Boyolangu 4.988 - -
Campurdarat 4.071 2 -
Tanggunggunung 4.213 - -
Bandung 1.787 2 11
Besuki 2.053 - 4
Pakel 2.923 - -
Jumlah 20.035 4 15
1. Besuki 10 -
2. Bandung 18 -
3. Pakel 19 -
4. Campurdarat 9 -
5. Tanggunggunung 7 -
6. Kalidawir 17 -
7. Pucanglaban 9 -
8. Rejotangan 16 -
9. Ngunut 18 -
10. Sumbergempol 17 -
11. Boyolangu 17 -
12. Tulungagung - 14
13. Kedungwaru 19 -
14. Ngantru 13 -
15. Karangrejo 13 -
16. Kauman 13 -
17. Gondang 20 -
18. Pagerwojo 11 -
19. Sendang 11 -
A B
Gambar 5.5 Gejala klinis sapi terinfeksi Scabies di tempat
PKL. A. Kropeng di tubuh , B. Sapi Kurus
5.3.2 kasus 2
Kasus yang kedua adalah sapi milik bapak Yatno di daerah pelem sapi
milik bapak Yatno bernama minem dan berjenis sapi potong sapi ini memiliki
berat badan 400 kg dan umur 5 tahun. Keadan sapi saat diperiksa doker hewan
yang bertugas yaitu ada beberapa kropeng disekitar tubuh, sapi terlihat gelisah
dengan menggarukkan tubuh kekandangnya, sapi terlihat tidak nafsu makan.
Menurut keterangan dari bapak Yatno selaku pemilik sapi sudah 5 hari sapi
tersebut tidak nafsu makan dan terlihat sering gelisah. Dilihat dari keadaan
kandang didalam kandang terdapat 3 sapi , lantai kandang tebuat dari beton dan
telihat tidak bersih (becek). Dari pemeriksaan dan keterangan dokter hewan yang
bertugas mendiagnosa sapi tersebut terkena penyakit scabies.
Gambar 5.8 Keropeng sapi Milik bapak Yatno
Berikut adalah hasil pengamatan dari praktek kerja lapang kali ini.
Gambar 5.9 tersebut diambil dari bebrapa kerokan pada keropeng yang terletak
pada tubuh sapi. Hal ini dilakukan untuk penegakan diagnosa penyakit scabies
yang bukan hanya dilakukan dengan berdasarkan gejala klinis saja melainkan
harus dikonfirmasi dengan ujin kerokan kulit. Pelaksa praktek kerja lapang
akhirnya melakukan uji pemeriksaa laboratorium untuk penegakan diagnosa
penyakit. Kerokan diambil dari daerah yang terdapat keropeng dengan tujuan
supaya terowongan terangkat sehingga telur ataupun larva terangkat didalam
terowongan dapat diamati. Kerokan yang sudah diambil dicampur dengan KOH
dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x. Dari hasil yang didapat
ditemukan bebrapa tungau yang bentuknya sama dengan tungau Sarcoptes
scabiei.
Gambar 5.9 Sarcoptes scabiei Hasil pemeriksaan Mikroskopis
Pengobtan yang dilakukan pada kasus ke-2 sama dengan kasus pertama
yakni dengan inejeksi ivermectin melalui subkutan. Dalam 1 ml mengandung 20
mg ivermectin. Dosis yang diberikan yaitu 1 ml untuk 50 kg BB sapi.
Pengulangan injeksi dilakukan setelah 10-14 hari pasca injeksi. Selain pemberian
ivermectin diberikan Antihistamin dan Vitamin B1 yang bertujuan untuk
mengurangi alerigi gatal, memulihkan kesehatan dan menambah nafsu makan
pada hewan. Pemeberian vitamin B1 dapat dilakukan secara intra muscular (IM)
dengan dosis 1 mL/100 kgBB, apabila berat badan sapi.
Pemeriksan yang dilakukan oleh dokter hewan yang bertugas dan menurut
beberapa keterangan yang di peroleh dari bapak Yatno dan bapak imam kedua
sapi tersebut memiliki gejala yang hamper sama yaitu berkurangnya nafsu makan,
berat badan menurun, sapi terlihat gelisah menggarukkan tubuhnya ke kandang
dan dan terdapat keropeng di sebagian tubuh sapi. Beberapa gejala yang terlihat
diantaranya adalah rasa gatal yag ditandai dengan menggaarukkan tubuh sapi
pada tempat pakan dan tiang kandang yang menyebabkan luka pada tubuh sapi.
Sesuai dengan pendapat Brander (2009) menyatakan bahwa gejala klinis pada
sapi yang menderita scabies diantaranya yaitu rasa gatal dan gelisah ditandai
dengan menggarukan tubuh ke benda keras, hal ini disebabkan disebabkan oleh
adanya aktifitas Sarcoptes scabiei misalnya berpindag tempat. Gejala lain yang
tampak adalah kurangnya nafsu makan yang menyebabkan berat badan sapi
mengalami penurunan, selain itu adanya kerusakan kulit seperti terbentuknya
keropeng dan rontoknya bulu.
Penyebab dari scabies adalah tungau Sarcoptes Scabiei. Tungau ini masuk
kedalam kulit. Menurut wardana (2006) Sarcoptes scabiei betina yang telah di
buahi mencari lokasi untuk membentuk terowongan dibawah permukaan kulit.
Terowongan yang ada di dalam kulit sampai keperbatasan antara stratum korneum
dan stratum granulosum. Setelah telur menetas, larva bermigrasi ke permukaan
kulit dan bersembunyi ke lapisan stratum korneum untuk membangun sarang dan
memakan folikel rambut, sehingga terjadi kerontokan bulu pada daerah infeksi.
Kerusakan kulit seperti terbentuknya keropeng dan rontoknya bulu pada daerah
infeksi. Larva berubah menjadi nimfa dalam 3-4 hari lalu menjadi tungau dewasa.
Gejala awal adalah adanya rasa gatal hal ini disebabkan oleh adanya vesikula
yang terinfeksi kuman sehingga menjadi pustula. Menurut Wardana dkk (2006),
vesikula adalah lepuh pada permukaan kulit berisikan cairan jernih, sedangkan
pustula adalah vesikula yang berisi nanah yang berwarna kuning keruh.
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
6.2 SARAN