Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
3.1 Kawasan Perencanaan Kawasan Strategis Daya Tarik Wista Tegal Besar-Goa Lawah adalah salah satu Kawasan Strategis di Kabupaten Klungkung yang terletak di pesisir selatan Kabupaten Klungkung. Kawasan ini terdiri dari 13 (tiga belas) desa dengan tiga (3) kecamatan yaitu Kecamatan Klungkung : Desa Satra, Desa Tojan, Desa Jumpai, Desa tangkas, Desa Gelgel dan Kampung Islam Gelgel. Kecamatan Dawan : Desa Kusamba, Kampung Kusamba, Desa Pesinggahan, Desa Dawan Kelod dan Desa Gunaksa. Kecamatan Banjarangkan : Desa Negari dan Takmung.
3.2 Kondisi Fisik Dasar 3.2.1 Geografi Kawasan Strategis Daya Tarik Wista Tegal Besar-Goa Lawah adalah salah satu Kawasan Strategis di Kabupaten Klungkung yang terletak di pesisir selatan Kabupaten Klungkung dengan luas kawasan 3541,24 Ha. Secara administrasi, lokasi Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah ini berbatasan : Sebelah Utara : Ds. Banjarangkan, Ds. Getakan, Ds. Tihingan, Kel. Semarapura Kelod, Kel. Semarapura Kangin, Ds.Kamasan, Ds. Sampalan Tengah, Ds. Sampalan Kelod, Ds. Sulang, Ds.Dawan Kaler, Ds. Pikat. Sebelah Timur : Kabupaten Karangasem Sebelah Barat : Kabupaten Gianyar Sebelah Selatan : Selat Badung BAB III
GAMBARAN UMUM KAWASAN PERENCANAAN
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 2
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
Kawasan Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah terbagi atas 13 desa seperti pada tabel 3.1.
Kecamatan Desa/ Kampung Luas wilayah (Ha) Proporsi Kecamatan Klungkung Desa Satra 190,76 5,39 Desa Tojan 132,46 3,74 Desa Jumpai 143,57 4,05 Desa Tangkas 278,45 7,86 Desa Gelgel 290 8,19 Kampung Islam Gelgel 7 0,20 Kecamatan Dawan Desa Kusamba 201 5,68 Kampung Kusamba 10 0,28 Desa Pesinggahan 365 10,31 Desa Dawan Kelod 430 12,14 Desa Gunaksa 683 19,29 Kecamatan Banjarangkan Desa Negari 216 6,10 Desa Takmung 594 16,77 Total 3541,24 100,00
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa desa yang terluas adalah Desa Gunaksa di Kecamatan Dawan, terluas kedua adalah Desa Takmung di Kecamatan Banjarangkan, sedangkan yang yang terkecil adalah Kampung Islam Gelgel di Kecamatan Dawan.
3.2.2 Geologi Kondisi geologi kwasan perencanaan terdiri dari 3 (tiga formasi) utama yaitu formasi Qbb (Tufa dan endapan Buyan, Beratan, Batur), formasi Qva (batuan gunung berpai Gunung agung), dan formasi Qal (endapan aluvium). Formasi Qbb meliputi wilayah mulai dari sebagian Desa Negari, Desa Takmung dan sebagian wilayah Kusamba. Formasi Qva mencakup sebagian wilayah Desa Jumpai dan seluruh wilayah Desa Tangkas, Tojan dan Satra. Sedangkan formasi Qal meliputi wilayah pesisir Kecamatan Banjarangkan. Batuan tertua yang tersingkap di daerah ini adalah batuan-batuan dari satuan batuan yang terdiri dari lava, breksi dan tufa. Singkapan batuan dari formasi ini terlihat jelas di sepanjang pantai, dijumpai singkapan perselingan Breksi Vulkanik, Tufa Pasiran dan Lava. Breksi Vulkanik memiliki fragmen yang bersudut berukuran 1 cm sampai dengan 10 cm, berwarna putih dan abu-abu. Tufa Pasiran tambak berwarna abu kecoklatan berukuran kurang dari 1 cm, batuan ini memiliki porositas yang sangat baik. Sedangkan Lava-nya tampak berwarna hitam dengan tekstur berlubang yang mencerminkan sejarah pembentukannya di permukaan. Disepanjang pantai ini juga tampak adanya bolder-bolder lava akibat terjangan gelombang laut. Satuan Batuan yang lebih muda adalah Satuan Batuan Tufa dan Endapan Lahar Buyan, Beratan dan Batur berumur kwarter. Daerah ini tersusun dari beberapa jenis batuan, lapisan teratas terdiri dari susunan Batu Lempung, Tufa, Batu pasir Tufaan dan Konglomerat dengan Fragmen Punice. Batuan gunung api yang merupakan anggota dari satuan gunung api dan endapan lahar Buyan, Beratan dan Batur. Tabel 3.1 Distribusi desa di Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar- Goa Lawah Sumber: Kecamatan Klungkung, Dawan dan Banjarangkan Dalam Angka 2013
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 3
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
Karakteristik batuan dapat diuraikan sebagai berikut : Batu lempung berwarna abu-abu tua-hijau, Klastik halus dengan porositas tinggi, namun memiliki permeabilitas sangat kecil. Material lapisan ini adalah hasil pelapukan batuan gunung api atau dari endapan lahar. Tufa berwarna abu-abu, Klastik dengan porositas dan permeabilitas baik, material penyusunnya berasal letusan gunung berapi. Batu pasir tufaan berwarna abu-abu bersifat klastik dengan porositas dan permeabilitas baik, penyusunnya merupakan material hasil letusan gunung berapi. Sedangan konglomerat merupakan batuan klastik kasar dengan pragmen-pragmen berupa punice, batuan ini terbentuk oleh endapan lahar. Batuan-batuan dari formasi/ satuan ini untuk daerah Denpasar bagian selatan terdapat kedalaman 15-30 meter dari permukaan tanah. Berdasarkan sifat batuan penyusun formasi diatas, secara umum bersifat klastik dengan porositas dan permeabilitas baik kecuali perlapisan Batulempung dan Batulanau. Pori batuan yang saling berhubungan akan merupakan ruang tersimpannya air, sehingga menurut penelitian M.M. Purboadiwidjojo tahun 1972, batuan disekitar daerah ini merupakan akifer yang baik dengan debit lebih kurang 10 liter/ detik, akifer ini merupakan akifer dangkal yang setenggah tertekan. Kualitas air pada akuifer relatif masih baik, kecuali pada daerah-daerah pesisir atau pada daerah-daerah pengambilan yang sangat intensif akan terpengaruh oleh air laut. Jenis tanah yang terdapat di kawasan perencanaan sebagian besar tergolong jenis tanah regosol. Jenis tanah regosol (Inceptisol) mempunyai tekstur berlempung kasar hingga halus dengan temperatur tergolong isohiperthermik. Reaksi tanah tergolong reaksi tidak masam sampai agak masam (pH : 5-7). Sebagian besar wilayah perencanaan tergolong pada ordo tanah Inceptisol dan hanya sebagian kecil saja yang termasuk dalam ordo Andisol (berdasarkan hasil studi LREPP/Land Resource Evaluation Planning Project oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor Tahun 1994).
3.2.3 Topografi Ketinggian/topografi merupakan salah satu faktor penting untuk menentukan daerah- daerah yang mana yang sesuai untuk pengembangan tanaman dengan hasil yang optimal disamping suhu dan curah hujan. Selain itu, ketinggian/topografi juga dapat menjadi faktor pembatas dalam mengusahakan lahan untuk tanaman budidaya. Guna pengembangan wilayah perencanaan nantinya, untuk kawasan yang memiliki kategori lereng sangat curam hingga terjal tidak dapat dimanfaatkan kecuali sebagai hutan lindung. Kelerengan kawasan perencanaan berkisar antara 0-8% dimana ketinggia 0-4% berada di Desa-desa yang berada di Kecamatan Klungkung dan Dawan, sedangkan 5-8% berada di Desa-desa yang terdapat di Kecamatan Banjarangkan (Negari dan Takmung).
3.2.4 Hidrologi Kawasan Perencanaan memiliki temperatur/suhu udara yang bervariasi antara 32-34 0 C dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 960 1500 mm per tahun. Kelembaban udara berkisar antara 84-86% dan penyinaran matahari antara 30-60%. Kecepatan angin rata-rata antara 3-8,2 km/jam dan evapotranspirasi tahunan antara 1700-1780 mm (Badan Meteorologi dan Geofisika, Denpasar). Kawasan perencanaan tergolong ke dalam zona agroklimat antara D3 dan E3 dengan masa tumbuh antara 6-8 bulan jika dilihat menurut pola curah hujan yang jatuh di kawasan perencanaan (Oldeman, et al. 1975).
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 4
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
No. Nama Sungai (Tukad/Pangkung) Lokasi 1. Tukad Melangit Desa Takmung, Kec. Banjarangkan 2. Tukad Bubuh Desa Tojan, Kec. Klungkung 3. Pangkung Lamba Desa Tojan, Kec. Klungkung 4. Tukad Unda Desa Gelgel, Kec. Klungkung 5. Tukad Banges Desa Kusamba, Kec. Dawan Sumber: Hasil Kajian RTR Kawasan Strategis Jalan Tohpati-Kusamba Tahun 2010
3.2.5 Oceanografi Kawasan perencanaan sebagian besar merupakan daerah pantai karena jalan Tohpati- Kusamba dibangun menyisir pantai Selatan Pulau Bali. Secara oceanografis kenyamanan lingkungan kawasan tersebut akan dipengaruhi oleh kondisi pasang surut laut sepanjang daerah pesisir karena merupakan daerah pesisir. Sepanjang pesisir berpotensi untuk terjadi abrasi pantai karena perubahan pasang surut yang sangat besar. Kawasan- kawasan pesisir yang rawan terhadap adanya bahaya abrasi pantai. Selain ancaman abrasi pantai, kemungkinan terjadi intrusi air laut pada daerah-daerah yang terabrasi yang menyebabkan kualitas air menurun juga harus dipertimbangkan
Tabel 3.2 Sungai-Sungai yang Melintas di Kawasan Perencanaan
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 5
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kawasan Strategis DTW Tegal Besar-Goa Lawah
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 6
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
Gambar 3.2 Peta Geologi 1 Kawasan Strategis DTW Tegal Besar-Goa Lawah
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 7
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
Gambar 3.3 Peta Geologi 2 Kawasan Strategis DTW Tegal Besar-Goa Lawah
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 8
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
Gambar 3.4 Peta Topografi Kawasan Strategis DTW Tegal Besar-Goa Lawah
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 9
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
Gambar 3.5 Peta Hidrogeologi Kawasan Strategis DTW Tegal Besar-Goa Lawah
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 10
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
3.3 Pemanfaatan Ruang 3.3.1 Penggunaan Lahan Berdasarkan intepretasi data BPS tahun 2013, penggunaan lahan dominan di Kawasan Perencanaan memiliki luas sebesar 3541,24 Ha, yang sebagian besar adalah berupa sawah irigasi dengan luas 1197,57 Ha (33,82%). Penggunaan lahan lain yang cukup besar luasannya adalah kebun dan permukiman dengan luas masing-masing 178,94 Ha dan 307,15 Ha.
Kecamatan Desa/ Kampung Luas Wilayah (Ha) Penggunaan Lahan (Ha) Sawah Tegalan perkebu nan pekarang an kubura n lainnya Kecamatan Klungkung Desa Satra 190.76 81.92 29.7 0 8.64 0.5 70 Desa Tojan 132.46 86.85 8.97 0 16.63 0 20.01 Desa Jumpai 143.57 80.95 16.82 0 17.89 1 26.91 Desa Tangkas 278.45 33.43 155.57 0 25.08 0.5 63.87 Desa Gelgel 290 9.7 0 0 24.05 1.5 19.31 Kampung Islam Gelgel 7 0 0 0 4.23 0.5 0.5 Kecamatan Dawan Desa Kusamba 201 100 38 0 50.41 1.5 11.09 Kampung Kusamba 10 0 0 5.03 4.5 0.47 0 Desa Pesinggahan 365 44 172 126.02 17.74 0.5 4.74 Desa Dawan Kelod 430 145 30 4.54 32.46 1 217 Desa Gunaksa 683 277 113 19.35 62.37 0.5 210.78 Kecamatan Banjarangkan Desa Negari 216 95.1 66 12 25.29 0.25 17.64 Desa Takmung 594 243.62 240 12 46.14 0.6 52.29 Total 3541.24 1187.87 870.06 178.94 307.15 6.82 694.33
Tabel 3.3 Penggunaan Lahan di Kawasan Perencanaan (Ganti pakek luasan di Peta) Sumber: Kecamatan Klungkung, Dawan dan Banjarangkan Dalam Angka 2013 Gambar 3.6 Diagram Penggunaan Lahan (Mengikuti luas lahan di peta)
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 11
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
BAB III - 11 Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
Gambar 3.7 Peta Penggunaan Lahan
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 12
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
3.3.2 Tata Guna Tanah Secara umum ada lima jenis tanah utama yang tersebar di wilayah Provinsi Bali menurut Peta Tanah Tinjau Bali (1970). Kelima jenis tanah tersebut adalah : 1. Aluvial, terdiri atas Aluvial Hidromorf dan Aluvial Coklat Kelabu. Luas jenis tanah ini adalah 27.456 ha (4,8%), tersebar di Kabupaten Jembrana, Klungkung (Kec. Dawan), Buleleng dan Karangasem. 2. Regosol, terdiri atas Regosol Coklat Kelabu, Regosol Kelabu, Regosol Coklat dan Regosol Berhumus. Luas jenis tanah ini adalah 224.869 ha (39,9%), tersebar di Kabupaten Badung, Denpasar, Gianyar, dan Jembrana. 3. Andosol Coklat Kelabu, luasnya 22.976 ha (4,1%) tersebar di Kabupaten Buleleng, Tabanan dan Badung. 4. Latosol, terdiri atas Latosol Coklat Kekuningan, Latosal Coklat, Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol. Jenis tanah ini mendominasi wilayah Bali dengan luas 251.185 ha (44,6%) yang terdapat di Kabupaten Buleleng, Tabanan, Badung, Denpasar, Jembrana, dan Seluruh Wilayah di Kab.Klungkung kecuali di Nusa Penida. 5. Mediteran, terdiri atas Mediteran Coklat dan Mediteran Coklat Merah. Luasnya mencapai 37.180 ha (6,6%), tersebar di Kabupaten Jembrana, Badung dan Klungkung. Berdasarkan data tersebut di atas, maka Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa Lawah memiliki jenis tanah alluvial dengan bentuk tanah datar dan tanah latosol dengan tanah berbukit. Hal ini tentu akan mempengaruhi pengembangan wilayah di Kawasan Strategis Tegal Besar Goa Lawah. Dilihat dari penggunaan lahannya, mayoritas adalah kawasan pertanian sawah dengan tanah yang cukup subur.Untuk pengembangan wilayah kawasan ini dapat dijadikan sebagai lahan cadangan untuk pengembangan permukiman dengan limitasi wilayah yaitu berupa kawasan datar hingga berbukit.
3.3.3 Fasilitas Kawasan Permukiman 1. Fasilitas Perumahan Dalam upaya penyediaan perumahan permukiman yang layak bagi seluruh masyarakat, kita dihadapkan pada berbagai masalah antara lain pertambahan penduduk yang sangat cepat, urbanisasi yang tidak terkendali, keterbatasan lahan, pendapatan penduduk yang relatif rendah dan pengendalian pembangunan masih rendah. Untuk kawasan permukiman pedesaan umumnya berada di pusat-pusat desa atau menyebarmengikuti sarana dan prasarana penunjang, misalnya penyebaran permukiman mengikuti jalan raya, pelabuhan/dermaga, dan lain-lain.
2. Fasilitas Pendidikan Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Upaya memperluas pemerataan pendidikan di tingkat sekolah dasar telah berhasil diwujudkan dengan dibangunnya sarana dan prasarana belajar dalam jumlah memadai, dan persebarannya sampai ke desa, dusun serta dekat dengan lokasi pemukiman penduduk. Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana dan prasarana akan sangat menunjang dalam meningkatkan pendidikan. Jumlah fasilitas pendidikan di Kawasan Strategis Tegal Besar Goa Lawah adalah TK 18 buah, SD 28 buah, SLTP4 buah dan SLTA 3 buah. Fasilitas pendidikan berupa TK
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 13
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
tersebar di semua desa dengan perbandingan antara jumlah guru dan siswa yaitu 1 : 9, sedangkan fasilitas pendidikan terbanyak yaitu SD dengan jumlah total siswa SD di Kawasan Tegal Besar-Goa Lawah adalah 4.010 siswa dan guru sebanyak 189 orang. Fasilitas SLTP terdapat di 4 desa pada kawasan perencanaan yaitu Desa Gelgel, Desa Dawan Kelod, Desa Gunaksa dan Desa Takmung dengan jumlah siswa 2.162 orang dan guru sebanyak 163 orang. Fasilitas SLTA terdapat di 3 desa pada kawasan perencanaan yaitu di Desa Dawan Kelod, Desa Gunaksa dan Desa Negari dengan siswa sebanyak 1.218 orang dan guru sebanyak 144 orang.
Desa/Kelurahan TK SD SLTP SLTA Jml Sekolah Jml Guru Jml Siswa Jml Sekolah Jml Guru Jml Siswa Jml Sekolah Jml Guru Jml Siswa Jml Sekolah Jml Guru Jml Siswa Desa Satra - - - - - - - - - - - - Desa Tojan 3 15 49 3 24 344 - - - - - - Desa Jumpai - - - 1 8 187 - - - - - - Desa Tangkas 1 6 29 2 16 296 - - - - - - Desa Gelgel 1 5 26 2 14 322 1 71 1040 - - - Kampung Islam Gelgel 1 7 52 1 11 223 - - - - - - Desa Kusamba 2 7 160 4 35 676 - - - - - - Kampung Kusamba 1 4 17 - - - - - - - - - Desa Pesinggahan 1 4 77 3 28 444 - - - - - - Desa Dawan Kelod 1 4 100 2 22 295 1 48 533 1 51 534 Desa Gunaksa 2 8 163 3 31 511 1 44 551 1 63 684 Desa Negari 2 - 79 3 - 246 - - - 1 - - Desa Takmung 3 - 125 4 - 466 1 - 38 - - - Total 18 60 877 28 189 4010 4 163 2162 3 144 1218
3. Fasilitas Peribadatan Bagi umat Hindu pembangunan tempat peribadatan (Pura) sangat memerlukan pertimbangan adat setempat, sedang bagi umat lainnya tergantung jumlah penduduk pendukung dan persetujuan desa adat setempat. Berdasarkan data tahun 2013 di Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa Lawah untuk fasilitas pribadatan berupa pura sebanyak 218 buah. Sedangkan sarana ibadah yang lain yaitu Masjid sebanyak 3 buah yaitu di Kampung Islam Gelgel dan Kampung Kusamba.
Tabel 3.4 Fasilitas Pendidikan di Kawasan Perencanaan Tahun 2012 Sumber: Kecamatan Klungkung, Dawan dan Banjarangkan Dalam Angka 2013
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 14
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
Desa/Kelurahan Mesjid Langgar Mushola Gereja Pura Klenteng Vihara Desa Satra - - 3 - Desa Tojan - - 4 - Desa Jumpai - - 8 - Desa Tangkas - - 5 - Desa Gelgel - - 6 - Kampung Islam Gelgel 1 - - - Desa Kusamba - - 53 - Kampung Kusamba 2 -
- Desa Pesinggahan - - 33 - Desa Dawan Kelod - - 45 - Desa Gunaksa - - 41 - Desa Negari - - 6 - Desa Takmung - - 14 - Tahun 2012 3 - 218 -
4. Fasilitas Kesehatan Kesehatan merupakan salah satu faktor yang menunjang kualitas SDM. Kesehatan masyarakat terus ditingkatkan melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa Lawah diantaranya puskesmas pembantu, pos KB, tenaga medis berupa dokter, bidan, perawat, adanya dukun dan sarana kesehatan laiannya seperti dokter praktek. Secara umum fasilitas kesehatan yang tersedia ini melayani dari kebutuhan pelayanan di tingkat desa/kelurahan hingga ke tingkat pelayanan regional (rumah sakit). Untuk puskesmas pembantu yang ada yaitu sebanyak 14 buah yang hamper tersebar di semua kawasan perencanaan terkecuali Desa Tojan, Kampung Islam Gelgel dan Kampung Kusamba Sedangkan untuk Pos KB tersebar di semua kawasan perencanaan terkecuali Desa Tojan, Kampung Islam Gelgel, Desa Negari dan Desa Takmung. Belum adanya pelayanan puskesmas pembantu pada 3 desa menunjukkan bahwa belum meratanya sarana kesehatan di tingkat desa serta belum adanya pelayanan yang memadai bagi penduduk yang bermukim di desa tersebut. Hanya terdapat tenaga medis berupa dokter, bidan dan perawat dengan jumlah 92 buah serta masih adanya kepercayaan pada sarana kesehatan seperti dukun dengan jumlah 20 buah yang hamper tersebar di semua kawasan perencanaan.
Tabel 3.5 Jumlah Sarana Peribadatan di Kawasan Perencanaan Tahun 2012 Sumber: Kecamatan Klungkung, Dawan dan Banjarangkan Dalam Angka 2013
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 15
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
Desa/Kelurahan Puskesmas Pembantu Pos KB Tenaga Medis Dukun Lainnya Dokter Bidan Perawat Desa Satra 1 1 - 1 1 - - Desa Tojan - - 2 1 4 3 - Desa Jumpai 1 1 - 1 1 - - Desa Tangkas 1 1 - 1 1 - - Desa Gelgel 1 1 5 6 16 2 - Kampung Islam Gelgel - - 1 - 4 - - Desa Kusamba 2 2 1 5 3 4 2 Kampung Kusamba - 1 1 1 - 3 - Desa Pesinggahan 1 1 - 2 4 6 2 Desa Dawan Kelod 1 1 1 3 2 1 - Desa Gunaksa 2 1 1 2 7 - - Desa Negari 1 - - 1 3 1 - Desa Takmung 3 - 4 3 3 - 1 Total 14 10 16 27 49 20 5
5. Fasilitas Perdagangan dan Jasa Pusat kegiatan perdagangan dan jasa adalah pasar, dimana Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa Lawah memiliki 6 pasar umum di 6 desa pada kawasan perencanaan. Sedangkan untuk jenis pertokoan berupa kios, los, pedagang, rumah makan/restaurant, warung dan artshop. Jumlah sarana perdagangan dan jasa terbanyak yaitu warung berjumlah 832 buah dan toko pedagang berjumlah 361 buah. Terdapatnya Kios berjumlah 22 buah, los berjumlah 9 buah, rumah makan berjumlah 33 buah dan artshop hanya terdapat di Desa Pesinggahan yang berjumlah 3 buah.
Tabel 3.6 Jumlah Sarana Kesehatan di Kawasan Perencanaan Tahun 2012 Sumber: Kecamatan Klungkung, Dawan dan Banjarangkan Dalam Angka 2013
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 16
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
Desa/Kelurahan Pasar Umum Jenis Pertokoan Kios Los Pedagang Rumah Makan/Restoran Warung Artshop Desa Satra 1 - - - - 13 - Desa Tojan - - - - 1 36 - Desa Jumpai - - - - - 33 - Desa Tangkas - - - - - 25 - Desa Gelgel - 4 1 74 - 35 - Kampung Islam Gelgel - - - - 1 41 - Desa Kusamba 1 13 5 166 2 176 - Kampung Kusamba - - - - - 41 - Desa Pesinggahan - - - - 8 136 3 Desa Dawan Kelod 1 2 1 14 - 31 - Desa Gunaksa 1 2 2 74 4 105 - Desa Negari - - - - 5 50 - Desa Takmung 2 5 1 33 12 110 - Total 6 22 9 361 33 832 3
6. Fasilitas Perkantoran Fasilitas perkantoran yang ada di Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa Lawah diantaranya adalah kantor pemerintahan desa dan kantor pos. Kantor pemerintahan desa berada di setiap pusat desa.
7. Fasilitas Perbankan Fasilitas perkantoran yang ada di Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa Lawah diantaranya adalah kantor bank, lembaga perkreditan desa (LPD) dan KUD serta koprasi yang tersebar di kawasan perencanaan. Terdapatnya fasilitas bank berjumlah 6 buah terdapat di Desa Gelgel, Desa Kusamba, Kampung Kusamba, Desa Pesinggahan dan Desa Takmung. Fasilitas LPD hamper tersebar pada desa di kawasan perencanaan yaitu berjumlah 21 buah dan KUD berjumlah 3 buah.
Tabel 3.7 Jumlah Sarana Perdagangan dan Jasa di Kawasan Perencanaan Tahun 2012 Sumber: Kecamatan Klungkung, Dawan dan Banjarangkan Dalam Angka 2013
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 17
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
Desa/Kelurahan Bank Lembaga Perkreditan Desa (LPD) KUD Desa Satra - 1 - Desa Tojan - - 1 Desa Jumpai - 1 - Desa Tangkas - 1 - Desa Gelgel 1 1 - Kampung Islam Gelgel - - - Desa Kusamba 1 7 - Kampung Kusamba 1 - - Desa Pesinggahan 1 2 - Desa Dawan Kelod - 1 1 Desa Gunaksa - 1 - Desa Negari - 2 - Desa Takmung 2 4 1 Total 6 21 3
8. Fasilitas Pariwisata Seiring dengan terus meningkatnya sektor pariwisata, Kawasan strategis Tegal Besar-Goa Lawah mengalami perkembangan pembangunan fasilitas penunjang pariwisata yang cukup pesat. Alih fungsi lahan merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan terutama lahan-lahan di kawasan pesisir pantai yang memiliki daya tarik khusus. Perkembangan fasilitas penunjang pariwisata yang berupa akomodasi pariwisata diantaranya terdiri dari hotel, villa, caf hingga pondok wisata.
3.4 Kependudukan 3.4.1 Jumlah, Sebaran dan Kepadatan Penduduk Kependudukan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan pembangunan dan menjadi parameter kesejahteraan d daam suatu wilayah. Pertumbuhan jumlah penduduk menjadi acuan perkembangan suatu wilayah dan merupakan komponen inti dalam upaya perencanaan pembangunan di suatu wilayah perencanaan. Berdasarkan data BPS tahun 2013, jumlah penduduk di Kawasan Tegal Besar-Goa Lawah berjumlah 44.368 jiwa dengan kepadatan penduduk adalah 13 jiwa/hektar. Berikut data kependudukan di Kawasan Tegal Besar-Goa Lawah.
Tabel 3.8 Jumlah Fasilitas Perbankan di Kawasan Perencanaan Tahun 2012 Sumber: Kecamatan Klungkung, Dawan dan Banjarangkan Dalam Angka 2013
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 18
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
Kecamatan Desa/Kelurahan Luas (Ha) Luas Lahan Pekarangan (Ha) Penduduk Th. 2012 (Jiwa) Kepadatan Bruto (Jiwa/Ha) Kepadatan Netto (Jiwa/Ha) Kecamatan Klungkung Desa Satra 190.76 8.6 1254 7 146 Desa Tojan 132.46 16.6 2427 18 146 Desa Jumpai 143.57 17.9 1972 14 110 Desa Tangkas 278.45 25.1 3219 12 128 Desa Gelgel 290 24.05 7893 27 328 Kampung Islam Gelgel 7 4.23 1046 149 247 Kecamatan Dawan Desa Kusamba 201 50.4 6449 32 128 Kampung Kusamba 10 4.5 658 66 146 Desa Pesinggahan 365 17.7 4405 12 249 Desa Dawan Kelod 430 32.5 2425 6 75 Desa Gunaksa 683 62.4 5680 8 91 Kecamatan Banjarangkan Desa Negari 216 25.3 2622 12 104 Desa Takmung 594 46.1 4318 7 94 Total 3541.24 335.38 44368 13 132
3.4.2 Struktur Penduduk Berdasarkan data penduduk menurut jenis kelamin Tahun 2013 di Kawasan Tegal Besar-Goa Lawah yang dikeluarkan oleh BPS, jumlah penduduk perempuan lebih besar daripada jumlah penduduk laki-laki. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 23.133 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 21.235 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 1,09 %. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur penduduk di Kawasan Tegal Besar-Goa Lawah berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.9 Jumlah , Sebaran dan Kepadatan Penduduk Kawasan Perencanaan Tahun 2012 Sumber : Hasil Wawancara Kepala Desa dan hasil analisis tim, 2014
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 19
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
Kecamatan Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk Tahun 2012 Sex Ratio (%) Laki-Laki Perempuan Jumlah Kecamatan Klungkung Desa Satra 653 601 1254 1.09 Desa Tojan 1157 1270 2427 0.91 Desa Jumpai 961 1011 1972 0.95 Desa Tangkas 1621 1598 3219 1.01 Desa Gelgel 5234 2659 7893 1.97 Kampung Islam Gelgel 517 529 1046 0.98 Kecamatan Dawan Desa Kusamba 3157 3292 6449 0.96 Kampung Kusamba 318 340 658 0.94 Desa Pesinggahan 2156 2249 4405 0.96 Desa Dawan Kelod 1168 1257 2425 0.93 Desa Gunaksa 2784 2896 5680 0.96 Kecamatan Banjarangkan Desa Negari 1281 1341 2622 0.96 Desa Takmung 2126 2192 4318 0.97 Total 23133 21235 44368 1.09
3.5 Kondisi Sosial Budaya 3.5.1 Sistem Tata Nilai dan Budaya Kawasan Setiap pembangunan sebuah kawasan yang berada di lingkungan daerah Bali sudah semestinya memperhatikan tatanan nilai budaya Bali yang sudah menjadi tradisi masyarakat sekitarnya. Apabila pembangunan dilakukan tanpa memperhatikan norma budaya yang telah ada maka nantinya akan berakibat dapat merugikan masyarakat itu sendiri baik secara materiil maupun spriritual. Demikian halnya dengan pembangunan jalan arteri Tohpati-Kusamba, aspek sosial budaya merupakan hal yang sangat penting diperhatikan agar pemanfaatan jalan tersebut berguna sesuai dengan tujuan semula. Kebudayaan Bali yang berlandaskan atau dijiwai oleh ajaran agama Hindu telah mengakar dalam setiap aktivitas masyarakat Bali baik secara individu maupun kelompok/organisasi. Landasan budaya Bali pada dasarnya bersumberkan dari kitab suci Weda dan sebagai kerangka dasar ajaran Weda digariskan dalam Tri Kerangka Agama Hindu yaitu Sradha, Susila dan Acara. Sradha memberikan petunjuk keyakinan tentang Tuhan berdasarkan konsepsi filosofi ke-Tuhanan. Susila memuat pedoman yang baik untuk berpikir, berkata, dan berbuta sesuai dengan tuntunan Dharma. Sedangkan acara menuntun umat untuk melakukan tradisi keagamaan dengan tulus munurut Swadharmanya/kewajibannya sehingga mampu secara harmonis berhubungan dengan Tuhan, manusia, alam dan lingkungannya. Penduduk yang bermukim di kawasan sepanjang jalan arteri Tohpati-Kusamba sebagian besar masyarakat Bali yang beragama Hindu dengan keragaman budaya dan sistem kemasyarakatan yang terbentuk menurut adat yang berlaku seperti pekurenan (keluarga), kelompok dadia (keturunan) sebagai akibat adanya perkawinan. Hal ini dicirikan dengan sebaran elemen bangunan atau penempatan bentuk bangunan budaya Tabel 3.10 Struktur Penduduk Kawasan Perencanaan Tahun 2012 Sumber : Hasil Wawancara Kepala Desa dan hasil analisis tim, 2014
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 20
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
Bali, seperti bangunan Pura atau tempat suci, balai banjar dan kawasan suci seperti Perempatan Agung. Masyarakat kawasan jalur jalan arteri Tohpati-Kusamba dalam menginterpretasikan konsep-konsep ruang tidak jauh berbeda dengan masyarakat di daerah lainnya di Bali. Falsafah Tri Hita Karana yang tertuang pada setiap aturan-aturan hukum atau Awig-Awig Desa Adat dimanifestasikan di dalam konsep tata ruang di wilayah perencanaan baik secara makro maupun mikro. Kelembagaan yang hidup pada masyarakat Bali pada umumnya serta masyarakat pada kawasan perencanaan pada khususnya secara garis besar ada beberapa lembaga yaitu Banjar, Subak, Subak Abian, dan Sekehe yang berfungsi sebagai motivator dan katalisator pembangunan. Keberadaan lembaga-lembaga adat di kawasan perencanaan pada saat ini masih tetap eksis yang diatur dengan awig-awig adat untuk mengatur wilayah dan anggota (krama) sehingga tidak bertentangan dengan aturan hukum.
3.5.2 Landasan Struktural Kebudayaan Bali bermula, tumbuh dan bekembang dijiwai oleh ajaran agama Hindu. Filosofi ajaran agama Hindu tercermin dari kehidupan bermasyarakat di Bali. Perilaku budaya masyarakat sehari-hari secara dominan berpedoman pada etika religius yaitu karma. Berpedoman dari karma inilah maka masyarakat Bali dalam prilakunya percaya kepada Tuhan, Atma/Roh Leluhur, Samsara dan Moksa. Kepercayaan masyarakat diwujudkan melalui kegiatan ritual keagamaan seperti pembangunan tempat suci mulai dari tingkat keluarga sampai Kahyangan Jagat. Dalam konsep keagamaan ini menyatu antara konsep agama dengan adat-istiadat sebagai unsur kebuadayaan masyarakat Bali. Masyarakat Bali menanamkan pengertian mengenai ajaran mengharmoniskan hubungan antara manusia dengan Tuhan (Pahrayangan), antara sesama manusia (Pawongan), dan antara manusia dengan lingkungannya (Pelemahan). Ajaran yang dikenal dengan nama Tri Hita Karana tidak hanya terbatas pada pemahaman konsep semata, melainkan diwujudkan dengan aktivitas/pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari. Pembangunan jalan arteri Tohpati Kusamba termasuk di dalam salah satu pembangunan Palemahan yang nantinya tidak bisa dipisahkan dengan pembangunan Pahrayangan serta Pawongan di wilayah tersebut. Sehingga landasan struktural kebudayaan Bali di sekitar kawasan perencanaan bersumber dari Kitab Suci Weda yaitu Sradha dan Bakti dan berpusat dari Karma, serta dilandasi oleh filosofi Tri Hita Karana yang tertata di dalam wadah desa adat secara berkesinambungan. Kondisi eksisiting di lapangan, pembangunan jalan arteri Tohpati-Kusamba akan melintasi kawasan Tri Hita Karana seperti : 1. Pahrayangan : di bagian utara dan selatan jalan banyak terdapat tempat-tempat suci /pura baik yang berstatus pura keluarga, Kahyangan Tiga dan Dang Kahyangan. 2. Pawongan : di sepanjang wilayah perencanaan khususnya jalur jalan arteri - Tohpati Kusamba banyak melalui permukiman penduduk dan setra. 3. Palemahan : di sepanjang wilayah perencanaan yang dilalui oleh jalan arteri Tohpati-Kusamba terdapat banyak kebun, sawah, jurang, sungai dan sebagainya yang merupakan bagian wikayah desa sebagai tempat mengusahakan kehidupannya.
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 21
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
3.5.3 Konsep dan Pola Permukiman Konsep budaya setempat yang terkait dengan tata ruang wilayah kabupaten yaitu konsep keseimbangan alam, rwa bhineda, harmonisasi dengan lingkungan dan orientasi. 1. Keseimbangan Alam a. Keseimbangan 9 (sembilan) arah mata angin merupakan pengejewantahan konsepsi Dewata Nawa Sanga dalam tata ruang diekspresikan dengan pola Sanga Mandala. b. Keseimbangan empat arah merupakan pengejewantahan konsepsi Catur Loka Pala dalam tata ruang diekspresikan dengan pola catuspatha. c. Keseimbangan tiga alam yaitu alam bhuta, alam manusia, dan alam dewa merupakan pengejewantahan konsepsi Tri Loka dalam tata ruang diekspresikan dengan pola Tri Mandala. 2. Rwa Bhineda Wujud wujud pasangan linier dalam tata ruang adalah hulu-teben, luhur-sor, akasa- pretiwi, sakral-profan. Kawasan-kawasan hulu dialokasikan untuk fungsi-fungsi dan wujud-wujud yang utama atau yang disakralkan sedangkan kawasan teben untuk fungsi-fungsi dan wujud yang sebaliknya. Luhur-sor merupakan wujud penataan vertikal yang mengambil paralelisme hulu-teben yang horisontal. Konsep perpaduan akasa-pratiwi (langit-bumi) diejawantahkan dalam bentuk halaman tengah atau natah. 3. Harmonisasi dengan lingkungan Konsep harmonisasi dengan lingkungan dilandasi oleh falsafah Tri Hita Karana. Wilayah Kabupaten merupakan miniatur makrokosmos (alam raya). Tata ruang wilayah Kabupaten harmonis dengan tatanan alam (kosmos). Penataan secara horizontal harus harmonis dengan struktur horizontal alam. Demikian pula susunan vertikal secara prinsip harus harmonis dengan susunan vertikal alam. 4. Orientasi Konsep orientasi arah utama (hulu) wilayah Kabupaten pada dasarnya ditentukan oleh posisi gunung atau pegunungan, sedangkan arah nista (teben) adalah arah yang berlawanan umumnya laut. Orientasi gunung laut membentuk pola-pola yang linier seperti pola Tri Mandala dengan utama mandala di arah ke gunung, madya mandala di tengah, dan nista mandala ke arah laut. Tempat terbitnya matahari (timur) merupakan faktor penentu yang kedua untuk menentukan arah utama. Orientasi terbit- tenggelamnya matahari membentuk sumbu linier timur barat. Arah ke gunung adalah arah ke-adia disebut kaja, dan arah sebaliknya atau ke laut disebut kelod. Pola permukiman perdesaan pada dasarnya berpola linier yang dikombinasi dengan catuspatha sebagai puser-puser desa. Dalam satuan desa adat/pekraman terdapat fasilitas-fasilitas peribadatan Tri Kahyangan dan pasar desa. Di beberapa desa pada puser-nya terdapat puri dan/atau pasar. Permukiman yang pada dasarnya linier tetapi dikombinasi dengan catuspatha dapat diketemukan antara lain di Desa Nyalian, Tihingan, Kamasan, dan Kusamba.
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 22
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
3.5.4 Kegiatan Budaya dan Sebaran Tempat Suci Dalam Kawasan Perencanaan Di sepanjang jalan arteri Tohpati-Kusamba dipergunakan sebagai obyek wisata kegiatan untuk menunjang kegiatan sehari-hari seperti di bidang ekonomi, pertanian, nelayan dan pariwisata serta kegiatan upacara keagamaan yang dilaksanakan oleh masyarakat sekitar. Lokasi yang digunakan oleh umat Hindu dalam melaksanakan kegiatan upacara keagamaan yaitu Pantai Kesiut, Pantai Negari, Pantai Lepang, dan Pantai Klotok. Khusus untuk Pantai Klotok selain dipakai untuk kegiatan upacara keagamaan bagi masyarakat adat sekitarnya juga merupakan tempat prosesi upacara Dewa Yadnya bagi seluruh umat Hindu Bali dan Indonesia, yang berkaitan dengan rangkaian upacara yang diselenggarakan di Pura Besakih. Pura-pura yang terdapat di sepanjang pesisir pantai di kawasan perencanaan yaitu Pura Er Jeruk di Pantai Purnama, Pura Sukaluwih di Pantai Saba, Pura Masceti di Pantai Masceti, Pura Candi di Pantai Lebih, Pura Segara dan Pura Desa di Pantai Negari/Tegal Besar, serta Pura Watu Klotok di Pantai Klotok. Kegiatan upacara yang dilakukan di lokasi-lokasi pura tersebut dilakukan secara berkala sesuai dengan tingkatan dan jenis Yadnya yang dilaksanakan seperti: 1. Di Pantai Kesiut dilakukan kegiatan melasti dalam rangkaian dengan upacara Nyepi yang pelaksanaannya 3 (tiga) hari sebelum Nyepi dan dipergunakan sebagai tempat Nganyut dalam upacara Pitra Yadnya oleh masyarakat Desa Tulikup. 2. Di Pantai Lepang dipergunakan sebagai tempat melasti pada setiap upacara di Pura Kahyangan Tiga Desa Adat Losan. 3. Di Pantai Klotok digunakan sebagai tempat melasti ketika upacara Panca Wali Krama karena Pura Klotok berkaitan dengan Pura Penataran Agung Besakih, Upacara di Pura Dasar Gelgel setiap Purnama Kapat, Upacara di Pura Dalem Tapmwagan Bangli setahun sekali, upacara Nyepi yang dilaksanakan setiap setahun sekali mulai dari 5 (lima) hari sebelum Nyepi oleh masyarakat Kabupaten Klungkung, upacara nganyut dalam rangka upacara Pitra Yadnya oleh masyarakat Klungkung.
3.5.5 Sistem Kelembagaan Lembaga yang hidup di masyarakat pada Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa Lawah yaitu : Banjar, Subak, Subak Abian dan Sekaa yang berfungsi sebagai motivator dan katalisator pembangunan.
Gambar 3.8 Arah Orientasi Ruang Budaya Bali Gambar 3.9 Pola Desa Kusamba
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 23
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
1. Banjar Banjar merupakan komunitas di bawah Desa Pakraman yang memiliki unsur unsur warga (krama), teretorial, bale dan pura, awig (peraturan), dan pengurus. Di dalam banjar ini terpadu peranan seseorang anggota banjar sebagai anggota sebuah desa adat dan desa dinas. 2. Subak Subak adalah organisasi pengairan bersumber dari 1 sumber air untuk mengairi satu kesatuan areal persawahan yang bersifat sosio-agraris-religius, yang terdiri atas para petani penggarap pada arela subak tersebut. Subak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Subak merupakan organisasi petani yang megelola irigasi untuk anggota- anggotanya. Sebagai suatu organisasi subak mempunyai aturan-aturan keorganisasian (awig-awig), baik secara tertulis maupun tidak tertulis; Subak mempunyai sumber air bersama, sumber air ini dapat berupa bendung (empelan) di sungai, mata air, air tanah ataupun saluran utama sistem irigasi; Subak mempunyai areal persawahan; Subak mempunyai otonomi baik internal maupun eksternal; dan Subak mempunyai satu atau lebih Pura Bedugul (atau Pura yang berhubungan dengan persubakan). 3. Subak Abian Bercocok tanam di ladang (lahan kering) lebih dahulu dikenal dibandingkan dengan pertanian lahan basah. Munculnya kedua sistem itu adalah secara alami sebab suatu sistem pertanian itu diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi lahan pertanian itu sendiri. Pertanian pada lahan kering di Bali disebut Abian (kebun). Ada dua macam sistem pada kebun yaitu : Kebun dengan sistem tanaman keras (tahunan) seperti kopi, jeruk cengkeh, rambutan, mangga, kelapa dan lain sebagainya; dan Kebun dengan tanaman semusim yang berumur pendek seperti sayur-sayuran, bunga-bungaan, kacang-kacangan, kentang, bawang, jagung dan sebagainya. Subak abian itu secara khusus mengkoordinir pertanian lahan kering (perkebunan). Lembaga subak ini bersifat permanen dengan keorganisasian mantap dan mempunyai nama sendiri-sendiri, serta mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang disebut awig-awig subak. 4. Sekaa Sekaa dibentuk berdasarkan asas sukarela berdasarkan atas tujuan-tujuan tertentu yang sangat khusus sesuai dengan bidang-bidang yang ada dalam kehidupan masyarakat. Keberadaan sekaa dapat dibagi dua yaitu : Ada sekaa yang berbentuk permanen yang berlangsung terus menerus (dari generasi ke generasi); dan Ada sekaa yang dibentuk secara temporal. Sekaa yang berbentuk permanen misalnya : Sekaa teruna-teruni, sekaa pemangku, sekaa patus, sekaa dadia, sekaa gong dan lain-lain. Sedangkan sekaa yang bersifat sementara seperti : sekaa manyi, sekaa semal, sekaa mamuia, sekaa kopi dan lain- lain.
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 24
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
A. Upacara Agama dan Upacara Adat Landasan upacara agama dan upacara adat di kawasan perencanaan selain berlandaskan ajaran Agama Hindu juga dilandaskan oleh dresta (tradisi) yang telah ada dan dianggap benar, upacara agama dan upacara adat yang membutuhkan ruang sesuai dengan pelaksanaan Panca Maha Yadnya yaitu : Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusia Yadnya dan Bhuta Yadnya. 1. Kebutuhan ruang dalam pelaksanaan Dewa Yadnya antara lain tempat suci (pura), kawasan suci, dan lintasan suci seperti jalan-jalan, yang dipakai prosesi ritual. 2. Kebutuhan ruang dalam pelaksanaan Rsi Yadnya biasanya kebutuhan ruangnya sama dengan upacara Manusia Yadnya yaitu terbatas pada ruang permukiman. Namun juga ada dipergunakannya ruas-ruas jalan untuk prosesi tersebut. 3. Kebutuhan ruang untuk kebutuhan Upacara Pitra Yadnya selain permukiman (rumah duka) juga dipakainya ruas jalan pempatan agung dan setra (kuburan) dalam prosesi upacaranya. 4. Upacara bhuta yadnya yang dilaksanakan di wilayah perencanaan, yang paling utama membutuhkan ruang adalah Bhuta Yadnya yang dilakukan secara berkala seperti : Tawur Kesanga (akhir tahun/saka) yang umumnya dilakukan di Catuspatha Kabupaten/Kecamatan /Desa, dan di Bale Banjar. Dengan kegiatan-kegiatan upacara diatas sudah pasti akan menemukan permasalahan dari pemanfaatan ruangnya sehingga perlu mendapatkan perhatian untuk membangun, memperbaiki dan menata sarana dan prasarana upacara tersebut dengan tetap mempertahankan daerah-daerah peruntukan kegiatan upacara dimaksud, baik dari nilai estetika maupun radius kesuciannya.
B. Tempat Suci dan Kawasan Suci Tempat suci adalah tempat yang disakralkan untuk pemujaan Hyang Widhi atau manifestasinya. Sedangkan kawasan suci adalah suatu wilayah yang disakralkan oleh umat hindu di kawasan perencanaan seperti : gunung, mata air, sungai, campuhan (pertemuan sungai) danau, pantai dan laut, setra, subak, dan catuspatha. Tempat suci atau sering disebut pura atau kahyangan, berisi bangunan-bangunan suci/pelinggih. Tempat tempat suci atau pura di kawasan perencanaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Pura Keluarga : sanggah/pemerajan, panti, paibon, dadia, batur, pedarman 2. Pura Swagina : Bedugul, Ulunsari, Segara. Melanting, dan pura/merajan di instansi- instansi 3. Kahyangan Jagat : Sad Kahyangan dan Dang Kahyangan 4. Tri Kahyangan Desa : Puseh, Desa, Dalem Kawasan - kawasan suci dan radius kesucian pura memiliki makna-makna ekologis, konservatif, religius, dan ekonomi, untuk kawasan suci dan radius kesucian perlu pengaturan sempadan, perlakuan, dan pengelolaan untuk mempertahankan kesucian, keberlanjutan sumber daya alam, sumber daya budaya, dan sumber perekonomian. Tempat suci umumnya berada pada kawasan suci dan diamankan dengan radius kesucian pura sesuai dengan jiwa yang termuat dalam Bhisama Parisada Hindu Dharma Indonesia mengenai radius kesucian pura melalui surat keputusan PHDI Pusat No. 11/Kep./I/PHDIP/1994 tertanggal 25 januari 1994.
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 25
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
Menurut Bhisama tersebut radius kesucian pura Sad Kahyangan adalah apeneleng agung yang setara dengan minimal 5000 m dan Dang kahyangan adalah apeneleng alit yang setara dengan 2000 m. Sedangkan untuk Tri Kahyangan adalah apenimpug yang setara dengan 50 m atau apenyengker setara dengan telajakan pura atau pelaba yang ada disekitar pura. Dalam radius kesucian pura ini perlu diatur kegiatan/bangunan yang diperbolehkan berkaitan dengan penyelenggaraan wali, perawatan/pengawasan, perumahan mangku, desa pengemong, dan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam kegiatan wali maupun perbaikan pura seperti parkir, warung makan/minum, budi daya pertanian dan kawasan berfungsi lindung. Tempat suci dan kawasan suci salah satu fungsinya sebagai tempat dilaksanakannya upacara agama. Maka di kawasan perencanaan upacara agama sesuai dengan prosesinya yang paling banyak memanfaatkan ruang antara lain : a. Upacara Tawur Agung pada akhir sasih kesanga yang dilaksanakan di Catus Pata Desa Adat dan di tiap Kecamatan pada kawasan perencanaan b. Khusus Tawur Agung di Ibukota Kabupaten Klungkung mempunyai ketentuan Pada saat kesepuluh kali kembali mekar/Padma mekar dibarengi dengan Panca Bali Krama di Besakih dan Batu Klotok yang berada pada kawasan perencanaan. Adapun sebaran tempat suci dan kawasan suci dalam kawasan perencanaan yaitu
No. Nama Pura Tingkatan Lokasi Desa Kecamatan 1. Goa Lawah Kahyangan Jagat Pesinggahan Dawan 2. Batu Klotok Kahyangan Jagat Gelgel Klungkung 3. Dasar Gelgel Kahyangan Jagat Gelgel Klungkung 4. Kentel Gumi Kahyangan Jagat Banjarangkan Banjarangkan Sumber : PHDI Kabupaten Klungkung Dalam MATEK RTRW Kabupaten Klungkung Tahun 2013-2033
No. Nama Pura Fungsi Lokasi Desa Kecamatan 4. Pantai Nagari Melasti dan Penganyutan Desa Negari Banjarangkan 5. Pantai Lipang Melasti dan Penganyutan Desa Takmung Banjarangkan 6. Batu Klotok Melasti dan Penganyutan Desa Takmung Klungkung 7. Pantai Kusamba Melasti dan Penganyutan Desa Tojan Dawan 8. Pantai Goa Lawah Meajar-ajar Desa Kusamba Dawan Sumber : PHDI Kabupaten Klungkung Dalam MATEK RTRW Kabupaten Klungkung Tahun 2013-2033
3.6 Kondisi Perekonomian 3.6.1 Produk/Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja ekonomi di suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto. PDRB dibedakan menjadi dua yaitu PDRB sektoral yang merupakan nilai tambah yang tercipta dalam setiap sektor usaha di suatu wilayah pada periode waktu tertentu dan PDRB penggunaan atau konsumsi yang merupakan pengeluaran akhir berbagai produk barang dan jasa untuk mengkonsumsi akhir, investasi fisik dan ekspor neto di suatu wilayah pada periode waktu tertentu. Tabel 3.11 Sebaran Tempat Suci (Pura) di Kawasan Perencanaan Tabel 3.12 Sebaran Kawasan Suci di Kawasan Perencanaan
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 26
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
PDRB Kabupaten Buleleng atas dasar harga berlaku tahun 2011 besarnrya 8.288.239,22 juta rupiah dan 3.668.884,04 juta rupiah atas dasar harga konstan. Secara nominal nilai PDRG tahun 2011 baik atas dasar harga konstan maupun atas dasar harga berlaku menunjukkan peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Dari tahun ke tahun sektor pertanian masih merupakan sektor yang paling dominan dalam kontribusinya terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten Buleleng. Kontribusi sektor ini mencapai 29,52 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi sektor penting setelah pertanian yang kontribusinya mencapai 25,97 persen. Kegiatan pariwisata mempunyai mempunyai peranan penting dalam perkembangan sektor ini. Dan tercatat laju pertumbuhan PDRB tahun 2011 di Kabupaten Buleleng adalah sebesar 6,11 persen. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB tahun sebelumnya yang mencapai 5,85 persen. Secara umum naiknya laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Buleleng sangat dipengaruhi oleh peningkatan kinerja sektor pertanian, terlebih sektor ini mempunyai kontribusi paling besar dalam pembentukan PDRB di Kabupaten Buleleng. Turut pula memberi andil pada peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yaitu tumbuhnya nilai tambah sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor jasa-jasa.
3.6.2 Mata Pencaharian Penduduk
3.6.3 Potensi Perekonomian Kawasan Perencanaan
3.7 Kondisi Kepariwisataan 3.7.1 Destinasi Wisata Kawasan Perencanaan Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang dimaksud dengan Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Berdasarkan pengertian di atas, unsur-unsur pembentuk destinasi pariwisata meliputi : daya tarik wisata, aksesibilitas, prasarana dan fasilitas umum, fasilitas pariwisata. Daya Tarik Wisata (DTW) merupakan pusat-pusat kegiatan baik berupa titik lokasi, sekitar bangunan tertentu, kawasan, hamparan maupun wilayah desa yang memiliki potensi sebagai daya tarik wisata. Daya tarik wisata di kawasan perencanaan terdiri dari: a. Wisata Pantai meliputi: 1. Pantai Tegal Besar dan Pantai Negari, di Kecamatan Banjarangkan; 2. Pantai Goa Lawah di Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan; dan b. Wisata Spiritual meliputi: 1. Kawasan Pura Goa Lawah; 2. Kawasan Pura Kentel Gumi; 3. Kawasan Pura Penataran Ped; 4. Kawasan Pura Puncak Bukit Mundi; dan
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 27
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
5. Kawasan Pura Goa Giri Putri. c. Desa Wisata meliputi: Desa Gelgel; d Wisata Petualangan meliputi: Tukad Unda (arung jeram). e. Wisata Remaja meliputi: Wisata Tirta (kolam renang) di Desa Gelgel. f. Pengembangan Daya Tarik Wisata Terpadu di Rencana Pengembangan Kawasan Exs Pertambangan Bahan Galian Golongan C.
3.8 Sistem Jaringan Transportasi Transportasi jalan merupakan moda transportasi utama yang berperan penting dalam mendukung pembangunan serta mempunyai kontribusi terbesar dalam melayani mobilitas manusia maupun distribusi komoditi perdagangan dan industri. Transportasi jalan semakin diperlukan untuk menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan pembangunan antar wilayah, antar perkotaan dan antar pedesaan serta untuk mempercepat pengembangan wilayah. Tujuan pembangunan transportasi jalan adalah meningkatkan pelayanan jasa transportasi secara efisien, handal, berkualitas, aman, harga terjangkau dan mewujudkan sistem transportasi secara intermoda dan terpadu dengan pembangunan wilayah dan menjadi bagian dari suatu sistem distribusi yang mampu memberikan pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas, termasuk meningkatkan jaringan desa-kota yang memadai. Dalam upaya pembangunan transportasi jalan, diperlukan untuk mengkaji kinerja jalan dengan mengevaluasi kondisi lalu lintas pada jaringan jalan. 1. Hirarki dan Fungsi Jaringan Jalan Jaringan jalan eksisting di wilayah perencanaan merupakan satu kesatuan sistem yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Di wilayah perencanaan sistem jaringan primer lebih menonjol karena kondisi kawasan non perkotaan dan hanya di beberapa tempat yang berhubungan dengan sistem jaringan jalan sekunder. 1. Jaringan jalan arteri primer: yang berfungsi dalam melayani pergerakan orang, dan barang antar pulau (Jawa-Bali-Lombok) antar kota/kabupaten serta antar kawasan pariwisata di Bali. Yang termasuk jaringan arteri primer adalah jalur jalan Denpasar- Gianyar - Klungkung dan segmen dari ruas jalan Tohpati - Kusamba. 2. Jaringan jalan lokal primer: merupakan jaringan jalan lokal pedesaan yang fungsinya sebagai jalan penghubung antar ibukota kecamatan dengan desa di dalam kawasan perencanaan, sebagai jalan penghubung antar desa di dalam wilayah perencanaan serta sebagai jalan penghubung antar obyek wisata dalam wilayah perencanaan. 3. Jaringan jalan lokal lingkungan: merupakan jaringan jalan yang berfungsi sebagai jalan penghubung antar lingkungan permukiman di dalam wilayah perencanaan, antara pusat lingkungan di ke jalan lokal primer dan ke pusat pelayanan lainnya, antar obyek wisata dalam wilayah perencanaan. 2. Pola Pergerakan Pola pergerakan yang terdapat di kawasan perencanaan yaitu : 1. Pergerakan antar pulau yaitu Pulau Jawa Bali Lombok yang melintasi Jalan Arteri Tohpati-Kusamba. 2. Pergerakan regional yaitu pergerakan antar kabupaten, kecamatan dan kota dan antar salah satu kawasan pariwisata di Bali seperti ruas jalan DenpasarSukawati- Gianyar-Klungkung-Karangasem, atau Lajur Jalan Tohpati-Kusamba.
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 28
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
Pola pergerakan lokal menyangkut pergerakan antar desa dan antar pegerakan fungsional dan antar obyek wisata dalam kawasan perencanaan. Pergerakan ini terjadi karena adanya aktivitas penduduk di wilayah perencanaan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari didukung oleh jaringan jalan lokal dan lingkungan.
3. Kondisi Jalan di Kawasan Perencanaan Berdasarkan data statistik tahun 2013 bahwa jenis jalan yang terdapat dalam kawasan perencanaan pada umumnya sudah berasal pada dan kondisi baik.
Desa/Kelurahan Jenis Jalan (Km) Jembatan Aspal Diperkeras Tanah Desa Satra 4,60 - - 1 Desa Tojan 8,50 - - 3 Desa Jumpai 2,80 - - 1 Desa Tangkas 5,20 - - 1 Desa Gelgel 11,50 - - 1 Kampung Islam Gelgel 0,70 - - 1 Desa Kusamba 7,00 - - 4 Kampung Kusamba 1,00 - - Desa Pesinggahan 7,50 - - 2 Desa Dawan Kelod 3,40 - - 3 Desa Gunaksa 8,00 - - 4 Desa Negari 5,8 - - 2 Desa Takmung 9,1 - - 4 Total 75,1 - - 27
4. Terdapatnya Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat (1) Sistem Jaringan Jalan berupa jaringan jalan bebas hambatan merupakan jaringan jalan nasional untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh dan tanpa adanya persimpangan sebidang serta dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan, meliputi rencana pengembangan: a. ruas jalan Tohpati Kusamba Padangbai; (2) Jaringan jalan kolektor primer 3 merupakan jaringan jalan provinsi yang berfungsi melayani pergerakan antar PKW dengan PKL (Pusat Kegiatan Lokal) atau antar PKL/PKW dengan PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) yang telah ada meliputi: a. ruas jalan Klungkung Gelgel; b. ruas jalan Takmung Satra; c. rencana jalan ke Pelabuhan Penyberangan Gunaksa. (3) Jaringan jalan sekunder (jalan kabupaten), meliputi ruas jalan:Negari Angantaka.
Tabel 3. Struktur Jaringan Jlan di Kawasan Perencanaan Sumber: Kecamatan Klungkung, Dawan dan Banjarangkan Dalam Angka 2013
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 29
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
5. Terdapatnya Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut Sistem pelayanan transportasi laut di Kawasan Sepanjang Jalur Jalan Tohpati Kusamba meliputi: (1) Pelabuhan Penyeberangan Gunaksa di Desa Gunaksa Kecamatan Dawan sebagai pasangan Pelabuhan Penyeberangan Mentigi di Kecamatan Nusa Penida untuk pelayanan kapal penyeberangan dalam Provinsi atau dalam Kabupaten; (2) Pelabuhan Tribuana, Kusamba untuk pelayanan kapal pelayaran rakyat angkutan penumpang dan barang, di Desa Kusamba; (3) Pelabuhan Pariwisata yaitu pengembangan pelabuhan kapal pesiar sejenis cruise dan yacht di Kawasan Eks Galian C Gunaksa secara terpadu dgn DTW lainnya.
3.9 Prasarana Dasar Wilayah 3.9.1 Prasarana Energi dan Kelistrikan Prasarana jaringan listrik merupakan salah satu prasarana penting dalam menjaga stabilitas pembangunan wilayah. Penggunaan listrik di Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa Lawah umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga serta untuk kegiatan sosial dan industri. Pemakaian listrik di Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa Lawah semakin tahun cenderung terus meningkat akibat dari adanya pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya perkembangan sektor pariwisata. Jaringan listrik telah menjangkau seluruh desa-desa di dalam kawasan perencanaan. Fasilitas ini mutlak diperlukan karena sangat mempengaruhi pola hidup masyarakat di kawasan tersebut. Dengan adanya listrik berarti banyak aktivitas yang dapat berkembang seperti untuk penerangan, industri, perdagangan, yang pada akhirnya membantu perkembangan ekonomi Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa Lawah. Dalam menggunakan energi listrik ini tentunya disesuaikan dengan keperluan dan kemampuan ekonomi masing-masing warga.
3.9.2 Energi Telekomunikasi Fasilitas telepon yang ada saat ini, disamping pesawat telepon yang menggunakan jaringan kabel juga telah berkembang penggunaan telepon genggam atau telepon selular. Dalam pembahasan sistem telekomunikasi di Kabupaten Klungkung lebih lanjut hanya akan dibahas sistem telepon yang menggunakan jaringan kabel. Jaringan telepon di Kabupaten Klungkung tersebar dengan cukup merata. Dari data jumlah sambungan telepon yang diperoleh, Kecamatan Klungkung merupakan kecamatan dengan sebaran konsentrasi sambungan telepon terbesar di Kabupaten Klungkung yaitu sebanyak 3.265 sambungan telepon atau 56,14% pada Tahun 2009.
3.9.3 Prasarana Persampahan Pembuangan sampah di wilayah perencanaan pada umumnya dilakukan secara individu dengan cara dibakar, ditanam, atau dibuang ketempat terbuka (tegalan). Namun saat ini sistem pengelolaan sampah sudah mulai dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Adapaun sistem pengelolaan sampah meliputi tahap-tahap sebagai berikut: 1. Pengumpulan Pengumpulan sampah di kawasan perencanaan masih menggunakan cara konvensional yaitu sampah dari sumber-sumber dikumpulkan di tempat penampungan.
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 30
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
2. Pemindahan Pemindahan sampah terjadi di transfer depo, dimana sampah hasil pengumpulan oleh gerobak dipindahkan langsung ke back truck untuk dibawa ke TPA. 3. Pengangkutan Pengangkutan sampah di kawasan perencanaan didukung oleh sarana operasional seperti truck biasa, dump truck dan truck with crane. 4. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah-sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA)
3.9.4 Prasarana Air Minum Sumber air bersih di Kawasan Perencanaan berasal dari PAM, sumur, mata air, sungai dan sumber lainnya. Namun sebagian besar pelayanan air bersih di wilayah perencanaan dikelola dan dibina oleh PDAM Kabupaten Klungkung. Pelayanan yang dikelola oleh PDAM terdiri dari Sambungan Rumah (SR), Kran Umum (KU), Hidran Umum (HU), dan Tangki Air (TA), sedangkan yang dikelola oleh non PDAM dilayani dari sumur, pompa air, sungai dan mata air.Sumber air baku PDAM Kabupaten Klungkung sebagian besar dari mata air.
3.9.5 Prasarana Drainase Prasarana drainase buatan yang ada di Kawasan Tegal Besar-Goa Lawah, hanya berupa drainase sepanjang jalan. Belum terdapat sistem drainase yang terstruktur dan teritegrasi dengan daerah-daerah tangkapan air (catchment area). Morfologi kawasan yang sebagian merupakan perbukitan dan bergelombang, sangat memungkinkan pengembangan sistem drainase makro maupun mikro yang terintegrasi dengan saluran primer yang melintas di Kawasan Perencanaan. Sejalan dengan perkembangan Kawasan Perencanaan sebagai pusat aktivitas pariwisata, ke depan diperkirakan akan terjadi peningkatan volume limbah yang sangat besar sehingga diperlukan pemisahan antara saluran drainase dengan limbah. Produksi limbah cair dalam volume yang cukup besar tersebut sangat potensial sebagai sumber pencemar air bawah tanah dan lingkungan serta sumber berkembangbiaknya berbagai penyakit. Kondisi saat ini belum dirasakan dampaknya langsung mengingat limbah cair dibuang langsung ke saluran drainase atau melalui pengeringan pada lahan-lahan kosong. Sistem pengolahan dengan siptictank rentan dengan kebocoran sehingga kemungkinan merembesnya air limbah cair ke sumber- sumber air baku dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Konsep penanganan limbah yang dapat diterapkan yakni membuat sistem pengolahan secara komunal, memisahkan antara saluran drainase dengan limbah serta membangun jaringan dan instalasi pengolahan limbah secara terpusat.
3.10 Potensi Bencana Alam
3.10.1 Rawan Angin Kencang
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 31
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
3.10.2 Rawan Bencana Longsor
3.10.3 Tsunami
3.10.4 Daerah Banjir
3.10.5 Kegempaan
3.10.6 Abrasi
L A P O R A N A N T A R A BAB III - 32
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah