Anda di halaman 1dari 28

RENCANA KONTIJENSI BIDANG KESEHATAN DALAM UPAYA

PENANGGULANGAN BENCANA DI WILAYAH SEKTOR I KABUPATEN


PANDEGLANG

Gabieola Chintya Melati 1710211109


Arda Maghfira Qathrunnada 1710211129
Buana Prabaswara 1710211055
Nabila Syafaqoh Fardam N 1710211126
Rafif Esa Pradipta 1710211114
Ribka Carolin 1710211043
Tiara Josephine Gracienta 1710211029
Trivena Permata Putri 1710211031
Veriantara Satya Dhika 1710211106

TUTORIAL D-4

PUSKESMAS KECAMATAN SUMUR

KABUPATEN PANDEGLANG

BANTEN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara geografis, geologis, dan demografis, wilayah Kabupaten Pandeglang memilik i


kerawanan bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, non alam maupun oleh akibat ulah
manusia. Bencana yang terjadi di Kab. Pandeglang dapat menimbulkan korban jiwa,
pengungsian, kerusakan aset, dan kerugian dalam bentuk lain yang cukup besar.

Salah satu ancaman yang sampai saat ini masih berpotensi terjadinya bencana di Kab.
Pandeglang adalah ancaman bencana meletusnya gunung api Anak Krakatau yang berada di
antara Pulau Sertung di sisi baratnya dan Pulau Rakata Kecil atau Pulau Panjang di sisi
timurnya . Pada akhir-akhir ini didapati bahwa terjadi adanya peningkatan aktivitas dari
Gunung Api Anak Krakatau sehingga terdapat adanya peningkatan status dari normal menuju
waspada. Diketahui letusan terakhir G. Api Krakatau terjadi tahun 1883 berupa letusan abu
setinggi 24 kilometer disertai suara ledakan dan gemuruh letusan Krakatau terdengar sampai
radius lebih dari 4.600 kilometer hingga terdengar sepanjang Samudera Hindia, dari Pulau
Rodriguez dan Sri Lanka di barat, hingga ke Australia di timur.

Potensi bahaya primer letusan Gunung Api Anak Krakatau adalah berupa aliran
piroklastik / awan panas, aliran lava, kubah lava dan guguran lava, jatuhan piroklastik
bervariasi ukuran bahan, erupsi dari abu vulkanik ( diameter butir < 2 mm), lapilli ( diameter
butir 2 mm s/d 64 mm), bom Vulkanik ( > 64 mm, serta bahaya sekunder berupa lahar dan juga
yang terbesar adalah dapat menyebabkan terjadinya potensi Tsunami serta Gempa Vulkanik
yanng akan berdampak terhadap masyarakat yang berada disekitar pesisir pantai mulai dari
banyak nya bangunan yang hancur serta berdampak bagi kesehatan masyarakat setempat.
Sehubungan dengan aktivitas erupsi Gunung Api Anak Krakatau yang masih berlangsung dan
belum menunjukan tanda – tanda akan berhenti meletus, maka masyarakat yang bermukim di
Kecamatan Sumur yang terdiri dari Desa Ujung Jaya, Desa Tamanjaya, Desa Cigondrong, Desa
Tunggaljaya, Desa Kertamukti, Desa Kertajaya dan Desa Sumberjaya yang berada di tepi
pantai untuk menungsi ke tempat yang aman, supaya terhindar dari ancaman lontaran material
(pijar) yang dapat menimbulkan korban jiwa dan juga potensi adanya Tsunami dengan
ketinggian minimal 0,5 - 3 meter . Masyarakat dan wisatawan dihimbau untuk tidak mendekati
dan melakukan aktifitas di seluruh pesisir pantai untuk menghindari ancaman gelombang tinggi
akibat adanya bagian lereng Gunung Api Anak Krakatau yang jatuh ke laut.

Penanggulangan bencana pada tahap pra-bencana meliputi kegiatan-kegiatan yang


dilakukan dalam “situasi tidak terjadi bencana” dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada
situasi ”terdapat potensi bencana”. Pada situasi tidak terjadi bencana, salah satu kegiatannya
adalah perencanaan penanggulangan bencana (Pasal 5 ayat [1] huruf a PP 21/2008). Sedangkan
pada situasi terdapat potensi bencana kegiatannya meliputi kesiapsiagaan, peringatan dini, dan
mitigasi bencana. Perencanaan Kontinjensi sesuai dengan ketentuan Pasal 17 ayat (3) PP
21/2008 dilakukan pada kondisi kesiapsiagaan yang menghasilkan dokumen Rencana
Kontinjensi (Contingency Plan). Dalam hal bencana terjadi, maka Rencana Kontinjens i
berubah menjadi Rencana Operasi Tanggap Darurat atau Rencana Operasi (Operational Plan)
setelah terlebih dahulu melalui kaji cepat (rapid assessment).

Berdasarkan kondisi dan situasi tersebut di atas maka Pemerintah Kabupaten


Pandeglang yang terdiri dari beberapa kecamatan melakukan upaya dengan menyus un
perencanaan dan kebijakan dalam melaksanakan mitigasi dan kesiapsiagaan bencana.
Ancaman yang sudah di depan mata memerlukan dipersiapkan sesegera mungkin melalui
perencanaan kedaruratan (kontinjensi) sebagai pedoman pada saat menghadapi darurat bencana
bagi semua pelaku penanggulangan bencana. Dengan adanya perencanaan kontinjensi maka
saat tanggap darurat bencana semua sumber daya yang ada di Kabupaten Pandeglang dapat
dimobilisasi dalam koordinasi yang padu untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat
yang terkena dampak bencana.

1.2. Tujuan

Dokumen rencana kontijensi ini disusun sebagai pedoman penanganan bencana


meletusnya gunung Anak Krakatau, pada saat tanggap darurat bencana yang cepat dan efektif
serta sebagai dasar memobilisasi sumber daya para pemangku kepentingan (stake holder) pada
saat tanggap darurat bencana.

1.3. Sasaran Kegiatan

Kegiatan ini ditujukan untuk tenaga sumber daya kesehatan yang berada di Puskesmas
Sumur serta pihak lain yang terlibat dalam penanggulangan bencana di bidang kesehatan.
1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup cakupan luasan ancaman bencana meletusnya gunung api Anak
Krakatau meliputi seluruh Kabupaten Pandeglang meliputi Kecamatan Carita yang terdiri dari
10 desa, Kecamatan Panimbang terdiri dari 6 desa, Kecamatan Labuan terdiri dari 9 desa,
Kecamatan Menes terdiri dari 12 desa, Kecamatan Menes terdiri dari 12 desa, Kecamatan
Sumur terdiri dari 7 desa yang berada di tepi pantai, Kecamatan Cibaliung terdiri dari 9 desa,
Kecamatan Jiput terdiri dari 19 desa, Kecamatan Cimanggu terdiri dari 12 desa, Kecamatan
Pagelaran terdiri dari 9 desa dan Kecamatan Cigeulis terdiri dari 3 desa.
BAB II

GAMBARAN UMUM KEGIATAN PERENCANAAN KONTIJENSI BIDANG


KESEHATAN DI WILAYAH SEKTOR I KABUPATEN PANDEGLANG

2.1. Gambaran Umum Sektor I Kab. Pandeglang

2.1.1. Kondisi Geografis

Provinsi Banten menempati wilayah ujung paling barat di pulau Jawa. Batas wilayah
Banten, sebelah utara dengan laut Jawa, sebelah selatan dengan Samudera Indonesia, sebelah
timur dengan wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat, sebelah barat dengan Selat Sunda.

Keadaan alam Banten di sebelah barat, berbatasan dengan wilayah DKI Jakarta
merupakan dataran rendah. Sedangkan di sebelah utara, barat dan selatan, di sepanjang tepi
Laut Jawa terus ke selat Sunda dan sampai ke selatan, Samudera Hindia, merupakan perairan
yang luas.

Luas Provinsi Banten 9.662.92 KM2 . Provinsi Banten mempunyai bentang alam
wilayah terdiri atas dataran sebagaimana yang terbentang antara Tangerang dan Serang,
perbukitan sedang (antara Serang – Pandeglang – Cibaliung) dan perbukitan terjal yang
tersebar di Bagian Selatan dengan puncak-puncak G. Sanggabuana, G. Halimun, G. Endut dan
G. Nyungcung.

Keadaan bentuk bentang alam ini sangat berkaitan erat dengan kondisi geologi regional
daerah Banten yang merupakan bagian dari jalur/busur magmatik berumur Tersier-Kuarter
yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera sampai Nusa Tenggara yang dikenal
sebagai Busur Magmatik Sunda-Banda (Sunda-Banda Magmatic Arc). Di daerah Banten busur
ini membentuk kubah, pematang dan kerucut gunungapi yang aktif.

Kondisi geologi seperti tersebut diatas menghasilkan potensi sumber daya mineral dan
geowisata yang cukup melimpah. Daerah berbatuan gunung api tua yang diterobos oleh batuan
intrusif yang lebih muda, merupakan tempat kedudukan mineralisasi logam dasar dan logam
mulia seperti timbal, besi dan emas.

Sedangkan daerah berbatuan gunung api lebih muda merupakan daerah prospek untuk
bahan galian industri seperti batu pasir kuarsa, batu gunung, bentonit, zeolit, lempung, toseki
dan tras. Selain itu daerah berbatuan sedimen tua dan muda sangat erat kaitannya dengan
keterdapatan batubara dan batu gamping.

Sedangkan untuk potensi geowisata, bekas tambang emas Cikotok dapat dijadikan salah
satu potensi unggulan yang dapat menghasilkan PAD bagi Propinsi Banten. Tambang emas
Cikotok ini merupakan salah satu tambang tertua di kawasan Asia Tenggara yang masih
terawat baik sehingga bisa dimanfaatkan untuk obyek pendidikan dan wisata geologi. Tempat
ini bisa juga dijadikan sebagai pusat pendidikan pertambangan bagi aparatur Pemerintahan baik
dari Propinsi Banten ataupun dari Propinsi lainnya. Selain itu tambang emas di Cikotok bisa
juga dijadikan sebagai laboratorium alam yang akan sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan
ilmu kebumian.

Gunung-gunung yang puncaknya cukup tinggi, antara lain:

1) Gunung Karang (1.778 mdpl) adalah gunung tertinggi di Banten. Terletak di kabupaten
Pandeglang

2) Gunung Pulosari (1346 mdpl) terletak di kabupaten Pandeglang

3) Gunung Endut (1207 mdpl) kabupaten Lebak

4) Gunung Aseupan (1174 mdpl) kabupaten Pandeglang.

5) Gunung Raksa (pulau Panaitan) kabupaten Pandeglang

Kelompok daerah perbukitan rendah dan dataran sempit dengan ketinggian 300-500 meter dari
permukaan laut.

2.1.2. Kondisi Topografis

Keadaan iklim di Wilayah Pandeglang yang dipengaruhi oleh pemanasan Global,


berakibat terjadinya pergeseran periodenisasi musim, sehingga muncul fenomena alam yang
sangat ekstrim yang berpotensi terjadinya peningkatan suhu lingkungan atau sebalinya
terjadinya peningkatan curah hujan secara besar-besaran.

Potensi perubahan iklim yang sulit dipredeksikan dan cenderung terjadi peningkata n
curah hujan yang disertai dengan munculnya badai tropis, akan menimbulkan resiko terjadinya
kegelombang tinggian, akibat peningkatan secara absolut debit air di sungai dan penurunan
daya serap air tanah. Kondisi tersebut akan menimbulkan resultante berupa Gelombang tinggi
bandang yang bukan saja akan berpotensi merusak pemukiman penduduk, namun juga akan
menghancurkan infra struktur transportasi, dan industri pertanian serta jasa, yang menjadi
sandaran ekonomi masyarakat Pandeglang.

Tabel Distribusi Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di wilayah Kabupaten Pandeglang
tahun 2014 - 2015

Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan


No Bulan Curah Hujan(mm) Hari Hujan(hh)
2014 2015
1 Januari 150.8 13
2 Februari 372.6 18
3 Maret 230 12
4 April 334.9 23
5 Mei 289 17
6 Juni 499 19
7 Juli 176.1 13
8 Agustus 230 19
9 September 395.1 9
10 Oktober 169 8
11 November 360.5 19
12 Desember 251.3 19
Jumlah 3458.7 189
Rata-rata 288.23 15

Dengan luas wilayah lebih kurang 2.747,89 km² atau 29.98% dari luas wilayah Provinsi
Banten. Pandeglang terletak pada koordinat 6 o 21” - 7o 10‟ Lintang Selatan dan 104o 48‟‟-
106o 11‟ Bujur Timur.

Kabupaten Pandeglang merupakan wilayah pesisir Barat dan Selatan dengan panjang
garis pantai lebih kurang 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5
mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang
tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar antara 21,0-
23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar antara 29,9-31,4 °C.
Wilayah Pandeglang berbatasan dengan:

1) Sebelah utara : Kabupaten Serang

2) Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

3) Sebelah Barat : Selat Sunda

4) Sebelah Timur : Kabupaten Lebak

Tabel Distribusi Luas Wilayah Menurut Kecamatan di wilayah Kabupaten Pandeglang


tahun 2015

Luas Wilayah Menurut Kecamatan


No Kecamatan
Luas(Km2) Persentase
1 Angsana 64,84 2,30
2 Banjar 30,50 1,11
3 Bojong 50,72 1,85
4 Cadasari 26,20 0,71
5 Carita 41,87 1,52
6 Cibaliung 221,88 8,08
7 Cibitung 180,72 6,58
8 Cigeulis 176,21 6,42
9 Cikeudal 26 0,94
10 Cikeusik 322,76 11,75
11 Cimanggu 259,73 9,46
12 Cimanuk 23,64 0,86
13 Cipeucang 21,16 0,77
14 Cisata 32,65 1,19
15 Jiput 53,04 1,93
16 Kaduhejo 33,57 1,22
17 Karang Tanjung 19,07 0,69
18 Keroncong 17,86 0,65
19 Labuan 15,66 0,57
20 Majasari 19,57 0,71
21 Mandalawangi 80,19 2,92
22 Mekarjaya 31,34 1,14
23 Menes 22,41 0,82
24 Munjul 75,25 2,74
25 Pagelaran 42,76 1,56
26 Pandeglang 16,85 0,61
27 Panimbang 132,84 4,84
28 Patia 45,48 1,66
29 Picung 56,74 2,07
30 Pulosari 31,33 1,14
31 Saketi 54,13 1,97
32 Sindangresmi 65,20 2,37
33 Sobang 138,80 5,05
34 Sukaresmi 57,30 2,09
35 Sumur 258,54 9,41

Daerah Aliran Sungai (DAS) . Untuk memenuhi kebutuhan akan sumber daya air,
perairan terbuka yang dapat dimanfaatkan yaitu sungai. Sungai yang terdapat di Kabupaten
Pandeglang antara lain:

1) Sungai Cibeureum

2) Sungai Cibungur

3) Sungai Cikaduen

4) Sungai Cilamer

5) Sungai Ciliman

6) Sungai Cibaliung

7) Sungai Ciseukeut

8) Sungai Cibodas

9) Sungai Citeluk

10) Sungai Cikeruh

11) Sungai Cibatuhideung

12) Sungai Cimandahan

13) Sungai Cibanten


Terdapat beberapa sungai besar dan wilayah alirannya merupakan potensi yang positif
dalam pengembangan lahan pertanian, namun juga mempunyai potensi risiko terjadinya
gelombang tinggi di sekitar aliran sungai tersebut.

Pengelolaan sumberdaya air yang dikoordinasikan oleh Puslitbang Sumberdaya Air


Dep. PU telah membagi wilayah kabupaten Pandeglang ke dalam 3 Satuan Wilayah Sungai
(SWS). Pengertian SWS di sini adalah kesatuan wilayah tata pengairan sebagai hasil
pengembangan satu atau lebih Daerah Aliran / Pengaliran Sungai (DAS/DPS).

Kabupaten Pandeglang dialiri oleh 18 aliran sungai dengan panjang total 835 km.
Sungai-sungai tersebut dapat dikelompokan ke dalam 3 (tiga) Satuan Wilayah Sungai (SWS)
yang mencakup seluruh wilayah kabupaten ini, yaitu: bagian utara berada di dalam SWS hulu
Sungai Ciujung, Cibanten dan Cidanau, bagian tengah berada di dalam SWS Ciliman-Cibungur
dan bagian selatan berada di dalam SWS Ciliman Cibungur.

Masing-masing SWS terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS). Pembagian
SWS dan DAS/DPS di Kabupaten Pandeglang adalah sebagai berikut:

1. SWS 219 Cibaliung - Cisawarna, terdiri dari 3 DAS, yaitu:

- DAS 219 148 Cibaliung

- DAS 219 149 Cibutuhdeuing

- DAS 219 150 Cikulecetapi

2. SWS 201 Ciliman - Cibungur, terdiri dari 5 DAS, yaitu:

- DAS 201 001 Ciseukeut

- DAS 201 002 Ciliman

- DAS 201 003 Cibungur

- DAS 201 004 Cimajang

- DAS 201 005 Cipasuruan


3. SWS 202 Hulu Sungai Ciujung, Hulu Sungai. Cibanten dan Hulu Sungai. Cidanau, terdiri
dari 3 DAS, yaitu:

- DAS 202 006 Cidanau

- DAS 202 009 Cibanten

- DAS 202 010 Ciujung

2.1.3. Kondisi Demografi

Kabupaten Pandeglang memiliki jumlah penduduk 1.250.203 jiwa berdasarkan hasil


Survei Sosial Ekonomi Nasional. Penduduk laki-laki sebanyak 615.297 jiwa, penduduk
perempuan 589.906 jiwa. Laju pertambahan penduduk (2016 – 2017) sebesar 0,39 %/tahun.

Piramida penduduk Kabupaten Pandeglang, tahun 2017


2.1.4. Potensi Bencana

1) Potensi perubahan iklim yang sulit diprediksikan dan cenderung terjadi peningkatan
curah hujan, akan menimbulkan risiko terjadinya peningkatan debit air di wilayah kabupaten
Pandeglang sehingga sungai akan meluap dan dapat terjadi gelombang tinggi bandang.

2) Peningkatan curah hujan juga berpotensi terjadinya tanah longsor di sepanjang jalan
jalur barat yang menghubungkan kecamatan-kecamatan di wilayah Pandeglang.

3) Ancaman gempa vulkanik dan erupsi gunung Krakatau dan Anak Krakatau

4) Ancaman gempa tektonik akibat pergerakan lempengan bumi yang di ikuti dengan
munculnya tsunami.

5) Ancaman kecelakaan lalu lintas akibat kondisi jalan lintas selatan yang penuh
dengan tanjakan dan tikungan tajam serta merupakan jalan dengan lalu lintas cukup padat
yang menghubungkan kecamatan di pesisir barat (berhadapan dengan selat Sunda) dan
selatan (berhadapan dengan samudera Hindia

6) Kebakaran hutan karena musim kering yang panjang serta ketidak patuhan
masyarakat dalam mengunakan api dalam membuka lahan baru, memicu timbulnya
kebakaran hutan yang berpotensi juga sebagai bencana.

7) Wilayah Kab. Pandeglang yang langsung berhadapan dengan samudera Hindia,


juga menimbulkan potensi angin puting beliung yang dapat memporak porandakan pranata
sosial di daerah tersebut

8) Bebeberapa kecamatan di Kabupaten Pandeglang rawan bencana kekeringan.

9) Ancaman Konflik sosial akibat masalah-masalah sosial antar etnis yang dipicu
dengan permasalahan lama yang terakumulasi dan menjadi masalah kesenjangan sosial.

10) Jumlah korban yang terkena bencana tahun 2017: Bencana alam 11.285 rumah
tangga ; bencana sosial 78 rumah tangga
2.1.5. Administrasi Pemerintahan

Tanggal 1 April 1874 dianggap sebagai hari lahir Kabupaten Pandeglang. Wilayah
administrasi terdiri dari 35 kecamatan, dan keseluruha n terbagi menjadi 339 desa dan
kelurahan

Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang, secara susunan organisasi pada tahun 2005
terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor
kecamatan. Jumlah keseluruhan Pegawai Negeri Sipil daerah yang bertugas di jajaran
pemerintahan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2017 sebanyak 11.066 orang.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pandeglang menurut kepanitiaan terbagi


menjadi 4 badan, yaitu badan musyawarah dan badan anggaran dengan anggota masing-
masing 27 dan 25 orang, badan pembentukan perda sebanyak 13 orang serta badan
kehormatan sebanyak 5 orang. Dari jumlah tersebut hanya 8 orang berjenis kelamin
perempuan. Anggota komisi 46 orang, sementara anggota fraksi 50 orang yang berasal dari 11
partai, terbanyak partai Golkar

Kabupaten Pandeglang dipimpin oleh seorang Bupati yang dalam pelaksanaan


tugasnya dibantu oleh Sekertaris Daerah (Sekda) yang berperan sebagai koordinator Badan
Pelaksana Satuan Kerja perangkat Daerah/SKPD yang meliputi Dinas Kesehatan, Dinas Sosial,
Dinas Kesejahteraan Rakyat/Kesra, Dinas Perhubungan, Dinas PU, Dinas ESDM, Dinas
Pendidikan, Dimana masing- masing dinas dan satuan mempunyai kemampuan sesuai dengan
standar kedinasan yang telah ditetapkan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) di peroleh sebagian
besar dari sektor pertanian dan pariwisata. Dalam pelaksanaan organisasi pemerinta ha n
disukung oleh APBD yang cukup memadai.

2.1.6. Sarana Dan Prasana Bidang Kesehatan

Dari 24.098 penduduk di wilayah kecamatan SUMUR, 79 % sudah paham akan


pentingnya pemeriksaan kesehatan oleh tenaga kesehatan, namun tidak bisa dipungkiri juga
bahwa 21 % masyarakat kecamatan SUMUR lebih senang memeriksakan kesehatannya ke
dukun. Hal ini disebabkan karena masyarakat kita masih kental dengan budaya, tradisi dan
kepercayaan setempat

1. Sarana
a. Satu Puskesmas (dengan fasilitas perawatan) yaitu Puskesmas SUMUR
berlokasi di Jl. Raya Taman Nasional Ujung Kulon KM 1 Kp Dayeuh Mangseuh
Desa Kertajaya. Kecamatan SUMUR, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
b. Tiga Puskesmas pembantu,

2.1.7. Sumber Daya Tenaga Kesehatan


Dari 24.098 penduduk di wilayah kecamatan SUMUR, 79 % sudah paham akan
pentingnya pemeriksaan kesehatan oleh tenaga kesehatan, namun tidak bisa dipungkir i
juga bahwa 21 % masyarakat kecamatan SUMUR lebih senang memeriksaka n
kesehatannya ke dukun. Hal ini disebabkan karena masyarakat kita masih kental dengan
budaya, tradisi dan kepercayaan setempat
1. Saran
a. Satu Puskesmas (dengan fasilitas perawatan) yaitu Puskesmas SUMUR
berlokasi di Jl. Raya Taman Nasional Ujung Kulon KM 1 Kp Dayeuh Mangseuh
Desa Kertajaya. Kecamatan SUMUR, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
b. Tiga Puskesmas pembantu,

N Puskesmas/ Jumlah tenaga Ket


o Pustu/Polindes
1. Pustu 1 bidang, 1 perawat
2. Cigorondong 2 bidan, 1 perawat
3. Pustu Kertajaya 1 bidan, 1 perawat,
4. Pustu Tamanjaya 1 kepala puskesmas, 1 dokter umum, 35
UPT Puskesmas tenaga medis ( bidan dan perawat), 3
Kec. Sumur orang tenaga administrasi

Tabel 5 Jumlah sarana pelayanan kesehatan di wilayah puskesmas SUMUR


tahun 20xx
No Kelurahan / Desa Jumlah Sarana Ket
Kesehatan
1. Cigorondong 1 Pustu, 1 Polindes
2. Kertamukti
1 klinik 24 jam swasta, 1
3. Tamanjaya polindes
4. Sumberjaya 1 Pustu , 1 Polindes
5. Ujungjaya 1 Polindes
6. Tunggaljaya 1 Polindes
7. Kertajaya 1 Polindes
1 klinik bidan
1 Pustu, UPT PKM
Sumur

Tabel 6. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kecamatan Sumur tahun 20xx

2. Fasilitas Kendaraan

a. Kendaraan Roda 4 (Puskesmas Keliling ) 1 buah


b. Kendaraan Roda 2 sebanyak 3 buah

1. Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas SUMUR


a. Satu Puskesmas (dengan fasilitas perawatan) yaitu Puskesmas SUMUR
berlokasi di Jl. Raya Taman Nasional Ujung Kulon KM 1, Kp Dayeuh
Mangseuh Desa Kertajaya. Kecamatan SUMUR, Kabupaten Pandeglang,
Provinsi Banten

b. Empat Pustu masing-masing :

a. Pustu Cigorondong di desa Cigorondong

b. Pustu Kertajaya di desa Kertajaya

c. Pustu Tamanjaya di desa Tamanjaya

c. Gudang Obat terbatas (jenis obat yang tersedia terlampir)

d. Setiap desa memiliki Polindes

e. 24 Posyandu masing-masing :

1) 4 Posyandu di Desa Ujungjaya


2) 3 Posyandu di Desa Tamanjaya
3) 2 Posyandu di Desa Cigorondong
4) 2 Posyandu di Desa Tunggaljaya
5) 3 Posyandu di Desa Kertamukti
6) 4 Posyandu di Desa Kertajaya
7) 4 Posyandu di Desa Sumberjaya

4. Sarana Komunikasi
Media Elektronik : Radio, TV, Handy Talky dan Hand Phone.
2.2. Metodologi Perencanaan Kontijensi Bidang Kesehatan

2.2.1. Koordinasi Kedaruratan Dalam Menghadapi Korban Bencana

Dari skema diatas komponen kepemimpinan sangat berpengaruh dan mendasari dari
pengambilan keputusan dan motivasi.

Hal-hal lain yang mempengaruhi kepemimpinan adalah:

a. Sumber daya yang ada: antara lain ketersediaan tenaga kesehatan, obat dan alat kesehatan
serta finansial

b. Kedaruratan Bencana timbulnya pengalaman penanggulangan bencana sebelumnya,


intensitas bencana, dan jenis bencana

c. Infra struktur ketersediaan sarana komunitas, distribusi informasi dan sarana transportasi

2.2.2. Standar minimum Pelayanan dan Dukungan Kesehatan terhadap Korban


Bencana

1. PELAYANAN KESEHATAN

A. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat korban bencana didasarkan pada penilaian situasi awal serta
data informasi kesehatan berkelanjutan, berfungsi untuk mencegah pertambahan/menurunkan
tingkat mekatian dan jatuhnya korban akibat penyakit melalui pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan.
Tolok Ukur :

1) Puskesmas setempat, Puskesmas Pembantu, Bidang Desa dan Pos kesehatan yang ada.

2) Bila mungkin, RS Swasta, Balai pengobatan Swasta, LSM Lokal maupun LSM
Internasional yang terkait dengan bidang kesehatan bekerja sama serta mengkoordinasikan
upaya–upaya pelayanan kesehatan bersama.

3) Memakai standar pelayanan puskesmas.

4) Dalam kasus–kasus tertentu rujukan dapat dilakukan melalui system rujukan yang ada.

5) 1 (satu) Pusat Kesehatan pengungsi untuk 20.000 orang.

6) 1 (satu) Rumah Sakit untuk 200.000 orang

Dalam keadaan darurat terjadi perubahan angka kematian dari biasanya.

Tingkat kematian kasar :

Tolok ukur :

1) Normal rate 0,3 sampai 0,5/10.000 pddk/hari

2) Darurat terkontrol < 1/10.000 pddk/hari

3) Darurat kerusakan serius > 1/10.000 pddk/hari

4) Darurat tidak terkontrol > 2/10.000 pddk/hari

5) Kerusakan berat > 5/10.000 pddk/hari

Tingkat kematian bayi dibawah 5 tahun :

Tolok ukur :

1) Normal rate 1/10.000 pddk/hari

2) Darurat terkontrol < 2/10.000 pddk/hari

3) Darurat kerusakan serius > 2/10.000 pddk/hari


4) Darurat tidak terkontrol > 4/10.000 pddk/hari

B. Kesehatan Reproduksi

Kegiatan yang harus dilaksanakan pada kesehatan reproduksi adalah :

1. Keluarga Berencana (KB)

2. Kesehatan Ibu dan Anak antara lain :

a. Pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas.

b. Pelayanan pasca keguguran.

3. Deteksi Dini dan penanggulangan PMS dan HIV/AIDS

4. Kesehatan Reproduksi Remaja

C. Kesehatan Jiwa

Penanggulangan penderita stress paska trauma bisa dilakukan di lini lapangan sampai
ketingkat rujukan tertinggi, dalam bentuk kegiatan penyuluhan, bimbingan, konseling, dalam
bentuk kegiatan penyuluhan, bimbingan, konseling, yang tentunya disesuaikan dengan
kemampuan dan kewenangan petugas di setiap jenjang pelayanan.

Penanggulangan penderita stress paska trauma di lini lapangan dapat dilakukan oleh para
relawan yang tergabung dalam lembaga/organisasi masyarakat atau keagamaan maupun
petugas pemerintah ditingkat desa dan atau kecamatan,

Penanggulangan penderita stress paska trauma bisa dilakukan dalam 3 (tiga) jenis kegiatan,
yaitu :

1. Penyuluhan kelompok besar (lebih dari 20 orang)

2. Ahli Psikologi

3. Kader masyarakat yang telah dilatih.

Persyaratan sarana rujukan penderita Post Traumatic Stress (PTS)

1. Puskesmas
2. Klinik Psikologi

3. Rumah Sakit Umum

4. Rumah sakit Khusus Jiwa

2.2.3. Metode Umum Pelaksanaan kegiatan Pelayanan dan Dukungan Kesehatan


Terhadap Korban Bencana

2.2.4. Perencanaan Dukungan Anggaran Kontijensi Bidang Kesehatan


BAB III

KEBIJAKAN

3.1. Kebijakan Pengorganisasian Tugas dan Fungsi dalam Upaya Kesehatan

1. Komandan Pelaksana Bidang Kesehatan (dijabat oleh Kapuskesmas) Gabieola


Chintya Melati 1710211109

2. Kepala Seksi Administrasi (dijabat Kapustu) Trivena Permata Putri 1710211031

3. Kepala Seksi Logistik dan Kefarmasian (dijabat Kabag Logistik dan Kefarmasian
Puskesmas) Veriantara Satya Dhika 1710211106

4. Kepala Unit Dukungan Kesehatan (dijabat Ka unit rawat inap ) Ribka Carolin
1710211043

5. Kepala Sub Unit Evakuasi Medik (dijabat unit pelayanan KIA/KB) Nabila Syafaqoh
Fardam N 1710211126

6. Kepala Sub Unit Kesehatan Pengungsian (dijabat Ka Poli umum) Arda Maghfira
Qathrunnada 1710211129

7. Kepala Sub Unit Hygiene Sanitasi Lapangan (dijabat Ka unit Promkes) Tiara
Josephine Gracienta 1710211029

8. Kepala Unit Pelayanan Kesehatan (dijabat Kaunit UKP Puskesmas) Buana


Prabaswara 1710211055

9. Kepala Sub Unit Gadar (dijabat Kaunit IGD Puskesmas) Arda Maghfira Qathrunnada
1710211129

10. Kepala Sub Unit Perawatan Kesehatan (dijabat Ka unit UKM Puskesmas) Rafif Esa
Pradipta 1710211114

11. Kepala Sub Unit Rujukan Medis (dijabat Ka unit sanitasi/kesling Puskesmas) Tiara
Josephine Gracienta 1710211029
3.2. Kebijakan Sistem Komunikasi dan Koordinasi Keadaan Darurat
3.3. Kebijakan Proses Evakuasi dan Hospitalisasi
BAB IV

PENGEMBANGAN HUBUNGAN LINTAS SEKTORAL

4.1. Sektor Manajemen dan Koordinasi Pemda

a). DINAS KESEHATAN agar menyiapkan personel dan sarana prasarana untuk membantu
PEMDA Kabupaten Pandeglang, termasuk pelibataan RSU

b). PUSKESMAS dalam penanggulangan bencana GELOMBANG TINGGI,dengan kegiatan

● Konsolidasi SDM Kesehatan dan material/bekal kesehatan yang tersedia di


Kabupaten Pandeglang, untuk membantu pemerintah daerah dalam penanggulangan
bencana GELOMBANG TINGGI.
● Melakukan Rapid Health Assesment (RHA) .
● Melaksanakan kegiatan Dukungan kesehatan meliputi pertolongan di lapangan,
evakuasi medik, hygiene sanitasi lapangan .
● Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan meliputi penanganan gawat darurat pada
korban, melaksanakan perawatan kepada korban, serta melakukan rujukan medik.
● Melaksanakan koordinasi teknis dengan Kadinkes selaku Komandan Satuan Tugas
Kesehatan Penanggulangan Bencana Kabupaten Pandeglang
● Mengkoordinasikan bantuan kesehatan yang ada, baik dari pemerintah atau dari
LSM/NGO kesehatan
● Menginformasikan kegiatan kesehatan seperti info korban meninggal, korban luka
berat, luka ringan, korban hilang, korban yang masih dirawat di rumah
sakit/Puskesmas ke Dinas Kesehatan Propinsi dan PPK Kemenkes

4.2. Sektor Kesehatan TNI POLRI

(a) TNI: Menyiapkan Pasukan untuk membantu pencarian dan pertolongan korban bencana
serta melaksanakan keamanan wilayah
(b) Polri: Menyiapkan pasukan untuk mengatur ketertiban dan keamanan serta membantu
kelancaran evakuasi korban.
4.3. Sektor Sosial/ NGO

(a) SAR melaksanakan kegiatan bantuan pencarian dan pertolongan pertama terhadap
korban bencana yang masih hidup atau hilang.
(b) TAGANA merupakan taruna siaga bencana yang dikelola oleh dinas sosial atau
kebudayaan sosial, bertugas untuk melaksanakan kegiatan bantuan pencarian dan
pertolongan pertama terhadap korban bencana yang masih hidup atau hilang
(c) PMI menyiapkan unit lapangan untuk membantu penanggulangan bencana
gelombang tinggi.
(d) NGO lain dapat menyiapkan logistik dan bekal kesehatan.

4.4. Sektor Sarana dan Prasarana/Infrastruktur

(b) DINAS PEKERJAAN UMUM agar memimpin dan mengendalikan satuan- satuan
konstruksi dan melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait, untuk melaksanakan
kegiatan pembangunan dan penyiapan akomodasi serta pemukiman pengungsi.

(c) DINAS SOSIAL melaksanakan koordinasi untuk tugas-tugas dengan instansi lain
yang terkait dengan pemberian makanan ,pakaian dll di daerah pengungsian.

4.5. Sektor Perhubungan dan Transportasi

DINAS PERHUBUNGAN melaksanakan koordinasi untuk tugas akomodasi, perhubungan


dan transportasi kesehatan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Rencana kontinjensi ini disusun sebagai acuan dan referensi bagi Pemerinta h
Kabupaten Pandeglang serta segenap unsur yang terlibat dalam penanggulangan bencana
dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana meletusnya gunung api Anak Krakatau.
Jumlah anggaran biaya yang muncul dari beberapa sektor yang termuat dalam Rencana
Kontinjensi ini bukan merupakan Daftar Isian Kegiatan/Dokumen Pelaksanaan Anggaran
tetapi merupakan proyeksi kebutuhan apabila bencana seperti yang diskenariokan benar-benar
terjadi. Kebutuhan ini dipenuhi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada, baik
dari pemerintah, lembaga usaha, maupun masyarakat.

5.2. Saran

Rencana kontinjensi ini masih perlu penyempurnaan dan review secara berkala untuk
pemutakhiran data dan informasi. Diharapkan juga untuk semua lembaga yang berperan dapat
saling berkoordinasi dan berkerjasama dengan baik.
PENUTUP

Rencana kontinjensi ini disusun sebagai acuan dan referensi bagi Pemerinta h
Kabupaten Pandeglang serta segenap unsur yang terlibat dalam penanggulangan bencana
dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana meletusnya gunung api Anak Krakatau.
Jumlah anggaran biaya yang muncul dari beberapa sektor yang termuat dalam Rencana
Kontinjensi ini bukan merupakan Daftar Isian Kegiatan/Dokumen Pelaksanaan Anggaran
tetapi merupakan proyeksi kebutuhan apabila bencana seperti yang diskenariokan benar-benar
terjadi. Kebutuhan ini dipenuhi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada, baik
dari pemerintah, lembaga usaha, maupun masyarakat. Rencana kontinjensi ini masih perlu
penyempurnaan dan review secara berkala untuk pemutakhiran data dan informasi. Diharapkan
juga untuk semua lembaga yang berperan dapat saling berkoordinasi dan berkerjasama dengan
baik.

Anda mungkin juga menyukai