Anda di halaman 1dari 33

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PROGRAM INFRASTRUKTUR

AIR BERSIH-air bersih KOTA PADANG

Paper Ini Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Perencanaan Infrastruktur Air Bersih

Disusun Oleh :
HIDAYATUL ARBI
19/443537/TK/48733

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


DEPARTEMEN ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Manusia tidak dapat hidup
tanpa ketersediaan air bersih yang cukup. Ketersediaan air bersih yang cukup ini menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah dalam menyediakan pelayanan dan memenuhi kebutuhan
masyarakat. Kebutuhan terhadap ketersediaan air bersih terus meningkat setiap tahun seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk suatu kota atau wilayah. Peningkatan jumlah penduduk
setiap tahunnya seringkali tidak sebanding dengan peningkatan kapasitas produksi air bersih
tersedia. Tidak hanya itu, peningkatan tingkat ekonomi masyarakat dan perkembangan kota turut
menyebabkan naiknya permintaan terhadap air bersih. Oleh karena itu, produksi air bersih harus
direncanakan dengan baik dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut.
Pemerintah Kota Padang membangun Perusahaan Umum Daerah (Perumda) air bersih
Kota Padang untuk melaksanakan urusan Pemerintah Kota Padang dalam pengelolaan dan
pengembangan sistem penyediaan air bersih (SPAM) di Kota Padang yang dilakukan berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Selain itu, tujuan lain pendirian Perumda air bersih Kota Padang
adalah menyelenggarakan usaha pengelolaan dan pelayanan air bersih di Kota Padang sehingga
kebutuhan masyarakat dan perkembangan kota dapat terpenuhi. Dengan pengelolaan yang baik,
perekonomian masyarakat dan kota akan meningkat sehingga kualitas hidupnya pun turut
meningkat.
Peristiwa gempa bumi berkekuatan 7,9 SR pada tanggal 30 September 2009 di Kota
Padang dan Provinsi Sumatera Barat menyebabkan banyak instalasi pengolahan air (IPA) Gunung
Pangilun rusak, intake Sikayan Balumuik dan intake Ulu Gadut jebol, kantor pusat perusahaan
roboh, gudang dan intake Kampung Koto rusak, kebocoran pipa terjadi di 5.000 titik, dan
kerusakan jaringan instalasi di rumah-rumah pelanggan. Namun, program recovery berhasil
dilaksanakan sehingga kerusakan bisa diatasi. Tidak hanya itu, perusahaan banyak mendapatkan
bantuan/hibah pada periode tahun 2009–2010 sehingga turut membantu program recovery
tersebut. Bahkan, pada periode tahun 2010–2012, perusahaan telah mampu membangun gedung
pusat dan beberapa intake baru.
Pentingnya kebutuhan air bersih menyebabkan Perumda air bersih Kota Padang harus
mampu menyediakan air bersih yang cukup bagi masyarakat, termasuk mempersiapkan diri
terhadap faktor eksternal, seperti gempa bumi. Penyediaan air bersih yang mencakup seluruh
kebutuhan masyarakat menjadi prioritas pemerintah dalam program pemerintah. Selain itu, tidak
hanya kuantitas saja, tetapi juga kualitas dan kontinuitas sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan
Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan air bersih. Kuantitas air bersih
harus mencukupi kebutuhan masyarakat, termasuk pada jam-jam sibuk. Kualitas air bersih yang
disediakan harus memenuhi standar baku mutu air menurut kesehatan secara fisik, kimia, dan
biologi. Kontinuitas air bersih juga harus dipenuhi karena tidak jarang masyarakat mengeluhkan
airnya mati (tidak mengalir) dan hidupnya harus bergiliran (tidak 24 jam). Oleh karena itu,
Pemerintah Kota Padang harus bekerja sama dengan masyarakat dan berbagai pemangku
kepentingan dalam pengoptimalan penyediaan air bersih bagi masyarakat Kota Padang.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kebutuhan air bersih masyarakat
Kota Padang saat ini dan permasalahan yang dihadapi pemerintah Kota Padang dalam
penyediaannya serta memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Infrastruktur Air Bersih.
1.3 Lokasi Kajian

Kajian ini dilakukan di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat secara daring. Luasannya
mencakup seluruh wilayah Kota Padang yang terdiri dari 11 kecamatan dan 104 kelurahan.

Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Padang

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang, (2022)


BAB II
DESKRIPSI UMUM
2.1 Administrasi Kota Padang
Kota Padang merupakan ibukota provinsi Sumatera Barat dan yang berlokasi di Pantai
Barat Pulau Sumatera. Kota Padang memiliki luas 694,96 km2 yang terdiri dari 11 kecamatan dan
104 kelurahan. Berikut pembagian administrasi Kota Padang :
Tabel 2.1 Pembagian Administrasi Kota Padang

Luas Jumlah Jarak ke


Kecamatan Ibu Kota
(dalam km2) Kelurahan Pusat Kota

Bungus Teluk Pasar Laban 100,78 6 33,00 km


Kabung

Lubuk Kilangan Bandar Buat 85,99 7 15,00 km

Lubuk Begalung Lubuk Begalung 30,91 15 14,00 km

Padang Selatan Mata Air 10,03 12 17,00 km

Padang Timur Simpang Haru 8,15 10 13,00 km

Padang Barat Purus 7,00 10 12,00 km

Padang Utara Lolong Belanti 8,08 7 11,00 km

Nanggalo Surau Gadang 8,07 6 8,00 km


Kuranji Pasar Ambacang 57,41 9 9,00 km

Pauh Pasar Baru 146,29 9 16,00 km

Koto Tangah Lubuk Buaya 232,25 13 13,40 km

Padang 694,96 104

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2022


2.2 Geografis
Kota Padang berlokasi di pantai barat bagian tengah Pulau Sumatera. Kota Padang, secara
astronomis, berada di antara 0o44’00” dan 1o08’35” Lintang Selatan serta 100o05’05” dan
100o34’09” Bujur Timur. Kota Padang berbatasan dengan :
Sebelah utara : Kabupaten Padang Pariaman
Sebelah timur : Kabupaten Solok
Sebelah selatan : Kabupaten Pesisir Selatan
Sebelah barat : Samudra Hindia (Selat Mentawai)
Kota Padang sebagai kota pesisir memiliki 19 pulau yang tersebar di 3 kecamatan, yaitu
Kecamatan Bungus Teluk Kabung (11 pulau), Kecamatan Padang Selatan (6 pulau), dan
Kecamatan Koto Tangah (2 pulau). Seluruh pulau tersebut memiliki luas yang cukup kecil, yaitu
hanya 1,38–56,78 hektar.

2.3 Topografi dan Fisiografi


Kota Padang memiliki topografi yang beragam, mulai dari pantai hingga pegunungan.
Kota Padang di bagian tengah-barat hingga barat laut-utara memiliki topografi relatif datar dan
landai, sedangkan Kota Padang bagian tengah-barat hingga barat daya-selatan memiliki topografi
yang berbukit-bukit. Berikut data ketinggian di atas permukaan laut tiap kecamatan di Kota
Padang.
Tabel 2.2 Ketinggian Tiap Kecamatan Kota Padang

Kecamatan Tinggi (dalam m)

Bungus Teluk Kabung 0–850

25–1.853
Lubuk Kilangan

8–400
Lubuk Begalung

0–322
Padang Selatan

4–10
Padang Timur

0–8
Padang Barat

Padang Utara 0–25

3–8
Nanggalo

8–1.000
Kuranji

10–1.600
Pauh
0–1.600
Koto Tangah

0–1.853
Kota Padang

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2022


Gambar 2.1 Peta Topografi Kota Padang

Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Padang, 2016


2.4 Geologi

Sebagian besar wilayah Kota Padang memiliki jenis batuan aluvium dan batuan gunung
api. Batuan aluvium ini ditemukan di dataran rendah bagian barat Kota Padang yang terbentuk
dari seri endapan kuarter yang terdiri dari endapan pantai, endapan rawa, dan endapan sungai.
Bagian timur Kota Padang berupa batuan gunung api yang terbentuk dari proses tektonik dan
vulkanik yang terjadi di Pulau Sumatra.

Gambar 2.2 Peta Geologi Kota Padang

Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Padang, 2018

Struktur geologi di Kota Padang berupa patahan atau sesar mendatar berarah barat
laut-tenggara dan barat daya-timur laut. Bahkan, beberapa di antaranya ada yang hampir
paralel dengan garis bujur dan garis lintang. Patahan tersebut dapat menyebabkan
terbentuknya blok-blok patahan. Hal ini menyebabkan Kota Padang rawan terhadap gempa
bumi selain adanya dua patahan raksasa di Pulau Sumatra dan Kepulauan Mentawai.
Senada dengan persebaran jenis batuannya, persebaran jenis tanah di Kota Padang
didominasi oleh tanah aluvial dan tanah hasil proses vulkanik (andosol dan regosol). Selain
itu, jenis tanah latosol juga umum ditemukan di bagian tengah Kota Padang. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat pada peta berikut.
Gambar 2.3 Peta Jenis Tanah Kota Padang

Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Padang, 2018


2.5 Sumber Daya Air

Sistem hidrologi Kota Padang terbagi menjadi daerah aliran sungai (DAS), sungai itu
sendiri, danau dan rawa. Terdapat 6 DAS di Kota Padang, yaitu DAS Air Dingin, DAS Air
Timbalun, DAS Batang Arau, DAS Batang Kandis, DAS Batang Kuranji, dan DAS Sungai
Pisang. Pembagian DAS ini didapat dari sungai- sungai besar yang mengalir melalui Kota
Padang dan bermuara di Samudra Hindia.
Tabel 2.3 Sungai di Kota Padang

Nama Sungai Panjang Nama Sungai Panjang

Batang Kandis 20,00 km Sungai Banjir Kanal 5,50 km

Batang Kuranji 17,00 km Batang Arau 5,00 km

Batang Logam 15,00 km Batang Belimbing 5,00 km

Batang Tarung 12,00 km Batang Guo 5,00 km

Batang Kampar Juar 6,00 km Sungai Batang Arau 5,00 km

Sungai Gayo 5,00 km Sungai Padang Idas 2,00 km

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2022

Geohidrologi Kota Padang berada di antara dua cekungan air tanah (CAT), yaitu CAT
Padang Pariaman dan CAT Painan. Air tanah di Kota Padang berasal dari Pegunungan Bukit
Barisan yang ditutupi oleh hutan lindung. Air tersebut menyebar menjadi dua wilayah, yaitu
wilayah air tanah dataran pantai (muka air tanahnya dangkal dengan debit 2–5 liter/detik) dan
wilayah air tanah perbukitan (muka air tanahnya dangkal dengan debit kurang dari 2
liter/detik).
Gambar 2.4 Peta Hidrologi dan Air Tanah Kota Padang

Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Padang, 2018


Gambar 2.4 Peta Geohidrologi Kota Padang

Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Padang, 2019


2.6 Klimatologi

Kota Padang memiliki iklim tropis basah dengan temperatur dan curah hujan yang tinggi.
Temperatur udara rata-rata Kota Padang per bulannya pada tahun 2020 berkisar antara 26,9oC
hingga 28,5oC. Namun, temperatur udara rata-rata pada awal tahun relatif lebih tinggi dibanding
temperatur udara rata-rata pada akhir tahun. Pola ini juga ditemukan pada kecepatan angin Kota
Padang.
Kondisi kelembaban udara dan curah hujan Kota Padang relatif sama, yaitu tinggi.
Sebagai kota pesisir, Kota Padang memiliki rata-rata kelembaban udara yang tinggi, yaitu di atas
77%. Berikut data curah hujan tiap tahun di Kota Padang.
Gambar 2.7 Curah Hujan Kota Padang Tahun 2020

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang,2022


2.7 Kependudukan

Kota Padang memiliki jumlah penduduk sebesar 909.040 jiwa pada tahun 2021.
Jumlah ini menurun dibandingkan pada tahun sebelumnya, yaitu sebesar 950.871 jiwa.
Bahkan, jumlah ini lebih rendah dibandingkan jumlah penduduk Kota Padang pada tahun
2016. Jumlah penduduk laki-laki di Kota Padang sedikit lebih banyak dibandingkan jumlah
penduduk perempuan pada tahun 2021, yaitu 456.329 jiwa dibanding 452.711 jiwa. Berikut ini
jumlah dan kepadatan penduduk per kecamatan di Kota Padang pada tahun 2021.
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Kota Padang
Jumlah Penduduk Kepadatan
Kecamatan
(jiwa) (jiwa/km2)

Bungus Teluk Kabung 27.408 271,96

Lubuk Kilangan 57.489 668,55

Lubuk Begalung 122.593 3.966,13

Padang Selatan 60.996 6.081,36

Padang Timur 77.755 9.540,49

Padang Barat 42.957 6.136,71

Padang Utara 55.171 6.828,09

Nanggalo 58.535 7.253,41

Kuranji 146.111 2.545,04

Pauh 62.228 425,37

Koto Tangah 197.797 851,66

Kota Padang 909.040 1.308,05

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2022


BAB III
KONDISI UMUM KOTA PADANG
3.1 Kondisi Eksisting Infrastruktur Dasar Kota Padang

Kota Padang memiliki kondisi pendidikan yang cukup baik. Pada tahun 2022, Kota
Padang memiliki 347 unit SD negeri, 75 unit SD swasta, 50 unit SMP negeri, 68 unit SMP
swasta, 34 unit SMA/sederajat negeri, 77 unit SMA/sederajat swasta, 2 unit perguruan tinggi
negeri, dan 52 unit perguruan tinggi swasta. Secara umum, fasilitas dan rasio guru-murid untuk
tingkat pendidikan dasar dan menengah sudah cukup baik, namun dosen untuk perguruan
tinggi, baik perlu penambahan jumlah dosen saat ini tidak sebanding dengan tingkat kebutuhan
mahasiswa.

Pada tahun 2021, Kota Padang memiliki 14 unit rumah sakit umum, 5 unit rumah sakit
bersalin, 7 unit rumah sakit khusus, 23 unit puskesmas, 918 unit posyandu, 89 unit klinik/balai
kesehatan, 215 unit apotek, 24 unit toko obat, dan 6 unit laboratorium.

Penduduk Kota Padang pada tahun 2021 sebagian besar memeluk agama Islam, yaitu
838.565 orang atau mencapai 92,2% dari jumlah penduduk Kota Padang. Agama mayoritas
lainnya adalah katolik, protestan, buddha, dan hindu. Jumlah fasilitas tempat ibadah yang ada
di Kota Padang, yaitu 695 masjid, 712 musala, 9 gereja katolik, 3 gereja protestan, dan 3
vihara.

3.2 Kondisi Eksisting Perekonomian Kota Padang

Pertumbuhan perekonomian Kota Padang selalu diatas 5,5% per tahun (sebelum
pandemi), sedangkan pada masa pandemi turun menjadi -1,8% per tahun. Struktur ekonomi
terbesarnya ada pada sektor perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan, dan
industri pengolahan.
Tabel 3.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK Kota Padang

Sumber : Badan Pusat Statistik,2022


3.3 Kondisi Eksisting Guna Lahan

Guna lahan Kota Padang pada tahun 2020 didominasi oleh hutan lindung, yaitu 35.448
hektar atau sekitar 51% dari luas Kota Padang, sedangkan peruntukan ruang fungsional
perkotaannya hanya 9.160 hektar atau 13% dari luas Kota Padang. Peruntukan ruang lainnya
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Distribusi Guna Lahan Kota Padang

Peruntukan Ruang Luas (hektar) Peruntukan Ruang Luas (hektar)

Tanah perumahan 7.246,18 Peternakan 27,33

262,80 100,80
Tanah perusahaan Kolam ikan

702,50 2,25
Tanah industri Danau buatan

716,31 2,17
Tanah jasa Tanah kosong

4.868,90 16,00
Sawah (irigasi teknis) Tanah kota

Sawah (non irigasi) 10,70 Semak 1.415,10

Ladang/tegalan 926,51 Rawa 120,00

2.147,50 135,00
Perkebunan rakyat Jalan arteri dan kolektor

13.625,50 35.448,00
Kebun campuran Hutan lebat

1.343,00 379,45
Kebun sayuran Sungai dan lain-lain

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2022


3.4 Rencana Pengembangan Kota Padang

3.4.1 RTRW Kota Padang

Berdasarkan RTRW Kota Padang, rencana tata ruang Kota Padang saat ini
bertujuan untuk mewujudkan Kota Padang sebagai kota metropolitan berbasis mitigasi
bencana dengan didukung oleh pengembangan sektor perdagangan, jasa, industri dan
pariwisata. Kebijakan kebijakan tersebut meliputi :

a. pengembangan pusat-pusat pelayanan kota yang dapat mendorong terjadinya


pertumbuhan yang merata diseluruh wilayah kota sesuai dengan hirarki dan skala
pelayanannya;

b. pengendalian dan penyebaran penduduk sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan kota sampai akhir tahun perencanaan;

c. peningkatan aksesibilitas dari dan ke daerah sekitar melalui penyediaan sarana dan
prasarana transportasi yang memadai dalam rangka mendorong pengembangan
kota-kota satelit yang berfungsi sebagai kota penglaju;

d. pengembangan sistem transportasi internal di dalam kota dan transportasi eksternal


yang menunjang pergerakan barang dan penumpang di tingkat regional maupun
nasional;

e. pengembangan sistem sarana dan prasarana perkotaan yang memadai sesuai dengan
kapasitas dan tingkat pelayanan kepada masyarakat serta mempertimbangkan kondisi
darurat akibat bencana alam;

f. pengembangan sistem permukiman yang sesuai dengan karakter ruang kota, sosial
budaya masyarakat, daya dukung dan daya tampung lahan, kesesuaian lahan dan
kerawanan terhadap bencana;

g. penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum sesuai dengan standar pelayanan
minimal bagi masyarakat dan tahan gempa yang dapat difungsikan dalam kondisi
darurat akibat bencana alam;

h. pengendalian pengembangan pada kawasan rawan bencana;


i. penetapan kawasan lindung (di darat dan di laut);

j. pelaksanaan revitalisasi dan rehabilitasi pengembangan kawasan pusat kota dan


pengembangan di wilayah pinggiran kota serta pembatasan pengembangan di kawasan
yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana;

k. pengembangan kawasan perumahan yang aman dan nyaman sesuai dengan jumlah
penduduk kota sampai akhir tahun perencanaan;

l. pengembangan kawasan perkantoran untuk meningkatkan pelayanan kepada


masyarakat;

m. pengembangan kawasan perdagangan dan jasa sebagai bagian dari penyediaan


lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan menyediakan fasilitas perdagangan dan jasa
dengan skala kota, regional serta nasional;

n. pengembangan kawasan industri dan pergudangan yang ramah lingkungan dan


berkelanjutan sesuai potensi kota maupun di wilayah sekitar Kota Padang;

o. pengembangan kawasan wisata yang ramah lingkungan dan berbudaya dalam


rangka peningkatan perekonomian, penyediaan lapangan kerja serta menjadikan Kota
Padang sebagai daerah tujuan wisata Nasional yang potensial;

p. pengembangan kawasan pendidikan tinggi dalam rangka penyediaan ruang untuk


peningkatan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan pengembangan
kota dimasa yang akan datang;

q. pengembangan kawasan olahraga dan rekreasi yang representatif dalam mendukung


penyelenggaraan kegiatan olah raga skala regional, nasional maupun internasional
serta membangun fasilitas untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui
budaya olahraga;

r. pengembangan RTH untuk fungsi ekologi, fungsi ekonomi maupun fungsi sosial
budaya baik privat maupun publik yang dapat meningkatkan kualitas kenyamanan
ruang kota;

s. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan; dan


t. pengendalian kawasan ketahanan pangan. Bagian Keti

3.4.2 RKPD Kota Padang

Menurut RKPD Kota Padang tahun 2021, Untuk pelayanan umum terhadap
fasilitas air bersih di Kota Padang, dilayani oleh PDAM Kota Padang. Jumlah
pelanggan PDAM tahun 2019 tercatat 126.030 pelanggan dengan jumlah air yang
disalurkan sebanyak 28.126.608 m3. Nilai dari jumlah air yang disalurkan tersebut
mencapai Rp 136.887.932.100. Pemakaian terbanyak terdapat pada pelanggan rumah
tangga sebanyak 117.941 pelanggan. Data perkembangan jumlah pelanggan, jumlah air
dan nilai air yang disalurkan PDAM Kota Padang dalam kurun 5 (lima) tahun terakhir
dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3.3 Perkembangan Jumlah Pelanggan PDAM, Jumlah Air Bersih Disalurkan, dan
Nilai Tahun 2015-2019

No Uraian 2015 2016 2017 2018 2019

1 Jumlah Pelanggan 99.674 106.907 110.024 99.364 126.030

2 Jumlah Air 23.297.473 2.032.692 20.580.487 26.043.452 28.126.608


Disalurkan (m3)

3 Nilai (Juta Rp) 103.346.172. 8.768.525. 114.896.04 126.511.39 136.887.932


600 000 0.000 2.300 .100

Sumber : Kota Padang dalam Angka 2016-2020


BAB IV

INFRASTRUKTUR AIR BERSIH-AIR MINUM KOTA PADANG

4.1 Sistem dan Kondisi Infrastruktur

Perumda Air Minum Kota Padang telah melayani seluruh kecamatan di Kota Padang
(11 kecamatan) yang dilayani oleh sistem perkotaan. Namun, proporsi rumah tangga dengan
akses berkelanjutan terhadap air minum layak baru mencapai 92,68% pada tahun 2020
meskipun menunjukkan tren peningkatan setiap tahunnya. Penyediaan air minum di Kota
Padang dilakukan dengan dua sistem, yaitu sistem perpipaan dan sistem non perpipaan. Sistem
perpipaan berasal dari Perumda Air Minum Kota Padang dan Pamsimas, sedangkan sistem
non perpipaan berasal dari sumur gali (dengan dan tanpa pompa), sumur bor pompa, terminal
air, mata air, dan penampungan air hujan.

Tabel 4.1 Jumlah pelanggan Perumda Air Minum Kota Padang

Pelanggan Aktif Tidak Aktif

Sosial 722 467

Rumah tangga 106.738 16.528

Instansi pemerintah 791 239

Niaga 3.290 2.185

Industri 306 338

Khusus 1 1

Jumlah 111.848 19.758

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2022


Sumber-sumber air baku yang dimanfaatkan oleh Perumda Air Minum Kota Padang
pada tahun 2016 seluruhnya berupa sumber air permukaan. Sumber air permukaan ini tersebar
di 13 sungai dengan kapasitas 1.525 liter/detik, sedangkan kapasitas produksi yang telah
terpasang masih 1.363 liter/detik. Artinya, masih terdapat sisa kapasitas yang belum
termanfaatkan sebesar 162 liter/detik.
Tabel 4.2 Intake Perumda Air Minum Kota Padang

Nama Intake Sumber Air Kapasitas

Intake Kampung Koto Batang Kuranji 500 liter/detik

Intake Latung Sungai Latung 200 liter/detik

Intake Lubuk Paraku Sungai Lubuk Paraku 200 liter/detik

Intake Ulu Gadut Sungai Sarasah 200 liter/detik

Intake Sikayan Sungai Sikayan 100 liter/detik

Intake Taban Sungai Taban 100 liter/detik

Intake Gariang Sungai Gariang 60 liter/detik

Intake Sei Sariak Sungai Sariak 60 liter/detik

Intake Guo Kuranji Sungai Lubuk Tampuruang 40 liter/detik


Intake Bungus Sungai Timbalun 40 liter/detik

Intake Sei Duo Sungai Duo 40 liter/detik

Intake Jawa Gadut Sungai Anak Gunung Naga 20 liter/detik

Intake Pegambiran Sungai Batang Balun 5 liter/detik

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Padang, 2016

Terdapat 14 unit instalasi pengelolaan air (IPA) dan 12 unit sumur bor yang dimiliki
Perumda Air Minum Kota Padang. IPA terbesar milik Perumda Air Minum Kota Padang
adalah IPA Gunung Pangilun. Namun, hanya 3 unit sumur bor yang masih beroperasi karena
kapasitas air yang tersedia turun dan tidak efisien. Setelah itu, airnya ditransmisikan dan
didistribusikan hingga sampai kepada pelanggan. Total jaringan pipa yang terpasang per akhir
tahun 2014 adalah 1.915.365 meter.
Pada tahun 2020, Perumda Air Minum Kota Padang memproduksi 45.470.695 m3 air,
mendistribusikan 44.228.409 m3 air, dan menjual 32.376.643 m3 air. Dalam perjalanannya,
sebanyak 11.851.766 m3 air atau 26,797% dari jumlah air yang didistribusikan hilang (NRW).
Produksi air minum Perumda Air Minum Kota Padang terus meningkat dari tahun ke tahun,
sedangkan jumlah air yang hilang tidak jauh berbeda. Oleh karena itu, Perumda Air Minum
Kota Padang perlu memperhatikan jumlah air yang hilang ini agar bisa turun jumlahnya.
IPA milik Perumda Air Minum Kota Padang dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
IPA pengolahan lengkap dan IPA pengolahan tidak lengkap. IPA pengolahan lengkap dapat
ditemukan pada IPA Gunung Pangilun, IPA Latung I, IPA Latung, II, IPA Latung III, IPA
Latung IV, IPA Ulu Gadut IA, dan IPA Ulu Gadut II. IPA pengolahan lengkap ini meliputi
proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan disinfeksi, sedangkan IPA pengolahan
tidak lengkap hanya meliputi proses disinfeksi dan filtrasi saja.
Pertama, IPA Gunung Pangilun terletak di Gunung Pangilun, Kecamatan Nanggalo,
Kota Padang. Kapasitas IPA Gunung Pangilun ini adalah 500 liter/detik sekaligus sumber air
utama untuk kawasan pusat Kota Padang. Berikut ini wilayah layanan dan kapasitas
masing-masing IPA milik Perumda Air Minum Kota Padang.

Tabel 4.3 IPA Perumda Air Minum Kota Padang

Nama IPA Wilayah Layanan Kapasitas

IPA Gunung Pangilun Kawasan pusat Kota Padang 500 liter/detik

IPA Latung I 10 liter/detik


Kecamatan Koto Tangah,
IPA Latung II Kecamatan Padang Utara, 40 liter/detik
dan Kecamatan Kuranji
IPA Latung III 40 liter/detik

IPA Latung IV 200 liter/detik

IPA Ulu Gadut IA 40 liter/detik


Kecamatan Padang Selatan,
Kecamatan Lubuk Begalung,
IPA Ulu Gadut IB 40 liter/detik
dan Kecamatan Padang Barat

IPA Ulu Gadut IIA 40 liter/detik

IPA Ulu Gadut IIB 100 liter/detik

IPA Pegambiran Kelurahan Pegambiran Nan 5 liter/detik

XX
IPA Jawa Gadut Kawasan Limau Manis 20 liter/detik

IPA Lubuk Paraku Kecamatan Lubuk Begalung 100 liter/detik

IPA Guo Kuranji Kawasan Belimbing 40 liter/detik

IPA Bungus Kecamatan Bungus Teluk 40 liter/detik


Kabung

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Padang, 2016

Unit pelayanan Perumda Air Minum Kota Padang dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu
wilayah pelayanan utara, wilayah pelayanan pusat, dan wilayah pelayanan selatan. Kantor
wilayah pelayanan utara Perumda Air Minum Kota Padang berpusat di Jalan
Adinegoro Tabing dengan batas utara hingga perbatasan kota, selatan hingga sungai
selatan Basko, timur hingga Kecamatan Kuranji, dan barat hingga pantai. Berikut ini adalah peta
wilayah pelayanan utara Perumda Air Minum Kota Padang.

Gambar 4.1 Peta wilayah pelayanan utara Perumda Air Minum Kota Padang

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Padang, 2016


Kantor wilayah pelayanan pusat Perumda Air Minum Kota Padang berpusat di Jalan
H. Agus Salim Nomor 10 Padang dengan batas utaranya adalah sungai selatan Basko, selatan
hingga Kelurahan Seberang Padang, timur hingga Kecamatan Lubuk Kilangan, dan barat
hingga pantai.
Kantor wilayah pelayanan selatan Perumda Air Minum Kota Padang berpusat di Ulu
Gadut dengan batas utaranya adalah Kecamatan Kuranji, selatan hingga Kecamatan Bungus
Teluk Kabung, timur hingga Kecamatan Lubuk Kilangan, dan barat hingga pantai.
Sistem pelayanan air minum perpipaan selain dari Perumda Air Minum Kota Padang
dilayani juga oleh Pamsimas. Sumber air Pamsimas I (2008–2013) didapat dari 11 unit sumur
bor dalam dan 5 unit sumur bor dangkal, sedangkan sumber air Pamsimas II (2013–2014)
didapat dari 3 sumur bor dengan jumlah keran sebanyak 20 kran umum. Kelurahan yang
dilayani Pamsimas di Kota Padang adalah Lakuak Kasumbo Batu Gadang, Piai Tanah Sirah
atau Tanah Sirah Piai Nan XX, Kuaro Gadang Kuaro Pagang, Rimbo Tarok Gunung Sarik,
Jalan Usang Sungai Sapih, Anduriang Timur, Kabun Surau Buluh Sungai Sapih, Ulu Gadut
Limau Manis Selatan, Simpang Dangau Teduh Piai Tangah, Batu Kudo Balai Gadang, dan
Biduri Padang Basi.
Sumber air minum lainnya menggunakan SPAM non perpipaan. Sistem ini dikelola
secara mandiri oleh masyarakat melalui sumur gali (pompa dan nonpompa), perlindungan
mata air, dan penampungan air hujan. Sebagian besar masyarakat yang menggunakan sistem
ini mendapatkan airnya dari sumur gali, baik pompa maupun non pompa.
4.2 Kinerja Sistem Penyediaan Air Minum

Kinerja BUMD penyelenggara SPAM dinilai dari berbagai aspek, seperti keuangan,
pelayanan, operasional, dan sumber daya manusianya. Empat aspek ini kemudian
dikembangkan menjadi 18 (delapan belas) indikator penilaian kinerja.
Kinerja SPAM yang dilakukan oleh Perumda Air Minum Kota Padang pada tahun
2019 mendapatkan kriteria “SEHAT” dengan nilai kinerja 3,56. Dengan nilai kinerja tersebut,
Perumda Air Minum Kota Padang mendapatkan peringkat 3 tertinggi untuk wilayah I (Pulau
Sumatra) atau peringkat 53 nasional.
Tarif rata-rata pada tahun 2015 adalah Rp4.502,48 per m3 dengan harga produksi pada
tahun yang sama adalah Rp3.415,96 per m3. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan yang
didapat oleh Perumda Air Minum Kota Padang telah mampu menutupi semua biaya produksi
airnya (full cost recovery). Bagian keuangan Perumda Air Minum Kota Padang pada tahun
2014 juga menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2014,
Perumda Air Minum Kota Padang mampu mendapatkan keuntungan senilai lebih dari 12
miliar rupiah setelah sebelumnya mengalami kerugian.
Kinerja manajemen kelembagaannya juga mendapatkan beberapa catatan, yaitu belum
optimalnya pengelolaan administrasi, belum terpenuhinya pelayanan yang memenuhi kepuasan
pelanggan, dan pelayanan pendistribusian air belum optimal. Kinerja keuangannya
mendapatkan catatan likuiditas yang rendah, posisi modal negatif, kemampuan pendanaan
untuk penggantian aktiva yang sangat rendah, dan belum optimalnya penagihan kepada
pelanggan.
Perumda Air Minum Kota Padang memiliki pegawai sejumlah 279 orang pada tahun
2015. Terkait sumber daya manusia yang dimilikinya, Perumda Air Minum Kota Padang
masih harus menghadapi beberapa masalah. Masalah yang dihadapinya contohnya adalah
masih banyaknya pegawai yang status pendidikannya masih SMA atau lebih rendah dan masih
adanya pegawai tidak tetap yang bekerja di Perumda Air Minum Kota Padang.
4.3 Permasalahan Ketersediaan Sumber Air dan Pelayanan Air Bersih/Air Minum

Perumda Air Minum Kota Padang masih memanfaatkan sumber air baku berupa air
permukaan. Belum adanya diversifikasi sumber air baku menyebabkan suatu saat (curah hujan
berkurang) debit yang dihasilkan sungai menjadi berkurang (perlu diketahui bahwa Kota
Padang tidak memiliki batas musim penghujan dan musim kemarau yang jelas). Hal ini
tentunya akan mempengaruhi produksi air minum pada periode waktu tersebut. Selain itu,
kualitas air baku juga turun pada musim penghujan karena banyaknya sedimen yang diangkut
oleh air sungai.
Kurangnya diversifikasi sumber air baku menyebabkan kurang optimalnya proses
produksi air minum (masih banyak sumber air baku yang belum dimanfaatkan). Selain itu,
fungsi intake juga kurang optimal karena beberapa kapasitas sumber air baku yang ada belum
dimaksimalkan untuk proses produksi air minum.
Unit distribusi air minum memiliki beberapa masalah, seperti kontinuitas pelayanan
yang sering terganggu, tekanan air tidak merata, banyaknya air yang hilang, banyaknya
kerusakan dan kebocoran pipa distribusi, belum optimalnya cakupan pelayanan, kepuasan
pelanggan yang masih belum terpenuhi, dan rusaknya sambungan pipa dan meteran di
rumah-rumah pelanggan. Selain itu, Perumda Air Minum Kota Padang juga menghadapi
masalah lain, yaitu potensi gempa dan gerakan tanah yang cukup tinggi di Kota Padang. Hal
ini dapat menyebabkan pipa-pipa bawah tanah yang ada rentan mengalami kerusakan dan sulit
dalam melakukan perbaikannya.

4.4 Identifikasi Permasalahan dan Kebutuhan Pengembangan SPAM

Permasalahan Perumda Air Minum Kota Padang utamanya terkait ketersediaan sumber
air baku yang masih kurang. Perumda Air Minum Kota Padang bisa saja memanfaatkan air
tanah sebagai sumber air baku alternatif selain sumber air permukaan yang telah ada. Namun,
potensi dan ketersediaan air tanah ini bergantung terhadap karakteristik hidrologi dan geologi
(batuan penyusun) wilayahnya.
Berikutnya, kebutuhan pengembangan SPAM kedepan. Pengembangan SPAM Kota
Padang dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dan permintaan terhadap ketersediaan air
minum yang layak. Kebutuhan pengembangan SPAM Kota Padang paling besar dipengaruhi
oleh permintaan air minum domestik. Kebutuhan air ini dihitung dari jumlah penduduk,
tingkat pertumbuhan penduduk, kebutuhan air per kapita, dan durasi penggunaan air oleh
penduduk. Kebutuhan air penduduk ini akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk dan pengembangan Kota Padang.
Kebutuhan pengembangan SPAM Kota Padang tidak akan terlepas dari adanya air
yang hilang (non revenue water). Pada tahun 2020, persentase jumlah air yang hilang
mencapai lebih dari 26% sehingga perlu dikurangi. Berdasarkan review rencana induk SPAM
Kota Padang 2010–2030, seharusnya jumlah air yang hilang sudah berada di bawah 20%. Hal
ini menunjukkan adanya kesalahan atau ketidakefektifan dalam pengelolaan Perumda Air
Minum Kota Padang terhadap unit-unit SPAM yang dimilikinya. Oleh karena itu, kedepannya
perlu lebih memperhatikan lagi pengelolaan terhadap setiap unit SPAM agar jumlah air yang
hilang terus menurun jumlahnya.
4.5 Kinerja Kelembagaan
4.5.1 Dinas Kesehatan
Dalam melakukan penyuluhan mutu air minum yang dilaksanakan Dinas
Kesehatan Kota padang belum tercapai terkait hal pengawasan. Hal tersebut
dikarenakan belum meratanya kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh setiap
puskesmas mengenai kualitas air minum yang seharusnya dikonsumsi, hal ini
mengakibatkan masih terdapat dari masyarakat yang tidak mengetahui dampak bahaya
akan air minum jika tidak layak dikonsumsi. Kegiatan khusus penyuluhan
yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Padang Penyuluhan ini tidak berlangsung
dengan optimal karena dana untuk melakukan itu tidak ada, ketika ada kegiatan ke
sekolah atau mengumpulkan masyarakat maka Dinas Kesehatan hanya
memberikan sedikit informasi saja mengenai kualitas air minum layak dikonsumsi.
4.5.2 PDAM Kota Padang
Demi mempercepat peningkatan kinerja PDAM Kota Padang , pihak manajemen
telah mengimplementasikan Good Corporate Governance(GCG) atau tata laksana
perusahaan yang baik. Padahal rancangan Undang-undang (RUU) GCG ini masih
digodok DPR. Dalam mengimplementasikan GCG ini, PDAM bekerjasama dengan
Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sumbar.
Kerjasama PDAM dan BPKP telah resmi dilakukan setelah penandatanganan
Memorandum of Understanding (MoU) beberapa waktu lalu. implementasi GCG langkah
maju dalam rangka mempercepat peningkatan kinerja PDAM, Ujar Dirut PDAM Kota
Padang, Azhar Latif. Pengelolaan perusahaan yang bersih, transparan, efektif dan efisien
merupakan hal yang dilakukan Pemerintah Kota Padang, namun nyatanya Walikota
mengatakan hal itu belum cukup menyadarkan masyarakat. Tidak cukup hanya dengan
meningkatkan performance kerja, tetapi pelaksanaan pengelolaan perusahaan atau GCG
yang baik salah satu indikator pedoman kinerja BUMN. Hal ini mestinya diketahui
masyarakat, agar hal itu menjadi sebuah pembelajaran ke depan. GCG ini nantinya
diperbolehkan diketahui publik. Dengan adanya GCG seluruh masyarakat dapat
mengontrol kinerja PDAM. Prinsip GCG adalah asas transparansi, pertanggungjawaban,
akuntabilitas dan keadilan. Sementara itu Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sumbar,
Nono Sukarno menyatakan penerapan GCG merupakan acuan kebijakan PDAM ke
depan. Manfaat penerapan GCG ialah meningkatkan citra perusahaan menjadi lebih baik,
sehingga meningkatkan kepercayaan stakeholders, ujar Nono. (Ishak KW)
4.6 Tingkat Kebocoran

PDAM Kota Padang cukup berhasil dalam mengaplikasi water technology khususnya
dalam menurunkan NRW. Apalagi pasca gempa 2009, PDAM Kota Padang berhasil bangkit dan
menurunkan kehilangan air hingga NRW nya saat ini 25-26 persen. Padahal rata-rata nasional
NRW PDAM masih diatas 40 persen. Selain teknologi, PDAM Padang cukup berhasil
meningkatkan kualitas SDM, terbukti cukup banyak infrastruktur nasional bidang teknologi air
minum di PDAM Padang. PDAM Kota Padang sendiri dikatakan Edwar selama ini cukup
berhasil berhasil menurunkan kehilangan air, salah cara yakni dengan teknology Distrik Meter
Area (DMA) dan management tekanan air, sweeping mencari kebocoran serta terus
meningkatkan teknologi akurasi sistem digital baca meter air pelanggan. Salah satu mitra
training dan penerapan teknologi penurunan NRW yakni PT Pasti Makmur.S.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2018. “PDAM Padang Dipuji Bisa Turunkan Tingkat Kehilangan Air”.
https://sumbarpost.com/pdam-padang-dipuji-bisa-turunkan-tingkat-kehilangan-air/.
10/2022

Amisa,Rila. 2021. KINERJA DINAS KESEHATAN DALAM MENGAWASI KUALITAS AIR


MINUM DI KOTA PADANG. Universitas Negeri Padang

Badan Pusat Statistik (2022). Kota Padang Dalam Angka 2022

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Padang, 2016, Peninjauan Kembali RTRW Kota
Padang Tahun 2010–2030, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Padang,
Padang.

BPKP.2006. “Kerjasama dengan BPKP, PDAM Kota Padang Terapkan GCG”.


https://www.bpkp.go.id/berita/read/1767/4515/Kerjasama-dengan-BPKP-PDAM-Kota-Pa
dang-Terapkan-GCG.bpkp. 10/2022

Pemerintah Daerah Kota Padang(2012). RTRW Kota Padang 2010-2030

Anda mungkin juga menyukai