Anda di halaman 1dari 3

1.

KEBIJAKAN
Perda Kab Sleman Tentang RTRW bahwa Sleman Utara diwujudkan sebagai kawasan pariwisata sehingga memudahkan
untuk kawasan pariwisata Sleman utara dan di dukung RIPPARDA DIY 2012-2025 di rekomendasikan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas daya tarik wisata sehingga dalam pengembangannya dapat dilakukan dengan maksimal
 Tantangan Perencanaan dan Pembangunan di Kawasan Pariwisata
 Kebijakan Perencanaan Pembangunan Wilayah
1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan:
2. Pasal 157 huruf a Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah:
3. Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 Tentang Pajak Daerah :
4. Perda Kab. Sleman No. 3 Tahun 2021 RPJMD tahun perencanaan 2021 – 2026 Sleman Tangguh (Pengelolaan
Berbagai Macam Bencana Dan Ancaman)
5. Perda DIY No. 3 Tahun 2018
6. Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012.
7. Peraturan Daerah DIY Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah DIY Tahun
2005-2025
8. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) DIY 2012- 2025 yang bertujuan Meningkatkan
kualitas dan kuantitas daya tarik wisata yang mampu mendorong peningkatan jumlah kunjungan, lama tinggal,
dan pembelanjaan wisatawan
9. RKPD tahun 2019 adalah “Mengembangkan potensi ekonomi lokal daerah menuju kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat Sleman yang berbudaya“, yang kemudian dijabarkan dalam prioritas pembangunan
pada tahun 2019 sebagai berikut :

 Kebijakan Pembangunan Sektoral


1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
2. Pasal 157 huruf a Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
3. Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 Tentang Pajak Daerah
4. Perda Kab. Sleman No. 3 Tahun 2021 RPJMD tahun perencanaan 2021 – 2026
5. Perda DIY No. 3 Tahun 2018
6. Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010
7. Peraturan Daerah DIY Nomor 2 Tahun 2009
8. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) DIY 2012- 2025
9. RKPD tahun 2019
10. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2006- 2025
11. PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2021 --- RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH DAERAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2021-2026

2. FISIK LINGKUNGAN
Fakta
 Kondisi Geografis dan Administratif
Jadi, total luas wilayah Kawasan Pariwisata Sleman Utara yaitu 13.506 Ha. Kawasan Pariwisata Sleman Utara terdapat
kawasan lindung yaitu Taman Nasional Gunung Merapi.
 Kondisi Topografi
Pada wilayah Sleman Utara kondisi Topografi didominasi pada ketinggian 500 - 1500 mdpl dengan luas 7.928 ha dan
persentase 59%, Ketinggian pada lahan yang paling rendah yaitu 2500-3000 mdpl. Keadaan topografi ini akan membantu
dalam sistem pengaliran air secara gravitasi.
 Kondisi Kemiringan Lereng
didominasi oleh kemiringan 3 – 8 % dengan luas 6.095 Ha. Artinya, pada kemiringan tersebut terklasifikasi landai.
Kemiringan paling tinggi di Kawasan Pariwisata Sleman Utara yaitu >45 % dengan luas 734 Ha. Artinya pada kemiringan
tersebut terklasifikasi curam yang terdapat pada lereng gunung merapi di Taman Nasional Gunung Merapi.
 Kondisi Klimatologi
Curah Hujan yang yang paling dominan pada wilayah ini yaitu >3000 mm/tahun dengan luas wilayah hampir seluruhnya
yaitu dengan luas 11.412 Ha dengan persentase 84%.
 Kondisi Geologi/Geomorfologi
Jenis Batuan pada wilayah Kawasan Pariwisata Sleman Utara memiliki lima jenis batuan. Dengan jenis batuan yang paling
dominan adalah Endapan Gunung Api Muda Merapi dengan luas wilayah 12.289 Ha serta proposi 91%.
 Kondisi Hidrogeoglogi
ondisi Hidrogeologi pada seluruh wilayah di Kawasan Pariwisata Sleman Utara merupakan zona akuifer karena jenis
batuan pada Kawasan Pariwisata Sleman Utara mampu meloloskan air
 Kondisi Hidrologi
Pada Kawasan Pariwisata Sleman Utara terdapat daerah aliran sungai yaitu DAS Opak pada Kapanewon Pakem dan
Cangkringan dengan luas 9.036 Ha dengan persentase 67 %. Selain itu terdapat juga DAS Progo pada Kapanewon Turi
dengan luas 4.470 Ha dengan persentase 33 %.
 Kondisi Jenis Tanah
Pada Kawasan Pariwisata Sleman Utara terdiri dari 4 jenis tanah, yaitu Regosol, Litosol, Mediteran, dan Podsolik. Jenis
tanah yang dominan yaitu Regosol dengan luas wilayah 9.734 Ha dengan proposi 72%. dan jenis tanah yang memiliki
luas paling sedikit adalah Litosol yang hanya memiliki luas 320 Ha dengan persentase 2 %.
 Kondisi Kebencanaan
Pada Kawasan Pariwisata Sleman Utara didominasi oleh rawan bencana sedang dengan luasan 6.417 Ha dengan
persentase 48 %.
 Risiko Bencana Letusan Gunung Berapi
Risiko letusan gunung berapi tinggi memiliki luasan 3.954 Ha dengan persentase 29 %. Kawasan Pariwisata Sleman
Utara didominasi oleh luasan tidak beresiko terkena letusan gunung berapi dengan luasan 5.549 Ha dengan
persentase 41%.
 Risiko Bencana Tanah Longsor
tanah longsor hanya terjadi di sekitar wilayah Taman Nasional Gunung Merapi karena memiliki kemiringan lereng
25 – 45 % hingga >45%. Pada wilayah ini didominasi oleh tidak beresiko terhadap bencana tanah longsor dengan
luasan 12.331 Ha dengan persentase 91 %.
 Risiko Bencana Gempa Bumi
didominasi oleh klasifikasi risiko bencana gempa bumi sedang dengan luasan 9.579 Ha dengan persentase 71%.

 Kondisi Sumber Daya Alam


pertanian pangan, sumber daya air dan pertambangan.
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dengan luasan 5.434 Ha.
 Sumber Daya Air
Pada DAS Opak dan DAS Progo.dan terdapat embung dan jaringan air minum
 Kawasan Pertambangan
pertambangan pasir yang tersebar di Kapanewon Turi, Pakem, dan Cangkringan
 Kondisi Penggunaan Lahan
dominan perkebunan campuran dengan luasan 3.362,1 Ha dengan persentase 27,1. B

3. KEPENDUDUKAN
Fakta
 Jumlah Penduduk
total 108.442 jiwa pada tahun 2022. Diagram “trend”
 Kepadatan penduduk
pengelolaan kepadatan penduduk harus mempertimbangkan dampaknya pada sektor pariwisata dan
kesejahteraan masyarakat setempat. Semakin baik keseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan
pembangunan pariwisata, semakin berkelanjutan dan sukses destinasi wisata tersebut. kepadatan penduduk
yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan masalah seperti kemacetan, kerusakan lingkungan, dan
penurunan kualitas hidup bagi penduduk setempat. Ini dapat memengaruhi pengalaman wisatawan dan citra
destinasi.
Bruto - Ketiga Kapanewon ini dapat di klasifikasikan ke dalam Zona Perdesaan karena kepadatan penduduk < 50
Jiwa/Ha.
Netto (lahan terbangun) - pedesaan dengan kependudukan yang cenderung lebih rendah dikarenakan lahan
terbangun pemukiman yang dengan kepadatan rendah. Tren penduduk yang naik di tahun 2020- 2021 terjadi karena
angka kelahiran yang tinggi sedangkan penurunan jumlah penduduk di tahun 2019-2020 terjadi karena adanya
migrasi out dengan alasan melanjutkan pendidikan dan mencari pekerjaan .
 Laju pertumbuhan pendudukl
laju pertumbuhan yang stagnan 2% hingga pada tahun 2022 mengalami kenaikan menjadi 3% yang mengindikasikan jika
wilayah tersebut terus bertumbuh.

Anda mungkin juga menyukai