Majalengka
Palimanan, Rajagaluh, Talaga dan Maja. Namun pada tanggal 24 Mei 1862
Dengan demikian sejak tahun 1874 sampai dengan tahun 1990, wilayah
52
53
Kecamatan Kadipaten yang terkenal dengan pasar dan terminal busnya dan
kabupaten Majalengka hanya sekitar 2,71 % dari luas provinsi Jawa Barat
(yaitu kurang lebih 44.357,00 km) dengan ketinggian tempat antara 19-857 m
atas 23 kecamatan yang terbagi dalam 13 kelurahan dan 317 Desa. Jarak dari
ibu kota Kabupaten Majalengka (kota Majalengka) ke ibu kota provinsi Jawa
sekitar 2-3 jam, dan jarak ke ibu kota negara (kota Jakarta) sekitar 300 Km
membelah jalur pantai utara jawa sehingga mudah dilalui oleh berbagai
4.1 Gambar
Peta Kecamatan Kadipaten
Desa Pagandon.
Kecamatan Kadipaten berhawa cukup panas hal ini menyebabkan sedikit sekali
dijumpai hutan dan berbagai tanaman sayur dan buah-buahan. Ada sayuran Desa
Industri Bola PT. Sinja yang letaknya tidak jauh dari jalan raya sehingga
barang dari pabrik. Jadi, walaupun Kabupaten Majalengka tidak memiliki bahan
baku pembuatan industri bola, hal tidak menyurutkan seorang untuk melakukan
sebuah usaha inovatif yang bisa menyerap banyak tenaga kerja. PT. Sinja sebagai
jahit ini.
Lokasi PT. Sinja yang berada di daerah pedesaan yang jauh dari kota
sendiri tidak terdapat usaha yang sebesar PT. Sinja, namun di Majalengka secara
umumnya terdapat beberapa industri besar seperti pabrik kecap, pabrik gula, dan
beberapa UKM lainnya. Unit kegiatan usaha yang berkembang seperti percetakan,
sablon dan indutri makanan seperti keripik, opak dan raginang. Di Kadipaten
sendiri banyak terdapat UKM yang begerak dalam industri makanan, misalnya
saja Desa Heuleut yang banyak terdapat industri keripik pisang dan Desa
Kadipaten yang terdapat industri opak dan raginang yang di produksi oleh rumah-
rumah disana. Beberapa desa ini menimbulkan satu sinergi tersendiri dalam
jumlah yang besar dapat menjadi sumber penggerak pembangunan, namun dapat
industri bola, karena banyak dari mereka yang terlibat dalam usaha tersebut, baik
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kecamatan Kadipaten Tahun 1994-2006
Penduduk Jumlah
Tahun
Laki-laki Perempuan Jiwa
1994 19.603 20.055 39.658
1995 19.587 20.066 39.653
1996 20.133 20.794 40.927
1997 20.315 21.041 41.356
1998 20.351 21.054 41.407
1999 20.373 21.078 41.451
2000 - - -
2001 20.825 20.998 41.823
2002 20.787 21.312 42.099
2003 21.231 21.581 42.812
2004 21.165 21.916 43.081
2005 20.729 21.001 41.730
2006 20.903 20.177 42.080
Sumber: Diolah dari Data BPS Kabupaten Majalengka. Kabupaten Majalengka
dalam Angka. Majalengka: Kantor Statistik Kabupaten Majalengka.
Keterangan: - tidak ada data.
sampai tahun 2003. Peningkatan tersebut diakibatkan angka kelahiran yang tinggi
mengalirnya penduduk dari desa atau kota lain yang tertarik untuk mengadu nasib
di suatu daerah yang berdaya tarik tersebut secara umum disebabkan: (1) Suatu
Pada tahun 1998 dimana pada masa ini industri bola mengalami masa
sepak bola Piala Dunia. Hal ini menarik perhatian banyak pihak terutama
panyingkiran dan Dawuan yang ingin bekerja disana. Pada tahun 2004 terjadi
dengan laju pertumbuhan mencapai 1,57% dari tahun sebelumnya, yang salah
satunya disebabkan oleh mulai berkembangnya industri bola PT. Sinja. Serta
dikarenakan pada waktu itu Kecamatan Kadipaten ditetapkan oleh Bupati Dra.
sebagian besar termasuk ke dalam angkatan kerja produktif yaitu 61% dan
sebagian kecil adalah penduduk tidak produktif seperti anak-anak dan lanjut usia
Perbandingan jumlah penduduk wanita dan laki-laki tidak jauh berbeda, namun
perkembangan daerahnya. Masalah lapangan kerja inilah yang menjadi salah satu
faktor dikembangkannya industri bola oleh bapak Irwan sebagai usaha padat
karya dan diharapkan mampu menyerap tenaga kerja yang berada di Kecamatan
dan mata pencaharian yang ada tetapi juga oleh bidang pendidikan yang ada.
daerah tersebut. Hal ini disebabkan karena pembangunan di suatu daerah banyak
ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia
tidak terlepas dari tingkat pendidikan yang dimiliki. Dengan pendidikan manusia
berbagai jenis dan tingkatan sekolah. Jumlah sekolah dan murid menurut tingkat
Tabel 4.2
Perkembangan Jumlah Sekolah dan Murid di Kabupaten Majalengka
Tahun 1994-2006 yang Berada di bawah Pengawasan P&K
Tahun Tingkat SD Tingkat SMP Tingkat SMA
Unit Jumlah Unit Jumlah Unit Jumlah
Sekolah Murid Sekolah Murid Sekolah Murid
1994 822 26.238 46 26.911 18 8.242
1995 843 134.534 49 30.174 15 8.446
1996 845 125.735 50 33.093 15 8.602
1997 849 128.193 54 32.985 19 11.808
1998 850 129.427 55 33.939 17 10.448
1999 850 129.511 55 33.942 17 10.445
2000 - - - - - -
2001 840 1.23.741 63 32.083 18 10.311
2002 841 1.28.050 62 32.687 17 11.118
2003 820 1.28.021 65 32.205 19 11.054
2004 818 1.27.181 67 31.465 20 10.948
2005 824 1.27.817 69 37.122 20 11.414
2006 830 1.27.997 69 37.136 20 12.308
Sumber: Diolah dari Data BPS Kabupaten Majalengka. (1994-2006). Kabupaten
Majalengka dalam Angka. Majalengka: Kantor Statistik Kabupaten
Majalengka.
Keterangan: - Tidak ada data.
Pada tabel di atas, data mengenai jumlah sekolah dan murid yang ada di
Kabupaten Majalengka dari tahun 1994-2006 tidak ditulis secara lengkap setiap
tahun, karena keterbatasan sumber. Hal ini disebabkan data pendidikan tidak
dicatat secara konsisten setiap tahun oleh Kantor Statistik Kabupaten Majalengka
Tabel 4.2 tersebut menunjukkan bahwa dari tahun 1994 sampai dengan
jumlahnya naik turun. Pada tahun 1994 ke tahun 1995 terjadi peningkatan jumlah
unit sekolah baik itu SD, SMP dan SMA kenaikan jumlah unit sekolah di semua
satuan pendidikan ini diperkuat dengan semakin banyaknya para orang tua yang
sampai tahun 1999 untuk satuan pendidikan SD. Pada tahun 1997, jumlah sekolah
dan murid di tingkat SD, SMP, dan SMA mengalami kenaikan yang cukup
signifikan dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 1998 dimana SD dan
SMP yang mengalami kenaikan akan tetapi dalam tingkat satuan SMA yang
jumlah sekolah dan muridnya menurun. Pada tahun 2003 mengalami penurunan
tahun yang masih sama SMP mengalami penurunan yang secara otomatis hal ini
itu sendiri. Jumlah unit SD dari tahun 2003 ke tahun 2004 mengalami penurunan
begitu juga dengan jumlah muridnya, lain halnya dengan unit bangunan SMP dan
SMA yang mengalami kenaikan yang secara otomatis berpengaruh juga terhadap
banyaknya murid yang masuk ke sekolah tersebut. Selanjutnya, dari tahun 2004-
2006 jumlah sekolah SD dan SMP mengalami kenaikan begitupun dengan jumlah
muridnya. Lain halnya dengan jumlah sekolah SMA yang tidak mengalami
Jatiluhur dari tahun 1994-2006 juga mengalami pasang surut. Untuk lebih jelasnya
Tabel 4.3
Perkembangan Jumlah Sekolah dan Murid di Kecamatan Kadipaten
Tahun 1994-2006 yang Berada di bawah Pengawasan P&K
Tahun Tingkat SD Tingkat SMP Tingkat SMA
Unit Jumlah Unit Jumlah Unit Jumlah
Sekolah Murid Sekolah Murid Sekolah Murid
1994 50 8.815 3 2.203 2 1.147
1995 51 8.433 3 2.455 3 1.305
1996 32 5.069 2 1.718 3 1.778
1997 34 4.995 2 1.628 4 1.832
1998 34 4.816 2 1.456 2 1.332
1999 34 4.768 2 1.456 2 1.460
2000 - - - - - -
2001 33 4.714 2 1.325 3 2.031
2002 33 4.781 2 1.386 3 1.414
2003 31 4.819 2 1.331 3 1.341
2004 31 4.874 3 1.512 2 1.408
2005 31 4.799 3 1.512 2 1.408
2006 31 4.815 3 1.540 2 1.415
Sumber: Diolah dari Data BPS Kabupaten Majalengka. (1994-2006). Kabupaten
Majalengka dalam Angka. Majalengka: Kantor Statistik Kabupaten
Majalengka.
Keterangan: - Tidak ada data.
Pada tabel 4.3 terlihat bahwa jumlah sekolah dan murid SD dan SMA
pada tahun 1994 sampai tahun 1995 terdapat kenaikan, Sedangkan unit sekolah
untuk SMP tidak ada kenaikan, hanya saja pada jumlah murid mengalami
kenaikan. Dari tahun 1995 ke tahun 1996 mengalami penurunan dalam semua
unit sekolah ataupun jumlah siswa, menurut pihak BPS hal ini diakibatkan oleh
Kecamatan Kadipaten ini ada yang masuk ke Kecamatan lainnya. Dari tahun 1997
sampai tahun 1999 jumlah unit sekolah SD dan SMP tidak mengalami kenaikan
akan tetapi dalam hal jumlah siswa mengalami kenaikan dan penurunan terutama
jumlah siswa SMP. Pada tahun yang sama yaitu tahun 1997-1999 jumlah SMA
mengalami kenaikan akan tetapi hal tersebut tidak diimbangi dengan kenaikan
63
jumlah siswa, pada rentang waktu itu jumlah siwa SMA menjadi semakin
berkurang. Pada tahun 2001 dan 2002 terjadi penurunan unit sekolah SD dari
menurunnya jumlah siswa yang ada. Sedangkan untuk unit sekolah SMP dan
SMA jumlah unit sekolah relatif tetap dengan tahun-tahun sebelumnya, hanya saja
untuk SMP jumlah siswa mengalami kenaikan pada tahun 2002. Sedangkan untuk
SMA jumlah siswanya mengalami penurunan yaitu pada tahun 2001 sebanyak
2.031 siswa sedangkan pada tahun 2002 jumlah siswa sebanyak 1.414 siswa.
Jumlah unit SD pada tahun 2003 sampai 2006 tetap hanya saja terjadi
terjadi pada tahun 2005 sebanyak 4.799 yang pada tahun 2004 jumlahnya
terjadi lagi pada tahun 2006 sebanyak 4.815 siswa. Lain halnya dengan jumlah
unit SMP dan SMA walaupun jumlahnya tetap akan tetapi mengalami kenaikan
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa pada kurun waktu
jenjang pendidikan sekolah dasar (SD). Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya
pendidikan masih kurang, hal ini terlihat dari masih sedikitnya jumlah lembaga
pendidikan untuk tingkat SMP atau SMA, dimana jumlah yang ada berbeda jauh
64
dengan jumlah SD. Penurunan jumlah SMP maupun SMA, dikarenakan jumlah
operasional sekolah.
Padahal pada tahun 1994-2006 sudah digalakan wajib belajar sembilan tahun
dipengaruhi oleh faktor tingkat kesejahteraan keluarga yang masih rendah. Para
orang tua hanya mampu menyekolahkan anak-anak mereka sampai SD atau SMP.
Hanya sedikit dari mereka yang mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Selain itu, bagi sebagian masyarakat setempat dengan hanya dapat
kerja yang akan dimasuki mereka. Mengingat jenjang pendidikan yang banyak
ditempuh oleh masyarakat adalah sebatas SD-SMP, maka kesempatan kerja pun
yang khusus. Salah satu pekerjaan yang tidak memerlukan kualifikasi pendidikan
khusus adalah sebagai pengrajin (penjahit) bola. Hal penting yang diperlukan
dalam industri bola adalah keterampilan dan keuletan untuk memproduksi bola
murah, hal ini pula yang coba di manfaatkan oleh Irwan sebagai pengusaha untuk
dan bimbingan yang PT. Sinja berikan pada masyarakat, tentunya dapat
sudah lulus sekolah maka ia harus bekerja. Memang, kebanyakan dari mereka
inilah yaitu bersikap kreatif dan inovatif, Irwan mencoba menjadi seorang pioner
bola.
kerja. Disamping sektor pertanian, sektor industri pun telah menjadi sangat
penting kedudukannya sebagai penyerap tenaga kerja. Namun sektor lainnya pun
tidak kecil perannya sebagai penyerap tenaga kerja. Di bawah ini merupakan tabel
Kadipaten.
66
Tabel 4.4
Presentase Mata Pencaharian Kecamatan Kadipaten Tahun 1994-2006
Tahun
Mata Pencaharian
1994 1998 2002 2004 2006
Lapangan Pertanian 65,70% 65,59% 65,46% 64,39% 64,18%
Lapangan Industri dan
16,40% 20,96% 20,97% 20,15% 20,20%
Perdagangan
Pegawai Negeri 3,55% 3,56% 3,56% 4,51% 4,72%
Lapangan lainnya 14,35% 9,89% 10,01% 10,95% 10,90%
Sumber: Diolah dari Data BPS Kabupaten Majalengka. (1994, 1998, 2002, 2004
dan 2006). Kabupaten Majalengka dalam Angka. Majalengka: Kantor
Statistik Kabupaten Majalengka.
dengan tuntutan zaman baik itu industri rumahan yang masih menggunakan
tenaga manusia ataupun industri besar. Salah satu matapencaharian dalam bidang
lapangan industri yaitu dengan berdirinya Industri Bola PT. Sinja yang menyerap
adalah bertani tapi seiring dengan perkembangan zaman, lahan pertanian mulai
mengalami penurunan. Penurunan dari tahun 1994-2006 hanya sekitar 1-2 % hal
dan lapangan industri. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Kadipaten bersifat
67
dinamis, sifat dinamis ini terlihat dari naik turunnya berbagai lapangan pekerjaan
berpindah ke Perdagangan dan Industri tidak terlepas dari peran pemerintah dalam
semakin meningkat presentasenya hal ini bisa dilihat dari tabel di atas, mulai dari
perdagangan dan industri ini lebih dikarenakan adanya Pasar Kadipaten sebagai
memproduksi makanan ringan. Sedangkan, industri lain sebesar industri bola PT.
diminati oleh masyarakat di Kecamatan Kadipaten hal ini bisa terlihat dari
jumlahnya yang terus meningkat. Mereka yang bekerja sebagai Pegawai Negeri
Sipil tetap diminati, hal ini terbukti dari makin banyaknya masyarakat yang
berprofesi sebagai Pegawai Negeri baik itu Guru, TNI/Polri ataupun pejabat
pemerintah lainya seperti Pemda dan Pamong Praja. Banyaknya masyarakat yang
memilih untuk menjadi Pegawai Negeri menandakan bahwa ada kausalitas dalam
hal pendidikan dan matapencaharian. Sebab orang yang bekerja sebagai pegawai
jenis matapencaharian lainnya adalah mereka yang bekerja di sektor usaha non-
formal, mereka adalah pekerja galian, supir, tukang ojek, dan pekerjaan jasa
68
lainnya. Lapangan pekerjaan ini pada tahun 1994 hanya 14,35% dan mengalami
2002. Pada tahun 2002 memang terjadi penurunan dalam jumlah matapencaharian
ini, mengingat pada saat itu sebagian besar masyarakat lebih tertarik pada
matapencaharian perdagangan dan industri. Pada tahun 2002 sampai tahun 2006
lapangan lainnya ini mengalami kenaikan sekitar 2%. Pada tahun ini
Kecamatan Kadipaten.
olahraga tennis dan sempat menjadi pemimpin Pelti Majalengka sampai delapan
pejabat baik lokal maupun nasional, salah satunya adalah Moerdiono yang saat itu
kepada salah satu menejer perusahaan Korea yang sedang memasarkan raket tenis.
Irwan pun banyak menjalin hubungan bisnis dengan perusahaan Korea tersebut,
lebih lanjut berkenalan dan terjalin sebuah hubungan baik dalam bentuk
membangun industri bola di Majalengka. Industri bola yang didirikan oleh Irwan
pada awalnya berupa industri rumah tangga. Industri rumah tangga tersebut
Majalengka adalah petani. Pada saat menunggu panen biasanya para petani
menjadi pengangguran musiman, maka dari itulah Irwan berusaha mengubah hal
tersebut.
Usaha ke arah industri dirintis pada tahun 1994 dengan modal 350 juta dan
karyawan sejumlah 20 orang dia mulai menjalankan usaha pembuatan bola dan
bekerja sama dengan perusahaan Korea Selatan. Bapak H.M Irwan Suryanto
kerajinan bola tanggal 10 November 1994 yang dikeluarkan oleh Bupati Kepala
tersebut diberi nama Sinja Raga Santika Sport. Pada saat itu baru memproduksi
2.000 bola, dengan merek Action. Industri bola tersebut terus mengalami
peningkatan, kemudian pada tahun 1995 memproduksi 5.000 bola, pada tahun
Pada saat itu desain dan merek masih disesuaikan dengan pemesan. Ordernya
datang dari Uni Emirat arab dengan merek Alhasad dan Amerika Serikat
Spalding dan sejak saat itu berhasil melakukan usaha mandiri dengan cara tidak
Pada tahun 1997 Sinja Santika Sport dirubah menjadi suatu perseroan
terbatas yang bernama PT Sinja Raga Santika Sport sesuai dengan akta No. 9
Tanggal 9 Oktober 1997. Sasaran utama produk bola PT. Sinja adalah 90 %
ekspor dan dan sisanya pasaran dalam negeri. Adapun negara yang menjadi tujuan
ekspor yaitu Dubai, Jeddah, Jordan, Kuwait, Korea, Jepang, Amerika, Singapura,
Mark sebuah lembaga uji kepuasan konsumen, setelah lolos uji dari Merchandise
Testing Lab. (HK) dan Instituto Italiano Sicurezza Dei Giocattoli sebagai
persyaratan untuk bisa dipakai dalam Piala Dunia 1998 di Prancis. Selain itu juga
sudah diterima di kalangan dunia sepak bola di AS, Uni Emirat Arab, Jepang, dan
Korea. Hal yang membanggakan tentunya, bila pada awal kemunculannya saja
produk ini sudah banyak diperhitungkan oleh beberapa nagara maju di dunia
4.2.2 Peran H.M Irwan Suryanto dalam meningkatkan Industri Bola PT.
Berbicara tentang PT. Sinja sebagai satu industri yang besar, tentunya
tidak terlepas dari peranan H.M Irwan Suryanto. Beliau sebagai pemilik usaha
penuh. PT. Sinja yang sekarang berkembang dan menjadi produk bola
71
berusaha. Sebagai perusahaan mandiri H.M Irwan menyadari betul akan beberapa
yang baik guna mengatur operasinya. Jadi, menajemen adalah suatu rangkaian
tugas yang harus dilakukan, akan tetapi mereka juga harus dapat
Perusahaan yang mulai berdiri tahun 1994 ini, sudah memiliki struktur
sistematis, yaitu secara tertib, rapi dan teratur (Kertowardojo,1986: 58). Hal ini
sampai tujuan yang diinginkan menjadi kenyataan dan semuanya berjalan lancar
tanpa hambatan.
73
kerja perusahaannya, hal ini terbukti bahwa manajemen tradisional tidak dipakai.
Untuk masalah keuangan PT. Sinja sudah memiliki tim audit khusus yang berasal
dari Amerika Serikat serta beberapa staf (konsultan) ahli dalam hal marketing dan
Bagan 4.1
Struktur Organisasi
PT. Sinjaraga Santika Sport
Sinja, dapat dilihat pada bagan di atas bahwa komisaris utama yang menjadi
menejer umum yang di membawahi beberapa divisi/ kepala bagian, seperti: divisi
divisi SDM, divisi pembelian dan divisi keuangan. Dalam melakukan tugasnya
kesalahan dalam hal produksi maka divisi / kepala bagian produksi bertanggung
kepada direktur utama. Dalam bagan tersebut disebutkan adanya komisaris utama
yang menjadi pemegangnya adalah Bapak H.M Irwan Suryanto, sekaligus pemilik
keluarganya. Misalnya saja posisi komisaris dan direktur utama di pegang oleh
paling dinamis adalah karyawan dan pengrajin, hal ini dikarenakan pada bagian
itu mudah sekali melakukan mobilitas sosial. Sebagai contoh Farid merupakan
karyawan kotrak pada tahun 2007 dan sekarang ia telah menjadi karywana tetap
hal ini diakibatkan oleh adanya sikap dari perusahaan yang melihat adanya
motivasi dan kemampuan Farid. Selama kurun waktu dua tahun ia rajin mengikuti
pelatihan, tekun dan pekerja keras, karena pada awalnya ia hanya bekerja dalam
75
hal pencucian bola dan menjahit bola yang bersifat borongan kini ia menjadi
karyawan tetap. Beralihnya status dari karyawan kontrak menjadi karyawan tetap,
pekerjaan dan hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya jumlah gaji yang
mereka terima.
Di posisi ini pun masih memungkinkan diisi oleh siapa saja, seorang ibu
rumah tangga pun biasanya sering meminta ke PT. Sinja untuk diberikan beberapa
bola yang akan dijahit. Seorang yang tamatan SMP atau SMA pun sering menjadi
buruh kontrak dan bisa keluar kapan saja seraya menunggu panggilan kerja yang
lebih baik untuk menjadi karywan tetap di Jakarta ataupun di kota-kota Industri
senang bekerja di PT.Sinja selain gajinya cukup, sebagian pekerja yang rumahnya
dekat dengan lokasi pabrik merasa tidak perlu jauh-jauh bekerja di kota yang
walaupun gajinya besar tapi tetap saja harus bayar uang kontrakan, jauh dari
keluarga serta biaya hidup seperti makan dan kesehatan juga relatif lebih mahal
Para pegawai tetap tentunya mersa sangat senang dan puas dengan fasilitas
yang ada, setelah menjadi pegawai mereka ditempatkan pada jabatan yang paling
sesuai, dilatih, dinilai hasil kerjanya, dan diberi gaji sesuai dengan kesepakatan.
sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat berjalan dengan lancar. Dari uraian di
manajemen yang baik terhadap karyawannya ini terbukti dengan adanya divisi
yang berprestasi atau mereka yang telah berdedikasi dalam kurun waktu yang
usahanya memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja yang baik di dalam suatu
Karyawan yang ada di perusahaan industri bola PT. Sinja sering sekali
dilibatkan dalam kegiatan pelatihan baik pelatihan yang bekerjasama dengan dinas
Pemuda dan Olahraga, Dinas Perdagangan, Dinas Tenaga Kerja dan institusi
swasta lainya. Pelatihan ini meliputi tata cara produksi agar lebih efektif dan
menuju era globalisasi yang penuh tantangan. Oleh karena itu pelatihan ini tidak
bisa diabaikan begitu saja terutama dalam era memasuki persaingan yang ketat
seperti sekarang ini. Berkaitan dengan hal tersebut kita menyadari bahwa
pendidikan dan pelatihan merupakan hal yang fundamental bagi karyawan. Philip
78
Pendidikan bagi karyawan dilakukan kurang lebih tiga kali dalam satu
kompetensinya ia bisa lebih mengaktualisasikan diri dalam bentuk kerja nyata dan
tekun. Pendidikan ini juga selalu diselingi oleh beberapa pembicara/ motivator ,
kemauan yang lebih baik dalam memotivasi semangat kerjanya sehingga hal
maksudkan supaya karyawan yang bekerja di PT. Sinja bisa bersifat mandiri dan
memiliki keahlian yang lain (hasil wawancara dengan bapak Yayan sekitar bulan
Agustus 2009). Setiap tahunya tercatat dua sampai tiga kali PT. Sinja melakukan
memiliki prestasi lebih ketika diklat ada reward atau penghargaan khusus dari
79
pengusaha, penghargaan itu bisa berupa Thropy ataupun dalam bentuk lain seperti
Usaha bapak H.M Irwan Suryanto ternyata tidak sia-sia dari waktu ke
standar mutu baik nasional maupun internasional. Hal ini terbukti bahwa sebagian
membuahkan hasil yang maksimal. Bayangkan saja bila bola buatan PT. Sinja
memiliki kualitas yang jelek maka sudah dipastikan produk ini tidak akan masuk
ke event besar seperti kejuaraan sepak bola Piala Dunia tahun 1998 ataupun
masuk ke beberapa acara olahraga sepakbola besar lainnya seperti Euro Cup, Liga
rupiah sudah menjadi hal yang lumrah jika bapak Irwan mengikuti berbagai
pameran baik di dalam maupun di luar negeri. Berbagai pameran di ikuti oleh Pak
bisnis dan berkenalan dengan berbagai pihak yang memiliki kemampuan dalam
memasarkan produk bola kreasinya. Pameran dalam negeri yang biasa diikuti oleh
Irwan seperti pameran Produk Koperasi Indonesia, Pekan Raya Jakarta, Pameran
Usaha Kecil Menengah dan berbagai pameran lain baik yang diselenggarakan
ataupun tantangan secara tidak langsung. Sebagai seorang pengusaha H.M Irwan
keberhasilan yang sekarang ia peroleh adalah sebagian dari kerja kerasnya selama
mengalami pasang surut seperti pada tahun 2004 dimana terjadi penipuan yang
dilakukan oleh kliennya yang berasal dari Timur Tengah yang tidak dibayarkan.
Pada saat itu Bapak Irwan diminta untuk menyediakan 15.000 buah bola sepak
yang mana pembayarannya baru dibayarkan 20% dimuka. Setelah barang selesai
dikirim semua, ia tidak mendapatkan sebagian dari uang pelunasan. Pembeli yang
berasal dari Timur Tengah tersebut mengatakan bahwa ia tidak bisa melunasi
karena bola yang dipesannya cacat, setelah Bapak Irwan meminta sampel barang
yang katanya rusak untuk kemudian di teliti sejauh mana cacatnya ia tidak
mengembalikannya.
80% ekspor maka tak heran perkembangannya pun dipengaruhi oleh iklim
dipengaruhi oleh dua faktor utama, faktor pertama yaitu faktor yang bersifat
ditentukan oleh komoditas secara besar maka ekspornya akan besar pula.
Ekspor suatu negara tentu saja tidak luput dari dinamika atau gejolak
perekonomian dunia pada umumnya. Dinamika yang dimaksud antara lain berupa:
81
negara-negara pesaing baru. Hal ini berhubungan dengan daya saing suatu
negara atau perusahaan satu dengan yang lainnya. Daya saing sendiri
negara lain.
4. Isu-isu politik di negara tujuan ekspor. Faktor ini bukan merupakan faktor
asli perekonomian, namun berasal dari faktor lain. Sebagai contoh jika
halangan dalam produksi bola PT. Sinja adalah adanya saingan dari pelaku bisnis
dalam industri yang sama dari negara lain, saat ini pasar dunia untuk produk bola
sepak masih dikuasai Pakistan 70% serta Cina 10%. Pakistan dengan merek
82
dagangnya Alberta menguasai 70% kebutuhan bola dunia, saat ini PT. Sinja
mulai bersaing dengan perusahaan bola dari Pakistan tersebut. Daya saing ini bisa
berupa daya saing harga, promosi, dan daya saing kualitas menjadi satu kesatuan
Pemasaran ke luar negeri atau ekspor tentu ada beberapa kendala yang
dihadapi hal ini pun terkait dengan kebijakan pemerintah. Kesuksesan tidak diraih
dengan gampang. Sebelumnya bapak Irwan lebih banyak mengerjakan bola yang
dipesan oleh pabrik produsen bola serupa. Melalui bisnis marklon (memproduksi
bola dengan merek dagang orang lain) itu Pak Irwan memang bisa menempatkan
Majalengka sebagai sentral pembuat bola kelas dunia. Namun sistem itu justru
sering membuat dirinya tertipu. Selain dikenai harga murah, beberapa kali produk
pesanan yang dia kirim ditolak oleh pabrik pemesan dengan alasan rusak. Tapi
barang yang ditolak itu tidak dikembalikan ketika diminta untuk dipelajari
Jaringan yang kuat dengan berbagai pihak perlu dilakukan, seperti halnya
yang dilakukan oleh Pak Irwan pada saat mengikuti suatu Pameran Produk Ekspor
di Jakarta pada 1995, ia bertemu calon pembeli dari Singapura. Bola yang dipesan
sebanyak 1.000 buah. Namun sampai batas waktu L/C (letter of credit) hampir
habis, ia belum juga mengirimkan barangnya. Padahal pesanan itu sudah selesai
dikerjakan, Pak Irwan bertambah bingung ketika ditelepon langsung oleh calon
pembeli sebab ia tidak tahu bagaimana cara mengirim barangnya. Akhirnya beliau
bertemu dengan pedagang dari India yang ingin membantu. Karena sudah pasrah,
83
beliau menuruti saja ketika diberi tahu rincian biaya untuk mengirim barang itu.
Ekspor perdananya itu akan selalu dia kenang, hal ini dikarena usaha industri bola
dalam perjalanan bisnis Pak Irwan. Setelah kegagalan yang dialaminya itu Pak
administrasi ekspor. Beliau lalu mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pihak
Yayasan Dharma Bakti Astra. Setelah tergabung dengan Astra dalam pola
4.2.3.1 Modal
Modal adalah salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi setiap
usaha, baik skala kecil, menengah maupun besar. Akan tetapi modal sering
output Industri Kecil ataupun industri besar, semua unit usaha ini sering
berasal dari modal sendiri dan tidak melakukan sitem Go Public (Sistem
pembelian saham oleh masyarakat luas) maka dari itulah modal yang digunakan
berasal dari pinjaman lunak pengusaha kepada beberapa Bank baik itu Bank milik
Dalam buku karya Tambunan (2002: 74) dijelaskan ada dua macam modal
yaitu modal awal dan modal jangka panjang. Modal awal yang dimiliki usaha
simping ini umumnya berasal dari modal keluarga seperti tabungan atau dari
keuntungan.
baku, upah pekerja, dan lain-lain. Dalam menjalankan usaha industri bola,
pengusaha industri bola haruslah mempunyai modal cadangan karena saat modal
berputar untuk biaya produksi seperti pembayaran bahan baku dan gaji pekerja
berupa peralatan produksi yang dimiliki perusahaan bola antara lain berbagai
dan lain-lain. Modal yang berupa uang merupakan faktor terpenting dalam sebuah
bantuan dari pihak lain. Walaupun pada sekitar tahun 1995an bantuan dari
melainkan bantuan pinjaman dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Hal ini
85
dimanfaatkan sekali oleh pemilik usaha dengan catatan setiap bulannya pengusaha
rendah tetap saja pengusaha harus pintar-pintar mengelola usahanya agar semua
gaji karyawan dan membeli bahan baku untuk proses produksi selanjutnya. [Hasil
wawancara dengan bapak H.M Irwan Suryanto pada tanggal 29 Agustus 2009]
Perkembangan modal yang dimiliki oleh industri bola sekitar awal tahun
kenaikan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 1997 dimana pada saat itu PT.
sepak bola Piala Dunia di Perancis. Berbagai quality control diikuti oleh PT. Sinja
maka hal ini berpengaruh pada besarnya biaya produksi untuk menghasilkan
kualitas bola yang baik. PT. Sinja mengikuti beberapa uji mutu produk dengan
biaya yang cukup besar. Maka pada tahun 1997 Bapak H.M Irwan mencoba
meminjam lagi ke bank sehingga total pinjaman tersebut menjadi 3 milyar rupiah.
Sampai pada tahun 2006 total aset pinjaman yang ada di PT. Sinja sebesar 8
Milyar rupiah dan hal tersebut akan terus bertambah seiring dengan semakin
berasal dari BRI ataupun beberapa bank swasta lainnya seperti bank Mandiri, BNI
Modal lain yang ada di PT. Sinja adalah peralatan, hal ini dikategorikan
sebagai modal karena alat yang digunakan dalam pembuatan bola bernilai ratusan
86
juta rupiah. Peralatan produksi ini sangat menunjang dalam proses pembuatan
bola, yang meliputi: komputer, mesin pompa bola, mesin pembolong pentil, mesin
fress leather, mesin cutting, mesin kempes bola dan kursi jahit. Setiap tahunnya
banyak. Misalnya saja mesin gunting yang dalam pelaksanaan proses produksinya
memiliki peranan yang sangat penting, dalam mengolah kain untuk dijadikan
panel-panel segi enam yang kemudian dijahit menjadi barang setengah jadi.
industri. Begitu pun yang terjadi dalam perkembangan industri bola pada tahun
1994-2006. Ketika industri ini mulai berkembang dan dikenal, maka ketertarikan
masyarakat untuk bekerja dalam industri bola ini mulai meningkat. Industri bola
ini menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat yang berada di sekitarnya.
Bahkan menjadi daya tarik pula bagi masyarakat yang berada di luar daerah
Tabel 4.5
Jumlah Tenaga Kerja Industri Bola PT. Sinja pada Tahun 1994, 1996, 1998,
2004 dan 2006
Tahun Jumlah Jumlah Jumlah Pengrajin
karyawan tetap karyawan
kontrak
1994 20 10 600
1996 45 20 850
1998 51 25 1.050
2004 62 80 1.800
2006 77 95 2.000
Sumber: Data Pembukuan Perusahaan pada Bulan September 2009
87
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah karyawan pada setiap
menjadi, salah satu indikator semakin berkembangnya industri bola PT. Sinja, bila
dilihat jumlah pengrajinnya pun PT. Sinja sampai pada tahun 2006 memiliki
jumlah pengrajin yang sangat besar yaitu 2.000 orang. Lain halnya dengan
karyawan yang terbagi menjadi status pekerja tetap dan kontrak, dimana setiap
tahunnya pula mengalami kenaikan dan jika di jumlahkan akan mencapai hasil 77
orang untuk karyawan tetap dan 95 orang untuk karyawan kontrak. Sebanyak 95
karyawan kontrak tersebut setiap bulannya bisa bertambah bahkan tidak menutup
kemungkinan sebagian besar dari jumlah karyawan kontrak itu ada yang di angkat
perusahaan.
banyaknya permintaan dari konsumen dalam pengadaan bola sepak jahit maka
dilain pihak, pemilik industri ini pun membutuhkan tambahan tenaga kerja agar
terdapat pula pegawai yang berasal dari luar daerah Kadipeten yang sengaja
Para pekerja ini bekerja dari hari senin-sampai sabtu, mereka bekerja dari
pagi sampai sore sekitar jam 08.00-16.00. Setiap harinya mereka diberi waktu
untuk beristirahat dan solat sekitar 1 jam yaitu dari jam 12.00-13.00 WIB. Khusus
88
untuk hari jumat waktu istirahat dari jam 11-12.30, baik perempuan ataupun laki-
laki yang bekerja di perusahaan ini tidak dibedakan. Laki-laki biasanya bekerja
pada industri yang lebih berbahaya dan alat berat, walaupun memang sebagian
besar yang bekerja di PT. Sinja adalah lakii-laki. Para pekerja wanita biasanya
hanya menyablon, menjahit bola atupun menjadi staf administrasi perusahaan dan
Tenaga kerja yang terlibat dalam industri ini dapat dikategorikan dalam
pekerjaannya yang sedikit rumit. Dalam tahap ini Leather dilapisi dengan kain
yang sudah dicelup latex, lalu dipress, kemudian dikeringkan, setelah kering di
press lagi. Pekerja pada tahap ini pada tahun 1994 sebanyak empat orang dan pada
karywaan pada tahun 1994, sedangkan pada tahun 2006 jumlahnya mencapai 32
sedangkan pada tahun 2006 menjadi kurang lebih 77 orang karyawan. Karyawan
pada bagian sewing, (penjahitan) bola yang dilakukan oleh pengrajin, saat ini
pengrajin berstatus sebagai karyawan borongan yang tersebar di berbagai desa dan
(Quality Control akhir), pada ahir tahun 2006 karyawan yang bekerja dalam tahap
ini ada 32 orang, berikut adalah data mengenai jumlah karyawan berdasarkan
spesifikasi pekerjaannya.
89
Tabel 4.6
Jumlah tenaga kerja PT.Sinja berdasarkan jenis pekerjaannya pada tahun
1994,1996,1998,2004 dan 2006
Golongan Karyawan Jumlah karyawan
1994 1996 1998 2004 2006
Coating (Pelapisan) 4 10 15 27 31
Cutting (Pemotongan) 5 10 15 25 32
Printing (Penyablonan) 12 25 26 65 77
Sewing (Penjahitan)* 600 850 1.050 1.800 2.000
Packing (Pengepakan) 9 20 20 30 32
Sumber: Data pembukuan perusahaan, pada September 2009
* Berstatus sebagai karyawan kontrak/borongan yang berlokasi di
tempat tinggal masing-masing pekerja.
yang setiap tahunnya berubah sangat drastis. Pada tahap penyablonan ini memang
segi enam untuk kemudian di jahit. Para pekerja yang bertugas melakukan
finishing touch mayoritas adalah laki-laki dengan kisaran usia antara 20-40 tahun,
dan tergolong pekerja berpendidikan umum rendah, yaitu mereka yang lulusan
SD, SMP dan SMA atau SMK, dan bekerja rata-rata 7-8 jam/hari. Mayoritas
kemampuan dan keinginan untuk bekerja mengolah industri bola sepak jahit.
memiliki keahlian khusus dan keterampilan dalam mengolah dan menjahit bola.
Untuk membuat bola biasanya desain sudah dibuat oleh pembeli dengan
mempunyai tenaga ahli yang khusus menggambar model/ motif untuk barang
kerajinannya. Namun, tidak jarang pula model atau motif kerajinan ditentukan
oleh atau sesuai dengan permintaan konsumen, misalnya saja ketika musim
dicantumkan namanya dalam produk bola yang akan ia sumbangkan kepada para
simpatisannya.
1996-2006 dimana pelaksanaan ekspor sudah mulai mapan, maka setiap tahunnya
Pada tahun 2006 tercatat 155 karyawan yang bekerja di PT. Sinja status
kepegawaian mereka ada yang bersifat pegawai tetap dan adapula yang hanya
bersifat sebagai karyawan kontrak. Sedangkan untuk jumlah pengrajin dalam hal
ini adalah mereka yang bekerja sebagai buruh borongan sebanyak 2.500 orang.
Sebanyak 2.500 orang ini adalah mereka yang tersebar di beberapa desa di
para pekerja yang sebagian besar adalah wanita berhasil mengerjakan 2-3 bola
dengan upah satu bola pada tahun 2006 adalah sebesar Rp.2000.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa industri bola PT. Sinja
berdasarkan besar kecilnya skala usaha, seperti yang dikemukakan oleh Suyatno
terlepas dari adanya upah yang dibayarkan oleh perusahaan. Upah ini dijadikan
sebagai salah satu motivasi seseorang untuk bekerja, berikut adalah perbandingan
Tabel 4.7
Perbandingan Rata-rata Upah Bulanan Pegawai Industri Bola PT. Sinja
tahun 1994, 1996, 1998, 2004 dan 2006
Status Karyawan Jumlah rata-rata upah per bulan berdasarkan tahun
(Dalam Rupiah)
1994 1996 1998 2004 2006
Karyawan Tetap 65.000 156.000 234.000 416.000 504.000
Karyawan Kontrak 52.000 104.000 18.200 364.000 432.000
Pengrajin 15.000 30.000 90.000 180.000 180.000
Sumber: Diolah dari data Upah Karywan PT Sinja (dalam profil perusahaan).
Pada tahun 1994 Karyawan tetap satu hari dibayar Rp.2.500, lama bekerja
26 hari setiap bulannya, jadi rata-rata penghasilan karyawan tetap pada tahun
1994 adalah Rp.65.000. Banyaknya upah yang didapatkan karyawan tetap pada
tahun 1996 adalah Rp.156.000 jadi setiapharinya mereka di beri upah sebesar
Rp.6000. Karyawan tetap pada 1998 mendapatkan upah perhari sebesar Rp.9.000
dan rata-rata pengahasilannya selama satu bulan sebesar Rp.234.000. Pada tahun
2004 jumlah pendapatan pekerja kontrak yang berada dalam pabrik PT. Sinja ini
mengalami kenaikan upah menjadi Rp.416.000 tiap bulannya, dan jika dihitung
perharinya sebesar Rp. 16.000. Pada perkembangan berikutnya yaitu pada tahun
92
2006, upah untuk satu hari kerja adalah Rp.21.000 atau dalam satu bulan aktif
karyawan kontrak diberi upah dalam satu bulan selama 26 hari masa kerja. Pada
tahun 1994 karyawan kontrak hanya diberi upah sebesar Rp.52.000 atau Rp.2000
perhari. Pada tahun 1996 terjadi kenaikan upah menjadi Rp.4.000 perhari, jadi rata-
rata pendapatannya dalam satu bulan adalah Rp.104.000. Pada tahun 1998 pun upah
karyawan kontrak ini semakin naik menjadi Rp.7.000 perhari atau Rp.182.000
dalam satu bulan. Selama kurun waktu enam tahun yaitu dari tahun 1998 sampai
dengan tahun 2004, terjadi peningkatan jumlah upah sebesar 100% menjadi
Pengrajin setiap harinya hanya mampu menjahit satu bola perhari dengan
upah Rp.500 pada tahun 1994, sedangkan pada tahun 1996 terjadi kelonjakan upah
dimana satu bola dihargai Rp.1.000 jadi upah rata-rata dalam satu bulan yang
pengrajin terima pada tahun 1996 adalah Rp.30.000. Pada tahun 1998 terjadi
kenaikan produksi menjadi tiga buah bola perhari dengan upah per bolanya seharga
Rp.1.000. Selama tahun 1998 setiap pengrajin memproduksi tiga bola, jadi rata-rata
dikarenakan adanya terobosan baru yaitu kursi jahit yang di buat khusus untuk
satu bola perharinya jadi rata-rata upah yang diperoleh sebesar Rp.30.000 dalam
satu bulan. Pada tahun 2004 sampai tahun 2006 para pengrajin mampu
memproduksi sekitar tiga bola dan satu bola di hargai Rp. 2.000 dan selama satu
93
Majalengka ternyata sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Mereka menjadi
dan interaksi antara satu keluarga sedikit terganggu. Misalnya saja Uminah, seorang
ibu dengan 4 orang anak ini mengaku jarang memasak sendiri ia menyuruh anak
Rumah yang dulu sering ia lakukan pun sekarang menjadi terganggu. Beliau sudah
masih sekolah di SMP dan SD hanya dibantu oleh kakanya yang hanya tamatan SD.
Contoh pekerja lain yang mengaku adanya hubungan sosial yang dirasa
tidak biasa, yaitu kebiasaan ibu Aah yang kehilangan kesempatan untuk
tetangganya sambil menyuapi makan anak bungsunya. Ibu dua anak ini pun merasa
bahwa sekarang anak yang telah berusia TK, sudah bisa mengurus makannya
sendiri. Terutama apabila ada pengajian yang rutin diselenggarakan dua kali
seminggu, beliau hanya mengikuti satu kali dengan alasan tempatnya jauh dari
mesjid atau mushola yang bersangkutan. Disatu sisi kegiatan bu Aah dalam
94
menjahit bola bisa meningkatkan pendapatan keluarga tapi disisi lain, beliau sedikit
Mobilitas sosial yang terjadi dalam PT. Sinja cenderung bersifat statis atau
tetap, yang berarti bahwa kesempatan untuk merubah status pekerjaan dari lapisan
bawah menjadi lapisan atas sangat terbatas. Hal ini berarti bahwa dalam periode
diartikan sebagai gerak dalam strukutur sosial yaitu pola-pola tertentu yang
mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Mobilitas sosial terbagi menjadi dua
tipe macam yaitu gerak sosial horizontal dan vertikal. Gerak sosial horizontal
merupakan peralihan individu atau objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial
dimaksudkan sebagai perpindahan individu atau objek sosial lainnya dari suatu
2005 : 249-250).
pekerjaannya.. Dengan adanya kondisi seperti itu, maka pengrajin yang pada
pengrajin yang memiliki modal dalam hal peralatan yang dibutuhkan. Melihat
kondisi seperti itu maka dapat dikatakan bahwa mobilitas yang terjadi diantara
para pengrajin yang tidak memiliki modal merupakan gerak sosial yang bersifat
horizontal, karena peralihan yang dilakukan masih dalam tahapan yang sederajat.
95
Terkait dengan mobilitas vertikal antara pekerja dan pengusaha tentu sangat
menjadi jutawan baru di Kabupaten Majalengka. Dari hasil kerja kerasnya selain
anaknya sampai ke perguruan tinggi ternama, hal ini berbeda sekali dengan nasib
karyawannya.
4.2.3.3 Produksi
Poduksi adalah suatu kegiatan untuk menambah nilai pada suatu barang,
pada Produksi industri bola PT. Sinja ini merupakan satu industri yang sebagian
bola sepak yang ada di PT. Sinja sesuai dengan ukuran, berat dan komposisi
Tabel 4. 8
Jenis-jenis Bola Sepak PT. Sinja
Size Leather Weight Lapisan
5 PVC 340-370 2 PLY
5 PVC 375-390 3 PLY
5 PVC 400-450 4 PLY
5 PVC 400-450 4 PLY
5 PU 3 Dimensi 400-450 4 PLY
5 PU Micro Fiber 400-450 4 PLY
Sumber: Company Profile PT. Sinja
Berdasarkan tabel 4.6 di atas disebutkan berbagai jenis bola menurut berat,
ukuran dan bahan yang digunakannya. Masing-msing bola memiliki harga yang
berbeda dan bola yang paling banyak di Ekspor ke mancanegara adalah bola yang
terbuat dari PU Micro Fiber dan harganya pun sangat mahal dibandingkan dengan
jenis bola lainnya. Menurut Pak Yayan seorang guru olahraga yang berniat
96
membeli bola, ia ingin sekali memiliki bola yang berbahan dasar PU Micro Fiber
karena memiliki daya pantul yang sangat baik dan ringan. Karena dananya tidak
memungkinkan terpaksa ia hanya membeli bola PVC biasa yang harganya jauh
Adanya berbagai macam tipe bola ini diiringi dengan meningkatnya produk
yang fluktuatif akibat krisis ekonomi, berikut adalah data nilai ekspor PT. Sinja.
beberapa tahapan yang cukup rumit. Maka dari itulah diperlukan suatu
manajemen produksi yang baik, yang dapat mengatur agar dapat menambah dan
menciptakan kegunaan (utility) suatu barang atau jasa. Untuk melakukan kegiatan
produksi harus direncanakan terlebih dahulu apa yang akan di produksi. Agar
bola maka di bawah ini akan gambarkan bagan proses pembuatan bola jahit PT.
Bagan 4.2
Proses Produksi Bola PT. Sinja
kemudian dikeringkan.
5. Packing (Quality Control atau kontrol teakhir atas barang), setelah panel
kemudian dipompa. Setelah lulus quality kontrol, bola tersebut dites angin
selama tiga hari. Setelah lulus tes angin, bola tersebut dibersihkan lalu
yang baik sangat diperhatikan secara jeli oleh PT. Sinja. Hal ini terlihat dari
sebagai upaya menjaga mutu produk. PT. Sinja memiliki standar mutu yang
telah diakui oleh dunia internasional sehingga tidak heran jika pengawasan
Peralatan yang dipakaipun relatif sederhana, mulai dari kursi jahit yang masih
Terdapat mesin pemotong, mesin press lether mesin, mesin pembolong pentil,
beberapa negara tak kurang dari 5.000 buah bola diproduksi tiap bulannya.
Bertambahnya pesanan bola dari beberapa pelanggan maka hal ini memaksa
Perusahaan ini menerima pesanan dari luar negeri biasanya sesuai dengan
merek dan disain mereka sendiri. Misalnya ada beberapa merek produk
Meskipun demikian PT. Sinja tetap berusaha memakai nama sendiri yaitu
mutlak. Hal ini terbukti dari variasi produk yang tadinya hanya produk bola
jahit saja sekarang sudah berkembang ke industri bola Voli, bola basket dan
bola Futsal.
20% ada yang berasal dari impor. Leather sejenis kulit sintetis dan karet dalam
produksi. Sedangkan bahan baku yang lain seperti kain, latex, leder, lem, dan
Tabel 4.9
Jumlah Produksi Bola Sepak PT. Sinja pada tahun 1994-2006
Tahun Jumlah Produksi Bola Sepak
(Pertahun)
1994 24.000
1995 120.000
1996 138.000
1997 158.700
1998 182.505
1999 209.880
2000 241.364
2001 277.568
2002 324.900
2003 360. 650
2004 385. 700
2005 402.411
2006 541.795
Sumber: Company Profile PT. Sinja
Sinja mengalami kenaikan omzet produksi. Kenaikan produksi yang pada awal
mula berdirinya yaitu pada tahun 1994 sebanyak 2000 bola perbulan, pada tahun
1995 produknya bertambah menjadi 120.000 buah pertahun atau 10.000 buah bola
menjadi 10% sampai dengan 15%. Pekembangan produk bola ini diimbangi
dengan adanya beberapa pertandingan sepak bola yang bertaraf internasional dan
berikutnya industri ini berubah menjadi industri besar sampai pada tahun 2006
saja pada tahun 1998 adanya pertandingan Piala Dunia yang diselenggarakan
101
empat tahun sekali. Sedangkan pada tahun 2002 adanya pertandingan Euro Cup
yang memakai bola dari PT. Sinja. Akan tetapi secara keseluruhan baik itu
permintaan bola yang berasal dari dalam dan luar negeri setiap tahunnya
adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan arus barang dan jasa dari
negeri PT. Sinja berusaha mendekatkan diri dengan konsumen lokal dan menjalin
memperkenalkan bola buatan Majalengka ke siswa sekolah. Selain itu PT. Sinja
juga memberi harga khusus yang lebih murah kepada para suplier terutama
mereka yang memiliki toko perlengkapan olahraga. Toko alat-alat olahraga yang
dimiliki PT. Sinja kini sudah ada di Majalengka, Bandung dan Jakarta yang secara
Konsumen bola PT. Sinja Para pembeli lokal biasanya datang langsung ke
sudah disediakan berbagai bola hasil kreasi PT. Sinja. Di Toko yang yang juga
102
merupakan koperasi pabrik ini setiap harinya di datangi sekitar 2-3 orang pembeli
atau mereka yang hanya menanyakan harganya saja, (Hasil wawancara dengan
cara ini konsumen mendapatkan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan
kulit sendiri dirugikan dengan sistem pembayaran yang bersifat cek mundur,
dimana pembayaran dilakukan apabila barang yang dipesan pemilik toko habis
datang langsung ke koperasi PT. Sinja akan mendapatkan harga yang lebih murah
Bagan 4.3
Proses Distribusi Industri Bola PT. Sinja
Toko
Konsumen Perlengkapan
Pabrik Bola Koperasi
Lokal Olahraga
PT Sinja PT. Sinja
Konsumen
Jalur Ekspor Konsumen
Luar
Negeri Konsumen
dari dari dua bagian, yang pertama adalah konsumen dalam negeri dan yang kedua
adalah konsumen luar negeri yang dipasarkan dengan cara ekspor. Ekspor
biasanya di lakukan dengan sistem pembayaran L/C atau (letter of credit), dimana
uang sebagai uang muka atau dana pertamanya (DP), besarnya DP sekitar 30-40%
dari total pembayaran. Dalam melakukan ekspor Bapak Irwan dibantu oleh
Pemasaran produknya yang sebagian besar ekspor merupakan hal yang sangat
Tabel 4.10
Data Negara Tujuan Ekspor PT.Sinja Pada Tahun 1994,1996,1998 dan 2006
Tahun Negara Tujuan Ekspor Jenis Bola Yang di Ekspor
Sumber: Diolah dari arsip Perusahaan dan Wawancara bersama bapak Yayan
Pada September 2009 (Tanpa Halaman)
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa sebagian besar ekspor PT. Sinja ke
104
Negara-negara Timur tengah seperti Saudi Arabia, Yaman dan Uni Emirat.
Akan tetapi yang paling banyak memesan dalam jumlah besar berasal dari Korea.
Setiap tahunnya lebih dari 200.000 lebih bola yang di ekspor ke Korea. Mengingat
negeri kita tidak akan menjumpai merek Triple S. Negara yang paling banyak
menjadi tujuan ekspor inipun berasal dari Eropa pada tahun 1998 dan bola yang di
kejuaraan sepak bola Piala Dunia Tahun 1998. Jenis bola yang banyak diminati
adalah bola yang terbuat dari PU Micro Fiber, yang mulai diproduksi pada tahun
1997. Pada awal terbentuknya PT. Sinja hanya memproduksi bola yang terbuat
dari PVC saja, tapi berdasarkan perkembangan zaman Bapak Irwan melakukan
inovasinya untuk membuat bola yang terbuat dari karet ringan agar daya
Agustus 2009 ).
Tabel 4.11
Data Nilai Ekspor Industri Bola PT. Sinja Tahun 1995-2006
Tahun Volume % Nilai (Dalam Rupiah) %
Ekspor
1995 48.200 - 3.13.300.000 -
1996 60.163 19,88 3.29.566.300 4,94
1997 127.717 52,89 9.71.056.830 66,06
1998 185.707 31,23 2.632.008.229 63,11
1999 212.315 12,53 3.763.069.527 30,01
2000 315.006 39,51 4.795.112.040 21,53
2001 396.251 11,42 5.478.577.845 12,8
2002 599.699 33,93 10.099.754.320 45,76
2003 669.633 10,44 11.093.289.381 8,96
2004 679.826 1,50 11.674.257.021 4,98
Sumber: Kasman (2007:85-86)
105
Santika Sport dari Majalengka tahun 1995 sampai 2006, untuk tahun 1994
perusahaan belum mencatatnya secara spesifik maka data yang ada hanya dimulai
pada tahun 1995. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa ekspor bola sepak
tersebut mengalami kenaikan dari volume ekspor dan dari nilai dalam rupiah.
Selama tahun 1995 sampai tahun 2004 atau selama setahun perusahaan bola sepak
tersebut telah mengekspor sebanyak 3.294.517 buah dan telah menghasilkan Rp.
329.451,7 buah untuk volume ekspor atau Rp. 5.114.999.149,00 untuk nilai
rupiah. Hal itu berarti setiap tahunnya dari tahun 1995 sampai tahun 2004
Kalau dilihat dari jumlah volume dan nilai dalam rupiah perusahaan
dari pertumbuhan volume ekspor ataupun pertumbuhan nilai dalam rupiah, artinya
mengalami penurunan. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 1997 yaitu sebesar
52,89% untuk volume ekspor atau 66,06% untuk nilai dalam rupiah. Sedangkan
1,50% untuk nilai ekspor dan 4,98% untuk nilai dalam rupiah. Sedangkan pada
tahun 2005 dan 2006 terjadi kenaikan yang cukup signifikan dalam ekspor bola
106
sepak PT. Sinja sebesar 12% (Berdasarkan wawancara dengan bapak Yayan pada
10 November).
Pada kurun waktu 1994-2006 upah yang diberikan kepada para pegawai di
industri ini mengalami kemajuan yang cukup baik. Adapun upah kerja yang
diterima oleh para pegawai di industri bola PT. Sinja, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12
Data Sebagian Pekerja dan Rata-rata Upah per Bulan
di Industri Bola PT. Sinja Tahun 2006
Nama Usia Pekerjaan Jumlah Upah Pokok
(Tahun) Perbulan
(Rp)
Uminah 43 Pengrajin Bola 180.000
Iwan Setiawan 34 Karyawan tetap 504.000
Agus Husein 41 Karyawan tetap 504.000
Asep 31 Karyawan Kontrak 432.000
Kartini 40 Pengrajin Bola 180.000
Dadan 35 Karyawan Kontrak 432.000
Sumber: Diolah dari Arsip Perusahaan (tanpa halaman) serta wawancara dengan
pekerja sekitar bulan September 2009
industri adalah sebesar Rp. 489.000. Dari data di atas jelaslah bahwa karyawan
107
tetap PT. Sinja setiap bulannya berkisar Rp. 504.000 atau perharinya Rp.21.000,
disesuaikan dengan jumlah hari kerjanya. Jika ia tidak bekerja selama 3-4 hari
karena ada kepentingan lain ataupun sakit maka pendapatan perbulannya akan
berkurang. Sedangkan untuk para pengrajin bola yaitu mereka yang berada di
rumah-rumah yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Para pengrajin ini
bersifat borongan dan setiap harinya digaji sesuai dengan berapa banyak produk
yang ia hasilkan. Pengrajin bola biasanya dalam satu hari bisa menjahit sekitar 3
bola, satu buah bola dihargai Rp. 2000 jadi selama satu bulan ia mendapat
penghasilan kurang lebih Rp. 180.000. Sedangkan untuk karyawan kotrak sehari
dibayar Rp. 18.000 jadi selama satu bulan ia mendapatkan uang sebesar Rp.
432.000, pendapatannya pun akan berkurang jika dalam satu bulan ia tidak
Dengan demikian untuk upah perbulan para pekerja tetap industri bola PT.
Majalengka. Jumlah upah ini bisa bertambah jika para karyawan membawa bola
ke rumahnya untuk di jahit pada waktu malam hari atau hari minggu ketika
perusahaan libur. Lain halnya dengan pekerja kontrak yang berasa di PT. Sinja
pekerja kontrak dan pengrajin tentu sangat berbeda dengan jumlah pendapatan
karyawan tetap. Apabila dihubungkan dengan harga bahan pokok pada waktu itu,
maka pendapatan setiap bulan yang diperoleh pada tahun 2006 sudah cukup untuk
Tabel 4.13
Harga Delapan Bahan Pokok Di Kabupaten Majalengka Tahun 1994-2006
JENIS KOMODITI (RUPIAH)
TAHUN BERAS IKAN MINYAK GULA GARAM TEPUNG MINYAK SABUN
(KG) ASIN GORENG PASIR (BATA) TERIGU TANAH CUCI
(KG) (KG) (KG) (KG) (LITER) (BATANG)
1994 807,71 4.000 1.730,83 1.286,46 150 800 400 400
1995 807,71 4.079,17 1.730,83 1.286,46 150 800 400 400
1996 851,25 5.475 2.270,83 1.494,17 173,3 835,8 400 500
1997 1.106,98 5.900,00 2.323,96 1.509,17 197,50 912,50 391 655
1998 2.121,04 8.262,50 2.756,67 2.756,00 393,75 2.088,96 419 1.502,29
1999 2.456,88 11.633,33 3.669,38 2.620,00 200 2.548,96 400 1.585
2000 2.225,92 17.900,00 3.123,08 3.061,04 200 2.496,25 493,33 1.250
2001 2.370,83 15.316,67 4.338,58 3.854,17 200 2.948,75 706,25 1.775
2002 2.750,42 14.100,00 5.050,83 3.703,33 200 3.125,42 1.150 1.850
2003 2.686,67 12.400,00 4.529,23 3.975,83 200,00 3.341,67 1.200 1.850
2004 2.440 54.083 5.050 4.192 800 3.667 1.000 4.190
2005 3.192 21.667 4.842 5.350 1.300 3.879 1.569 2.454
2006 4.390 27.582 6.427 6.206 607 3.926 2.453 2.100
berdampak kepada beban kebutuhan akan bahan pokok bagi penyadap bertambah.
upah oleh karena itu pihak manajemen selalu menyesuaikan upah buruh dengan
UMR yang di tetapkan oleh Pemerintah. Untuk lebih menjelaskan seberapa besar
Ibu Uminah adalah seorang ibu dengan empat orang anak dan satu suami, ia
bekerja sebagai pengrajin bola dari tahun 2002, setiap harinya ia bisa menjahit
bola sekitar tiga buah bola, setiap satu bola pada tahun 2006 di hargai sebesar
Rp. 2000. Maka selama satu bulan ia mendapatkan upah sebesar Rp. 180.000.
Pengeluaran
mencapai 600.000 rupiah hanya bisa dimanfaatkan untuk membeli beras saja.
Biaya lain-lain adalah rincian biaya seperti biaya sekolah anak, bayar listrik,
500.000 tiap bulannya). Ibu Uminah adalah seorang pengrajin bola yang ingin
suaminya selama satu bulan maka jumlah pendapatan keluarga ibu Uminah
110
SMP. Ibu Uminah pun memiliki sisa uang sebanyak Rp. 76.000 tiap bulannya
432.000, ia bekerja dari tahun 2004. Memiliki dua orang anak yang pertama
duduk di kelas V (Lima) Sekolah Dasar sedangkan yang kedua masih balita.
Pengeluaran
Rp. 72.250, hal ini dikarenakan ia baru memiliki satu anak yang bersekolah
itupun usianya masih kecil. Seperti halnya Ibu Uminah, pak Dadan pun
Agus Husein Karyawan tetap PT. Sinja yang sudah bekerja dari tahun
2000 berpenghasilan Rp. 504.000, ia memiliki satu orang istri dan dua
111
Pengeluaran
Pak Agus memiliki sisa dari hasil pengeluarannya selama satu bulan
sebesar Rp. 22.250. Sisa uang tersebut biasanya ia belanjakan untuk membeli
pakaian ataupun barang perabotan rumah tangga, hasil wawancara pada tanggal
12 September 2009.
yang menekuni industri bola PT. Sinja memiliki tingkat pendapatan yang cukup
diperoleh telah mencukupi, para pegawai tetap harus mengatur kondisi keuangan
pegawai yang menekuni pekerjaan dalam industri bola ini cukup baik. Berikut
b. Faktor gaya hidup, maksudnya faktor gaya hidup seperti mewah, boros,
tingkat kesejahteraan yang ditunjang oleh beberapa fasilitas yang terdapat dalam
Sederhana disini dimaksudkan bahwa para pekerja hanya bisa makan seadanya
tanpa terpenuhinya asupan makanan empat sehat lima sempurna. Para pekerja
hanya bisa memenuhi kebutuhan primernya saja seperti kebutuhan akan sandang,
pangan dan papan (rumah). Kenyataan ini tetap di pertahankan oleh pekerja
dengan kata lain bahwa industri besar yang ada di Majalengka sangat langka. Para
pekerja tidak pernah melakukan protes keras terhadap perusahaan untuk menuntut
upah lebih, hal ini membuktikan bahwa pengrajin maupun karyawan tetap dan
113
kontrak memiliki sebuah interaksi sosial yang baik, dimana kedua belah pihak
bersikap saling peduli dan bekerja sama dalam mengembangkan industri tersebut.
yang sangat menarik. Bila dilihat dari jumlah penghasilan yang diperolehnya
sudah mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dan ada sebagian sisa bisa ditabung
seseorang bekerja menjadi petani maka ia hanya mendapatkan uang dua kali
dalam satu tahun, hal tersebut tidak berlaku tentunya jika hasil taninya mengalami
hidup yang mengikuti zaman terutama dalam hal sandang dan perabotan rumah
tangga. Selain itu, para pekerjapun memiliki beberapa sifat dinamis dan praktis,
hal ini bisa diakibatkan karena mulai sibuknya para pekerja dengan sistem kerja
yang mulai terjadwal. Perubahan gaya hidup yang praktis dan simpel juga mereka
perlihatkan sekarang ini. Para pekerja sedikit sekali yang memanfaatkan koperasi,
padahal di koperasi PT. Sinja pun sudah tersedia delapan kebutuhan pokok
dengan harga yang terjangkau. Pada kenyataannya mereka lebih memilih untuk
2009).
mereka memiliki uang lebih dari hasil upahnya selama satu bulan, tapi ada
114
sebenarnya melakukan arisan perabotan rumah tangga, dan sedikit sekali yang
benar-benar menabung untuk dipakai jika keadaan yang mendesak, misalkan jika
ada keluarga sakit dan keperluan mendadak lainnya. Jika diukur dengan kacamata
tahun 2006, terbukti bahwa karyawan kontrak dan karyawan tetap ini terbantu
dalam kehidupan sosial para pengrajin yang sebgian besar ibu rumah tangga.
Remaja putri dan ibu rumahtangga adalah mereka yang mempunyai ketelatenan
dalam menjahit, terutama ibu rumah tangga di pedesaan yang sedikit banyak
sudah diajarkan menjahit ketika muda oleh ibunya masing-masing. Hal ini
kemudian terjadi peran ganda selain sebagai ibu rumah tangga, ia pun menjadi
perannya hanya membantu ekonomi keluarga, hal ini jelas dapat mempengaruhi
komunikasi sosial dengan tetangga yang sudah terjalin sejak lama. Seorang ibu
dan praktis setiap ibu rumah tangga hanya ada di dalam rumah mengerjakan
jahitan bola.
115
mereka biasanya menjadi kuli bangunan atau menjadi tenaga galian proyek PLN
atau Telkom. Walaupun Majalengka tidak memiliki bahan baku yang cukup untuk
memproduksi bola, tapi hal ini tidak menyurutkan Pengusaha lokal yang bernama
H.M. Irwan Suryanto yang cukup jeli dalam memanfaatkan sumber daya manusia
kota atau Country Location, keadaan ini memberikan satu motivasi tersendiri
dalam mengembangkan industri bola. Mengingat bahwa sampai saat ini juga PT.
Sinja membuat gudang lain yang jaraknya kurang lebih 1 km dari pabrik, hal ini
kebun yang masih bernilai jual rendah. Pajak yang rendah, tenaga kerja dalam
jumlah besar dan murah juga merupakan aspek yang paling diperhitungkan dalam
Mansyaul Huda yang berada di Desa Heuleut, persis bersebelahan dengan desa
heran jiga hari raya keagamaan seperti hari Maulud Nabi dan Isra Miraj masjid
Adzan bagi siswa madrasah. Sebagian besar karyawan PT. Sinja pun ikut serta
Pada saat bulan puasa terutama menjelang Idul Fitri, PT. Sinja juga sering
sembako dan uang. Selain itu beberapa pendanaan dalam pembangunan Mesjid
sosial lainnya dengan adanya PT. Sinja adalah didirikannya beberapa lapangan
Voli yang sebelunya di beberapa kelurahan di Kadipaten belum ada. Tujuan dari
pembangunan lapangan voli ini tidak lain adalah untuk menumbuhkan minat dan
memperkenalkan produk lokal terhadap siswa sekolah. Pada saat ada turnamen
kejuaraan sepak bola atau bola voli yang dilaksanakan oleh dinas pendidikan dan
olahraga Kabupaten Majalengka pun PT. Sinja selalu menjadi salah satu
sponsornya.
kehidupan yang terjadi senantiasa mengalami turun naik, namun hal tersebut tidak
menjadi sebuah hambatan untuk terjalinnya hubungan yang baik antar masyarakat