Anda di halaman 1dari 6

STUDIO PERANCANGAN TAPAK

Dosen : Sriany Ersina,ST.,MT.

MENGAMATI FENOMENA LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT TINGGAL

Oleh :
NURWINDA SARI
(60100121022)

TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN ALAUDDDIN MAKASSAR
2023
LINGKUNGAN SEKITAR DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

Kabupaten Sidenreng Rappang adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan,
Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Pangkajene Sidenreng. Kabupaten Sidenreng
Rappang memiliki luas wilayah 1.102,10 km² dan berpenduduk sebanyak kurang lebih
301.972 jiwa.

Berapa Kecamatan yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang:


1. Kecamatan Baranti
2. Kecamatan Dua Pitue
3. Kecamatan Kulo
4. Kecamatan Maritengngae
5. Kecamatan Panca Lautang
6. Keacamatan Panca Rijang
7. Kecamatan Pitu Riase
8. Kecamatan Pitu Riawa
9. Kecamatan Sidenreng
10. Kecamatan Tellu Limpoe
11. Kecamatan Wattang Pulu
KONDISI FISIK
KONDISI JENIS TANAH
Jenis tanah Alluvial meliputi 21,08 % dari luas wilayah Kabupaten Sidenreng
Rappang yang paling luas terdapat pada Kecamatan Pitu Riawa. Berdasarkan Peta
Tinjauan tanah yang dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian Bogor Tahun 1966, maka
jenis tanah yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang terdiri dari alluvial, regosol,
grumusol, mediteran dan pedsolit.

KONDISI TOPOGRAFI
Kabupaten Sidenreng Rappang terletak pada ketinggian antara 10m – 1500m dari
permukaan laut. Keadaan Topografi wilayah di daerah ini sangat bervariasi berupa
wilayah datar seluas 879.85 km² (46.72%), berbukit seluas 290.17 km² (15.43%) dan
bergunung seluas 712.81 km2 (37.85%).
Kondisi topografi sebagian besar wilayah berupa dataran rendah sehingga membuat
daerah ini sangat cocok bagi pengembangan sektor pertanian khususnya tanaman
padi.

KONDISI ALAM DAN IKLIM


Menurut klasifikasi Schmidt – Ferguson Cagar Alam Faruhumpenai termasuk tipe
iklim A/B; Curah hujan rata-rata 2.500 – 3.000 mm/tahun; Kelembaban: 90 – 100%.
Suhu udara berkisar 28° C s.d. 33° C.

KONDISI GEOLOGI
Jenis tanah di kawasan Taman Wisata Alam Sidrap dan sekitarnya adalah Alluvial
Kelabu Tua.

KONDISI NONFISIK
KONDISI PENDUDUK
Kabupaten Sidrap memiliki potensi sumber daya manusia yang cukup besar dengan
jumlah penduduk 332.623 jiwa (November 2018), terdiri dari 165.402 laki-laki dan
167.221 perempuan (rasio 98,9). Kepadatan penduduk mencapai 175 orang/km2.
Laju Pertumbuhan penduduk sampai dengan tahun 2017 dapat ditekan hanya
dikisaran rata-rata 1,07% per tahun. Garis kemiskinan pada tahun 2017 berada pada
batas Rp 276.558 sehingga prentase penduduk miskin di Sidrap hanya tercatat
5,32%.

KONDISI PERTANIAN
Sidrap yang dikenal sebagai penghasil beras

KONDISI PARIWISATA
Pengembangan sentra industri pariwisata Taman rekreasi datae, maddenra,
bungnge citta, air panas maseppe, gua parinding, transpark lawowoi, puncak bila,
PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Angin) Sidrap.
TAMAN WISATA PUNCAK BILA

PLTB SDRAP

Desa Allakuang, Kec. Maritengngae, Kab. Sidenreng Rappang


DEPAN/BARAT LOKASI

UTARA LOKASI

SELATAN LOKASI
INFRASTRUKTUR
LISTRIK
SIDENRENG RAPPANG (SIDRAP) - Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap I
merupakan pembangkit bertenaga angin skala komersial pertama di Indonesia sebagai
wujud komitmen pemerintah dalam mencapai target bauran primer EBT, energi berkeadilan,
dan sekaligus pengembangan investasi sektor EBT.
PLTB Sidrap I yang terletak di Desa Mattirotasi dan Desai Lainungan, Kec. Watang Pulu,
Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, memulai operasi secara komersial pada
tanggal 5 April 2018. Pembangunan proyek PLTB Sidrap I sendiri dilakukan dalam waktu 2,5
tahun (Agustus 2015 s.d. Maret 2018). Pembangkit ini mampu mengaliri lebih dari 70.000
pelanggan listrik dengan daya 900 Volt Ampere (VA).
IRIGASI
Meningkatkan produktivitas pertanian di Kab. Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi
Selatan, Kementerian PUPR membangun jaringan irigasi melalui Program Percepatan
Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) dengan skema Padat Karya Tunai (PKT).Pada
tahun 2022, P3-TGAI di Sidrap dilaksanakan di 17 lokasi melalui skema PKT. Kegiatan ini
mampu menyerap rata-rata 18 orang tenaga kerja per lokasi.
Dengan skema PKT, petani diberdayakan untuk melakukan peningkatan saluran irigasi
tersier dari saluran alam/tanah menjadi saluran dengan pasangan batu/lining. Petani
diberikan upah harian atau mingguan untuk menambah penghasilan di antara musim tanam
dan panen.

Anda mungkin juga menyukai