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar terdiri dari :
a) Bagian barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari
utara ke selatan seluas 89,86 km2 (17,73% dari seluruh wilayah)
b) Bagian tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur
210.94 km2 (41,62%)
c) Bagian timur, adalah daerah yang lain, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih
baik dari bagian barat, seluas 206,05 km2 (40,65%)
d) Bagian selatan, sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian tengah dengan keadaan
alamnya yang berpasir dan sedikit berlaguna, terbentang di pantai selatan dari Kecamatan
Srandakan, Sanden dan Kretek.
Berikut ini adalah rencana tata ruang wilayah dari berbagai kecamatan yang ada di
Kabupaten Bantul. Rencana tata ruang wilayah inilah yang menjadi garis besar arah
pengembangan kabupaten Bantul. Ketentuan ini juga menjadi acuan pemilihan tapak pada
proyek Pusat Penelitian Gula di Kabupaten Bantul. Rencana tata ruang wilayah yang ada
terbagi dalam enam Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) sebagai berikut :
1) SWP I: Kecamatan Sedayu, Pajangan, dan sebagian kecamatan Kasihan
 Bagian Utara: kawasan pertanian, agrobisnis, perdagangan, jasa dan
pendidikan
 Bagian Selatan : kawasan industri non-polutan, perdagangan, jasa dan
permukiman
2) SWP II: Kecamatan Kasihan, Banguntapan, dan sebagian Kecamatan Pleret (Desa
Pleret)
 Bagian Utara: kawasan aglomerasi
 Bagian Selatan: kawasan permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa.
3) SWP III: Kecamatan Piyungan dan sebagian Kecamatan Pleret ( Desa Wonolelo,
Bawuran dan Segoroyoso)
 Bagian Utara : kawasan industri, perdagangan, jasa, pertanian dan
permukiman
 Bagian Selatan: kawasan pertanian dan wisata budaya
4) SWP IV: Kecamatan Srandakan, Sanden, dan kecamatan Kretek
 Bagian Utara : kawasan pertanian, lahan basah, agrobisnis, dan permukiman
 Bagian Selatan : kawasan alam, budaya, dan perikanan
5) SWP V: Kecamatan Bantul dan Sewon
 Bagian Utara : pusat pemerintahan, perumahan, perdagangan dan jasa
 Bagian Selatan: kawasan pertanian
6) SWP VI: Kecamatan Imogiri dan Dlingo
 Bagian Utara : kawsan pertanian
 Bagian Selatan: kawasan pertanian
Untuk mendukung program kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru, maka
tiga kecamatan telah dijadikan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru, yaitu Kecamatan
Piyungan, Pundong, dan Srandakan. Selain penataan wilayah seperti tersebut di atas,
pembangunan di Kabupaten Bantul juga mengacu pada Perda No. 01 tahun 1994 tentang
Rencana Umum Tata Ruang Daerah Kabupaten Bantul yang menunjukkan pemanfaatan
ruang wilayah. Pembagian pemanfaatan ruang di Kabupaten Bantul secara garis besar
dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Budidaya Pertanian, terdiri dari:
 Kawasan Lahan Basah Non Irigasi
 Kawasan Lahan Basah Irigasi
 Kawasan Pertanian Lahan Kering
2. Budidaya Non Pertanian, terdiri dari:
 Kawasan Industri
 Kawasan Perumahan Baru
 Kawasan Perkotaan
 Kawasan Pariwisata
Kondisi Geologi Kabupaten Bantul
Terdapat setidaknya tujuh jenis tanah di Kabupaten Bantul yaitu, tanah Rendzina,
Alluvial, Grumosol, Latosol, Mediteran, Regosol, dan Litosol. Dari ketujuh jenis tanah tersebut,
jenis tanah Regosol merupakan jenis tanah yang paling dominan dan mempunyai tingkat
kesuburan paling tinggi dan sangat cocok untuk digunakan sebagai lahan pertanian. Jenis tanah
Regosol merupakan jenis tanah yang dominan di wilayah Kabupaten Bantul. Jenis tanah ini
tersebar pada Kecamatan Kasihan, Sewon, Banguntapan, Jetis, Bantul, dan Bambanglipuro.
Tanah Regosol adalah tanah yang berasal dari material gunung berapi, bertekstur (mempunyai
butiran) kasar bercampur dengan pasir, dengan solum tebal dan memiliki tingkat kesuburan
tinggi.
Menurut klasifikasi iklim Koppen, Bantul memiliki iklim muson tropis. Sama seperti
daerah lain di Indonesia, musim hujan di Bantul dimulai bulan Oktober hingga Maret, dan
musim kemarau bulan April hingga September. Rata-rata curah hujan di Bantul adalah 90,76
mm, dan bulan yang paling tinggi curah hujannya adalah Desember, Januari, dan Februari. Suhu
udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata 30 derajat Celsius.
Mengenai sebaran pemanfaatan lahan yang ada di Kabupaten Bantul. Penggunaan lahan
diklasifikasikan menjadi kampung, sarana sosekbud, pertanian, perhubungan, perindustrian,
pariwisata, pertambangan, hutan, dan air permukaan. Data penggunaanlahan ini merupakan salah
satu acuan dasar dalam megetahui kesesuaian tipologi bangunan dengan jenis penggunaan lahan
yang diizinkan di Kabupaten Bantul. Berikut peta Geologi Kabupaten Bantul :

CURAH HUJAN

Tabel jumlah curah hujan (CH) dan Hari Hujan (HH) menurut stasiun pemantau per
bulan di Kabupaten Bantul, 2021.

Stasiun Pemantau
Bulan Ringinharjo Nyemengan
CHmm HHmm CHmm HHmm
Januari 8,40 22 10,80 17
Februari 9,90 15 10,60 15
Maret 5,60 15 5,70 7
April - - 7,20 8
Mei - - - -
Juni - - 7,90 5
Juli - - 0,80 3
Agustus 3,90 10 - -
September 1,40 7 4,40 5
Oktober 3,30 6 4,60 8
November 12,40 23 18,40 22
Desember 6,10 21 8,30 21

Stasiun Pemantau
Bulan Gandok Kota Gede
CHmm HHmm CHmm HHmm
Januari 16,00 21 11,40 18
Februari 13,60 19 14,30 18
Maret 5,70 18 4,30 11
April 4,30 10 9,30 7
Mei 0,30 2 0,10 1
Juni 6,90 10 4,40 7
Juli 0,50 1 0,70 1
Agustus 0,70 4 0,10 2
September 3,40 7 4,40 5
Oktober 3,90 7 0,70 7
November 15,00 24 0,10 24
Desember 8,50 21 1,80 20

Stasiun Pemantau
Bulan Pundong Barongan
CHmm HHmm CHmm HHmm
Januari 13,00 22 10,70 22
Februari 16,60 16 11,00 21
Maret 4,80 14 6,40 16
April 6,60 8 5,40 10
Mei - - - -
Juni 4,50 6 9,20 14
Juli 0,40 2 - -
Agustus 1,00 4 0,10 3
September 2,50 5 4,10 4
Oktober 6,30 8 4,00 8
November 11,40 23 15,90 23
Desember 8,80 20 7,70 20

Stasiun Pemantau
Bulan Ngetal Kebonongan
CHmm HHmm CHmm HHmm
Januari 10,50 21 21,20 18
Februari 11,80 23 34,80 22
Maret 4,90 14 13,60 16
April 5,20 10 11,70 10
Mei - - - -
Juni 4,50 8 10,50 5
Juli - 1 0,20 1
Agustus 0,50 3 1,30 4
September 3,20 4 4,30 5
Oktober 4,50 10 12,20 9
November 15,10 23 22,60 23
Desember 7,90 25 12,50 24

Stasiun Pemantau
Bulan Piyungan Sedayu
CHmm HHmm CHmm HHmm
Januari 6,70 14 10,10 19
Februari 9,10 14 10,60 19
Maret 4,80 12 4,70 17
April 8,30 9 3,80 9
Mei 0,30 1 0,10 2
Juni 3,80 8 7,20 7
Juli 0,10 1 0,30 1
Agustus - - 0,90 7
September 2,40 4 1,70 9
Oktober 3,00 4 1,70 8
November 15,50 17 11,30 22
Desember 4,20 12 4,30 20

Stasiun Pemantau
Bulan Ngestiharjo Dlingo
CHmm HHmm CHmm HHmm
Januari 11,40 19 12,20 21
Februari 12,30 21 15,60 19
Maret 3,20 14 3,50 11
April 7,40 10 8,00 9
Mei 0,10 1 - -
Juni 9,10 11 5,20 11
Juli 1,00 3 - 1
Agustus 0,70 5 1,40 4
September 3,60 6 2,10 5
Oktober 2,70 9 4,20 7
November 14,60 23 18,90 28
Desember 8,20 21 6,60 29

Stasiun Pemantau
Bulan Karangploso
CHmm HHmm
Januari 16,40 16
Februari 16,20 15
Maret 3,80 6
April 9,60 8
Mei - -
Juni 3,70 6
Juli 0,80 1
Agustus - -
September 1,70 5
Oktober 5 5
November 19,90 23
Desember 7,20 13

Anda mungkin juga menyukai