Anda di halaman 1dari 36

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian


4.1.1 Gambaran Kota Padang

Kata Padang berasal dari bahasa Minang yang dapat bermaksud


pedang, namun dapat juga untuk menunjukkan lapangan tempat kota ini berada.
Menurut tambo setempat, kawasan kota ini dahulunya merupakan bahagian dari
kawasan rantau yang didirikan oleh para perantau Minangkabau dari dataran
tinggi (darek). Tempat pemukiman pertama adalah perkampungan di pinggiran
selatan Batang Arau di tempat yang sekarang bernama Seberang Padang.
Seperti kawasan rantau Minangkabau lainnya, pada awalnya kawasan daerah
pesisir pantai barat Sumatera berada di bawah pengaruh kerajaan Pagaruyung.
Namun pada awal abad ke-17, kawasan ini telah menjadi bahagian dari
kedaulatan kesultanan Aceh.
Kota Padang adalah salah satu Kota tertua di pantai barat Sumatera di
Lautan Hindia. Menurut sumber sejarah pada awalnya (sebelum abad ke-17)
Kota Padang dihuni oleh para nelayan, petani garam dan pedagang. Ketika itu
Padang belum begitu penting karena arus perdagangan orang Minang mengarah
ke pantai timur melalui sungai-sungai besar. Namun sejak Selat Malaka tidak lagi
aman dari persaingan dagang yang keras oleh bangsa asing serta banyaknya
peperangan dan pembajakan, maka arus perdagangan berpindah ke pantai barat
Pulau Sumatera.
Kota Padang adalah ibukota Propinsi Sumatera Barat yang terletak di
pantai barat pulau Sumatera, secara astronomis Kota Padang terletak antara
0.44' dan 01.08' Lintang Selatan serta antara 100.05' dan 100.34' Bujur Timur.
Pada bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman, dibagian
timur berbatasan dengan Kabupaten Solok ,bagian selatan berbatasan dengan

38
Kabupaten Pesisir Selatan dan Samudera Indonesia. Sedangkan bagian barat
berbatasan dengan samudera Indonesia.

Gambar 4.1
Peta Wilayah Hukum Polresta Padang

Sumber : http:/peta-padang.go.id

Luas wilayah Kota Padang adalah 694.96 km2 atau setara dengan 1,65
persen dari luas propinsi Sumatera Barat. Yang terdiri dari 11 Kecamatan dan
memiliki 19 pulau-pulau, 104 kelurahan dengan kecamatan terluas adalah Koto
Tangah yang mencapai 232,25 km2 . Sedangkan yang terkecil kecamatan
Padang Barat memiliki luas daerah yang hanya 7,00 Km2 .

Ketinggian wilayah Kota Padang bervariasi menurut kecamatannya,


dimana Kecamatan Lubuk Kilangan berada paling tinggi dari permukaan laut
yaitu 1.853 meter dpl dengan luas wilayah 85,99 km2 . Diikuti oleh kecamatan
Koto Tangah dengan luas wilayah 232,25 Km2 dengan ketinggian 1.600 meter
dpl, kecamatan Pauh dengan luas wilayah 146,29 Km2 dan ketinggian 1.600
meter dpl serta kecamatan Bungus Teluk Kabung dengan luas wilayah 106,78
km2 dengan ketinggian 850 meter dpl. Sedangkan kecamatan Padang Barat
adalah kecamatan yang luas wilayahnya hanya 7,00 km2 dengan ketinggian

39
hanya 8 meter dpl, kecamatan Nanggalo, kecamatan Padang Timur serta
kecamatan Padang Utara, dengan luas wilayah kurang dari 10 km2

Luas tanah Kota Padang mencapai 69.496 hektar. Luas tanah yang
digunakan untuk perusahaan , industri dan jasa hanya sekitar 0,38 persen, 1,01
persen dan 1,03 persen. Sementara itu tanah yang dimanfaatkan untuk sektor
pertanian seperti sawah irigasi, sawah non irigasi, ladang/ tegalan, perkebunan
rakyat dan kebun campuran masing-masing sebesar 7,10 persen, 0,02 persen,
1,36 persen, 3,09 persen dan 19,62 persen. Sedangkan luas tanah terbesar di
Kota Padang digunakan sebagai hutan lebat yaitu sebesar 51,01 persen dari luas
tanah keseluruhan.

Wilayah Kota Padang tergolong beriklim tropis dengan rata-rata suhu


udara berkisar antara 20,80 hingga 28,10 0 C dengan suhu udara tertinggi terjadi
pada bulan Mei selama tahun 2019. Sementara itu rata-rata tekanan udara di
Kota Padang selama 2016 berada antara 1.009,90 hingga 1.011,50 mb dengan
tekanan udara tertinggi terjadi pada bulan September.

Kota Padang memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16


sungai kecil, dengan sungai terpanjang yaitu Batang Kandis sepanjang 20 km.
Tingkat curah hujan Kota Padang selama tahun 2015 mencapai rata-rata 296,00
mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 16 hari. Sementara itu suhu udara
kota Padang cukup rendah bila dibandingkan tahun sebelumnya yaitu antara

26,10 oC – 27,10 oC dengan kelembaban berkisar antara 81 – 88 persen.

Topografi Kota Padang menurut Badan Klimatologi, Metereologi dan


Geofisika (BKMG) termasuk kawasan rawan bencana, khususnya gempa dan
tsunami. Tingginya risiko ini disebabkan letak geografis Padang berbatasan
langsung dengan Samudera Hindia dan dilalui lempeng Indo Australia-Eurasia
yang aktif bergerak 4 hingga 6 centimeter per tahun Pergerakan lempeng itu jika
bertumbukan atau mengalami patahan dapat memicu terjadinya gempa bumi
yang berpotensi diikuti gelombang tsunami. empengnya saling berinteraksi
dengan habitat gempa lainnya. Seperti halnya gempa di Sumatera yang
menjadi satu seri besar (rantai) dengan gempa Xizang, Myanmar, Andaman,
Nicobar, dan Samudra

40
Dibawah ini data demografi mengenai jumlah penduduk di wilayah hukum
Polresta Padang pada tahun 2020, antara lain:

Table 4.1
Jumlah Penduduk Kota Padang

TAHUN
NO KECAMATAN
2020
1 2 3
1 BUNGUS TELUK KABUNG 25.645

2 LUBUK KILANGAN 57.817


3 LUBUK BEGALUNG 126.826
4 PADANG SELATAN 60.363
5 PADANG TIMUR 79.874
6 PADANG BARAT 46.136
7 PADANG UTARA 71.248
8 NANGGALO 62.415
9 KURANJI 154.325
10 PAUH 77.043
11 KOTO TANGAH 200.469
JUMLAH 962.161

Jumlah penduduk Kota Padang pada tahun 2020 mencapai 962.196


jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kota Padang tahun 2011 – 2020 berkisar
antara 1,19 persen hingga 1,63 persen per tahunnya. Laju pertumbuhan
penduduk ini secara konsisten mengalami perlambatan. Laju pertumbuhan
penduduk tertinggi adalah pada tahun 2014 sedangkan laju pertumbuhan
penduduk terendah adalah pada tahun 2020.

Penyebaran penduduk tidak merata menurut wilayahnya. Secara total,


kepadatan penduduk Kota Padang berjumlah 1.384 jiwa per km2 . Jika dilihat
berdasarkan kecamatan, kecamatan paling padat penduduk adalah Kecamatan
Padang Timur dengan 9,8 ribu penduduk per km2 sedangkan Kecamatan
Bungus Teluk Kabung adalah yang paling tidak padat penduduk dengan 254
penduduk per km2.

41
Persentase Angkatan Kerja Penduduk Kota Padag Tahun 2020 adalah
sebesar 63,82 persen dari penduduk kota Padang yang berumur 15 tahun keatas
merupakan angkatan kerja. Jumlah ini terdiri dari 56,30 persen bekerja dan 7,52
persen adalah pengangguran terbuka. Persentase penduduk kota Padang yang
berumur 15 tahun keatas yang bukan angkatan kerja sebesar 36,18 persen.
Jumlah ini terdiri dari penduduk yang mengurus rumah tangga sebesar 19,23
persen, penduduk yang bersekolah sebesar 13,80 persen, dan lainnya sebesar
3,14 persen.

Dari 7.621 orang pencari kerja yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Kota
Padang, sebanyak 5.534 orang lulusan SMA (72,62 persen), 1.239 orang lulusan
Sarjana (39,94 persen) dan 540 orang adalah lulusan D1-D3 (7,09 persen),
sedangkan untuk tingkat pendidikan SD hingga SMP berkisar 4,04 persen. Jenis
kelamin perempuan adalah jumlah pencari kerja yang terbanyak. Hal ini
menunjukkan bahwa perempuan cenderung pemilih dalam menentukan
pekerjaannya.

Kota padang memiliki beberapa sumber daya alam dan mineral yang
potensial untuk dikembangkan antara lain:

a. Batu kapur yang saat ini digunakan bahan pembuatan semen Indarung
yang terletak di Kel. Karang Putih Indarung Padang.
b. Granit Sililika
c. Tanah Liat
d. Potensi Emas di bukit bulek dan Batu Busuk (masih dalam tahap
penyelidikan)

Bukan hanya sumber daya alam dan mineral saja yang dimiliki Kota
Padang tetapi juga sumber daya kelautan yang sangat potensial dikembangkan
adalah:

a. Perikanan
b. Keindahan alam pesisir pantai dan laut
c. Terumbu Karang

42
4.1.2 Gambaran Polda Sumbar
Kepolisian Daerah Sumatra Barat atau Polda Sumbar (dulu bernama
Komando Daerah Kepolisian (Komdak atau Kodak) III/Sumatra Barat) adalah
pelaksana tugas Kepolisian RI di wilayah Provinsi Sumatra Barat. Polda Sumatra
Barat tergolong polda tipe A karena itu dipimpin oleh seorang kepala kepolisian
daerah yang berpangkat bintang dua atau Inspektur Jenderal Polisi. Saat ini yang
menjabat sebagai Kapolda Sumatra Barat adalah Suharyono.
Visi dan Misi Polda Sumbar
Visi adalah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan misi adalah untuk
mencapai tujuan tersebut. Tujuan Utama Polda Padang ke depannya dapat di
lihat dari visi dan misi sebagai berikut :
Visi :
Terwujudnya pelayanan Kamtibmas Prima, tegaknya hukum dan
keamanan yang mantap di wilayah Sumatera Barat serta terjalinnya kerjasama
(Networking) berdasarkan falsafah “Adat Basandi Syara’, Syara’ basandi
Kitabullah”, melalui pendekatan “Tungku Tigo Sajarangan”
Misi :
Berdasarkan pernyataan Visi yang dicita-citakan tersebut selanjutnya
diuraikan dalam Misi Polda Padang yang mencerminkan koridor tugas-tugas
sebagai berikut :
1. Menegakkan hukum secara Profesional, Obyektif, Proporsional, Transparan
dan Akuntabel, menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan;
2. Memberikan bimbingan kepada masyarakat serta melakukan kerjasama
untuk menciptakan rasa aman;
3. Memberikan perlinduntgan, pengayoman dan pelayanan secara mudah,
responsif dan tidak diskriminatif;
4. Mengembangkan perpolisian masyarakat (Community Policing) yang
berbasis pada masyarakat patuh hukum (Law Abiding Citizen);
5. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah,
cepat, tanggap, responsif dan tidak diskriminatif agar masyarakat bebas dari
segala bentuk fisik dan psikis;
6. Mengelola secara profesional sumber daya, serta meningkatkan upaya
konsolidasi Polda Sumbar untuk mewujudkan keamanan Sumatera Barat

43
sehingga dapat mendorong meningkatkan gairah kerja mencapai
kesejahteraan anggota;
7. Memelihara Kamtibcarlantas untuk menjamin keselamatan dan kelancaran
arus orang dan barang diwilayah hukum Polda Sumbar;
8. Melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini melalui kegiatan/operasi
penyelidikan, pengamanan dan penggalangan;
9. Menjamin keberhasilan penanggulangan gangguan keamanan dalam
wilayah hukum Polda Sumbar;
10. Meningkatkan perpolisian masyarakat yang berbasis pada masyarakat yang
patuh hukum.

Berdasarkan Pasal 6 Peraturan Kapolri Nomor 22 tahun 2011 Polda


Padang memiliki tugas sebagai berikut:

a. Pemberian pelayanan Kepolisisan kepada masyarakat dalam bentuk


penerimaan dan penanganan laporan atau pengaduan, permintaan bantuan
atau pertolongan, pelayanan pengaduan atas tindak anggota Polri, dan
pelayanan surat – surat izin atau keterangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan.
b. Pelaksana intelijen dalam bidang keamanan, termasuk persandian dan
intelijen teknologi, baik sebagai bagian dari kegiatan satuan – satuan atas,
maupun sebagai bahan masukan penyusunan rencana kegiatan oprasional
Polda dalam rangka pencegahan gangguan dan pemeliharaan keamanan
dalam negeri.
c. Penyelidikan dan penyidik tindak pidana,termasuk fungsi identifikasi,
laboratorium fornsik lapangan, pembinaan dan pengawasan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS), serta pengawasan proses penyidikan.
d. Pelaksanaan sabhara kepolisian, yang meliputi kegiatan patrol mencakup
pengaturan, penjagaan, pengawalan, pengamanan kegiatan masyarakat,
dan pemerintah, termasuk penindakan tindak pidana ringan, pengmanan
unjuk rasa, dan pengendalian massa, serta pengamanan objek khusus yang
meliputi Very Very Important Person (VVIP), Very Important Person (VIP),
tempat pariwisata, dan objek vital khusus lainnya.
e. Pelaksanaan lalu lintas kepolisian, yang meliputi kegiatan Pengaturan,
Penjagaan, Pengawalan, dan Patroli (Turjawali) lalu lintas termasuk
44
penindakan pelanggaran dan penyidikan kecelakaan lalu lintas, serta
Registrasi dan Identifikasi (Regident) pengemudi dan kendaraan bermotor,
dalam rangka penegakan hukum dan pembinaan Keamanan, Keselamatan,
Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas (Kamseltibcarlantas).
f. Pelaksanaan kepolisian perairan yang meliputi kegiatan patroli termasuk
penanganan pertama tindakk pidana, pencarian dan penyelamatan
kecelakaan/Search and Rescue (SAR) di wilayah perairan, pembinaan
masyarakat pantai atau perairan dalam rangka pencegahan kejahatan dan
pemeliharaan keamanan di wilayah perairan.
g. Pembinaan masyarakat, yang meliputi Perpolisian Masyarakat (Polmas),
pembinaan dan pengembangan benntuk – bentuk pengamanan swakarsa
dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap
hukum, tumbuh kembangnya peran serta masyarakat dalam pembinaan
keamanan dan ketertiban, terjalinnya hubungan Polri dengan masyarakat
yang kondusif bagi pelaksanaan tugas kepolisian, serta pembinaan teknis
dan pengawasan kepolisian khusus termasuk satuan pengamanan.
h. Pelaksanaan fungsi – fungsi lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan.

4.1.3 Gambaran Umum Ditresnarkoba Polda Sumbar

Ditresnarkoba merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada


diwiliayah Kapolda. Ditresnarkoba bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan
peyidikan tindak pidana penyalahgunaan narkoba, termasuk penyuluhan dan
pembinaan dalam rangka pencegahan dan rehabilitas korban penyalahgunaan
narkoba. Dalam melaksanakan tugasnya, Ditresnarkoba menyelenggarakan
fungsi:

a. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana penyalahgunaan narkoba


b. Penganalisisan kasus narkoba beserta penangannya dan pengkajian
efektifitas pelaksanaan tugas Ditresnarkoba
c. Pengawasan penyidikan tindak pidana narkoba di lingkungan Polda
d. Pembinaan dan penyuluhan dalam rangka pencegahan dan rehabilitas
korban penyalahgunaan narkoba

45
e. Pengumpulan dan pengolahan data serta menyajikan infromasi dan
dokumentasi program kegiatan Ditresnarkoba.

Ditresnarkoba dipimpin oleh Dirresnarkoba yang bertanggung jawab


kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari – hari di bawah kendali
Wakapolda. Ditresnarkoba dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh
Wadirresnarkoba yang bertanggung jawab kepada Dirresnarkoba. Ditresnarkoba
terdiri dari :

a. Subbagian Perencanaan dan Administrasi (Subbagrenim)

Subbagrenmin bertugas menyusun perencanaan program kerja dan


anggaran, manajemen Sarpras, personel, dan kinerja, serta mengelola
keuangan dan pelayanan ketatausahaan dan urusan dalam di lingkungan
Ditresnarkoba. Dalam melaksanakan tugasnya, Subbagrenmin
menyelenggarakan fungsi:
1) Penyusunan dokumen perencanaan dan anggaran antara lain Renstra,
Rancangan Renja, Renja, RKA-K/L,DIPA Perjanjian Kinerja, LKIP, LRA,
SMAP, IKU dan IKK, Hibah, evaluasi kinerja, pelaksaanan RBP, PID dan
SPIP Satker serta mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan
dan anggaran:
2) Pemeliharaan perawatan dan administrasi personel;
3) Pengelolaan Sarpras dan penyusunan laporan SIMAK-BMN
4) Pelayanan fungsi keuangan yang meliputi pembiayaan, pengendalian,
pembukuan, akuntansi, dan penyusunan laporan SAI serta
pertanggungjawaban keuangan;
5) Pengelolaan dan pelayanan ketatausahaan dan urusan dalam; dan.
Dalam melaksanakan tugasnya Subbagrenmin dibantu oleh:
1) Urren, yang bertugas membuat Renstra, Rancangan Renja, Renja, RKA-
K/L, DIPA, Perjanjian Kinerja, LKIP, LRA, SMAP, IKU, dan IKK, Hibah,
Evaluasi Kinerja, pelaksanaan RBP, PID dan SPIP Satker;
2) Urmin, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan administrasi umum
personel dan materiil logistik;

46
3) Urkeu, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan pelayanan keuangan;
dan
4) Keuangan

b. Bagian Pembinaan Operasional (Bagbinopsnal)

Bagian Pembinaan Operasional (Bagbinopsnal) bertugas sebagai berikut :

1) Melaksanakan pembinaan operasional Ditresnarkoba melalui


monitoring, evaluasi serta analisis penanganannya;
2) Mempelajari dan mengkaji efektivitas pelaksanakan tugas penyelidikan
dan penyidikan yang dilakukan oleh Ditresnarkoba;
3) Membinaan dan penyuluhan dalam rangka pencegahan dan rehabilitasi
korban penyalahgunaan narkoba;
4) Melaksanakan latihan fungsi, serta menghimpun dan memelihara berkas
perkara yang telah selesai diproses dan bahan literatur yang terkait; dan
5) Mengumpulkan dan mengolah data serta menyajikan informasi dan
dokumentasi program kegiatan Ditnarkoba.
Dalam melaksanakan tugasnya, Bagbinopsnal menyelenggarakan fungsi:
1) Perencanaan operasi, penyiapan administrasi operasi, dan pelaksanaan
Anev operasi;
2) Penganalisisan dan pengevaluasian pelaksanaan tugas Ditresnarkoba;
3) Penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba dalam rangka
pencegahan dan rehabilitasi;
4) Pengkoordinasian pemberian dukungan operasional ke kesatuan
kewilayahan;
5) Pelatihan fungsi dan pengadministrasian kegiatan penyelidikan dan
penyidikan, serta pengarsipan berkas perkara; dan
6) Pengumpulan dan pengolahan data serta menyajikan informasi dan
dokumentasi program kegiatan Ditresnarkoba.
Dalam melaksanakan tugasnya Bagbinopsnal dibantu oleh:
1) Subbagian Administrasi Operasional (Subbagminopsnal), yang bertugas
menyelenggarakan pelatihan fungsi, pengarsipan berkas perkara, dan
pengadministrasian kegiatan penyelidikan dan penyidikan, penyuluhan

47
mengenai bahaya penyalahgunaan Narkoba dalam rangka pencegahan
dan rehabilitasi; dan
2) Subbagian Analisa dan Evaluasi (Subbaganev), yang bertugas
menganalisis kasus, melaksanakan gelar perkara, dan mengkaji serta
mengevaluasi efektivitas pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan.

c. Bagian Pengawas Penyidikan (Bagwassidik)


Bagwassidik melakukan koordinasi dan pengawasan proses penyidikan
tindak pidana di lingkungan Ditresnarkoba, serta menindaklanjuti terhadap
pengaduan masyarakat yang terkait dengan proses penyidikan. Dalam
melaksanakan tugasnya, Bagwassidik menyelenggaralan fungsi:
1) Pengawasan pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana
yang dilakukan oleh Subdit pada Ditresnarkoba;
2) Pelaksanaan supervisi, koreksi, dan asistensi kegiatan penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana narkoba;
3) Pengkajian efektivitas pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak
pidana narkoba melalui penyelenggaraan gelar perkara;
4) Pemberian saran masukan kepada Dirresnarkoba terkait dengan hasil
pengawasan penyidikan, termasuk menjawab pengaduan masyarakat;
dan
5) Pemberian bantuan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkoba
yang dilakukan oleh penyidik pada Subdit Ditresnarkoba.
Dalam melaksanakan tugasnya, Bagwassidik dibantu sejumlah Unit dan
sejumlah penyidik utama yang bertugas membantu pelaksanaan tugas dan
fungsi Bagwassidik.

d. Sub Direktorat (Subdit)


Subdit bertugas melakukan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana
Narkoba yang terjadi di daerah hukum Polda. Dalam melaksanakan
tugasnya, Subdit
menyelenggarakan fungsi:
1) Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana Narkoba yang terjadi di
daerah hukum Polda;

48
2) Pemberkasan dan penyelesaian berkas perkara sesuai dengan
ketentuan administrasi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana
Narkoba; dan
3) Penerapan manajemen anggaran, serta manajemen penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana Narkoba.
Dalam melaksanakan tugasnya, Subdit dibantu oleh sejumlah Unit, yang
bertugas membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Subdit.
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Dirresnarkoba

Salah satu fungsi operasional yang bertugas di dalam penegakan hukum


pidana narkoba dan beberapa di bawah Polda Padang adalah Saturan Narkoba,
jumlah anggota Ditresnarkoba Polda Padang berjumlah 107 personil yang
terbagi dalam unit – unit serta urusan administrasi dalam struktur Satuan
Narkoba Polda Padang. Ditresnarkoba Polda Padang dipimpin oleh seorang
kepala kesatuan yang berpangkat Kombes Roedy Yoelianto, S.I.K.,M.H dengan
membawahi 3 subdit

Adapun Tugas Pokok dari Ditresnarkoba berdasarkan data yang


diperoleh dari Ditresnarkoba Polda Sumbar adalah sebagai berikut :

49
a. Ditresnarkoba Pold Sumbar bertugas menyelenggarakan penyelidikan
b. Penyelidikan tindak pidana penyalahgunaan Narkoba, termasuk
penyuluhan, pembinaan, pencegahan dan rehabilitas korban
penyalahgunaan Narkoba.
c. Dalammelaksanakan tugasnya, Satuan Reserse Narkoba Polda Padang
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba, dan precursor;
2. Pembinaan dan penyulahan dalam rangka pencegahan dan rehabilitasi
korban penyalahgunaan Narkoba;
3. Pengumpulan dan pengolahan data serta menyajikan informasi dan
dokumentasi kegiatan Ditresnarkoba;
4. Penganalisisan kasus Narkoba beserta penanganannya, serta
menyajikan efektivitas pelaksanaan tugas Ditresnarkoba.

Selain melaksanakan tugas pokoknya sebagai personil Ditresnarkoba


Polda Sumbar, anggota juga dilibatkan dalam kegiatan – kegiatan kepolisian
pada umumnya seperti kegiatan pencegahan terjadinya tindak pidana yaitu
melakukan patroli malam, melakukan pengamanan demo, menjadi anggota
dalmas kerangka dan sebgainya, hal ini dikuatkan dengan hasil wawancara
penulis dengan Wadir Ditresnarkoba Polda Sumbar tanggal 25 Januari 2023
mengatakan:

Anggota Ditresnarkoba disini memiliki 107 personeel, 102 adalah Pers


Polrsi sedangkan 5 personelnya Pers PNS yang menempati di beberapa
struktur yang ada di Ditresnarkoba, selain menjalankan kewajiban
sebagai anggota Ditresnarkoba juga dibebankan terhadap tugas – tugas
kepolisian pada umum yang lainnya seperti sekarang ini banyak anggota
Ditresnarkoba yang dilibatkan menjadi anggota dalmas kerangka di
Polda yang bertujuan untuk mempersiapkan pasukan dalmaas di dalam
menghadapi para demonstran.

50
Gambar 4.3
Wawancara bersama Wadir Ditresnarkoba
Polda Sumbar

Selain permasalahan yang berhubungan dengan kemampuan yang


dimiliki setiap personil, jumlah kekuatan personil yang dimiliki oleh Ditresnarkoba
juga masih terbilang cukup, sehingga pekerjaan anggota Ditresnarkoba Polda
Sumbar dalam melakukan pengungkapan tindak pidana narkotika dirasa sudah
optimal.

Table 4.2
Data Sarana dan Prasarana Ditresnarkoba Polda Sumbar
NO NAMA BARANG JUMLAH KET
1 Mini Bus/Avanza Velos 1 UNIT
2 Mobil Patroli/Grand Vitara 1 UNIT
3 Kendaraan Bermotor Khusus/Innova
4 Kendaraan Unit Alsus Intelijen (Toyota 1 UNIT
Innova V A/T Bensin 4x2 Warna Putih)
5 Kendaraan Unit Alsus Intelijen (Toyota 1 UNIT
Innova V A/T Bensin 4x2 Warna Hitam)
6 Kendaraan Unit Alsus Intelijen (Mitsubishi 1 UNIT
Strada Triton 4x4 Warna Hitam)
7 Kendaraan Unit Alsus Intelijen (Toyota 1 UNIT
Fortuner Vrz Warna Hitam)
8 Kendaraan R2 Khusus Dinas (Honda 2 UNIT
SmokeVerza)
9 Ups 4 UNIT
10 Stabilizer 1 UNIT
11 Senpi Dinas Organik Polri Jenis Pistol 80
Genggam Merk Hs-9 Kal 9 Mm UNIT
12 Senpi Organik Polri Jenis Ss1 V1 4 UNIT
13 Senpi Organik Jenis Vz61 Merk Scorpion 4 UNIT
14 Senpi Dinas Organik Polri Merek Cz P-10 S 4 UNIT
51
15 Alat Khusus Kepolisian (Cellebrite) 1 UNIT
16 Gps 1 UNIT
17 Rompi Anti Peluru 28UNIT
18 Rompi Anti Peluru Level Iv 8 UNIT
19 Helm Tempur/ Anti Peluru Level Iv 8 UNIT
20 Cellular Tactical Active&Passive Interception 4 UNIT
21 Universal Forensic Extraction Device 1 UNIT
22 Pc. Unit 9 UNIT
23 Laptop 2 UNIT
24 Printer 9 UNIT
25 Brangkas 1 UNIT
26 Peti Uang/Kas 1 UNIT

Pada table di atas terlihat bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
Ditresnarkoba Polda Sumbar sangatlah terbatas, terutama masalah kendaraan
dinas baik Roda-2 maupun Roda-4. Hal ini cukup menarik mengingat kendaraan
merupakan bagian yang sangat terpenting terhadap sukses tidaknya suatu
pengungkapan tindak pidana Narkotika.

4.2 Direction Finder (DF)

Directonal finder (DF) adalah perangkat yang berfungsi untuk


menjejakkan posisi mobile remote system (MRS) yang biasa dimanfaatkan
dalam kegiatan telecontrol dan telemonitoring. Telah banyak penelitian yang
membahas perangkat DF, namun hasil yang diperoleh menunjukkan nilai error
terkecil penjejakan sebesar 3,31m pada jarak pengukuran 50m. Nilai ini tidak
cukup akurat untuk diterapkan pada pengukuran yang lebih jauh. Untuk
mengatasinya pada penelitian ini dirancang bangun sistem DF untuk penjejakan
MRS berbasis metode proportional integral derivative (PID) pada jarak
maksimum sebesar 100m dan ketinggian maksimum 40m.

Perangkat DF dapat bergerak 2-axis pada arah pan (azimut) yang


mampu bergerak pada rentang 0derajat- 360derajat([0; 2pi]) dan tilt (elevasi)
pada rentang 0derajat-90derajat([0; 1/2pi]) untuk mengarahkan antena.
Pengambilan data posisi untuk menentukan arah gerak menggunakan global
positioning system (GPS) dari MRS dan perangkat DF. Untuk kebaharuan
sistem, algoritma kendali perangkat DF menggunakan kontrol PID. Telah berhasil
dilaksanakan rancang bangun sistem DF menggunakan agloritma kontrol PID
dengan konstanta Kp = 12, Kd = 0,965, dan Ki = 0,001. Perangkat DF memiliki
52
respon dinamis dengan kesalahan keadaan tunak di bawah 1derajat, lonjakan
kurang dari 1%, dan kecepatan sudut respon lebih dari 60derajat/s. Hasil
pengujian integrasi sistem diperoleh rerata error penjejakan sebesar 3,4derajat.
Informasi dari penelitian ini bermanfaat sebagai acuan bagi para praktisi
khususnya di bidang pertahanan, pemetaan, monitoring, dan remote sensing
area.

4.2.1 Modus Operandi Tindak Pidana Narkotika di Kota Padang

Kemajuan teknologi telah memberikan nuansa baru bagi kehidupan di


masyarakat, semua aspek kehidupan masyarakat merasakan adanya
perkembangan teknologi yang signifikan tak terkecuali dengan perkembangan
tindak pidana yang terjadi di masyarakat. Tindak pidana narkotika merupakan
tindak kejahatan yang sangat mendapat perhatian dari pemerintah, tindak pidana
ini tidak hanya terdaapat pada masyarakat yang berkembang melainkan juga
terjadi pada masyarakat yang lebih maju yang tentunya dengan peralatan dan
modus operandi yang terlebih canggih.

Dampak negative dari adanya perkembangan teknologi tindak pidana


narkotika khususnya menimbulkan modus operandi baru misalnya saja hasil
wawancara yang telah disampaikan oleh Katim Tim Sus Ditresnarkoba Polda
sumbar, IPDA Al Amar Faradhiba S.Tr.K tanggal 24 Januari 2023 mengatakan:

Tindak pidana yang terjadi di Kota Padang mengalami pergeseran cara


melakukan peredaran narkotika, yang dahulunya itu sering dilakukan
secara langsung (seperti pembeli tersebut langsung berhubungan
dengan pengedar atau bandar) namun sekarang peredarannya dilakukan
melalui secara tidak langsung misalnya dengan menempelkan barang
narkotika tersebut di tempat umum seperti toilet SPBU sehingga pembeli
di dalam pengambilan barangnya di arahkan oleh pengedar untuk
mendapatkan barangnya. Oleh karena itu perlu adanya alat atau
teknologi komunikasi yang dapat memantau pergerakan pengedar
dimana dia berada.

53
Gambar 4.4
Wawancara bersama Katim Tim Sus
Ditresnarkoba Polda Sumbar

Kota Padang merupakan salah satu daerah dimana modus operandi


tindak pidana narkotika dilakukan dengan menggunakan metode system jaringan
atau biasa disebut dengan istilah system transfer, pada modus operandi system
jaringan peredaran narkotika dilakukan antara pelaku yang berperan sebagi
penjual dengan pembelian tidak saling bertemu atau bahkan hanya
berkomunikasi lewat telepon serta tidak kenal satu dengan yang lainnya. Modus
operandi ini semakin rumit di dalam pengungkapannya karena melibatkan orang
ketiga di dalam melakukan atau meletakkan barang narkotika tersebut, sehingga
merupakan suatu tantangan bagi Ditresnarkoba Polda Sumbar dalam melakukan
pppengungkapan, suatu keberhasilan pengungkapan akan sangat dipengaruhi
oleh personel maupun sarana dan prasarana yang mendukung.

Kemajuan teknologi tersebut membuat pelaku tindak pidana narkotika


lebih berfikir aman di dalam menjalankan bisnis haramnya sehingga
mempersempit peluang untuk bertugas melakukan penangkapan, hanphone
merupakakan salah satu sarana untuk berkomunikasi dalam melakukan tindak
pidana narkotika karena lebih efektif dan mudah digunakan oleh pelaku dalam
melakukan peredran narkotika.

Berbagai macam jenis modus operandi tindak pidana narkotika yang


terjadi di Kota Padang maka Ditresnarkoba sebagai pihak yang memiiki
kewenangan untuk menangani kasus tersebut melakukan beberapa kegiatan
Preventif untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika, kegiatan –
54
kegiatan tersebut antara lain adalah dengan melakukan razia ke tempat – tempat
yang rentan dengan kejahatan tersebut misalnya ke tempat – tempat hiburan
malam dengan melakukan tst urine ditempat, seperti dijelaskan oleh Katim Tim
Sus Ditresnarkoba Polda sumbar, IPDA Al Amar Faradhiba S.Tr.K tanggal 24
Januari 2023 mengatakan:

Dikota Padang khusunya tindak pidana narkotika terjadi dengan berbagai


modus operandi misalnya dengan cas & carry, dengan memanfaatkan
kurir, lewat jasa pengiriman dan sebagainya. Menanggapi banyaknya
modus operandu yang terjadi maka Ditresnarkoba Polda Sumbar
melakukan kegiatan – kegiatan yang bersifat pencegahan atau preventif
yaitu dengan melakukan kegiatan razia pada tempat – tempat hiburan
yang ada di kota Padang serta melakukan test urine ditempat serta
melakukan koordinasi dengan jasa pengiriman barang untuk
mengantisipasi pengiriman yang diduga sebagai barang narkotika
sehingga dapat meminimalisir peredaran anrkotika di kota Padang.
Kegiatan razia ke tempat hiburan biasanya dilakukan dengan
berkoordinasi instansi terkait misalnya BNP (Badan Narkotika Propinsi) maupun
TNI sehingga dapat memudahkan dalam pelaksanaannya. Selain iitu tindak
pidana narkotika yang sering terjadi di kota Padang adalah narkotika jenis ganja
kemudian disusul dengan sabu-sabu dan psikotropika misalnya dumolid, camlet
dsb, hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Wadir Ditresnarkoba Polda
Sumbar, AKBP Fery Herlambang pada tanggal 24 Januari 2023:

Tindak pidana narkotika yang terjadi di Kota Padang ini di dominasi oleh
narkotika jenis ganja yang kemudian disusul oleh narkotika jenis sabu
dan psikotropika. Kebanyakan tersangka yang diamankan oleh
Ditresnarkoba Polda Sumbar adalah pemakaian narkotika jenis ganja, hal
ini dikarenakan jenis narkotika ini lebih mudah didapat serta harganya
juga terjangkau berbeda dengan jenis narkotika sabu yang harga belinya
mencapai 1.8 jt per gramnya, selain itu narkotika jenis ganja ini lebih
praktis di dalam menggunakannya yaitu dengan dililit oleh paper kemudia
dihisap.
Pernyataan yang disampaikan oleh Wadir Ditresnarkoba tersebut
dikuatkan dengan table dibawah ini yang merupakan data Ditresnarkoba selama
2021 dan 2022 berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang terjadi di Kota
Padang lebih banyak terjadi pda narkotika jenis ganja.

55
Table 4.2
Data Sarana dan Prasarana Ditresnarkoba Polda Sumbar

JENIS BARANG TAHUN


NO.
BUKTI 2021 2022
1. DAUN GANJA 420,56 Kg 589,78 Kg
2. POHON GANJA 28 Btg 102 Btg
3. SHABU 17,79 Kg 47,39 Kg
4. PIL EXTASY 71 Butir 68 Butir

Berdasarkan table di atas terlihat jelah jumlah barang bukti yang


terbanyak yaitu narkotika jenis ganja dengan jumlah 589,78 Kg pada Tahun 2022,
seedangkan barang bukti yang sedikit dilakukan penyitaan adalah psikotropika
jenis pil extasy sebanyak 68 Butir. Dari rekaputilasi tersebut peredaran narkotika
yang terjadi di Kota Padang di dominasi dengan narkotika jenis ganja.

Tindak pidana narkotika di Kota Padang mempunyai beberapa jaringan


dalam elakukan pengedran barangnya, terdapat jaringan Lapas yang
pelakunya mengendalikan perederan narkotika dari jeruji besi, kemudian
jaringan masyarakat sipil yang melakukan peredaran narkotik pada
konsumen menengah keatas serta jaringan oknum anggota. Untuk
jaringan okunum anggota ini biasa dilakukan oleh oknum anggota TNI
maupun Polri, sering kami menerima info dari informan maupun pelaku
bahwa barang narkotika yang dia dpat berasal daro seorang anggota.
Pada Pasal 1 angka 15 UUN 2009 dijelaskan pengertian penyaahguna
yaitu orang yang menggunakan narkotika tanpa haka tau melawan hukum.
Penentuan suatu perbuatan melawan hukum atau tidak, harus diketahui terlebih
dahulu dasar aturan hukumnya. Penggunaan narkotika secara legal hanya
diperbolehkan untuk kepentingan pelayanan kesehtaan dana tau pengembangan
ilmu pengetahuan serta teknologi seperti yang terdapat pada Pasal 7 UUN 2009.

Pecandu Narkotika Pada Pasal 1 angka 13 UUN 2009 memiliki


pengertian orang yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan
dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secra fisik maupun psikis.
Pada isi Pasal tersebut dapat ditafsirkan bahwa yang dapat dinamakan pecandu
narkotika adalah orang yang menggunakan serta yang menyalahgunakan.
Pertama, orang yang mengggunakan mempunyai penafsiran bahwa orang
tersebut pecandu yang sedang menjalankan rehabilitasi medis sehingga apabila
kemudia dia tertangkap maka untuk proses hukumnya tidak dapat dilakukan
kareena sesuai dengan pelayanan kesehatan. Kedua orang yang pecandu
56
narkotika tidak mempunyai legitimasi untuk menggunakannya demi kepentingan
pelayanan kesehatan sesuai dengan Pasal 1 angka 15 UUN 2009.

Pengertian korban penyalahgunaan dalam penjelasan UUN 2009 Pasal


54 adalah seseorang yang tidak sengaja menggunakan narkotika karena dibujuk,
diperdayam ditipu, dipaksa dan/atau diancam untuk menggunakan narkotika,
khusus dalam hal korban penyalahgunaan narkotika inu penyidik harus berhati –
hati, teliti dan cermat dalam melakukan pemeriksaan bahwa orang tersebut benar
– benar sebagai korban atau hanya melakukan malingering atau berbohong
kepada penyidik dengan tujuan terlepas dari tuntunan hukum.

Fernomena terhadap tindak pidana narkotika dan upaya


penanggulangannya di Kota padang sedang banyak dibicarakan oleh apaarat
penegak hukum. Penyalahgunaan narkotika sudah mendekati pada tidak
membahayakan, penyalahgunaan sudah tidah hanya menggunakan obat –
obatan saja melainkan sudah meningkat kepada pemakaian jarum suntik yang
pada akhirnya akan terinfeksi HIV-AIDS. Perkembangan kejahatan narkotika ini
sangat meresahkan kehidupan masyrakat, pengungkapan yang dilakukan oleh
Ditresnarkoba Polda Sumbar diharapkan mampu mengurangi terjadinya tindak
pidana narkotika.

Narkotika dapat memberikan dampak negative bagi pemakainya, hal


tersbut pasti sangat merugikan bagi mental dan fisik. Namun demikian beberapa
jenis obat masih digunakan dalam dunia kedokteran terhadap pasien – pasien
tertentu, tidak untuk dikonsumsi secara umum.oleh karena itu apabila narkotika
disalahgunakan oleh pemakaiannya maka kaan menimbulkan dampak yang
beraneka ragam. Beberapa dampak yang ditimbulkan dari narkotika menurut
hasil wawancara terhadap Katim Tim Sus Ditresnarkoba Polda sumbar, IPDA Al
Amar Faradhiba S.Tr.K tanggal 24 Januari 2023 mengatakan:

Narkotika merupakan zat yang sangat berbahaya apabila dalam


penggunaany asalah sehingga menimbulakan dampak bagi
pengunaanya salah sehingga menimbulkan dampak bagi penggunanya.
Adapun dampaknya diagi 2 yaitu dampak langsung fsn tidakk langsung
sebagai berikut:
1. Dampak langsung
a. Gangguan terhadap jantung
b. Otak
57
c. Pembuluh darah
d. System saraf
e. System pencernaan
f. Dapat menyebabkan HIV
g. Gangguan mental
2. Dampak tidak langsung
a. Keluarga akan malu
b. Harta akan habis akibat memeli narkotika
c. Tidak mendapatkan kepercayaan terhadap orang dekat
d. Dapat dipenjara
e. Akan dikucilkan dalam pergaulan
Itulah hal- hal atau dampak akibat melakukan oenyalahgunaan narkotika
san maasik banyak juga dampak – dampak lain.
Tindak pidana narkotika berdasarkan UUN 2009 memberikan sanksi
pidana yang cukup berat yaitu selain memeberikan hukuman penjara juga
dikenakan hukuman denda, namun pada kenyataan tindak pidana narkotika ini
justru semakin meningkat, hal ini dapat dikarenakan penjatuhan sanksi yang
diberikan tidak memberikan efek detterent terhadap pelakunya. Berdasaekan
UUN 2009 Pasal 114 berbunyi:

(1) Setiap orang yang tampa haka tau melaan hukum menawarkan untuk
dijual, menukaar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I. dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun san paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupuah) dan paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
(2) Dalam hal perbuatan menawarka untukk dijual, menjual, membeli,
menjaadi pelantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan atau
menerima Narkotika Golongan I sebagaimana diimaksud pada ayat (1)
yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau
melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana
seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 6 (enam) tahun ddan
paling lama 20(dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

58
4.2.2 Strategi yang dilakukan oleh Ditresnarkoba Polda Sumbar dalam
Pengungkapan Tindak Pidana Narkoba
Langkah – langkah yang dilakukan oleh Ditresnarkoba Polda Sumbar
dalam upaya pencegahan serta penindakan terhadap rindak pidana narkotika
adalah melakukan penggungkapan terhadap narkotika. Hal ini dilakukan
mengingat peredaran narkotika di Kota Padang sudah berbahaya, oleh karena itu
dalam melakukan pengungkapan memerlukan suatu strategi. Strategi dalam
kegiatan pengungkapan tindak pidana diawali dengan kegiatan penyidikan,
kegiatan penyelidikan yang direncanakan lebih baik akan dapat membantu
proses pengungkapan tindak pidana serta memanfaatkan teknologi kepolisian,
hal ini sesuai dengan pernyataan yang di sampaikan oleh Katim Tim Sus
Ditresnarkoba Polda sumbar, IPDA Al Amar Faradhiba S.Tr.K tanggal 24 Januari
2023 mengatakan:
Biasanya kami dalam melakukan pengungkapan tindak pidana diawali
dengan kegiatan penyelidikan terlebih dahulu, disini kami memanfaatkan
informan sebagai petunjuk awal dimana atau siapa yang diduga
melakukan tindak pidana narkotika, dari informan tersebut kami
mendapat informasi yang kemudian dibuatkan rencana penyelidikan
serta Laporan hasil penyelidikan berkaitan dengan informasi yang
diberikan oleh informan tersebut, setelah itu perkembangan tindakan apa
yang akan kami ambil tergantung pada situasi yang berkembang di
lapangan dan didukung dengan teknologi kepolisian.
Didalam melaksanakan pengungkapan suatu tindak pidana narkoba
terdapat suatu prosedur yang dipedomani oleh seluruh anggota Ditresnarkoba
Polda Sumbar yaitu;

a. Tahap peneyelidikan
1. Adanya bahan keterangan (baket) / informasi baik yang diketemukan
langsung maupun yang diterima dari jaringan informasi atau laporan
masyarakat.
2. Dibuat rencana penyelidikan dan dibuat rencana anggaran biaya
3. Pelaksanaan penyelidikan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
dengan cara - cara observasi, undercover maupun survilance, guna
menajamkan baket/informasi.
4. Membuat laporan hasi pelaksanaan penyelidikan dengan memuat
kesimpulan serta saran apakah baket/informan tersebut bisa ditindak
lanjuti untuk proses penyidikan atau tidak.
59
b. Tahap penyidikan
1. Penangkapan tersangka
2. Penyitaan barang bukti
3. Pemeriksaan awal saksi, tersangka dan barang bukti
4. Gelar perkara dilaksanakan intern unit untuk menentukan memastikan
adanya tindak pidana dan pasal yang disangkakan atau melepas
tersangka
5. Pembuatan laporan polisi
6. Dibuat rencana penyidikan dan dibuat rencana anggran biaya
7. Pembuatan berita acara pemeriksaan saksi – saksi dan tersangka
8. Pemeriksaan barang bukti secara laboratis ke BNN/Labfor/Balai
Pom/Rumah Sakit/Laboratorium Klinik
9. Melengkapi administrasi penyidikan. Maksimal dalam 3 x 24 jam setelah
penangkapan, kelengkapan berkas perkara sudah diajukan ke Kasat
10. Pengiriman SP2HP ke keluarga tersangka.
c. Tahap penyerahan berkas perkara, tersangka dan barang bukti
1. Gelar perkara penyesuaian hasil pemeriksaan, barang bukti dan
penerapan pasal
2. Maksimal pada hari ke-20 setelah polisi terbit, berkas perkara tahap I
dikirim ke JPU
3. Setelah diterima P.21 dari JPU. Dilaksanakan gelar perkara untuk
mengecek kelengkapan berkas perkara, tersangka dan barang bukti
4. Maksimal pada hari ke-50 setelah laporan polisi tersbit, berkas perkara
tahap II dikirim ke JPU
5. Menyimpan arsip 2 berkas perkara di ur bin ops
6. Pengiriman SP2HP ke-2 ke keluarga tersangka
7. Pembuatan perwabku.
d. Pengembangan
Pencarian DPO (Daftar Pencarian Orang) dan DPB (Daftar Pencarian Barang
Bukti). Pelaku dalam melakukan peredaran narkotika biasanya
menggunakan alat komunikasi seperti handphone sehingga petugas
kepolisian memerlukan kerja keras dalam pengungkapannya, kegiatan
penyelidikan yang memerlukan alat canggih atau alat pendeteksi keberadaan

60
handphone dibutuhkan pada saat pencarian keberadaan pelaku maupun
yang diduga sebagai pelaku oleh karena itu Ditresnarkoba dapat
memanfaatkan Direction Finder untuk melacak keberadaan pelaku.

4.2.3 Tahapan Penggunaan Alat Direction Finder


Sebelum menggunakan peralatan Direction Finder dalam mengungkap
suatu kasus, operator dan tim opsnal diwajibkan untuk mengikuti prosedur yang
ada. Prosedur tersebut selain bersumber daari Standar Operasi Prosedur
peralatan Direction Finder juga berasal dari kebijakan Ditreskrim Polda Sumbar.
Selain sebagai tertib administrasi, prosedur yang terdiri dari tahap – tahap
tersebut dilakukan agar tugas yang dilakukan memiliki sasaran yang jelas dan
tidak menyimpang dari tujuannya. Tahapan – tahap tersebut adalah
a. Melengkapi Administrasi
1. Membuat surat permohonan pinjam. Surat permohonan ini digunakan
sebagai dasar bagi Ditresnarkoba. Dasar dari pembuatan surat
permohonan pinjam pakai peralatan ini adalah laporan Polisi serta uraian
singkat kejadian dan target yany akan dicari. Surat yang diajukan kepada
Ditresnarkoba juga ditembuskan kepada Kasubdit III Jatanras dan Sub
Bagwasidik sebagai pengawasan.
2. Membuat surat perintah tugas, didalam surat perintah tugas ini berisi
personel yang terlibat dalam penyelidikan atau penyidikan, lama
pelaksanaan tugas dan target operasi yang akan dicari. Surat ini
digunakan sebagai dasar bagi personel untuk dapat melaksanakan tugas
diwilayah yang telah ditentukan.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pengunaan alat Direction Finder juga melalui tahap –
tahap yang harus dilewati oleh operator. Tahap ini dilakukan agar
penyelidikan dapat berjalan dengan lancar. Melalui metode wawancara dan
observasi penulis membagi tahapan tersebut kedalam beberapa bagian
antara lain:
1. Tahap Identifikasi
Untuk melakukan identifikasi pada target yang telah ditentukan diperlukan
kerjasama baik antara operator alat Direction Finder serta personel

61
dilapangan dan yang terkait dengan penyelidikan atau penyidikan perkara
tersebut. Tim yang ada pada lapangan mengumpulkan sebanyak
banyaknya data yang terkait dengan target. Data tersebut dapat berupa
nomor hanphone target, istri target, komplotan target ataupun barang
bukti yang dibawa oleh target pada saat melakukan tindak pidana yang
memiliki hubungan dengan teknologi informasi terutama handphone.
Dalam bagian ini hubungan antara MC POLRI dan operator Direction
Finder sangat penting, disampaikan langsung oleh Briptu Nofri,S.Si.,M.M
dalam hasil wawancaranya di Polda Sumatera Barat sebagai berikut:
untuk melakukan pengecekan posisi, pengangkatan imei, dan
penggangkatan call data record serta cell dump, saya masi
menggunakan jaringan provinder pribadi. Hal ini disebabkan apabila
saya mengirimkan data melalui MC POLRI terkadang lambat dan
terbatas serta mengikuti operator pemegang alat cek posisi
sementara untuk pengungkapan menggunakan alat Direction
Finder diperlukan data yang cepat karena posisi pelaku yang selalu
berpindah pindah dan sering bergantu nomor handphone. Hal ini
sangat menyulitkan bagi operator Dirction Finder karena tanpa ada
dukungan data dari MC POLRI otomatis peralatan Direction Finder
tidak dapat berfungsi secara maksimal.
Gambar 4.5
Wawancara bersama Operator DF Timsus
Ditresnarkoba Polda Sumbar

2. Analisa
Setelah mendapatkan data informasi berupa cek posisi maupun call
data record selanjutnya adalah melakukan analisa dengan menggunakan
beberapa softwere bantuan seperti htto://cellphonetrackers.org/, atau
Analyst’s Notebook. Utnuk menggunakan web bantuan ini juga diperlukan
pengetahuan tentang kode kode yang digunakan. Pengetahuan tentang
62
kode – kode yang digunakan ini didapat dari pelatihan yang telah
dilaksanakan sebelumnya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Katim Tim Sus
Ditresnarkoba Polda sumbar, IPDA Al Amar Faradhiba S.Tr.K tanggal 24
Januari 2023 mengatakan:

Operator Direction Finder telah memiliki kemampuan khusus untuk


mengartikan kode – kode atau angka – angka terkait dengan
jaringan komunikasi. Pengetahuan ini didapat dari pengalaman
pribadi operator dalam menggunakan teknologi informasi maupun
pelatihan – pelatihan khusus yang telah diberikan kepadanya.
Melalui observasi dan literature yang peneliti lakukan dapat
dijelaskan pengertian dari istilah, kode nomor atau angka yang sering
digunakan pada saat menggunakan peralatan Direction Finder adalah
sebagai berikut:

a. Cekpos ( cek posisi, Lat Position) adalah informasi mengenai


keberadaan nomor target. Cekpos berisikan serangkaian data yang
terdiri dari nomor IMSI, IMEI, LAC, CID, kordinat (latitude, longtitude)
dan waktu transaksi informasi terakhir. Cara melakukan cekpos
dengan mengirimkan sms nomor handphone target ke operator MC
POLRI maupun Provider yang selanjutnya dibalas dengan data
sebagai berikut:

Gambar 4.6
Hasil Cek Posisi

Sumber: Ditresnarkoba Polda Sumbar


63
b. IMSI (International Mobile Subcriber Identity) adalah serangkaian
angka unik dari sebuah sim card yang ditentukan oleh standar
internasional, dan beriikan data tentang MCC, MNC dank ode
registrasi nomor tersebut. IMSI juga dapat digunakan sebagai
petunjuk dari sebuah sim card, karena setiap sim card memiliki kode
IMSI sendiri dan tidak dapat digunakan oleh kartu lain. Sehingga
terkadang orang menyebutnya sebagai sidik jari (fingerprint) sebuah
sim card.
c. IMEI (International Mobile Equipment Identity) adalah identitas
pribadi (fingerprint) dari sebuah hanphone yang dimiliki oleh target,
yang membawa informasi tentang ponsel yang bersangkutan berupa
pabrik pembuatan ponsel dan Model ponsel. Pada pengungkapan
kasus ini didapat imei target untuk selanjutnya dapat di lakukan
pelacakan dan pengangkatan Call Data Record.
d. BTS atau Base Transceiver Station adalah sebuah infrastruktur
berupa Menara (tiang, tower) telekomunikasi yang memfasilitasi
komunikasi nirkabel antara piranti komunikasi dan jaringan operator.
Satu BTS biasanya mencangkup atau mengcover kurang lebih 120
derajat sector tunggal dari suatu daerah. Biasanya sebuah Menara
dengan 3 BTS akan menampung semua area sebesar 360 derajat di
sekitar Menara. Dari 4 atau 5 angka yang ada pada Location Area
Code. Angka terakhir menunjukkan area jaringan yang dimiliki.
Semakin kecil angka terakhir yang didapatkan maka posisi target
semakin dekat dengan antena.
e. MCC atau Mobile Country Code adalah kode negara sebagai
penyedia dari operator telekomunikasi. Contoh: Indonesia diberikan
kode 510 sebagi kode MCC, Negara Malaysia 502 dan untuk Negara
Singapura 525.
f. MNC atau Mobile Network Code merupakan kode dari operator
penyedia jasa telekomunikasi yang berbeda anatara satu dan yang
lainnya. Indonesia memiliki beberapa operator penyediaan jasa
telekomunikasi yaitu XL dengan kode MNC 11, Telkomsel MNC 10,

64
Indosat MNC 01, AXIS MCN 08 DAN SMARTFRE MNC 09.
g. LAC (Location Area Code) adalah sekumpulan angka yang
menunjukkan suatu daerah tertentu, daerah yang ditunjukkan oleh
LAC adalah daerah tempat sinyal BTS atau Menara telekomunikasi
itu sendiri.
h. CID (Call Identity) adalah sekumpulan nomor unik yang digunkan
untuk mengidentifikasikan sector BTS yang ada dalam Daerah BTS
dalam hal ini adalah LAC.
i. CDR (Call Data Record) adalah riwayat transaksi panggilan yang
dimiliki oleh sebuah nomor hanphone yang terdiri dari panggilan
masuk dan panggilan keluar, jenis transaksi, nomor tujuan, nomor
penerima, waktu panggilan, lamanya panggilan, IMEI handphone
yang digunakan, serta posisi hanphone pada saat melakukan
panggilan.
j. Cell Dump/Cell Hash adalah data nomor handphone yang aktif pada
waktu dan tempat tertentu di jangkuan Base Tansciever Service
(BTS) yang dapat dipergunakan untuk memonitor seluruh nomor
yang ada dalam jangkauan Base Transciever pada waktu dan lokasi
tertentu pula.
k. Software Pembantu adalah beberapa free software/application yang
dapat dikombinasikan dengan perangkat direction finder yang dimiliki
handphone dengan system Android Contoh : Cell Maper, G-Mon
maupun Net Monitor untuk menunjukkan data Base Transceiver
Station atau disingkat BTS aktif pada Location Area Code maupun
Cell Identity di suatu wilayah tertentu.
3. Hunting ( berburu nomor target )
Langkah terakhir dari tahapan penggunaan alat Direction Finder
adalah menggunakan peralatan Direction Finder itu sendiri untuk
melakukan pelacakan nomor target yang biasa disebut dengan Hunting.
Hunting dilakukan dengan persiapan yang diawali dengan arahan yang
diberikan kasubdit sebagai kordinator dan kanit sebagai pimpinan di
lapangan. Kanit akan mengarahkan tim buser dan operator untuk
melaksanakan tugas yang telah dibagi dan melakukan pengawasan

65
terhadap pelaksaan tugas tersebut.
Factor keselamatan dan keamanan alat merupakan factor yang
harus selalu diperhitungkan, karena alat tersebut harganya sangat mahal
dan rawan terhadap benturan. Hal ini adalah factor penting karena belum
tersedianya anggota yang dapat memperbaiki alat apabila dalam keadaan
rusak. Selain daripada itu di dalam perjalanan yang jauh tidak dapat
diperkirakan kerawanan yang lain yang dapat menghambat dan
membahayakan peralatan Direction Finder.
Operator Direction Finder biasanya sudah mempersiapkan mobil
dan memasang antena pada mobil Direction Finder serta membawa
sarana pendukung seperti handphone Android yang dapat digunakan
untuk memetakan luasan wilayah daerah yang diselidiki.

Gambar 4.7
Alat Direction Finder

Sumber : Ditresnarkoba Polda Sumbar

a. Memasukkan IMSI atau Imei target kedalam mesin Direction Finder.


Nomor IMEI handphone dapat juga diambil secara manual yang
biasanya diperoleh dari kotak handphone apabila handphone sebagai
barang bukti dan dibawa lari oleh tersangka, atau dengan menekan
angka *#06# yang dapat dilakukan pada seluruh jenis handphone yang
beredar di Indonesia

66
b. Melakukan scaning jaringan pada lokasi LAC dan CID yang dituju, hal
ini dilakukan untuk memetakan seluruh jaringan telekomunikasi yang
ada pada lokasi tersebut.

Setelah dilakukan pemetaan jaringan telekomunikasi kemudian


dipilih jaringan komunikasi terkecil dari provider yang telah ditentukan.
jaringan komunikasi terkecil ini digunakan untuk menjadi dummy BTS
(BTS palsu) sehingga seluruh nomor yang ada pada daerah tersebut akan
teregister dalam mesin Direction Finder. Proses ini dapat dilakukan
berulang ulang kali sampai dengan nomor target sasaran dapat terigester.
Kelebihan mesin ini adalah dapat menyadap seluruh nomor yang ada
pada lokasi pencariannya, dan dapat beroprasi pada 4 (empat) jaringan
seluler sekaligus. Sehingga apabila nomor sim cardnya dengan kartu
provider lain, maka mesin ini dapat tetap mendeteksinya. Apabila seluruh
nomor telah terigester dalam mesin Direction Finder dapat melakukan
beberapa tindakan khusus yang merupakan keunggulan dari alat ini.
Tindakan tersebut adalah :

1. Search & Release adalah mede yang digunakan pada saat


menggunakan alat Direction Finder dengan meregister seluruh IMEI
dan IMSI yang ada sementara handphone yang terigester dapat tetap
melakukan panggilan.
2. Search & Lock adalah cara yang digunakan untuk mencari nomor
target utama berdasarkan data yang telah teregister dan selanjutnya
dikunci untuk dilakukan penusukan.
3. Ping adalah cara yang digunakan untuk menjadikan seluruh
handphone yang teregister untuk dijadikan target.
4. Denny Service adalah cara yang digunakan untuk menghentikan arus
informasi data dari nomor yang telah teregister sehingga handphone
tidak dapat melakukan panggilan masuk dan panggilan keluar
maupun transaksi informasi lainnya.
5. Bubble adalah cara yang digunakan untuk menyedot seluruh
komunikasi sms yang ada pada nomor yang teregister pada mesin
Direction Finder.
Setelah melakukan scaning pada lokasi tempat nomor handphone
67
target teregister, tahapan selanjutnya adalah melakukan penusukan
(menuju ke target ) sasaran. Hal ini dilakukan oleh operator direction
finder dengan menggunakan alat HHDF ( Han Held Direct Finder). Dalam
pelaksanaannya operator direction finder wajib menggunakan rompi anti
peluru dan tim opsnal. Selain itu juga pada saat melakukan scaning area
menurut Katim Tim Sus Ditresnarkoba Polda sumbar, IPDA Al Amar
Faradhiba S.Tr.K mengatakan:
Alat direction finder tidak dapat digunakan terlalu lama karena alat
ini memancarkan radiasi yang cukup besar. Operator direction
finder telah diberikan baju anti radiasi akan tetapi bagi tim yang
berada diluar mobil dan tidak menggunakan baju anti radiasi sedikit
banyaknya akan terkena radiasi yang dipancarkan.

4.2.4 Faktor – factor yang Mempengaruhi Efektifitas Pengungkapan


Tindak Pidana Narkotika pada Ditresnarkoba Polda Sumbar

Ada beberapa factor yang mempengaruhi efektivitas pengungkapan


penyalahgunaan tindak pidana narkotika pada Ditresnarkoba Polda Sumbar.
Berdasarkan informasi serta hasil wawancara terhadapt beberapa sumber yang
ditemukan penulis di lapangan maka dapat digolongkan menjadi 2 faktor antara
lain factor internal dan factor eksternal.faktor internal terdiri dari : Sumber Daya
Manusia (SDM), Saran dan prasarana, anggaran, kebijakan pimpinan.
Sedangkan factor eksternal terdiri dari kerjasama dengan instansi terkai dan
kerjasama dengan masyarakat. Dalam analisis SWOT beberapa factor tersebut
dapat dikelompokkan pada kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman
antara lain:

a. Kekuatan
1. Bidang sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Ditresnarkoba Polda Sumbar
cukup mendukung, hal ini dapat diihat dari bangunan kantor yang terdiri dairi
beberapa ruangan.

68
2. Bidang Sumber Daya Manusia (SDM)
Jumlah personil yang dimiliki oleh Ditresnarkoba Polda Sumbar ini
sebenarnya sudah cukup banyak, jumlah personel 107 personel. Dari hasil
wawancara yang dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa jumlah personil
yang dimiliki oleh Ditresnarkoba sudah cukup.

3. Kebijakan dan dukungan pimpinan


Kebijkan dalam setiap keberhasilan pengungkapan dengan teknil
memanfaatkan Direction Finder tidak boleh di publikasikan mengingat kegiatan
tersebut merupakan kegiatan yang bersifat rahasia serta tidak boleh diketahui
orang ramai sehingga dapat mencegah terjadinya hal – hal yang tidak
diinginkan.
Dukungan penuh diberikan oleh Polda Sumbar terhadap Ditresnarkoba,
hal ini terkait kebijakan strategis yang dilakukan oleh pimpinan dalam
mencegah terjadinya tindak pidana narkoba di Kota Padang. Kasat Narkoba
juga memberikan kebijakan terhadap anggota Ditresnarkoba dalam melakukan
pengungkapan tindak pidana narkoba tiap subdit minimal 8 (delapan) kali dalam
setiap bulannya. Meskipun pertanggung jawaban anggaran sesuai dengan
1(satu) perkara akan tetapi yang dibebankan terhadap setiap subnit berjumlah
8 (delapan) perkara, sesuai dengan penjelasan kasat narkoba bahwa kebijakan
tersebut sengaja diberlakukan dengan tujaun memotivasi serta agar terjadi
persaingan yang sehat dalam memperebut subnit yang terbaik pada setiap
bulannya.

b. Kelemahan
1. Bidang sarana dan prasarana
Dalam melaksanakan tugas pengungkapan tindak pidana narkotika,
diperlukan sarana dan prasarana guna mendukung setiap kegiatan
operasional di lapangan. Hal ini seperti dijelaskan oleh Katim Tim Sus
Ditresnarkoba Polda sumbar, IPDA Al Amar Faradhiba S.Tr.K mengatakan:
Setiap institusi Negara seperti POLRI khususnya di Ditresnarkoba Polda
Sumbar sangat memerlukan dukungan sarana dan prasarana dalam
kegiatan operasional sehingga mampu mengoptimalkan setiap tugas
yang menjadi tanggung jawabnya. Ditresnarkoba Polda Sumbar sendiri
masih sangat kurang sarana berkaitan dengan dukungan kendaraan
69
operasional, selama ini kegiatan yang dilaksanakan masih
mengandalkan kendaraan pribadi masing – masing personil tentunya
akan menjadi kendala apabila kendaraan tersebut dibutuhkan oleh
keluarganya.
Sudah jelas yang dinyatakan oleh Katim Tim Sus Ditresnarkoba Polda
Padang bahwa sarana dan prasarana sangatlah penting dalam kegiatan
operasional, kendaraan dinas baik roda 2 maupun roda 4 yang dimiliki
Ditresnarkoba Polda Sumbar kurang didukung oleh organisai sehingga
menjadi beban tersendiri bagi personel dalam melaksanakan kegiatan
dilapangan terutama dalam hal pergerakan dari satu tempat ke tempat yang
lain. Kekurangan terhadap kendaraan yang digunakan dalam kegiatan
operasional merupakan kendala yang harusnya diberikan jalan keluar
sehingga tidak mengganggu pelasanaan tugas dan kewajiban.

2. Bidang Sumber Daya Manusia (SDM)


Berkaitan dengan factor – factor yang mempengaruhi efektivitas
pengungkapan penyalahgunaan tinda pidana narkotika, personil yang ada di
dalam Ditresnarkoba Polda Sumbar masih perlu diberi pelatihan dan
pendidikan tentang teknik pengungkapan tindak pidana narkotika terutama
yang berkaitan dengan menggunakan Teknologi Informasi yang digunakan
dalam membantu pengungkapan di lapangan. Hal ini ditujukan agar apabila
anggota yang mempunyai kemampuan dalam menganalisa data yang didapat
dari Direction Finder berhalangan dalam bertugas, maka dapat diambil alih
tugasnya oleh anggota yang lain.

3. Bidang penganggaran
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, anggaran
diberikan tiap bulan kepada personil Ditresnarkoba Polda Sumbar. Anggaran
tersebut diajukan untuk 1 (satu) perkara tiap subnit hal ini mengingat beban
yang diberikan oleh pimpinan kepada subnit untuk mengungkap 8 (delapan)
perkara tiap bulan tiap subnit. Kebutuhan biaya kegiatan pengungkapan tindak
pidana narkotika cukup besar, misalnya saja biaya terhadap informasi,
komunikasi, biaya makan serta yang lainnya. Berdasarkan hasil wawancara

70
dengan Ipda Al Amar Faradhiba S.Tr.k selaku Tim Sus Dit Resnarkoba Polda
Sumbar mengatakan :
Anggaran Ditresnarkoba Polda Padang dalam setahun yang diterima
sebesar Rp 3.700.000.000,- dengan tiap subdit di targetkan 8 ungkapan
kasus perbulannya, sedangkan di Polda Sumbar sendiri terdiri dari 3
subdit, berarti ada 24 kasus perbulan yang harus dilaksanakan dengan
anggaran tiap kasusnya Rp 23.125.000,- sedangkan dengan kasus PN
(Prioritas Nasional) anggaran per kasusnya sebesar Rp 95.000.000,-.

Anggaran sangatlah penting untuk mendukung operasional dilapangan,


yang mana anggran yang diberikan kepada personel Ditresnarkoba Polda
Sumbar sangat terbatas meskipun demikian kegiatan operasional tetap berjalan
mengingat sudah menjadi tugas dan kewajiban anggota Ditresnarkoba Polda
Sumbar. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh Katim Tim Sus
Ditresnarkoba Polda sumbar, IPDA Al Amar Faradhiba S.Tr.K tanggal 24 Januari
2023 mengatakan:
Tindak pidana narkotika merupakan tindak pidana yang serius dan tidak
boleh main – main dalam menanggulanginya, berkaitan dengan
operasional maka tidak terlepas dengan adanya dukungan anggran yang
diberikan. Ditersnarkoba Polda Sumbar sendiri memiliki dukungan
anggaran yang terbatas namun hal ini tidak menjadi alasan bagi kami
dalam melaksanakan tugas pengungkapan tindak pidana narkotika,
anggaran kami disini dibagikan perbulaan dalam setiap subnit, dan subnit
tersebut harus membuat pertanggung jawabanmengenai pemakaian
anggaran tersebut sesuai kebutuhan, biasanya dibuat oleh bamin masing
– masing unit. Pertanggung jawaban yang dilakukan setiap subnit adalah
satu perkara akan tetapi beban yang diberikan pimpinan tetap
melaksanakan pengungkapan 8 perkara di tiap subnit.

c. Kesempatan
1. Kerjasama dengan Masyarakat
Tidak jarang pengungkapan suatu tindakan pidana narkotika berawal dari
partisipasi masyarakat dengan membantu memberikan informasi terhadap
adanya suatu tindak pidana narkotika, tindakan kepolisian yang memanfaatkan
partisipasi masyarakat merupakan salah satu upaya dalam hal terungkapnya
suatu tindak pidana narkotika. Pada Ditresnarkoba Polda Sumbar sendiri
hampir seluruh pengungkapan yang dilakukan berdasarkan informasi yang
diberikan oleh masyarakat, orang yang memberikan informasi mengenai
adanya tindak pidana narkotika biasa disebut “informan”. Kerjasama yang
dilakukan oleh anggota dengan informan sangat efektif dikarenakan pelaku
71
atau target tidak secara langsung bertemu dengan anggota Polri melainkan
tanpa disadari tindak pidana narkotika yang mereka lakukan dipantau oleh
informan. Keterangan yang menjelaskan bahwa Ditresnarkoba Polda Sumbar
melakukan kerjasama dengan informan adalah hasil wawancara yang
dilakukan oleh penulis dengan Katim Tim Sus Ditresnarkoba Polda sumbar,
IPDA Al Amar Faradhiba S.Tr.K mengatakan:
Keberhasilan kami dalam pengungkapan tindak pidana narkoba adalah
sebagaian besar dengan memanfaatkan jasa informan, yang mana
informan ini kami dapat atau rekrut dari masyarakat dengan tugas
memberikan informasi tentang tindak pidana yang terjadi sehingga kami
dapat dengan mudah melakukan pengungkapan.

2. Kerjasama dengan Instansi terkait


Kerjasama Ditresnarkoba Polda Sumbar dilakukan dengan melibatkan
instansi terkait misalnya BNN, namun kerjasama dilakukan bukan dengan BNN
melainkan BNP yang merupakan anak cabang dari BNN pusat. Terdapat
beberapa kegiatan yang sering melibatkan dari instansi luar Polri, misalnya
melakukan kegiatan razia ke tempat hiburan malam, razia di terminal bus yang
memiliki focus target yaitu supir bus dengan melakukan cek urine narkoba
sehingga dapat mengetahui yang menggunakan narkoba. Selain kerjasama
dengan BNP, Ditresnarkoba Polda Sumbar juga berkerjasama dengan TNI
dalam melakukan pencegahan maupun pengungkapan tindak pidana
narkotika.

3. Anggota mendapatkan pengetahuan Teknologi Informasi


Direction Finder merupakan bentuk bantuan yang dapat membantu
kegiatan pengungkapan tindak pidana narkotika, oleh karena itu kesempatan
yang diberikan Direction Finder hendaknya dapat digunakan atau
dimanfaatkan secara maksimal.

d. Ancaman
Perkembangan teknologi yang sangat cepat di ikuti oleh perkembangan
media informasi, baik media elektronik maupun media cetaak. Perkembangan
informasi yang secara cepat dan luas secara tidak langsung memberikan
dampak terhadap tindak pidana narkotika misalnya pemberitaan tentang

72
Teknologi Informasi mengenai teknis penyelidikan, pemberitaan dari media
tersebut secara luas dapat diketahui secara umum yang dapat dinikmati oleh
semua kalangan termasuk pelaku tindak pidana narkotika, mereka akan
mempelajari kelemahan – kelemahan yang ada terhadap pengungkapan
dengan memanfaatkan Teknologi Informasi. Seperti yang telah dijelaskan oleh
Katim Tim Sus Ditresnarkoba Polda sumbar, IPDA Al Amar Faradhiba S.Tr.K
mengatakan:
Pemberitaan media elektronik maupun media cetak mengenai teknologi
komunikasi seperti dalam telekomunikasi melalui hanphone dapat terlihat
jelas posisi kita berada dimana, sehingga apabila pemberitaan tersebut
didapat oleh pelaku maka akan dipelajari untuk dapat melancarkan bisnis
peredaran narkotika.
Dukungan terpenting dala pengungkapan tindak pidana narkotika yang
memanfaatkan Teknologi Informasi adalah koneksi dengan Internet, karena
dalam melakukan pelacakan terhadap posisi pelaku harus menggunakan
jaringan internet.

73

Anda mungkin juga menyukai