GAGASAN DALAM
PENYUSUNAN RENCANA
UMUM PENANAMAN MODAL
KABUPATEN KARANGASEM
Bab ini merupakan gagasan yang diusulkan oleh pihak konsultan selaku
pelaksana dalam Pekerjaan Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal
Kabupaten Karangasem.
MASTER
PLAN
PERCEPATAN
DAN
PERLUASAN
PEMBANGUNAN
Undang-
Undang
Nomor
17
Tahun
2007
tentang
Rencana
dan
SDM,
melalui
penciptaan
kegiatan
ekonomi
yang
pemasaran
untuk
penguatan
daya
saing
global
yang
B-51
Gambar 2.3
MP3EI Koridor Ekonomi Bali dan Nusa Tenggara
kunjungan
tinggal
berkunjung
dan
wisatawan
ke
Bali
lama
selama
pada
Meningkatkan
keamanan
di
pariwisata dunia;
Memberdayakan Bali Tourism Board untuk mengkoordinasikan usaha
f.
dan
tinggal
para
dan
prasarana
seperti
serta
BaliNusa
Tenggara,
faktor
lain
untuk
meningkatkan
wisatawan.
dampak
dan
pada
industri
Perubahan
pariwisata
pariwisata
pola
ekonomi
daerah.
harus
Oleh
dunia
juga
karena
itu,
secara
proaktif
B-53
Guna
meningkatkan
citra
kepariwisataan
dan
pengembangan
destinasi
dirumuskan
wisata
langkah
utama
aksi
MICE,
dalam
cruise
dan
mewujudkan
yacht,
telah
percepatan
untuk
mendukung
rencana
2. Konektivitas (infrastruktur)
Selain hal di atas, pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka
peningkatan
konektivitas
untuk
mendukung
pengembangan
bandar
sebagai
udara
matahari
di
Lombok
kembar
yang
selain
dapat
Bandara
B-54
B. Perikanan
Kegiatan ekonomi utama perikanan merupakan salah satu kegiatan
yang penting untuk dikembangkan guna menuju ketahanan pangan
nasional. Bagi Koridor Ekonomi Bali Nusa Tenggara, kegiatan ekonomi
utama perikanan saat ini menyumbang 13,2 persen PDRB dari sektor
agrikultur pangan. Menurut data dari Pusat Lingkungan Hidup Institut
Pertanian Bogor (IPB), saat ini kegiatan ekonomi utama perikanan hanya
menggunakan kurang dari 25 persen potensi kelautan di Indonesia.
Peningkatan produktivitas hasil kelautan dapat dikembangkan bukan
hanya
melalui
penangkapan,
tetapi
juga
melalui
pengembangan
kegiatan
perekonomian
tersebut
Koridor
berpotensi
Ekonomi
Bali
menjadi
mesin
Tenggara
Nusa
penggerak
melalui
menjadi
pengolahan,
tiga
dan
aspek
distribusi
utama
hasil
yaitu
penangkapan/budidaya,
pengolahan
perikanan.
Terdapat
kontrol
menyebabkan
implementasi
penggunaan
lahan
rencana
yang
tata
tidak
ruang
sesuai
yang
dengan
peruntukkannya;
2. Terbatasnya suplai perikanan laut sehingga membutuhkan efisiensi
produksi melalui pengembangan bibit unggul perikanan;
3. Sebagian besar armada dan peralatan penangkapan ikan masih
sangat sederhana;
4. Rendahnya minat
terutama
dalam
kelautan;
5. Rendahnya
nilai
investor
kegiatan
tambah
untuk
pengembangan
pengolahan
ekonomis
produk
produk
perikanan,
perikanan
olahan
dan
perikanan
kelautan;
6. Rendahnya kualitas SDM perikanan dan kelautan, baik dalam
produksi
penangkapan
dan
budidaya
perikanan
serta
dalam
pengolahannya;
B-55
produk
yang
menghubungkan
perikanan
kelautan
antara
dengan
lokasi-lokasi
lokasi
industri
pada
UKM
perikanan
untuk
potensi
untuk
pengembangan
kegiatan
usaha
garam.
kembali
kapasitas
pelabuhan
setempat
guna
wilayah
NTT
untuk
mendukung
pengembangan
kegiatan
pusat
pelatihan
nelayan
dan
pengadaan
program
sertifikasi;
b) Pengembangan bibit unggul dan teknologi penangkapan ikan;
c) Pemberian
pendampingan
pada
UKM
perikanan
untuk
meningkatkan
pengetahuan
pengolahan
yang
memiliki
nilai
B-57
untuk
pengembangan
teknologi
pengolahan
hasil
C. Peternakan
Kegiatan ekonomi peternakan memiliki kontribusi yang cukup besar
terhadap PDRB yaitu sekitar 16% dari sektor agrikultur pangan untuk
Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara. Sebagian besar populasi ternak di
koridor ini masih dikonsumsi secara lokal dan hanya dipasarkan ke
provinsi lain dalam jumlah sedikit. Khusus untuk Bali sendiri, saat ini
terdapat sentra pemurnian dan pembibitan Sapi Bali di tiap kabupaten
yang dikelola secara individual. Berikut adalah langkah aksi untuk
pembangunan ekonomi pertanian pada koridor Bali-Nusa Tenggara :
1. Regulasi dan Kebijakan
Dalam
rangka
melaksanakan
strategi
pengembangan
kegiatan
dapat
dilakukan
dengan
melakukan
diversifikasi
produk
yang
kotoran,
dan
urin
perlindungan
ternak
dengan
pengurangan
daging
secara
B-58
kebijakan
usaha
tani
sapi-tanaman
yang
(LEISA),
atau
pendekatan
zero
waste
yang
tegas
kepada
oknum-oknum
yang
2. Konektivitas (infrastruktur)
Hal lain adalah pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka
peningkatan konektivitas untuk mendukung produksi peternakan,
yang dilakukan melalui:
a) Penyediaan infrastruktur yang mendukung kegiatan peternakan
melalui PPP;
b) Penguatan jalan untuk mengangkut produk peternakan dari sentra
industri pengolahan daging dan non daging ke pelabuhan lokal
terdekat;
c) Penguatan pelabuhan lokal terdekat untuk mengangkut dan
memasarkan produk ternak sapi ke wilayah lain terutama Jakarta
dan Surabaya.;
d) Penguatan Bandar Udara Mbai atau dikenal dengan nama Bandara
Surabaya II yang akan difungsikan untuk mengangkut produk
peternakan dan perikanan;
e) Pembangunan pembangkit listrik baru yang dapat meningkatkan
ketersediaan listrik;
f) Penyediaan air bersih untuk menjamin ketersediaan pakan ternak
terutama pada musim kemarau.
3. SDM dan IPTEK
Upaya
peningkatan
produksi
dan
pengembangan
peternakan
dilakukan melalui:
a) Menjamin ketersediaan pakan sepanjang tahun dengan teknologi
pakan murah untuk pemenuhan kebutuhan daging lokal dari
produksi dalam negeri;
B-59
Bali
pengembangan
Nusa
Tenggara
akan
kawasan
agribisnis
dengan
difokuskan
industri
pada
utama
kegiatan
kepariwisataan
di
koridor
ini
infrastruktur
Tenggara.
Pengembangan
sepanjang
kegiatan
Koridor
peternakan
Ekonomi
secara
Bali
konsisten
Nusa
akan
fisik
maupun
insentif/disinsentif
dan
deregulasi
agar
dengan
lokus
kegiatan
ekonomi
utama
yaitu
di
sektor
B-511