Anda di halaman 1dari 18

PEMBANGUNAN DAN PERKEMBANGAN EKONOMI DI KOTA PADANG

a. Uraian singkat kota Padang


Secara geografis, cakupan daerah minangkabau memuat tiga teritorial yakni
Darat, Rantau, dan Pesisir. Namun demikian, sering kali secara sempit
“minangkabau” diidentikkan dengan Sumatera Barat. (Elizabeth E. Graves,
2007)

Walaupun kelompok etnis mingkabau secara historis dan geografis sering


dianggap menyerupai budaya pesisir, namun, nyatanya etnis ini termasuk
kedalam kelompok pedalaman. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya yang
menempati daerah pengunungan bukit barisan (pedalaman sumatera).
Menjadikan pertanian sebagai sumber utama bertahan hidup merupakan salah
satu ciri kelompok pedalaman. Tetapi, ciri tersebut memang tidak sepenuhnya
melekat pada komunitas Minangkabau. Dalam perspektif sejarah perdagangan,
komunitas Minangkabau justru telah berperan penting dalam perdagangan
merica (lada), yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat pesisir. Sumber daya
alam lainnya, yakni berupa batubara, batubesi, timah hitam, seng, emas, batu
kapur (Semen), perikanan, dan kakao. (Mid Jamal, 1985)

Menurut tokoh sejawaran dan budayawan asal Sumatera Barat, AA Navis,


menyatakan bahwa Minangkabau adalah kultur etnis dari rumpun Melayu yang
berkembang pesat karena sistem monarki, dan menganut sistem adat yang khas
dengan bercirikan matrilineal atau sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan.
Etnis minangkabau di Sumatera barat ini lekat dengan ajaran agama Islam dan
sangat menonjol di bidang perniagaan. Masyarakat Minangkabau Sumatera
Barat ini banyak yang berada di perantauan, yang umumnya kota-kota besar
seperti Jakarta, Medan, Bandung, Batam, Pekanbaru, Palembang, dan lain-lain.
Etnis Minangkauabu Sumatera Barat juga dapat ditemui di Singapura dan
Malaysia, tepatnya di daerah Negeri Sembilan. Masyarakat Sumatera Barat
memiliki kuliner yang khas disebut Nasi Padang, kuliner ini adalah salah satu
makanan Padang yang terkenal dan diminati oleh banyak orang dari Indonesia
bahkan turis asing. (dewi, N. D.,2021)
Setelah membahas secara singkat mengenai Sumatera Barat beserta dengan ciri
khas etnik Minangkabau, maka penulis akan mengajak anda untuk menganalisis
secara spesifik terkait pembangunan dan perkembangan ekonomi di salah satu
kota di Sumatera Barat. Penulis mengambil sampel berupa kota Padang tentunya
dengan beberapa pertimbangan.

Ibu kota provinsi Sumatera Barat adalah kota Padang, kota Padang juga
merupakan kota terbesar di pantai barat pulau Sumatera. Dilihat dari sisi
geografis, kota Padang memiliki luas wilayah 694,96 km² pada tahun 2020.
Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Barat Jarak kota
Padang dengan kota Bukit tinggi yakni 91 km, jarak kota padang ke
payakumbuh sejauh 124 km, dan jarak kota padang yang paling jauh adalah
dengan kabupaten pasaman yakni sejauh 222 km. Menurut data Badan Pusat
Statistik tahun 2021 yang didapat dari Kantor Kementerian Agama Kota Padang,
penduduk kota Padang beragam dengan agama, dengan rincian yakni Budha
sebanyak 2.567 Jiwa, Hindu sebanyak 1.085 jiwa, katholik sebanyak 12.529
jiwa, protestan berjumlah 6.549 jiwa, dan islam sebanyak 890.969 jiwa,
Beragam tempat peribadatan juga dijumpai di kota ini. Selain didominasi oleh
masjid, gereja dan klenteng juga terdapat di Kota Padang. (Badan Pusat Statistik
Kota Padang, 2021)

Jika kita mengulik sedikit sejarah mengenai kota padang, dahulunya, kawasan
kota Padang adalah bagian dari kawasan rantau yang didirikan oleh perantau-
perantau Minangkabau yang berasal dari Dataran Tinggi Minangkabau (darek).
Mereka bermukin di perkampungan di pinggiran selatan Batang Arau untuk
pertama kalinya, yang kini disebut dengan Seberang Padang. Kemudian
muncullah kampung-kampung baru yang dibuka ke arah utara, dimana
kesemuanya termasuk kedalam kenagarian padang dalam adat nan delapan suku,
yaitu yaitu suku-suku Mandaliko (Chaniago Mandaliko), Sumagek (Chaniago
Sumagek), Sikumbang (Tanjung Sikumbang), Panyalai (Chaniago Panyalai),
dan Jambak dari Kelarasan Bodhi-Chaniago, serta, Koto (Tanjung Piliang),
Malayu dari Kelarasan Koto-Piliang, dan Balai Mansiang (Tanjung Balai-
Mansiang). Ada pula para pendatang dari rantau pesisir lainnya, yakni dari
Tarusan, Painan, dan Pasaman. Sama halnya dengan kawasan rantau
Minangkabau lainnya, Kerajaan Pagaruyung mempengaruhi kawasan sepanjang
pesisir barat sumatera ini pada awalnya. (Cortesão, Armand, 1944). Namun,
kawasan ini telah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh pada awal
abad ke-17. (Kathirithamby-Wells, J., 1969)
(wikipedia padang)

Kota Padang merupakan kota dengan jumlah penduduk paling banyak di


provinsi Sumatra Barat dibanding dengan kota/kabupaten lainnya. Sensus
penduduk menggunakan metode kombinasi sejak SP2020 dengan memanfaatkan
data administrasi kependudukan (Adminduk) dari Direktorat Jenderal
Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil) Kementrian Dalam
Negeri (Kemendagri) sebagai data dasar pelaksanaan sensus penduduk. Untuk
pertama kalinya sensus dengan metode ini dilakukan sebagai upaya pendukung
untuk mewujudkan “Satu data kependudukan Indonesia”. Berdasarkan sensus
penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, jumlah
penduduk Kota Padang adalah sebanyak 909.040 jiwa, yang terdiri atas 456 329
laki-laki dan 452 711 perempuan. Jumlah tersebut menunjukan penurunan yang
signifikan dari data kependudukan tahun 2019 yang menunjukkan angka sebesar
950.871 jiwa, yang terdiri dari 475.657 jiwa laki-laki dan 475.214 perempuan.
Data tahun 2020 berasal dari Sensus Penduduk 2020 (SP2020), sedangkan data
2019 berasal dari proyeksi penduduk. (Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2021)

Tabel Jumlah penduduk masing-masing kabupaten/kota di provinsi Sumatera


Barat tahun 2019 dan tahun 2020 dan menurut jenis kelaminnya disajikan
sebagai berikut :
Status Pekerjaan Utama (Jiwa)
Status Pekerjaan Utama Laki-Laki Perempuan Total

2020 2020 2020


Berusaha sendiri 51.713 31.405 83.118
Berusaha dibantu buruh
tidak tetap/Buruh tak 21.086 20.229 41.315
dibayar
Berusaha dibantu buruh
11.577 4.064 15.641
tetap/Buruh dibayar
Buruh/Karyawan/Pegawai 126.767 82.392 209.159
Pekerja Bebas 20.352 2.711 23.063
Pekerja Keluarga/Tak
14.921 24.432 39.353
dibayar
Jumlah 246.416 165.233 411.649
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang

Ditinjau dari sisi kesehatan, menurut data Badan Pusat Statistik yang bersumber
dari Dinas Kesehatan Kota Padang, Kota Padang ini memang memiliki Jumlah
Fasilitas Kesehatan yang lebih banyak daripada Kecamatan lain di Sumatera
Barat, karena di kota inilah penduduk paling banyak dan merupakan pusat kota
dari provinsi Sumatera Barat. Jumlah Fasilitas Kesehatan tahun 2020 yang
terdapat di kota Padang, antara lain 89 klinik/balai kesehatan, 918 posyandu, 23
puskesmas, 5 rumah sakit bersalin, serta 14 unit rumah sakit. (Badan Pusat
Statistik Kota Padang, 2020)

b. Sumber Pendapatan Kota Padang

Dahulu, pada abad ke-19, Kota Padang merupakan kota pelabuhan yang
mendapat permintaan kopi secara tinggi dari Amerika sehingga mengalami
petumbuhan ekonomi yang signifikan. Akibatnya berdirilah salah satu cabang
Javaansche Bank pada tahun 1864 yakni bank yang bertanggung jawab
terhadap mata uang di Hindia Belanda serta telah mengikuti standar selaras
dengan yang ada di negara Belanda. Seiring itu pada 1879 juga telah muncul
bank simpan pinjam. Maka dapat dikatakan tingkat peredaran uang di kota
Padang pada saat itu tinggi.

Kota Padang terkenal dengan sektor industri, perdagangan, dan jasa dalam
mendorong perekonomian masyarakatnya dibanding dengan sektor pertanian.
Walaupun industri pengelolaan di kota ini sudah cukup membantu membuka
banyak lapangan pekerjaan, namun memang lahan pertanian di kota padang
cenderung diubah menjadi kawasan indsutri. PT. Semen padang adalah sebuah
pabrik semen pertama dan cukup populer di Indonesia, PT ini didirikan dan telah
beroperasi sejak tahun 1910 di Indarung. Pada kala itu, pabrik semen ini
memiliki kapasitas produksi sebanyak 5.240.000 ton per tahun dengan 63% dari
produksinya (dalam bentuk kemaan maupun curah) didistribusikan melalui laut
dengan memanfaatkan adanya pelabuhan Teluk Bayur. Kemudian, selepas
reformasi politik dan ekonomi, masyarakat minang menuntut untuk segera
dilakukan pemisahan (spin off) Pt semen padang dari induknya PT Semen
Gresik oleh pemerintah pusat, yang mana telah digabung (merger) sejak tahun
1995 secara paksa oleh pemerintah pusat. Penyelesaian persoalan itu masih
belum jelas sampai sekarang, meskipun tuntutan akuisisi PT. Semen Padang
untuk menjadi perusahaan mandiri telah dikabulkan oleh pengadilan negeri
padang, terlebih lagi merosotnya kinerja perusahaan sejak penggabungan itu.
Pemerintah masih menganggap pembentukan holding beberapa BUMN yang
memiliki kesamaan usaha dapat menyelesaikan masalah dalam hal membangun
keunggulan daya saing BUMN serta menjamin perolehan laba di atas rata-rata.

Di Padang terdapat pasar yang menjadi pusat perdagangan, bahkan pada era
1980-an, tempat ini menjadi sentra perdagangan bagi masyarakat Sumatera
Barat, Riau, Jambi, dan Bengkulu, psar ini disebut Pasar Raya Padang yang
dibangun oleh kapiten china bernama Lie Saay pada zaman kolonial Belanda.
Selain itu, aktivitas perniagaan di Padang juga didukung oleh 16 pasar satelit
yang tersebar di seluruh pelosok kota, sembilan di antaranya dimiliki oleh
Pemerintah Kota Padang yaitu Pasar Alai, Pasar Bandar Buat, Pasar Belimbing,
Pasar Bungus, Pasar Lubuk Buaya, Pasar Simpang Haru, Pasar Siteba, Pasar
Tanah Kongsi, dan Pasar Ulak Karang. Tidak seperti kebanyakan kota besar di
Indonesia, pertumbuhan pusat perbelanjaan modern di Kota Padang terbilang
cukup lamban. Pada tahun 1990-an terdapat setidaknya lima permohonan izin
pendirian mal di Kota Padang yang ditolak oleh Zuiyen Rais, wali kota Padang
saat itu, karena mengambil lokasi di pusat kota. Untuk melindungi usaha mikro
kecil dan menengah (UMKM), Pemerintah Kota Padang juga tidak memberi izin
jaringan ritel waralaba berbentuk minimarket seperti Indomaret dan Alfamart
yang sudah menjamur di berbagai kota di Indonesia. Sebagai gantinya, jaringan
minimarket Minang Mart dibentuk oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT
Grafika Jaya Sumbar yang bekerja sama dengan PT Sentra Distribusi Nusantara.
Sementara terkira di tahun 2022 terdapat beberapa mall di kota padang, yakni
Basko Grand Mall, Plaza Andalas, Damar Andalas, Sahabat Jaya Sentosa Plaza,
Sentral Pasar Raya, Christine Hakim Idea ark, Transmart Padang, Supermall
Green City, Padang Landmark, dan Paris Swalayan.

Walaupun dari segi berdirinya mall atau indomaret/alfamart itu sulit di Padang,
namun, perihal sektor pariwisata dan industri MICE (Meeting, Incentive,
Convention, and Exhibition atau Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran)
sangatlah didukung oleh pemerintah daerah Padang untuk membangun roda
perekonomian daerah. Hal tersebut dibuktikan dengan keberadaan sederet hotel
dan gedung pertemuan di kota ini. Saat ini Kota Padang telah memiliki puluhan
hotel berbintang.

Seiring dengan berjalannya otonomi daerah, diharapkan pemerintah daerah


mampu mengelola dan memaksimalkan sumber daya yang ada di daerah untuk
kelangsungan kemajuan daerah itu sendiri. Salah satu daerah yang diberi hak
otonomi daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri dalam menunjang
pendapatan sumber keuangan daerahnya ialah kota Padang. Kota padang
merupakan kota dengan penerimaan Pendapatan Asli Daerah terbanyak di
Sumatera Barat, dimana sebagian besar penerimaannya bersumber dari pajak
daerah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah pasal 285 ayat (1) menyebutkan sumber pendapatan daerah dapat berasal
dari 3, yaitu :
a) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Yang terdiri atas:
a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan
d. Lain-lain yang sah
b) Dana Perimbangan
c) Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Di sisi lain, Pertumbuhan ekonomi sering dijadikan indikator. Meskipun


telah digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan
pembangunan dan dijadikan tolak ukur secara makro, pertumbuhan ekonomi
belum mencerminkan kemampuan masyarakat secara individual dan masih
bersifat umum. Pembangunan daerah diharapkan akan membawa dampak
positif pula terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi daerah
dapat dicerminkan dari perubahan PDRB dalam suatu wilayah. (Suryono,
2010)

Pendapatan nasional pun menjadi tolok ukur pertumbuhan ekonomi suatu


negara. Pendapatan nasional ini berkaitan dengan Produk Domestik Bruto
(PDB), yaitu nilai barang atau jasa yang dihasilkan suatu negara dalam satu
tahun tertentu dengan menggunakan faktor-faktor produksi milik warga
negara nya dan milik penduduk di negara-negara lain dan biasanya dinilai
menurut harga pasar dan dapat didasarkan kepada harga yang berlaku dan
harga tetap. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan
oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di
suatu wilayah. PDRB merupakan total nilai barang dan jasa yang diproduksi
di wilayah atau regional tertentu dan dalam kurun waktu tertentu biasanya
satu tahun. Besarnya nilai PDRB menunjukkan bahwa daerah tersebut
memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan menunjukkan kemajuan
ekonomi wilayah itu. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga
berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan Produk Domestik
Regional Bruto atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang
dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu. (Dama,
Lapian, Sumual, 2016)

Maka berikut penulis sajikan tabel tabel anggaran dan realisasi pendapatan
pemerintah kota Padang tahun 2020 dan 2021 dan juga tabel distribusi
PDRB di kota Padang tahun 2019, 2020, dan 2021. Terlihat bahwa realisasi
lebih kecil daripada anggaran pendapatan pemerintah baik di tahun 2020
maupun 2021.

Anggaran dan Realisasi Pendapatan Pemerintah Kota Padang (Ribu Rupiah)


Jenis Pendapatan Realisasi Anggaran
2020 2021 2020 2021
1. Pendapatan Asli Daerah
Rp 546.108.570 Rp 499.895.722 Rp 808.267.778 Rp 664.266.307
(PAD)
1.1 Pajak Daerah Rp 388.095.396 Rp 344.743.134 Rp 565.430.000 Rp 492.017.178
1.2 Retribusi Daerah Rp 48.243.550 Rp 37.174.849 Rp 95.876.680 Rp 66.192.533
1.3 Hasil Perusahaan Milik
Daerah dan Pengelolaan
Rp 11.711.218 Rp 12.326.936 Rp 11.550.000 Rp 13.463.632
Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
1.4 Lain-lain PAD yang Sah Rp 98.058.405 Rp 105.650.803 Rp 135.411.097 Rp 92.592.964
2. Dana Perimbangan Rp 1.524.369.871 Rp 1.414.136.103 Rp 1.580.181.059 Rp 1.452.277.918
2.1 Bagi Hasil Pajak dan
Rp 47.292.610 Rp 73.316.050 Rp 67.631.774 Rp 98.766.683
Bukan Pajak
2.2 Dana Alokasi Umum Rp 1.176.302.985 Rp 1.061.387.887 Rp 1.176.301.985 Rp 1.068.755.501
2.3 Dana Alokasi Khusus Rp 300.775.276 Rp 279.432.166 Rp 336.247.300 Rp 284.755.734
3. Lain-lain Pendapatan
Rp 279.639.173 Rp 253.593.417 Rp 303.989.626 Rp 267.520.501
yang Sah
3.1 Pendapatan Hibah Rp 107.019.141 Rp 115.774.017 Rp 129.533.000 Rp 133.000.420
3.2 Dana Darurat - - - -
3.3 Dana Bagi Hasil Pajak
dari Provinsi dan Pemerintah Rp 108.375.673 Rp 93.169.965 Rp 122.315.465 Rp 89.870.646
Daerah Lainnya
3.4 Dana Penyesuaian dan
- - - -
otonomi Daerah
3.5 Bantuan Keuangan dari
Provinsi atau Pemerintah Rp 12.102.197 Rp 200.000 - Rp 200.000
Daerah Lainnya
3.6 Lainnya Rp 52.141.161 - Rp 52.141.161 -
Jumlah Rp 4.700.235.226 Rp 4.290.801.049 Rp 5.384.876.925 Rp 4.723.680.017

(Sumber : Badan Pusat Statistik kota Padang)


Distribusi Persentase PDRB
Kategori Lapangan Usaha
2019 2020 2021
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,3 5,41 5,29
Pertambangan dan Penggalian 3,22 3,22 3,23
Industri Pengolahan 11,75 11,88 11,77
Pengadaan Listrik dan Gas 0,11 0,1 0,1
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
0,14 0,15 0,15
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 10,51 10,37 10,12
Perdagangan Besar dan Eceran;
16,93 16,42 16,5
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 17,16 15,67 15,53
Penyediaan Akomodasi dan Makan
1,5 1,2 1,24
Minum
Informasi dan Komunikasi 7,38 8,22 8,34
Jasa Keuangan dan Asuransi 4,96 5,15 5,64
Real Estate 3,11 3,15 3,11
Jasa Perusahaan 1,51 1,47 1,42
Administrasi Pemerintahan,
6,72 7,38 7,37
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan 5,25 5,7 5,54


Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,63 1,8 1,93
Jasa lainnya 2,82 2,62 2,7
Produk Domestik Regional Bruto 100 100 100

(Sumber : Badan Pusat Statistik kota Padang)

Terlihat dari data di atas bahwa penyumbang produk domestik regional bruto kota
Padang paling besar berasal dari perdagangan besar dan eceran, kemudian disusul oleh
transportasi dan pergudangan, industri pengolahan, dan konstruksi.

c. Situasi Ekonomi Terkini Kota Padang


Menurut data yang tertera di website Badan Pusat Statistik Kota Padang,
dinyatakan bahwa Garis kemiskinan di kota padang pada tahun 2021 yakni
603.540 rupiah, sementara jumlah penduduk miskin menurut Kabupaten/Kota di
Sumatera Barat terdiri dari 48,44 ribu jiwa dan tingkat pengangguran terbuka
(TPT) di kota padang tahun 2021 sebesar 13,37 persen, ini menurun sedikit dari
tahun 2020 sebesar 0,27 persen dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
2019-2021 yang menurun jika dibandingkan tahun 2020 yang berjumlah 64,31
persen, sementara tahun 2021 TPAK kota Padang sebesar 63,31 persen. (Badan
Pusat Statistik Kota Padang, 2021)

Keadaan ekonomi suatu daerah yang baik bisa diukur dalam beberapa hal,
seperti indeks Pembangunan Manusia (IPM), Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, dan lain-lain. Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu tolak ukur angka kesejahteraan suatu
daerah atau negara yang dilihat berdasarkan empat dimensi yaitu: angka harapan
hidup pada waktu lahir (life expectancy at birth), angka melek huruf (literacy
rate) dan rata-rata lama sekolah (mean years of schooling), dan kemampuan
daya beli/ rata-rata pengeluaran per kapita riil (purchasing power parity).
Indikator angka harapan hidup mengukur kesehatan, indikator angka melek
huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah mengukur pendidikan dan
terakhir indikator daya beli berupa pengeluaran untuk mengukur standar hidup.
(Maratade, 2016). Empat dimensi ini terkait secara tidak langsung dengan
bagaimana kondisi ekonomi tiap-tiap masyarakat di suatu daerah/kota tersebut.

Berikut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kota Padang jika dibandingkan


dengan kota lain di provinsi Sumatera Barat yang hampir sepadan dengan
Padang, yakni Bukit Tinggi.

Padang Bukit Tinggi


Indikator
2020 2021 2020 2021
Angka
73,65 73,69 74,38 74,5
Harapan Hidup
Harapan lama
16,52 16,53 14,97 14,98
sekolah
Kemampuan
Rp14.481 Rp14.540 Rp13.282 Rp13.331
daya beli

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang)


Terlihat pada data diatas, angka harapan hidup di kota padang memang lebih
rendah dibanding dengan kota bukit tinggi, dengan selisih sebesar 0,81%.
Namun dari segi pendidikan dan standar hidup diungguli oleh kota Padang,
angka dan persentase tersebut pun seminimalnya tetap meningkat tiap tahun.
Pencapaian kesejahteraan ditunjukkan oleh IPM yang tinggi karena menandakan
adanya pembangunan antar wilayah ataupun antar masyarakat. (Statistik 2018)

Dalam memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat, tentunya pemerintah


kota harus secara intens mengatasi tingkat kemiskinan dan ketimpangan sosial
yang ada di kota/kabupaten tersebut. Kemiskinan adalah ketidakmampuan suatu
individu untuk memenuhi kebutuhan ekonomi maupun kebutuhan non-ekonomi
yang diukur dari sisi pengeluaran. Maka, yang disebut dengan Penduduk Miskin
adalah penduduk yang tidak mampu memenuhi kebutuhan makanan dan non-
makanan karena rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis
kemiskinan. (Badan Pusat Statistik kota Padang, 2021)

Berikut disajikan tabel persentase penduduk miskin pada beberapa kota di


provinsi Sumatera Barat tahun 2020 dan 2021.
Persentase Penduduk Miskin
Menurut Kabupaten/Kota di
Kabupaten/Kota
Sumatera Barat (Persen)
2020 2021
Kota Padang 4,4 4,94
Kota Bukittinggi 4,54 5,14
Kota Payakumbuh 5,65 6,16
Kota Pariaman 4,1 4,38
(Sumber : Badan Pusat Statistik kota Padang)

Jumlah penduduk miskin pada kota-kota di provinsi Sumatera Barat cenderung


mengalami peningkatan tiap tahunnya, tak terkecuali kota Padang. Di kota
Padang persentase penduduk miskin meningkat dari tahun 2020 ke tahun 2021
sebesar 0,54%. Kemungkinan adanya peningkatan persentase penduduk miskin
ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk di kota Padang yang meningkat dari
tahun 2020 ke tahun 2021 sebesar 909.040 jiwa ke 913.450 jiwa.
Tentu saja jumlah penduduk juga menjadi pemicu meningkatnya kemiskinan.
Menurut Sadono, Perkembangan jumlah penduduk bisa menjadi faktor
penghambat, bisa pula menjadi faktor pendukung pembangunan. Faktor
penghambat pembangunan karena pertumbuhan penduduk itu bisa mengurangi
produktivitas sehingga akan memunculkan banyak pengangguran. Sedangka
sebagai faktor pendukung, karena pertumbuhan penduduk bisa membuat tenaga
kerja semakin banyak dan memperluas pasar, dimana pasar ditentukan oleh dua
faktor yang krusial yakni jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat.
(Sadono, 2010)

Berikut rincian menurut Badan pusat statistik mengenai jumlah penduduk pada
beberapa kota di provinsi Sumatera Barat tahun 2019, 2020, dan 2021 (dalam
ribuan).
Jumlah Penduduk
Nama Kota
2019 2020 2021
Padang 950,87 909,04 913,45
Bukittinggi 130,77 121,03 121,9
Payakumbuh 135,7 139,58 141,18
Pariaman 88,5 94,22 95,29
(Sumber : Badan Pusat Statistik kota Padang)

Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), turunnya Tingkat


Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan salah satu indikator kesejahteraan
yang secara tidak langsung menunjukkan daerah tersebut memiliki kesejaheraan
yang tinggi. TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) adalah persentase jumlah
pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. (Badan Pusat Statistik kota
Padang, 2020).

Hal-hal yang bisa disebut sebagai penganggur terbuka, yakni :

a. Mereka yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan.


b. Mereka yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha.
c. Mereka yang tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena
merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum molai bekerja.

Berikut penulis sajikan tabel mengenai Tingkat Pengangguran Terbuka


(TPT) di kota Padang pada tahun 2019, 2020, dan 2021 (Dalam persen).

Tingkat Pengangguran Terbuka


Kabupaten/Kota
2019 2020 2021
Kota Padang 8,74 13,64 13,37
Kota Bukittinggi 6,2 7,51 6,09
Kota Payakumbuh 4,13 6,68 6,47
Kota Pariaman 5,48 5,73 6,09

(Sumber : Badan Pusat Statistika kota Padang)

Tingkat pengangguran terbuka menurun dari tahun 2020 ke 2021, namun tetap
saja angka ini terlalu besar jika dibandingkan tahun 2019 yang hanya menyentuh
angka 8,74. Harus ditekankan terkait bagaimana cara pemerintah daerah agar
selalu meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga berpengaruh secara
signifikan terhadap Indeks Pembangunan manusia (IPM) dan mengurangi
pengangguran terbuka dengan membuka berbagi lapangan kerja di berbagai
sektor terutama sektor pendidikan, pariwisata, dan industri kreatif di kota
Padang.

Masyarakat kota Padang sangat terkenal dengan jiwa perniagaannya, bahkan


mereka merantau ke kota lain di Indonesia dengan membawa keahlian
berdagangnya karena Sumatera Barat ditunjang oleh kebiasaan masyarakat
Minang yang banyak merantau dan membuka usaha kuliner asli Padang yang
dicari-cari oleh wisatawan saat mengunjungi daerah ini bahkan daerah lain di
Indonesia, seperti Rumah Makan Padang, Sate Pariaman, dan lain-lain.
Kemudian diperkuat dengan identitas kuliner yang dimiliki oleh setiap daerah di
Sumatera Barat, contoh kota Padang terkenal dengan buah bengkuang, Bukit
tinggi terkenal dengan nasi kapau, Payakumbuh dengan Gelamai, dan Pariaman
terkenal dengan sala ikan. (Yohan Fitriadi, Wellia Novita, Adjie Surya Kelana,
2021)
Perusahaan Jumlah Perusahaan Perdagangan
Perdagangan 2019 2020 2021
Besar 2.447 2.447 2.447
Menegah 13.480 13.485 13.486
Kecil 33.101 33.132 33.133
Mikro 1.844 1.850 1.907
Jumlah 50.872 50.914 50.974
(Sumber : Badan Pusat Statistik kota Padang, 2021)
Jumlah Sarana
Jumlah Sarana
Perdagangan
Perdagangan
2020 2021
Pasar 21 21
Toko 2.491 2.492
Kios 4.824 4.824
Warung 1.308 1.308
Jumlah 8.644 8.645
(Sumber : Badan Pusat Statistik kota Padang, 2021)

Di atas telah diterterakan data terkait jumlah perusahaan dagang dan jumlah
sarana perdagangan di kota Padang. Dan berikutnya data mengenai objek/
destinasi wisata di kota Padang beserta industri pariwisata pada tahun 2021 di
kota Padang.

Jumlah
Keterangan objek
wisata Jumlah Industri Pariwisata (Unit)
Keterangan
Wisata alam 40 kota Padang tahun 2021
Wisata bahari 37 Toko Souvenir 49
Wisata sejarah - Hotel Tidak
76
Wisata budaya 3 Berbintang
Wisata belanja 29
Hotel Berbintang 46
Wisata Kuliner 9
(Sumber : Badan Pusat Statistik kota Padang, 2021)

Selain destinasi wisata, kota Padang juga dikenal sebagai salah satu pusat
ekonomi kreatif dengan beragam kekayaan budaya dan kreativitas manusia
dalam jumlah sangat besar. Walaupun industri kuliner sempat mengalami
hambatan pada saat pandemi covid 19 melanda seperti adanya perubahan
adaptasi baru berupa menjaga jarak, selalu menggunakan masker dan mengurai
aktifitas di luar rumah, namun, kota Padang nampaknya bisa bertahan dengan
menggunakan restoran dan memanfaatkan sarana digital untuk menjalankan
usaha kuliner. Jumlah restoran/ rumah makan di kota Padang pada tahun 2021
ada 333 unit. (Badan Pusat Statistik kota Padang, 2021)
Jumlah Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik
Wisatawan 2019 2020 2021
Mancanegara 88.351 21.660 1.538
Domestik 5.384.236 2.562.966 1.000.732
Jumlah 5.472.587 2.584.626 1.002.270
(Sumber : Badan Pusat Statistik kota Padang, 2021)

d. Rencana Pembangunan Kota Padang di tahun 2022


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-
2024 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden R.I. Nomor 18 Tahun
2020 merupakan panduan dan rencana dalam melangkah ke depan menuju
Indonesia Unggul. Telah dilakukan kick-off meeting Rancangan Awal RKP 2022
yang mengacu kepada RPJMN untuk Pembangunan Nasional di Tahun 2022
yaitu pertama evaluasi terhadap pelaksanaan RKP 2020, kedua Dampak Covid-
19 dan kemudian Tema, Fokus, Serta Sasaran Pembangunan RKP 2022.
Sasaran Pembangunan Nasional Tahun 2022, yakni :
1) Pertumbuhan ekonomi 5,4 - 6,0 %
2) Rasio Gini 0,376 - 0,378
3) Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 26,8-27,1%
4) Nilai Tukar Nelayan 102-105
5) Tingkat Pengangguran 5,5 - 6,2 %
6) Indeks Pembangunan Manusia 73,44 - 73,48
7) Nilai Tukar Petani 102 -1-4
8) Tingkat Kemiskinan 8,5-9,0%
(Kick-off RKP Nasional, 2022)
Dengan mempertimbangkan capaian dan potensi pembangunan daerah satu
tahun sebelumnya yakni 2021, isu strategis, tantangan dan peluang, serta kondisi
sekarang, maka rencana dan tujuan pembangunan tahun 2022 mengacu pada visi
pemerintah provinsi Sumatera Barat tahun 2021-2026 yakni “Terwujudnya
Sumatera Barat yang Madani, Unggul dan Berkelanjutan”

Berikut Sasaran Pembangunan Sumatera Barat Tahun 2022 sesuai dengan misi
pemerintah provinsi :
Misi 1:
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia yang Sehat,Berpengetahuan,
Terampil & Berdaya Saing.
Sasaran ->
 Meningkatnya Derajat Kesehatan Masyarakat
 Meningkatnya Kualitas Pendidikan
 Meningkatnya Daya Saing Angkatan Kerja

Misi 2:
Meningkatkan Tata kehidupan sosial kemasyarakatan berdasarkan Falsafah Adat
Basandi Syara’ – Syara’ Basandi Kitabullah.
Sasaran ->
 Meningkatnya Ketahanan sosial Budaya masyarakat yang berlandaskan
ASB-SBK
 Meningkatkan Budaya Literasi Masyarakat

Misi 3:
Meningkatkan Nilai tambah dan Produktifitas pertanian, perkebunan, peternakan
dan perikanan.
Sasaran ->
 Meningkatnya Produktifitas Pertanian dan Perkebunan
 Meningkatnya Produktifitas Peternakan
 Meningkatnya Produktifitas Perikanan
Misi 4:
Meningkatkan usaha perdagangan dan industry kecil/menengah serta ekonomi
berbasis digital.
Sasaran ->
 Sumatera Barat Sebagai Pusat Perdagangan
 Meningkatnya Pelaku UMKM Yang Sejahtera
 Sumatera Barat sebagai Pusat Industri Kecil/UMKM

Misi 5:
Meningkatkan ekonomi kreatif dan berdaya Saing kepariwisataan.
Sasaran ->
 Sumatera Barat sebagai Tujuan Wisata yang Unggul dan Berdaya Saing
 Sumatera Barat sebagai Pusat Ekonomi Kreatif

Misi 6:
Meningkatkan pengembangan infrastruktur yang berkeadilan berkelanjutan.
Sasaran ->
 Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Infrastruktur
 Meningkatkan Kesiapsiagaan
 Menghadapi Bencana Mewujudkan Lingkungan Hidup Yang Berkualitas

Misi 7:
Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan dan Pelayanan Publik yang bersih,
akuntabel serta berkualitas.
Sasaran->
 Meningkatknya kualitas tata kelola birokrasi yang bersih dan akuntabel
 Meningkatnya kinerja birokrasi
 Meningkatnya kualitas pelayanan publik

Dengan terjadinya pandemic Covid-19 pada tahun 2020, Prioritas Pembangunan


pada Rancangan Awal Rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) mengalami
penyesuaian untuk penanganan serta pemulihan aspek sosial, ekonomi dan
keuangan akibat terjadinya Covid-19. Tema RKPD Kota Padang 2022 yaitu
“Pemulihan Ekonomi Daerah Melalui Optimalisasi Sumber Daya Lokal dan
Pengembangan Potensi Wisata”.

Prioritas Pembangunan Kota Padang Tahun 2022


1. Pembangunan ekonomi inklusif berbasis ekonomi kerakyatan dan
pengembangan ekonomi kreatif.
2. Peningkatan sarana prasarana perdagangan dan penguatan kemitraan
dalam perdagangan.
3. Pengembangan industri pariwisata berbasis potensi sumberdaya dan
kemitraan.
4. Peningkatan penataan ruang dan pembangunan kawasan pemukiman
yang ramah.
5. Peningkatan dan pengembangan kualitas sistem pendidikan karakter
berbasis keluarga dan lingkungan yang sehat.
6. Peningkatan dan pengembangan kualitas sistem pendidikan karakter
berbasis keluarga dan lingkungan yang sehat.
7. Peningkatan dan penataan infrastruktur/sarana prasarana perkotaan dan
transportasi kota berbasis lingkungan.
8. Optimalisasi mitigasi bencana berbasis komunitas cerdas bencana.
9. Peningkatan tata kelola pemerintahan melalui penguatan sistem budaya
kerja dan pemanfaatan teknologi informasi.
10. Peningkatan iklim investasi dan kemudahan berusaha.
(RKPD Kota Padang, 2022)

e. Perkembangan Terkini terhadap Rencana Pembangunan di Kota Padang

Anda mungkin juga menyukai