Anda di halaman 1dari 16

KEANEKARAGAMAN SUMBER

DAYA HAYATI LAUT


Anisa Aulia Sabilah, S.Kel., M.Si

PERDANA (TINGKAT III)


T.A. 2021/2022
Diversitas Biota Laut (Biodiversity)
 Biodiversity secara etimologi ialah penyatuan dua kata, bio dan diversity.
 Bio diartikan mahkluk hidup, sedangkan diversity diartikan sebagai keragaman
atau keanekaragaman.
 Biodiversity lengkapnya biological diversity, secara resmi diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia sebagai keanekaragaman hayati.
 Keanekaragaman hayati didefinisikan sebagai keragaman diantara makhluk hidup,
dari berbagai sumber termasuk daratan, lautan dan ekosistem perairan lainnya
serta kompleksitas ekosistem dimana mereka merupakan bagiannya.
 Ekosistem merupakan interaksi antar individu dalam populasi, komunitas dan
bersama lingkungan biotik dan abiotik sebagai suatu kesatuan.
 Laut ialah suatu ekosistem, bahkan ekosistem akuatik (perairan) terbesar di dunia.
 Keanekaragaman hayati pesisir dan laut diantaranya adalah ekosistem mangrove,
lamun dan terumbu karang.
1. Ekosistem Mangrove
 Menurut MacNae (1968) kata mangrove merupakan perpaduan bahasa Portugis
mangue (tumbuhan laut) dan bahasa Inggris grove (belukar), yakni belukar yang
tumbuh di tepi laut.
 Dalam bahasa Indonesia hutan mangrove disebut juga hutan pasang surut, hutan
payau, rawarawa payau atau hutan bakau.
 Ekosistem mangrove di Indonesia umumnya terpencar-pencar dalam kelompok-
kelompok kecil, Mangrove di Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan dan Irian sudah
terpengaruh kegiatan pembangunan, sedangkan di Maluku dan Nusa Tenggara
relatif masih alami.
 Ekosistem mangrove menyediakan habitat, tempat bertelur, tempat memijah, serta
tempat mencari makan bagi berbagai biota seperti ikan, udang, dan kepiting.
 Mangrove juga banyak dimanfaatkan sebagai penghasil kayu untuk bahan baku
bangunan, bahan makanan, dan obat-obatan yang dapat menunjang ekonomi
masyarakat sekitar.
Avicennia Bruguiera Rhizopora

Ceriops Sonneratia
2. Ekosistem Lamun
 Lamun ialah satu-satunya kelompok Angiospermae yang dapat tumbuh dan
berkembang di wilayah pasang surut.
 Padang lamun merupakan suatu ekosistem memiliki keanekaragaman hayati tinggi,
sebagai habitat yang baik bagi beberapa biota sebagai penyedia makanan dan
tempat berlindung beberapa jenis ikan dan crustacea.
 Di perairan Indonesia lamun umumnya tumbuh pada substrat dengan dasar
lumpur, pasir berlumpur, pasir dan pecahan karang.
 Di Indonesia terdapat 15 jenis spesies lamun, ialah: (1) Halophila capricornii; (2)
Halophila decipiens; (3) Halophila minor; (4) Halophila tricostata; (5) Halophila
ovalis; (6) Halophila spinulosa; Enhalus acoroides; (8) Thalassia hemprichi; (9)
Cymodocea rotundata; (10) Cymodocea serrulata; (11) Halodule pinifolia; (12) Halodule
uninervis; (13) Syringobium isoetifolium; (14) Thalasodendron ciliatum; dan (15)
Zostera capricornii.
 Lamun juga mempunyai fungsi ekologi sebagai perangkap sedimen (sediment trap)
dan mengurangi erosi pantai (abration).
3. Ekosistem Karang
 Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem laut dangkal yang dibangun oleh
biota penghasil kapur (terutama karang).
 Karang merupakan hewan dari Filum Coelenterata, Kelas Anthozoa (Scleractinia).
 Terdapat dua jenis karang, yaitu karang keras dan karang lunak.
 Karang keras bersimbiosis dengan alga Zooxanthellae, yaitu suatu organisme ber-
sel satu yang membutuhkan sinar matahari untuk fotosintesis dan mentransfer 95%
makanan yang diproduksi untuk karang, sementara zooxanthellae mendapatkan
perlindungan dan nutrient dari karang.
 Diperkirakan Indonesia memiliki luas terumbu karang sebesar 2,5 juta hektar. Total
jenis karang Indonesia mencapai 569 jenis atau 67% dari 845 total spesies karang
dunia.
 Ekosistem terumbu karang merupakan rumah bagi hampir 30% biota laut.
 Dalam 1 km2 terumbu karang yang baik, dapat menghasilkan 15 ton ikan dan hasil
laut lainnya setiap tahun.
Nilai Pemanfaatan Biodiversitas

1 2
Nilai Biologi Nilai Pendidikan
Biomassa untuk dikonsumsi Ekosistem adalah subjek bagi
manusia yang disediakan oleh banyak penelitian ilmiah dan
jejaring suatu organisme laut. pendidikan.

3 4
Nilai Estetika Nilai Budaya
Keindahan alam dan digunakan Dengan ketersediaan wilayah
untuk menarik perhatian orang dan bentang laut yang panjang
agar dapat hidup, bekerja dan dapat menjadi tempat untuk
menciptakan sesuatu. menarik wisatawan.

5 6
Nilai Ekologi Nilai Religius
Memperbaiki produktivitas Mengingatkan kita akan
karbon serta memberikan kebesaran Tuhan yang telah
dasar bagi rantai makanan menciptakan alam ini dengan
darat dan laut. berbagai keindahan.
Marine Hotspot Biodiversity
 Pertanyaan para ahli biologi ialah “dimana tempat di laut dengan keanekaragaman
hayati yang lebih tinggi dibandingkan wilayah laut lainnya ?”.
 Jumlah mangrove sejati di Asia Tenggara mencapai 52 spesies, 48 spesies
diantaranya ditemukan di Indonesia, sebagai jumlah spesies tertinggi yang
ditemukan.
 Wilayah perairan Indonesia berada di dalam Bioregion Tropical Indo-Pacific,
tempat dengan keanekaragaman spesies lamun tertinggi sebanyak 24 spesies.
 Coral Triangle didefinisikan sebagai wilayah seperti segitiga, di laut tropis yang
mempunyai 500 jenis karang penyusun terumbu karang.
 Coral Triangle berada di dalam wilayah 6 negara, yakni: Indonesia, Filipina,
Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea dan Solomon Island.
 Coral Triangle dipercaya sebagai pusat dari pusat (epicenter) keanekaragaman
sumberdaya hayati laut dunia.
 Luas total Coral Triangle tidak mencapai 2% dari luas laut dunia, namun
menampung 76% dari spesies karang dan 52% dari total spesies ikan karang dunia.
Ancaman Sumber Daya Hayati Laut

Ancaman Global Ancaman Lokal

 Perubahan Iklim  Pembanguna wilayah


 Asidifikasi pesisir (reklamasi)
 Suhu permukaan  Pencemaran minyak
laut  Penangkapan ikan
berlebihan
Kebijakan Pelestarian Biodiversitas Laut
 Konstitusi/UUD 1945;
 Ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN 1993 – 1998;
 Ketetapan MPR No. II/MPR/1998 tentang GBHN 1998 – 2003;
 UU No. 19 tahun 1961 tentang Persetujuan Atas Tiga Konvensi Jenewa tahun 1958;
 UU No. 5 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan (diganti dengan UU No. 41
tahun 1999 tentang Kehutanan);
 UU No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (diganti
dengan UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup);
 UU No. 5 tahun 1985 tentang Perikanan;
 UU No. 17 tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS;
 UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;
 UU No. 24 tahun 1992 Penataan Ruang;
 UU No. 5 tahun 1994 tentang pengesahan UNCBD (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengenai keanekaragaman hayati);
 UU No. 6 tahun 1994 tentang UNFCCC (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa
mengenai Perubahan Iklim);
Lanjutan
 UU No. 6 tahun 1996 tentang Perairan Indonesia;
 UU No. 23 tahun 1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup (diganti dengan UU No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup);
 UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan;
 UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan;
 UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
 UU No. 21 tahun 2004 tentang Pengesahan Protocol Cartagena;
 UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
 UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ;
 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
 PP No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam;
 PP No. 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumber daya Ikan;
 Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
 PerMen Kelautan dan Perikanan No. 17 tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil.
TUGAS 4

Kelompok 1 (no. urut ganjil)


Ancaman Global terhadap
Sumber Daya Hayati Laut

DEADLINE: MINGGU
26/9/2021
Kelompok 2 (no. urut genap)
Ancaman Lokal terhadap PDF/PPT DIKIRIM VIA WAG
Sumber Daya Hayati Laut
DIJELASKAN OLEH 1 ORANG
PERWAKILAN KELOMPOK
VIA VOICENOTE
Terima Kasih
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai