Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A.Gambar Umum Kota Makassar

1. Sejarah Singkat Kota Makassar

Kota Makassar adalah ibu Kota provinsi Sulawesi Selatan, Makassar

merupakan kota metropolitan terbesar keempat di Indonesia, kota terbesar di

kawasan Indonesia Timur dan pada masa lalu pernah menjadi ibu kota Negara

Indonesia Timur dan Provinsi. Kota Makassar merupakan pintu gerbang Indonesia

Timur, sebab tidak ada pesawat yang melingtas kebagian Indonesia Timur tampa

singgah di bandara International Sultan Hasanuddin. Pelabuhan Makassar juga

sebagai jembatan perhubungan laut ke kawasan Indonesia timur.

Kota yang dulunya bernama Ujung Pandang ini termasuk Kota

Kosmopolitan, sejak tahun 2004 Kota Makassar sudah mulai melakukan

pembangunan sarana-sarana public yang baru dan berkualitas. Hal ini dilakukan

berdasarkan pada slogam Kota Makassar yaitu “Great Expectation City” sejak

saat itu dimulailah pembangunan, mulai dari menara balai Kota, graha pena fajar,

pelataran losari, bandara internasional Sultan Hasanuddin, jalan Tol Ir, Sutami

yang menghubungkan makassar dengan bandara, GOR sudiang merupakan

gedung olahraga termegah keempat di Indonesia, Fly Over Urip Sumoharjo, Kalla

Town, Gedung Menara Bosowa tertinggi di Makassar saat ini dan Trans Studio

yang merupakan Indoor theme park terbesar di dunia.


2. Keadaan Geografis

Makassar adalah ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di

bagian selatan Pulau Sulawesi yang dahulu disebut Ujung Pandang, terletak antara

119o24’17’38’’ Buju Timur dan 5o8’6’19’’ Lintang Selatan yang berbatasan

sebelah utara dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur Kabupaten Maros, sebelah

Selatan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat adalah Selat Makassar.

Kondisi topografi Kota Makassar dengan kemiringan lahan 0-2o (datar)

dan kemirngan lahan 3-15o (bergelombang). Luas wilayah Kota Makassar tercatat

175,77 km persegi. Kota Makassar Memiliki kondisi iklim sedang hingga tropis

memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 26,oC sampai dengan 29oC.

Kota Makassar adalah Kota yang terletak dengan pantai yang berbentang

panjang koridor barat dan utara dan juga dikenal sebagai “Waterfront City”yang

di dalamnya mengalir beberapa sungai (Sung Tallo, Sungai Jeneberang, Sungai

Pampang) yang kesemuanya bermuara kedalam Kota. Kota Makassar merupakan

hamparan dataran rendah yang yang berada pada ketnggian antara 0 sampai 25

meter dari permukaan laut.dari kondisi ini menyababkan Kota Makassar sering

mengalami genangan air pada musim hujan, terutama pada saat turun hujan

bersaman dengan naiknya air pasang.


Secara Administrasi Kota Makaassar dibagi menjadi 14 kecematan dan

143 Kelurahan. Batas-batas wilayah Kota Makassar yaitu:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Selatan

Luas wilayah daratan Kota Makassar dilihat dari perkecamatan dan jumlah

kelurahan perkecematan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Luas masing-masing Kecematan di Kota Makassar

N KECEMATAN LUAS (KM2) PERSENTASE

O
(1) (2) (3) (4)
1 Mariso 1,82 1,04

2 Mamajang 2,25 1,28

3 Tamalate 20,21 11,50

4 Rappocini 9,23 5,25

5 Makassar 2,52 1,43

6 Ujung Pandang 2,63 1,50

7 Wajo 1,99 1,13

8 Bontoala 2,10 1,19


9 Ujung Tanah 5,94 3,38

10 Tallo 5,83 3,32

11 Panakukang 17,05 9,70

12 Manggala 24,14 13,72

13 Biringkanaya 48,22 27,43

14 Tamalanrea 31,84 18,12


Jumlah 175,77 100,00
Sumber: BPS, Makassar dalam angka tahun 2013

Ada 14 Kecematan yang ada didaerah Kota Makassar, maka Kecematan

Rappocini merupakan wilayah penelitian saya tepatnya berada di Dinas Kesehatan

Kota Makassar. Wilayah ini terletak dibagian Selatan yang berada dipinggir Kota

perbatasan dengan Gowa.

3. Kependudukan

Kota Makassar salah satu Kota besar di Indonesia Timur yang sangat

padat jumlah penduduknya, berdasarkan data yang saya dapatkan jumlah

penduduk di tahun 2015 sekitar 1.449.401 jiwa, kenapa saya mengambil data

jumlah penduduk 4 tahun sebelumnya, karena data jumlah penduduk terbaru dari

BPS Kota Makassar belum di ilisir pada saat penatapan Program Kesehatan

diawal tahun. Karena begitu cepat perkembangan jumlah penduduk Kota

Makassar, karena dipengaruhi jumlah kelahiran dan juga dipengaruhi oleh arus

migrasi dari daerah-daerah lain yang masuk kedalam Kota Makasar, terutama

untuk para penuntut ilmu yang akan melanjutkan pendidikannya, karena Kota
Makassar pusat Pemerintahan dan pusat perdagangan di daerah kawasan indonesia

timur.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Kota Makassar 2016

No Kecematan Laki-laki Perempuan Jumlah


1 Mariso 29,856 29,436 59,292

2 Mamajang 29,884 31,123 61,007

3 Tamalate 96,516 97,977 194,493

4 Rappocini 79,660 84,903 164,563

5 Makassar 42,048 42,710 84,758

6 Ujung Pandang 13,453 15,044 28,497

7 Wajo 15,164 15,769 30,933

8 Bontoala 27,579 28,957 56,536

9 Ujung Tanah 24,794 24,429 49,223

10 Tallo 69,739 69,428 139,167

11 Panakukang 73,114 74,669 147,783

12 Manggala 69,541 69,118 138,659

13 Biringkanaya 100,978 101,542 202,520

14 Tamalanrea 54,988 57,182 112,170


Jumlah 727,314 742,287 1,469,601
Sumber:BPS Kota Mkassar 2016

Berdasarkan tabel diatas wilayah yang memiliki jumlah penduduk

terbesar yakni kecematan Biringkaraya dengan jumlah penduduk sebesar 202,520


jiwa, sedangkan wilayah yang memiliki jumlah penduduk yang paling kecil yakni

kecematan Ujung Pandang dengan jumalah 28,497 jiwa.

B. Gambar Umum Dinas Kesehatan Kota Makassar

a. Keadaan Geografis

Dinas Kesehatan Kota Makassar terletak di ibu kota Provinsi Sulawesi

Selatan yaitu Kota Makassar. Adapun lokasi Gedumg Dinas Kesehatan Kota

Makassar bertempat di Kecematan Rappocini, gedung tersebut berposisi berada

dibagian timur Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, bagian selatan Jln. Teduh

Bersinar, Bagian Utara penduduk dan bagian Barat Jln. Teduh Bersinar,

Makassar.

b. Lingkungan Kerja Organisir

1. Tugas Pokok Dan Fungsi

Dinas Kesehatan memiliki tugas untuk menyelenggarakan semua urusan-

urusan dibidang kesehatan. Dalam menjalankan tugas tersebut sebagaimana yang

telah dimaksud, maka Dinas Kesehatan Kota Makassar menyelenggarakan fungsi

sebagai berikut:

a. Penyusunan kebijaksanaan rumusan teknis di bidang pelayanan kesehatan,

pembinaan rumah sakit dan puskesmas, pemberantasan dan pencegah penyakit,

kesehatan lingkungan dan peran serta masyarakat.


b. Penyusunan rencana dan Program di bidang pelayanan kesehatan,

pembinaan rumah sakit, dan puskesmas, pemberantasan dan pencegahan penyakit,

kesehatan lingkungan dan peran serta masyarakat.

c. pelaksanaan pengadilan dan penanganan teknis operasional pelayanan

kesehatan, pembinaan rumah sakit dan puskesmas, pemberantasan dan mencegah

penyakit, kesehatan lingkungan dan peran serta masyarakat.

d. pemberian perizinan dan pelayanan umum di bidang kesehatan meliputi

pelayanan kesehatan, pembinaan rumah sakit dan puskesmas, pemberantasan dan

pencegahan penyakit, kesehatan lingkungan dan peran serta masyarakat.

e. penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Wali Kota sesuai dengan

bidang tugas dan fungsinya.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Kepala Dinas Kesehatan didukung

oleh unsur organisasi yang terdiri dari:

1. Secretariat dipimpin oleh seorang secretaries yang mempunyai tugas

melakukan urusan perencanaan umum dan program, penyadiaan data dan

informasi kesehatan, monitoring dan evaluasi program, kepegawaian, keuangan,

perlengkapan surat menyurat, humas dan protocol, perpustakaan serta hukum

kesehatan.

2. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan, dipimpin oleh seorang Kepala Bidang

yang mempunyai tugas melaksanakan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan

kegiatan, pelayanan kesehatan, pembinaan, dan pengawasan kegiatan pelayanan


kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan, dan pelayanan kesehatan

pengembang dan penunjang.

3. Bidang Bina Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkunga, dipimpin

oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas melaksanakan pengaturan,

pembinaan, dan pengawasan pengendalian penyakit dan kejadian luar biasa,

pengamatan penyakit menular dan tidak menular, penanganan korban bencana dan

situasi khusus serta kegatan penyehatan lingkungan.

4. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, dipimpin oleh seorang Kepala Bidang

yang mempunyai tugas melaksanakan pengaturan, pembinaan dan pengawasan

upaya gizi masyarakat serta pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat yakni individu dan kelompok.

5. Bidang Bina Pengembangan Sumber Daya Kesehatan, di pimpin oleh

seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok dalam melaksanakan

pengaturan, pembinaan dan pengawasan upaya pembiayaandan jaminan

kesehatan, upaya pengembangan tenaga kesehatan dan pelaksanaan upaya farmasi

dan perbekalan kesehatan.

b. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar No 20 Thn 2005 tentang

pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Dinas Kesehatan Kota Makassar

dalan daerah Kota Makassar, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

kewenangan yang dilimpahkan oleh Wali Kota yaitu merumuskan, membina, dan

mengendalikan kebijakan di bidang kesehatan meliputi pelayanan kesehatan,


pembinaan rumah sakit dan puskesmas, pemberantasan dan pencegahan penyakit,

kesehatan lingkungan dan peran serta masyarakat.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud, Dinas Kesahatan

didukung oleh oraganisasi dengan tugas Pembinaan Unit Pelaksanaan Teknis,

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, maka sesuai dengan PP 41 Tahun 2007

yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 03 Tahun 2009,

Dinas Kesehatan Kota Makassar mempunyai struktur organisasi sebagai berikut:

1. Kepala Dinas Kesehatan

2. Sekretariat:

a. Sub bagian umum dan kepegawaian,

b. Sub bagian keuangan

c. Sub bagian perlengkapan

3. Bidang Pelayanan Kesehatan:

a. Seksi kesehatan dasar dan rujukan

b. Seksi kesehatan khusus

c. Seksi farmasi, perbekalan kesehatan dan pengawasan obat dan makanan

4. Bidan Bina Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan:

a. Seksi pengendalian penyakit

b. Seksi pengamatan penyakit, imunisasi dan kesehatan mata


c. Seksipenyehatan lingkungan

5. Bidang Bina Pengembangan Sumber Daya Kesehatan:

a. Seksi Perencanaan dan pendayagunaan program

b. Seksi pengembangan sarana, tenaga kesehatan dan jaminan kesehatan.

c. Seksi registrasi dan akreditasi

6. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat

a. Seksi kesehatan keluarga

b. Seksi gizi masyarakat

c. Seksi promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

7. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD)

c. Visi Misi Dinas Kesehatan Kota Makassar

Pembangunan Kesehatan di Kota Makassar diselenggarakan dalam upaya

mencapai Visi “Makassar Kota Dunia Berlandas Kearifan Lokal”. Sebagai salah

satu pelaku pembangunan kesehatan, maka dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Makassar mengacu kepada dasar-dasar

Pembangunan Kesehatan yaitu:

(1) Perikemanusiaan, (2) Pemberdayaan dan Kemandirian, (3) Adil dan

Makmur, (4) Pengutamaan dan Manfaat, maka ditetapkanlah Visi Dinas

Kesehatan Kota Makassar yaitu “Makassar Sehat Menuju Kota Dunia”.


Masyarakat sehat menuju Kota Dunia adalah suatu kondisi dimana

masyarakat Kota Makassar menyadari, mau dan mampu untuk mengenali,

mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat

bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebablan oleh penyakit termasuk

gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak

mendukung untuk hidup sehat.

Misi Dinas Kesehatan Kota Makassar adalah “Mewujudkan Warga Kota

yang Sehat”. Dimana Dinas Kesehatan Kota Makassar harus mampu sebagai

penggerak dan fasilitator pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh

Pemerintah, pihak Swasta dan bersama Masyarakat, untuk mewujudkan rakyat

sehat, baik fisik, sosial, mantal atau jasmani.

B. Kebijkan Program Lorong Sehat (longset)

1. Lahirnya Kebijakan

Kota Makassar sebagai ibu Kota Sulawesi Selatan, maka tak luput dari

berbaagai masalah, mulai dari masalah kemiskinan karna kurangnya keterampilan,

masalah kebersihankarna kurangnya kesadaran, kriminalitas karna banyaknya

pergaulan bebas serta masih banyak lagi masalah lain yang menggorogoti

masyarakat Kota. Oleh karna itu, melalui berbagai masalah yang timbul di Kota

Makassar maka Walikota Makassar priode tahun 2014-1019 Bapak Ir.Ramdhan

Pomanto dan wakilnya Dr. Syamsul Rizal,Msi resmi dilantik pada tanggal 9 mei

2014 di pelataran pantai losari menciptakan berbagai kebijakan-kebijakan atau

program-program yang dimana untuk mengatasi kemiskinan maka muncullah


kebijakan “Beras Raskin” dan jaminan sosial lainnya, untuk mengatasi masalah

kebersihan, keasrian, keamanan, serta meminimalisir tidak kriminalitas muncullah

yang namanya MTR “Makassar Tak Rantasa”, Lisa “Lihat Sampah Ambil”,

Longgar “Lorong Garden”, Longset “Lorong Sehat”, serta Sombere dan Smart

City Makassar yang dimana masing-masing istlah tersebut tersebut bermakna

untuk membngun kesadaran masyarakat tentng pentingny kebersihan, keamanan,

dan keterampilan melalui kerjasama Pemerintah melalui fasilitas yang diberikan.

Dalam menciptakan Kota bersih, aman, dan nyaman, saat ini Walikota

Makassar telah memperkenalkan istilah Lihat Sampah Ambil (LISA), Gerakan

Makassar Ta tidak Rantasa (MTR), Lorong Garden (LONGGAR), Lorong Sehat

(Longset), serta Sombere dn Smart City Makassar yang merupakan suatu

program yang dicanangkan oleh Walikota Makassar dalam menciptakan Kota

Makassar yang bersih.

Sebagai bentuk keseriusan dari Pemerintah Kota Makassar untuk

mendukung Makassar Ta tidak Rantasa adalah membuat Program Lorong Sehat

yang merupakan suatu program yang dicanangkan oleh Dinas Kesehatan dalam

menciptakan Kota Makassar yang bersih, trampil dan aman melalui keputusan

Walikota Makassar No. 660.2/1087/Kep/V/2014 tentang pembagian wilayah

binaan satuan perangkat kerja daerah (SKPD) Pelaksanaan Pogram Gerakan

Makassar Ta tidak Rantasa (MTR) Kota Makassar.

Di Kota Makassar terdiri dari 7520 jumlah lorong, sebagian besar

masyarakat hidup didalam lorong dan kondisinya terkesan kumuh, masyarakatnya


hidup dalam kondisi kurang sehat dan berperilaku belum ber-PHBS. Dari masalah

tersebut untuk merubah perilaku masyarakat dari yang belum ber-PHBS menjadi

ber-PHBS maka timbullah inovasi Lorong Sehat (longset) untuk menyelasaikan

permasalahan tersebut dengan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk

mengurangi tingkat kesakitan.

Program lorong sehat bisa dapat dikatakan adalah program

penanggulangan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat karena upaya dari

masyarakat sendiri untuk mengubah perilakunya dan mengerti dengan masalaha-

masalah kesehatan dan partisipasi masyarakat sehingga dipercaya dapat menjadi

solusi untuk hidup sehat dapat mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat

sehingga dapat hidup sehat dan ber-PHBS memberikan hasil yang optimal.

Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kota Makassar membuat program yang

lansung menyentuh pada masyarakat bawah dalam hal lorong sehat. Upaya untuk

menurunkan dan mencapai program PHBS tersebut, maka dibentuklah program

lorong sehat (Longset) oleh Dinas Kesehatan yang merupakan lorong binaan yang

secara teknis dikerjakan oleh puskemsma bersama swasta dan masyarakat, dimana

kegiatan lorong tersebut meliputi di mulai dari pendataan kesehatan (PHBS,

Keluarga Sehat, Berduta (jika ada belita dibawah 2 th), P4K (jika ada yang hamil),

kartu rumah sehat, bebas jentik), lingkungan yang bersih, hijau serta perubahan

perilaku kesehatan pada setiap anggota keluarga.

Menurut penelit tujuan dari Lorong Sehat (Longset) ini adalah sebenarnya

untuk menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya akan lingkungan sehat,

keterampilan, rapih, bersih dan yang paling penting memberikan psikologis


masyarakat akan dampak pergaulanyang semakin tidak terarah dengan

keterampilan yang memiliki nilai ekonomis.

Sesuai dengan pendapat ibu Zikiah yang bekerja dikantor Dinas Kesahatan

Kota Makassar, sebagai Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan

Masyarakat, menjelaskan bahwa.

Tujuan dari Lorong Sehat yaitu 1. mewujudkan kesadara dari masyarakat


tentang kesehatan, 2. berupayah mengubah perilaku dan polo pikir masyarakat
tentang kesehatan yang terencana tersistem dan masif, dan 3. Melengkapi
keberlanjutan program-program kerakyatan yang telah berjalan selama ini yang
berbasis lorong dan komunitas. (Wawancara Tanggal 18 Juli 2019).

Hal senada pun di tambahkan lagi oleh ibu Zakiah mengenai manfaat dari

Program Lorong Sehat (Longset), menjelaskan bahwa

Manfaat dari Program Lorong sehat 1. Masyarakat mampu


mengupayakan dan menjaga lingkungan secara mandiri, 2. Mampu mencegah
dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan secara mandiri, 3. Masyarakat
mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) seperti
posyandu, dan posbindu, 4. Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian di
lingkungan masyarakat, dan 5. Masyarakat secara sadar mau memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada. (Wawancara Tanggal 18 Juli 2019).

Dari kutipan diatas maka peneliti menyimpulkan Program Lorong Sehat

untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya hidup sehat dan mengupayakan

perilaku masyarakat serta pola pokir masyarakat akan pentingnya kesehatan.

menciptakan lorong-lorong yang berproduktif dan memperbaiki lorong-lorong di

Kota Makassar. Lorong yang biasanya kumuh dan menjadi sumber penyakit, ingin

diubah menjadi lorong yang asri, sejuk, indah, dan hijau. Namun ketika

masyarakat mendengar program ini, mereka sangat antusias ingin melaksanakan

bagian dari pada program Walikota Makassar untuk mewujudkan lorong-lorong


yang bersih, asri, sejuk, indah, dan hijau melalui kegiatan LONGSET (Lorong

Sehat), tinggal bagaimana Pemerintah mensosialisasikan dan menginformasikan

secara merata tentang Program Lorong Sehat (Longset) agar implementasi

kebijakan Pemerintah Makassar tentang Lorong Sehat agar dapat berjalan seesuai

apa yang diinginkan.

3. Kolaborasi Pemerintah, Swasta dan Masyarakat dalam Pelaksanaan

Lorong Sehat (Longset).

Pelaksanaan Program Lorong Sehat (Longset) di Kota Makassar di awali

dengan Pelaksanaan Gerakan Makassar Tidak Rantasa dengan berbagai Program

seperti LISA, Mabasa, Mabelo, Diketahui pelaksanaan sebuah kebijakan

merupakan salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan. Pelaksanaan

sebuah kebijakan sering dianggap hanya merupakan bagian yang kurang

berpengaruh, hanya berupa sebuah putusan oleh legislative atau para pengambil

keputusan. Akan tetapi dalam kenyataannya, tahapan pelaksanaan sebuah

kebijakan menjadi begitu penting karena suatu kebijakan tidak akan berarti apa-

apa jika tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. Pelaksanaan kebijakan

merupakan tahap dimana suatu kebijakan dilaksanakan secara maksimal dan dapat

mencapai tujuan kebijakan itu sendiri. Pelaksana kebijakan merupakan suatu

kegiatan perwujudan dari keputusan para pengambil keputusan yang dilaksanakan

oleh Pemerintah atau Swasta ataupun Masyarakat saling berkerjasama dengan

harapan akan memperoleh suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran dari

suatu kebijakan yang dikeluarkan.


Program ini lahir berdasarkan Visi Misi Walikota yang terpilih kemudian

mengeluarkan keputusan Walikota Makassar No. 660.2/1087/Kep/V/2014 tentang

pembagian wilayah binaan satuan perangkat kerja daerah (SKPD) Pelaksanaan

Pogram Gerakan Makassar Ta tidak Rantasa (MTR) Kota Makassar. Program ini

menyangkut seluruh aspek yang ada di Kota Makassar karena ingin membuat

Kota Makassar menjadi lebih baik layak atau tidak, ‘Rantasa’ yang siap menjadi

Kota dunia.

Gemar MTR dalam aspek kebersihan telah meluncurkan berbagai program

yang terkait dengan kebersihan, Seperti LISA, Mabasa dan Mabelo, LISA adalah

singkat dari kata Lihat Sampah Ambil yang bertujuan untuk menyampaikan dan

menyuruh kepada seluruh masyarakat Kota Makassar untuk senantiasa mengambil

sampah yang berserakan yang ada disekitarnya untuk dibuang ketempat sampah.

Mabasa singkatan dari Makassar bebas sampah yang bertujuan menciptakan Kota

Makassar terbebas dari sampah-sampah yang berserakan yang ada disudut-sudut

jalan sampai kerumah-rumah warga. Mabelo singkatan dari Makassar Bersih

Lorong yang bertujuan lorong-lorong yang ada di Kota Makassar dapat tertata

dengan rapih dan bersih serta tidak berantakan.

Regulasi sangat penting dalam sebuah kebijakan karena jadi payung

hukum sekaligus acuan pelaksanaan sebuah kebijakan. Gemar MTR memiliki

banyak aspek didalamnya dan dalam penelitian ini penulis lebih kepada aspek

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Regulasi untuk Gemar MTR adalah

Peraturan Daerah Kota Makassar No 4 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah.

Regulasi ini adalah landasan bagi Pemerintah Kota Makassar dalam menjalankan
Gemar MTR terkait kebersihan. Adapun kedepannya aka nada regulasi hasil revisi

yang tidak jauh beda dengan regulasi sebelumnya namun ada perubahan sesuai

dengan perkembangan masyarakat Kota Makassar.

Dalam pengelolaan lorong saat ini sudah berada pada penataan tahap

keempat. Dimana tahap tersebut telah dilakukan berbagai program dan kegiatan.

Adapun kegiatan ditahap pertama adalah lorong bersih atau lorong ceria, dimana

semuanya dicat, sehingga lorong-lorong kelihatan rapih, bersih dan terang. Pada

tahap ke dua, lorong garden (LONGGAR), semua lorong harus memilki taman

dan memiliki tempat sampah yang memudahkan setiap masyarakat untuk

senantiasa ikut membantu memelihara, membersihkan dan menjaga kenyamanan

lorong. Tahap ke tiga, yaitu singara lorongku (lorong yang terang, yang dimana

setiap lorong memiliki penerangan lampu listrik yang disediakan oleh Pemerintah

melalui kerja sama dengan pihak PLN untuk menerangi setiap lorong). Saat ini

berada di tahap ke empat, Lorong Sehat (LONGSET), dimana 1. setiap warga

masyarakat mewujudkan kesadaran sendiri tentang kesehatan. 2. upaya mengubah

perilaku dan pola pikir masyarakat tentang kesehatan yang terecanna tersistem

dan massif. 3. Melengkapi keberlanjutan program-program kerakyatan yang telah

berjalan selama ini yang berbasis lorong dan komunitas.

Peran pemerintah sangat dibutuhkan saat ini. Sebagai kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah maka yang berperan penting dalam memahamkan

masyarakat adalah pemerintah. Berdasarkan himbauan dari Walikota, semua

elemen berperan untuk memahamkan masyarakat, baik dari Dinas, Swasta sampe

ke rukun warga (RW) dan rukun tetangga (RT). Pemerintah telah melakukan
berbagai inovasi dalam mensosialisasikan Program Lorong Sehat (Longset).

Mulai dari bertemu langsung melalui sebuah kegiatan maupun pada saat

melakukan kerja bakti. Dari serangkai kegiatan yang mensosialisasikan Program

Lorong Sehat, masih ada masyarakat yang merasa tidak tersentuh melalui kegiatan

sosialisasi tersebut.

Untuk mengetahui pandangan dan pendapat dari pihak Pemerintah,

Swasta, dan Masyarakat mengenai kerjasama dalam Pelaksanaan Program Lorong

Sehat (longset), peneliti melakukan wawancara. Wawancara kami lakukan dengan

ibu Zikiah yang bekerja dikantor Dinas Kesahatan Kota Makassar, sebagai Kepala

Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, menjelaskan bahwa.

Peran Pemerintah, disini kita selalu memotivasi jadi kita mengarahkan,


biasanya kita memotivasi memancing dulu, artinya kita bergerak dulu dilihat oleh
masyarakat dia tau manfaatnya dari Lorong sehat (Longset). Peran swasta,
dimana masyarakat di lorong itu menyusun suatu proposal bagaimana
bekerjasama dengan pihak swasta dalam hal ini CSR (Corporte Social
Responsibility) jadi bagaimana tanggung jawab sosial dari pihak swasta yang
ada di lingkungan dekat lorong itu yang bisa membantu memberikan sumbansi
terhadap hidupnya lorong tersebut atau berkelanjutannya longset itu. Peran
masyarakat, sebagai pelaksana, inisiatif atau partisipasi masyarakat dalam
pelaksanakan lorong sehat dan di hasil akhir nanti dilanjutkan oleh masyarakat
bagaimana cara keberlanjutannya yaitu potensi-potensi yang ada dilorong itu
yang dikembangkan misalahnya potensi dilorong itu ada kereatifitas ibu-ibu
dalam merangkai bungan ataukah dalam membuat suatu makanan-makanan kecil
semacam es krim atau kripik-kripik itu yang terargonisir termasuk tanaman-
tanaman. (Wawancara Tanggal 18 Juli 2019).

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan pihak Swasta dalam

membantu dan mendukung Program Lorong Sehat (longset). Pihak Swasta

peneliti mewawancarai adalah pihak Pertamina dengan ungkapan wawancara

sebagai berikukut.
“sebagai pihak Swasta, dalam memberikan bantuan berupa cat, tempat
sampah, bibit, serta pot bunga, pihak kami telah memberikan bantuan untuk
setiap lorong agar setiap lorong dapat menjadi bersih dan indah” (wawancara
tanggal 29 juli 2019).

Wawancara ini menjelaskan bahwa pihak Swasta telah terlibat dalam

memberikan bantuan dengan berbagai hal yang berkaitan dengan Program Lorong

Sehat (longset) yaitu menyediakan berupa cat, tempat sampah, bibit, serta pot

bunga. Keberadaan Swasta ini secara lansung sangat membantu untuk

mewejudkan Program Lorong Sehat (longset).

Demikian halnya peneliti juga melakukan wawancara dengan masyarakat

bernama Galih yang berumur 23 tahun yang selaku anggota karangtaruna

mengungkapkan bahwa.

WAWANCARA

Hal serupa yang diungkapkan masyarakat bernama Bu majelis tallim

umur selaku anggota majelis tallim mengungkapkan bahwa.

WAWANCARA

Dari hasil wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

kerjasama antara Perintah, Swasta dan Masyarakat terhadap Pelaksanaan

Program Lorong Sehat (Longset) tersebut. Dengan ini Pemerintah memberikan

memotivasi atau mengarahkan, selain itu Pemerintah melihat potensi masyarakat


dilorong itu misalahnya pkereatifitas ibu-ibu dalam merangkai bungan ataukah

dalam membuat suatu makanan-makanan kecil semacam es krim, kripik-kripik

atau tanaman-tanaman. maka Pemerintah memberikan atau menyediakan semua

itu untuk masyarakat karena ini salah satu yang dapat membantu perekonomian

masyarakat kedepannya. Begitu pula dengan Swasta yang telah memberikan

sumbangan yang dapat menunjang kegiatan Lorong Sehat (longset) tersebut

berupa cat, tempat sampah, tanaman-tanaman, serta pot bunga. Sedangkan

masyarakat juga sangat berperan besar terhadap Program Lorong Sehat (longset)

ini karena pada dasarnya tujuannya untuk masyarakat, maka masyarakat

memberikan sumbangsi tenaganya agar tercipta lorong-lorong yang bersih, rapih,

dan cantik.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Lorong

Sehat (longset) di Kota Makassar

se

.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam pembahasan pada

bab terdahulu, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Program Lorong Sehat (longset) sebagai kelanjutan dari Program

Gerakan Makassar Ta Tidak Rantasa menggunakan tiga pendekatan yaitu

menjalin kerjasama antara Pemerintah, Swasta, dan Masrakat.

2. Kerja sama antara Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat dalam Pelaksanaan

Program Lorong Sehat (longset) masih perlu ditingkatkan terutama dalam

mengsosialisakan program Lorong Sehat, sesuai dengan indicator pencapaian

tujuan dari Program Lorong Sehat (longset).

3. Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan Progrma Lorong Sehat yang dapat

menjadi faktor pendukung dan penghambat dari program tersebut, faktor

pendukung ketika masyarakat itu cepat tergugah hatinya dan juga turun tangan

lansung dalam menyukseskan Program Lorong Sehat. Faktor penghambat ketika

masyarakat sedikit acuh terhadap Program Lorong Sehat tetapi ketidak sedikit

acuh itu, ketika melakukan pendekatan maka hatinya tergugah juga, artinya

hambatanya itu dapat ditepis.


B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka

saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Program Lorong Sehat (longset) di Kota Makassar telah di

implementasikan namun seluruhnya belun efektif, sehingga perlu dukungan penuh

dari semua elemen yang terkait, yakni Pemerintah dari tingkat atas sampai tingkat

RT/RW dan masyarakat menengah atas sampai masyarakat menegah kebawa.

Pemerintah harus tegas kepada pegawai Pemerintah yang tidak turut dalam

mengsosialisasikan Program Lorong Sehat (longset) agar kesadaran masyarakat

terwujud.

2. Pemerintah harus bisa menegakkan sanksi dalam undang-undang sehingga

masyarakat terawasi. Pemerintah harus aktif menjalin kerja sama dengan semua

elemen baik swasta, organisasi masyarakat dan utamanya masyarakat sehingga

Program Lorong Sehat (longset) bukan hanya menjadi kewajiban dari petugas

tetapi semua elemen ikut aktif didalamnya.

3. Pemerintah, swasta, dan masyarakat harus mampu sejalan dengan optimalkan

sosialisasi dari tingkat atas ke bawa dengan melakukan terjun langsung door to

door, pengawalan Pemerintah setempat dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh

masyarakat harus dirutinkan untuk memberikan motivasi kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai