Transportasi jalan merupakan moda transportasi utama yang berperan penting dalam mendukung pembangunan serta mempunyai kontribusi terbesar dalam melayani mobilitas manusia maupun distribusi komoditi perdagangan dan industri. Transportasi jalan semakin diperlukan untuk menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan pembangunan antar wilayah, antarperkotaan dan antar pedesaan serta untuk mempercepat pengembangan wilayah. Tujuan pembangunan transportasi jalan adalah meningkatkan pelayanan jasa transportasi secara efisien, handal, berkualitas, aman, harga terjangkau dan mewujudkan sistem transportasi secara intermoda dan terpadu dengan pembangunan wilayah dan menjadi bagian dari suatu sistem distribusi yang mampu memberikan pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas, termasuk meningkatkan jaringan desa-kota yang memadai. Mengacu pada Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang RTRW Bali di Kabupaten Buleleng ditetapkan beberapa pusat kegiatan diantaranya Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) perkotaan Singaraja, Pusat Kegiatan Lokal di Perkotaan Seririt, Pusat Kegiatan Pariwisata, Industri dan pusat kegiatan lainnya. Dalam sistem pusat kegiatan kabupaten direncanakan sebanyak 11 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dengan fungsi pelayanan skala kecamatan, 12 Pusat Pelayanan Lingkungan dengan fungsi pelayanan skala antar desa, pusat kegiatan daya tarik wisata, pusat kegiatan industri, pusat kegiatan agropolitan dan pusat kegiatan minapolitan. untuk mendorong berkembangnya pusat-pusat kegiatan tersebut harus didukung jaringan lalu lintas dan angkutan jalan yang memadai untuk dapat menghubungkan antar pusat kegiatan dan akses keluar wilayah yang optimal. Kinerja ruas-ruas jalan di Kabupaten Buleleng secara umum belum mencapai kapasitasnya, namun terdapat beberapa kendala diantaranya: 1. belum sempurnanya sistem klasifikasi fungsional jalan dari jaringan jalan yang ada 2. belum terpenuhinya jaringan jalan yang dapat membuka dan meningkatkan akses ke daerah tertinggal dan beberapa pusat kegiatan lainnya serta akses ke pusat produksi dan distribusi. 3. belum memadainya konstruksi jalan sesuai dengan fungsinya serta kurang lengkapnya fasilitas jalan (drainase, trotoar dsb) dan fasilitas pengatur lalu-lintas.
Bab 1 Pendahuluan
I - 2 Untuk mewujudkan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, dan lancar penyelenggaraannya perlu didukung ketersediaan jaringan dan fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang terpadu, sehingga perlu dilaksanakan pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan untuk menghubungkan semua wilayah kabupaten yang disinkronkan dengan sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan provinsi dan nasional. Terkait dengan hal tersebut, kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam UU Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam pasal 17 mengamanatkan bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota agar meyusun RIP LLAJ skala Kabupaten dengan mengacu pada pada RIP Nasional dan Propinsi untuk dapat mewujudkan keterpaduan sistem jaringan LLAJ skala kabupaten, propinsi dan nasional.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1.2.1 Maksud Maksud dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah menyusun Rencana Induk Pengembangan Lalu Lintas Angkutan Jalan Kabupaten Buleleng.
1.2.2 Tujuan Tujuan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah: a. Mengidentifikasi rencana lokasi ruang kegiatan yang dihubungkan dengan ruang lalu lintas. b. Menentukan arah kebijakan peranan transportasi jalan pada tingkat kabupaten dalam keseluruhan moda transportasi c. Membuat pedoman dan acuan bagi instansi terkait dalam pengembangan pembangunan transportasi darat.
1.3 DASAR HUKUM PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN LLAJ Dalam pelaksanaan pekerjaan ini terdapat beberapa dasar hukum yang akan menjadi tinjauan, meliputi: a. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah b. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan c. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah d. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang e. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan f. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
I - 3 g. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali
1.4 LINGKUP KEGIATAN Lingkup materi kegiatan pekerjaan ini meliputi: Rencana Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten untuk Antar perkotaan dalam Wilayah Kabupaten. Rencana Induk Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten untuk Perkotaan yang dalam Wilayah Kabupaten. Rencana Induk Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten untuk Perdesaan yang ada dalam Wilayah Kabupaten. Rencana jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten untuk antar pusat-pusat kegiatan
1.5 KELUARAN Hasil/produk yang akan dihasilkan dari pekerjaan ini adalah Laporan hasil Studi berupa Dokumen Rencana Induk Pengembangan Lalu Lintas Angkutan Jalan Kabupaten Buleleng.
1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN Sistematika Laporan Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Buleleng adalah sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup pekerjaan, dan keluaran. Bab 2 Rona Awal Wilayah Perencanaan Bab ini akan menjelaskan tentang gambaran awal profil daerah studi untuk memberikan gambaran sekilas. Data terbaru tentang profil daerah perencanaan ini akan dimutakhirkan lagi setelah dilakukan survey lapangan. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Bab ini berisi tentang pendekatan dan metodologi yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Bab 4 Tinjauan Rencana Tata Ruang Bab ini berisi tentang Rencana Tata Ruang yang meliputi RTRWP Bali dan RTRW akBupaten Buleleng.
I - 4 Bab 5 Analisis Kinerja Jalan dan Parkir Bab ini berisi tentang analisis terhadap kinerja jalan di Kabupaten Buleleng dan karakteristik parkir. Bab 6 Analisis Kinerja Angkutan Penumpang Bab ini berisi tentang analisis terhadap kinerja angkutan umum yang meliputi angkutan kota dan angkutan perdesaan. Bab 7 Analisis Kinerja Angkutan Barang Bab ini berisi tentang Analisis kinerja dan pola sirkulasi angkutan barang. Bab 8 Penyusunan Model dan Proyeksi Transportasi Bab ini berisi tentang penyusunan model empat tahap serta proyeksi kondisi transportasi di masa mendatang. Bab 9 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Bab ini berisi tentang rencana pengembangan jaringan jalan di Kabupaten Buleleng. Bab 10 Rencana Penataan Jaringan Trayek Angkutan Umum Bab ini berisi tentang rencana penataan jaringan trayek angkutan umum di Kabupaten Buleleng. Bab 11 Kesimpulan dan Rekomendasi Bab ini menguraikan Kesimpulan dari hasil kajian dan Rekomendasi Rencana Pengembangan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Buleleng.