Anda di halaman 1dari 18

Penyusunan Pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Rendang

L A P O R A N P E N D A H U L U A N III-1

3.1. BATAS ADMINISTRASI
Kecamatan Rendang adalah sebuah kecamatan di
Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia. Luasnya
wilayah Kecamatan Rendang adalah 10.970 Ha.
Kecamatan Rendang menjadi kecamatan yang
memiliki nilai sangat penting karena di kecamatan ini
terdapat Pura Besakih yang merupakan Pura Sad
Kahyangan dan merupakan Pura Besakih merupakan
pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali.
Batas-batas administrative Kecamatan Rendang adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kecamatan Kubu, Kabupaten Bangli
Sebelah Selatan : Kecamatan Bebandem, Kabupaten Klungkung
Sebelah Barat : Kecamatan
Sebelah Timur : Kecamatan Selat
.
Secara administrasi, kecamatan Rendang terdiri dari 6 Desa yaitu Desa Pesaban, Desa
Nongan, Desa Rendang, Desa Menanga, Desa Besakih dan Desa Penempatan. Luas wilayah
Kecamatan Rendang adalah 10.970 Ha.
Untuk lebih jelasnya mengenai orientasi Kecamatan Rendang, dapat dilihat pada berikut
pada peta administrasi Kecamatan Rendang.

3.2. Kondisi Fisik Dasar
3.2.1. Topografi
Kawasan Kecamatan Rendang merupakan kecamatan yang berada di wilayah dengan
ketinggian yang berkisar antara 100 - <500 meter diatas permukaan laut. Hal ini berarti seluruh
wilayah kecamatan Rendang berupa kawasan perbukitan dan pegunungan.
3.2.2. Kemiringan/Kelerengan
Kemiringan lereng di wilayah Kecamatan Rendang termasuk ke dalam wilayah dengan
kemiringan 15-25% yang merupakan daerah agak curam (moderately steep).

Penyusunan Pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Rendang



L A P O R A N P E N D A H U L U A N III-2

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kecamatan Rendanga
Penyusunan Pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Rendang



L A P O R A N P E N D A H U L U A N III-3

3.2.3. Klimatologi
Secara umum temperatur udara rata-rata 27,50C dengan suhu minimum antara 220C -
240C dan suhu maksimum 310C - 340C. Kelembaban udaranya berkisar antara 70 - 90%. Curah
hujan sangat dipengaruhi oleh angin tropis yang berganti setiap 6 bulan. Musim kemarau
terjadi sekitar bulan Mei - Oktober, sedangkan musim hujan terjadi antara bulan Nopember
sampai April. Curah hujan terbanyak adalah pada bulan januari dengan rata-rata curah hujan
698 mm dengan rata-rata hari hujan 23 hari.

3.2.4. Jenis Tanah
Jenis tanah (soil great group) di wilayah studi tergolong ke dalam tanah: Epiaquands,
Duraquands, Ustivitrands, Udivitrands, Hapludands, Eutropepts, Ustropepts, dan Hapludalfs
(Puslittanak, 1994). Bahan induk tanah di kawasan ini terdiri dari breksi-lava tertutup tuf, tufa
breksi dan tufa abu volkanik.
No
Jenis
tanah/soil
great grup
Bahan
induk
Landform
Bentuk
wilayah
Penggunaan
lahan
Iklim
1. Epiaquands Tufa abu
volkanik
Lereng bawah
kerucut volkan
Berombak-
bergelombang
Sawah D
2. Duraquands Tufa abu
volkanik
Lereng bawah
kerucut volkan
Berombak-
bergelombang
Sawah B
3. Ustivitrands Tufa abu
volkanik
kerucut volkan Berombak-
berbukit
kebun/tegalan D
4. Udivitrands Tufa abu
volkanik
kerucut volkan Berombak-
sangat curam
kebun/tegalan B
5. Hapludands Breksi-lava
tertutup
tuf
kerucut volkan Berombak-
sangat curam
kebun/tegalan B
6. Eutropepts Breksi-lava
tertutup
tuf
kerucut volkan Bergelombang
-sangat curam
Kebun D
7. Ustropepts Tufa abu
volkanik
kerucut volkan Datar-sangat
curam
kebun/tegalan D
8. Hapludalfs Tufa abu
volkanik
Perbukitan
volkan
Bergelombang
-terjal
kebun/tegalan B


Penyusunan Pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Rendang



L A P O R A N P E N D A H U L U A N III-4

3.2.5. Kedalaman Efektif Tanah
Wilayah Kabupaten Karangasem sebagian
terbesar wilayahnya (54,552 Ha atau 64,98%)
merupakan wilayah dengan kedalaman efektif tanah >
90 cm. Kedalaman efektif tanah di Kecamatan
Rendang adalah 231 Ha pada kedalaman <30 cm, 925
Ha untuk kedalaman 60-90 cm dan 9814 Ha untuk
kedalaman <90 cm

3.3. Pemanfaatan Ruang
3.3.1. Penggunaan Lahan
Ditinjau dari penggunaan lahan, lahan di wilayah studi dikategorikan menjadi 2 bagian
besar penggunaan lahan, yaitu untuk lahan sawah dan bukan lahan sawah yang meliputi:
tegalan, perkebunan, permukiman, kuburan dan lainnya.
Berdasarkan data penggunaan lahan Tahun 2012 (Kecamatan Dalam Angka tahun 2013
yang dikeluarkan BPS), prosentase penggunaan lahan terbesar adalah penggunaan lahan lain-
lain yaitu sebesar 47%, sawah 9%, tegalan sebesar 29% dan untuk kegiatan perkebunan
sebesar 12%. Secara lebih rinci uraian dari masing-masing penggunaan lahan ini akan
dijelaskan sebagai berikut seperti pada Gambar 3.2.
1. . Sawah
Penggunaan lahan untuk sawah di wilayah studi
bukan merupakan penggunaan lahan yang dominan.
Berdasarkan data Tahun 2013 luas lahan untuk
sawah hanya seluas 983 Ha atau 9% dari total luas
wilayah studi.
2. Tegalan
Penggunaan lahan untuk tegalan merupakan penggunaan lahan yang relatif cukup besar
di wilayah studi yaitu seluas 3215 Ha atau 29%.

Penyusunan Pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Rendang



L A P O R A N P E N D A H U L U A N III-5

3. Permukiman
Secara keseluruhan penggunaan lahan permukiman
berdasarkan data Tahun 2013. Penggunaan lahan untuk lahan
permukiman yang terbesar adalah di Kecamatan Rendang yaitu
seluas 322 Ha.
4. Perkebunan
Penggunaan lahan perkebunan merupakan penggunaan lahan yang relatif cukup besar di
wilayah studi yaitu seluas 1307 Ha atau 12% dari total luas wilayah studi.
5. Kuburan
Berdasarkan data Tahun 2013, penggunaan lahan untuk kuburan di wilayah studi adalah
seluas 29.1 Ha atau 0,1% dari total luas wilayah studi.
6. Lainnya
Penggunaan lahan untuk kegiatan lain-lain di wilayah studi adalah seluas 5112.9 Ha atau
47% dari luas penggunaan lahan di wilayah perencanaan.
Tabel 3.2 Penggunaan Lahan di Wilayah Studi Tahun 2013
Desa/Kelurahan
Luas
(km2)
sawah tegalan pekarangan perkebunan kuburan lainnya
pesaban
3.22 229.5 7.2 19 51 0.5 14.8
nongan
6.43 458.62 18.6 37.88 102 4.5 20.4
rendang
9.64
214.88
379.4 69.22 273 1.5 26
Menanga
15.4 80 462 58.5 451 5.6 482.9
Besakih
21.23 0 1127.6 47.9 103 3.5 841
pempatan
53.78 0 1220.2 89.5 327 13.5 3727.8
Total
78 983 3215 322 1307 29.1 5112.9
Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2013






Penyusunan Pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Rendang



L A P O R A N P E N D A H U L U A N III-6

Gambar 3.3 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Rendang
Penyusunan Pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Rendang



L A P O R A N P E N D A H U L U A N III-7

Berikut diagram penggunaan lahan di Kecamatan Rendang.


3.3.2. Fasilitas Lingkungan
A. Fasilitas Pendidikan
Secara umum fasilitas pendidikan di Kecamatan Rendang cukup lengkap mulai dari
jenjang pendidikan TK sampai dengan SMA.. Fasilitas pendidikan tingkat SD merupakan
jenis fasilitas pendidikan yang paling banyak yaitu 2 buah.
Tabel 3.4 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Rendang Tahun 2013
Desa
TK SD
SMP SMA
jumlah
sekolah
jumlah
siswa
jumlah
guru
jumlah
sekolah
jumlah
siswa
jumlah
guru
jumlah
sekolah
jumlah
siswa
jumlah
guru
jumlah
sekolah
jumlah
siswa
jumlah
guru
Pesaban
1 38 3 2 209 11 0 0 0 0 0 0
Nongan
1 22 5 6 529 36 0 0 0 0 0 0
Rendang
1 170 10 5 596 26 1 701 45 2 910 53
Menanga
1 39 3 6 649 31 1 196 28 0 0 0
Besakih
1 37 5 6 822 28 1 45 9 0 0 0
Pempatan
1 20 6 8 1060 40 1 676 45 0 0 0
Total
6 326 32 33 3865 172 4 1618 127 2 910 53
Sumber : Kecamatan Kecamatan Rendang dalam Angka Tahun 2011
sawah
9%
tegalan
29%
pekarangan
3%
perkebunan
12%
kuburan
0%
lainnya
47%
Penyusunan Pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Rendang



L A P O R A N P E N D A H U L U A N III-8

B. Fasilitas Kesehatan
Guna memberikan pelayanan kesehatan kepada penduduknya, maka Kecamatan Rendang
tersedia berbagai jenis fasilitas kesehatan. Jumlah dan persebaran fasilitas kesehatan di
Kecamatan Kecamatan Rendang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.5
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Rendang Tahun 2013
Desa klinik puskesmas pustu polindes
RS
Bersalin
praktek
dokter
praktek
bidan
poskesdes
Pesaban 1 0 1 0 0 0 0 0
Nongan 0 0 1 1 2 0 1 1
Rendang 0 0 0 0 2 2 1 0
Menanga 0 1 1 0 0 3 0 0
Besakih 0 0 1 0 0 0 0 0
Pempatan 0 0 1 3 0 1 1 3
Total 1 1 5 4 4 6 3 4
Sumber : Kecamatan Kecamatan Rendang dalam Angka Tahun 2013
Jumlah fasilitas kesehatan di wilayah Kecamatan Rendang sudah cukup lengkap yaitu
terdapat RS Bersalin sebanyak 4 buah, klinik 1 buah, puskesmas 1 buah dan fasilitas
kesehatan lainnya.
C. Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan di kecamatan Rendang cukup lengkap tersedia untuk semua
pemeluk agama yang berada di wilayah Kecamatan Rendang, yaitu langgar dan pura.
Tabel 3.6
Jumlah Tempat Peribadatan menurut Agama di Kecamatan Kecamatan Rendang 2013
Desa/Kelurahan masjid langgar gereja pura vihara jumlah
Pesaban 0 0 0 5 0 5
Nongan 0 0 0 13 0 13
Rendang 0 1 0 12 0 13
Menanga 0 0 0 16 0 16
Besakih 0 0 0 12 0 12
Pempatan 0 0 0 43 0 43
Total 0 1 0 101 0 102
Sumber : Kecamatan Kecamatan Rendang dalam Angka Tahun 2012

Kecamatan Rendang hanya memiliki sarana peribadatan pura dan langgar karena
penduduk di wilayah perencaaan merupakan mayoritas pemeluk agama Hindu.
Penyusunan Pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Rendang



L A P O R A N P E N D A H U L U A N III-9

D. Fasilitas Ekonomi
Fasilitas ekonomi yang terdapat di Kecamatan Rendang meliputi pusat-pusat niaga seperti
pasar, kelompok pertokoan, rumah makan, warung, art shop serta perkantoran seperti
sarana bank dan lembaga keuangan lainnya.
Tabel 3.8
Jumlah Pusat Perniagaan di Kecamatan Kecamatan Rendang Tahun 2013
Desa/Kelurahan
Jenis Pasar
jumlah
total pasar umum pasar hewan TPI lainnya
Pesaban 0 0 0 0 0
Nongan 1 0 0 1 2
Rendang 1 0 0 1 2
Menanga 2 0 0 2 4
Besakih 0 0 0 0 0
Pempatan 2 1 0 3 6
Total 6 1 0 7 14
Sumber : Kecamatan Kecamatan Rendang dalam Angka Tahun 2013

Desa/Kelurahan
restoran warung artshop
jumlah
tenaga
kerja
jumlah
tenaga
kerja
jumlah
tenaga
kerja
Pesaban
6 24 20 29 0 0
Nongan
4 11 43 60 0 0
Rendang
8 40 36 55 0 0
Menanga
10 29 44 62 0 0
Besakih
24 70 65 80 0 0
Pempatan
8 21 47 55 42 86
Total
60 195 255 341 42 86
Sumber : Kecamatan Kecamatan Rendang dalam Angka Tahun 2013

Di Kelurahan Serangan hanya terdapat 6 buah pasar umum, 1 buah pasar hewan dan 7
buah jenis sarana perdagangan lainnya. Selain itu diwilayah perencanaan banyak terdapat
sarana perekonomian pendukung seperti restoram, warung dan artshop.
E. Fasilitas Objek Wisata
Seperti halnya wilayah lain di Bali, sub sektor pariwisata merupakan subsektor penting
yang menentukan perekonomian di Kecamatan Rendang. Baik secara langsung maupun
Penyusunan Pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Rendang



L A P O R A N P E N D A H U L U A N III-10

tidak langsung, geliat sektor pariwisata mempengaruh naik turunnya sektor lain terutama
subsektor hotel. Begitu pula dengan perkembangan pariwisata di kawasan perencanaan.
Tabel 3.9
Jumlah Fasilitas Pendukung Pariwisata di Kecamatan Kecamatan Rendang Tahun 2013
Desa/Kelurahan
hotel berbintang home stay jumlah
jumlah
tenaga
kerja
jumlah
tenaga
kerja
jumlah
tenaga
kerja
Pesaban
0 0 0 0 0 0
Nongan
0 0 0 0 0 0
Rendang
1 15 1 15 2 30
Menanga
1 4 1 4 2 8
Besakih
0 0 0 0 0 0
Pempatan
0 0 0 0 0 0
Total
2 19 2 19 4 38
Sumber : Kecamatan Kecamatan Rendang dalam Angka Tahun 2013

3.4. Kependudukan
3.4.1. Jumlah, Sebaran dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk di wilayah studi pada Tahun 2013 dirinci per desa adalah sebagai
berikut : Desa Pesaban sebesar 2603 jiwa (7%), Desa Nongan sebesar 5954 jiwa (15%), Desa
Rendang sebesar 7009 jiwa (18%), Desa Menanga sebesar 7197 jiwa (18%), Desa Besakih
sebesar 6747 jiwa (17%) dan Desa Penempatan sebesar 9702 jiwa (25%). Untuk lebih jelasnya
mengenai jumlah, distribusi dan kepadatan penduduk di wilayah studi dapat dilihat pada Tabel
dan Gambar berikut.
Tabel 3.9
Kepadatan Penduduk di Kecamatan Kecamatan Rendang Tahun 2013
Desa/Kelurahan Luas (km2)
rumah
tangga
jumlah penduduk kepadatan
Pesaban
3.22 520 2,603 808.00
Nongan
6.43 1,437 5,954 926.00
Rendang
9.64 2,020 7,009 727.00
Menanga
15.4 1,626 7,197 467.00
Besakih
21.23 1,986 6,747 318.00
Pempatan
53.78 2,267 9,702 180.00
Total
109.7 9,856 39,212 3426.00
Sumber : Kecamatan Kecamatan Rendang dalam Angka Tahun 2013
Penyusunan Pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Rendang



L A P O R A N P E N D A H U L U A N III-11


3.4.2. Struktur Penduduk
A. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Berdasarkan data struktur penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin per
kecamatan di wilayah studi, dapat diketahui perbandingan jumlah penduduk yang
tergolong dalam usia produktif dan non produktif. Tabel-tabel dibawah ini menguraikan
kelompok penduduk berdasarkan usia produktif dan non produktif yang dirinci per
kecamatan.
Tabel 3.10 Jumlah Penduduk menurut Kelompok Usia Produktif dan Non Produktif
Kelompok Umur
(Tahun)
Penduduk (Jiwa)
Jumlah (Jiwa) Prosentase (%)
Laki-laki Perempuan
USIA PRODUKTIF 17.366 17.401 34.767 13,09
15-19 2.145 2.032 4.177 1,57
20-24 2.203 2.016 4.219 1,59
25-29 2.075 2.039 4.114 1,55
30-34 1.912 1.917 3.829 1,44
35-39 1.393 1.453 2.846 1,07
40-44 1.689 1.779 3.468 1,31
45-49 1.712 1.737 3.449 1,30
50-54 1.527 1.611 3.138 1,18
Kelompok Umur
(Tahun)
Penduduk (Jiwa)
Prosentase
(%)
Kelompok Umur (Tahun)
Laki-laki Perempuan
55-59 1.415 1.443 2.858 1,08
60-64 1.295 1.374 2.669 1,00
pesaban
7%
nongan
15%
rendang
18%
menanga
18%
besakih
17%
pempatan
25%
Penyusunan Pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Rendang



L A P O R A N P E N D A H U L U A N III-12

USIA NON
PRODUKTIF 7.039 6.976 14.015 5,28
0-4 618 524 1.142 0,43
5-9 1.547 1.568 3.115 1,17
10-14 2.213 2.090 4.303 1,62
65-69 1.236 1.286 2.522 0,95
70-74 1.199 1.193 2.392 0,90
75+ 226 315 541 0,20
JUMLAH 24.405 24.377 48.782 18,37
Sumber : Data Kecamatan dalam Angka Tahun 2012
Berdasarkan tabel-tabel dan gambar-gambar di atas, diketahui bahwa jumlah penduduk
usia produktif pada masing-masing kecamatan di wilayah studi menunjukkan angka yang
lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non produktif. Hal ini
menunjukkan bahwa di wilayah studi secara kuantitas memiliki angkatan kerja yang
potensial terutama untuk mendukung kegiatan pertambangan.
B. Kondisi Sosial Budaya
1. Pola Perkampungan
Perkampungan dalam pengertian orang
Bali disamakan dengan desa yang
merupakan satu kesatuan wilayah. Desa
pada masyarakat Bali, dibedakan atas dua
jenis yaitu : desa sebagai satu kesatuan
administratif yang disebut desa dinas
dan desa sebagai satu kesatuan adat
istiadat dan keagamaan (Agama Hindu)
yang disebut desa adat. Desa dinas adalah satu kesatuan wilayah dengan dibawah
kecamatan dan dikepalai oleh seorang perbekel dan para warga. Komunitas desa dinas
disatukan oleh adanya kesatuan fungsi yang dijalankan oleh desa sebagai kesatuan
administratif. Bidang-bidang yang ditangani mencakup berbagai hal, seperti misalnya
pendidikan formal. Dalam hal kedinasan, desa dinas membawahi sejumlah banjar dinas.


Penyusunan Pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Rendang



L A P O R A N P E N D A H U L U A N III-13


S
t
r
u
k
t
u
r

P
e
n
d
u
d
u
k

m
e
n
u
r
u
t

K
e
l
o
m
p
o
k

U
m
u
r

d
a
n

J
e
n
i
s

K
e
l
a
m
i
n

d
i

K
e
c
a
m
a
t
a
n

R
e
n
d
a
n
g

T
a
h
u
n

2
0
1
3

Penyusunan Pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Rendang



L A P O R A N P E N D A H U L U A N III-14

Desa adat adalah suatu kesatuan wilayah yang para warganya secara bersama-sama
mengonsepsi dan mengaktifkan upacara-upacara keagamaan, kegiatan-kegiatan sosial
yang ditata oleh sistem budaya. Desa adat secara struktural membawahi banjar adat.
Desa adat diikat oleh faktor Tri Hita Karana yaitu :
1. Kahyangan Tiga (Pura Puseh, Pura Desa dan Pura Dalem);
2. Palemahan Desa atau Tanah Desa; dan
3. Pawongan Desa atau warga desa.
Desa Adat dan Desa Dinas tidak terjalin secara struktural hanya terjalin secara fungsional.
Jalinan fungsional itu terfokus pada fungsi pokok dari desa adat yaitu pada bidang adat
dan keagamaan.
Dua hal pokok yang berkaitan erat dengan gambaran tentang pola perkampungan suku
Bali, yaitu : (1) sistem budaya yang menatanya dan (2) bentuk serta struktur dari
perkampungan tersebut.
Sistem yang menata perkampungan masyarakat Bali berlandaskan pada suatu konsep
dualistis, yaitu konsepsi akan adanya dua hal yang berlawanan yang mempunyai arti
penting berkaitan dengan pandangan dan kepercayaan orang Bali.
Konsep dualistis tersebut terwujud dalam tata arah yaitu : Kaja-Kelod (utara-selatan),
yang berkaitan dengan gununglautan, luan-teben, niskala-skala, suci dan tidak suci dan
sebagainya.
Segala sesuatu yang dikategorikan bersifat suci dan bernilai sakral akan menempati letak
bagian kaja (utara) dan mengarah ke gunung, seperti : letak pura, arah sembahyang, arah
tidur dan sebagainya. Sebaliknya segala sesuatu yang dikategorikan tidak suci akan
menempati letak dibagian kelod (selatan) dan mengarah ke laut, seperti letak kuburan,
letak kandang, tempat pembuangan sampah dan sebagainya.
Jenis pola perkampungan masyarakat Bali dari segi strukturnya dibedakan atas dua jenis
yaitu :
1. Pola perkampungan mengelompok padat yang terdapat pada desa-desa di Bali
pegunungan, yaitu desa-desa yang tergolong ke dalam desa-desa Bali Age. Pola
Penyusunan Pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Rendang



L A P O R A N P E N D A H U L U A N III-15

perkampungan di desa ini bersifat memusat dengan kedudukan desa adat amat
penting dan amat sentral dalam berbagai segi kehidupan warga desa tersebut.
2. Pola perkampungan menyebar terdapat pada desa-desa di Bali dataran (termasuk
Kabupaten Karangasem), dimana baik wilayah maupun jumlah warga desa di sini jauh
lebih luas dan lebih besar dari desa-desa pegunungan. Desa-desa yang mewujudkan
pola menyebar terbagi lagi ke dalam kesatuan-kesatuan yang lebih kecil yang disebut
Banjar. Masing-masing banjar menghimpun sejumlah keluarga yang menempati
rumah-rumah yang kebanyakan tersusun di atas suatu pekarangan dengan pola
tertutup (dikelilingi dengan tembok dan dengan gapura yang relatif sempit).
C. Sistem Kekerabatan
Anggota keluarga batih (kuren) terbentuk sebagai akibat dari adanya perkawinan, baik
perkawinan monogami maupun perkawinan poligami. Peranan anggota keluarga batih
antara lain :
1. Membina dan mengembangkan hubungan antara sesama anggota keluarga bersifat
intim dan mesra;
2. Membina kesatuan ekonomi keluarga;
3. Mengembangkan dan melakukan pengasuhan dan mendidik angkatan yang
berikutnya;
4. Melaksanakan upacara-upacara adat (upacara daur hidup) dan upacara agama
(panca yadnya);
5. Suami istri wajib menjalankan peranan sesuai dengan kedudukannya.
Anggota keluarga luas (pekurenan) sebagai akibat adanya perkawinan dari seorang atau
sejumlah anak dari suatu keluarga inti dan menetap bersama-sama dengan keluarga
senior (keluarga orientasi). Karena itu, suatu keluarga luas selalu terdiri dari satu keluarga
inti, tetapi selalu merupakan satu kesatuan sosial dalam masyarakat Bali dan biasanya
tinggal bersama pada satu pekarangan.
Peranan penting dari anggota keluarga luas antara lain :
1. Melaksanakan pengasuhan dan pendidikan bagi angkatan berikutnya;
Penyusunan Pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Rendang



L A P O R A N P E N D A H U L U A N III-16

2. Membina dan melaksanakan aktivitas ekonomi dalam rumah tangga dan produksi;
3. Memelihara dan menguasai sejumlah harta milik;
4. Menyelenggarakan aktivitas upacara keluarga dalam bidang adat dan agama;
5. Anggota keluarga batih berperan dalam proses pengambilan keputusan mengenai
beberapa hal tertentu dalam segi-segi kehidupan keluarga.
Kelompok kekerabatan berbentuk klen kecil (dadia). Struktur dadia pada masyarakat
Bali berbeda-beda di berbagai tempat. Didesadesa pegunungan orang-orang dari
tunggal dadia telah memencar oleh karena itu tidak lagi mendirikan pemujaan leluhur
di tempat kediamannya. Di desa-desa tanah dataran, orang-orang tunggal dadia wajib
mendirikan tempat pemujaan leluhur di tempat kediamannya yang disebut kemulan
taksu.
Peranan anggota klen antara lain :
1. Mengaktifkan dan mengkonsepsikan upacara-upacara tertentu, baik upacara daur
hidup maupun upacara di pura dadia;
2. Memelihara norma-norma dan adat yang bersifat turun temurun di lingkungan yang
bersangkutan;
3. Klen yang memiliki pusaka tertentu wajib memelihara dan melestarikan pusaka
tersebut.
D. Sistem Pelapisan Sosial
Sistem pelapisan pada masyarakat Bali umumnya dan Kabupaten Karangasem khususnya
berakar pada tradisi kebudayaan Hindu. Namun sesuai dengan salah satu ciri hakiki dari
kehidupan masyarakat, yaitu adanya ciri dinamik, maka dari segi dimensi waktu sistem
pelapisan tersebut akan mengalami perkembangan dan perubahan tertentu dari masa
lalu ke masa kini.
Perubahan waktu tersebut menimbulkan sistem pelapisan dalam suatu masyarakat dapat
terwujud secara resmi dan dapat pula terwujud secara tersamar. Pelapisan sosial resmi
dalam suatu sistem yang sudah tegas, dimana warga dari suatu lapisan mendapat
sejumlah hak dan kewajiban yang termuat ke dalam adat dan yang dilindungi oleh hokum
adat dan hokum yang berlaku.
Penyusunan Pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Rendang



L A P O R A N P E N D A H U L U A N III-17

Dasar terwujudnya pelapisan sosial resmi ada bermacam yang terpenting adalah:
1. Keaslian
Penduduk asli di desa itu adalah merupakan lapisan tertinggi dengan jumlah hak dan
kewajiban yang terbeku ke dalam adat dan hal itu berbeda sedemikian rupa dengan
golongan penduduk pendatang yang dikategorikan lapisan yang lebih rendah.
2. Senioritas
Dalam kehidupan sehari-hari golongan tua adalah golongan yang menjadi pusat
orientasi dalam masalah adat, golongan yang menjadi panutan, konsultasi di bidang
adat, banyak berperan sebagai pengambil keputusan sepanjang menyangkut
masalah-masalah adat.
3. Keturunan
Sistem pelapisan ini menurut kasta, dasar ini adalah merupakan hasil proses
akulturasi antara sistem warna yang berakar pada agama dan budaya Hindu Bali
yang berlandaskan pada prinsip keturunan patrilineal.
4. Kekuasaan
Pelapisan ini tatkala di Bali berkembang sistem pemerintahan dalam bentuk
kerajaan-kerajaan. Dalam sistem ini keluarga raja dan para kerabat dekat
dikategorikan sebagai golongan bangsawan.
Pelapisan sosial tersamar adalah sistem pelapisan yang biasanya baru merupakan
anggapan yang lahir dalam suatu masyarakat, belum diikuti oleh hal-hal yang mewarnai
secara jelas dan konkrit dan karena itu belum termuat/terbeku ke dalam adat.
Dasar-dasar yang mewujudkan pelapisan sosial tersamar yang terpenting adalah:
1. Kekayaan
Berkembangnya tradisi modern dalam kehidupan masyarakat Bali mempunyai
implikasi bahwa faktor kekayaan makin nampak sebagai suatu dasar dalam pelapisan
sosial, walaupun dasar ini belum secara mantap termuat/terbeku ke dalam adat.
2. Pendidikan
Penyusunan Pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Rendang



L A P O R A N P E N D A H U L U A N III-18

Pesatnya pendidikan, khususnya pendidikan formal menyebabkan faktor pendidikan
muncul sebagai dasar yang membedakan jenjang tinggi rendah kedudukan seseorang
dalam masyarakat. Dasar ini juga belum mantap termuat/terbeku ke dalam adat,
sehingga mewujudkan sistem pelapisan sosial yang masih bersifat samar.
3. Kekuasaan
Faktor kekuasaan sebagai dasar pelapisan sosial banyak berkaitan dengan jenjang
kepangkatan formal. Seorang Camat atau Bupati misalnya, yang secara formal
mempunyai kedudukan tinggi dalam struktur pemerintahan juga dianalogikan
menempati kedudukan tinggi tertentu dalam kehidupan komunitas.

Anda mungkin juga menyukai