Anda di halaman 1dari 29

SEMINA

R
MANAGEMENT
OF COASTAL
(PENGELOLAAN WILAYAH
AREA
PESISIR )

DOSEN:
DR. VERONICA A. KUMURUR., ST., M.SI

LISA MEIDIYANI LAUTETU


14021105020
SUBTANSI PEMBAHASAN
1. Latar belakang
BAB I
2. Tujuan dan manfaat penulisan
PENDAHULUAN 3. Metodologi penulisan

1. Konsep dan definisi wilayah pesisir


2. Batas wilayah pesisir
BAB II 3. Zonasi wilayah pesisir
4. Karakteristik wilayah pesisir
PEMBAHASAN
5. Potensi wilayah pesisir
6. Permasalahan wilayah pesisir
7. Proses pengelolaan pesisir
8. Konsep pengelolaan wilayah pesisir

BAB III
PENUTUP 1. Kesimpulan
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
• Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang
meliputi kurang lebih 17.508 pulau-pulau dan memiliki garis pantai sepanjang
81.000 km. sumber daya pesisir dan lautan memiliki potensi yang sangat
penting, karena di wilayah pesisir dan lautan menyediakan berbagai sumber
daya alam, baik hayati maupun non-hayati yang bernilai ekonomis dan ekologis
yang tinggi.
• Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah yang unik dimana terdapat interaksi
baik proses maupun kegiatan yang mempengaruhi daratan maupn lautan (Kay
dan Alder: 2002).
• Sebagai wilayah yang mempengaruhi daratan dan lautan, pesisir memiliki
karakteristik tersendiri dan unik. Maka tidak heran jika adanya aktivitas
manusia dalam menciptakan ruang-ruang terbangun akhirnya sering
mengakibatkan masalah di dalam ekosistem pesisir. Pembangunan yang terjadi
menyebabkan pesisir rentan akan bencana, baik bencana yang terjadi secara
alamiah maupun non alamiah. Hal inilah sehingga pesisir harus dikelola secara
baik.
• Pengelolaan pesisir harus dilakukan secara integritas dan komprehensif, dengan
tidak hanya memandang beberapa apsek saja, melaikan harus secara
keseluruhan ekosistem yang ada di wilayah pesisir. Adanya pengelolaan pesisir,
juga diharapkan agar pembangunan-pembangunan pada daerah pesisir dapat
diarahkan sesuai dengan kebijakan yang ada, dan juga kemampuan dari pesisir
itu sendiri. Sehingga pengelolaan pesisir sangat penting untuk dilakukan.
TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
TUJUAN
Mengetahui dan memahami konsep wilayah pesisir

Mengetahui masalah dan potensi wilayah pesisir

Mengetahui dan memahami konsep pengelolaan pesisir

Mengetahui dan memahami proses perencanaan dan pengelolaan


wilayah pesisir.

MANFAAT
Lebih memahami tentang pengelolaan kawasan pesisir (management of
coastal area), sehingga dapat dijadikan sebagai landasan ataupun
pegangan dalam penyusunan tugas akhir.
METODOLOGI PENULISAN
JENIS PENULISAN:
BERSIFAT DESKRIPTIF DENGAN
MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER
PENCARIAN LITERATUR:
Buku dan Junrnal
Terdahulu
1. Coastal Planing and Management oleh
Robert Kay dan Jackie Alder, 2002. Mendeskripsikan hasil
2. Coastal Zone Management oleh Timothy
Beatly, David J. Brower, Anna K.
literatur yang didapatkan
Schwab, 2002.
3. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu oleh
Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, M.S., Prof.
Dr. Ir. Jacub Rais, M.Sc., Ir. Sapta Putra
Ginting, M.Sc., dan Dr. M.J. Sitepu,
2013.
4. Dasar Hukum Undang-Undang No. 1
tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 27 tahun 2007
Membuat Kesimpulan Tentang
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pengelolaan Kawasan Pesisir
Pulau-Pulau Kecil.
PEMBAHASAN
PENGERTIAN WILAYAH DAN KAWASAN

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


menjelaskan bawah Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya
ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menjelaskan


bawah Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi
daya.

Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 27


tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir & Pulau-pulau Kecil, menyatakan
bahwa Kawasan adalah bagian Wilayah Pesisir dan Pulau¬Pulau Kecil yang memiliki
fungsi tertentu yang ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi, sosial, dan
ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya.
PENGERTIAN WILAYAH PESISIR
Jay dan Alder (1999), Wilayah Pesisir adalah wilayah yang unik, karena
dalam konteks bentang alam, wilayah pesisir merupakan tempat
bertemunya daratan dan lautan.

Soegiarto (1976) mendefinisikan wilayah pesisir sebagai daerah pertemuan antara darat dan
laut, ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air,
yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air
asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi
oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar,
maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan
pencemaran.

Menurut UU No. 1 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- Undang No. 27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menyatakan bahwa wilayah pesisir
adalah daerah peralihan antara ekosistem darat & laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat &
laut. Belum ada kesepakatan dunia tentang berapa jarak batas wilayah pantai ke laut maupun ke
darat, namun setiap negara memberikan batasan wilayah pesisir sesuai tujuan pengelolaannya.
KETERKAITAN ANTARA FAKTOR
LINGKUNGAN DARAT, LAUT, DAN AKTIVITAS
MANUSIA

Darat
BATAS WILAYAH PESISIR
Batas wilayah pesisir yang digunakan adalah batas administrasi daerah, batas wilayah politik negara,
bentuk fisik pantai, unit-unit ekologi (arbitrary). Setiap penggunaan pesisir pada daerah-daerah pesisir
memiliki pengelolaan yang berbeda-beda, sehingga penentuan batas pesisir pun harus dilihat dari tujuan
penggunaan pesisir tersebut (Kay, Alder: 2002).

Cara alternatif dalam penentuan batas ke arah laut dan


darat untuk wilayah pesisir (Dahuri, dkk. 2013):

Batas wilayah pesisir ke arah darat pada umumnya adalah jarak secara arbitrer dari rata-
rata pasang tertinggi dan batas ke arah laut umumnya adalah sesuai dengan batas juridiksi
provinsi.

Batas wilayah pesisir dapat ditentukan melalui kepentingan pengelolaan yakni Wilayah
Perencanaan (planning zone) dan Wilayah Pengaturan (regulation zone)

Batas ke arah darat dari suatu wilayah pesisir dapat berubah.


ZONASI WILAYAH PESISIR
Backshore terletak diantara batas bawah
gumuk pasir (sand dune) hingga ke
garis air pasang paling tinggi (mean
high water line).

Foreshore yaitu zona pasang surut,


kawasan yang terletak di antara batas
atas dan bawah pasang air laut

Shoreface yaitu zona yang berbatasan


dengan zona peralihan.

Offshore merupakan zona lepas pantai


yang mengarah kelaut
KAWASAN DAN ZONA PESISIR DAN
PULAU-PULAU KECIL
Zona (Kawasan) UU Tata Zona (Kawasan) UU Pengelolaan Kategori Zona Berdasarkan Peraturan
Ruang No. 26 Tahun Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil No. Menteri Kelautan dan
2007 1 Tahun 2014, Pasal 11 Perikanan No. PER.16/MEN/2008 pasal 15

Kawasan Budidaya Rencana Kawasan Pemanfaatan 1. Pariwisata


Umum 2. Pemukiman
3. Pertanian
4. Hutan
5. Pertambangan
6. Perikanan Budidaya
7. Perikanan Tangkap
8. Industri
9. Infrastruktur umum
10. Pemanfaatan Terbatas sesuai dengan karakteristik
biogeofisik lingkungan
Kawasan Lindung Rencana Kawasan Konservasi 1. Konservasi Perairan
2. Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
3. Konservasi Maritim
4. Sempadan Pantai
Kawasan Khusus Rencana Kawasan Strategis Nasional 1. Pertahanan Keamanan
Tertentu 2. Situs Warisan Dunia
3. Perbatasan dan Pulau-Pulau Kecil Terluar
KARAKTERISTIK WILAYAH PESISIR

Dicirikan dengan persaingan


Memiliki habitat dan dalam pemanfaatan
ekosistem sumberdaya dan ruang oleh
berbagai stakeholders

Biasanya memiliki
Menyediakan sumberdaya kepadatan penduduk yang
ekonomi nasional tinggi dan merupakan
wilayah urbanisasi.
POTENSI WILAYAH PESISIR

Ekonomi

Ekologis

Pertahanan dan
Keamanan

Pendidikan dan
Penilitian
PERMASALAHAN WILAYAH PESISIR
Pencemaran

Kerusakan fisik habitat

Pemanfataan sumber daya laut yang berlebihan

Abrasi pantai

Konversi kawasan lindung menjadi peruntukan kawasan


pembangunan lainnya.

Bencana alam
PERMASALAHAN PEMANFAATAN DAN
PENGELOLAAN PESISIR
Pemanfaatan dan pengelolaan daerah belum diatur dengan peraturan
perundang-undangan yang jelas

Pemanfaatan dan pengelolaan daerah pesisir cendrung bersifat sektoral

Pemanfatan dan pengelolaan daerah pesisir belum memperhatikan


konsep daerah pesisir sebagai suatu kesatuan ekosistem yang tidak
dibatasi oleh wilayah administratif pemerintahan

Kewenangan daerah dalam rangka otonomi daerah belum dipahami


secara komprehensif oleh para stakeholders
PROSES PENGELOLAAN PESISIR
KONSEP PENGELOLAAN PESISIR
Pengelolaan Pesisir Secara
Berkelanjutan

Pengelolaan Pesisir Secara


Terpadu

Pengelolaan Pesisir Berbasi


Masyarakat
PENGELOLAAN PESISIR SECARA
BERKELANJUTAN
Brealty, dkk (2002), Pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan
yang memenuhi kebutuhan masa kini
tanpa mengurangi kemampuan
generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhan mereka sendiri.

Kay dan Alder (2002), pengelolaan


pesisir secara berkelanjutan adalah
pembangunan yang secara eksplisit
mengakui kualitas hidup manusia dari
generasi sekarang dan masa depan,
dimana keadilan social dan budaya
diakui sebagai mitra sejajar dengan
pertimbangan ekonomi dan
lingkungan.
INDIKATOR PEGELOLAAN PESISIR
BERKELANJUTAN
Aspek ekologi diukur dari kondisi sumberdaya perikanan, komoditas utama
perikanan keberagaman sumberdaya perikanan, kualitas perairan,
keragaman ekosistem, dan luas kawasan konservasi.

Aspek ekonomi dapat dinilai dari jumlah tangkapan, nilai tangkapan,


penerimaan bersih, jumlah tenaga kerja, banyaknya usaha perikanan,
kuantitas kegiatan perikanan, investasi dan subsidi pemerintahan di bidang
perikanan.

Aspek sosial dalam pengelolaan kawasan pesisir meliputi statistik dasar


kependudukan dan tingkat pendidikan. Statistik dasar kependudukan terdiri
dari tingkat kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, tingkat
ketergantungan, tingkat kelahiran, tingkat pertumbuhan penduduk.

Aspek kelembagaan meliputi beberapa indikator yaitu efisiensi


pengelolaan, tingkat partisipasi masyarakat, pengembangan kapasitas
masyarakat, keberlanjutan kelembagaan.
KONSEP PENGELOLAN PESISIR
SECARA TERPADU
Pesisir Terpadu (P2T) pengelolaan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan laut dilakukan
melalui penilaian secara menyeluruh (comprehensive assessment), merencanakan tujuan dan sasaran,
kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan
yang optimal dan berkelanjutan. Perencanaan dan pengelolaan tersebut dilakukan secara kontinyu dan
dinamis dengan mempertimbangkan aspek sosial-ekonomis-budaya dan aspirasi masyarakat pengguna
wilayah pesisir (stakeholders) serta konflik kepentingan dan pemanfaatan yang mungkin ada.
PROSES PENGELOLAAN
P2T
1 Identifikasi isu

2 Persiapan program

Adopsi program atau persetujuan dan


3 pendanaan

4 Implementasi atau pelaksanaan

5 Pemantauan (monitoring) dan evaluasi


ASPEK PENGELOLAAN PESISIR
SECARA TERPADU
Keterpaduan ekologis

Keterpaduan sektoral

ASPEK
KETERPADUA
N Keterpaduan disiplin ilmu

Keterpaduan stakeholders.
PENGELOLAAN PESISIR BERBASIS
MASYARAKAT
Pengelolaan berbasis masyarakat dapat diartikan sebagai suatu
system pengelolaan sumber daya alam disuatu tempat dimana
masyarakat lokal ditempat tersebut terlibat secara aktif dalam
proses pengelolaan sumber daya alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat.

Nikijuluw (1994) , Pengelolaan Berbasis Masyarakat atau biasa


disebut Community Based Management (CBM) merupakan salah
satu pendekatan pengelolaan sumberdaya alam, misalnya
perikanan, yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan
masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaannya.

Prinsip pengelolaan pesisir berbasis masyarakat diantaranya,


pemberdayaan, pemerataan akses dan peluang, ramah lingkungan
dan lestari, pengakuan terhadap pengetahuan dan kearifan
tradisional serta kesetaraan jender.
CONTOH PENERAPAN KONSEP
PENGELOLAAN
DI BAHOWO, KOTA
PESISIR
MANADO
Bahowo merupakan salah satu wilayah pesisir di Kota Manado yang
didapuk sebagai benteng pesisir Kota Manado.

Wilayah pesisir di Bahowo dikelola secara penuh oleh masyarakat


lokal, dengan mendirikan kelompok masyarakat yang khusus
mengelola wilayah pesisir Bahowo, yakni Kelompok Tunas Baru.

Masyarakat Bahowo mengelola wilayah pesisirnya dengan tidak


hanya memperhatikan satu aspek saja, melainkan semua aspek yakni
ekonomi, ekologi, maupun sosial/budaya.

Pengelolaan wilayah pesisir juga dilakuakan dengan memadukan


beberapa sektor, yakni diantaranya masyarakat lokal, pemerintah,
pengusaha, disiplin ilmu, dan lingkungan.
PENUTUP
KESIMPULAN
• Wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara laut dan darat dengan karakteristik
yang unik. Wilayah pesisir belum memiliki batasan yang jelas, namun secara umum batasan
wilayah pesisir disesuaikan berdasarkan pemanfaatan atau kepentingan pengelolaan wilayah
pesisir.
• Wilayah pesisir memiliki potensi yang cukup besar diantaranya mulai dari potensi ekonomi,
potensi ekologis, potensi pertanahan dan keamanan dan juga potensi pendidikan. Walaupun
memiliki potensi yang besar, wilayah pesisir juga memiliki permasalahan yang cukup
kompleks, hal ini karena karakteristik dari wilayah pesisir yang membuatanya sangat rentan
akan kerusakan. Masalah diwilayah pesisir bisa sangat beragam, baik masalah yang
disebabkan oleh aktivitas manusia maupun secara alamiah. Dari masalah yang begitu
kompleks dan potensi sumber daya alam yang besar, menjadikan wilayah pesisir harus
disebuah tindakan pengelolaan.
• Konsep pengelolaan pesisir dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yakni pengelolaan
wilayah pesisir secara berkelanjutan, terpadu dan berbasis masayarakat.
• Dan adapun proses pengelolaan pesisir diantaranya penataan atau perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. Serta
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto. L. (2015). Laporan Analisis Dan Evaluasi Hukum Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-
Pulau Kecil. Pusat Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional. Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia
RI.
Beatley T. Brower D.J. dan Schwab A.K. (2002). An Introduction To Coastal Management. Second Edition.
Island Press.
Dahuri R., Rais J., Ginting Putra S., Sitepu M.J. (2013). Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Secara Terpadu. PT.
Balai Pustaka (Persero). Jakarta Timur.
Effendy. M. (2009). Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu: solusi Pemanfaatan Ruang, Pemanfaatan
Sumberdaya dan Pemanfaatan Kapasitas Asimilasi Wilayah Pesisir Yang Optimal dan Berkelanjutan. Jurnal
Penelitian. Universitas Trunojoyo. Jawa Timur.
Hartomo W. (2004). Perencanaan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu Dalam Menunjang
Pembangunan Daerah. Sekolah Paskah Sarjana. IPB.
Kay R. dan Alder J. (2002). Coastal Planning and Management. Published: USA and Canada.
Marzuki Iswandi R. (2015). Perencanaan Dan Pengembangan Kota Pesisir Berwawasan Lingkungan. Unhalis
Press. Kendari.
Suparno. (2008). Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai Salah Satu Dokumen Penting Untuk
Disusun Oleh Pemerintah Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota. Skripsi. Universitas Bung Hatta. Padang.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang 27 Tahun 2007 tentang
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai