Disusun Oleh :
HIDAYATUL ARBI
19/443537/TK/48733
Kajian ini dilakukan di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat secara daring. Luasannya
mencakup seluruh wilayah Kota Padang yang terdiri dari 11 kecamatan dan 104 kelurahan.
25–1.853
Lubuk Kilangan
8–400
Lubuk Begalung
0–322
Padang Selatan
4–10
Padang Timur
0–8
Padang Barat
3–8
Nanggalo
8–1.000
Kuranji
10–1.600
Pauh
0–1.600
Koto Tangah
0–1.853
Kota Padang
Sebagian besar wilayah Kota Padang memiliki jenis batuan aluvium dan batuan gunung
api. Batuan aluvium ini ditemukan di dataran rendah bagian barat Kota Padang yang terbentuk
dari seri endapan kuarter yang terdiri dari endapan pantai, endapan rawa, dan endapan sungai.
Bagian timur Kota Padang berupa batuan gunung api yang terbentuk dari proses tektonik dan
vulkanik yang terjadi di Pulau Sumatra.
Struktur geologi di Kota Padang berupa patahan atau sesar mendatar berarah barat
laut-tenggara dan barat daya-timur laut. Bahkan, beberapa di antaranya ada yang hampir
paralel dengan garis bujur dan garis lintang. Patahan tersebut dapat menyebabkan
terbentuknya blok-blok patahan. Hal ini menyebabkan Kota Padang rawan terhadap gempa
bumi selain adanya dua patahan raksasa di Pulau Sumatra dan Kepulauan Mentawai.
Senada dengan persebaran jenis batuannya, persebaran jenis tanah di Kota Padang
didominasi oleh tanah aluvial dan tanah hasil proses vulkanik (andosol dan regosol). Selain
itu, jenis tanah latosol juga umum ditemukan di bagian tengah Kota Padang. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat pada peta berikut.
Gambar 2.3 Peta Jenis Tanah Kota Padang
Sistem hidrologi Kota Padang terbagi menjadi daerah aliran sungai (DAS), sungai itu
sendiri, danau dan rawa. Terdapat 6 DAS di Kota Padang, yaitu DAS Air Dingin, DAS Air
Timbalun, DAS Batang Arau, DAS Batang Kandis, DAS Batang Kuranji, dan DAS Sungai
Pisang. Pembagian DAS ini didapat dari sungai- sungai besar yang mengalir melalui Kota
Padang dan bermuara di Samudra Hindia.
Tabel 2.3 Sungai di Kota Padang
Geohidrologi Kota Padang berada di antara dua cekungan air tanah (CAT), yaitu CAT
Padang Pariaman dan CAT Painan. Air tanah di Kota Padang berasal dari Pegunungan Bukit
Barisan yang ditutupi oleh hutan lindung. Air tersebut menyebar menjadi dua wilayah, yaitu
wilayah air tanah dataran pantai (muka air tanahnya dangkal dengan debit 2–5 liter/detik) dan
wilayah air tanah perbukitan (muka air tanahnya dangkal dengan debit kurang dari 2
liter/detik).
Gambar 2.4 Peta Hidrologi dan Air Tanah Kota Padang
Kota Padang memiliki iklim tropis basah dengan temperatur dan curah hujan yang tinggi.
Temperatur udara rata-rata Kota Padang per bulannya pada tahun 2020 berkisar antara 26,9oC
hingga 28,5oC. Namun, temperatur udara rata-rata pada awal tahun relatif lebih tinggi dibanding
temperatur udara rata-rata pada akhir tahun. Pola ini juga ditemukan pada kecepatan angin Kota
Padang.
Kondisi kelembaban udara dan curah hujan Kota Padang relatif sama, yaitu tinggi.
Sebagai kota pesisir, Kota Padang memiliki rata-rata kelembaban udara yang tinggi, yaitu di atas
77%. Berikut data curah hujan tiap tahun di Kota Padang.
Gambar 2.7 Curah Hujan Kota Padang Tahun 2020
Kota Padang memiliki jumlah penduduk sebesar 909.040 jiwa pada tahun 2021.
Jumlah ini menurun dibandingkan pada tahun sebelumnya, yaitu sebesar 950.871 jiwa.
Bahkan, jumlah ini lebih rendah dibandingkan jumlah penduduk Kota Padang pada tahun
2016. Jumlah penduduk laki-laki di Kota Padang sedikit lebih banyak dibandingkan jumlah
penduduk perempuan pada tahun 2021, yaitu 456.329 jiwa dibanding 452.711 jiwa. Berikut ini
jumlah dan kepadatan penduduk per kecamatan di Kota Padang pada tahun 2021.
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Kota Padang
Jumlah Penduduk Kepadatan
Kecamatan
(jiwa) (jiwa/km2)
Kota Padang memiliki kondisi pendidikan yang cukup baik. Pada tahun 2022, Kota
Padang memiliki 347 unit SD negeri, 75 unit SD swasta, 50 unit SMP negeri, 68 unit SMP
swasta, 34 unit SMA/sederajat negeri, 77 unit SMA/sederajat swasta, 2 unit perguruan tinggi
negeri, dan 52 unit perguruan tinggi swasta. Secara umum, fasilitas dan rasio guru-murid untuk
tingkat pendidikan dasar dan menengah sudah cukup baik, namun dosen untuk perguruan
tinggi, baik perlu penambahan jumlah dosen saat ini tidak sebanding dengan tingkat kebutuhan
mahasiswa.
Pada tahun 2021, Kota Padang memiliki 14 unit rumah sakit umum, 5 unit rumah sakit
bersalin, 7 unit rumah sakit khusus, 23 unit puskesmas, 918 unit posyandu, 89 unit klinik/balai
kesehatan, 215 unit apotek, 24 unit toko obat, dan 6 unit laboratorium.
Penduduk Kota Padang pada tahun 2021 sebagian besar memeluk agama Islam, yaitu
838.565 orang atau mencapai 92,2% dari jumlah penduduk Kota Padang. Agama mayoritas
lainnya adalah katolik, protestan, buddha, dan hindu. Jumlah fasilitas tempat ibadah yang ada
di Kota Padang, yaitu 695 masjid, 712 musala, 9 gereja katolik, 3 gereja protestan, dan 3
vihara.
Pertumbuhan perekonomian Kota Padang selalu diatas 5,5% per tahun (sebelum
pandemi), sedangkan pada masa pandemi turun menjadi -1,8% per tahun. Struktur ekonomi
terbesarnya ada pada sektor perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan, dan
industri pengolahan.
Tabel 3.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK Kota Padang
Guna lahan Kota Padang pada tahun 2020 didominasi oleh hutan lindung, yaitu 35.448
hektar atau sekitar 51% dari luas Kota Padang, sedangkan peruntukan ruang fungsional
perkotaannya hanya 9.160 hektar atau 13% dari luas Kota Padang. Peruntukan ruang lainnya
dapat dilihat pada tabel berikut.
262,80 100,80
Tanah perusahaan Kolam ikan
702,50 2,25
Tanah industri Danau buatan
716,31 2,17
Tanah jasa Tanah kosong
4.868,90 16,00
Sawah (irigasi teknis) Tanah kota
2.147,50 135,00
Perkebunan rakyat Jalan arteri dan kolektor
13.625,50 35.448,00
Kebun campuran Hutan lebat
1.343,00 379,45
Kebun sayuran Sungai dan lain-lain
Berdasarkan RTRW Kota Padang, rencana tata ruang Kota Padang saat ini
bertujuan untuk mewujudkan Kota Padang sebagai kota metropolitan berbasis mitigasi
bencana dengan didukung oleh pengembangan sektor perdagangan, jasa, industri dan
pariwisata. Kebijakan kebijakan tersebut meliputi :
b. pengendalian dan penyebaran penduduk sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan kota sampai akhir tahun perencanaan;
c. peningkatan aksesibilitas dari dan ke daerah sekitar melalui penyediaan sarana dan
prasarana transportasi yang memadai dalam rangka mendorong pengembangan
kota-kota satelit yang berfungsi sebagai kota penglaju;
e. pengembangan sistem sarana dan prasarana perkotaan yang memadai sesuai dengan
kapasitas dan tingkat pelayanan kepada masyarakat serta mempertimbangkan kondisi
darurat akibat bencana alam;
f. pengembangan sistem permukiman yang sesuai dengan karakter ruang kota, sosial
budaya masyarakat, daya dukung dan daya tampung lahan, kesesuaian lahan dan
kerawanan terhadap bencana;
g. penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum sesuai dengan standar pelayanan
minimal bagi masyarakat dan tahan gempa yang dapat difungsikan dalam kondisi
darurat akibat bencana alam;
k. pengembangan kawasan perumahan yang aman dan nyaman sesuai dengan jumlah
penduduk kota sampai akhir tahun perencanaan;
r. pengembangan RTH untuk fungsi ekologi, fungsi ekonomi maupun fungsi sosial
budaya baik privat maupun publik yang dapat meningkatkan kualitas kenyamanan
ruang kota;
Menurut RKPD Kota Padang tahun 2021, Untuk pelayanan umum terhadap
fasilitas air bersih di Kota Padang, dilayani oleh PDAM Kota Padang. Jumlah
pelanggan PDAM tahun 2019 tercatat 126.030 pelanggan dengan jumlah air yang
disalurkan sebanyak 28.126.608 m3. Nilai dari jumlah air yang disalurkan tersebut
mencapai Rp 136.887.932.100. Pemakaian terbanyak terdapat pada pelanggan rumah
tangga sebanyak 117.941 pelanggan. Data perkembangan jumlah pelanggan, jumlah air
dan nilai air yang disalurkan PDAM Kota Padang dalam kurun 5 (lima) tahun terakhir
dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3.3 Perkembangan Jumlah Pelanggan PDAM, Jumlah Air Bersih Disalurkan, dan
Nilai Tahun 2015-2019
Perumda Air Minum Kota Padang telah melayani seluruh kecamatan di Kota Padang
(11 kecamatan) yang dilayani oleh sistem perkotaan. Namun, proporsi rumah tangga dengan
akses berkelanjutan terhadap air minum layak baru mencapai 92,68% pada tahun 2020
meskipun menunjukkan tren peningkatan setiap tahunnya. Penyediaan air minum di Kota
Padang dilakukan dengan dua sistem, yaitu sistem perpipaan dan sistem non perpipaan. Sistem
perpipaan berasal dari Perumda Air Minum Kota Padang dan Pamsimas, sedangkan sistem
non perpipaan berasal dari sumur gali (dengan dan tanpa pompa), sumur bor pompa, terminal
air, mata air, dan penampungan air hujan.
Khusus 1 1
Terdapat 14 unit instalasi pengelolaan air (IPA) dan 12 unit sumur bor yang dimiliki
Perumda Air Minum Kota Padang. IPA terbesar milik Perumda Air Minum Kota Padang
adalah IPA Gunung Pangilun. Namun, hanya 3 unit sumur bor yang masih beroperasi karena
kapasitas air yang tersedia turun dan tidak efisien. Setelah itu, airnya ditransmisikan dan
didistribusikan hingga sampai kepada pelanggan. Total jaringan pipa yang terpasang per akhir
tahun 2014 adalah 1.915.365 meter.
Pada tahun 2020, Perumda Air Minum Kota Padang memproduksi 45.470.695 m3 air,
mendistribusikan 44.228.409 m3 air, dan menjual 32.376.643 m3 air. Dalam perjalanannya,
sebanyak 11.851.766 m3 air atau 26,797% dari jumlah air yang didistribusikan hilang (NRW).
Produksi air minum Perumda Air Minum Kota Padang terus meningkat dari tahun ke tahun,
sedangkan jumlah air yang hilang tidak jauh berbeda. Oleh karena itu, Perumda Air Minum
Kota Padang perlu memperhatikan jumlah air yang hilang ini agar bisa turun jumlahnya.
IPA milik Perumda Air Minum Kota Padang dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
IPA pengolahan lengkap dan IPA pengolahan tidak lengkap. IPA pengolahan lengkap dapat
ditemukan pada IPA Gunung Pangilun, IPA Latung I, IPA Latung, II, IPA Latung III, IPA
Latung IV, IPA Ulu Gadut IA, dan IPA Ulu Gadut II. IPA pengolahan lengkap ini meliputi
proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan disinfeksi, sedangkan IPA pengolahan
tidak lengkap hanya meliputi proses disinfeksi dan filtrasi saja.
Pertama, IPA Gunung Pangilun terletak di Gunung Pangilun, Kecamatan Nanggalo,
Kota Padang. Kapasitas IPA Gunung Pangilun ini adalah 500 liter/detik sekaligus sumber air
utama untuk kawasan pusat Kota Padang. Berikut ini wilayah layanan dan kapasitas
masing-masing IPA milik Perumda Air Minum Kota Padang.
XX
IPA Jawa Gadut Kawasan Limau Manis 20 liter/detik
Unit pelayanan Perumda Air Minum Kota Padang dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu
wilayah pelayanan utara, wilayah pelayanan pusat, dan wilayah pelayanan selatan. Kantor
wilayah pelayanan utara Perumda Air Minum Kota Padang berpusat di Jalan
Adinegoro Tabing dengan batas utara hingga perbatasan kota, selatan hingga sungai
selatan Basko, timur hingga Kecamatan Kuranji, dan barat hingga pantai. Berikut ini adalah peta
wilayah pelayanan utara Perumda Air Minum Kota Padang.
Gambar 4.1 Peta wilayah pelayanan utara Perumda Air Minum Kota Padang
Kinerja BUMD penyelenggara SPAM dinilai dari berbagai aspek, seperti keuangan,
pelayanan, operasional, dan sumber daya manusianya. Empat aspek ini kemudian
dikembangkan menjadi 18 (delapan belas) indikator penilaian kinerja.
Kinerja SPAM yang dilakukan oleh Perumda Air Minum Kota Padang pada tahun
2019 mendapatkan kriteria “SEHAT” dengan nilai kinerja 3,56. Dengan nilai kinerja tersebut,
Perumda Air Minum Kota Padang mendapatkan peringkat 3 tertinggi untuk wilayah I (Pulau
Sumatra) atau peringkat 53 nasional.
Tarif rata-rata pada tahun 2015 adalah Rp4.502,48 per m3 dengan harga produksi pada
tahun yang sama adalah Rp3.415,96 per m3. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan yang
didapat oleh Perumda Air Minum Kota Padang telah mampu menutupi semua biaya produksi
airnya (full cost recovery). Bagian keuangan Perumda Air Minum Kota Padang pada tahun
2014 juga menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2014,
Perumda Air Minum Kota Padang mampu mendapatkan keuntungan senilai lebih dari 12
miliar rupiah setelah sebelumnya mengalami kerugian.
Kinerja manajemen kelembagaannya juga mendapatkan beberapa catatan, yaitu belum
optimalnya pengelolaan administrasi, belum terpenuhinya pelayanan yang memenuhi kepuasan
pelanggan, dan pelayanan pendistribusian air belum optimal. Kinerja keuangannya
mendapatkan catatan likuiditas yang rendah, posisi modal negatif, kemampuan pendanaan
untuk penggantian aktiva yang sangat rendah, dan belum optimalnya penagihan kepada
pelanggan.
Perumda Air Minum Kota Padang memiliki pegawai sejumlah 279 orang pada tahun
2015. Terkait sumber daya manusia yang dimilikinya, Perumda Air Minum Kota Padang
masih harus menghadapi beberapa masalah. Masalah yang dihadapinya contohnya adalah
masih banyaknya pegawai yang status pendidikannya masih SMA atau lebih rendah dan masih
adanya pegawai tidak tetap yang bekerja di Perumda Air Minum Kota Padang.
4.3 Permasalahan Ketersediaan Sumber Air dan Pelayanan Air Bersih/Air Minum
Perumda Air Minum Kota Padang masih memanfaatkan sumber air baku berupa air
permukaan. Belum adanya diversifikasi sumber air baku menyebabkan suatu saat (curah hujan
berkurang) debit yang dihasilkan sungai menjadi berkurang (perlu diketahui bahwa Kota
Padang tidak memiliki batas musim penghujan dan musim kemarau yang jelas). Hal ini
tentunya akan mempengaruhi produksi air minum pada periode waktu tersebut. Selain itu,
kualitas air baku juga turun pada musim penghujan karena banyaknya sedimen yang diangkut
oleh air sungai.
Kurangnya diversifikasi sumber air baku menyebabkan kurang optimalnya proses
produksi air minum (masih banyak sumber air baku yang belum dimanfaatkan). Selain itu,
fungsi intake juga kurang optimal karena beberapa kapasitas sumber air baku yang ada belum
dimaksimalkan untuk proses produksi air minum.
Unit distribusi air minum memiliki beberapa masalah, seperti kontinuitas pelayanan
yang sering terganggu, tekanan air tidak merata, banyaknya air yang hilang, banyaknya
kerusakan dan kebocoran pipa distribusi, belum optimalnya cakupan pelayanan, kepuasan
pelanggan yang masih belum terpenuhi, dan rusaknya sambungan pipa dan meteran di
rumah-rumah pelanggan. Selain itu, Perumda Air Minum Kota Padang juga menghadapi
masalah lain, yaitu potensi gempa dan gerakan tanah yang cukup tinggi di Kota Padang. Hal
ini dapat menyebabkan pipa-pipa bawah tanah yang ada rentan mengalami kerusakan dan sulit
dalam melakukan perbaikannya.
Permasalahan Perumda Air Minum Kota Padang utamanya terkait ketersediaan sumber
air baku yang masih kurang. Perumda Air Minum Kota Padang bisa saja memanfaatkan air
tanah sebagai sumber air baku alternatif selain sumber air permukaan yang telah ada. Namun,
potensi dan ketersediaan air tanah ini bergantung terhadap karakteristik hidrologi dan geologi
(batuan penyusun) wilayahnya.
Berikutnya, kebutuhan pengembangan SPAM kedepan. Pengembangan SPAM Kota
Padang dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dan permintaan terhadap ketersediaan air
minum yang layak. Kebutuhan pengembangan SPAM Kota Padang paling besar dipengaruhi
oleh permintaan air minum domestik. Kebutuhan air ini dihitung dari jumlah penduduk,
tingkat pertumbuhan penduduk, kebutuhan air per kapita, dan durasi penggunaan air oleh
penduduk. Kebutuhan air penduduk ini akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk dan pengembangan Kota Padang.
Kebutuhan pengembangan SPAM Kota Padang tidak akan terlepas dari adanya air
yang hilang (non revenue water). Pada tahun 2020, persentase jumlah air yang hilang
mencapai lebih dari 26% sehingga perlu dikurangi. Berdasarkan review rencana induk SPAM
Kota Padang 2010–2030, seharusnya jumlah air yang hilang sudah berada di bawah 20%. Hal
ini menunjukkan adanya kesalahan atau ketidakefektifan dalam pengelolaan Perumda Air
Minum Kota Padang terhadap unit-unit SPAM yang dimilikinya. Oleh karena itu, kedepannya
perlu lebih memperhatikan lagi pengelolaan terhadap setiap unit SPAM agar jumlah air yang
hilang terus menurun jumlahnya.
4.5 Kinerja Kelembagaan
4.5.1 Dinas Kesehatan
Dalam melakukan penyuluhan mutu air minum yang dilaksanakan Dinas
Kesehatan Kota padang belum tercapai terkait hal pengawasan. Hal tersebut
dikarenakan belum meratanya kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh setiap
puskesmas mengenai kualitas air minum yang seharusnya dikonsumsi, hal ini
mengakibatkan masih terdapat dari masyarakat yang tidak mengetahui dampak bahaya
akan air minum jika tidak layak dikonsumsi. Kegiatan khusus penyuluhan
yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Padang Penyuluhan ini tidak berlangsung
dengan optimal karena dana untuk melakukan itu tidak ada, ketika ada kegiatan ke
sekolah atau mengumpulkan masyarakat maka Dinas Kesehatan hanya
memberikan sedikit informasi saja mengenai kualitas air minum layak dikonsumsi.
4.5.2 PDAM Kota Padang
Demi mempercepat peningkatan kinerja PDAM Kota Padang , pihak manajemen
telah mengimplementasikan Good Corporate Governance(GCG) atau tata laksana
perusahaan yang baik. Padahal rancangan Undang-undang (RUU) GCG ini masih
digodok DPR. Dalam mengimplementasikan GCG ini, PDAM bekerjasama dengan
Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sumbar.
Kerjasama PDAM dan BPKP telah resmi dilakukan setelah penandatanganan
Memorandum of Understanding (MoU) beberapa waktu lalu. implementasi GCG langkah
maju dalam rangka mempercepat peningkatan kinerja PDAM, Ujar Dirut PDAM Kota
Padang, Azhar Latif. Pengelolaan perusahaan yang bersih, transparan, efektif dan efisien
merupakan hal yang dilakukan Pemerintah Kota Padang, namun nyatanya Walikota
mengatakan hal itu belum cukup menyadarkan masyarakat. Tidak cukup hanya dengan
meningkatkan performance kerja, tetapi pelaksanaan pengelolaan perusahaan atau GCG
yang baik salah satu indikator pedoman kinerja BUMN. Hal ini mestinya diketahui
masyarakat, agar hal itu menjadi sebuah pembelajaran ke depan. GCG ini nantinya
diperbolehkan diketahui publik. Dengan adanya GCG seluruh masyarakat dapat
mengontrol kinerja PDAM. Prinsip GCG adalah asas transparansi, pertanggungjawaban,
akuntabilitas dan keadilan. Sementara itu Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sumbar,
Nono Sukarno menyatakan penerapan GCG merupakan acuan kebijakan PDAM ke
depan. Manfaat penerapan GCG ialah meningkatkan citra perusahaan menjadi lebih baik,
sehingga meningkatkan kepercayaan stakeholders, ujar Nono. (Ishak KW)
4.6 Tingkat Kebocoran
PDAM Kota Padang cukup berhasil dalam mengaplikasi water technology khususnya
dalam menurunkan NRW. Apalagi pasca gempa 2009, PDAM Kota Padang berhasil bangkit dan
menurunkan kehilangan air hingga NRW nya saat ini 25-26 persen. Padahal rata-rata nasional
NRW PDAM masih diatas 40 persen. Selain teknologi, PDAM Padang cukup berhasil
meningkatkan kualitas SDM, terbukti cukup banyak infrastruktur nasional bidang teknologi air
minum di PDAM Padang. PDAM Kota Padang sendiri dikatakan Edwar selama ini cukup
berhasil berhasil menurunkan kehilangan air, salah cara yakni dengan teknology Distrik Meter
Area (DMA) dan management tekanan air, sweeping mencari kebocoran serta terus
meningkatkan teknologi akurasi sistem digital baca meter air pelanggan. Salah satu mitra
training dan penerapan teknologi penurunan NRW yakni PT Pasti Makmur.S.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2018. “PDAM Padang Dipuji Bisa Turunkan Tingkat Kehilangan Air”.
https://sumbarpost.com/pdam-padang-dipuji-bisa-turunkan-tingkat-kehilangan-air/.
10/2022
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Padang, 2016, Peninjauan Kembali RTRW Kota
Padang Tahun 2010–2030, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Padang,
Padang.