TUTORIAL D-4
KABUPATEN PANDEGLANG
BANTEN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu ancaman yang sampai saat ini masih berpotensi terjadinya bencana di Kab.
Pandeglang adalah ancaman bencana meletusnya gunung api Anak Krakatau yang berada di
antara Pulau Sertung di sisi baratnya dan Pulau Rakata Kecil atau Pulau Panjang di sisi
timurnya . Pada akhir-akhir ini didapati bahwa terjadi adanya peningkatan aktivitas dari
Gunung Api Anak Krakatau sehingga terdapat adanya peningkatan status dari normal menuju
waspada. Diketahui letusan terakhir G. Api Krakatau terjadi tahun 1883 berupa letusan abu
setinggi 24 kilometer disertai suara ledakan dan gemuruh letusan Krakatau terdengar sampai
radius lebih dari 4.600 kilometer hingga terdengar sepanjang Samudera Hindia, dari Pulau
Rodriguez dan Sri Lanka di barat, hingga ke Australia di timur.
Potensi bahaya primer letusan Gunung Api Anak Krakatau adalah berupa aliran
piroklastik / awan panas, aliran lava, kubah lava dan guguran lava, jatuhan piroklastik
bervariasi ukuran bahan, erupsi dari abu vulkanik ( diameter butir < 2 mm), lapilli ( diameter
butir 2 mm s/d 64 mm), bom Vulkanik ( > 64 mm, serta bahaya sekunder berupa lahar dan juga
yang terbesar adalah dapat menyebabkan terjadinya potensi Tsunami serta Gempa Vulkanik
yanng akan berdampak terhadap masyarakat yang berada disekitar pesisir pantai mulai dari
banyak nya bangunan yang hancur serta berdampak bagi kesehatan masyarakat setempat.
Sehubungan dengan aktivitas erupsi Gunung Api Anak Krakatau yang masih berlangsung dan
belum menunjukan tanda – tanda akan berhenti meletus, maka masyarakat yang bermukim di
Kecamatan Sumur yang terdiri dari Desa Ujung Jaya, Desa Tamanjaya, Desa Cigondrong, Desa
Tunggaljaya, Desa Kertamukti, Desa Kertajaya dan Desa Sumberjaya yang berada di tepi
pantai untuk menungsi ke tempat yang aman, supaya terhindar dari ancaman lontaran material
(pijar) yang dapat menimbulkan korban jiwa dan juga potensi adanya Tsunami dengan
ketinggian minimal 0,5 - 3 meter . Masyarakat dan wisatawan dihimbau untuk tidak mendekati
dan melakukan aktifitas di seluruh pesisir pantai untuk menghindari ancaman gelombang tinggi
akibat adanya bagian lereng Gunung Api Anak Krakatau yang jatuh ke laut.
1.2. Tujuan
Kegiatan ini ditujukan untuk tenaga sumber daya kesehatan yang berada di Puskesmas
Sumur serta pihak lain yang terlibat dalam penanggulangan bencana di bidang kesehatan.
1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup cakupan luasan ancaman bencana meletusnya gunung api Anak
Krakatau meliputi seluruh Kabupaten Pandeglang meliputi Kecamatan Carita yang terdiri dari
10 desa, Kecamatan Panimbang terdiri dari 6 desa, Kecamatan Labuan terdiri dari 9 desa,
Kecamatan Menes terdiri dari 12 desa, Kecamatan Menes terdiri dari 12 desa, Kecamatan
Sumur terdiri dari 7 desa yang berada di tepi pantai, Kecamatan Cibaliung terdiri dari 9 desa,
Kecamatan Jiput terdiri dari 19 desa, Kecamatan Cimanggu terdiri dari 12 desa, Kecamatan
Pagelaran terdiri dari 9 desa dan Kecamatan Cigeulis terdiri dari 3 desa.
BAB II
Provinsi Banten menempati wilayah ujung paling barat di pulau Jawa. Batas wilayah
Banten, sebelah utara dengan laut Jawa, sebelah selatan dengan Samudera Indonesia, sebelah
timur dengan wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat, sebelah barat dengan Selat Sunda.
Keadaan alam Banten di sebelah barat, berbatasan dengan wilayah DKI Jakarta
merupakan dataran rendah. Sedangkan di sebelah utara, barat dan selatan, di sepanjang tepi
Laut Jawa terus ke selat Sunda dan sampai ke selatan, Samudera Hindia, merupakan perairan
yang luas.
Luas Provinsi Banten 9.662.92 KM2 . Provinsi Banten mempunyai bentang alam
wilayah terdiri atas dataran sebagaimana yang terbentang antara Tangerang dan Serang,
perbukitan sedang (antara Serang – Pandeglang – Cibaliung) dan perbukitan terjal yang
tersebar di Bagian Selatan dengan puncak-puncak G. Sanggabuana, G. Halimun, G. Endut dan
G. Nyungcung.
Keadaan bentuk bentang alam ini sangat berkaitan erat dengan kondisi geologi regional
daerah Banten yang merupakan bagian dari jalur/busur magmatik berumur Tersier-Kuarter
yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera sampai Nusa Tenggara yang dikenal
sebagai Busur Magmatik Sunda-Banda (Sunda-Banda Magmatic Arc). Di daerah Banten busur
ini membentuk kubah, pematang dan kerucut gunungapi yang aktif.
Kondisi geologi seperti tersebut diatas menghasilkan potensi sumber daya mineral dan
geowisata yang cukup melimpah. Daerah berbatuan gunung api tua yang diterobos oleh batuan
intrusif yang lebih muda, merupakan tempat kedudukan mineralisasi logam dasar dan logam
mulia seperti timbal, besi dan emas.
Sedangkan daerah berbatuan gunung api lebih muda merupakan daerah prospek untuk
bahan galian industri seperti batu pasir kuarsa, batu gunung, bentonit, zeolit, lempung, toseki
dan tras. Selain itu daerah berbatuan sedimen tua dan muda sangat erat kaitannya dengan
keterdapatan batubara dan batu gamping.
Sedangkan untuk potensi geowisata, bekas tambang emas Cikotok dapat dijadikan salah
satu potensi unggulan yang dapat menghasilkan PAD bagi Propinsi Banten. Tambang emas
Cikotok ini merupakan salah satu tambang tertua di kawasan Asia Tenggara yang masih
terawat baik sehingga bisa dimanfaatkan untuk obyek pendidikan dan wisata geologi. Tempat
ini bisa juga dijadikan sebagai pusat pendidikan pertambangan bagi aparatur Pemerintahan baik
dari Propinsi Banten ataupun dari Propinsi lainnya. Selain itu tambang emas di Cikotok bisa
juga dijadikan sebagai laboratorium alam yang akan sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan
ilmu kebumian.
1) Gunung Karang (1.778 mdpl) adalah gunung tertinggi di Banten. Terletak di kabupaten
Pandeglang
Kelompok daerah perbukitan rendah dan dataran sempit dengan ketinggian 300-500 meter dari
permukaan laut.
Potensi perubahan iklim yang sulit dipredeksikan dan cenderung terjadi peningkata n
curah hujan yang disertai dengan munculnya badai tropis, akan menimbulkan resiko terjadinya
kegelombang tinggian, akibat peningkatan secara absolut debit air di sungai dan penurunan
daya serap air tanah. Kondisi tersebut akan menimbulkan resultante berupa Gelombang tinggi
bandang yang bukan saja akan berpotensi merusak pemukiman penduduk, namun juga akan
menghancurkan infra struktur transportasi, dan industri pertanian serta jasa, yang menjadi
sandaran ekonomi masyarakat Pandeglang.
Tabel Distribusi Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di wilayah Kabupaten Pandeglang
tahun 2014 - 2015
Dengan luas wilayah lebih kurang 2.747,89 km² atau 29.98% dari luas wilayah Provinsi
Banten. Pandeglang terletak pada koordinat 6 o 21” - 7o 10‟ Lintang Selatan dan 104o 48‟‟-
106o 11‟ Bujur Timur.
Kabupaten Pandeglang merupakan wilayah pesisir Barat dan Selatan dengan panjang
garis pantai lebih kurang 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5
mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang
tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar antara 21,0-
23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar antara 29,9-31,4 °C.
Wilayah Pandeglang berbatasan dengan:
Daerah Aliran Sungai (DAS) . Untuk memenuhi kebutuhan akan sumber daya air,
perairan terbuka yang dapat dimanfaatkan yaitu sungai. Sungai yang terdapat di Kabupaten
Pandeglang antara lain:
1) Sungai Cibeureum
2) Sungai Cibungur
3) Sungai Cikaduen
4) Sungai Cilamer
5) Sungai Ciliman
6) Sungai Cibaliung
7) Sungai Ciseukeut
8) Sungai Cibodas
9) Sungai Citeluk
Kabupaten Pandeglang dialiri oleh 18 aliran sungai dengan panjang total 835 km.
Sungai-sungai tersebut dapat dikelompokan ke dalam 3 (tiga) Satuan Wilayah Sungai (SWS)
yang mencakup seluruh wilayah kabupaten ini, yaitu: bagian utara berada di dalam SWS hulu
Sungai Ciujung, Cibanten dan Cidanau, bagian tengah berada di dalam SWS Ciliman-Cibungur
dan bagian selatan berada di dalam SWS Ciliman Cibungur.
Masing-masing SWS terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS). Pembagian
SWS dan DAS/DPS di Kabupaten Pandeglang adalah sebagai berikut:
1) Potensi perubahan iklim yang sulit diprediksikan dan cenderung terjadi peningkatan
curah hujan, akan menimbulkan risiko terjadinya peningkatan debit air di wilayah kabupaten
Pandeglang sehingga sungai akan meluap dan dapat terjadi gelombang tinggi bandang.
2) Peningkatan curah hujan juga berpotensi terjadinya tanah longsor di sepanjang jalan
jalur barat yang menghubungkan kecamatan-kecamatan di wilayah Pandeglang.
3) Ancaman gempa vulkanik dan erupsi gunung Krakatau dan Anak Krakatau
4) Ancaman gempa tektonik akibat pergerakan lempengan bumi yang di ikuti dengan
munculnya tsunami.
5) Ancaman kecelakaan lalu lintas akibat kondisi jalan lintas selatan yang penuh
dengan tanjakan dan tikungan tajam serta merupakan jalan dengan lalu lintas cukup padat
yang menghubungkan kecamatan di pesisir barat (berhadapan dengan selat Sunda) dan
selatan (berhadapan dengan samudera Hindia
6) Kebakaran hutan karena musim kering yang panjang serta ketidak patuhan
masyarakat dalam mengunakan api dalam membuka lahan baru, memicu timbulnya
kebakaran hutan yang berpotensi juga sebagai bencana.
9) Ancaman Konflik sosial akibat masalah-masalah sosial antar etnis yang dipicu
dengan permasalahan lama yang terakumulasi dan menjadi masalah kesenjangan sosial.
10) Jumlah korban yang terkena bencana tahun 2017: Bencana alam 11.285 rumah
tangga ; bencana sosial 78 rumah tangga
2.1.5. Administrasi Pemerintahan
Tanggal 1 April 1874 dianggap sebagai hari lahir Kabupaten Pandeglang. Wilayah
administrasi terdiri dari 35 kecamatan, dan keseluruha n terbagi menjadi 339 desa dan
kelurahan
Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang, secara susunan organisasi pada tahun 2005
terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor
kecamatan. Jumlah keseluruhan Pegawai Negeri Sipil daerah yang bertugas di jajaran
pemerintahan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2017 sebanyak 11.066 orang.
1. Sarana
a. Satu Puskesmas (dengan fasilitas perawatan) yaitu Puskesmas SUMUR
berlokasi di Jl. Raya Taman Nasional Ujung Kulon KM 1 Kp Dayeuh Mangseuh
Desa Kertajaya. Kecamatan SUMUR, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
b. Tiga Puskesmas pembantu,
2. Fasilitas Kendaraan
e. 24 Posyandu masing-masing :
4. Sarana Komunikasi
Media Elektronik : Radio, TV, Handy Talky dan Hand Phone.
2.2. Metodologi Perencanaan Kontijensi Bidang Kesehatan
Dari skema diatas komponen kepemimpinan sangat berpengaruh dan mendasari dari
pengambilan keputusan dan motivasi.
a. Sumber daya yang ada: antara lain ketersediaan tenaga kesehatan, obat dan alat kesehatan
serta finansial
c. Infra struktur ketersediaan sarana komunitas, distribusi informasi dan sarana transportasi
1. PELAYANAN KESEHATAN
Pelayanan kesehatan masyarakat korban bencana didasarkan pada penilaian situasi awal serta
data informasi kesehatan berkelanjutan, berfungsi untuk mencegah pertambahan/menurunkan
tingkat mekatian dan jatuhnya korban akibat penyakit melalui pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan.
Tolok Ukur :
1) Puskesmas setempat, Puskesmas Pembantu, Bidang Desa dan Pos kesehatan yang ada.
2) Bila mungkin, RS Swasta, Balai pengobatan Swasta, LSM Lokal maupun LSM
Internasional yang terkait dengan bidang kesehatan bekerja sama serta mengkoordinasikan
upaya–upaya pelayanan kesehatan bersama.
4) Dalam kasus–kasus tertentu rujukan dapat dilakukan melalui system rujukan yang ada.
Tolok ukur :
Tolok ukur :
B. Kesehatan Reproduksi
C. Kesehatan Jiwa
Penanggulangan penderita stress paska trauma bisa dilakukan di lini lapangan sampai
ketingkat rujukan tertinggi, dalam bentuk kegiatan penyuluhan, bimbingan, konseling, dalam
bentuk kegiatan penyuluhan, bimbingan, konseling, yang tentunya disesuaikan dengan
kemampuan dan kewenangan petugas di setiap jenjang pelayanan.
Penanggulangan penderita stress paska trauma di lini lapangan dapat dilakukan oleh para
relawan yang tergabung dalam lembaga/organisasi masyarakat atau keagamaan maupun
petugas pemerintah ditingkat desa dan atau kecamatan,
Penanggulangan penderita stress paska trauma bisa dilakukan dalam 3 (tiga) jenis kegiatan,
yaitu :
2. Ahli Psikologi
1. Puskesmas
2. Klinik Psikologi
KEBIJAKAN
3. Kepala Seksi Logistik dan Kefarmasian (dijabat Kabag Logistik dan Kefarmasian
Puskesmas) Veriantara Satya Dhika 1710211106
4. Kepala Unit Dukungan Kesehatan (dijabat Ka unit rawat inap ) Ribka Carolin
1710211043
5. Kepala Sub Unit Evakuasi Medik (dijabat unit pelayanan KIA/KB) Nabila Syafaqoh
Fardam N 1710211126
6. Kepala Sub Unit Kesehatan Pengungsian (dijabat Ka Poli umum) Arda Maghfira
Qathrunnada 1710211129
7. Kepala Sub Unit Hygiene Sanitasi Lapangan (dijabat Ka unit Promkes) Tiara
Josephine Gracienta 1710211029
9. Kepala Sub Unit Gadar (dijabat Kaunit IGD Puskesmas) Arda Maghfira Qathrunnada
1710211129
10. Kepala Sub Unit Perawatan Kesehatan (dijabat Ka unit UKM Puskesmas) Rafif Esa
Pradipta 1710211114
11. Kepala Sub Unit Rujukan Medis (dijabat Ka unit sanitasi/kesling Puskesmas) Tiara
Josephine Gracienta 1710211029
3.2. Kebijakan Sistem Komunikasi dan Koordinasi Keadaan Darurat
3.3. Kebijakan Proses Evakuasi dan Hospitalisasi
BAB IV
a). DINAS KESEHATAN agar menyiapkan personel dan sarana prasarana untuk membantu
PEMDA Kabupaten Pandeglang, termasuk pelibataan RSU
(a) TNI: Menyiapkan Pasukan untuk membantu pencarian dan pertolongan korban bencana
serta melaksanakan keamanan wilayah
(b) Polri: Menyiapkan pasukan untuk mengatur ketertiban dan keamanan serta membantu
kelancaran evakuasi korban.
4.3. Sektor Sosial/ NGO
(a) SAR melaksanakan kegiatan bantuan pencarian dan pertolongan pertama terhadap
korban bencana yang masih hidup atau hilang.
(b) TAGANA merupakan taruna siaga bencana yang dikelola oleh dinas sosial atau
kebudayaan sosial, bertugas untuk melaksanakan kegiatan bantuan pencarian dan
pertolongan pertama terhadap korban bencana yang masih hidup atau hilang
(c) PMI menyiapkan unit lapangan untuk membantu penanggulangan bencana
gelombang tinggi.
(d) NGO lain dapat menyiapkan logistik dan bekal kesehatan.
(b) DINAS PEKERJAAN UMUM agar memimpin dan mengendalikan satuan- satuan
konstruksi dan melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait, untuk melaksanakan
kegiatan pembangunan dan penyiapan akomodasi serta pemukiman pengungsi.
(c) DINAS SOSIAL melaksanakan koordinasi untuk tugas-tugas dengan instansi lain
yang terkait dengan pemberian makanan ,pakaian dll di daerah pengungsian.
5.1. Kesimpulan
Rencana kontinjensi ini disusun sebagai acuan dan referensi bagi Pemerinta h
Kabupaten Pandeglang serta segenap unsur yang terlibat dalam penanggulangan bencana
dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana meletusnya gunung api Anak Krakatau.
Jumlah anggaran biaya yang muncul dari beberapa sektor yang termuat dalam Rencana
Kontinjensi ini bukan merupakan Daftar Isian Kegiatan/Dokumen Pelaksanaan Anggaran
tetapi merupakan proyeksi kebutuhan apabila bencana seperti yang diskenariokan benar-benar
terjadi. Kebutuhan ini dipenuhi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada, baik
dari pemerintah, lembaga usaha, maupun masyarakat.
5.2. Saran
Rencana kontinjensi ini masih perlu penyempurnaan dan review secara berkala untuk
pemutakhiran data dan informasi. Diharapkan juga untuk semua lembaga yang berperan dapat
saling berkoordinasi dan berkerjasama dengan baik.
PENUTUP
Rencana kontinjensi ini disusun sebagai acuan dan referensi bagi Pemerinta h
Kabupaten Pandeglang serta segenap unsur yang terlibat dalam penanggulangan bencana
dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana meletusnya gunung api Anak Krakatau.
Jumlah anggaran biaya yang muncul dari beberapa sektor yang termuat dalam Rencana
Kontinjensi ini bukan merupakan Daftar Isian Kegiatan/Dokumen Pelaksanaan Anggaran
tetapi merupakan proyeksi kebutuhan apabila bencana seperti yang diskenariokan benar-benar
terjadi. Kebutuhan ini dipenuhi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada, baik
dari pemerintah, lembaga usaha, maupun masyarakat. Rencana kontinjensi ini masih perlu
penyempurnaan dan review secara berkala untuk pemutakhiran data dan informasi. Diharapkan
juga untuk semua lembaga yang berperan dapat saling berkoordinasi dan berkerjasama dengan
baik.