Anda di halaman 1dari 32

L A P O R A N A N T A R A BAB III - 1

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang


Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah























3.1 Kawasan Perencanaan
Kawasan Strategis Daya Tarik Wista Tegal Besar-Goa Lawah adalah salah satu
Kawasan Strategis di Kabupaten Klungkung yang terletak di pesisir selatan Kabupaten
Klungkung.
Kawasan ini terdiri dari 13 (tiga belas) desa dengan tiga (3) kecamatan yaitu
Kecamatan Klungkung : Desa Satra, Desa Tojan, Desa Jumpai, Desa tangkas, Desa
Gelgel dan Kampung Islam Gelgel.
Kecamatan Dawan : Desa Kusamba, Kampung Kusamba, Desa Pesinggahan,
Desa Dawan Kelod dan Desa Gunaksa.
Kecamatan Banjarangkan : Desa Negari dan Takmung.

3.2 Kondisi Fisik Dasar
3.2.1 Geografi
Kawasan Strategis Daya Tarik Wista Tegal Besar-Goa Lawah adalah salah satu Kawasan
Strategis di Kabupaten Klungkung yang terletak di pesisir selatan Kabupaten Klungkung
dengan luas kawasan 3541,24 Ha.
Secara administrasi, lokasi Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah
ini berbatasan :
Sebelah Utara : Ds. Banjarangkan, Ds. Getakan, Ds. Tihingan, Kel. Semarapura
Kelod, Kel. Semarapura Kangin, Ds.Kamasan, Ds. Sampalan Tengah,
Ds. Sampalan Kelod, Ds. Sulang, Ds.Dawan Kaler, Ds. Pikat.
Sebelah Timur : Kabupaten Karangasem
Sebelah Barat : Kabupaten Gianyar
Sebelah Selatan : Selat Badung
BAB III

GAMBARAN UMUM
KAWASAN PERENCANAAN




L A P O R A N A N T A R A BAB III - 2

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah

Kawasan Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah terbagi atas 13
desa seperti pada tabel 3.1.



Kecamatan Desa/ Kampung Luas wilayah (Ha) Proporsi
Kecamatan Klungkung
Desa Satra 190,76 5,39
Desa Tojan 132,46 3,74
Desa Jumpai 143,57 4,05
Desa Tangkas 278,45 7,86
Desa Gelgel 290 8,19
Kampung Islam Gelgel 7 0,20
Kecamatan Dawan
Desa Kusamba 201 5,68
Kampung Kusamba 10 0,28
Desa Pesinggahan 365 10,31
Desa Dawan Kelod 430 12,14
Desa Gunaksa 683 19,29
Kecamatan
Banjarangkan
Desa Negari 216 6,10
Desa Takmung 594 16,77
Total 3541,24 100,00


Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa desa yang terluas adalah Desa Gunaksa di
Kecamatan Dawan, terluas kedua adalah Desa Takmung di Kecamatan Banjarangkan,
sedangkan yang yang terkecil adalah Kampung Islam Gelgel di Kecamatan Dawan.

3.2.2 Geologi
Kondisi geologi kwasan perencanaan terdiri dari 3
(tiga formasi) utama yaitu formasi Qbb (Tufa dan
endapan Buyan, Beratan, Batur), formasi Qva (batuan
gunung berpai Gunung agung), dan formasi Qal
(endapan aluvium). Formasi Qbb meliputi wilayah
mulai dari sebagian Desa Negari, Desa Takmung dan
sebagian wilayah Kusamba. Formasi Qva mencakup
sebagian wilayah Desa Jumpai dan seluruh wilayah
Desa Tangkas, Tojan dan Satra. Sedangkan formasi Qal
meliputi wilayah pesisir Kecamatan Banjarangkan.
Batuan tertua yang tersingkap di daerah ini adalah
batuan-batuan dari satuan batuan yang terdiri dari lava, breksi dan tufa. Singkapan
batuan dari formasi ini terlihat jelas di sepanjang pantai, dijumpai singkapan perselingan
Breksi Vulkanik, Tufa Pasiran dan Lava. Breksi Vulkanik memiliki fragmen yang bersudut
berukuran 1 cm sampai dengan 10 cm, berwarna putih dan abu-abu. Tufa Pasiran tambak
berwarna abu kecoklatan berukuran kurang dari 1 cm, batuan ini memiliki porositas yang
sangat baik. Sedangkan Lava-nya tampak berwarna hitam dengan tekstur berlubang yang
mencerminkan sejarah pembentukannya di permukaan. Disepanjang pantai ini juga
tampak adanya bolder-bolder lava akibat terjangan gelombang laut.
Satuan Batuan yang lebih muda adalah Satuan Batuan Tufa dan Endapan Lahar Buyan,
Beratan dan Batur berumur kwarter. Daerah ini tersusun dari beberapa jenis batuan,
lapisan teratas terdiri dari susunan Batu Lempung, Tufa, Batu pasir Tufaan dan
Konglomerat dengan Fragmen Punice. Batuan gunung api yang merupakan anggota dari
satuan gunung api dan endapan lahar Buyan, Beratan dan Batur.
Tabel 3.1 Distribusi desa di Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar- Goa Lawah
Sumber: Kecamatan Klungkung, Dawan dan Banjarangkan Dalam Angka 2013


L A P O R A N A N T A R A BAB III - 3

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah

Karakteristik batuan dapat diuraikan sebagai berikut : Batu lempung berwarna abu-abu
tua-hijau, Klastik halus dengan porositas tinggi, namun memiliki permeabilitas sangat
kecil. Material lapisan ini adalah hasil pelapukan batuan gunung api atau dari endapan
lahar. Tufa berwarna abu-abu, Klastik dengan porositas dan permeabilitas baik, material
penyusunnya berasal letusan gunung berapi.
Batu pasir tufaan berwarna abu-abu bersifat klastik dengan porositas dan permeabilitas
baik, penyusunnya merupakan material hasil letusan gunung berapi. Sedangan
konglomerat merupakan batuan klastik kasar dengan pragmen-pragmen berupa punice,
batuan ini terbentuk oleh endapan lahar. Batuan-batuan dari formasi/ satuan ini untuk
daerah Denpasar bagian selatan terdapat kedalaman 15-30 meter dari permukaan tanah.
Berdasarkan sifat batuan penyusun formasi diatas, secara umum bersifat klastik dengan
porositas dan permeabilitas baik kecuali perlapisan Batulempung dan Batulanau. Pori
batuan yang saling berhubungan akan merupakan ruang tersimpannya air, sehingga
menurut penelitian M.M. Purboadiwidjojo tahun 1972, batuan disekitar daerah ini
merupakan akifer yang baik dengan debit lebih kurang 10 liter/ detik, akifer ini
merupakan akifer dangkal yang setenggah tertekan. Kualitas air pada akuifer relatif masih
baik, kecuali pada daerah-daerah pesisir atau pada daerah-daerah pengambilan yang
sangat intensif akan terpengaruh oleh air laut.
Jenis tanah yang terdapat di kawasan perencanaan sebagian besar tergolong jenis tanah
regosol. Jenis tanah regosol (Inceptisol) mempunyai tekstur berlempung kasar hingga
halus dengan temperatur tergolong isohiperthermik. Reaksi tanah tergolong reaksi tidak
masam sampai agak masam (pH : 5-7).
Sebagian besar wilayah perencanaan tergolong pada ordo tanah Inceptisol dan hanya
sebagian kecil saja yang termasuk dalam ordo Andisol (berdasarkan hasil studi
LREPP/Land Resource Evaluation Planning Project oleh Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat Bogor Tahun 1994).

3.2.3 Topografi
Ketinggian/topografi merupakan salah satu faktor penting untuk menentukan daerah-
daerah yang mana yang sesuai untuk pengembangan tanaman dengan hasil yang optimal
disamping suhu dan curah hujan. Selain itu, ketinggian/topografi juga dapat menjadi
faktor pembatas dalam mengusahakan lahan untuk tanaman budidaya. Guna
pengembangan wilayah perencanaan nantinya, untuk kawasan yang memiliki kategori
lereng sangat curam hingga terjal tidak dapat dimanfaatkan kecuali sebagai hutan lindung.
Kelerengan kawasan perencanaan berkisar antara 0-8% dimana ketinggia 0-4% berada di
Desa-desa yang berada di Kecamatan Klungkung dan Dawan, sedangkan 5-8% berada di
Desa-desa yang terdapat di Kecamatan Banjarangkan (Negari dan Takmung).

3.2.4 Hidrologi
Kawasan Perencanaan memiliki temperatur/suhu udara yang bervariasi antara 32-34
0
C
dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 960 1500 mm per tahun. Kelembaban
udara berkisar antara 84-86% dan penyinaran matahari antara 30-60%. Kecepatan angin
rata-rata antara 3-8,2 km/jam dan evapotranspirasi tahunan antara 1700-1780 mm
(Badan Meteorologi dan Geofisika, Denpasar). Kawasan perencanaan tergolong ke dalam
zona agroklimat antara D3 dan E3 dengan masa tumbuh antara 6-8 bulan jika dilihat
menurut pola curah hujan yang jatuh di kawasan perencanaan (Oldeman, et al. 1975).







L A P O R A N A N T A R A BAB III - 4

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah



No. Nama Sungai (Tukad/Pangkung) Lokasi
1. Tukad Melangit Desa Takmung, Kec. Banjarangkan
2. Tukad Bubuh Desa Tojan, Kec. Klungkung
3. Pangkung Lamba Desa Tojan, Kec. Klungkung
4. Tukad Unda Desa Gelgel, Kec. Klungkung
5. Tukad Banges Desa Kusamba, Kec. Dawan
Sumber: Hasil Kajian RTR Kawasan Strategis Jalan Tohpati-Kusamba Tahun 2010

3.2.5 Oceanografi
Kawasan perencanaan sebagian besar merupakan daerah pantai karena jalan Tohpati-
Kusamba dibangun menyisir pantai Selatan Pulau Bali. Secara oceanografis kenyamanan
lingkungan kawasan tersebut akan dipengaruhi oleh kondisi pasang surut laut sepanjang
daerah pesisir karena merupakan daerah pesisir. Sepanjang pesisir berpotensi untuk
terjadi abrasi pantai karena perubahan pasang surut yang sangat besar. Kawasan-
kawasan pesisir yang rawan terhadap adanya bahaya abrasi pantai. Selain ancaman abrasi
pantai, kemungkinan terjadi intrusi air laut pada daerah-daerah yang terabrasi yang
menyebabkan kualitas air menurun juga harus dipertimbangkan








Tabel 3.2 Sungai-Sungai yang Melintas di Kawasan Perencanaan

L A P O R A N A N T A R A BAB III - 5

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah





























Gambar 3.1 Peta Administrasi Kawasan Strategis DTW Tegal Besar-Goa Lawah

L A P O R A N A N T A R A BAB III - 6

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah




























Gambar 3.2 Peta Geologi 1 Kawasan Strategis DTW Tegal Besar-Goa Lawah

L A P O R A N A N T A R A BAB III - 7

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah




























Gambar 3.3 Peta Geologi 2 Kawasan Strategis DTW Tegal Besar-Goa Lawah

L A P O R A N A N T A R A BAB III - 8

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah




























Gambar 3.4 Peta Topografi Kawasan Strategis DTW Tegal Besar-Goa Lawah

L A P O R A N A N T A R A BAB III - 9

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah

Gambar 3.5 Peta Hidrogeologi Kawasan Strategis DTW Tegal Besar-Goa Lawah


L A P O R A N A N T A R A BAB III - 10

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah


3.3 Pemanfaatan Ruang
3.3.1 Penggunaan Lahan
Berdasarkan intepretasi data BPS tahun 2013, penggunaan lahan dominan di Kawasan
Perencanaan memiliki luas sebesar 3541,24 Ha, yang sebagian besar adalah berupa sawah
irigasi dengan luas 1197,57 Ha (33,82%). Penggunaan lahan lain yang cukup besar
luasannya adalah kebun dan permukiman dengan luas masing-masing 178,94 Ha dan
307,15 Ha.


Kecamatan Desa/ Kampung
Luas
Wilayah
(Ha)
Penggunaan Lahan (Ha)
Sawah Tegalan
perkebu
nan
pekarang
an
kubura
n
lainnya
Kecamatan
Klungkung
Desa Satra 190.76 81.92 29.7 0 8.64 0.5 70
Desa Tojan 132.46 86.85 8.97 0 16.63 0 20.01
Desa Jumpai 143.57 80.95 16.82 0 17.89 1 26.91
Desa Tangkas 278.45 33.43 155.57 0 25.08 0.5 63.87
Desa Gelgel 290 9.7 0 0 24.05 1.5 19.31
Kampung Islam
Gelgel 7 0 0 0 4.23 0.5 0.5
Kecamatan
Dawan
Desa Kusamba 201 100 38 0 50.41 1.5 11.09
Kampung Kusamba 10 0 0 5.03 4.5 0.47 0
Desa Pesinggahan 365 44 172 126.02 17.74 0.5 4.74
Desa Dawan Kelod 430 145 30 4.54 32.46 1 217
Desa Gunaksa 683 277 113 19.35 62.37 0.5 210.78
Kecamatan
Banjarangkan
Desa Negari 216 95.1 66 12 25.29 0.25 17.64
Desa Takmung 594 243.62 240 12 46.14 0.6 52.29
Total
3541.24 1187.87 870.06 178.94 307.15 6.82 694.33

















Tabel 3.3 Penggunaan Lahan di Kawasan Perencanaan (Ganti pakek luasan di Peta)
Sumber: Kecamatan Klungkung, Dawan dan Banjarangkan Dalam Angka 2013
Gambar 3.6 Diagram Penggunaan Lahan (Mengikuti luas lahan di peta)


L A P O R A N A N T A R A BAB III - 11

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah




BAB III - 11
Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah

Gambar 3.7 Peta Penggunaan Lahan


L A P O R A N A N T A R A BAB III - 12

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah


3.3.2 Tata Guna Tanah
Secara umum ada lima jenis tanah utama yang tersebar di wilayah Provinsi Bali
menurut Peta Tanah Tinjau Bali (1970). Kelima jenis tanah tersebut adalah :
1. Aluvial, terdiri atas Aluvial Hidromorf dan Aluvial Coklat Kelabu. Luas jenis tanah ini
adalah 27.456 ha (4,8%), tersebar di Kabupaten Jembrana, Klungkung (Kec. Dawan),
Buleleng dan Karangasem.
2. Regosol, terdiri atas Regosol Coklat Kelabu, Regosol Kelabu, Regosol Coklat dan
Regosol Berhumus. Luas jenis tanah ini adalah 224.869 ha (39,9%), tersebar di
Kabupaten Badung, Denpasar, Gianyar, dan Jembrana.
3. Andosol Coklat Kelabu, luasnya 22.976 ha (4,1%) tersebar di Kabupaten Buleleng,
Tabanan dan Badung.
4. Latosol, terdiri atas Latosol Coklat Kekuningan, Latosal Coklat, Latosol Coklat
Kemerahan dan Litosol. Jenis tanah ini mendominasi wilayah Bali dengan luas
251.185 ha (44,6%) yang terdapat di Kabupaten Buleleng, Tabanan, Badung,
Denpasar, Jembrana, dan Seluruh Wilayah di Kab.Klungkung kecuali di Nusa Penida.
5. Mediteran, terdiri atas Mediteran Coklat dan Mediteran Coklat Merah. Luasnya
mencapai 37.180 ha (6,6%), tersebar di Kabupaten Jembrana, Badung dan
Klungkung.
Berdasarkan data tersebut di atas, maka Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa
Lawah memiliki jenis tanah alluvial dengan bentuk tanah datar dan tanah latosol dengan
tanah berbukit. Hal ini tentu akan mempengaruhi pengembangan wilayah di Kawasan
Strategis Tegal Besar Goa Lawah. Dilihat dari penggunaan lahannya, mayoritas adalah
kawasan pertanian sawah dengan tanah yang cukup subur.Untuk pengembangan wilayah
kawasan ini dapat dijadikan sebagai lahan cadangan untuk pengembangan permukiman
dengan limitasi wilayah yaitu berupa kawasan datar hingga berbukit.

3.3.3 Fasilitas Kawasan Permukiman
1. Fasilitas Perumahan
Dalam upaya penyediaan perumahan permukiman yang layak bagi seluruh
masyarakat, kita dihadapkan pada berbagai masalah antara lain pertambahan penduduk
yang sangat cepat, urbanisasi yang tidak terkendali, keterbatasan lahan, pendapatan
penduduk yang relatif rendah dan pengendalian pembangunan masih rendah.
Untuk kawasan permukiman pedesaan umumnya berada di pusat-pusat desa atau
menyebarmengikuti sarana dan prasarana penunjang, misalnya penyebaran permukiman
mengikuti jalan raya, pelabuhan/dermaga, dan lain-lain.

2. Fasilitas Pendidikan
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kecerdasan dan
keterampilan manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari
kualitas pendidikan. Upaya memperluas pemerataan pendidikan di tingkat sekolah dasar
telah berhasil diwujudkan dengan dibangunnya sarana dan prasarana belajar dalam
jumlah memadai, dan persebarannya sampai ke desa, dusun serta dekat dengan lokasi
pemukiman penduduk. Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana dan prasarana akan
sangat menunjang dalam meningkatkan pendidikan.
Jumlah fasilitas pendidikan di Kawasan Strategis Tegal Besar Goa Lawah adalah
TK 18 buah, SD 28 buah, SLTP4 buah dan SLTA 3 buah. Fasilitas pendidikan berupa TK


L A P O R A N A N T A R A BAB III - 13

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah

tersebar di semua desa dengan perbandingan antara jumlah guru dan siswa yaitu 1 : 9,
sedangkan fasilitas pendidikan terbanyak yaitu SD dengan jumlah total siswa SD di
Kawasan Tegal Besar-Goa Lawah adalah 4.010 siswa dan guru sebanyak 189 orang.
Fasilitas SLTP terdapat di 4 desa pada kawasan perencanaan yaitu Desa Gelgel, Desa
Dawan Kelod, Desa Gunaksa dan Desa Takmung dengan jumlah siswa 2.162 orang dan
guru sebanyak 163 orang. Fasilitas SLTA terdapat di 3 desa pada kawasan perencanaan
yaitu di Desa Dawan Kelod, Desa Gunaksa dan Desa Negari dengan siswa sebanyak 1.218
orang dan guru sebanyak 144 orang.

Desa/Kelurahan
TK SD SLTP SLTA
Jml
Sekolah
Jml
Guru
Jml
Siswa
Jml
Sekolah
Jml
Guru
Jml
Siswa
Jml
Sekolah
Jml
Guru
Jml
Siswa
Jml
Sekolah
Jml
Guru
Jml
Siswa
Desa Satra - - - - - - - - - - - -
Desa Tojan 3 15 49 3 24 344 - - - - - -
Desa Jumpai - - - 1 8 187 - - - - - -
Desa Tangkas 1 6 29 2 16 296 - - - - - -
Desa Gelgel 1 5 26 2 14 322 1 71 1040 - - -
Kampung Islam
Gelgel
1 7 52 1 11 223 - - - - - -
Desa Kusamba 2 7 160 4 35 676 - - - - - -
Kampung Kusamba 1 4 17 - - - - - - - - -
Desa Pesinggahan 1 4 77 3 28 444 - - - - - -
Desa Dawan Kelod 1 4 100 2 22 295 1 48 533 1 51 534
Desa Gunaksa 2 8 163 3 31 511 1 44 551 1 63 684
Desa Negari 2 - 79 3 - 246 - - - 1 - -
Desa Takmung 3 - 125 4 - 466 1 - 38 - - -
Total 18 60 877 28 189 4010 4 163 2162 3 144 1218



3. Fasilitas Peribadatan
Bagi umat Hindu pembangunan tempat peribadatan (Pura) sangat memerlukan
pertimbangan adat setempat, sedang bagi umat lainnya tergantung jumlah penduduk
pendukung dan persetujuan desa adat setempat.
Berdasarkan data tahun 2013 di Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa Lawah untuk
fasilitas pribadatan berupa pura sebanyak 218 buah. Sedangkan sarana ibadah yang lain
yaitu Masjid sebanyak 3 buah yaitu di Kampung Islam Gelgel dan Kampung Kusamba.





Tabel 3.4 Fasilitas Pendidikan di Kawasan Perencanaan Tahun 2012
Sumber: Kecamatan Klungkung, Dawan dan Banjarangkan Dalam Angka 2013


L A P O R A N A N T A R A BAB III - 14

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah



Desa/Kelurahan
Mesjid
Langgar
Mushola
Gereja Pura
Klenteng
Vihara
Desa Satra - - 3 -
Desa Tojan - - 4 -
Desa Jumpai - - 8 -
Desa Tangkas - - 5 -
Desa Gelgel - - 6 -
Kampung Islam Gelgel 1 - - -
Desa Kusamba - - 53 -
Kampung Kusamba 2 -

-
Desa Pesinggahan - - 33 -
Desa Dawan Kelod - - 45 -
Desa Gunaksa - - 41 -
Desa Negari - - 6 -
Desa Takmung - - 14 -
Tahun 2012 3 - 218 -


4. Fasilitas Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu faktor yang menunjang kualitas SDM. Kesehatan
masyarakat terus ditingkatkan melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Fasilitas
kesehatan yang tersedia di Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa Lawah diantaranya
puskesmas pembantu, pos KB, tenaga medis berupa dokter, bidan, perawat, adanya dukun
dan sarana kesehatan laiannya seperti dokter praktek. Secara umum fasilitas kesehatan
yang tersedia ini melayani dari kebutuhan pelayanan di tingkat desa/kelurahan hingga ke
tingkat pelayanan regional (rumah sakit).
Untuk puskesmas pembantu yang ada yaitu sebanyak 14 buah yang hamper
tersebar di semua kawasan perencanaan terkecuali Desa Tojan, Kampung Islam Gelgel
dan Kampung Kusamba Sedangkan untuk Pos KB tersebar di semua kawasan
perencanaan terkecuali Desa Tojan, Kampung Islam Gelgel, Desa Negari dan Desa
Takmung. Belum adanya pelayanan puskesmas pembantu pada 3 desa menunjukkan
bahwa belum meratanya sarana kesehatan di tingkat desa serta belum adanya pelayanan
yang memadai bagi penduduk yang bermukim di desa tersebut. Hanya terdapat tenaga
medis berupa dokter, bidan dan perawat dengan jumlah 92 buah serta masih adanya
kepercayaan pada sarana kesehatan seperti dukun dengan jumlah 20 buah yang hamper
tersebar di semua kawasan perencanaan.






Tabel 3.5 Jumlah Sarana Peribadatan di Kawasan Perencanaan Tahun 2012
Sumber: Kecamatan Klungkung, Dawan dan Banjarangkan Dalam Angka 2013


L A P O R A N A N T A R A BAB III - 15

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah


Desa/Kelurahan
Puskesmas
Pembantu
Pos KB
Tenaga Medis
Dukun Lainnya
Dokter Bidan Perawat
Desa Satra 1 1 - 1 1 - -
Desa Tojan - - 2 1 4 3 -
Desa Jumpai 1 1 - 1 1 - -
Desa Tangkas 1 1 - 1 1 - -
Desa Gelgel
1 1 5 6 16 2 -
Kampung Islam
Gelgel
- - 1 - 4 - -
Desa Kusamba
2 2 1 5 3 4 2
Kampung Kusamba
- 1 1 1 - 3 -
Desa Pesinggahan
1 1 - 2 4 6 2
Desa Dawan Kelod
1 1 1 3 2 1 -
Desa Gunaksa
2 1 1 2 7 - -
Desa Negari 1 - - 1 3 1 -
Desa Takmung
3 - 4 3 3 - 1
Total 14 10 16 27 49 20 5


5. Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Pusat kegiatan perdagangan dan jasa adalah pasar, dimana Kawasan Strategis
Tegal Besar-Goa Lawah memiliki 6 pasar umum di 6 desa pada kawasan perencanaan.
Sedangkan untuk jenis pertokoan berupa kios, los, pedagang, rumah makan/restaurant,
warung dan artshop. Jumlah sarana perdagangan dan jasa terbanyak yaitu warung
berjumlah 832 buah dan toko pedagang berjumlah 361 buah. Terdapatnya Kios berjumlah
22 buah, los berjumlah 9 buah, rumah makan berjumlah 33 buah dan artshop hanya
terdapat di Desa Pesinggahan yang berjumlah 3 buah.

















Tabel 3.6 Jumlah Sarana Kesehatan di Kawasan Perencanaan Tahun 2012
Sumber: Kecamatan Klungkung, Dawan dan Banjarangkan Dalam Angka 2013


L A P O R A N A N T A R A BAB III - 16

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah



Desa/Kelurahan
Pasar
Umum
Jenis Pertokoan
Kios Los Pedagang
Rumah
Makan/Restoran
Warung Artshop
Desa Satra 1 - - - - 13 -
Desa Tojan - - - - 1 36 -
Desa Jumpai - - - - - 33 -
Desa Tangkas - - - - - 25 -
Desa Gelgel - 4 1 74 - 35 -
Kampung Islam
Gelgel
- - - - 1 41 -
Desa Kusamba 1 13 5 166 2 176 -
Kampung Kusamba - - - - - 41 -
Desa Pesinggahan - - - - 8 136 3
Desa Dawan Kelod 1 2 1 14 - 31 -
Desa Gunaksa 1 2 2 74 4 105 -
Desa Negari - - - - 5 50 -
Desa Takmung 2 5 1 33 12 110 -
Total 6 22 9 361 33 832 3



6. Fasilitas Perkantoran
Fasilitas perkantoran yang ada di Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa Lawah
diantaranya adalah kantor pemerintahan desa dan kantor pos. Kantor pemerintahan desa
berada di setiap pusat desa.

7. Fasilitas Perbankan
Fasilitas perkantoran yang ada di Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa Lawah
diantaranya adalah kantor bank, lembaga perkreditan desa (LPD) dan KUD serta koprasi
yang tersebar di kawasan perencanaan. Terdapatnya fasilitas bank berjumlah 6 buah
terdapat di Desa Gelgel, Desa Kusamba, Kampung Kusamba, Desa Pesinggahan dan Desa
Takmung. Fasilitas LPD hamper tersebar pada desa di kawasan perencanaan yaitu
berjumlah 21 buah dan KUD berjumlah 3 buah.





Tabel 3.7 Jumlah Sarana Perdagangan dan Jasa di Kawasan Perencanaan Tahun 2012
Sumber: Kecamatan Klungkung, Dawan dan Banjarangkan Dalam Angka 2013


L A P O R A N A N T A R A BAB III - 17

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah



Desa/Kelurahan Bank
Lembaga
Perkreditan
Desa (LPD)
KUD
Desa Satra - 1 -
Desa Tojan - - 1
Desa Jumpai - 1 -
Desa Tangkas - 1 -
Desa Gelgel
1 1 -
Kampung Islam Gelgel
- - -
Desa Kusamba
1 7 -
Kampung Kusamba
1 - -
Desa Pesinggahan
1 2 -
Desa Dawan Kelod
- 1 1
Desa Gunaksa
- 1 -
Desa Negari - 2 -
Desa Takmung
2 4 1
Total 6 21 3



8. Fasilitas Pariwisata
Seiring dengan terus meningkatnya sektor pariwisata, Kawasan strategis Tegal
Besar-Goa Lawah mengalami perkembangan pembangunan fasilitas penunjang pariwisata
yang cukup pesat. Alih fungsi lahan merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan
terutama lahan-lahan di kawasan pesisir pantai yang memiliki daya tarik khusus.
Perkembangan fasilitas penunjang pariwisata yang berupa akomodasi pariwisata
diantaranya terdiri dari hotel, villa, caf hingga pondok wisata.

3.4 Kependudukan
3.4.1 Jumlah, Sebaran dan Kepadatan Penduduk
Kependudukan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan
pembangunan dan menjadi parameter kesejahteraan d daam suatu wilayah. Pertumbuhan
jumlah penduduk menjadi acuan perkembangan suatu wilayah dan merupakan komponen
inti dalam upaya perencanaan pembangunan di suatu wilayah perencanaan.
Berdasarkan data BPS tahun 2013, jumlah penduduk di Kawasan Tegal Besar-Goa
Lawah berjumlah 44.368 jiwa dengan kepadatan penduduk adalah 13 jiwa/hektar.
Berikut data kependudukan di Kawasan Tegal Besar-Goa Lawah.






Tabel 3.8 Jumlah Fasilitas Perbankan di Kawasan Perencanaan Tahun 2012
Sumber: Kecamatan Klungkung, Dawan dan Banjarangkan Dalam Angka 2013


L A P O R A N A N T A R A BAB III - 18

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah



Kecamatan Desa/Kelurahan
Luas
(Ha)
Luas Lahan
Pekarangan
(Ha)
Penduduk
Th. 2012
(Jiwa)
Kepadatan
Bruto
(Jiwa/Ha)
Kepadatan
Netto
(Jiwa/Ha)
Kecamatan
Klungkung
Desa Satra 190.76 8.6 1254 7 146
Desa Tojan 132.46 16.6 2427 18 146
Desa Jumpai 143.57 17.9 1972 14 110
Desa Tangkas 278.45 25.1 3219 12 128
Desa Gelgel 290 24.05 7893 27 328
Kampung Islam
Gelgel
7 4.23 1046 149 247
Kecamatan
Dawan
Desa Kusamba
201 50.4 6449 32 128
Kampung Kusamba
10 4.5 658 66 146
Desa Pesinggahan
365 17.7 4405 12 249
Desa Dawan Kelod
430 32.5 2425 6 75
Desa Gunaksa
683 62.4 5680 8 91
Kecamatan
Banjarangkan
Desa Negari 216 25.3 2622 12 104
Desa Takmung
594 46.1 4318 7 94
Total 3541.24 335.38 44368 13 132



3.4.2 Struktur Penduduk
Berdasarkan data penduduk menurut jenis kelamin Tahun 2013 di Kawasan Tegal
Besar-Goa Lawah yang dikeluarkan oleh BPS, jumlah penduduk perempuan lebih besar
daripada jumlah penduduk laki-laki. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 23.133 jiwa dan
penduduk perempuan sebesar 21.235 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 1,09 %.
Untuk lebih jelasnya mengenai struktur penduduk di Kawasan Tegal Besar-Goa Lawah
berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut.















Tabel 3.9 Jumlah , Sebaran dan Kepadatan Penduduk Kawasan Perencanaan Tahun 2012
Sumber : Hasil Wawancara Kepala Desa dan hasil analisis tim, 2014



L A P O R A N A N T A R A BAB III - 19

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah



Kecamatan Desa/Kelurahan
Jumlah Penduduk Tahun 2012
Sex Ratio
(%)
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Kecamatan
Klungkung
Desa Satra 653 601 1254 1.09
Desa Tojan 1157 1270 2427 0.91
Desa Jumpai 961 1011 1972 0.95
Desa Tangkas 1621 1598 3219 1.01
Desa Gelgel 5234 2659 7893 1.97
Kampung Islam Gelgel 517 529 1046 0.98
Kecamatan
Dawan
Desa Kusamba 3157 3292 6449 0.96
Kampung Kusamba 318 340 658 0.94
Desa Pesinggahan 2156 2249 4405 0.96
Desa Dawan Kelod 1168 1257 2425 0.93
Desa Gunaksa 2784 2896 5680 0.96
Kecamatan
Banjarangkan
Desa Negari 1281 1341 2622 0.96
Desa Takmung 2126 2192 4318 0.97
Total 23133 21235 44368 1.09


3.5 Kondisi Sosial Budaya
3.5.1 Sistem Tata Nilai dan Budaya Kawasan
Setiap pembangunan sebuah kawasan yang berada di lingkungan daerah Bali
sudah semestinya memperhatikan tatanan nilai budaya Bali yang sudah menjadi tradisi
masyarakat sekitarnya. Apabila pembangunan dilakukan tanpa memperhatikan norma
budaya yang telah ada maka nantinya akan berakibat dapat merugikan masyarakat itu
sendiri baik secara materiil maupun spriritual. Demikian halnya dengan pembangunan
jalan arteri Tohpati-Kusamba, aspek sosial budaya merupakan hal yang sangat penting
diperhatikan agar pemanfaatan jalan tersebut berguna sesuai dengan tujuan semula.
Kebudayaan Bali yang berlandaskan atau dijiwai oleh ajaran agama Hindu telah
mengakar dalam setiap aktivitas masyarakat Bali baik secara individu maupun
kelompok/organisasi. Landasan budaya Bali pada dasarnya bersumberkan dari kitab suci
Weda dan sebagai kerangka dasar ajaran Weda digariskan dalam Tri Kerangka Agama
Hindu yaitu Sradha, Susila dan Acara.
Sradha memberikan petunjuk keyakinan tentang Tuhan berdasarkan konsepsi
filosofi ke-Tuhanan. Susila memuat pedoman yang baik untuk berpikir, berkata, dan
berbuta sesuai dengan tuntunan Dharma. Sedangkan acara menuntun umat untuk
melakukan tradisi keagamaan dengan tulus munurut Swadharmanya/kewajibannya
sehingga mampu secara harmonis berhubungan dengan Tuhan, manusia, alam dan
lingkungannya.
Penduduk yang bermukim di kawasan sepanjang jalan arteri Tohpati-Kusamba
sebagian besar masyarakat Bali yang beragama Hindu dengan keragaman budaya dan
sistem kemasyarakatan yang terbentuk menurut adat yang berlaku seperti pekurenan
(keluarga), kelompok dadia (keturunan) sebagai akibat adanya perkawinan. Hal ini
dicirikan dengan sebaran elemen bangunan atau penempatan bentuk bangunan budaya
Tabel 3.10 Struktur Penduduk Kawasan Perencanaan Tahun 2012
Sumber : Hasil Wawancara Kepala Desa dan hasil analisis tim, 2014



L A P O R A N A N T A R A BAB III - 20

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah

Bali, seperti bangunan Pura atau tempat suci, balai banjar dan kawasan suci seperti
Perempatan Agung. Masyarakat kawasan jalur jalan arteri Tohpati-Kusamba dalam
menginterpretasikan konsep-konsep ruang tidak jauh berbeda dengan masyarakat di
daerah lainnya di Bali. Falsafah Tri Hita Karana yang tertuang pada setiap aturan-aturan
hukum atau Awig-Awig Desa Adat dimanifestasikan di dalam konsep tata ruang di
wilayah perencanaan baik secara makro maupun mikro.
Kelembagaan yang hidup pada masyarakat Bali pada umumnya serta masyarakat
pada kawasan perencanaan pada khususnya secara garis besar ada beberapa lembaga
yaitu Banjar, Subak, Subak Abian, dan Sekehe yang berfungsi sebagai motivator dan
katalisator pembangunan. Keberadaan lembaga-lembaga adat di kawasan perencanaan
pada saat ini masih tetap eksis yang diatur dengan awig-awig adat untuk mengatur
wilayah dan anggota (krama) sehingga tidak bertentangan dengan aturan hukum.

3.5.2 Landasan Struktural
Kebudayaan Bali bermula, tumbuh dan bekembang dijiwai oleh ajaran agama
Hindu. Filosofi ajaran agama Hindu tercermin dari kehidupan bermasyarakat di Bali.
Perilaku budaya masyarakat sehari-hari secara dominan berpedoman pada etika religius
yaitu karma. Berpedoman dari karma inilah maka masyarakat Bali dalam prilakunya
percaya kepada Tuhan, Atma/Roh Leluhur, Samsara dan Moksa. Kepercayaan masyarakat
diwujudkan melalui kegiatan ritual keagamaan seperti pembangunan tempat suci mulai
dari tingkat keluarga sampai Kahyangan Jagat. Dalam konsep keagamaan ini menyatu
antara konsep agama dengan adat-istiadat sebagai unsur kebuadayaan masyarakat Bali.
Masyarakat Bali menanamkan pengertian mengenai ajaran mengharmoniskan hubungan
antara manusia dengan Tuhan (Pahrayangan), antara sesama manusia (Pawongan), dan
antara manusia dengan lingkungannya (Pelemahan). Ajaran yang dikenal dengan nama
Tri Hita Karana tidak hanya terbatas pada pemahaman konsep semata, melainkan
diwujudkan dengan aktivitas/pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembangunan jalan arteri Tohpati Kusamba termasuk di dalam salah satu
pembangunan Palemahan yang nantinya tidak bisa dipisahkan dengan pembangunan
Pahrayangan serta Pawongan di wilayah tersebut. Sehingga landasan struktural
kebudayaan Bali di sekitar kawasan perencanaan bersumber dari Kitab Suci Weda yaitu
Sradha dan Bakti dan berpusat dari Karma, serta dilandasi oleh filosofi Tri Hita Karana
yang tertata di dalam wadah desa adat secara berkesinambungan.
Kondisi eksisiting di lapangan, pembangunan jalan arteri Tohpati-Kusamba akan
melintasi kawasan Tri Hita Karana seperti :
1. Pahrayangan : di bagian utara dan selatan jalan banyak terdapat tempat-tempat suci
/pura baik yang berstatus pura keluarga, Kahyangan Tiga dan Dang Kahyangan.
2. Pawongan : di sepanjang wilayah perencanaan khususnya jalur jalan arteri -
Tohpati Kusamba banyak melalui permukiman penduduk dan setra.
3. Palemahan : di sepanjang wilayah perencanaan yang dilalui oleh jalan arteri
Tohpati-Kusamba terdapat banyak kebun, sawah, jurang, sungai dan sebagainya yang
merupakan bagian wikayah desa sebagai tempat mengusahakan kehidupannya.







L A P O R A N A N T A R A BAB III - 21

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah

3.5.3 Konsep dan Pola Permukiman
Konsep budaya setempat yang terkait dengan tata ruang wilayah kabupaten yaitu
konsep keseimbangan alam, rwa bhineda, harmonisasi dengan lingkungan dan orientasi.
1. Keseimbangan Alam
a. Keseimbangan 9 (sembilan) arah mata angin merupakan pengejewantahan
konsepsi Dewata Nawa Sanga dalam tata ruang diekspresikan dengan pola Sanga
Mandala.
b. Keseimbangan empat arah merupakan pengejewantahan konsepsi Catur Loka Pala
dalam tata ruang diekspresikan dengan pola catuspatha.
c. Keseimbangan tiga alam yaitu alam bhuta, alam manusia, dan alam dewa
merupakan pengejewantahan konsepsi Tri Loka dalam tata ruang diekspresikan
dengan pola Tri Mandala.
2. Rwa Bhineda
Wujud wujud pasangan linier dalam tata ruang adalah hulu-teben, luhur-sor, akasa-
pretiwi, sakral-profan. Kawasan-kawasan hulu dialokasikan untuk fungsi-fungsi dan
wujud-wujud yang utama atau yang disakralkan sedangkan kawasan teben untuk
fungsi-fungsi dan wujud yang sebaliknya. Luhur-sor merupakan wujud penataan
vertikal yang mengambil paralelisme hulu-teben yang horisontal. Konsep perpaduan
akasa-pratiwi (langit-bumi) diejawantahkan dalam bentuk halaman tengah atau
natah.
3. Harmonisasi dengan lingkungan
Konsep harmonisasi dengan lingkungan dilandasi oleh falsafah Tri Hita Karana.
Wilayah Kabupaten merupakan miniatur makrokosmos (alam raya). Tata ruang
wilayah Kabupaten harmonis dengan tatanan alam (kosmos). Penataan secara
horizontal harus harmonis dengan struktur horizontal alam. Demikian pula susunan
vertikal secara prinsip harus harmonis dengan susunan vertikal alam.
4. Orientasi
Konsep orientasi arah utama (hulu) wilayah Kabupaten pada dasarnya ditentukan
oleh posisi gunung atau pegunungan, sedangkan arah nista (teben) adalah arah yang
berlawanan umumnya laut. Orientasi gunung laut membentuk pola-pola yang linier
seperti pola Tri Mandala dengan utama mandala di arah ke gunung, madya mandala di
tengah, dan nista mandala ke arah laut. Tempat terbitnya matahari (timur)
merupakan faktor penentu yang kedua untuk menentukan arah utama. Orientasi
terbit- tenggelamnya matahari membentuk sumbu linier timur barat. Arah ke
gunung adalah arah ke-adia disebut kaja, dan arah sebaliknya atau ke laut disebut
kelod.
Pola permukiman perdesaan pada dasarnya berpola linier yang dikombinasi
dengan catuspatha sebagai puser-puser desa. Dalam satuan desa adat/pekraman
terdapat fasilitas-fasilitas peribadatan Tri Kahyangan dan pasar desa. Di beberapa desa
pada puser-nya terdapat puri dan/atau pasar. Permukiman yang pada dasarnya linier
tetapi dikombinasi dengan catuspatha dapat diketemukan antara lain di Desa Nyalian,
Tihingan, Kamasan, dan Kusamba.







L A P O R A N A N T A R A BAB III - 22

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah















3.5.4 Kegiatan Budaya dan Sebaran Tempat Suci Dalam Kawasan Perencanaan
Di sepanjang jalan arteri Tohpati-Kusamba dipergunakan sebagai obyek wisata
kegiatan untuk menunjang kegiatan sehari-hari seperti di bidang ekonomi, pertanian,
nelayan dan pariwisata serta kegiatan upacara keagamaan yang dilaksanakan oleh
masyarakat sekitar. Lokasi yang digunakan oleh umat Hindu dalam melaksanakan
kegiatan upacara keagamaan yaitu Pantai Kesiut, Pantai Negari, Pantai Lepang, dan Pantai
Klotok. Khusus untuk Pantai Klotok selain dipakai untuk kegiatan upacara keagamaan
bagi masyarakat adat sekitarnya juga merupakan tempat prosesi upacara Dewa Yadnya
bagi seluruh umat Hindu Bali dan Indonesia, yang berkaitan dengan rangkaian upacara
yang diselenggarakan di Pura Besakih.
Pura-pura yang terdapat di sepanjang pesisir pantai di kawasan perencanaan
yaitu Pura Er Jeruk di Pantai Purnama, Pura Sukaluwih di Pantai Saba, Pura Masceti di
Pantai Masceti, Pura Candi di Pantai Lebih, Pura Segara dan Pura Desa di Pantai
Negari/Tegal Besar, serta Pura Watu Klotok di Pantai Klotok.
Kegiatan upacara yang dilakukan di lokasi-lokasi pura tersebut dilakukan secara
berkala sesuai dengan tingkatan dan jenis Yadnya yang dilaksanakan seperti:
1. Di Pantai Kesiut dilakukan kegiatan melasti dalam rangkaian dengan upacara Nyepi
yang pelaksanaannya 3 (tiga) hari sebelum Nyepi dan dipergunakan sebagai tempat
Nganyut dalam upacara Pitra Yadnya oleh masyarakat Desa Tulikup.
2. Di Pantai Lepang dipergunakan sebagai tempat melasti pada setiap upacara di Pura
Kahyangan Tiga Desa Adat Losan.
3. Di Pantai Klotok digunakan sebagai tempat melasti ketika upacara Panca Wali Krama
karena Pura Klotok berkaitan dengan Pura Penataran Agung Besakih, Upacara di Pura
Dasar Gelgel setiap Purnama Kapat, Upacara di Pura Dalem Tapmwagan Bangli setahun
sekali, upacara Nyepi yang dilaksanakan setiap setahun sekali mulai dari 5 (lima) hari
sebelum Nyepi oleh masyarakat Kabupaten Klungkung, upacara nganyut dalam rangka
upacara Pitra Yadnya oleh masyarakat Klungkung.

3.5.5 Sistem Kelembagaan
Lembaga yang hidup di masyarakat pada Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa Lawah
yaitu : Banjar, Subak, Subak Abian dan Sekaa yang berfungsi sebagai motivator dan
katalisator pembangunan.

Gambar 3.8 Arah Orientasi Ruang Budaya Bali Gambar 3.9 Pola Desa Kusamba


L A P O R A N A N T A R A BAB III - 23

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah

1. Banjar
Banjar merupakan komunitas di bawah Desa Pakraman yang memiliki unsur unsur
warga (krama), teretorial, bale dan pura, awig (peraturan), dan pengurus. Di dalam
banjar ini terpadu peranan seseorang anggota banjar sebagai anggota sebuah desa
adat dan desa dinas.
2. Subak
Subak adalah organisasi pengairan bersumber dari 1 sumber air untuk mengairi
satu kesatuan areal persawahan yang bersifat sosio-agraris-religius, yang terdiri
atas para petani penggarap pada arela subak tersebut.
Subak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Subak merupakan organisasi petani yang megelola irigasi untuk anggota-
anggotanya. Sebagai suatu organisasi subak mempunyai aturan-aturan
keorganisasian (awig-awig), baik secara tertulis maupun tidak tertulis;
Subak mempunyai sumber air bersama, sumber air ini dapat berupa bendung
(empelan) di sungai, mata air, air tanah ataupun saluran utama sistem irigasi;
Subak mempunyai areal persawahan;
Subak mempunyai otonomi baik internal maupun eksternal; dan
Subak mempunyai satu atau lebih Pura Bedugul (atau Pura yang berhubungan
dengan persubakan).
3. Subak Abian
Bercocok tanam di ladang (lahan kering) lebih dahulu dikenal dibandingkan dengan
pertanian lahan basah. Munculnya kedua sistem itu adalah secara alami sebab suatu
sistem pertanian itu diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi lahan pertanian
itu sendiri. Pertanian pada lahan kering di Bali disebut Abian (kebun). Ada dua
macam sistem pada kebun yaitu :
Kebun dengan sistem tanaman keras (tahunan) seperti kopi, jeruk cengkeh,
rambutan, mangga, kelapa dan lain sebagainya; dan
Kebun dengan tanaman semusim yang berumur pendek seperti sayur-sayuran,
bunga-bungaan, kacang-kacangan, kentang, bawang, jagung dan sebagainya.
Subak abian itu secara khusus mengkoordinir pertanian lahan kering
(perkebunan).
Lembaga subak ini bersifat permanen dengan keorganisasian mantap dan
mempunyai nama sendiri-sendiri, serta mempunyai anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga yang disebut awig-awig subak.
4. Sekaa
Sekaa dibentuk berdasarkan asas sukarela berdasarkan atas tujuan-tujuan tertentu
yang sangat khusus sesuai dengan bidang-bidang yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Keberadaan sekaa dapat dibagi dua yaitu :
Ada sekaa yang berbentuk permanen yang berlangsung terus menerus (dari
generasi ke generasi); dan
Ada sekaa yang dibentuk secara temporal.
Sekaa yang berbentuk permanen misalnya : Sekaa teruna-teruni, sekaa pemangku,
sekaa patus, sekaa dadia, sekaa gong dan lain-lain. Sedangkan sekaa yang bersifat
sementara seperti : sekaa manyi, sekaa semal, sekaa mamuia, sekaa kopi dan lain-
lain.




L A P O R A N A N T A R A BAB III - 24

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah

A. Upacara Agama dan Upacara Adat
Landasan upacara agama dan upacara adat di kawasan perencanaan selain
berlandaskan ajaran Agama Hindu juga dilandaskan oleh dresta (tradisi) yang telah ada
dan dianggap benar, upacara agama dan upacara adat yang membutuhkan ruang sesuai
dengan pelaksanaan Panca Maha Yadnya yaitu : Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya,
Manusia Yadnya dan Bhuta Yadnya.
1. Kebutuhan ruang dalam pelaksanaan Dewa Yadnya antara lain tempat suci (pura),
kawasan suci, dan lintasan suci seperti jalan-jalan, yang dipakai prosesi ritual.
2. Kebutuhan ruang dalam pelaksanaan Rsi Yadnya biasanya kebutuhan ruangnya
sama dengan upacara Manusia Yadnya yaitu terbatas pada ruang permukiman.
Namun juga ada dipergunakannya ruas-ruas jalan untuk prosesi tersebut.
3. Kebutuhan ruang untuk kebutuhan Upacara Pitra Yadnya selain permukiman
(rumah duka) juga dipakainya ruas jalan pempatan agung dan setra (kuburan)
dalam prosesi upacaranya.
4. Upacara bhuta yadnya yang dilaksanakan di wilayah perencanaan, yang paling
utama membutuhkan ruang adalah Bhuta Yadnya yang dilakukan secara berkala
seperti : Tawur Kesanga (akhir tahun/saka) yang umumnya dilakukan di
Catuspatha Kabupaten/Kecamatan /Desa, dan di Bale Banjar.
Dengan kegiatan-kegiatan upacara diatas sudah pasti akan menemukan
permasalahan dari pemanfaatan ruangnya sehingga perlu mendapatkan perhatian
untuk membangun, memperbaiki dan menata sarana dan prasarana upacara tersebut
dengan tetap mempertahankan daerah-daerah peruntukan kegiatan upacara dimaksud,
baik dari nilai estetika maupun radius kesuciannya.


B. Tempat Suci dan Kawasan Suci
Tempat suci adalah tempat yang disakralkan untuk pemujaan Hyang Widhi atau
manifestasinya. Sedangkan kawasan suci adalah suatu wilayah yang disakralkan oleh
umat hindu di kawasan perencanaan seperti : gunung, mata air, sungai, campuhan
(pertemuan sungai) danau, pantai dan laut, setra, subak, dan catuspatha.
Tempat suci atau sering disebut pura atau kahyangan, berisi bangunan-bangunan
suci/pelinggih. Tempat tempat suci atau pura di kawasan perencanaan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Pura Keluarga : sanggah/pemerajan, panti, paibon, dadia, batur, pedarman
2. Pura Swagina : Bedugul, Ulunsari, Segara. Melanting, dan pura/merajan di instansi-
instansi
3. Kahyangan Jagat : Sad Kahyangan dan Dang Kahyangan
4. Tri Kahyangan Desa : Puseh, Desa, Dalem
Kawasan - kawasan suci dan radius kesucian pura memiliki makna-makna ekologis,
konservatif, religius, dan ekonomi, untuk kawasan suci dan radius kesucian perlu
pengaturan sempadan, perlakuan, dan pengelolaan untuk mempertahankan kesucian,
keberlanjutan sumber daya alam, sumber daya budaya, dan sumber perekonomian.
Tempat suci umumnya berada pada kawasan suci dan diamankan dengan radius
kesucian pura sesuai dengan jiwa yang termuat dalam Bhisama Parisada Hindu Dharma
Indonesia mengenai radius kesucian pura melalui surat keputusan PHDI Pusat No.
11/Kep./I/PHDIP/1994 tertanggal 25 januari 1994.


L A P O R A N A N T A R A BAB III - 25

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah

Menurut Bhisama tersebut radius kesucian pura Sad Kahyangan adalah apeneleng
agung yang setara dengan minimal 5000 m dan Dang kahyangan adalah apeneleng alit
yang setara dengan 2000 m. Sedangkan untuk Tri Kahyangan adalah apenimpug yang
setara dengan 50 m atau apenyengker setara dengan telajakan pura atau pelaba yang
ada disekitar pura.
Dalam radius kesucian pura ini perlu diatur kegiatan/bangunan yang diperbolehkan
berkaitan dengan penyelenggaraan wali, perawatan/pengawasan, perumahan mangku,
desa pengemong, dan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam kegiatan wali maupun
perbaikan pura seperti parkir, warung makan/minum, budi daya pertanian dan
kawasan berfungsi lindung.
Tempat suci dan kawasan suci salah satu fungsinya sebagai tempat dilaksanakannya
upacara agama. Maka di kawasan perencanaan upacara agama sesuai dengan
prosesinya yang paling banyak memanfaatkan ruang antara lain :
a. Upacara Tawur Agung pada akhir sasih kesanga yang dilaksanakan di Catus Pata
Desa Adat dan di tiap Kecamatan pada kawasan perencanaan
b. Khusus Tawur Agung di Ibukota Kabupaten Klungkung mempunyai ketentuan Pada
saat kesepuluh kali kembali mekar/Padma mekar dibarengi dengan Panca Bali
Krama di Besakih dan Batu Klotok yang berada pada kawasan perencanaan.
Adapun sebaran tempat suci dan kawasan suci dalam kawasan perencanaan yaitu


No. Nama Pura Tingkatan
Lokasi
Desa Kecamatan
1. Goa Lawah Kahyangan Jagat Pesinggahan Dawan
2. Batu Klotok Kahyangan Jagat Gelgel Klungkung
3. Dasar Gelgel Kahyangan Jagat Gelgel Klungkung
4. Kentel Gumi Kahyangan Jagat Banjarangkan Banjarangkan
Sumber : PHDI Kabupaten Klungkung Dalam MATEK RTRW Kabupaten Klungkung Tahun 2013-2033


No. Nama Pura Fungsi
Lokasi
Desa Kecamatan
4. Pantai Nagari Melasti dan Penganyutan Desa Negari Banjarangkan
5. Pantai Lipang Melasti dan Penganyutan Desa Takmung Banjarangkan
6. Batu Klotok Melasti dan Penganyutan Desa Takmung Klungkung
7. Pantai Kusamba Melasti dan Penganyutan Desa Tojan Dawan
8. Pantai Goa Lawah Meajar-ajar Desa Kusamba Dawan
Sumber : PHDI Kabupaten Klungkung Dalam MATEK RTRW Kabupaten Klungkung Tahun 2013-2033

3.6 Kondisi Perekonomian
3.6.1 Produk/Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja ekonomi di
suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto. PDRB dibedakan menjadi dua
yaitu PDRB sektoral yang merupakan nilai tambah yang tercipta dalam setiap sektor
usaha di suatu wilayah pada periode waktu tertentu dan PDRB penggunaan atau
konsumsi yang merupakan pengeluaran akhir berbagai produk barang dan jasa untuk
mengkonsumsi akhir, investasi fisik dan ekspor neto di suatu wilayah pada periode waktu
tertentu.
Tabel 3.11 Sebaran Tempat Suci (Pura) di Kawasan Perencanaan
Tabel 3.12 Sebaran Kawasan Suci di Kawasan Perencanaan


L A P O R A N A N T A R A BAB III - 26

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah

PDRB Kabupaten Buleleng atas dasar harga berlaku tahun 2011 besarnrya 8.288.239,22
juta rupiah dan 3.668.884,04 juta rupiah atas dasar harga konstan. Secara nominal nilai
PDRG tahun 2011 baik atas dasar harga konstan maupun atas dasar harga berlaku
menunjukkan peningkatan dibanding tahun sebelumnya.
Dari tahun ke tahun sektor pertanian masih merupakan sektor yang paling dominan
dalam kontribusinya terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten Buleleng. Kontribusi
sektor ini mencapai 29,52 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi sektor
penting setelah pertanian yang kontribusinya mencapai 25,97 persen. Kegiatan pariwisata
mempunyai mempunyai peranan penting dalam perkembangan sektor ini.
Dan tercatat laju pertumbuhan PDRB tahun 2011 di Kabupaten Buleleng adalah sebesar
6,11 persen. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB
tahun sebelumnya yang mencapai 5,85 persen. Secara umum naiknya laju pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Buleleng sangat dipengaruhi oleh peningkatan kinerja sektor
pertanian, terlebih sektor ini mempunyai kontribusi paling besar dalam pembentukan
PDRB di Kabupaten Buleleng. Turut pula memberi andil pada peningkatan laju
pertumbuhan ekonomi yaitu tumbuhnya nilai tambah sektor perdagangan, hotel, dan
restoran serta sektor jasa-jasa.

3.6.2 Mata Pencaharian Penduduk

3.6.3 Potensi Perekonomian Kawasan Perencanaan





3.7 Kondisi Kepariwisataan
3.7.1 Destinasi Wisata Kawasan Perencanaan
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan yang dimaksud dengan Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis
yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya
tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang
saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Berdasarkan pengertian di
atas, unsur-unsur pembentuk destinasi pariwisata meliputi : daya tarik wisata,
aksesibilitas, prasarana dan fasilitas umum, fasilitas pariwisata.
Daya Tarik Wisata (DTW) merupakan pusat-pusat kegiatan baik berupa titik
lokasi, sekitar bangunan tertentu, kawasan, hamparan maupun wilayah desa yang
memiliki potensi sebagai daya tarik wisata. Daya tarik wisata di kawasan perencanaan
terdiri dari:
a. Wisata Pantai meliputi:
1. Pantai Tegal Besar dan Pantai Negari, di Kecamatan Banjarangkan;
2. Pantai Goa Lawah di Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan; dan
b. Wisata Spiritual meliputi:
1. Kawasan Pura Goa Lawah;
2. Kawasan Pura Kentel Gumi;
3. Kawasan Pura Penataran Ped;
4. Kawasan Pura Puncak Bukit Mundi; dan


L A P O R A N A N T A R A BAB III - 27

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah

5. Kawasan Pura Goa Giri Putri.
c. Desa Wisata meliputi: Desa Gelgel;
d Wisata Petualangan meliputi: Tukad Unda (arung jeram).
e. Wisata Remaja meliputi: Wisata Tirta (kolam renang) di Desa Gelgel.
f. Pengembangan Daya Tarik Wisata Terpadu di Rencana Pengembangan Kawasan
Exs Pertambangan Bahan Galian Golongan C.

3.8 Sistem Jaringan Transportasi
Transportasi jalan merupakan moda transportasi utama yang berperan penting
dalam mendukung pembangunan serta mempunyai kontribusi terbesar dalam melayani
mobilitas manusia maupun distribusi komoditi perdagangan dan industri. Transportasi
jalan semakin diperlukan untuk menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan
pembangunan antar wilayah, antar perkotaan dan antar pedesaan serta untuk
mempercepat pengembangan wilayah. Tujuan pembangunan transportasi jalan adalah
meningkatkan pelayanan jasa transportasi secara efisien, handal, berkualitas, aman, harga
terjangkau dan mewujudkan sistem transportasi secara intermoda dan terpadu dengan
pembangunan wilayah dan menjadi bagian dari suatu sistem distribusi yang mampu
memberikan pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas, termasuk meningkatkan
jaringan desa-kota yang memadai. Dalam upaya pembangunan transportasi jalan,
diperlukan untuk mengkaji kinerja jalan dengan mengevaluasi kondisi lalu lintas pada
jaringan jalan.
1. Hirarki dan Fungsi Jaringan Jalan
Jaringan jalan eksisting di wilayah perencanaan merupakan satu kesatuan sistem yang
terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Di wilayah
perencanaan sistem jaringan primer lebih menonjol karena kondisi kawasan non
perkotaan dan hanya di beberapa tempat yang berhubungan dengan sistem jaringan jalan
sekunder.
1. Jaringan jalan arteri primer: yang berfungsi dalam melayani pergerakan orang, dan
barang antar pulau (Jawa-Bali-Lombok) antar kota/kabupaten serta antar kawasan
pariwisata di Bali. Yang termasuk jaringan arteri primer adalah jalur jalan Denpasar-
Gianyar - Klungkung dan segmen dari ruas jalan Tohpati - Kusamba.
2. Jaringan jalan lokal primer: merupakan jaringan jalan lokal pedesaan yang fungsinya
sebagai jalan penghubung antar ibukota kecamatan dengan desa di dalam kawasan
perencanaan, sebagai jalan penghubung antar desa di dalam wilayah perencanaan
serta sebagai jalan penghubung antar obyek wisata dalam wilayah perencanaan.
3. Jaringan jalan lokal lingkungan: merupakan jaringan jalan yang berfungsi sebagai
jalan penghubung antar lingkungan permukiman di dalam wilayah perencanaan,
antara pusat lingkungan di ke jalan lokal primer dan ke pusat pelayanan lainnya,
antar obyek wisata dalam wilayah perencanaan.
2. Pola Pergerakan
Pola pergerakan yang terdapat di kawasan perencanaan yaitu :
1. Pergerakan antar pulau yaitu Pulau Jawa Bali Lombok yang melintasi Jalan Arteri
Tohpati-Kusamba.
2. Pergerakan regional yaitu pergerakan antar kabupaten, kecamatan dan kota dan
antar salah satu kawasan pariwisata di Bali seperti ruas jalan DenpasarSukawati-
Gianyar-Klungkung-Karangasem, atau Lajur Jalan Tohpati-Kusamba.


L A P O R A N A N T A R A BAB III - 28

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah

Pola pergerakan lokal menyangkut pergerakan antar desa dan antar pegerakan fungsional
dan antar obyek wisata dalam kawasan perencanaan. Pergerakan ini terjadi karena
adanya aktivitas penduduk di wilayah perencanaan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari didukung oleh jaringan jalan lokal dan lingkungan.

3. Kondisi Jalan di Kawasan Perencanaan
Berdasarkan data statistik tahun 2013 bahwa jenis jalan yang terdapat dalam kawasan
perencanaan pada umumnya sudah berasal pada dan kondisi baik.


Desa/Kelurahan
Jenis Jalan (Km)
Jembatan
Aspal
Diperkeras Tanah
Desa Satra 4,60
- - 1
Desa Tojan 8,50
- - 3
Desa Jumpai 2,80
- - 1
Desa Tangkas 5,20
- - 1
Desa Gelgel
11,50
- - 1
Kampung Islam
Gelgel
0,70
- - 1
Desa Kusamba
7,00
- - 4
Kampung Kusamba
1,00
- -
Desa Pesinggahan
7,50
- - 2
Desa Dawan Kelod
3,40
- - 3
Desa Gunaksa
8,00
- - 4
Desa Negari 5,8
- - 2
Desa Takmung 9,1 - - 4
Total 75,1 - - 27


4. Terdapatnya Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat
(1) Sistem Jaringan Jalan berupa jaringan jalan bebas hambatan merupakan jaringan
jalan nasional untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara
penuh dan tanpa adanya persimpangan sebidang serta dilengkapi dengan pagar
ruang milik jalan, meliputi rencana pengembangan:
a. ruas jalan Tohpati Kusamba Padangbai;
(2) Jaringan jalan kolektor primer 3 merupakan jaringan jalan provinsi yang berfungsi
melayani pergerakan antar PKW dengan PKL (Pusat Kegiatan Lokal) atau antar
PKL/PKW dengan PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) yang telah ada meliputi:
a. ruas jalan Klungkung Gelgel;
b. ruas jalan Takmung Satra;
c. rencana jalan ke Pelabuhan Penyberangan Gunaksa.
(3) Jaringan jalan sekunder (jalan kabupaten), meliputi ruas jalan:Negari Angantaka.




Tabel 3. Struktur Jaringan Jlan di Kawasan Perencanaan
Sumber: Kecamatan Klungkung, Dawan dan Banjarangkan Dalam Angka 2013


L A P O R A N A N T A R A BAB III - 29

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah

5. Terdapatnya Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut
Sistem pelayanan transportasi laut di Kawasan Sepanjang Jalur Jalan Tohpati Kusamba
meliputi:
(1) Pelabuhan Penyeberangan Gunaksa di Desa Gunaksa Kecamatan Dawan sebagai
pasangan Pelabuhan Penyeberangan Mentigi di Kecamatan Nusa Penida untuk
pelayanan kapal penyeberangan dalam Provinsi atau dalam Kabupaten;
(2) Pelabuhan Tribuana, Kusamba untuk pelayanan kapal pelayaran rakyat angkutan
penumpang dan barang, di Desa Kusamba;
(3) Pelabuhan Pariwisata yaitu pengembangan pelabuhan kapal pesiar sejenis cruise
dan yacht di Kawasan Eks Galian C Gunaksa secara terpadu dgn DTW lainnya.

3.9 Prasarana Dasar Wilayah
3.9.1 Prasarana Energi dan Kelistrikan
Prasarana jaringan listrik merupakan salah satu prasarana penting dalam menjaga
stabilitas pembangunan wilayah. Penggunaan listrik di Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa
Lawah umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga serta untuk
kegiatan sosial dan industri. Pemakaian listrik di Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa
Lawah semakin tahun cenderung terus meningkat akibat dari adanya pertambahan
jumlah penduduk dan meningkatnya perkembangan sektor pariwisata.
Jaringan listrik telah menjangkau seluruh desa-desa di dalam kawasan
perencanaan. Fasilitas ini mutlak diperlukan karena sangat mempengaruhi pola hidup
masyarakat di kawasan tersebut. Dengan adanya listrik berarti banyak aktivitas yang
dapat berkembang seperti untuk penerangan, industri, perdagangan, yang pada akhirnya
membantu perkembangan ekonomi Kawasan Strategis Tegal Besar-Goa Lawah. Dalam
menggunakan energi listrik ini tentunya disesuaikan dengan keperluan dan kemampuan
ekonomi masing-masing warga.

3.9.2 Energi Telekomunikasi
Fasilitas telepon yang ada saat ini, disamping pesawat telepon yang menggunakan
jaringan kabel juga telah berkembang penggunaan telepon genggam atau telepon selular.
Dalam pembahasan sistem telekomunikasi di Kabupaten Klungkung lebih lanjut hanya
akan dibahas sistem telepon yang menggunakan jaringan kabel.
Jaringan telepon di Kabupaten Klungkung tersebar dengan cukup merata. Dari
data jumlah sambungan telepon yang diperoleh, Kecamatan Klungkung merupakan
kecamatan dengan sebaran konsentrasi sambungan telepon terbesar di Kabupaten
Klungkung yaitu sebanyak 3.265 sambungan telepon atau 56,14% pada Tahun 2009.

3.9.3 Prasarana Persampahan
Pembuangan sampah di wilayah perencanaan pada umumnya dilakukan secara
individu dengan cara dibakar, ditanam, atau dibuang ketempat terbuka (tegalan). Namun
saat ini sistem pengelolaan sampah sudah mulai dikelola oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan (DKP). Adapaun sistem pengelolaan sampah meliputi tahap-tahap sebagai
berikut:
1. Pengumpulan
Pengumpulan sampah di kawasan perencanaan masih menggunakan cara konvensional
yaitu sampah dari sumber-sumber dikumpulkan di tempat penampungan.



L A P O R A N A N T A R A BAB III - 30

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah

2. Pemindahan
Pemindahan sampah terjadi di transfer depo, dimana sampah hasil pengumpulan oleh
gerobak dipindahkan langsung ke back truck untuk dibawa ke TPA.
3. Pengangkutan
Pengangkutan sampah di kawasan perencanaan didukung oleh sarana operasional seperti
truck biasa, dump truck dan truck with crane.
4. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sampah-sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) diangkut ke tempat
pembuangan akhir (TPA)

3.9.4 Prasarana Air Minum
Sumber air bersih di Kawasan Perencanaan berasal dari PAM, sumur, mata air,
sungai dan sumber lainnya. Namun sebagian besar pelayanan air bersih di wilayah
perencanaan dikelola dan dibina oleh PDAM Kabupaten Klungkung. Pelayanan yang
dikelola oleh PDAM terdiri dari Sambungan Rumah (SR), Kran Umum (KU), Hidran Umum
(HU), dan Tangki Air (TA), sedangkan yang dikelola oleh non PDAM dilayani dari sumur,
pompa air, sungai dan mata air.Sumber air baku PDAM Kabupaten Klungkung sebagian
besar dari mata air.

3.9.5 Prasarana Drainase
Prasarana drainase buatan yang ada di Kawasan Tegal Besar-Goa Lawah, hanya
berupa drainase sepanjang jalan. Belum terdapat sistem drainase yang terstruktur dan
teritegrasi dengan daerah-daerah tangkapan air (catchment area). Morfologi kawasan
yang sebagian merupakan perbukitan dan bergelombang, sangat memungkinkan
pengembangan sistem drainase makro maupun mikro yang terintegrasi dengan saluran
primer yang melintas di Kawasan Perencanaan.
Sejalan dengan perkembangan Kawasan Perencanaan sebagai pusat aktivitas
pariwisata, ke depan diperkirakan akan terjadi peningkatan volume limbah yang sangat
besar sehingga diperlukan pemisahan antara saluran drainase dengan limbah.
Produksi limbah cair dalam volume yang cukup besar tersebut sangat potensial
sebagai sumber pencemar air bawah tanah dan lingkungan serta sumber
berkembangbiaknya berbagai penyakit. Kondisi saat ini belum dirasakan dampaknya
langsung mengingat limbah cair dibuang langsung ke saluran drainase atau melalui
pengeringan pada lahan-lahan kosong. Sistem pengolahan dengan siptictank rentan
dengan kebocoran sehingga kemungkinan merembesnya air limbah cair ke sumber-
sumber air baku dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Konsep penanganan
limbah yang dapat diterapkan yakni membuat sistem pengolahan secara komunal,
memisahkan antara saluran drainase dengan limbah serta membangun jaringan dan
instalasi pengolahan limbah secara terpusat.





3.10 Potensi Bencana Alam

3.10.1 Rawan Angin Kencang


L A P O R A N A N T A R A BAB III - 31

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah


3.10.2 Rawan Bencana Longsor


3.10.3 Tsunami

3.10.4 Daerah Banjir

3.10.5 Kegempaan

3.10.6 Abrasi






































L A P O R A N A N T A R A BAB III - 32

Penyusunan RANPERDA Rencana Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis Daya Tarik Wisata Tegal Besar-Goa Lawah

Anda mungkin juga menyukai